SlideShare a Scribd company logo
1 of 129
Download to read offline
M E M B A C A
Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan
informasi dari sesuatu yang ditulis. Membaca
melibatkan pengenalan simbol yang menyusun
sebuah bahasa. Membaca dan mendengar adalah 2
cara paling umum untuk mendapatkan informasi.
“Jika Anda ingin menjadi seorang penulis, Anda harus mau
melakukan dua hal yang sangat penting ini: banyak-banyak
membaca dan banyak-banyak menulis.” (Stephen King)
“Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu melihat perkembangan sekitarnya dan
mampu menerima atau menyesuaikan dengan perubahan.”_Yusrin Ahmad Tosepu
Digitalisasi Pendidikan
(Telaah Dunia Pendidikan menuju Transformasi digital)
Revolusi Industri ke-4 telah membawa perubahan dalam segi digital bagi ekonomi dan sistem sosial, yang
berakibat pada pergeseran cara kita bekerja saat ini. Pesatnya perkembangan teknologi, membawa
perubahan dalam pola hidup manusia. Manusia dengan pekerjaannya nampak semakin lebih mudah.
Bahkan telah di prediksi bahwa dua miliar pekerjaan akan hilang pada tahun 2030. Selain itu, penelitian
menunjukkan bahwa 65% anak-anak yang saat ini sedang bersekolah bekerja pada sektor-sektor
pekerjaan yang belum ada saat ini.
Teknologi internet mobile dan komputasi awan menjadi pendorong utama perubahan teknologi, yang
memungkinkan lebih efisiennya penyampaian layanan dan kesempatan untuk meningkatkan produktivitas
tenaga kerja. Sementara kemajuan dalam kekuatan komputasi dan big data akan menjadi faktor
pendorong perubahan pada dunia kerja, saat organisasi berusaha untuk mewujudkan potensi penuh
teknologi dalam membantu memahami banyaknya data yang sangat jumlahnya.
Hal ini jelas menunjukkan perlunya institusi pendidikan tinggi untuk membekali mahasiswa dengan
keahlian yang tepat demi memenuhi tuntutan masa depan. Dampak dari transformasi digital tentunya
relevan dengan perguruan tinggi. Sudut pandang menarik lainnya tentang kesenjangan keterampilan saat
ini adalah kurangnya keterampilan khusus.
Digitalisasi era menegaskan bahwa sumber daya paling berharga di era digital ini adalah data. Dengan
naiknya kebutuhan akan data, maka permintaan akan kompetensi baru, analisis, pembelajaran virtua,
kecerdasan bantuan, keamanan siber, dan lainnya. Kemudian yang menjadi sorotan adalah apakah
institusi pendidikan saat ini sudah disiapkan untuk memenuhi kebutuhan masa depan?
Kemajuannya teknologi yang semakin pesat , salah satu permasalahan yang sulit ditemukan solusinya
adalah interaksi antara manusia dengan iptek itu sendiri. Manusia sebagai subjek sekaligus objek dalam
pengembangan dan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tingkat ketergantungan manusia
terhadap teknologi sangat tinggi. Pemanfaatan teknologi menjamur di setiap bidang kehidupan manusia,
termasuk pendidikan.
Digitalisasi dalam konstelasi pendidikan tentunya menuntut respon balik dari pendidikan. Hal ini
dimaksudkan agar pendidikan tetap menghasilkan pendidikan yang sesuai dengan tujuannya. Oleh karena
itu menjadi tugas pendidikan sekarang adalah bagaimana pendidikan itu sendiri mengelola secara cerdas
pendidikannya di era digital.
Digitalisasi Pendidikan dan Dampak Perubahan
Kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
telah memberikan kontribusi yang baik terhadap
pendidikan. Hal ini dapat dirasakan oleh masyarakat
pendidikan (dosen, guru,siswa) dalam hal mengakses
materi pembelajaran. Materi pembelajaran dapat dengan
mudah diakses melalui media elektronik. Munculnya
teknologi digital sebagai salah satu media elektronik telah
membentuk paradigma baru dalam proses belajar dan
pengelolaan organisasi pendidikan.
Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membawa perubahan yang teramat besar di
dunia pendidikan. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi khususnya dalam pengembangan
pendidikan nasional saat ini menjadi sesuatu yang wajib. Perkembangan teknologi digital telah memicu
kecenderungan pergeseran dalam dunia pendidikan dari pendidikan konvensional (tatap muka) ke arah
pendidikan yang lebih terbuka. Pendidikan akan lebih bersifat dua arah, kompetitif, multidisipliner, serta
tingginya produktivitas.
Di beberapa negara di asia telah menggunakan ―Flexible Learning‖, yaitu layanan pendidikan online.
Sebuah bidang ilmu yang kita sebut sebagai Teknologi Pendidikan semakin berperan penting pada era ini.
Hal ini berfungsi untuk membantu proses belajar dan meningkatkan kinerja dengan membuat,
menggunakan, dan mengelola proses dan sumber teknologi yang memadai. Serta menciptakan sebuah
inovasi pembelajaran yang efektif dan efisien.
Pesatnya penggunaan teknologi digital di dalam dunia pendidikan ini akan tercermin pada perubahan
model pembelajaran yakni makin tumbuhnya pendidikan jarak jauh (distance learning) di mana dosen dan
mahasiswa tidak perlu berada di tempat yang sama, dan semakin banyaknya pilihan sumber belajar yang
tersedia seperti buku elektronik (e-book), mudahnya mengakses aplikasi digital seperti e-library, e-forum,
e-journal dan sebagainya.
Teknologi telah memungkinkan terciptanya lingkungan belajar global terstandar yang menempatkan
mahasiswa di tengah-tengah proses pembelajaran, dikelilingi oleh berbagai sumber belajar dan layanan
belajar elektronik. Untuk itu, sistem pendidikan konvensional sudah seharusnya menunjukkan sikap yang
bersahabat dengan alternatif cara belajar yang baru yang sarat dengan digitalisasi.
Perusahaan raksasa perangkat lunak (software) Microsoft, di tahun 2016 akhir, melakukan sebuah studi
mengenai DIGITAL TRANSFORMATION pada13 negara dengan hampir 1.500 pemimpin bisnis untuk lebih
memahami dampak transformasi digital pada organisasi mereka. Studi riset ini juga melibatkan 265
pemimpin dari sektor pendidikan. Hasil Studi menemukan bahwa 87% pemimpin di industri pendidikan
sepakat bahwa organisasi mereka perlu ditransformasi menjadi bisnis digital untuk memungkinkan
pertumbuhan dimasa mendatang, namun hanya 23% yang telah memiliki strategi untuk menghadapi
perubahan ini.
Prioritas nomor satu dalam proses transformasi digital mereka saat ini adalah untuk memberdayakan baik
karyawan fakultas maupun non-guru, dan memberi mereka alat terbaik untuk melibatkan siswa baik di
dalam maupun di luar kelas. Namun, hanya 39% responden yang berpendapat bahwa institusi mereka
memiliki teknologi yang saling terkoneksi sehingga memungkinkan karyawan tersebut bekerja di luar
kampus.
Hal ini diikuti dengan melibatkan siswa sebagai bagian dari proses transformasi, di mana sekolah
mengadopsi teknologi digital, konten interaktif dan personal, dan mempersiapkan siswa dengan
keterampilan agar berhasil di dunia kerja yang berdinamika saat ini. Ketika ditanya tentang faktor-faktor
yang menghambat proses transformasi digital mereka, responden menyoroti masalah ancaman siber dan
keamanan, kurangnya keterampilan kepemimpinan organisasi, dan kurangnya tenaga kerja digital yang
terampil, sebagai penghalang utama.
Para pendidik dengan jelas menyetujui adanya peran integral yang dimainkan teknologi dalam
meningkatkan pedagogi. Survei yang dilakukan Microsoft Asia EduTech pada tahun 2016 menemukan
bahwa 95% responden sepakat mengenai pentingnya teknologi dalam sistem pendidikan saat ini. Lebih
dari setengah responden yang merupakan pendidik. Mengidentifikasikan kurangnya pelatihan sebagai
tantangan utama bagi mereka untuk mengoptimalkan teknologi di dalam kelas.
Hal ini mengarah pada kesenjangan antara mengakui kebutuhan untuk bertransformasi, dan ketersediaan
strategi yang jelas untuk bergerak maju. Bagaimanapun, sekarang adalah waktu bagi institusi pendidikan
untuk menjadikan organisasi mereka menjadi organisasi digital, agar tetap relevan dan memastikan bahwa
para siswa siap untuk menghadapi perubahan kebutuhan dari generasi kerja mendatang.
Transformasi Digital dan Gaya Belajar
Transformasi Digital
Ketika kita memikirkan tentang transformasi digital untuk
sektor pendidikan, harus kita mulai dengan mengetahui
cara orang belajar. Hal ini lebih dari mengimplementasikan
teknologi, tetapi juga membahas perubahan paradigma
yang dibawa oleh Revolusi Industri Ke-4.
Transformasi digital perlu dimulai dengan memungkinkan
para pendidik untuk menciptakan lingkungan belajar
baru—yang memungkinkan kegagalan sebagai bagian
dari proses pembelajaran. Intinya, slogan untuk kelas baru
seharusnya ―gagal lebih cepat, gagal dengan cepat, dan
sering gagal‖.
Digitalisasi pendidikan memberdayakan setiap institusi pendidikan dan siswa dalam proses pembelajaran
untuk meraih lebih banyak pengetahuan. Tentunya didukung dengan memberikan silabus dan pelatihan
yang tepat bagi siswa dan pengajar, sehingga mereka dapat menciptakan dunia masa depan.
Pemanfaatan teknologi digital di bidang pendidikan berjalan di empat pilar berbeda: melibatkan siswa,
memberdayakan pendidik, mengoptimalkan operasi, dan mentransformasi pembelajaran yang
kesemuanya didukung oleh komitmen mendasar lembaga/institusi pendidikan. untuk memberikan program
terpercaya yang dapat dijalankan oleh organisasi tersebut. Institusi pendidikan sekarang ini telah mulai
memanfaatkan teknologi digital diantaranya, meningkatkan efisiensi dan kinerja, meningkatkan hasil
pembelajaran dan keberhasilan siswa, dan memajukan penelitian dan inovasi.
Dengan memanfaatkan teknologi digital, lebih efisiensi biaya, menghemat waktu sembari memperluas
akses belajar yang terjangkau, mendorong pembelajaran yang lebih efektif melalui keterlibatan antara
siswa dan pengajar yang lebih baik. Tujuan utamanya adalah memungkinkan kolaborasi penelitian yang
lebih kuat pada seluruh fakultas dan institusi.
Gaya belajar
Pesatnya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam
dunia pendidikan saat ini, ditandai dengan berkembangnya model
belajar jarak jauh (Distance Learning), mudahnya menyelenggarakan
pendidikan terbuka, sharing resource bersama antar lembaga
pendidikan, perpustakaan dan instrument pendidikan lainnya (guru,
dosen, laboratorium) berubah fungsi menjadi sumber informasi
daripada sekedar rak buku.
Digitalisasi pendidikan, melahirkan cara baru dalam proses belajar dan pembelajaran. Mulanya, buku
sebagai satu-satunya acuan sumber belajar untuk mendapatkan materi dalam dunia pendidikan tetapi
kemudian beralih ke sistem yang berbasis komputer. Proses pengalihan ini mengubah pandangan
pendidikan terhadap buku. Buku tidak lagi sebagai satu-satunya sumber belajar untuk menunjang
pencapaian kesuksesan belajar dalam dunia pendidikan. Buku dan aplikasi teknologi digital merupakan
satu-kesatuan sebagai referensi pembelajaran.
Buku teks pelajaran adalah media pembelajaran (instruksional) yang dominan perannya di kelas; media
penyampaian materi kurikulum; dan bagian sentral dalam suatu sistem pendidikan (Patrick, 1988; Lockeed
dan Verspur, 1990; Altbach, 991; Buckingham dalam Harris, ed, 1980). Buku merupakan alat bantu pokok
dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan teknologi digital, buku teks pelajaran ditampilkan dalam bentuk
digital book atau buku Elektronik. Hal ini semakin memperjelas pergeseran gaya belajar siswa melalui
media elektronik.
Dengan adanya teknologi digital sebagai media elektronik yang menyajikan materi pembelajaran, pengajar
(guru, dosen) bukan lagi satu-satunya sumber ilmu pengetahuan. Buku manual telah bergerser ke buku
digital (digital book). Hal ini tentunya memudahkan siswa proses belajar karena lebih yang mudah, praktis
dan interaktif. Selain itu, teknologi digital sangat berpotensi memberikan ruang bagi pengajar dan siswa
untuk mengakses pengetahuan dan informasi lebih luas dan praktis.
Penerapan Digitalisasi Pendidikan
Era digital, saat ini, integrasi antara pendidikan dengan teknologi dapat
merevolusi proses belajar mengajar. Bahkan lebih jauh lagi, teknologi dapat
meningkatkan mutu pendidikan secara keseluruhan, seraya memberikan
pembelajaran yang lebih sesuai sebuah kebutuhan masing-masing siswa.Tentu
menarik untuk menyaksikan bagaimana dunia pendidikan berevolusi dengan
memanfaatkan inovasi teknologi. Aplikasi teknologi digital di dunia pendidikan
sebagai hal yang mutlak untuk di manfaatkan dalam organisasi pendidikan serta
proses belajar mengajar (PBM).
Institusi pendidikan yang masih menggunakan sistem konvensional tentunya harus segera melakukan
inovasi mulai dari proses administrasi, akademik, keuangan, hingga proses dan metode pembelajaran.
Seiring dengan perkembangan teknologi, pendidikan saat ini sudah menuju proses yang disebut paperless
model.
Sistem dan metode pembelajaran saat ini menuntut suatu perubahan seiring dengan perkembangan
Teknologi Informasi dan komunikasi. Tentunya memerlukan standar, inovasi berkelanjutan, teknologi,
sumber daya finansial dan manusia yang professional. Penggunaan teknologi di dalam pendidikan
membuat proses pembelajaran lebih efektif, hingga memperluas ketersediaan akses informasi serta
sumber pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan pengajar dan siswa.
Dengan memanfaatkan berbagai unsur teknologi ke dalam proses pembelajaran, institusi pendidikan harus
menyediakan sarana, fasilitas, infrastruktur IT, seperti trafik, keamanan serta kecepatan jaringan,
pengelolaan beragam perangkat dan aplikasi yang terlibat di dalamnya, hingga pemanfaatan teknologi
cloud dan hybrid untuk mendukung inisiatif ini. Sebaik apapun sistem dan aplikasi yang dikembangkan,
akan menjadi sia-sia jika pengguna tidak dapat mengaksesnya secara aman dan cepat.
Institusi pendidikan perlu menyadari bahwa tuntutan utama pengguna teknologi digital adalah ketersediaan
aplikasi untuk dapat diakses kapanpun dibutuhkan secara aman dan cepat. Strategi aplikasi-sentris/yang
berpusat pada aplikasi menjadi semakin penting. Strategi aplikasi-sentris mengedepankan optimalisasi
aplikasi serta jaringan melalui berbagai layanan (application service), dan sekaligus fokus mengurangi
kompleksitas infrastruktur.
Untuk bisa menerapkan strategi aplikasi-sentris, institusi pendidikan memerlukan bantuan dari ahli-ahli
yang memiliki pemahaman mendalam tentang aplikasi. Mereka dapat memanfaatkan pengalaman dan
pengetahuan dari para ahli tersebut untuk memastikan ketersediaan, keamanan, dan kinerja aplikasi guna
kelancaran proses digitalisasi pendidikan.
Keandalan, ketersediaan, hingga keamanan aplikasi TI menjadi ujung tombak dari proses digitalisasi
pendidikan. Aplikasi teknologi digital menentukan apakah berbagai inovasi teknologi terbukti mampu
mengoptimalkan proses pendidikan. Inovasi dan sumber daya manusia adalah bagian tak terpisahkan
dalam mewujudkan proses digitalisasi model pendidikan.
Semoga Bermanfaat. Salam Pendidikan Tinggi Indonesia !
5 Standar yang Perlu Dipersiapkkan PTS untuk Meningkatkan Akreditasi
PTS atau Perguruan Tinggi Swasta merupakan salah satu institusi pendidikan di Indonesia yang masih
dipandang sebelah mata. Hal ini terjadi karena sebagian besar PTS masih memiliki akreditasi yang rendah
atau bahkan ada yang belum terakreditasi BAN-PT. Standar penilaian akreditasi memang menunjukkan
kualitas dari sebuah lembaga pendidikan. Tentu saja akreditasi sangat penting bagi lulusan di perguruan
tinggi yang bersangkutan karena menyangkut kepentingan melamar pekerjaan di suatu perusahaan yang
mewajibkan calon karyawan berasal dari institusi yang sudah terakreditasi. Lalu bagaimana PTS bisa
meningkatkan penilaian akreditasi?
Standar Kurikulum
Kurikulum yang belum standar dan dianggap belum siap dari sebuah PTS sering menjadi salah satu faktor
rendahnya penilaian akreditasi. Pemerintah bahkan sempat menghimbau beberapa PTS baru agar tidak
terlalu mengedepankan keuntungan saja, namun sebagai lembaga pendidikan harus tetap
memprioritaskan kualitas kurikulum yang diajarkan agar menghasilkan lulusan yang berkompeten. Poin
penilaian dari standar kurikulum mencakup pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen program
pengembangan ekstra, konseling dan kompetensi dasar apakah sudah sesuai dengan tujuan institusi atau
menyimpang. Sehingga interaksi selama proses belajar mengajar, dokumen silabus mata kuliah dan
standar penilaian kampus perlu disiapkan dengan matang saat ada visitasi dari BAN-PT.
Standar Sumber Daya Manusia
Sulitnya menembus hasil penilaian akreditasi A dari suatu PTS adalah karena masih rendahnya kualitas
sumber daya manusia atau tenaga pendidikan. Misalnya PTS merekrut dosen dengan keahlian IT, namun
justru mengajar matematika. Inilah yang sering disalah gunakan dari PTS karena merekrut tenaga yang
tidak sesuai dengan keahliannya. Demi meningkatkan akreditasi, PTS harus mempersiapkan tenaga-
tenaga yang handal misalnya hanya merekrut pegawai dengan minimal pengalaman mengajar selama 3
tahun dan pendidikan minimal S2. Tentu saja SK pengangkatan akan mempengaruhi poin penilaian
standar sumber daya manusia. Selain itu, PTS juga masih mengalami kendala dalam hal penyediaan guru
besar. PTS masih sulit untuk mendapatkan tenaga pendidikan yang bergelar professor untuk memenuhi
syarat meraih poin A.
Standar Sarana dan Prasarana
Tidak hanya kualitas sumber daya saja yang menjadi tolak ukur penilaian akreditasi, namun sarana dan
prasarana institusi tidak luput dari poin penilaian. Sarana meliputi peralatan pendukung kegiatan belajar
mengajar seperti ketersediaan fasilitas komputer, akses internet dan lainnya. Sedangkan prasarana
mencakup kualitas dan kuantitas gedung seperti ketersediaan ruang kelas, fasilitas laboratorium, ada
tidaknya perpustakaan dan prasarana lain yang dapat mendukung kegiatan belajar mengajar. Sayangnya
beberapa PTS masih kurang memenuhi dalam hal menyediakan sarana dan prasarana yang layak dalam
kegiatan perkuliahan. Oleh karena itu, PTS bisa mempersiapkan beberapa hal terkait standar ini seperti
meningkatkan ketersediaan fasilitas laboratorium komputer, perpustakaan yang layak, ruang kelas dengan
maksimal 30-35 mahasiswa dan fasilitas lainnya yang berkaitan dengan jurusan di kampus.
Standar Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Masih ingat dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi? Ini juga masuk dalam kategori penilaian akreditasi.
Sebuah perguruan tinggi harus dapat mencetak tenaga kerja dosen yang tidak hanya handal dalam hal
mengajar saja namun juga dalam kajian penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. PTS perlu
mempersiapkan dosen-dosen berkualitas yang dapat menulis minimal satu judul penelitian setiap tahunnya
dan ikut andil dalam pengabdian kepada masyarakat. Semakin banyak PTS menciptakan dosen yang
profesional, poin akreditasi pun akan semakin meningkat.
Standar Pengelolaan Kampus
Untuk persiapan yang kelima ini, PTS dapat meningkatkan kredibilitas kampus melalui sistem pengelolaan
institusi yang sudah profesional. Tidak lagi menggunakan cara-cara pengelolaan konvesional, PTS harus
bisa memaksimalkan penggunaan teknologi informasi dalam mengelola kampus. Misalnya dengan
menerapkan sistem registrasi mahasiswa secara online, membuat database kampus yang saling
terintegrasi antar sub bagian, absensi dengan sidik jari dan penerapan-penerapan lainnya. Dengan cara
ini, profesionalitas sebuah PTS dapat diakui dan bisa meningkatkan penilaian akreditasi.
Demikian beberapa hal yang perlu dipersiapkan PTS untuk meningkatkan akreditasi kampus. Perlu
diketahui, akreditasi adalah bentuk penilaian suatu lembaga pendidikan yang akan berpengaruh terhadap
kualitas lulusan. Sehingga ketika sudah waktunya mendapatkan visitasi dari BAN-PT, sebaiknya PTS
mempersiapkan minimal 5 standar diatas dengan baik guna meningkatkan poin dalam penilaian akreditasi.
Semoga Bermanfaat. Salam Pendidikan Tinggi Indonesia !
Pentingnya Memiliki Sistem Manajemen Kampus yang Baik
Mengelola perguruan tinggi memang bukan perkara mudah. Perguruan tinggi memiliki banyak bidang dan
divisi yang memerlukan penanganan maksimal. Sebagai contoh, dalam Perguruan Tinggi A terdapat 5
Fakultas yaitu Fakultas Komunikasi, Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik, dan Fakultas
Arsitektur. Tiap fakultas memiliki minimal 2 jurusan dengan jumlah mahasiswa mencapai 200 orang tiap
angkatan, memiliki tata usaha, perpustakaan dan juga sistem bimbingan maupun KRS yang berbeda.
Manajemen Kampus
