Dokumen tersebut membahas tentang berbagai macam akad atau kontrak menurut perspektif fiqih. Terdapat lima jenis akad utama berdasarkan karakteristiknya: akad munjaz yang mempunyai akibat hukum seketika, akad bersandar pada masa mendatang, akad bersyarat yang bergantung pada syarat, akad fauri yang memerlukan waktu panjang, dan akad mustamir.
1. Macam Akad dari Segi Wataknya
Anggota :
vio daniswan (20120730048)
sukirno (20120730049)
Aditia Yusuf Bayu Fadila (20120730226)
koidatul lisa (20120730242)
2. Secara literal, akad berasal dari bahasa arab
yaitu yang berarti perjanjian atau
persetujuan.
Secara terminologi ulama fiqih, akad dapat
ditinjau dari segi umum dan segi khusus. Dari
segi umum, pengertian akad sama dengan
pengertian akad dari segi bahasa menurut
ulama Syafi'iyah, Hanafiyah, dan Hanabilah
yaitu segala sesuatu yang dikerjakan oleh
seseorang berdasakan keinginananya sendiri
seperti waqaf, talak.
3. Sedangkan dari segi khusus yang dikemukakan
oleh ulama fiqih antara lain:
1. Perikatan yang ditetapkan dengan ijab-qabul
berdasarkan ketentuan syara' yang berdampak
pada objeknya.
2. Keterkaitan ucapan antara orang yang berakad
secara syara' pada segi yang tampak dan
berdampak pada objeknya.
3. Terkumpulnya adanya serah terima atau
sesuatu yang menunjukan adanya serah terima
yang disertai dengan kekuatan hukum.
4. Perikatan ijab qabul yang dibenarkan syara'
yang menetapkan keridhaan kedua belah pihak.
5. Berkumpulnya serah terima diantara kedua
belah pihak atau perkataan seseorang yang
berpengaruh pada kedua belah pihak.
4. 1. Aqid (orang yang menyelenggarakan akad)
2. Ma'qud ‘Alaih (objek transaksi)
3. Sighat, yaitu Ijab dan Qobul
5. Akad ditinjau dari segi wataknya (dari hubungan
hukum dan sighatnya ) dibagi menjadi 5:
Akad Munjaz
Akad bersandar
pada waktu
mendatang
Akad
bersyarat
Akad Fauri
Akad
Mustamir
6. Pengertian :
akad yang mempunyai akibat hukum seketika setelah terjadi
ijab dan kabul.
(jika akad sudah dipandang selesai, seperti dalam akad jual
beli, sewa menyewa dsb. Dengan adanya ijab dan kabul dari
pihak-pihak bersangkutan, selesailah akad dimaksud.
AKAD MUNJAZ
Setelah terjadi akad (ijab & kabul), akibat
hukumnya yg terjadi pula seketika, yaitu
kewajiban masing2 pihak untuk menyerahkan
barang yg dibeli oleh penjual & menyerahkan
harga pembelian oleh pembeli.
Contoh :
7. Jika suatu akad tidak dilaksanakan seketika, ada
dua kemungkinan: bersandar kepada waktu
mendatang atau bergantung atas adanya syarat.
AKAD BERSANDAR
Contoh:
Akad bersandar kepada waktu mendatang biasa terjadi
dalam akad sewa menyewa rumah. Misal: suatu kontrak
telah diselesaikan sebulan sebelum waktu yang
ditentukan untuk memualai menempatinya.
8. Pengertian:
: Ialah suatu akad yang
digantungkan atas adanya
syarat tertentu.
(akad baru dipandang
terjadi, apabila syarat
tersebut terpenuhi )
Contoh:
: Seseorang mewakilkan kepada
orang lain untuk membeli
sesuatu barang dengan harga
tertentu (misal: jangan lebih
Rp.500.000), bila tiba-tiba
barang yg mmenuhi syarat itu
ada, wakil dapat membelinya
atas nama yg mewakilkan.
Akad Bersyarat
9. Pengertian:
akad yang dapat segera dilaksanakan
setelah terjadinya, dalam arti bahwa
tujuan akad tercapai setelah terjadi ijab
dan kabul
seperti : akad jual beli barang secara
tunai, akad nikah, dsb.
AKAD FAURI
10. Pengertian:
akad yang pelaksanaannya memerlukan waktu
panjang setelah terjadinya, dalam arti bahwa
tujuan akad baru tercapai setelah melalui waktu
tertentu
Contoh:
akad sewa menyewa rumah dalam jangka waktu 2 tahun.
(dalam hal ini akad telah terjadi sebelum penyewa
menempati rumah, tetapi tujuan akad, yaitu:
pengambilan manfaat rumah harus selesai setelah
berlangsung selam 2 tahun.)
AKAD MUSTAMIR
11. • Dalam pembahasan fiqih, akad atau kontrak
yang dapat digunakan bertransaksi sangat
beragam, sesuai dengan karakteristik dan
spesifikasi kebutuhan yang ada. Disamping itu
terdapat juga berbagai macam akad dari segi
wataknya. Akad ditinjau dari segi wataknya
atau dari hubungan hukum dan sighatnya
dibagi menjadi 5, yaitu: akad munjaz, akad
bersandar kepada masa mendatang, akad
bersyarat, akad fauri dan akad mustamir.
Kesimpulan
12. Daftar Pustaka
*Basyir, Ahmad Azhar. 2009. Asas-asasi Hukum
Muamalat (Hukum Perdata Islam).
Yogyakarta: UII Press.
*Djuwaini, Dimyauddin. 2008. Pengantar Fiqh
Muamalah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.