3. DALIL AL-QURAN
• َّنُتْيَقَّتا ِنِإ ِاءَسِِّنال َنِم ٍدَحَأَك َّنُتْسَل ِِّيِبَّنال َءاَسِن اَييِف ِيذَّال َعَمْطَيَف ِل ْوَقْالِب َنْعَضْخَت ََلَفَقَنْلُق َو ٌض َرَم ِهِبْل
اافوُرْعَم اًل ْوَق
• “Wahai istri-istri Nabi, kalian tidak seperti wanita-wanita yang lain.Jika kalian
bertaqwa, maka janganlah kalian tunduk (melemah-lembutkan suara) dalam
berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang didalam hatinya ada penyakit
(berpikir serong/kotor). Dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (Qs. Al-
Ahzab :32 )
4. َأ ْمُكِلَذ ٍباَج ِح ِاءَر َو ْنِم َّنُهوُلَأْساَف ااعاَتَم َّنُهوُمُتْلَأَس اَذِإ َوَّنِهِبوُلُق َو ْمُكِبوُلُقِل ُرَهْط
• “Apabila kmu meminta sesuatu ( keperluan ) kepada mereka (istri-istri Nabi ),
maka mintalah dari belakang tabir. Cara yang demikian itu lebih suci bagi
hatimu dan hati mereka.” ( Qs. Al-Ahzab :53)
5. PENDAPAT IMAM HANAFI
• Mazhab Hanafi berpendapat, suara wanita termasuk aurat. Mereka berdalil
kaidah mafhum muwafaqah pada firman Allah SWT, "Dan janganlah mereka
menyentakkan kakinya ke tanah agar diketahui apa yang mereka sembunyikan
dari perhiasan mereka."
6. PANDANAGAN IMAM SYAFI’I
• Mazhab Syafi’i berpendapat bahwa suara wanita tidak termasuk aurat.
• Seperti diterangkan Al-Alusi dalam kitab Ruh al-Ma’ani , "yang tersebut
dalam kitab-kitab fikih Syafi’i, aku sendiri cenderung kepada pendapat ini
(bahwa suara bukanlah aurat), kecuali jika dikhawatirkan akan menimbulkan
fitnah."