Dapatkah anda membayangkan betapa banyak data dan manusia yang perlu dikelola oleh perguruan
tinggi? Karenanya setiap perguruan tinggi perlu memiliki sistem manajemen yang baik. Perguruan tinggi
harus bisa mengelola dan menciptakan sistem yang sesuai dengan kebutuhan namun di sisi lain juga
dapat memajukan kampus.
Beberapa sistem yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kampus meliputi sistem informasi umum,
sistem informasi akademik, sistem pengaturan keuangan, sistem perpustakaan, dan sistem pengelolaan
aset. Sistem informasi umum merupakan sistem yang dapat diakses oleh publik. Biasanya sistem ini
meliputi informasi umum mengenai kampus yaitu visi misi, fasilitas kampus, program studi dan kegiatan
kampus. Informasi ini dapat menarik minat calon mahasiswa untuk masuk ke universitas impian.
Sistem informasi akademik merupakan sistem yang dapat diakses oleh mahasiswa, dosen dan tata usaha.
Sistem untuk mahasiswa meliputi informasi jadwal kuliah, jadwal bimbingan, nilai (baik IP maupun IPK).
Biasanya sistem ini dilengkapi dengan password yang dibuat di awal masa perkuliahan. Hal ini bertujuan
supaya mahasiswa dapat memantau perkembangan nilai dengan mudah. Untuk dosen, sistem ini memberi
informasi mengenai jadwal mengajar, jadwal bimbingan skripsi, nilai mahasiswa, dan dapat memberikan
modul kuliah bagi mahasiswa. Tata usaha memanfaatkan sistem ini untuk menyimpan data mahasiswa,
daftar hadir saat perkuliahan bagi mahasiswa maupun dosen, serta keperluan cetak kartu ujian, lembar
KRS, maupun surat-surat pengantar yang dibutuhkan mahasiswa untuh magang maupun skripsi.
Sistem pengaturan keuangan dibutuhkan untuk mengelola pembayaran SPP mahasiswa, baik SPP tetap
maupun SPP variabel. Uang gedung biasanya dikelola langsung oleh kampus dengan cara pembayaran
langsung ke Tata Usaha Universitas. Kampus yang sudah menjalin kerjasama dengan bank dapat
mempermudah jalannya proses pembayaran SPP. Dengan menerapkan sistem pengaturan keuangan
yang baik, mahasiswa dapat melakukan pembayaran di bank yang menjadi mitra. Karenanya, mahasiswa
tidak perlu datang langsung ke kampus untuk melakukan pembayaran. Dengan jaringan yang luas,
kampus dapat mengantisipasi antrian pembayaran yang melonjak seiring dengan tenggat waktu
pembayaran.
Setiap kampus biasanya memiliki perpustakaan sendiri untuk mempermudah mahasiswa dalam
menemukan diktat yang dipakai dalam perkuliahan. Buku-buku ini tentunya membutuhkan perawatan dan
penomoran supaya tidak hilang dan terawat dengan baik. Karena itu sistem pengelolaan perpustakaan
juga sangat dibutuhkan. Sistem ini akan mengolah data yang sudah diinput ke dalamnya dengan rapi.
Dengan begitu, mahasiswa yang membutuhkan buku dapat mencari melalui sistem dan mencari nomor
yang sesuai dengan buku yang dimaksud di rak penyimpanan. Semua data peminjam juga akan
dimasukkan sistem supaya dapat mempertanggungjawabkan penggunaan buku.
Semua peralatan dan perlengkapan yang ada dalam kampus merupakan aset yang harus dijaga dan
dirawat. Dengan sistem pengelolaan aset, kampus akan melakukan pendataan setiap aset yang ada dalam
kampus agar dapat memantau keadaan dan proses pemeliharaan aset tersebut.
Itulah beberapa hal dasar yang perlu diperhatikan dalam manajemen kampus. Dengan jumlah data yang
sangat banyak tentunya akan lebih baik jika kampus menggunakan manajemen sistem yang baik dalam
mengelola data kampus. Selain untuk mencegah hilangnya data, sirkulasi data kampus akan lebih efektif
dan efisien.
Semoga Bermanfaat. Salam Pendidikan Tinggi Indonesia !
Dosen Jaman Now (Menelisik sisi lain dunia perdosenan)
Berkembangnya teknologi pada era modern ini banyak sekali memunculkan peralatan teknologi super
canggih baik perangkat leras (hardware) maupun perangkat lunak (software-aplikasi) baru dan
menciptakan fasilitas yang bersifat lebih modern untuk mempermudah pekerjaan kita khususnya di bidang
pendidikan. Akan tetapi banyak orang yang tidak menyadari bahwa saat ini untuk membuat media
pembelajaran ataupun mendapatkan bahan referensi pembelajaran sangatlah mudah. Tidak perlu waktu,
biaya, tenaga yang besar. Cukup terkonkesi dengan internet dan gunakan mesin pencari ―mbah‖ google
semua kebutuhan yang dicari pastinya ada tersedia.
Istilah yang populer sekarang di sebut ERA DIGITAL yang melahirkan pula ERA PENGETAHUAN.
Informasi pengetahuan yang begitu luas dan mudah di akses telah melahirkan gelombang IPTEKS yang
menglobal. IPTEKS yang menglobal ini merupakan sebuah kado khusus bagi para dosen di tanah air untuk
memanfaatkan sarana dan fasilitas di era digitalisasi sekarang ini untuk lebih meningkatkan kualitas
pembelajarannya.
Dosen selalu di indentikan dengan seseorang yang memiliki pengetahuan yang luas yang biasanya
"bijaksana". Seorang yang selalu mengupdate pengetahuannya, tangguh, tekun dalam mempelajari
banyak hal, memiliki koleksi buku lebih banyak dari koleksi yang dimiliki masyarakat pada umumnya, dan
menyediakan waktu yang cukup untuk membaca buku. Dosen juga identik dengan menulis karya ilmiah,
bahkan dosen kekinian tidak lepas dari laptop dan koneksi internet, digunkan untuk mengakses data dan
informasi yang berkaitan bidang ilmu dan pendidikan yang digelutinya.
Di era ini, sudah menunjukkan gejala ―kegilaan‖ dengan tumbuhberkembangnya inovasi disegala bidang
akibat dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Bagaimana dengan dunia dan dosen dan
kampus kita, apakah sudah menunjukkan ―kegilaan-kegilaan‖. Dosen yang mampu menerapkan
penggunaan ICT yang bisa menggerakkan hati mahasiswa untuk semangat belajar. Dosen yang dapat
melahirkan inovasi dan difusi media pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi kita???
Menurut saya, dosen yang bijaksana tak ubahnya harus seperti seorang arsitek. Sebelum membangun
sebuah gedung terlebih dahulu melakukan survei dan meneliti keadaan tanah, hal ini bertujuan untuk
mengetahui tempat itu bisa menopang bangunan yang akan didirikan. Jadi seorang dosen haruslah
menciptakan metode pembelajaran yang menurutnya baik untuk dirinya sendiri, tetapi terlebih untuk
peserta didiknya. Seorang dosen haruslah membuat metode pembelajaran yang menarik, dinamis,
interaktif dan atraktif dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Yang dapat memadukan antara metode,
proses dan media yang digunakan.
Dosen haruslah menciptakan suatu metode pembelajaran yang menyelaraskan perkembangan dan
kemajuan ICT. Hal ini sudah menjadi tuntutan dan kebutuhan yang sepatutnya dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran di perguruan tinggi. Sekaranglah saatnya dosen harus HIJRAH
pembelajaran karena sudah menjadi obsolute untuk di laksanakan. Penerapan ICT dalam proses
pembelajaran kekinian di ibaratkan penambahan sumber cahaya yang dapat menerangi ruang agar lebih
terang benderang. Mahasiswa di ibaratkan burung burung di kutub yang selalu berhijrah dari tempat yang
kurang mengandung makanan dan kesehatan baginya, mereka melintasi benua untuk mencari tempat
yang lebih menyehatkan dan menyegarkan. Mahasiswa jaman now sangat tertarik pada metode
pembelajaran yang interaktif, dinamis dan atraktif yang tentunya memanfaatkan media ICT.
Realitas kampus kekinian, dosen dalam aktifitasnya tak terlepas dari Laptop. Baik dosen maupun
mahasiswa menenteng laptop dan pakai slide presentasi alias power point dalam setiap penyajian
matakuliah maupun tugas mahasiswa. Sudah ―Hi-Tech‖ gitu. Kapur tulis dan OHP sudah disingkirkan jauh-
jauh dari peradaban, sudah menjadi barang antik di jaman now. Sudah berganti dengan whiteboard yang
kinclong dan LCD yang bisa menampilkan gambar full color dan bisa gerak-gerak. Belum lagi fasilitas
internet yang tersedia di kampus. Dosen dan mahasiswa dimudahkan dalam mencari literatur. Cukup buka
mbah Google, apa yang kita cari langsung ada di depan mata. Komunikasi pun jadi sangat mudah, bisa
pakai jejaring sosial, email, blog, dll. Mau menulis artikel atau opini tidak perlu repot-repot bikin mading
atau pengumuman yang ditempel, cukup satu klik, semua orang di dunia bisa tahu.
Dosen sudah pada pintar plus cerdas membuat materi pembelajaran dengan menggunakan aplikasi virtual,
perpaduan teks, suara, gambar dan video. Begitupun dengan mahasiswa, mereka juga sudah pintarm
membuat makalah dan presentasi yang menarik dan interaktif. Semua bahan dan materi yang dibutuhkan
dosen dan mahasiswa banyak tersebar di internet. Mau cari animasi video juga sudah komplit di Youtube.
Dosen nggak perlu kaget lagi mikir ―kok bisa ya mahasiswa bisa mengerjakan makalah, satu hari bisa
kelar. Ukuran dulu emang sungguh luar biasa. Di jaman now uda biasa!
Pola pembelajaran berbasis SCL (student center learning), hampir semua kampus sudah menerapkan itu.
Mahasiswa membuat makalah, diskusi, tanya jawab, dosen hanya sebagai fasilitator. Dengan dukungan
fasilitas, teknologi ICT dan metode membuat system pembelajaran sedemikian canggih. Bagaimana
realitas yang terjadi, apakah semuanya seperti itu adanya??!!?!?!? Ada fakta yang menarik. Di suatu kelas,
sang dosen masuk, mempersiapkan media belajar, kelas tenang dan perkuliahan pun di mulai. Mahasiswa
mendengarkan, sesekali mencatat, tapi selebihnya mulai tidak fokus. Di akhir kuliah, sang mahasiswa
menyodorkan flasdisk mencopy file presentasi dosen. Budaya mahasiswa jaman now, cukup copy file
materinya, nanti tinggal di pelajari sendiri. Lantas, apa yang terjadi berikutnya?
Kemudian mahasiswa pulang ke rumah, sibuk mengerjakan aktivitas lain (main facebook-an, kongkow di
café/warkop, mall dll) dan akhirnya, file materi presentasi tadi pun tidak tersentuh. Hanya di tumpuk,
dijadikan koleksi secara rapi di folder-folder. Sebenarnya alasan hobi mahasiswa menkoleksi file presentasi
dosen tidak lain adalah untuk menyenangkan plus menangkan hati karena bahan materi kuliah sudah
dimiliki, walaupun, entah baca nya kapan?. Bahkan semua Hand-out hardkopi pun tidak ketinggalan dikopi
semua. Demikian terus-menerus, sampailah menjelang UAS atau UTS ukuran file sudah membesar di
level Megabyte. Besok ujian, mulai lah di buka tabungan file tadi. Di buka satu per satu PPT dan mata
langsung kaget di PPT pertama. slide-nya ada 125 slide per PPT. Binggung dan galau pastinya, mana
besok ada ujian 2 mata kuliah, ya sudah , strategi SKS (sistem kebut semalam) pun gagal total.
Begitupula dengan tugas presentasi, disampaikan kepada mahasiswa bahwa minggu depan penyajian
presentasi, materi dan panduannya ada di laman website dosen. Acara presentasi, dilanjutkan dengan
diskusi‖ jelas salah satu dosen di akhir kuliah. Esok hari lagi, sampai hari kelima belum juga di garap. Pas
hari ke enam, salah satu mahasiswa mulai gelisah dan sms ke teman sekelompoknya, menanyakan kapan
tugas kelompok di kumpul. Dengan sigap karena dikejar tayang, berkumpul-lah mereka dan semua
membawa komplit laptop dan modem masing-masing. Mereka pada serius mencari bahan di internet, dan
akhirnya ketemu juga makalah yang mereka cari, sama persis apa yang diharapkan alias persis dengan
materi tugas kelompoknya. Mereka download lalu lanjut mengedit makalah tersebut, triknya hanya
mengganti slide pertama, lalu diisi dengan judul dan nama anggota kelompok, di baca sebentar, dan
besoknya mulai tampil.
Tibalah di hari H penyajian tugas presentasi dari masing masing kelompok. Setidaknya 4 atau lima
kelompok dengan topik berbeda mempresentasikan hasil kerjanya. Dan mulailah diskusi. Apa yang terjadi?
Karena materi kurang matang, jadi diskusi ya ala kadarnya plus apa adanya. Mahasiswa yang presentasi
ngomongnya ngawur, tidak paham benar isi materi alias nggak tau isinya, jawab pertanyaan pun nggak
nyambung plus nggak tentu arah. Kondisi ini, di perparah dosennya yang gak OK banget, harusnya
menjelaskan sekaligus meluruskan yang sebenarnya dari presentasi mahasiswi, malah justru keasyikan
sibuk nanya nomor "STAMBUK" mahasiswa, sampai lupa menjelaskan materi yang sebenarnya dari
presentasi tadi.
Inilah kisah SCL jaman now hanya sekedar contoh, yang pastinya ―tidak terjadi‖ di kampus kita tercinta.
Bahwa hakikatnya belajar adalah suatu kebutuhan, dan tiap elemen baik mahasiswa atau dosen harus
mengetahui perannya masing-masing. Ini bukan masalah siapa yang bertanggungjawab dan
tanggungjawab siapa, solusi semuanya ada di tiap elemen, introspeksi dan memperbaiki diri masing-
masing.
Sekelimut Cerita Gaya Mengajar Dosen Jaman now
Dalam proses perkuliahan, yang memberi nilai dari setiap matakuliah adalah dosen. Dosen adalah penentu
nilai hasil perkuliahn yang tentunya berdasarkan pada aturan akademik yang telah ditetapkan kampus.
Salah satu alasan yang membuat mahasiswa rajin masuk kuliah ataupun tidak tergantung pada gaya
mengajar dan metode pembelajaran dosen. Sudah menjadi ketetapan obsulut alias mutlak adanya setiap
dosen sebelum mengajar ke mahasiswanya terlebih dahulu harus menguasai materi perkuliahan,
walaupun tidak di pungkiri pada kenyataannya masih ada beberapa dosen yang belum menguasai
sepenuhnya mata kuliah yang akan diajarkan. Alhasil mahasiswa pun menjadi tidak begitu mengerti dan
memahami materi yang dikuliahkan. Alhasil, di suatu waktu, ada mahasiswa yang curhat kepada saya
perihal gaya mengajar beberapa dosenya. Ia mengatakan, bahwa mereka sangat bangga pada sosok
dosen yang bersikap tegas, disiplin, konsisten, bijak dan berwibawa. Dosen yang suka canda, tapi candaan
yang mengandung nilai-nilai akademis. Mereka juga lebih senang pada dosen dengan gaya mengajar yang
atraktif yang dipadukan dengan penggunaan media interaktif.
Sifat dan gaya mengajar dosen bermacam-macam. Ada dosen yang sangat konsisten dan ada pula dosen
yang membuat mahasiswa sebagai ‗kelinci percobaan‖,. Mahasiswa kadang binggung untuk mengikuti
selera dosen seperti itu. Bahkan ada dosen yang mengajar mata kuliah yang ―lumayan penting‖ (anggaplah
matakuliah keahlian) tetapi yang diajarkan di kelas kadang melenceng jauh dari materi yang ada dalam
silabus, SAP, dan GBPP mata kuliah tersebut. Ada pula dosen super inkonsisten alias sangat
membinggungkan. Serajin apapun mahasiswa kuliah bersamanya, tetap nilai tidak pernah bagus alias nilai
rata kanan – rata-rata bertebaran nilai D dan C. Mahasiswa kadang binggung, apakah mereka yang bodoh
alis malas belajar ataukah dosennya yang terlalu pintar. Entahlah.., hanya Tuhan yang tahu. Hal lain pula
yang dialami oleh mahasiswa lainnya, katanya ada dosennya yang kalau mengajar selalu super sibuk
dengan sesuatu yang tidak berkaitan dengan perkuliahan. Dosen ini asyik keluar masuk ruangan, dan
sama sekali kurang menghargai alias kurang peduli dengan suasana perkuliahan yang sedang
berlangsung, dan paling anehnya lagi tugas pribadinya dikerjakan di ruangan pada saat mengajar.
Heemmm…, padahal kantin kampus masih buka !
Gaya mengajar dosen sangat berpengaruh terhadap semangat mahasiswa mengikuti perkuliahan. Gaya
mengajar dosen sangat berpengaruh besar pada keaktifan mahasiswa dalam perkuliahan, dan pastinya
berpengaruh pula pada materi kuliah yang diajarkan dan juga akhirnya akan berimbas pada nilai mata
kuliah mahasiswanya. Ada dosen yang professional menjalankan tugas, fungsi dan tanggungjawabnya, tak
sedikit pula dosen yang amatiran dan terkadang ambigu dalam melakansankan tugas, fungsi dan
tanggungjawabnya.
Setiap dosen mempunyai gaya mengajarnya masing-masing. Ada beberapa gaya mengajar dosen yang
mungkin pernah kita temui di kampus; Ada dosen yang mengajar dengan gaya yang bisa dibilang gaya
kebut. Mengajar sangat terburu-buru sehingga banyak sekali mahasiswa yang ketinggalan dan tidak
mengerti akan materi yang diajarkan. Dosen seperti ini sudah sangat menguasai materi, sehingga ketika
mengajar dia sudah tidak membawa satupun jenis buku panduan. Menjelaskan materi hanya dengan
mengandalkan materi yang ada diotaknya.
Ada juga dosen gaul. Sangat mengerti perasaan setiap mahasiswanya dan membawa kelas ke suasana
yang menyenangkan. Kadang tidak mewajibkan mahasiswa untuk mencatat, karna menurutnya mencatat
itu adalah kesadaran diri bagi setiap mahasiswa itu sendiri. Juga tidak memonopoli pembicaraan tentang
materi yang diajarkan. Gaya mengajarnya selayaknya berbicara bersama teman. Membiarkan
mahasiswanya aktif dalam memberikan pendapat mengenai materi, dan menampung semua pemikiran
para mahasiswanya. Menurut mahasiswa, gaya mengajar dosen seperti ini sangat mengagumkan, karena
mereka bisa menuangkan pendapatnya dan dosen tersebut sangat menghargai setiap pendapat itu.
Proses perkuliahan bersifat dialogis dengan diskusi aktif tetapi tetap kondusif, sehingga setiap mahasiswa
tertarik untuk mempelajari dan memahami materi yang diajarkan.
Ada pula dosen jadul alias tidak up-to-date terhadap perkembangan zaman. Kalau mengajar masih doyan
menggunakan OHP. Model perkuliahan bersifat monologis alias satau arah. Dia hanya menjelaskan,
menjelaskan dan menjelaskan. Dan di akhir perkuliahan barulah beliau bertanya kepada mahasiswanya
"Apakah ada yang ingin bertanya atau apakah ada yang mau ditanyakan?". Gaya mengajar dosen seperti
ini, dijamin banyak sekali mahasiswa yang tidak masuk kuliah. Pastinya, mahasiswa kurang mengerti
bahkan tidak mengerti apa yang sudah diajarkan dosen tersebut. Satu hal yang pasti, dosen tersebut
selalu memberikan hasil fotocopy-an setiap materi yang dia ajarkan.
Tetapi bagaimanapun gaya mengajar dosen yang kita temui harus kita hargai, tanpa mereka, mahasiswa
tidak akan bisa mendapatkan sebuah pelajaran dalam hidup yang penuh makna ini. Para dosen sama
halnya dengan guru yaitu pahlawan tanpa tanda jasa. Apabila mahasiswa menemui dosen yang kurang
atau tidak memenuhi kriteria, maka dari diri mahasiswa sendiri harus berusaha mengantisipasinya dengan
belajar sendiri secara giat, sehingga bisa menguasai materi dengan belajar mandiri apabila cara dosen
tidak menarik atau kurang bisa di terima.
Semoga Bermanfaat. Salam Pendidikan Tinggi Indonesia !
Dosen Kekinian : Digital dan Produktifitas
Menghadapi revolusi industri 4.0, peran dosen dalam perguruan tinggi sangat penting dan strategis. Di era
digitalisasi, seorang dosen harus mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi. untuk menghasilkan
lulusan yang memiliki daya saing tinggi dan siap berkompetisi dibutuhkan dosen yang memiliki kompetensi
inti keilmuan (core competence) yang kuat, mempunyai soft skill, critical thinking, kreatif, komunikatif dan
mampu berkolaborasi dengan baik dengan mahasiswa. Dosen dituntut untuk berinovasi agar bisa
meningkatkan produktifitasnya sebagai pengajar dan pendidik. Dosen harus bisa menyesuaikan diri
dengan menghadirkan berbagai pembelajaran berbasis teknologi. Dosen bisa menghadirkam
pembelajaran berbasis aplikasi, game atau visual lainnya. Tidak hanya tulisan tetapi juga dialihkan ke
konten digital.
Pola pembelajaran harus mampu mengikuti perkembangan teknologi sehingga mampu menghasilkan
lulusan berdaya saing tinggi. Dosen juga berperan menebar passion dan menginspirasi mahasiswa serta
menjadi teman bagi mahasiswa, teladan dan berkarakter. Tend Mahasiswa jaman now cenderung
menyukai pembelajaran visual yang menarik dan menyenangkan. Dosen dapat menggunakan
pembelajaran dengan video dalam penyampaian materi yang berat, agar mahasiswa semakin tertarik dan
antusias untuk mengikuti proses belajar. Dosen juga dituntut mengikuti program kompetensi inti yang
sesuai dengan kebutuhan revolusi industri 4.0. Salah satu kuncinya adalah inovasi.
Kompetensi Digital dan Produktivitas
Kampus di Era digital adalah salah satu kajian menarik kekinian. Bagaimana sebuah kompetensi digital
ditumbuhkan dalam lingkungan akademik perguruan tinggi sehingga menjadi sebuah strategi dan langkah-
langkah strategis guna peningkatan proses pendidikan yang dilakukan. Apa permasalahan dalam
pemanfaatan teknologi digital mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan dalam proses mendapatkan
informasi, mengevaluasi informasi, menciptakan dan meyebarkan knowledge baru memberikan gambaran
kompetensi yang dibutuhkan guna keluar dari permasalahan yang ada.
Pemanfaatan, penggunaan dan kompetensi digital mejadi solusi dan strategi dalam mengatasi berbagai
permasalahan yang ada pada perguruan tinggi khususnya dalam menghadapi era pendidikan modern.
Kompetensi Knowledge Assembly, Etika Komputer, Internet Searching, Content Evaluation, Knowledge
Assembly, Manajement Data, Security Computer, Backup Data, Hypertextual Navigation, dan Maintenance
Computer merupakan sebuah keharusan yang menjadi penting terhadap operasinal pendidikan.
Mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan diharapakkan mencapai dan memiliki kompetensi digital
untuk keluar dari permasalahan yang ada, lebih lanjut akan memberikan kontribusi besar terhadap
tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Impelemntasi kompetensi digital membutuhkan langkah-langkah strategis dan perencanaan yang baik
sehinga dapat terwujud dan memberikan kontribus maksimal terhadap peningkatan pendidikan di era
modern. Model, strategi, dan pendekatan pembelajaran salah satu bentuk strategi impelemtasi kompetensi
digital pada mahasiswa. Sedangkan untuk dosen dan tenaga kependidikan, langkah strategis implementasi
kompetensi digital dapat dilakukan melalui seminar, pelatihan, Focus Group Discussion (FGD), dan berbgai
kegiatan knowledge sharing.
Fasilitas e-learning yang berkembang sekarang ini dapat dimanfaatkan oleh dosen maupun mahasiswa.
Dosen dapat mengirim bahan perkuliahan, melaksanakan kuis, menyampaikan informasi seputar
perkuliahan hingga membuat forum diskusi yang membahas suatu hal. Begitu pula halnya dengan
mahasiswa, mereka dapat mengunduh bahan perkuliahan yang diberikan dosen, mencari tahu informasi
perkuliahan, ikut aktif dalam forum diskusi dan sebagainya. Teknologi digital membuat dunia pendidikan
tinggi menjadi semakin produktif.
Saat ini teknologi digital sudah mencakup semua sisi kehidupan. Digital dengn segala perangkat
teknologinya dapat membantu dalam komunikasi dan pembelajaran. Era digital menjadi saluran ekspresi
manusia yang tak terbatas dan menyentuh banyak sisi, hal ini tentunya dapat menjadi suatu hal yang
positif (sekaligus benih kejahatan yang mengerikan). Di Internet setiap menit nya ratusan juta orang
membuat konten yang tak terhitung banyaknya, dalam hal ini tentu dapat menjadi keuntungan bagi semua
orang.
Jika ingin mencoba belajar coding, tinggal mengunjungi codecademy.com, code.org ataupun
w3schools.com untuk belajar berbagai macam bahasa pemrograman. Jika saya tertarik melihat bagaimana
perkuliahan di luar negeri, maka tinggal mengunjungi coursera.com, edx.org, ocw.mit.com, dan lainnya.
Jika ingin memesan tiket pesawat, maka cukup mengunjungi traveloka.com untuk issued tiket dan
perlihatkan ke petugas bandara. Jika saya ingin melepas rindu dengan saudara yang berada diluar kota,
saya dapat memanfaatkan layanan video call (misalnya dari line, skype, dsb). Jika ingin menanyakan suatu
hal, apapun itu halnya, saya tinggal mengunjungi quora.com disana kita dapat menanyakan segala hal
yang ingin kita tanyakan yang akan di jawab oleh para pakar di bidang nya.
Di Era digital ini, hampir segala aktifitas dan kegiatan di segala bidang kehidupan tidak terlepas dari digital.
Tentu jika di lihat dari sisi positifnya, hal ini membuat penggunannya menjadi lebih produktif. Harus di
ketahui pula era digital dengan teknologi internet yang masif ibarat pisau bermata dua. Dua buah sisi yang
positif dan negatif. Disisi satu mampu memberikan manfaat dan kenyamanan, disisi lainnya memberikan
efek negatif, seperti penipuan online, kampanye hitam, situs kelompok pembenci, dan ruang obrolan
teroris, dsb.
ERA DIGITAL : Ciptakan Kelas Lebih Luas, kreatif, Dinamis dan Mandiri
Era digital yang terus berkembang pesat memberikan manfaat banyak bagi kehidupan. Manfaat itu antara
lain sarana pembelajaran yang lebih mudah, serta akses informasi perkuliahan juga lebih cepat.
Mahasiswa tidak harus bergantung sepenuhnya pada dosen sebagai pemberi materi. Mahasiswa bisa
secara aktif pula mencari sumber informasi atau materi kuliah melalui teknologi digital. Mahasiswa menjadi
lebih banyak menyerap informasi dan berbagai pengetahuan. Sehingga wawasan dan pemahaman
terhadap bidang ilmu yang ditekuni bisa semakin baik. Dengan Kecanggihan teknologi digital mendorong
mahasiswa jadi lebih kreatif mendapatkan informasi dan kreatif mengembangkan informasi.
Teknologi digital juga mempermudah proses pembelajaran. Penggunaan teknologi jarak jauh audio video
menawarkan beragam kesempatan dan kemudahan bagi dosen maupun mahasiswa untuk menembus
batas bagi penggunaan kelas yang lebih luas dan mandiri. Teknologi ini dimanfaatkan pula untuk
mengadakan pelatihan secara online. Beberapa perguruan tinggi giat mengembangkan pembelajaran e-
learning, artinya peluang belajar bisa lebih mudah lagi. Kemudahan teknologi berimplikasi mendorong
kualitas SDM. Dalam kondisi inilah mahasiswa harus jeli dan pandai mengelola informasi tersebut.
Sehingga pesatnya teknologi informasi menjadi selaras dengan harapan bersama.
Pemanfaatan teknologi informasi, model perkuliahan dibuat lebih dinamis. Tak lagi sekadar dosen
mengajar, sementara mahasiswa mendengarkan. Sumber informasi bisa diperoleh dengan mudah lewat
teknologi. Karena itu, kuliah satu arah sudah tak popular lagi. Model kuliah satu arah mulai ditinggalkan,
karena model pembelajaran semacam itu tak mendorong mahasiswanya untuk berlaku aktif. Beberapa
kampus di Indonesia sudah mulai menerapkan model kuliah yang aktif dan dinamis. Materi perkuliahan
sudah diberikan via email, dosen dalam kelas hanya bersikap sebagai mentor. Walaupun, model
perkuliahan multi media bebrasis ICT belum diterapkan sepenuhnya di kampus di Indoensia. Karena ada
peraturan dan kurikulum nasional yang harus ditaati.
Selain pembelajaran jarak jauh, ada diskusi antar grup yang memungkinkan dosen dan mahasiswa saling
berkomunikasi secara bertatap muka langsung sehingga ikatan emosional antar mereka tetap terjalin.
Selain itu, dosen juga bisa memberikan pemahaman materi yang lebih dalam dan komprehensif jika ada
mahasiswa yang belum paham benar dengan penyampaian materi secara online.
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di era digital sekarang ini, kampus di Indonesia diharapkan
dapat menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi asing dalam pengembangan sumber daya manusia.
Seperti pertukaran dosen, mahasiswa hingga pemberian ijazah dual degree, di barenggi pula pelatihan dan
seminar perihal pembelajaran berbasis ICT. Hal Ini merupakan bagian dari peningkatan kualitas
pembelajaran di perguruan tinggi di Tanah Air. .
ERA DIGITAL : Dosen Menjadi Produsen Pengetahuan
Menyimak pendapat ahli Borrie Morries yang mengatakan ada 4 pola pembelajaran. Pertama, pola
pembelajaran tradisional. Pengajar (guru/dosen) masih menjadi aktor utama, tokoh yang dianggap paling
penting dalam pembelajaran. Pembelajaran masih berpusat kepada pengajar (Teacher Centered
Learning). Dalam mengajar pengajar tidak dibantu apapun. Pola pembelajaran tradisional II. Pengajar dan
alat bantu. Pada pembelajaran ini, pengajar sudah memakai alat bantu, namun tetap pengajar masih aktor
utama dalam mengajar.
Pola pengajar dan Media. Pembelajaran ini, pengajar sudah menggunakan media untuk mengajar. Sumber
ilmu yang diberikan tidak hanya dari dirinya tapi bisa diambil dari sumber-sumber lain. Seperti dari televisi,
media massa, internet dan lainnya. Di sini pengajar tidak lagi menjadi aktor utama. Tetapi, pembelajaran
sudah bergeser paradigmanya dari TCL. Menjadi Student Centered Learning (SCL). Peserta didik juga aktif
untuk mencari sumber ilmu dari lainnya.
Di era Digilat kekinian, pengajar (guru dan dosen) bisa memanfaatkan segala sumber ilmu untuk belajar.
Belajar juga bisa dilakukan tanpa harus tatap muka. Pola Pembelajaran Bermedia adalah pola yang cocok
dan relevan di zaman ini. Untuk mengaplikasikan pola pembelajaran Bermedia pengajar (guru dan dosen)
harus mampu menjadi produsen ilmu pengetahuan. Jika tidak, maka pengajar tidak akan mampu
menterjemahkan pola pembelajaran bermedia.
Perlu diketahui, dalam proses pembelajaran, ada fungsi penyesuaian atau adaptif. Pembelajaran peserta
didik harus disiapkan untuk bisa menyesuaikan dengan perkembangana zaman. Dii era digital ini, peserta
didik sudah memiliki gawai atau gadget tentunya mereka sering menggunakan alat tersebut. Jika pengajar
tidak mampu mengikuti perkembangan teknologi tersebut maka tentunya pembelajaran yang disampaikan
kurang diminati. Tetapi, jika pengajar mampu menjadi produsen ilmu pengetahuan dan peserta didik bisa
memanfaatkan melalui gadget maka tentunya pembelajaran tersebut lebih menarik.
Marilah kita sebagai pendidik untuk selalu update ilmu pengetahuan dan keterampilan (multi skill).
Saatnyalah kita menjadi produsen di era digital sehingga generasi muda kita merasa bahwa pengajar kita
selalu mau belajar.
Bagi mahasiswa juga harus mampu beradaptasi dengan teknologi. Jika selama ini belum menjadi
produsen ilmu pengetahuan. Saatnya paradigma pemikiran diubah, Manfaatkan kecanggihan teknologi
untuk mencari ilmu dan rezeki.
Semoga Bermanfaat. Salam Pendidikan Tinggi Indonesia !
Big Data di Era Digital
Beberapa tahun yang lalu, masyarakat sudah sering mendengar istilah ―Big Data‖. Istilah ini masih terasa
bias bagi sebagian masyarakat. Membuat istilahnya terdengar menarik namun maknanya sulit dipahami.
Teknologi pada saat itu memang sedang ramai-ramainya dengan media sosial dan mungkin awal dari
revolusi penyampaian ide dari yang benar sampai yang bohong, dari biasa sampai yang luar biasa, dari
2rius sampai serius.
Dulu sewaktu kuliah di bidang informatika, topik yang dipelajari lebih banyak menitikberatkan pada proses
algoritmik untuk menganalisis data yang pada dasarnya kompleks seperti multimedia (misal peta, gambar,
dan video). Istilah ‗big data‘ sendiri saya dengar pertama kali dari area yang lebih banyak penekanan pada
data dan bagaimana penanganannya. Istilah big data sebagai sebuah konvergensi teknologi. Dulu dikenal
istilah pengolahan data terdistribusi atau sistem terdistribusi dan pemrograman paralel ketika teknologi
prosesor komputer baru mulai mengenalkan adanya beberapa ―slot‖ kemudian berkembang menjadi ‗core‘
dalam satu ‗chip‘ dibandingkan sistem basis data dan keluarganya. Konsep basis data banyak digunakan
di dunia industry untuk penanganan data khusus.
Big data mulai muncul sebagai tren dalam pengelolaan informasi dalam kurun lima tahun terakhir
mengingat begitu besarnya pertumbuhan data di Internet, khususnya melalui media sosial. Secara umum
big data dapat diartikan sebagai sebuah kumpulan data yang berukuran sangat besar (volume), sangat
cepat berubah/bertumbuh (velocity), hadir dalam beragam bentuk/format (variety), serta memiliki nilai
tertentu (value), dengan catatan jika berasal dari sumber yang akurat (veracity).
Big Data adalah suatu tahapan yang dalam perkembangan teknologi yang mempertemukan kemajuan
teknologi perangkat keras dan teknik pemrosesan data lanjut. Mulai dari distributed system, parallel
computer hingga cloud computing. OLTP, OLAP/data warehouse, basis data non-relasional (NoSQL)
hingga Analytics, Business Intelligence. Mulai dari statistik deskriptif, model prediktif, pembelajaran mesin,
Data Mining/Knowledge Discovery hingga Data Science. Mulai dari rule-based system, expert system,
description logic hingga semantic web. Semuanya mengarah pada kebutuhan yang sama: fokus pada
transformasi data menjadi informasi tanpa perlu tahu banyak tentang proses yang ada di bawahnya. Intinya
adalah transparansi/abstraksi.
Big Data dapat menyimpan berbagai macam bentuk data dan berasumsi dapat bertanya tentang apapun
dari data tersebut, atau siapapun yang memiliki akses ke sistem komputasi tsb, baik sebagai sebagai
pemasok data maupun peminta informasi. Dalam berbagai literatur populer di web, kompleksitas yang
dimaksud sering disebut sebagai aspek multi-V (3V, 4V, atau 5V) seperti Volume, Velocity, Variety,
Veracity, dan Value. Aspek multi-V ini berasal dari karakteristik berbagai disiplin. Volume merupakan topik
utama di komunitas basis data (Very Large Data Base). Velocity sepertinya jadi kajian di komunitas
Jaringan Komputer, Sistem Terdistribusi, Sistem Komputer. Variety merupakan isu utama dalam komunitas
Sistem Informasi. Veracity sudah mulai disebut ketika perkenalan dengan topik Intelegensia Buatan.
Terakhir agar teknologi ini dapat dinikmati oleh masyarakat luas, maka syarat utamanya adalah adanya
Value bagi penggunanya. V yang terakhir lebih banyak digunakan akhir-akhir ini ditambahkan sebagai
salah satu jargon pemasaran.
Dalam pengertian teknis, big data didefinisikan sebagai sebuah problem domain dimana teknologi
tradisional seperti relasional database tidak mampu lagi untuk melayani. Peningkatan volume, velositas,
dan variasi data banyak diakibatkan oleh adopsi internet dimana setiap individu memproduksi konten atau
paling tidak meninggalkan sidik jari digital yang berpotensial untuk digunakan untuk hal-hal baru, dari
audiens targeting, rekomendasi ataupun penggunaan yang lebih tak terduga. Dengan Big Data dapat
memproses dan mengolah data dalam jumlah yang besar dari berbagai sumber dengan variasi data
berbeda, baik yang terstruktur (data structure) ataupun tidak terstruktur (data unstructured) untuk
mendapatkan pola-pola yang terjadi sehingga dapat ditemukan korelasi dan menghasilkan informasi yang
berguna dengan cepat.
Hal utama yang membedakan big data dengan kumpulan data konvensional terletak pada mekanisme
pengelolaannya. Sistem basis data relasional yang saat ini umum digunakan, sudah dirasakan tidak
mampu menangani kompleksitas big data secara optimal. Dengan disadari atau tidak, institusi, lembaga,
organisasi, perusahaan, masyarakat moderen saat ini, khususnya di kota-kota besar, termasuk di
Indonesia telah memiliki ketergantungan terhadap Internet. Sebagai suatu infrastruktur, kehadiran Internet
telah bertumbuh menjadi kebutuhan untuk berkomunikasi, bertukar pikiran, bahkan menjadi suatu saluran
untuk mencurahkan isi hati.
Masih banyak kalangan, bicara soal data seringkali masih diartikan terbatas pada data berupa angka atau
statistik. Data dianalogikan hanya diproduksi oleh kalangan tertentu saja, seperti peneliti, pakar keuangan,
ilmuwan, dll. Padahal menurut definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia (Daring) milik Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional RI, data adalah keterangan yg benar dan nyata: pengumpulan untuk
memperoleh keterangan atau bahan nyata yg dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau kesimpulan).
Definisi tersebut jelas tidak membatasi bahwa data harus berupa angka atau data harus dikeluarkan oleh
siapa.
Tanpa disadari setiap individu saat ini menghasilkan serta berurusan dengan data. Mulai dari data
sederhana berupa posting di Facebook, obrolan di WhatsApp, hingga data penting seperti presentasi
tender milyaran rupiah kepada klien. Sejumlah pakar memprediksi bahwa saat ini diperkirakan sekitar 2.5
triliun byte data dihasilkan setiap harinya. Mesin pencari google saja konon memproses 3.5 juta
permintaan/ hari dan Facebook menayangkan 300 juta foto/ hari. Belum lagi sumber-sumber lain yang
jumlahnya tak terbatas. Sangat Luar biasa bukan? Data yang terus menerus mengalir setiap detik, luar
biasa banyak dan beragam itulah yang kemudian dikenal dengan istilah Big Data.
Big Data memungkinkan ditemukannya pola-pola tersembunyi, korelasi data tak terduga, market trend,
selera konsumen, dan informasi bisnis berharga lainnya. Dimulai dengan pencarian sumber data,
mengekstrak seluruh data yang menjadi perhatian, menganalisa keterhubungan data, mengelompokkan
hasil analisa menjadi kumpulan informasi, kemudian informasi tersebut divisualisasikan untuk
memudahkan pengguna dalam menangkap hasil analisa sehingga pengguna mendapatkan insight dalam
membuat strategi. Dampak akhirnya tentunya peningkatan kinerja organisasi, bisnis, mulai dari efektivitas
program marketing, peluang pendapatan baru, pemahaman konsumen yang lebih baik, daya saing
perusahaan, serta berbagai manfaat bisnis lainnya. Meskipun sekarang mungkin belum banyak pihak
memanfaatkan inovasi ini, namun semua hanyalah soal waktu. Sama halnya ketika internet pertama kali
dikenalkan sekitar dua dekade lalu. Tidak semua perusahaan langsung mengadopsinya kala itu.
Sekarang, tidak ada institusi, lembaga, organisasi, perusahaan yang tidak membutuhkan internet.
Mengapa? Karena "lilitan" data yang semakin rumit akan memaksa banyak pihak untuk mencoba
menguraikannya dan menjadikannya bermanfaat. Contoh sederhana. Di era tahun 1980-an, bisa jadi
hanya ada 100 perguruan tinggi di Indonesia. Tapi kini, seiring perkembangan dan kebutuhan pendidikan
tinggi dan kemajuan teknologi dan kompetensi, berbagai perguruan tinggi bermunculan. Setiap perguruan
tinggi kini harus bisa menunjukkan "kelebihannya" di mata konsumen, alias harus jelas positioning-nya.
Aktivitas riset pun mulai menjadi pilar pengembangan strategi bisnis, untuk mengetahui secara pasti apa
keinginan pasar, bagaimana kondisi lapangan, dsb.
Kehadiran Big Data merupakan suatu terobosan yang dapat membantu berbagai macam aktivitas di era
global, tak terkecuali dengan perguruan tinggi. Teknologi Big Data semakin banyak diaplikasikan seiring
dengan volume data yang terus meningkat karena layanan berbasis online juga terus berkembang. Salah
satu kemudahan yang ditawarkan oleh Big Data, yaitu mengumpulkan data yang berskala sangat besar,
meski belum terstruktur, namun dapat diolah untuk proses pengambilan keputusan, turut faktor yang
berperan dalam meningkatkan poularitasnya.
Beberapa prinsip dari big data adalah tidak membuang data apapun karena residu tersebut mungkin akan
menjadi penting sejalannya waktu. Berikutnya, real-time processing. Sedangkan untuk menghadapi variasi
data yang tinggi, big data menciptakan struktur melalui ekstraksi, transformasi, tanpa harus membuang
data mentah yang dimiliki. Hal yang utama yang yang menyertai perkembangan dan pengelolaan big data,
yaitu: 1). infrastruktur jaringan komputer; 2). normalisasi (penyamaan) persepsi terhadap data (data
science); 3). big data sebagai fondasi untuk collaborative intelligence; dan 4). perlunya kesaradaran akan
nilai informasi yang mengiringi citra diri seseorang, sebuah organisasi ataupun institusi.
Pemerintah, para pemangku pendidikan tinggi, intitusi dan lembaga lainnya harus dapat memahami
tentang fenomena big data yang mulai menghinggapi Indonesia. Big data ini relevan sekali untuk dapat
dimanfaatkan, khususnya dalam rangka inovasi pendidikan, pengembangan mutu dunia pendidikan tinggi
Indonesia.
Dulu untuk mengetahui data dan informasi perkembangan di segala bidang (pendidikan, bisnis, ekonomi,
social, politik, dsb) biasanya memakan waktu berbulan-bulan, saat ini bisa diselesaikan dalam waktu yang
jauh lebih singkat. Dampaknya? Organisasi, intitusi pendidikan, lembaga, perusahaan semakin lincah dan
responsif menanggapi perubahan atau dinamika bisnis lainnya.
Dengan big data, dari kultur yang banyak tergantung pada keputusan berbasis insting dan pengalaman,
menjadi budaya pengambilan keputusan yang lebih objektif, berbasis data, dan memanfaatkan kekuatan
teknologi. Jadi, individu dan organisasi juga harus terdorong untuk berubah. Kemampuan mengetahui lebih
banyak, dapat menciptakan produk baru, memberikan layanan yang lebih baik, menjalin hubungan dengan
stakeholders yang harmonis dan berkelanjutan. Jika tidak, selengkap dan secepat apa pun informasi
berharga yang dihasilkan oleh Big Data, akan berakhir sebatas tampilan indah di layar computer
Perkembangan teknologi Big Data ke depan tidak melulu terkait dengan inovasi perangkat/ tools. Kelahiran
teknologi ini juga mendorong terciptanya paradigma baru dalam menjalankan bisnis di segala bidang.
Tantangan terbesar dalam adopsi Big Data di sebuah organisasi, intitusi, lembaga, perusahaan adalah
menciptakan evolusi dari budaya "merasa serba tahu" menjadi budaya belajar. Memasuki era Big Data
artinya (harus) siap memasuki era penuh inovasi, kreatifitas, petualangan tanpa batas.
Semoga bermanfaat. Salam pendidikan tinggi indonesia !
Kampus Sebagai Pusat Peradaban Masyarakat Modern
(Mengaplikasikan Paradigma Kampus Sebagai Pusat Peradaban Masyarakat Modern)
Sebelum membahasa kampus lebih jauh, ada baiknya kita pahami dulu dengan baik arti kata 'kampus'
yang sebenarnya. Kita sering kali mendengar kata kampus, tetapi kita belum tahu arti dan makna kata
kampus itu sendiri. Secara tidak langsung, mahasiswa, dosen, masyarakat umum mereka sering
mengucapkannya secara spontanitas, Ada sebagian orang yang tahu arti kampus itu sendiri, tetapi hanya
sebagian kecil saja Terutama mahasiswa yang memang benar-benar menggeluti ―kampus‖ itu sendiri.
Sebelum kita cari tahu maknanya, kita lihat dulu sejarahnya.
Pada awal mulanya, kata kampus hanya ditujukan untuk daerah yang luas atau lapangan. Kemudian pada
abad ke-18 kata kampus digunakan untuk menggambarkan sebuah universitas Collage Of New Jersey
yang sekarang berganti nama menjadi Princeton University. Dan ketika masuk abad ke-20 barulah kata
kampus dikembangkan menjadi makna sebuah universitas atau perguruan tinggi. Namun masih ada juga
yang menggunakan kata kampus untuk menyebutkan tempat yang luas atau bangunan yang luas, baik itu
bangunan untuk proses belajar-mengajar atau bangunan yang lainnya.
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata kampus menunjukan daerah lingkungan bangunan
utama perguruan tinggi (universitas, akademi) tempat semua kegiatan belajar-mengajar dan administrasi
berlangsung. Sedangkan menurut Wikipedia, kata kampus berasal dari bahasa latin, yaitu campus yang
berarti ―lapangan luas‖, Dalam pengertian modern, kampus berarti, sebuah kompleks atau daerah tertutup
yang merupakan kumpulan gedung-gedung universitas atau perguruan tinggi.
Dua definisi kampus diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa kata kampus itu sebenarnya berasal dari
kata latin campus yang sudah di Inggris-kan menjadi Campus yang berarti ‗bangunan‘ dari sebuah institusi
seperti perguruan tinggi dan akademi guna untuk proses kegiatan belajar-mengajar. Di Indonesia,
umumnya istilah kampus itu identik dengan sebuah perguruan tinggi atau sekolah-sekolah akademi. Baik
itu perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta. Bahkan biasanya kampus itu tidak digunakan
untuk proses belajar-mengajar saja, tetapi kampus itu meliputi seluruh bangunan yang ada di kompleks
perguruan tinggi tersebut. Seperti bangunan kantor administrasi, gedung kemahasiswaan, perpustakaan,
Masjid, bahkan kantin pun juga tergolong kampus, jika masih berada dalam kompleks kampus tersebut.
Bicara soal kampus, sudah pasti berkaitan dengan dunia perkuliahan dan semua aktivitas-aktivitas yang
terjadi di kampus. Kampus tidak hanya tempat untuk mengembangkan keilmuan, tetapi juga membentuk
kepribadian, kemandirian, keterampilan sosial, dan karakter. Kampus sebagai lembaga pendidikan tinggi,
selayaknya memiliki komitmen untuk melaksanakan dan mengawal pembentukan karakter bangsa.
Pengembangan Ipteks dan budaya akademik menjadi titik temu antara upaya pembinaan karakter dengan
peningkatan kualitas sebagai hasil dari proses pendidikan tinggi .
Kampus adalah tempat kaderisasi calon-calon pemimpin bangsa dimasa depan.Sudah sering disebutkan
bahwa kampus adalah miniatur masyarakat dan itu memang tepat. Di kampus berbagai orang dengan
berbagai latar belakang, ras, agama, pemikiran,ideologi dan kepentingan berkumpul dalam sebuah
sistem.Tak ubahnya dalam sebuah masyarakat. Walapun memang tingkat kompleksitasnya tidak setinggi
di masyarakat. Cerminan masyarakat di masa yang akan datang bisa dilihat dari kondisi kampus.
Kampus sebagai tempat pengkaderan pemimpin masa depan bangsa memiliki arti bahwa kampus adalah
sebuah tempat dimana input masyarakat yang masuk dibentuk oleh atmosfer dan dinamika sistem kampus
sehingga ketika lulus ia telah terwarnai dan kelak akan mewarnai kehidupan masyarakat.Melihat angka
kuliah di Indonesia yang cukup rendah yaitu hanya sekitar 18 persen ini menunjukkan bahwa hanya
segelintir orang saja yang bisa mengecapi nikmatnya berkuliah dan dari segelintir orang inilah nantinya
diharapkan terlahir para pengisi pos-pos strategis yang akan berperan dalam pembangunan bangsa,baik
itu dalam bidang politik, intelektual, ekonomi maupun sosial dan budaya.Kader-kader kampus yang sedikit
ini memiliki kapasitas intelektual yang lebih sehingga mereka berhak mengisi fungsi-fungsi kepemimpinan
di masyarakat di berbagai bidang.
Kampus sebagai pusat peradaban masyarakat modern memiliki makna bahwa dari kampuslah bermula
berbagai gagasan, inspirasi, serta motor dalam hal ini sumber daya mahasiswanya yang akan mewarnai
dan menentukan arah perjalanan bangsa.‖Mata air-mata air‖ yang tersebar di seluruh Indonesia
diharapkan dapat mengalirkan gagasan,inspirasi serta aksi dari motor-motor penggeraknya sehingga dapat
―menghidupkan‖ gairah serta vitalitas pembangunan.
Untuk setiap kampus dengan tempatnya masing-masing, makna dari kampus sebagai pusat mata air
kehidupan memberikan gambaran bahwa kampus adalah sebuah sumber keunggulan yang mentransfer
keunggulannya itu ke lingkungan sekitarnya layaknya mata air yang mengalirkan air ke lingkungan
sekitarnya sehingga vegetasi disekitarnya tumbuh dengan subur. Kampus seharusnya dapat menjadi
sumber energi pembangunan bagi lingkungan masyarakat yang ada disekitarnya.
Disinilah paradigma pusat peradaban kehidupan menampakkan bentuknya. Paradigma kampus sebagai
peradaban masyarakat manghendaki manajemen kampus menjadi sebuah menajemen yang rapih dan
bisa menjalankan tujuan-tujuannya secara efektif dan efisien.Paradigma peradaban masyarakat modern
juga menghendaki kampus sebagi sebuah sistem dengan segala dinamikanya yang mencerminkan vitalitas
dan gairah dalam membangun karakter mahasiswanya dengan sungguh-sungguh. Pendidikan yang
dijalankan adalah pendidikan dengan basis pembangunan karakter. Sementara karekter yang dibangun
adalah religious dan humanis. Paradigma ini juga menuntut adanya maksimalisasi peran kampus dalam
pengkajian produk-produk akademis dengan orientasi pembangunan kesejahteraan masyarakat.
Paradigma ini menekankan kampus sebagai sebuah sistem yang menampilkan kesungguh-sungguhan
serta profesionalitas tingkat tinggi dalam segala aspeknya.
Kampus sebagai pusat peradaban masyarakat modern menjunjung tinggi integritas dan menjaga nilai-nilai
Good Governance jauh dari korupsi dan keculasan lainnya. Budaya korup baik itu dipraktekan oleh
mahasiswanya melalui nyontek saat ujian atau menitipkan absen atau juga pemalsuan data skripsi maupun
oleh birokrat kampusnya yang menyelewengkan dana mahasiswa nya adalah cerminan gagalnya proses
pendidikan di kampus. Belum lagi bentuk-bentuk pelanggaran nilai integritas yang lain. Sepatutnya kampus
adalah lembaga yang sangat menjunjung tinggi integritas.‖Knowledge is power but character is more‖ kata
sebuah ungkapan. Pengembangan karakter melalui penjagaan integritas merupakan harga mati bagi
sebuah institusi pendidikan,sebab bila kondisinya antithesis akan menyebabkan proses ini berbalik hingga
menjadikan kampus pencetak koruptor-koruptor pintar dan penjahat-penjahat canggih.
Kondisi saat ini masih banyak kampus di Indonesia yang terjebak pada antithesis dari paradigm tadi.
Seperti umum diketahui masih banyak kampus yang pelayanannya jauh dari profesionalitas baik dalam
pelayanan akademik maupun kualitas pengajaran.Hal ini akan terkait dengan standarisasi mutu atau
akreditasi, efektifitas dan efisiensi otonomi serta akuntabilitas. Hal ini makin miris jika ditambah adanya
fakta tawuran antar mahasiswa berbeda kampus dan bentrokan fisik antara mahasiswa dengan birokrat
kampusnya.
Jika kampus tidak mampu mencetak kader-kader masa depan yang berbudi dan berkualitas maka hal ini
akan antithesis dengan apa yang diharapkan dari proses kaderisasi pemimpin masa depan bangsa.Jika
kampus sebagai pusat peradaban masyarakat modern sudah tercemar maka ia akan mengalirkan racun
dan permasalahan bagi masyarakat di sekitarnya. Potensi pencemaran ini bukan hanya terjadi akibat
proses dari sistem atau struktur sistem itu yang salah namun juga berasal dari faktor sosial dan budaya
seperti atmosfer kehidupan sosial di kampus itu sendiri. Contohnya ada opini yang cukup mengkhawatirkan
bahwa saat ini lembaga pendidikan sebagian cenderung menjadi ―sarang kemaksiatan baru‖. Sebagaiman
kita ketahui free sex dan hedonisme telah cukup merebak di kampus-kampus di tanah air. Hal ini
mempengaruhi pandangan hidup generasi muda tentang perannya di masyarakat. Kondisi
mengkhawatirkan lain adalah egoisme individu yang merupakan salah satu dampak dari borok
hedonisme.Hal ini nampak dari ketidakpedulian dan ketidakpekaan mahasiswa atau generasi muda pada
lingkungannya.Hal ini kurang sejalan dengan apa yang diharapkan pada salah satu poin pada Tri Dharma
Perguruan Tinggi yaitu Pengabdian Masyarakat. Ketidakpedulian ini juga bisa jadi bersumber dari apatisme
dan lemahnya cakrawala berpikir.
Selanjutnya bentuk pengejawantahan lain dari paradigma ini adalah menyadari bahwa kampus berada
pada irisan ketiga lingkungan yaitu lingkungan masyarakat ekonomi, lingkungan masyarakat politik, hukum
dan peradilan serta masyarakat sipil. Oleh karenanya dalam kiprahnya kampus harus memberikan porsi
yang seimbang pada ketiganya.Hal ini jika sudut pandang yang diambil adalah sudut pandang skala besar.
Dalam tataran yang lebih kecil, kampus sebagai pusat peradaban masyarakat modern harus memberikan
konstribusi melalui program-program pengembangan dan pembangunan masyarakat secara umum
(Community Development). Otonomi yang telah diberikan kepada kampus jangan sampai malah
menjadikan bergesernya arah fungsi pengabdian masyarakat menjadi egoisme organisasi apalagi hingga
kapitalisasi kampus.
Sisi positif dari otonomi kampus adalah harapan adanya peningkatan performance kampus, sebab kampus
merupakan lembaga nirlaba yang secara teori kapasitas performance-nya bergantung dari donasi sponsor
kini bisa mengalihkan dorongan berprestasinya menjadi bersumber pada mengusahakan kepuasan
stakeholder. Communnity Development, selain sebagai sarana yang bisa meningkatkan citra positif harus
dipertahankan menjadi misi utama kampus sebab apabila kampus kehilangan semangat dalam
menjalankan misi itu, akan timbul lack of trust dari masyarakat yang pada gilirannya wibawa kampus
sebagai pusat peradaban masyarakat akan hilang dan tujuan-tujuan utamanya akan tergerus.
Membangun kampus sebagai pusat peradaban masyarakat modern merupakan kerja besar yang sangat
strategis untuk menentukan arah perjalanan bangsa dimasa depan. Ini harus merupakan kerja keras dari
semua pihak. Selain hal-hal di atas, dalam dunia kampus proses pembelajaran menjadi hal yang cukup
signifikan jika dibandingkan dengan proses belajar mengajar di jenjang pendidikan sebelumnya. Ada begitu
banyak hal yang benar-benar harus diperhatikan disini. Sistem pendidikan yang menuntut pendidik (dosen)
untuk lebih aktif mengajar dan memberikan ilmu pada peserta didik, sebaliknya, mahasiswalah yang harus
lebih aktif dan mandiri dalam proses pembelajaran.
Dunia kampus, berisi orang -orang “hebat” baik dari kalangan dosen, alumni ataupun mahasiswa yang
rasanya sangat sayang jika tidak menimba ilmu dari mereka. Setidaknya kecipratan dan ketularan. Untuk
bertanya tentang berbagai hal, tidak susah untuk mengakses karena banyak pakar yang bisa dijadikan
rujukan. Dunia kampus tidak hanya mengajarkan kita dalam mengejar target-taget nilai (belajar) tetapi juga
secara tersirat mengajarkan kita bagimana berinteraksi dengan masyarakan luar secara langsung. Oleh
karena itu, dalam kehidupan kampus peluang bagi seluruh civitas akademika khususnya mahasiswa untuk
mengembangkan kepribadiannya menjadi begitu besar. Mahasiswa dituntut untuk bisa mengembangkan
kreatifivitas dan inovasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Masyarakat Kampus, dan Budaya Akademik
Mahasiswa sebagai bagian masyarakat ilmiah, perlu sadar bahwasanya kampus tempat belajar,
mengembangkan ilmu pengetahuan, bersosialisasi, berinteraksi, tempat memberi dan menerima, tempat
bertanya dan menjawab, wahana miniatur bagi kehidupan di luar kampus yang sebenarnya, yang mungkin
lebih liar dan berbahaya. Unpredictable. Bagi banyak orang lain mungkin kampus memiliki artinya masing-
masing. Memiliki ceritanya masing-masing. entah sedih, susah, senang, dan cinta. Kampus tidak akan
pernah menjadi kampus kalau hanya bicara perihal tempat saja. Orang-orang, termasuk interaksi sosial di
dalamnya yang membuat kampus itu menjadi ―kampus‖. Kampus merupakan tempat berkembang.
Kampus, bisa membuat ukuran menjadi tidak berarti. Membuat yang 35 hektar seakan-akan terasa seluas
negeri ini. Maka siapa yang merasa tidak cukup dengan hanya menguasai kampus ini? Semuanya ada.
Sistem hampir menyerupai negara, orang-orangnya sama beragamnya. Maka sangat lumrah jika kita
sering melihat banyak mahasiswa yang rela mengorbankan waktunya, memberikan seluruh hidupnya di
kampus. Betah beraktifitas di kampus, melakukan riset, belajar dan praktek di lab, perpustakaan, dan lain
sebagainya. Banyak karya dan inovasi yang dapat dihasilkan dari kampus dengan budaya ilmiah dan
akademiknya. Hanya disayangkan, kampus yang oleh undang-undang diberi otonomi bidang akademik
dan non-akademik lebih tertarik mengembangkan kemandirian non-akademik, terutama dalam mencari
sumber pemasukan, seperti bermacam jalur penerimaan mahasiswa, model pembayaran uang kuliah,
membuka program studi dan atau kegiatan yang laris manis. Pengelola kampus akhirnya lebih fokus
memikirkan strategi mencari dana daripada strategi menghidupkan budaya ilmiah.
Dalam dunia kampus, hal yang tidak bisa dipisahkan dari budaya dan etika akademik. Kampus menjadi
motor penggerak utama pembangunan budaya dan etika akademik melalui berbagai kegiatan ilmiah yang
dilakukan. Kampus sebagai intitusi/lembaga harus memperbesar jumlah dan peran masyarakatnya dalam
upaya membangun budaya akademik. Pembentukan budaya akademik juga ditentukan oleh dasar dan
orientasi kebijakan kampus. Ide-ide yang dijalankan, peraturan, dan filosofi administrasi, manajemen, serta
hubungan interpersonal berpengaruh besar kepada pembentukan pandangan, spirit, etika, dan atmosfer
lingkungan akademik. Karena itu, setiap keputusan yang diambil harus senantiasa melekat kepada fungsi
utama pendidikan tinggi yang menurut Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
(Pasal 4), adalah mengembangkan kemampuan akal budi dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi melalui tridarma.
Tridarma yang terdiri dari pendidikan dan pengajaran; penelitian; dan pengabdian masyarakat adalah
bentuk pengamalan fungsi dasar perguruan tinggi. Pendidikan dan pengajaran, selain mentransmisikan
pengetahuan dan informasi ilmiah, juga membentuk pandangan dan sikap ilmiah. Lulusan kampus
diharapkan mendarmabaktikan dirinya kepada masyarakat dengan melakukan pencerahan dan
memecahkan berbagai masalah berdasarkan pengalaman dan prinsip ilmiah yang diperolehnya sesuai
dengan moto, "Ilmu sebagai alat pengabdian".
Darma pengabdian sejatinya adalah bagaimana kampus, langsung atau tak langsung, menjalankan fungsi
saintifik di antaranya mengeksplanasi, memprediksi, serta mendorong masyarakat agar terhindar dari
petaka/kerugian atau memanfaatkan peluang dari perkembangan perilaku alami dan manusiawi. Kampus
sebagai lembaga pendidikan tinggi dengan pusat pengkajian dan penelitiannya seharusnya menjadi mitra
tak terpisahkan bagi pemerintah dan industri.
Kampus menawarkan banyak cara cara untuk berkarya, mengabdi, dan mengusahakan solusi bagi
masyarakat. Membuat warna-warni dunia dengan karya di berbagai bidang. Fenomena yang terjadi,
masyarakat semakin mudah terinformasikan dengan derasnya terpaan informasi yang didukung penuh
dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang makin pesat. Apa yang rakyat serukan,
akan mudah terdengar dan sampai pada pemerintah dengan cepat. Era media sosial, ketika suara
masyarakat bisa kita lihat hanya dari trending topic di twitter, foto-foto dengan beratus ribu like di
instagram, dan postingan dengan berkali-kali dishare ulang oleh para pengguna. Masyarakat kini lebih
sering beraspirasi di media lalu pemerintah langsung mendengarnya tanpa melalui wakil rakyat. Begitu
juga dengan ―penyambung lidah masyarakat‖. Mahasiswa sebagai penyambing lidah masyarakat, apakah
masih berlaku sampai sekarang?? Atau mungkin masyarakat sudah tidak butuh lagi penyambung lidah itu
karena sudah ada cara-cara sendiri seperti yang telah disebutkan.
Mahasiswa kini memiliki arti berbeda-beda pada setiap orangnya. Jika masyarakat ditanya, secara tidak
sadar mereka akan menjawab bahwa mahasiswa hanyalah orang-orang yang memiliki kewajiban untuk
belajar dan lulus. Tidak berharap lebih dari itu. Bahkan ketika coba menanyakan, ―bagaimana harapan
masyarakat terhadap mahasiswa?‖, jawabnya; cukup di doakan agar para mahasiswa sukses meraih masa
depannya.
Masyarakat kampus (dosen, mahasiswa) harus lebih cerdas membaca perubahan zaman, terus bergerak
melakukan perubahan melalui karya dan inovasi yang berdampak bagi diri sendiri juga masyarakat.
Mahasiswa, kampus, adalah perpaduan yang seharusnya bisa terus beradaptasi dengan zaman. Dengan
kondisi zaman yang seperti ini, sudah waktunya dosen, mahasiswa menaikan kapasitas diri dengan terus
mengeksplor lebih jauh, lebih dalam, dan lebih luas dari sebelum-sebelumnya. Dimulai dari diri kita, lalu
dunia.
Semoga kampus dan seluruh masyarakat di dalamnya bisa benar-benar memberikan sebuah kontribusi
untuk peradaban kehidupan masyarakat dan bangsa ini ke arah yang lebih baik.
Semoga bermanfaat. Salam pendidikan tinggi indonesia !
KAMPUS SEBAGAI PUSAT PERADABAN MASYARAKAT MODERN
(Mengaplikasikan Paradigma Kampus Sebagai Pusat Peradaban Masyarakat Modern)
Sebelum membahasa kampus lebih jauh, ada baiknya kita pahami dulu dengan baik arti kata 'kampus'
yang sebenarnya. Kita sering kali mendengar kata kampus, tetapi kita belum tahu arti dan makna kata
kampus itu sendiri. Secara tidak langsung, mahasiswa, dosen, masyarakat umum mereka sering
mengucapkannya secara spontanitas, Ada sebagian orang yang tahu arti kampus itu sendiri, tetapi hanya
sebagian kecil saja Terutama mahasiswa yang memang benar-benar menggeluti ―kampus‖ itu sendiri.
Sebelum kita cari tahu maknanya, kita lihat dulu sejarahnya.
Pada awal mulanya, kata kampus hanya ditujukan untuk daerah yang luas atau lapangan. Kemudian pada
abad ke-18 kata kampus digunakan untuk menggambarkan sebuah universitas Collage Of New Jersey
yang sekarang berganti nama menjadi Princeton University. Dan ketika masuk abad ke-20 barulah kata
kampus dikembangkan menjadi makna sebuah universitas atau perguruan tinggi. Namun masih ada juga
yang menggunakan kata kampus untuk menyebutkan tempat yang luas atau bangunan yang luas, baik itu
bangunan untuk proses belajar-mengajar atau bangunan yang lainnya.
Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata kampus menunjukan daerah lingkungan bangunan
utama perguruan tinggi (universitas, akademi) tempat semua kegiatan belajar-mengajar dan administrasi
[TYPETHESENDERCOMPANYNAME]
[Typethesendercompanyaddress][Typethesenderphonenumber][Typethesendere-mailaddress]
berlangsung. Sedangkan menurut Wikipedia, kata kampus berasal dari bahasa latin, yaitu campus yang
berarti ―lapangan luas‖, Dalam pengertian modern, kampus berarti, sebuah kompleks atau daerah tertutup
yang merupakan kumpulan gedung-gedung universitas atau perguruan tinggi.
Dua definisi kampus diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa kata kampus itu sebenarnya berasal dari
kata latin campus yang sudah di Inggris-kan menjadi Campus yang berarti ‗bangunan‘ dari sebuah institusi
seperti perguruan tinggi dan akademi guna untuk proses kegiatan belajar-mengajar. Di Indonesia,
umumnya istilah kampus itu identik dengan sebuah perguruan tinggi atau sekolah-sekolah akademi. Baik
itu perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta. Bahkan biasanya kampus itu tidak digunakan
untuk proses belajar-mengajar saja, tetapi kampus itu meliputi seluruh bangunan yang ada di kompleks
perguruan tinggi tersebut. Seperti bangunan kantor administrasi, gedung kemahasiswaan, perpustakaan,
Masjid, bahkan kantin pun juga tergolong kampus, jika masih berada dalam kompleks kampus tersebut.
Bicara soal kampus, sudah pasti berkaitan dengan dunia perkuliahan dan semua aktivitas-aktivitas yang
terjadi di kampus. Kamous tidak hanya tempat untuk mengembangkan keilmuan, tetapi juga membentuk
kepribadian, kemandirian, keterampilan sosial, dan karakter. Kampus sebagai lembaga pendidikan tinggi,
selayaknya memiliki komitmen untuk melaksanakan dan mengawal pembentukan karakter bangsa.
Pengembangan Ipteks dan budaya akademik menjadi titik temu antara upaya pembinaan karakter dengan
peningkatan kualitas sebagai hasil dari proses pendidikan tinggi .
Kampus adalah tempat kaderisasi calon-calon pemimpin bangsa dimasa depan.Sudah sering disebutkan
bahwa kampus adalah miniatur masyarakat dan itu memang tepat. Di kampus berbagai orang dengan
berbagai latar belakang, ras, agama, pemikiran,ideologi dan kepentingan berkumpul dalam sebuah
sistem.Tak ubahnya dalam sebuah masyarakat. Walapun memang tingkat kompleksitasnya tidak setinggi
di masyarakat. Cerminan masyarakat di masa yang akan datang bisa dilihat dari kondisi kampus.
Kampus sebagai tempat pengkaderan pemimpin masa depan bangsa memiliki arti bahwa kampus adalah
sebuah tempat dimana input masyarakat yang masuk dibentuk oleh atmosfer dan dinamika sistem kampus
sehingga ketika lulus ia telah terwarnai dan kelak akan mewarnai kehidupan masyarakat.Melihat angka
kuliah di Indonesia yang cukup rendah yaitu hanya sekitar 18 persen ini menunjukkan bahwa hanya
segelintir orang saja yang bisa mengecapi nikmatnya berkuliah dan dari segelintir orang inilah nantinya
diharapkan terlahir para pengisi pos-pos strategis yang akan berperan dalam pembangunan bangsa,baik
itu dalam bidang politik, intelektual, ekonomi maupun sosial dan budaya.Kader-kader kampus yang sedikit
ini memiliki kapasitas intelektual yang lebih sehingga mereka berhak mengisi fungsi-fungsi kepemimpinan
di masyarakat di berbagai bidang.
Kampus sebagai pusat peradaban masyarakat modern memiliki makna bahwa dari kampuslah bermula
berbagai gagasan, inspirasi, serta motor dalam hal ini sumber daya mahasiswanya yang akan mewarnai
dan menentukan arah perjalanan bangsa.‖Mata air-mata air‖ yang tersebar di seluruh Indonesia
diharapkan dapat mengalirkan gagasan,inspirasi serta aksi dari motor-motor penggeraknya sehingga dapat
―menghidupkan‖ gairah serta vitalitas pembangunan.
Untuk setiap kampus dengan tempatnya masing-masing, makna dari kampus sebagai pusat mata air
kehidupan memberikan gambaran bahwa kampus adalah sebuah sumber keunggulan yang mentransfer
keunggulannya itu ke lingkungan sekitarnya layaknya mata air yang mengalirkan air ke lingkungan
sekitarnya sehingga vegetasi disekitarnya tumbuh dengan subur. Kampus seharusnya dapat menjadi
sumber energi pembangunan bagi lingkungan masyarakat yang ada disekitarnya.
Disinilah paradigma pusat peradaban kehidupan menampakkan bentuknya. Paradigma kampus sebagai
peradaban masyarakat manghendaki manajemen kampus menjadi sebuah menajemen yang rapih dan
bisa menjalankan tujuan-tujuannya secara efektif dan efisien.Paradigma peradaban masyarakat modern
juga menghendaki kampus sebagi sebuah sistem dengan segala dinamikanya yang mencerminkan vitalitas
dan gairah dalam membangun karakter mahasiswanya dengan sungguh-sungguh. Pendidikan yang
dijalankan adalah pendidikan dengan basis pembangunan karakter. Sementara karekter yang dibangun
adalah religious dan humanis. Paradigma ini juga menuntut adanya maksimalisasi peran kampus dalam
pengkajian produk-produk akademis dengan orientasi pembangunan kesejahteraan
masyarakat.Paradigma ini menekankan kampus sebagai sebuah sistem yang menampilkan kesungguh-
sungguhan serta profesionalitas tingkat tinggi dalam segala aspeknya.
Kampus sebagai pusat peradaban masyarakat modern menjunjung tinggi integritas dan menjaga nilai-nilai
Good Governance jauh dari korupsi dan keculasan lainnya. Budaya korup baik itu dipraktekan oleh
mahasiswanya melalui nyontek saat ujian atau menitipkan absen atau juga pemalsuan data skripsi maupun
oleh birokrat kampusnya yang menyelewengkan dana mahasiswa nya adalah cerminan gagalnya proses
pendidikan di kampus. Belum lagi bentuk-bentuk pelanggaran nilai integritas yang lain. Sepatutnya kampus
adalah lembaga yang sangat menjunjung tinggi integritas.‖Knowledge is power but character is more‖ kata
sebuah ungkapan. Pengembangan karakter melalui penjagaan integritas merupakan harga mati bagi
sebuah institusi pendidikan,sebab bila kondisinya antithesis akan menyebabkan proses ini berbalik hingga
menjadikan kampus pencetak koruptor-koruptor pintar dan penjahat-penjahat canggih.
Kondisi saat ini masih banyak kampus di Indonesia yang terjebak pada antithesis dari paradigm tadi.
Seperti umum diketahui masih banyak kampus yang pelayanannya jauh dari profesionalitas baik dalam
pelayanan akademik maupun kualitas pengajaran.Hal ini akan terkait dengan standarisasi mutu atau
akreditasi, efektifitas dan efisiensi otonomi serta akuntabilitas. Hal ini makin miris jika ditambah adanya
fakta tawuran antar mahasiswa berbeda kampus dan bentrokan fisik antara mahasiswa dengan birokrat
kampusnya.
Jika kampus tidak mampu mencetak kader-kader masa depan yang berbudi dan berkualitas maka hal ini
akan antithesis dengan apa yang diharapkan dari proses kaderisasi pemimpin masa depan bangsa.Jika
kampus sebagai pusat peradaban masyarakat modern sudah tercemar maka ia akan mengalirkan racun
dan permasalahan bagi masyarakat di sekitarnya. Potensi pencemaran ini bukan hanya terjadi akibat
proses dari sistem atau struktur sistem itu yang salah namun juga berasal dari faktor sosial dan budaya
seperti atmosfer kehidupan sosial di kampus itu sendiri. Contohnya ada opini yang cukup mengkhawatirkan
bahwa saat ini lembaga pendidikan sebagian cenderung menjadi ―sarang kemaksiatan baru‖. Sebagaiman
kita ketahui free sex dan hedonisme telah cukup merebak di kampus-kampus di tanah air. Hal ini
mempengaruhi pandangan hidup generasi muda tentang perannya di masyarakat. Kondisi
mengkhawatirkan lain adalah egoisme individu yang merupakan salah satu dampak dari borok
hedonisme.Hal ini nampak dari ketidakpedulian dan ketidakpekaan mahasiswa atau generasi muda pada
lingkungannya.Hal ini kurang sejalan dengan apa yang diharapkan pada salah satu poin pada Tri Dharma
Perguruan Tinggi yaitu Pengabdian Masyarakat. Ketidakpedulian ini juga bisa jadi bersumber dari apatisme
dan lemahnya cakrawala berpikir.
Selanjutnya bentuk pengejawantahan lain dari paradigma ini adalah menyadari bahwa kampus berada
pada irisan ketiga lingkungan yaitu lingkungan masyarakat ekonomi, lingkungan masyarakat politik, hukum
dan peradilan serta masyarakat sipil. Oleh karenanya dalam kiprahnya kampus harus memberikan porsi
yang seimbang pada ketiganya.Hal ini jika sudut pandang yang diambil adalah sudut pandang skala besar.
Dalam tataran yang lebih kecil, kampus sebagai pusat peradaban masyarakat modern harus memberikan
konstribusi melalui program-program pengembangan dan pembangunan masyarakat secara umum
(Community Development). Otonomi yang telah diberikan kepada kampus jangan sampai malah
menjadikan bergesernya arah fungsi pengabdian masyarakat menjadi egoisme organisasi apalagi hingga
kapitalisasi kampus.
Sisi positif dari otonomi kampus adalah harapan adanya peningkatan performance kampus, sebab kampus
merupakan lembaga nirlaba yang secara teori kapasitas performance-nya bergantung dari donasi sponsor
kini bisa mengalihkan dorongan berprestasinya menjadi bersumber pada mengusahakan kepuasan
stakeholder. Communnity Development, selain sebagai sarana yang bisa meningkatkan citra positif harus
dipertahankan menjadi misi utama kampus sebab apabila kampus kehilangan semangat dalam
menjalankan misi itu, akan timbul lack of trust dari masyarakat yang pada gilirannya wibawa kampus
sebagai pusat peradaban masyarakat akan hilang dan tujuan-tujuan utamanya akan tergerus.
Membangun kampus sebagai pusat peradaban masyarakat modern merupakan kerja besar yang sangat
strategis untuk menentukan arah perjalanan bangsa dimasa depan. Ini harus merupakan kerja keras dari
semua pihak. Selain hal-hal di atas, dalam dunia kampus proses pembelajaran menjadi hal yang cukup
signifikan jika dibandingkan dengan proses belajar mengajar di jenjang pendidikan sebelumnya. Ada begitu
banyak hal yang benar-benar harus diperhatikan disini. Sistem pendidikan yang menuntut pendidik (dosen)
untuk lebih aktif mengajar dan memberikan ilmu pada peserta didik, sebaliknya, mahasiswalah yang harus
lebih aktif dan mandiri dalam proses pembelajaran.
Dunia kampus, berisi orang -orang “hebat” baik dari kalangan dosen, alumni ataupun mahasiswa yang
rasanya sangat sayang jika tidak menimba ilmu dari mereka. Setidaknya kecipratan dan ketularan. Untuk
bertanya tentang berbagai hal, tidak susah untuk mengakses karena banyak pakar yang bisa dijadikan
rujukan. Dunia kampus tidak hanya mengajarkan kita dalam mengejar target-taget nilai (belajar) tetapi juga
secara tersirat mengajarkan kita bagimana berinteraksi dengan masyarakan luar secara langsung. Oleh
karena itu, dalam kehidupan kampus peluang bagi seluruh civitas akademika khususnya mahasiswa untuk
mengembangkan kepribadiannya menjadi begitu besar. Mahasiswa dituntut untuk bisa mengembangkan
kreatifivitas dan inovasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Masyarakat Kampus, dan Budaya Akademik
Mahasiswa sebagai bagian masyarakat ilmiah, perlu sadar bahwasanya kampus tempat belajar,
mengembangkan ilmu pengetahuan, bersosialisasi, berinteraksi, tempat memberi dan menerima, tempat
bertanya dan menjawab, wahana miniatur bagi kehidupan di luar kampus yang sebenarnya, yang mungkin
lebih liar dan berbahaya. Unpredictable. Bagi banyak orang lain mungkin kampus memiliki artinya masing-
masing. Memiliki ceritanya masing-masing. entah sedih, susah, senang, dan cinta. Kampus tidak akan
pernah menjadi kampus kalau hanya bicara perihal tempat saja. Orang-orang, termasuk interaksi sosial di
dalamnya yang membuat kampus itu menjadi ―kampus‖. Kampus merupakan tempat berkembang.
Kampus, bisa membuat ukuran menjadi tidak berarti. Membuat yang 35 hektar seakan-akan terasa seluas
negeri ini. Maka siapa yang merasa tidak cukup dengan hanya menguasai kampus ini? Semuanya ada.
Sistem hampir menyerupai negara, orang-orangnya sama beragamnya. Maka sangat lumrah jika kita
sering melihat banyak mahasiswa yang rela mengorbankan waktunya, memberikan seluruh hidupnya di
kampus. Betah beraktifitas di kampus, melakukan riset, belajar dan praktek di lab, perpustakaan, dan lain
sebagainya. Banyak karya dan inovasi yang dapat dihasilkan dari kampus dengan budaya ilmiah dan
akademiknya. Hanya disayangkan, kampus yang oleh undang-undang diberi otonomi bidang akademik
dan non-akademik lebih tertarik mengembangkan kemandirian non-akademik, terutama dalam mencari
sumber pemasukan, seperti bermacam jalur penerimaan mahasiswa, model pembayaran uang kuliah,
membuka program studi dan atau kegiatan yang laris manis. Pengelola kampus akhirnya lebih fokus
memikirkan strategi mencari dana daripada strategi menghidupkan budaya ilmiah.
Dalam dunia kampus, hal yang tidak bisa dipisahkan dari budaya dan etika akademik. Kampus menjadi
motor penggerak utama pembangunan budaya dan etika akademik melalui berbagai kegiatan ilmiah yang
dilakukan. Kampus sebagai intitusi/lembaga harus memperbesar jumlah dan peran masyarakatnya dalam
upaya membangun budaya akademik. Pembentukan budaya akademik juga ditentukan oleh dasar dan
orientasi kebijakan kampus. Ide-ide yang dijalankan, peraturan, dan filosofi administrasi, manajemen, serta
hubungan interpersonal berpengaruh besar kepada pembentukan pandangan, spirit, etika, dan atmosfer
lingkungan akademik. Karena itu, setiap keputusan yang diambil harus senantiasa melekat kepada fungsi
utama pendidikan tinggi yang menurut Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
(Pasal 4), adalah mengembangkan kemampuan akal budi dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi melalui tridarma.
Tridarma yang terdiri dari pendidikan dan pengajaran; penelitian; dan pengabdian masyarakat adalah
bentuk pengamalan fungsi dasar perguruan tinggi. Pendidikan dan pengajaran, selain mentransmisikan
pengetahuan dan informasi ilmiah, juga membentuk pandangan dan sikap ilmiah. Lulusan kampus
diharapkan mendarmabaktikan dirinya kepada masyarakat dengan melakukan pencerahan dan
memecahkan berbagai masalah berdasarkan pengalaman dan prinsip ilmiah yang diperolehnya sesuai
dengan moto, "Ilmu sebagai alat pengabdian".
Darma pengabdian sejatinya adalah bagaimana kampus, langsung atau tak langsung, menjalankan fungsi
saintifik di antaranya mengeksplanasi, memprediksi, serta mendorong masyarakat agar terhindar dari
petaka/kerugian atau memanfaatkan peluang dari perkembangan perilaku alami dan manusiawi. Kampus
sebagai lembaga pendidikan tinggi dengan pusat pengkajian dan penelitiannya seharusnya menjadi mitra
tak terpisahkan bagi pemerintah dan industri.
Kampus menawarkan banyak cara cara untuk berkarya, mengabdi, dan mengusahakan solusi bagi
masyarakat. Membuat warna-warni dunia dengan karya di berbagai bidang. Fenomena yang terjadi,
masyarakat semakin mudah terinformasikan dengan derasnya terpaan informasi yang didukung penuh
dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang makin pesat. Apa yang rakyat serukan,
akan mudah terdengar dan sampai pada pemerintah dengan cepat. Era media sosial, ketika suara
masyarakat bisa kita lihat hanya dari trending topic di twitter, foto-foto dengan beratus ribu like di
instagram, dan postingan dengan berkali-kali dishare ulang oleh para pengguna. Masyarakat kini lebih
sering beraspirasi di media lalu pemerintah langsung mendengarnya tanpa melalui wakil rakyat. Begitu
juga dengan ―penyambung lidah masyarakat‖. Mahasiswa sebagai penyambing lidah masyarakat, apakah
masih berlaku sampai sekarang?? Atau mungkin masyarakat sudah tidak butuh lagi penyambung lidah itu
karena sudah ada cara-cara sendiri seperti yang telah disebutkan.
Mahasiswa kini memiliki arti berbeda-beda pada setiap orangnya. Jika masyarakat ditanya, secara tidak
sadar mereka akan menjawab bahwa mahasiswa hanyalah orang-orang yang memiliki kewajiban untuk
belajar dan lulus. Tidak berharap lebih dari itu. Bahkan ketika coba menanyakan, ―bagaimana harapan
masyarakat terhadap mahasiswa?‖, jawabnya; cukup di doakan agar para mahasiswa sukses meraih masa
depannya.
Masyarakat kampus (dosen, mahasiswa) harus lebih cerdas membaca perubahan zaman, terus bergerak
melakukan perubahan melalui karya dan inovasi yang berdampak bagi diri sendiri juga masyarakat.
Mahasiswa, kampus, adalah perpaduan yang seharusnya bisa terus beradaptasi dengan zaman. Dengan
kondisi zaman yang seperti ini, sudah waktunya dosen, mahasiswa menaikan kapasitas diri dengan terus
mengeksplor lebih jauh, lebih dalam, dan lebih luas dari sebelum-sebelumnya. Dimulai dari diri kita, lalu
dunia.
Semoga kampus dan seluruh masyarakat di dalamnya bisa benar-benar memberikan sebuah kontribusi
untuk peradaban kehidupan masyarakat dan bangsa ini ke arah yang lebih baik.
Semoga bermanfaat. Salam pendidikan tinggi indonesia !
Krisis Informasi dan Propoganda Hoax
Sesaat terlintas dibenak pikiran, menyimak sejenak hirup pikuk dunia maya yang terlihat didepan mata,
tampak jauh dari logika. Keadaan semakin carut-marut namun terlihat tenang, damai dan terkesan aman.
Segelas kopi menemani. Mencoba meresapi, berfikir bagaimana menyikapi dan menghadapi fenomena
ini.
Media Online dan Hoax
Kemajuan teknologi, terutama dalam bidang telekomunikasi, menjadi salah satu sarana untuk
menumpahkan unek-unek kita kita ke dunia maya. Ada yang sekedar ingin curhat, ada yang ingin
memberikan wejangan, ada yang gemar merangkai kata-kata indah. Namun, fenomena yang terjadi
sekarang adalah, menyebarnya hoax dan pengaruh-pengaruh berbahaya dan meracuni pikiran yang
tersebar melalui internet. Jika kita mampu berpikir secara logis dan bijak, hal apapun yang tertulis maupun
tersaji di internet tidak akan meracuni pikiran kita. Namun, tidak semua orang mempunyai kemampuan ini,
atau mungkin ada sebagian orang yang mempunyai kemampuan berpikir secara logis dan bijak, namun
karena satu dan lain hal, tidak menggunakannya.
Harus diakui bahwa masih banyak masyarakat kita yang tak mampu mencerna informasi yang ada di
sekitarnya, dan kemampuan mengambil kesimpulan yang logis. Dulu, hal ini tidak terlalu menjadi masalah,
karena belum muncul dan berkembanganya teknologi informasi dan social media. Dulu, guru, dosen bisa
menjadi penengah, bisa menjadi voice of reason jika ada berita yang simpang siur atau gosip-gosip tanpa
bukti, namun yang terjadi di jaman sekarang, justru banyak di antara mereka yang terjebak dan termakan
hoax. Banyak di antara mereka yang justru menjadi korban. Tidak heran, jika masyarakat sekarang ini
banyak menjadi kacau logika berpikirnya, karena selalu terpapar oleh argumen-argumen yang tidak
bernalar sehat akibat percaya pada berita-berita hoax yang bertebaran di internet. Jelang tahun politik,
banyaknya oknum-oknum sering memanfaatkan kondisi masyarakat kita yang mudah terhasut dengan hal-
hal yang bersifat politik SARA.
Masyarakat Indonesia tengah dilanda wabah hoax alias berita bohong yang berseleweran di social media.
Media sosial yang seharusnya menjadi sarana untuk menyerap informasi positif yang mencerdaskan telah
banyak didistorsi oleh kelompok-kelompok yang tak bertanggung jawab, dengan menjadikanya sebagai
ruang untuk doktrinasi dan menebar kebencian. Tak jarang, informasi yang muncul di media sosial adalah
informasi-informasi yang tidak jelas sumbernya.
Merebaknya wabah informasi hoax dewasa ini, juga telah mencoreng kemuliaan fungsi dari media massa
khususnya media online. Harus diakui bahwa kehadiran media massa terutama media online dewasa ini
telah menciptakan keresahan masyarakat. Publik cenderung kesulitan membedakan media online yang
memiliki krediblitas dan payung hukum jelas dan yang tidak. Karena kehadiran media online di media
sosial begitu merayap. Akibatnya para pengguna media sosial dengan mudah meng share berita-berita
yang muncul tanpa melakukan kroscek dan filter apakah informasi yang diterima benar atau tidak. Dalam
situasi yang demikian inilah maka anak bangsa akan mudah terjangkit wabah informasi hoax.
Akibat dari maraknya informasi hoax tersebut, sering terjadi hujat menghujat dan caci mencaci antar
sesama anak bangsa. Nilai-nilai etik dan moralitas terus terkikis. Adat ketimuran yang kental dengan sikap
saling menghormati dan menghargai, yang muda menghormati yang tua, dan yang tua mengayomi yang
muda terus terkikis dan tidak lagi menjadi karakter bangsa ini. Sikap-sikap intoleran terus mewarnai
kehidupan berbangsa dan bernegara dewasa ini.
Sebagai media informasi, media massa sebenarnya memiliki fungsi memberikan informasi dan edukasi
pada publik dan masyarakat. Banyaknya informasi hoax yang lahir dari media massa, mengaburkan nilai
mulia dari media tersebut. Secara tidak langsung telah meruntuhkan nilai-nilai jurnalistik dan dunia
kewartawanan. Padahal dalam Undang-Undang No.40 Tahun 1999 Pasal 3 ayat 1 disebutkan bahwa, pers
nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Artinya,
sebagai salah satu pilar demokrasi, media massa memiliki kewajiban untuk memberikan pencerahan
pengetahuan kepada masyarakat. Sehingga masyarakat lebih cerdas dan melek informasi.
Harus diakui bahwa apapun bentuknya, informasi adalah ‗teks‘ yang mengandung kompleksitas unsur nilai
(kepentingan). Sebagai teks, informasi mempunyai fungsi representatif—mewakili hal-hal yang tersurat dan
tersirat. Nilai ideologis sangat inheren dengan keberadaan sebuah informasi, meski dalam praktiknya
konsumen informasi cenderung tidak menyadarinya. Dalam ketidak sadaran inilah sebenarnya ‗kuasa‘
ideologi, melalui informasi bekerja.
Setiap informasi yang hadir pada ruang publik sebenarnya memiliki nilai-nilai ideologis yang senafas
dengan kepentingan subjeknya. Dari sini kita akan mengerti, meminjam istilah Norman Fairclough, bahwa
merebaknya wabah informasi hoax sebenarnya ada propaganda tertentu yang dilakukan oleh aktor-aktor
yang ada di balik lahirnya teks informasi tersebut. Melalui struktur bahasa yang rapi, mereka akan mudah
mempropagandakan keyakinan dan pemahaman pada publik. Karena bahasa dalam filsafat linguistik
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu
Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu

More Related Content

What's hot

Peta konsep pertumbuhan dan perkembangan
Peta konsep pertumbuhan dan perkembanganPeta konsep pertumbuhan dan perkembangan
Peta konsep pertumbuhan dan perkembanganDevia Titania
 
Konsep Pendidikan Holistik
Konsep Pendidikan HolistikKonsep Pendidikan Holistik
Konsep Pendidikan HolistikLSP3I
 
Landasan teori komunikasi dan informasi
Landasan teori komunikasi dan informasi Landasan teori komunikasi dan informasi
Landasan teori komunikasi dan informasi Novaria Roy
 
Kurikulum & pembelajaran (ppt)
Kurikulum & pembelajaran (ppt)Kurikulum & pembelajaran (ppt)
Kurikulum & pembelajaran (ppt)Dewi Kurnia
 
Pendidikan Global dan Globalisasi
Pendidikan Global dan GlobalisasiPendidikan Global dan Globalisasi
Pendidikan Global dan GlobalisasiMuhamad Yogi
 
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat LogikaPengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat LogikaSiti Hardiyanti
 
Filsafat Pendidikan Progresivisme
Filsafat Pendidikan ProgresivismeFilsafat Pendidikan Progresivisme
Filsafat Pendidikan ProgresivismeSTKIP PGRI Pacitan
 
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu PendidikanPPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu PendidikanUniversity of Jember
 
Sosiologi dan Antropologi Pendidikan
Sosiologi dan Antropologi PendidikanSosiologi dan Antropologi Pendidikan
Sosiologi dan Antropologi PendidikanIjal Mustofa
 
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmuKumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmuPutriAgilya
 
Presentasi Proposal Disertasi SPs UIN Jakarta by Hasani Ahmad Said
Presentasi Proposal Disertasi SPs UIN Jakarta by Hasani Ahmad Said Presentasi Proposal Disertasi SPs UIN Jakarta by Hasani Ahmad Said
Presentasi Proposal Disertasi SPs UIN Jakarta by Hasani Ahmad Said Hasaniahmadsaid
 

What's hot (20)

Peta konsep pertumbuhan dan perkembangan
Peta konsep pertumbuhan dan perkembanganPeta konsep pertumbuhan dan perkembangan
Peta konsep pertumbuhan dan perkembangan
 
Konsep Pendidikan Holistik
Konsep Pendidikan HolistikKonsep Pendidikan Holistik
Konsep Pendidikan Holistik
 
DASAR-DASAR MANAJEMEN PR
DASAR-DASAR MANAJEMEN PRDASAR-DASAR MANAJEMEN PR
DASAR-DASAR MANAJEMEN PR
 
Landasan teori komunikasi dan informasi
Landasan teori komunikasi dan informasi Landasan teori komunikasi dan informasi
Landasan teori komunikasi dan informasi
 
Kurikulum & pembelajaran (ppt)
Kurikulum & pembelajaran (ppt)Kurikulum & pembelajaran (ppt)
Kurikulum & pembelajaran (ppt)
 
Pendidikan Global dan Globalisasi
Pendidikan Global dan GlobalisasiPendidikan Global dan Globalisasi
Pendidikan Global dan Globalisasi
 
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat LogikaPengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
Pengertian, Objek, Macam, Manfaat Logika
 
Filsafat Pendidikan Progresivisme
Filsafat Pendidikan ProgresivismeFilsafat Pendidikan Progresivisme
Filsafat Pendidikan Progresivisme
 
Pengantar filsafat
Pengantar filsafatPengantar filsafat
Pengantar filsafat
 
Kelompok 3
Kelompok 3Kelompok 3
Kelompok 3
 
Analisis Instruksional
Analisis InstruksionalAnalisis Instruksional
Analisis Instruksional
 
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
TEKNOLOGI PEMBELAJARANTEKNOLOGI PEMBELAJARAN
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
 
KONSEP DASAR PENDIDIKAN
KONSEP DASAR PENDIDIKANKONSEP DASAR PENDIDIKAN
KONSEP DASAR PENDIDIKAN
 
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu PendidikanPPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
PPT Epistemologi mata kuliah Filsafat Ilmu Pendidikan
 
Desain pembelajaran
Desain pembelajaranDesain pembelajaran
Desain pembelajaran
 
Teori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivismeTeori belajar konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme
 
Sosiologi dan Antropologi Pendidikan
Sosiologi dan Antropologi PendidikanSosiologi dan Antropologi Pendidikan
Sosiologi dan Antropologi Pendidikan
 
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmuKumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
Kumpulan pertanyaan & jawaban mata kuliah filsafat ilmu
 
Media pembelajaran berbasis internet
Media pembelajaran berbasis internet Media pembelajaran berbasis internet
Media pembelajaran berbasis internet
 
Presentasi Proposal Disertasi SPs UIN Jakarta by Hasani Ahmad Said
Presentasi Proposal Disertasi SPs UIN Jakarta by Hasani Ahmad Said Presentasi Proposal Disertasi SPs UIN Jakarta by Hasani Ahmad Said
Presentasi Proposal Disertasi SPs UIN Jakarta by Hasani Ahmad Said
 

Similar to Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu

Digitalisasi Pendidikan Indonesia
Digitalisasi Pendidikan IndonesiaDigitalisasi Pendidikan Indonesia
Digitalisasi Pendidikan IndonesiaLSP3I
 
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tersebut
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tersebutSeiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tersebut
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tersebutdianseptian09
 
Tugas sim, siti aisyah 43218110095, dampak pemanfaatan sistem e learning pada...
Tugas sim, siti aisyah 43218110095, dampak pemanfaatan sistem e learning pada...Tugas sim, siti aisyah 43218110095, dampak pemanfaatan sistem e learning pada...
Tugas sim, siti aisyah 43218110095, dampak pemanfaatan sistem e learning pada...asyaaisyah
 
Pemanfaatan tik dalam pembelajaran
Pemanfaatan tik dalam pembelajaranPemanfaatan tik dalam pembelajaran
Pemanfaatan tik dalam pembelajaranJerry Makawimbang
 
Uts tik winda eka putri_1D
Uts tik winda eka putri_1DUts tik winda eka putri_1D
Uts tik winda eka putri_1Dwindaekaputri2
 
Tantangan pendidikan revolusi vivi f.o
Tantangan pendidikan revolusi  vivi f.oTantangan pendidikan revolusi  vivi f.o
Tantangan pendidikan revolusi vivi f.oViviFransischaotl
 
Uts tik widiya permatasari 1_d pgsd
Uts tik widiya permatasari 1_d pgsdUts tik widiya permatasari 1_d pgsd
Uts tik widiya permatasari 1_d pgsdWidiyaPermatasari1
 
Tugas 14, celine danaris gracia, yananto mihadi putra, se, m.si, pengenalan e...
Tugas 14, celine danaris gracia, yananto mihadi putra, se, m.si, pengenalan e...Tugas 14, celine danaris gracia, yananto mihadi putra, se, m.si, pengenalan e...
Tugas 14, celine danaris gracia, yananto mihadi putra, se, m.si, pengenalan e...CELINEDANARIS
 
Analisis jurnal tema penerimaan e learning
Analisis jurnal tema penerimaan e learningAnalisis jurnal tema penerimaan e learning
Analisis jurnal tema penerimaan e learningsuhailarahman26
 
Jurnal latif
Jurnal latifJurnal latif
Jurnal latifilah2012
 
Ulasan artikel
Ulasan artikelUlasan artikel
Ulasan artikelKer0
 
Peran teknologi pendidikan dalam meningkatkan mutu serta kualitas peserta did...
Peran teknologi pendidikan dalam meningkatkan mutu serta kualitas peserta did...Peran teknologi pendidikan dalam meningkatkan mutu serta kualitas peserta did...
Peran teknologi pendidikan dalam meningkatkan mutu serta kualitas peserta did...Octaryo Susilo
 
Kecenderungan Global & Regional dalam Pemanfaatan Teknologi Komunikasi dan In...
Kecenderungan Global & Regional dalam Pemanfaatan Teknologi Komunikasi dan In...Kecenderungan Global & Regional dalam Pemanfaatan Teknologi Komunikasi dan In...
Kecenderungan Global & Regional dalam Pemanfaatan Teknologi Komunikasi dan In...guest7db2e8
 
Tugas Prof. Yusuf
Tugas Prof. YusufTugas Prof. Yusuf
Tugas Prof. Yusufaidil.1976
 
Kecenderungan global & regional dalam pemanfaatan teknologi komunikasi dan in...
Kecenderungan global & regional dalam pemanfaatan teknologi komunikasi dan in...Kecenderungan global & regional dalam pemanfaatan teknologi komunikasi dan in...
Kecenderungan global & regional dalam pemanfaatan teknologi komunikasi dan in...RETNOSUSILOWATI
 

Similar to Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu (20)

Digitalisasi Pendidikan Indonesia
Digitalisasi Pendidikan IndonesiaDigitalisasi Pendidikan Indonesia
Digitalisasi Pendidikan Indonesia
 
Tugasan 3
Tugasan 3Tugasan 3
Tugasan 3
 
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tersebut
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tersebutSeiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tersebut
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tersebut
 
Asimen hbef233
Asimen hbef233Asimen hbef233
Asimen hbef233
 
Tugas sim, siti aisyah 43218110095, dampak pemanfaatan sistem e learning pada...
Tugas sim, siti aisyah 43218110095, dampak pemanfaatan sistem e learning pada...Tugas sim, siti aisyah 43218110095, dampak pemanfaatan sistem e learning pada...
Tugas sim, siti aisyah 43218110095, dampak pemanfaatan sistem e learning pada...
 
Pemanfaatan tik dalam pembelajaran
Pemanfaatan tik dalam pembelajaranPemanfaatan tik dalam pembelajaran
Pemanfaatan tik dalam pembelajaran
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Uts tik winda eka putri_1D
Uts tik winda eka putri_1DUts tik winda eka putri_1D
Uts tik winda eka putri_1D
 
Tantangan pendidikan revolusi vivi f.o
Tantangan pendidikan revolusi  vivi f.oTantangan pendidikan revolusi  vivi f.o
Tantangan pendidikan revolusi vivi f.o
 
Uts tik widiya permatasari 1_d pgsd
Uts tik widiya permatasari 1_d pgsdUts tik widiya permatasari 1_d pgsd
Uts tik widiya permatasari 1_d pgsd
 
Tugas 14, celine danaris gracia, yananto mihadi putra, se, m.si, pengenalan e...
Tugas 14, celine danaris gracia, yananto mihadi putra, se, m.si, pengenalan e...Tugas 14, celine danaris gracia, yananto mihadi putra, se, m.si, pengenalan e...
Tugas 14, celine danaris gracia, yananto mihadi putra, se, m.si, pengenalan e...
 
MODUL 2 KB 4
MODUL 2 KB 4MODUL 2 KB 4
MODUL 2 KB 4
 
Analisis jurnal tema penerimaan e learning
Analisis jurnal tema penerimaan e learningAnalisis jurnal tema penerimaan e learning
Analisis jurnal tema penerimaan e learning
 
Jurnal latif
Jurnal latifJurnal latif
Jurnal latif
 
Ulasan artikel
Ulasan artikelUlasan artikel
Ulasan artikel
 
Peran teknologi pendidikan dalam meningkatkan mutu serta kualitas peserta did...
Peran teknologi pendidikan dalam meningkatkan mutu serta kualitas peserta did...Peran teknologi pendidikan dalam meningkatkan mutu serta kualitas peserta did...
Peran teknologi pendidikan dalam meningkatkan mutu serta kualitas peserta did...
 
Kecenderungan Global & Regional dalam Pemanfaatan Teknologi Komunikasi dan In...
Kecenderungan Global & Regional dalam Pemanfaatan Teknologi Komunikasi dan In...Kecenderungan Global & Regional dalam Pemanfaatan Teknologi Komunikasi dan In...
Kecenderungan Global & Regional dalam Pemanfaatan Teknologi Komunikasi dan In...
 
Tugas Prof. Yusuf
Tugas Prof. YusufTugas Prof. Yusuf
Tugas Prof. Yusuf
 
Kecenderungan global & regional dalam pemanfaatan teknologi komunikasi dan in...
Kecenderungan global & regional dalam pemanfaatan teknologi komunikasi dan in...Kecenderungan global & regional dalam pemanfaatan teknologi komunikasi dan in...
Kecenderungan global & regional dalam pemanfaatan teknologi komunikasi dan in...
 
Tugas Prof. Yusuf
Tugas Prof. YusufTugas Prof. Yusuf
Tugas Prof. Yusuf
 

More from LSP3I

Hukum Pareto Yang Dapat Diterapkan Dalam Kegiatan Pendidikan dan Pembelajaran
Hukum Pareto Yang Dapat Diterapkan Dalam Kegiatan Pendidikan dan PembelajaranHukum Pareto Yang Dapat Diterapkan Dalam Kegiatan Pendidikan dan Pembelajaran
Hukum Pareto Yang Dapat Diterapkan Dalam Kegiatan Pendidikan dan PembelajaranLSP3I
 
Perubahan substansi pendidikan dan elemen pendidikan essensial zaman now
Perubahan substansi pendidikan dan elemen pendidikan essensial zaman nowPerubahan substansi pendidikan dan elemen pendidikan essensial zaman now
Perubahan substansi pendidikan dan elemen pendidikan essensial zaman nowLSP3I
 
Menyoal transformasi pendidikan tinggi di era 4.0
Menyoal transformasi pendidikan tinggi di era 4.0Menyoal transformasi pendidikan tinggi di era 4.0
Menyoal transformasi pendidikan tinggi di era 4.0LSP3I
 
Membangun relevansi dunia pendidikan dan dunia kerja
Membangun relevansi dunia pendidikan dan dunia kerjaMembangun relevansi dunia pendidikan dan dunia kerja
Membangun relevansi dunia pendidikan dan dunia kerjaLSP3I
 
Pentingnya perubahan pendidikan di era pengetahuan
Pentingnya perubahan pendidikan di era pengetahuanPentingnya perubahan pendidikan di era pengetahuan
Pentingnya perubahan pendidikan di era pengetahuanLSP3I
 
Covid19 dan Media
Covid19 dan Media Covid19 dan Media
Covid19 dan Media LSP3I
 
Metode pendidikan baru dalam beradaptasi dengan revolusi industri 4.0
Metode pendidikan baru dalam beradaptasi dengan revolusi industri 4.0Metode pendidikan baru dalam beradaptasi dengan revolusi industri 4.0
Metode pendidikan baru dalam beradaptasi dengan revolusi industri 4.0LSP3I
 
Skill yang harus dimiliki Lulusan Perguruan Tinggi di era industri 4.0
Skill yang harus dimiliki Lulusan Perguruan Tinggi di era industri 4.0Skill yang harus dimiliki Lulusan Perguruan Tinggi di era industri 4.0
Skill yang harus dimiliki Lulusan Perguruan Tinggi di era industri 4.0LSP3I
 
Mengenal metode dan teknik mengajar dosen masa kini
Mengenal metode dan teknik mengajar dosen masa kiniMengenal metode dan teknik mengajar dosen masa kini
Mengenal metode dan teknik mengajar dosen masa kiniLSP3I
 
Strategi perguruan tinggi untuk menarik minat mahasiswa baru
Strategi perguruan tinggi untuk menarik minat mahasiswa baruStrategi perguruan tinggi untuk menarik minat mahasiswa baru
Strategi perguruan tinggi untuk menarik minat mahasiswa baruLSP3I
 
Sentuhan bisnis di intitusi pendidikan
Sentuhan bisnis di intitusi pendidikanSentuhan bisnis di intitusi pendidikan
Sentuhan bisnis di intitusi pendidikanLSP3I
 
Menelisik Sisi Lain Disruptif
Menelisik Sisi Lain DisruptifMenelisik Sisi Lain Disruptif
Menelisik Sisi Lain DisruptifLSP3I
 
Realitas Objektif versus Realitas Media
Realitas Objektif versus Realitas MediaRealitas Objektif versus Realitas Media
Realitas Objektif versus Realitas MediaLSP3I
 
Pendidikan harus Menyenangkan
Pendidikan harus MenyenangkanPendidikan harus Menyenangkan
Pendidikan harus MenyenangkanLSP3I
 
Menggagas perguruan tinggi alternatif berbasis entrepreneurship dan ekonomi k...
Menggagas perguruan tinggi alternatif berbasis entrepreneurship dan ekonomi k...Menggagas perguruan tinggi alternatif berbasis entrepreneurship dan ekonomi k...
Menggagas perguruan tinggi alternatif berbasis entrepreneurship dan ekonomi k...LSP3I
 
Teknik Presentasi dalam proses pembelajaran
Teknik Presentasi dalam proses pembelajaranTeknik Presentasi dalam proses pembelajaran
Teknik Presentasi dalam proses pembelajaranLSP3I
 
Dosen, mahasiswa dan pembelajaran kekinian
Dosen, mahasiswa dan pembelajaran kekinianDosen, mahasiswa dan pembelajaran kekinian
Dosen, mahasiswa dan pembelajaran kekinianLSP3I
 
Pendidikan Instan : Telisik Sisi Lain Praktek Pendidikan Kekinian
Pendidikan Instan :  Telisik Sisi Lain Praktek Pendidikan KekinianPendidikan Instan :  Telisik Sisi Lain Praktek Pendidikan Kekinian
Pendidikan Instan : Telisik Sisi Lain Praktek Pendidikan KekinianLSP3I
 
Sistem penjaminan mutu internal PT 2018
Sistem penjaminan mutu internal PT 2018Sistem penjaminan mutu internal PT 2018
Sistem penjaminan mutu internal PT 2018LSP3I
 
Pembelajaran di Era Industri 4.0
Pembelajaran di Era Industri 4.0Pembelajaran di Era Industri 4.0
Pembelajaran di Era Industri 4.0LSP3I
 

More from LSP3I (20)

Hukum Pareto Yang Dapat Diterapkan Dalam Kegiatan Pendidikan dan Pembelajaran
Hukum Pareto Yang Dapat Diterapkan Dalam Kegiatan Pendidikan dan PembelajaranHukum Pareto Yang Dapat Diterapkan Dalam Kegiatan Pendidikan dan Pembelajaran
Hukum Pareto Yang Dapat Diterapkan Dalam Kegiatan Pendidikan dan Pembelajaran
 
Perubahan substansi pendidikan dan elemen pendidikan essensial zaman now
Perubahan substansi pendidikan dan elemen pendidikan essensial zaman nowPerubahan substansi pendidikan dan elemen pendidikan essensial zaman now
Perubahan substansi pendidikan dan elemen pendidikan essensial zaman now
 
Menyoal transformasi pendidikan tinggi di era 4.0
Menyoal transformasi pendidikan tinggi di era 4.0Menyoal transformasi pendidikan tinggi di era 4.0
Menyoal transformasi pendidikan tinggi di era 4.0
 
Membangun relevansi dunia pendidikan dan dunia kerja
Membangun relevansi dunia pendidikan dan dunia kerjaMembangun relevansi dunia pendidikan dan dunia kerja
Membangun relevansi dunia pendidikan dan dunia kerja
 
Pentingnya perubahan pendidikan di era pengetahuan
Pentingnya perubahan pendidikan di era pengetahuanPentingnya perubahan pendidikan di era pengetahuan
Pentingnya perubahan pendidikan di era pengetahuan
 
Covid19 dan Media
Covid19 dan Media Covid19 dan Media
Covid19 dan Media
 
Metode pendidikan baru dalam beradaptasi dengan revolusi industri 4.0
Metode pendidikan baru dalam beradaptasi dengan revolusi industri 4.0Metode pendidikan baru dalam beradaptasi dengan revolusi industri 4.0
Metode pendidikan baru dalam beradaptasi dengan revolusi industri 4.0
 
Skill yang harus dimiliki Lulusan Perguruan Tinggi di era industri 4.0
Skill yang harus dimiliki Lulusan Perguruan Tinggi di era industri 4.0Skill yang harus dimiliki Lulusan Perguruan Tinggi di era industri 4.0
Skill yang harus dimiliki Lulusan Perguruan Tinggi di era industri 4.0
 
Mengenal metode dan teknik mengajar dosen masa kini
Mengenal metode dan teknik mengajar dosen masa kiniMengenal metode dan teknik mengajar dosen masa kini
Mengenal metode dan teknik mengajar dosen masa kini
 
Strategi perguruan tinggi untuk menarik minat mahasiswa baru
Strategi perguruan tinggi untuk menarik minat mahasiswa baruStrategi perguruan tinggi untuk menarik minat mahasiswa baru
Strategi perguruan tinggi untuk menarik minat mahasiswa baru
 
Sentuhan bisnis di intitusi pendidikan
Sentuhan bisnis di intitusi pendidikanSentuhan bisnis di intitusi pendidikan
Sentuhan bisnis di intitusi pendidikan
 
Menelisik Sisi Lain Disruptif
Menelisik Sisi Lain DisruptifMenelisik Sisi Lain Disruptif
Menelisik Sisi Lain Disruptif
 
Realitas Objektif versus Realitas Media
Realitas Objektif versus Realitas MediaRealitas Objektif versus Realitas Media
Realitas Objektif versus Realitas Media
 
Pendidikan harus Menyenangkan
Pendidikan harus MenyenangkanPendidikan harus Menyenangkan
Pendidikan harus Menyenangkan
 
Menggagas perguruan tinggi alternatif berbasis entrepreneurship dan ekonomi k...
Menggagas perguruan tinggi alternatif berbasis entrepreneurship dan ekonomi k...Menggagas perguruan tinggi alternatif berbasis entrepreneurship dan ekonomi k...
Menggagas perguruan tinggi alternatif berbasis entrepreneurship dan ekonomi k...
 
Teknik Presentasi dalam proses pembelajaran
Teknik Presentasi dalam proses pembelajaranTeknik Presentasi dalam proses pembelajaran
Teknik Presentasi dalam proses pembelajaran
 
Dosen, mahasiswa dan pembelajaran kekinian
Dosen, mahasiswa dan pembelajaran kekinianDosen, mahasiswa dan pembelajaran kekinian
Dosen, mahasiswa dan pembelajaran kekinian
 
Pendidikan Instan : Telisik Sisi Lain Praktek Pendidikan Kekinian
Pendidikan Instan :  Telisik Sisi Lain Praktek Pendidikan KekinianPendidikan Instan :  Telisik Sisi Lain Praktek Pendidikan Kekinian
Pendidikan Instan : Telisik Sisi Lain Praktek Pendidikan Kekinian
 
Sistem penjaminan mutu internal PT 2018
Sistem penjaminan mutu internal PT 2018Sistem penjaminan mutu internal PT 2018
Sistem penjaminan mutu internal PT 2018
 
Pembelajaran di Era Industri 4.0
Pembelajaran di Era Industri 4.0Pembelajaran di Era Industri 4.0
Pembelajaran di Era Industri 4.0
 

Recently uploaded

AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023DodiSetiawan46
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfSitiJulaeha820399
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxnerow98
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxmawan5982
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxawaldarmawan3
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfkustiyantidew94
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxmawan5982
 

Recently uploaded (20)

AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023implementasu Permendikbudristek no 53 2023
implementasu Permendikbudristek no 53 2023
 
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdfModul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
Modul 1.2.a.8 Koneksi antar materi 1.2.pdf
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptxPPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
PPT Integrasi Islam & Ilmu Pengetahuan.pptx
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docxtugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
tugas 1 anak berkebutihan khusus pelajaran semester 6 jawaban tuton 1.docx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptxKONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
KONSEP KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN.pptx
 
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdfHARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
HARMONI DALAM EKOSISTEM KELAS V SEKOLAH DASAR.pdf
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docxTugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
Tugas 1 pembaruan dlm pembelajaran jawaban tugas tuton 1.docx
 

Kumpulan Artikel Yusrin Ahmad Tosepu

  • 1.
  • 2.
  • 3. M E M B A C A Membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis. Membaca melibatkan pengenalan simbol yang menyusun sebuah bahasa. Membaca dan mendengar adalah 2 cara paling umum untuk mendapatkan informasi. “Jika Anda ingin menjadi seorang penulis, Anda harus mau melakukan dua hal yang sangat penting ini: banyak-banyak membaca dan banyak-banyak menulis.” (Stephen King)
  • 4. “Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu melihat perkembangan sekitarnya dan mampu menerima atau menyesuaikan dengan perubahan.”_Yusrin Ahmad Tosepu Digitalisasi Pendidikan (Telaah Dunia Pendidikan menuju Transformasi digital) Revolusi Industri ke-4 telah membawa perubahan dalam segi digital bagi ekonomi dan sistem sosial, yang berakibat pada pergeseran cara kita bekerja saat ini. Pesatnya perkembangan teknologi, membawa perubahan dalam pola hidup manusia. Manusia dengan pekerjaannya nampak semakin lebih mudah. Bahkan telah di prediksi bahwa dua miliar pekerjaan akan hilang pada tahun 2030. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa 65% anak-anak yang saat ini sedang bersekolah bekerja pada sektor-sektor pekerjaan yang belum ada saat ini. Teknologi internet mobile dan komputasi awan menjadi pendorong utama perubahan teknologi, yang memungkinkan lebih efisiennya penyampaian layanan dan kesempatan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Sementara kemajuan dalam kekuatan komputasi dan big data akan menjadi faktor pendorong perubahan pada dunia kerja, saat organisasi berusaha untuk mewujudkan potensi penuh teknologi dalam membantu memahami banyaknya data yang sangat jumlahnya.
  • 5. Hal ini jelas menunjukkan perlunya institusi pendidikan tinggi untuk membekali mahasiswa dengan keahlian yang tepat demi memenuhi tuntutan masa depan. Dampak dari transformasi digital tentunya relevan dengan perguruan tinggi. Sudut pandang menarik lainnya tentang kesenjangan keterampilan saat ini adalah kurangnya keterampilan khusus. Digitalisasi era menegaskan bahwa sumber daya paling berharga di era digital ini adalah data. Dengan naiknya kebutuhan akan data, maka permintaan akan kompetensi baru, analisis, pembelajaran virtua, kecerdasan bantuan, keamanan siber, dan lainnya. Kemudian yang menjadi sorotan adalah apakah institusi pendidikan saat ini sudah disiapkan untuk memenuhi kebutuhan masa depan? Kemajuannya teknologi yang semakin pesat , salah satu permasalahan yang sulit ditemukan solusinya adalah interaksi antara manusia dengan iptek itu sendiri. Manusia sebagai subjek sekaligus objek dalam pengembangan dan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tingkat ketergantungan manusia terhadap teknologi sangat tinggi. Pemanfaatan teknologi menjamur di setiap bidang kehidupan manusia, termasuk pendidikan. Digitalisasi dalam konstelasi pendidikan tentunya menuntut respon balik dari pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar pendidikan tetap menghasilkan pendidikan yang sesuai dengan tujuannya. Oleh karena itu menjadi tugas pendidikan sekarang adalah bagaimana pendidikan itu sendiri mengelola secara cerdas pendidikannya di era digital. Digitalisasi Pendidikan dan Dampak Perubahan Kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan kontribusi yang baik terhadap pendidikan. Hal ini dapat dirasakan oleh masyarakat pendidikan (dosen, guru,siswa) dalam hal mengakses materi pembelajaran. Materi pembelajaran dapat dengan mudah diakses melalui media elektronik. Munculnya teknologi digital sebagai salah satu media elektronik telah membentuk paradigma baru dalam proses belajar dan pengelolaan organisasi pendidikan. Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi membawa perubahan yang teramat besar di dunia pendidikan. Penerapan teknologi informasi dan komunikasi khususnya dalam pengembangan pendidikan nasional saat ini menjadi sesuatu yang wajib. Perkembangan teknologi digital telah memicu kecenderungan pergeseran dalam dunia pendidikan dari pendidikan konvensional (tatap muka) ke arah pendidikan yang lebih terbuka. Pendidikan akan lebih bersifat dua arah, kompetitif, multidisipliner, serta tingginya produktivitas. Di beberapa negara di asia telah menggunakan ―Flexible Learning‖, yaitu layanan pendidikan online. Sebuah bidang ilmu yang kita sebut sebagai Teknologi Pendidikan semakin berperan penting pada era ini. Hal ini berfungsi untuk membantu proses belajar dan meningkatkan kinerja dengan membuat, menggunakan, dan mengelola proses dan sumber teknologi yang memadai. Serta menciptakan sebuah inovasi pembelajaran yang efektif dan efisien.
  • 6. Pesatnya penggunaan teknologi digital di dalam dunia pendidikan ini akan tercermin pada perubahan model pembelajaran yakni makin tumbuhnya pendidikan jarak jauh (distance learning) di mana dosen dan mahasiswa tidak perlu berada di tempat yang sama, dan semakin banyaknya pilihan sumber belajar yang tersedia seperti buku elektronik (e-book), mudahnya mengakses aplikasi digital seperti e-library, e-forum, e-journal dan sebagainya. Teknologi telah memungkinkan terciptanya lingkungan belajar global terstandar yang menempatkan mahasiswa di tengah-tengah proses pembelajaran, dikelilingi oleh berbagai sumber belajar dan layanan belajar elektronik. Untuk itu, sistem pendidikan konvensional sudah seharusnya menunjukkan sikap yang bersahabat dengan alternatif cara belajar yang baru yang sarat dengan digitalisasi. Perusahaan raksasa perangkat lunak (software) Microsoft, di tahun 2016 akhir, melakukan sebuah studi mengenai DIGITAL TRANSFORMATION pada13 negara dengan hampir 1.500 pemimpin bisnis untuk lebih memahami dampak transformasi digital pada organisasi mereka. Studi riset ini juga melibatkan 265 pemimpin dari sektor pendidikan. Hasil Studi menemukan bahwa 87% pemimpin di industri pendidikan sepakat bahwa organisasi mereka perlu ditransformasi menjadi bisnis digital untuk memungkinkan pertumbuhan dimasa mendatang, namun hanya 23% yang telah memiliki strategi untuk menghadapi perubahan ini. Prioritas nomor satu dalam proses transformasi digital mereka saat ini adalah untuk memberdayakan baik karyawan fakultas maupun non-guru, dan memberi mereka alat terbaik untuk melibatkan siswa baik di dalam maupun di luar kelas. Namun, hanya 39% responden yang berpendapat bahwa institusi mereka memiliki teknologi yang saling terkoneksi sehingga memungkinkan karyawan tersebut bekerja di luar kampus. Hal ini diikuti dengan melibatkan siswa sebagai bagian dari proses transformasi, di mana sekolah mengadopsi teknologi digital, konten interaktif dan personal, dan mempersiapkan siswa dengan keterampilan agar berhasil di dunia kerja yang berdinamika saat ini. Ketika ditanya tentang faktor-faktor yang menghambat proses transformasi digital mereka, responden menyoroti masalah ancaman siber dan keamanan, kurangnya keterampilan kepemimpinan organisasi, dan kurangnya tenaga kerja digital yang terampil, sebagai penghalang utama. Para pendidik dengan jelas menyetujui adanya peran integral yang dimainkan teknologi dalam meningkatkan pedagogi. Survei yang dilakukan Microsoft Asia EduTech pada tahun 2016 menemukan bahwa 95% responden sepakat mengenai pentingnya teknologi dalam sistem pendidikan saat ini. Lebih dari setengah responden yang merupakan pendidik. Mengidentifikasikan kurangnya pelatihan sebagai tantangan utama bagi mereka untuk mengoptimalkan teknologi di dalam kelas. Hal ini mengarah pada kesenjangan antara mengakui kebutuhan untuk bertransformasi, dan ketersediaan strategi yang jelas untuk bergerak maju. Bagaimanapun, sekarang adalah waktu bagi institusi pendidikan untuk menjadikan organisasi mereka menjadi organisasi digital, agar tetap relevan dan memastikan bahwa para siswa siap untuk menghadapi perubahan kebutuhan dari generasi kerja mendatang.
  • 7. Transformasi Digital dan Gaya Belajar Transformasi Digital Ketika kita memikirkan tentang transformasi digital untuk sektor pendidikan, harus kita mulai dengan mengetahui cara orang belajar. Hal ini lebih dari mengimplementasikan teknologi, tetapi juga membahas perubahan paradigma yang dibawa oleh Revolusi Industri Ke-4. Transformasi digital perlu dimulai dengan memungkinkan para pendidik untuk menciptakan lingkungan belajar baru—yang memungkinkan kegagalan sebagai bagian dari proses pembelajaran. Intinya, slogan untuk kelas baru seharusnya ―gagal lebih cepat, gagal dengan cepat, dan sering gagal‖. Digitalisasi pendidikan memberdayakan setiap institusi pendidikan dan siswa dalam proses pembelajaran untuk meraih lebih banyak pengetahuan. Tentunya didukung dengan memberikan silabus dan pelatihan yang tepat bagi siswa dan pengajar, sehingga mereka dapat menciptakan dunia masa depan. Pemanfaatan teknologi digital di bidang pendidikan berjalan di empat pilar berbeda: melibatkan siswa, memberdayakan pendidik, mengoptimalkan operasi, dan mentransformasi pembelajaran yang kesemuanya didukung oleh komitmen mendasar lembaga/institusi pendidikan. untuk memberikan program terpercaya yang dapat dijalankan oleh organisasi tersebut. Institusi pendidikan sekarang ini telah mulai memanfaatkan teknologi digital diantaranya, meningkatkan efisiensi dan kinerja, meningkatkan hasil pembelajaran dan keberhasilan siswa, dan memajukan penelitian dan inovasi. Dengan memanfaatkan teknologi digital, lebih efisiensi biaya, menghemat waktu sembari memperluas akses belajar yang terjangkau, mendorong pembelajaran yang lebih efektif melalui keterlibatan antara siswa dan pengajar yang lebih baik. Tujuan utamanya adalah memungkinkan kolaborasi penelitian yang lebih kuat pada seluruh fakultas dan institusi. Gaya belajar Pesatnya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan saat ini, ditandai dengan berkembangnya model belajar jarak jauh (Distance Learning), mudahnya menyelenggarakan pendidikan terbuka, sharing resource bersama antar lembaga pendidikan, perpustakaan dan instrument pendidikan lainnya (guru, dosen, laboratorium) berubah fungsi menjadi sumber informasi daripada sekedar rak buku. Digitalisasi pendidikan, melahirkan cara baru dalam proses belajar dan pembelajaran. Mulanya, buku sebagai satu-satunya acuan sumber belajar untuk mendapatkan materi dalam dunia pendidikan tetapi kemudian beralih ke sistem yang berbasis komputer. Proses pengalihan ini mengubah pandangan pendidikan terhadap buku. Buku tidak lagi sebagai satu-satunya sumber belajar untuk menunjang
  • 8. pencapaian kesuksesan belajar dalam dunia pendidikan. Buku dan aplikasi teknologi digital merupakan satu-kesatuan sebagai referensi pembelajaran. Buku teks pelajaran adalah media pembelajaran (instruksional) yang dominan perannya di kelas; media penyampaian materi kurikulum; dan bagian sentral dalam suatu sistem pendidikan (Patrick, 1988; Lockeed dan Verspur, 1990; Altbach, 991; Buckingham dalam Harris, ed, 1980). Buku merupakan alat bantu pokok dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan teknologi digital, buku teks pelajaran ditampilkan dalam bentuk digital book atau buku Elektronik. Hal ini semakin memperjelas pergeseran gaya belajar siswa melalui media elektronik. Dengan adanya teknologi digital sebagai media elektronik yang menyajikan materi pembelajaran, pengajar (guru, dosen) bukan lagi satu-satunya sumber ilmu pengetahuan. Buku manual telah bergerser ke buku digital (digital book). Hal ini tentunya memudahkan siswa proses belajar karena lebih yang mudah, praktis dan interaktif. Selain itu, teknologi digital sangat berpotensi memberikan ruang bagi pengajar dan siswa untuk mengakses pengetahuan dan informasi lebih luas dan praktis. Penerapan Digitalisasi Pendidikan Era digital, saat ini, integrasi antara pendidikan dengan teknologi dapat merevolusi proses belajar mengajar. Bahkan lebih jauh lagi, teknologi dapat meningkatkan mutu pendidikan secara keseluruhan, seraya memberikan pembelajaran yang lebih sesuai sebuah kebutuhan masing-masing siswa.Tentu menarik untuk menyaksikan bagaimana dunia pendidikan berevolusi dengan memanfaatkan inovasi teknologi. Aplikasi teknologi digital di dunia pendidikan sebagai hal yang mutlak untuk di manfaatkan dalam organisasi pendidikan serta proses belajar mengajar (PBM). Institusi pendidikan yang masih menggunakan sistem konvensional tentunya harus segera melakukan inovasi mulai dari proses administrasi, akademik, keuangan, hingga proses dan metode pembelajaran. Seiring dengan perkembangan teknologi, pendidikan saat ini sudah menuju proses yang disebut paperless model. Sistem dan metode pembelajaran saat ini menuntut suatu perubahan seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi dan komunikasi. Tentunya memerlukan standar, inovasi berkelanjutan, teknologi, sumber daya finansial dan manusia yang professional. Penggunaan teknologi di dalam pendidikan membuat proses pembelajaran lebih efektif, hingga memperluas ketersediaan akses informasi serta sumber pengetahuan yang sesuai dengan kebutuhan pengajar dan siswa. Dengan memanfaatkan berbagai unsur teknologi ke dalam proses pembelajaran, institusi pendidikan harus menyediakan sarana, fasilitas, infrastruktur IT, seperti trafik, keamanan serta kecepatan jaringan, pengelolaan beragam perangkat dan aplikasi yang terlibat di dalamnya, hingga pemanfaatan teknologi cloud dan hybrid untuk mendukung inisiatif ini. Sebaik apapun sistem dan aplikasi yang dikembangkan, akan menjadi sia-sia jika pengguna tidak dapat mengaksesnya secara aman dan cepat. Institusi pendidikan perlu menyadari bahwa tuntutan utama pengguna teknologi digital adalah ketersediaan aplikasi untuk dapat diakses kapanpun dibutuhkan secara aman dan cepat. Strategi aplikasi-sentris/yang berpusat pada aplikasi menjadi semakin penting. Strategi aplikasi-sentris mengedepankan optimalisasi
  • 9. aplikasi serta jaringan melalui berbagai layanan (application service), dan sekaligus fokus mengurangi kompleksitas infrastruktur. Untuk bisa menerapkan strategi aplikasi-sentris, institusi pendidikan memerlukan bantuan dari ahli-ahli yang memiliki pemahaman mendalam tentang aplikasi. Mereka dapat memanfaatkan pengalaman dan pengetahuan dari para ahli tersebut untuk memastikan ketersediaan, keamanan, dan kinerja aplikasi guna kelancaran proses digitalisasi pendidikan. Keandalan, ketersediaan, hingga keamanan aplikasi TI menjadi ujung tombak dari proses digitalisasi pendidikan. Aplikasi teknologi digital menentukan apakah berbagai inovasi teknologi terbukti mampu mengoptimalkan proses pendidikan. Inovasi dan sumber daya manusia adalah bagian tak terpisahkan dalam mewujudkan proses digitalisasi model pendidikan. Semoga Bermanfaat. Salam Pendidikan Tinggi Indonesia !
  • 10. 5 Standar yang Perlu Dipersiapkkan PTS untuk Meningkatkan Akreditasi PTS atau Perguruan Tinggi Swasta merupakan salah satu institusi pendidikan di Indonesia yang masih dipandang sebelah mata. Hal ini terjadi karena sebagian besar PTS masih memiliki akreditasi yang rendah atau bahkan ada yang belum terakreditasi BAN-PT. Standar penilaian akreditasi memang menunjukkan kualitas dari sebuah lembaga pendidikan. Tentu saja akreditasi sangat penting bagi lulusan di perguruan tinggi yang bersangkutan karena menyangkut kepentingan melamar pekerjaan di suatu perusahaan yang mewajibkan calon karyawan berasal dari institusi yang sudah terakreditasi. Lalu bagaimana PTS bisa meningkatkan penilaian akreditasi? Standar Kurikulum Kurikulum yang belum standar dan dianggap belum siap dari sebuah PTS sering menjadi salah satu faktor rendahnya penilaian akreditasi. Pemerintah bahkan sempat menghimbau beberapa PTS baru agar tidak terlalu mengedepankan keuntungan saja, namun sebagai lembaga pendidikan harus tetap memprioritaskan kualitas kurikulum yang diajarkan agar menghasilkan lulusan yang berkompeten. Poin penilaian dari standar kurikulum mencakup pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen program pengembangan ekstra, konseling dan kompetensi dasar apakah sudah sesuai dengan tujuan institusi atau menyimpang. Sehingga interaksi selama proses belajar mengajar, dokumen silabus mata kuliah dan standar penilaian kampus perlu disiapkan dengan matang saat ada visitasi dari BAN-PT.
  • 11. Standar Sumber Daya Manusia Sulitnya menembus hasil penilaian akreditasi A dari suatu PTS adalah karena masih rendahnya kualitas sumber daya manusia atau tenaga pendidikan. Misalnya PTS merekrut dosen dengan keahlian IT, namun justru mengajar matematika. Inilah yang sering disalah gunakan dari PTS karena merekrut tenaga yang tidak sesuai dengan keahliannya. Demi meningkatkan akreditasi, PTS harus mempersiapkan tenaga- tenaga yang handal misalnya hanya merekrut pegawai dengan minimal pengalaman mengajar selama 3 tahun dan pendidikan minimal S2. Tentu saja SK pengangkatan akan mempengaruhi poin penilaian standar sumber daya manusia. Selain itu, PTS juga masih mengalami kendala dalam hal penyediaan guru besar. PTS masih sulit untuk mendapatkan tenaga pendidikan yang bergelar professor untuk memenuhi syarat meraih poin A. Standar Sarana dan Prasarana Tidak hanya kualitas sumber daya saja yang menjadi tolak ukur penilaian akreditasi, namun sarana dan prasarana institusi tidak luput dari poin penilaian. Sarana meliputi peralatan pendukung kegiatan belajar mengajar seperti ketersediaan fasilitas komputer, akses internet dan lainnya. Sedangkan prasarana mencakup kualitas dan kuantitas gedung seperti ketersediaan ruang kelas, fasilitas laboratorium, ada tidaknya perpustakaan dan prasarana lain yang dapat mendukung kegiatan belajar mengajar. Sayangnya beberapa PTS masih kurang memenuhi dalam hal menyediakan sarana dan prasarana yang layak dalam kegiatan perkuliahan. Oleh karena itu, PTS bisa mempersiapkan beberapa hal terkait standar ini seperti meningkatkan ketersediaan fasilitas laboratorium komputer, perpustakaan yang layak, ruang kelas dengan maksimal 30-35 mahasiswa dan fasilitas lainnya yang berkaitan dengan jurusan di kampus. Standar Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Masih ingat dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi? Ini juga masuk dalam kategori penilaian akreditasi. Sebuah perguruan tinggi harus dapat mencetak tenaga kerja dosen yang tidak hanya handal dalam hal mengajar saja namun juga dalam kajian penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. PTS perlu mempersiapkan dosen-dosen berkualitas yang dapat menulis minimal satu judul penelitian setiap tahunnya dan ikut andil dalam pengabdian kepada masyarakat. Semakin banyak PTS menciptakan dosen yang profesional, poin akreditasi pun akan semakin meningkat. Standar Pengelolaan Kampus Untuk persiapan yang kelima ini, PTS dapat meningkatkan kredibilitas kampus melalui sistem pengelolaan institusi yang sudah profesional. Tidak lagi menggunakan cara-cara pengelolaan konvesional, PTS harus bisa memaksimalkan penggunaan teknologi informasi dalam mengelola kampus. Misalnya dengan menerapkan sistem registrasi mahasiswa secara online, membuat database kampus yang saling terintegrasi antar sub bagian, absensi dengan sidik jari dan penerapan-penerapan lainnya. Dengan cara ini, profesionalitas sebuah PTS dapat diakui dan bisa meningkatkan penilaian akreditasi. Demikian beberapa hal yang perlu dipersiapkan PTS untuk meningkatkan akreditasi kampus. Perlu diketahui, akreditasi adalah bentuk penilaian suatu lembaga pendidikan yang akan berpengaruh terhadap kualitas lulusan. Sehingga ketika sudah waktunya mendapatkan visitasi dari BAN-PT, sebaiknya PTS mempersiapkan minimal 5 standar diatas dengan baik guna meningkatkan poin dalam penilaian akreditasi. Semoga Bermanfaat. Salam Pendidikan Tinggi Indonesia !
  • 12. Pentingnya Memiliki Sistem Manajemen Kampus yang Baik Mengelola perguruan tinggi memang bukan perkara mudah. Perguruan tinggi memiliki banyak bidang dan divisi yang memerlukan penanganan maksimal. Sebagai contoh, dalam Perguruan Tinggi A terdapat 5 Fakultas yaitu Fakultas Komunikasi, Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik, dan Fakultas Arsitektur. Tiap fakultas memiliki minimal 2 jurusan dengan jumlah mahasiswa mencapai 200 orang tiap angkatan, memiliki tata usaha, perpustakaan dan juga sistem bimbingan maupun KRS yang berbeda. Manajemen Kampus Dapatkah anda membayangkan betapa banyak data dan manusia yang perlu dikelola oleh perguruan tinggi? Karenanya setiap perguruan tinggi perlu memiliki sistem manajemen yang baik. Perguruan tinggi harus bisa mengelola dan menciptakan sistem yang sesuai dengan kebutuhan namun di sisi lain juga dapat memajukan kampus. Beberapa sistem yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kampus meliputi sistem informasi umum, sistem informasi akademik, sistem pengaturan keuangan, sistem perpustakaan, dan sistem pengelolaan aset. Sistem informasi umum merupakan sistem yang dapat diakses oleh publik. Biasanya sistem ini meliputi informasi umum mengenai kampus yaitu visi misi, fasilitas kampus, program studi dan kegiatan kampus. Informasi ini dapat menarik minat calon mahasiswa untuk masuk ke universitas impian.
  • 13. Sistem informasi akademik merupakan sistem yang dapat diakses oleh mahasiswa, dosen dan tata usaha. Sistem untuk mahasiswa meliputi informasi jadwal kuliah, jadwal bimbingan, nilai (baik IP maupun IPK). Biasanya sistem ini dilengkapi dengan password yang dibuat di awal masa perkuliahan. Hal ini bertujuan supaya mahasiswa dapat memantau perkembangan nilai dengan mudah. Untuk dosen, sistem ini memberi informasi mengenai jadwal mengajar, jadwal bimbingan skripsi, nilai mahasiswa, dan dapat memberikan modul kuliah bagi mahasiswa. Tata usaha memanfaatkan sistem ini untuk menyimpan data mahasiswa, daftar hadir saat perkuliahan bagi mahasiswa maupun dosen, serta keperluan cetak kartu ujian, lembar KRS, maupun surat-surat pengantar yang dibutuhkan mahasiswa untuh magang maupun skripsi. Sistem pengaturan keuangan dibutuhkan untuk mengelola pembayaran SPP mahasiswa, baik SPP tetap maupun SPP variabel. Uang gedung biasanya dikelola langsung oleh kampus dengan cara pembayaran langsung ke Tata Usaha Universitas. Kampus yang sudah menjalin kerjasama dengan bank dapat mempermudah jalannya proses pembayaran SPP. Dengan menerapkan sistem pengaturan keuangan yang baik, mahasiswa dapat melakukan pembayaran di bank yang menjadi mitra. Karenanya, mahasiswa tidak perlu datang langsung ke kampus untuk melakukan pembayaran. Dengan jaringan yang luas, kampus dapat mengantisipasi antrian pembayaran yang melonjak seiring dengan tenggat waktu pembayaran. Setiap kampus biasanya memiliki perpustakaan sendiri untuk mempermudah mahasiswa dalam menemukan diktat yang dipakai dalam perkuliahan. Buku-buku ini tentunya membutuhkan perawatan dan penomoran supaya tidak hilang dan terawat dengan baik. Karena itu sistem pengelolaan perpustakaan juga sangat dibutuhkan. Sistem ini akan mengolah data yang sudah diinput ke dalamnya dengan rapi. Dengan begitu, mahasiswa yang membutuhkan buku dapat mencari melalui sistem dan mencari nomor yang sesuai dengan buku yang dimaksud di rak penyimpanan. Semua data peminjam juga akan dimasukkan sistem supaya dapat mempertanggungjawabkan penggunaan buku. Semua peralatan dan perlengkapan yang ada dalam kampus merupakan aset yang harus dijaga dan dirawat. Dengan sistem pengelolaan aset, kampus akan melakukan pendataan setiap aset yang ada dalam kampus agar dapat memantau keadaan dan proses pemeliharaan aset tersebut. Itulah beberapa hal dasar yang perlu diperhatikan dalam manajemen kampus. Dengan jumlah data yang sangat banyak tentunya akan lebih baik jika kampus menggunakan manajemen sistem yang baik dalam mengelola data kampus. Selain untuk mencegah hilangnya data, sirkulasi data kampus akan lebih efektif dan efisien. Semoga Bermanfaat. Salam Pendidikan Tinggi Indonesia !
  • 14. Dosen Jaman Now (Menelisik sisi lain dunia perdosenan) Berkembangnya teknologi pada era modern ini banyak sekali memunculkan peralatan teknologi super canggih baik perangkat leras (hardware) maupun perangkat lunak (software-aplikasi) baru dan menciptakan fasilitas yang bersifat lebih modern untuk mempermudah pekerjaan kita khususnya di bidang pendidikan. Akan tetapi banyak orang yang tidak menyadari bahwa saat ini untuk membuat media pembelajaran ataupun mendapatkan bahan referensi pembelajaran sangatlah mudah. Tidak perlu waktu, biaya, tenaga yang besar. Cukup terkonkesi dengan internet dan gunakan mesin pencari ―mbah‖ google semua kebutuhan yang dicari pastinya ada tersedia. Istilah yang populer sekarang di sebut ERA DIGITAL yang melahirkan pula ERA PENGETAHUAN. Informasi pengetahuan yang begitu luas dan mudah di akses telah melahirkan gelombang IPTEKS yang menglobal. IPTEKS yang menglobal ini merupakan sebuah kado khusus bagi para dosen di tanah air untuk memanfaatkan sarana dan fasilitas di era digitalisasi sekarang ini untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajarannya. Dosen selalu di indentikan dengan seseorang yang memiliki pengetahuan yang luas yang biasanya "bijaksana". Seorang yang selalu mengupdate pengetahuannya, tangguh, tekun dalam mempelajari banyak hal, memiliki koleksi buku lebih banyak dari koleksi yang dimiliki masyarakat pada umumnya, dan menyediakan waktu yang cukup untuk membaca buku. Dosen juga identik dengan menulis karya ilmiah,
  • 15. bahkan dosen kekinian tidak lepas dari laptop dan koneksi internet, digunkan untuk mengakses data dan informasi yang berkaitan bidang ilmu dan pendidikan yang digelutinya. Di era ini, sudah menunjukkan gejala ―kegilaan‖ dengan tumbuhberkembangnya inovasi disegala bidang akibat dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Bagaimana dengan dunia dan dosen dan kampus kita, apakah sudah menunjukkan ―kegilaan-kegilaan‖. Dosen yang mampu menerapkan penggunaan ICT yang bisa menggerakkan hati mahasiswa untuk semangat belajar. Dosen yang dapat melahirkan inovasi dan difusi media pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi kita??? Menurut saya, dosen yang bijaksana tak ubahnya harus seperti seorang arsitek. Sebelum membangun sebuah gedung terlebih dahulu melakukan survei dan meneliti keadaan tanah, hal ini bertujuan untuk mengetahui tempat itu bisa menopang bangunan yang akan didirikan. Jadi seorang dosen haruslah menciptakan metode pembelajaran yang menurutnya baik untuk dirinya sendiri, tetapi terlebih untuk peserta didiknya. Seorang dosen haruslah membuat metode pembelajaran yang menarik, dinamis, interaktif dan atraktif dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Yang dapat memadukan antara metode, proses dan media yang digunakan. Dosen haruslah menciptakan suatu metode pembelajaran yang menyelaraskan perkembangan dan kemajuan ICT. Hal ini sudah menjadi tuntutan dan kebutuhan yang sepatutnya dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di perguruan tinggi. Sekaranglah saatnya dosen harus HIJRAH pembelajaran karena sudah menjadi obsolute untuk di laksanakan. Penerapan ICT dalam proses pembelajaran kekinian di ibaratkan penambahan sumber cahaya yang dapat menerangi ruang agar lebih terang benderang. Mahasiswa di ibaratkan burung burung di kutub yang selalu berhijrah dari tempat yang kurang mengandung makanan dan kesehatan baginya, mereka melintasi benua untuk mencari tempat yang lebih menyehatkan dan menyegarkan. Mahasiswa jaman now sangat tertarik pada metode pembelajaran yang interaktif, dinamis dan atraktif yang tentunya memanfaatkan media ICT. Realitas kampus kekinian, dosen dalam aktifitasnya tak terlepas dari Laptop. Baik dosen maupun mahasiswa menenteng laptop dan pakai slide presentasi alias power point dalam setiap penyajian matakuliah maupun tugas mahasiswa. Sudah ―Hi-Tech‖ gitu. Kapur tulis dan OHP sudah disingkirkan jauh- jauh dari peradaban, sudah menjadi barang antik di jaman now. Sudah berganti dengan whiteboard yang kinclong dan LCD yang bisa menampilkan gambar full color dan bisa gerak-gerak. Belum lagi fasilitas internet yang tersedia di kampus. Dosen dan mahasiswa dimudahkan dalam mencari literatur. Cukup buka mbah Google, apa yang kita cari langsung ada di depan mata. Komunikasi pun jadi sangat mudah, bisa pakai jejaring sosial, email, blog, dll. Mau menulis artikel atau opini tidak perlu repot-repot bikin mading atau pengumuman yang ditempel, cukup satu klik, semua orang di dunia bisa tahu. Dosen sudah pada pintar plus cerdas membuat materi pembelajaran dengan menggunakan aplikasi virtual, perpaduan teks, suara, gambar dan video. Begitupun dengan mahasiswa, mereka juga sudah pintarm membuat makalah dan presentasi yang menarik dan interaktif. Semua bahan dan materi yang dibutuhkan dosen dan mahasiswa banyak tersebar di internet. Mau cari animasi video juga sudah komplit di Youtube. Dosen nggak perlu kaget lagi mikir ―kok bisa ya mahasiswa bisa mengerjakan makalah, satu hari bisa kelar. Ukuran dulu emang sungguh luar biasa. Di jaman now uda biasa! Pola pembelajaran berbasis SCL (student center learning), hampir semua kampus sudah menerapkan itu. Mahasiswa membuat makalah, diskusi, tanya jawab, dosen hanya sebagai fasilitator. Dengan dukungan fasilitas, teknologi ICT dan metode membuat system pembelajaran sedemikian canggih. Bagaimana
  • 16. realitas yang terjadi, apakah semuanya seperti itu adanya??!!?!?!? Ada fakta yang menarik. Di suatu kelas, sang dosen masuk, mempersiapkan media belajar, kelas tenang dan perkuliahan pun di mulai. Mahasiswa mendengarkan, sesekali mencatat, tapi selebihnya mulai tidak fokus. Di akhir kuliah, sang mahasiswa menyodorkan flasdisk mencopy file presentasi dosen. Budaya mahasiswa jaman now, cukup copy file materinya, nanti tinggal di pelajari sendiri. Lantas, apa yang terjadi berikutnya? Kemudian mahasiswa pulang ke rumah, sibuk mengerjakan aktivitas lain (main facebook-an, kongkow di café/warkop, mall dll) dan akhirnya, file materi presentasi tadi pun tidak tersentuh. Hanya di tumpuk, dijadikan koleksi secara rapi di folder-folder. Sebenarnya alasan hobi mahasiswa menkoleksi file presentasi dosen tidak lain adalah untuk menyenangkan plus menangkan hati karena bahan materi kuliah sudah dimiliki, walaupun, entah baca nya kapan?. Bahkan semua Hand-out hardkopi pun tidak ketinggalan dikopi semua. Demikian terus-menerus, sampailah menjelang UAS atau UTS ukuran file sudah membesar di level Megabyte. Besok ujian, mulai lah di buka tabungan file tadi. Di buka satu per satu PPT dan mata langsung kaget di PPT pertama. slide-nya ada 125 slide per PPT. Binggung dan galau pastinya, mana besok ada ujian 2 mata kuliah, ya sudah , strategi SKS (sistem kebut semalam) pun gagal total. Begitupula dengan tugas presentasi, disampaikan kepada mahasiswa bahwa minggu depan penyajian presentasi, materi dan panduannya ada di laman website dosen. Acara presentasi, dilanjutkan dengan diskusi‖ jelas salah satu dosen di akhir kuliah. Esok hari lagi, sampai hari kelima belum juga di garap. Pas hari ke enam, salah satu mahasiswa mulai gelisah dan sms ke teman sekelompoknya, menanyakan kapan tugas kelompok di kumpul. Dengan sigap karena dikejar tayang, berkumpul-lah mereka dan semua membawa komplit laptop dan modem masing-masing. Mereka pada serius mencari bahan di internet, dan akhirnya ketemu juga makalah yang mereka cari, sama persis apa yang diharapkan alias persis dengan materi tugas kelompoknya. Mereka download lalu lanjut mengedit makalah tersebut, triknya hanya mengganti slide pertama, lalu diisi dengan judul dan nama anggota kelompok, di baca sebentar, dan besoknya mulai tampil. Tibalah di hari H penyajian tugas presentasi dari masing masing kelompok. Setidaknya 4 atau lima kelompok dengan topik berbeda mempresentasikan hasil kerjanya. Dan mulailah diskusi. Apa yang terjadi? Karena materi kurang matang, jadi diskusi ya ala kadarnya plus apa adanya. Mahasiswa yang presentasi ngomongnya ngawur, tidak paham benar isi materi alias nggak tau isinya, jawab pertanyaan pun nggak nyambung plus nggak tentu arah. Kondisi ini, di perparah dosennya yang gak OK banget, harusnya menjelaskan sekaligus meluruskan yang sebenarnya dari presentasi mahasiswi, malah justru keasyikan sibuk nanya nomor "STAMBUK" mahasiswa, sampai lupa menjelaskan materi yang sebenarnya dari presentasi tadi. Inilah kisah SCL jaman now hanya sekedar contoh, yang pastinya ―tidak terjadi‖ di kampus kita tercinta. Bahwa hakikatnya belajar adalah suatu kebutuhan, dan tiap elemen baik mahasiswa atau dosen harus mengetahui perannya masing-masing. Ini bukan masalah siapa yang bertanggungjawab dan tanggungjawab siapa, solusi semuanya ada di tiap elemen, introspeksi dan memperbaiki diri masing- masing. Sekelimut Cerita Gaya Mengajar Dosen Jaman now Dalam proses perkuliahan, yang memberi nilai dari setiap matakuliah adalah dosen. Dosen adalah penentu nilai hasil perkuliahn yang tentunya berdasarkan pada aturan akademik yang telah ditetapkan kampus. Salah satu alasan yang membuat mahasiswa rajin masuk kuliah ataupun tidak tergantung pada gaya
  • 17. mengajar dan metode pembelajaran dosen. Sudah menjadi ketetapan obsulut alias mutlak adanya setiap dosen sebelum mengajar ke mahasiswanya terlebih dahulu harus menguasai materi perkuliahan, walaupun tidak di pungkiri pada kenyataannya masih ada beberapa dosen yang belum menguasai sepenuhnya mata kuliah yang akan diajarkan. Alhasil mahasiswa pun menjadi tidak begitu mengerti dan memahami materi yang dikuliahkan. Alhasil, di suatu waktu, ada mahasiswa yang curhat kepada saya perihal gaya mengajar beberapa dosenya. Ia mengatakan, bahwa mereka sangat bangga pada sosok dosen yang bersikap tegas, disiplin, konsisten, bijak dan berwibawa. Dosen yang suka canda, tapi candaan yang mengandung nilai-nilai akademis. Mereka juga lebih senang pada dosen dengan gaya mengajar yang atraktif yang dipadukan dengan penggunaan media interaktif. Sifat dan gaya mengajar dosen bermacam-macam. Ada dosen yang sangat konsisten dan ada pula dosen yang membuat mahasiswa sebagai ‗kelinci percobaan‖,. Mahasiswa kadang binggung untuk mengikuti selera dosen seperti itu. Bahkan ada dosen yang mengajar mata kuliah yang ―lumayan penting‖ (anggaplah matakuliah keahlian) tetapi yang diajarkan di kelas kadang melenceng jauh dari materi yang ada dalam silabus, SAP, dan GBPP mata kuliah tersebut. Ada pula dosen super inkonsisten alias sangat membinggungkan. Serajin apapun mahasiswa kuliah bersamanya, tetap nilai tidak pernah bagus alias nilai rata kanan – rata-rata bertebaran nilai D dan C. Mahasiswa kadang binggung, apakah mereka yang bodoh alis malas belajar ataukah dosennya yang terlalu pintar. Entahlah.., hanya Tuhan yang tahu. Hal lain pula yang dialami oleh mahasiswa lainnya, katanya ada dosennya yang kalau mengajar selalu super sibuk dengan sesuatu yang tidak berkaitan dengan perkuliahan. Dosen ini asyik keluar masuk ruangan, dan sama sekali kurang menghargai alias kurang peduli dengan suasana perkuliahan yang sedang berlangsung, dan paling anehnya lagi tugas pribadinya dikerjakan di ruangan pada saat mengajar. Heemmm…, padahal kantin kampus masih buka ! Gaya mengajar dosen sangat berpengaruh terhadap semangat mahasiswa mengikuti perkuliahan. Gaya mengajar dosen sangat berpengaruh besar pada keaktifan mahasiswa dalam perkuliahan, dan pastinya berpengaruh pula pada materi kuliah yang diajarkan dan juga akhirnya akan berimbas pada nilai mata kuliah mahasiswanya. Ada dosen yang professional menjalankan tugas, fungsi dan tanggungjawabnya, tak sedikit pula dosen yang amatiran dan terkadang ambigu dalam melakansankan tugas, fungsi dan tanggungjawabnya. Setiap dosen mempunyai gaya mengajarnya masing-masing. Ada beberapa gaya mengajar dosen yang mungkin pernah kita temui di kampus; Ada dosen yang mengajar dengan gaya yang bisa dibilang gaya kebut. Mengajar sangat terburu-buru sehingga banyak sekali mahasiswa yang ketinggalan dan tidak mengerti akan materi yang diajarkan. Dosen seperti ini sudah sangat menguasai materi, sehingga ketika mengajar dia sudah tidak membawa satupun jenis buku panduan. Menjelaskan materi hanya dengan mengandalkan materi yang ada diotaknya. Ada juga dosen gaul. Sangat mengerti perasaan setiap mahasiswanya dan membawa kelas ke suasana yang menyenangkan. Kadang tidak mewajibkan mahasiswa untuk mencatat, karna menurutnya mencatat itu adalah kesadaran diri bagi setiap mahasiswa itu sendiri. Juga tidak memonopoli pembicaraan tentang materi yang diajarkan. Gaya mengajarnya selayaknya berbicara bersama teman. Membiarkan mahasiswanya aktif dalam memberikan pendapat mengenai materi, dan menampung semua pemikiran para mahasiswanya. Menurut mahasiswa, gaya mengajar dosen seperti ini sangat mengagumkan, karena mereka bisa menuangkan pendapatnya dan dosen tersebut sangat menghargai setiap pendapat itu. Proses perkuliahan bersifat dialogis dengan diskusi aktif tetapi tetap kondusif, sehingga setiap mahasiswa tertarik untuk mempelajari dan memahami materi yang diajarkan.
  • 18. Ada pula dosen jadul alias tidak up-to-date terhadap perkembangan zaman. Kalau mengajar masih doyan menggunakan OHP. Model perkuliahan bersifat monologis alias satau arah. Dia hanya menjelaskan, menjelaskan dan menjelaskan. Dan di akhir perkuliahan barulah beliau bertanya kepada mahasiswanya "Apakah ada yang ingin bertanya atau apakah ada yang mau ditanyakan?". Gaya mengajar dosen seperti ini, dijamin banyak sekali mahasiswa yang tidak masuk kuliah. Pastinya, mahasiswa kurang mengerti bahkan tidak mengerti apa yang sudah diajarkan dosen tersebut. Satu hal yang pasti, dosen tersebut selalu memberikan hasil fotocopy-an setiap materi yang dia ajarkan. Tetapi bagaimanapun gaya mengajar dosen yang kita temui harus kita hargai, tanpa mereka, mahasiswa tidak akan bisa mendapatkan sebuah pelajaran dalam hidup yang penuh makna ini. Para dosen sama halnya dengan guru yaitu pahlawan tanpa tanda jasa. Apabila mahasiswa menemui dosen yang kurang atau tidak memenuhi kriteria, maka dari diri mahasiswa sendiri harus berusaha mengantisipasinya dengan belajar sendiri secara giat, sehingga bisa menguasai materi dengan belajar mandiri apabila cara dosen tidak menarik atau kurang bisa di terima. Semoga Bermanfaat. Salam Pendidikan Tinggi Indonesia !
  • 19. Dosen Kekinian : Digital dan Produktifitas Menghadapi revolusi industri 4.0, peran dosen dalam perguruan tinggi sangat penting dan strategis. Di era digitalisasi, seorang dosen harus mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi. untuk menghasilkan lulusan yang memiliki daya saing tinggi dan siap berkompetisi dibutuhkan dosen yang memiliki kompetensi inti keilmuan (core competence) yang kuat, mempunyai soft skill, critical thinking, kreatif, komunikatif dan mampu berkolaborasi dengan baik dengan mahasiswa. Dosen dituntut untuk berinovasi agar bisa meningkatkan produktifitasnya sebagai pengajar dan pendidik. Dosen harus bisa menyesuaikan diri dengan menghadirkan berbagai pembelajaran berbasis teknologi. Dosen bisa menghadirkam pembelajaran berbasis aplikasi, game atau visual lainnya. Tidak hanya tulisan tetapi juga dialihkan ke konten digital. Pola pembelajaran harus mampu mengikuti perkembangan teknologi sehingga mampu menghasilkan lulusan berdaya saing tinggi. Dosen juga berperan menebar passion dan menginspirasi mahasiswa serta menjadi teman bagi mahasiswa, teladan dan berkarakter. Tend Mahasiswa jaman now cenderung menyukai pembelajaran visual yang menarik dan menyenangkan. Dosen dapat menggunakan pembelajaran dengan video dalam penyampaian materi yang berat, agar mahasiswa semakin tertarik dan antusias untuk mengikuti proses belajar. Dosen juga dituntut mengikuti program kompetensi inti yang sesuai dengan kebutuhan revolusi industri 4.0. Salah satu kuncinya adalah inovasi.
  • 20. Kompetensi Digital dan Produktivitas Kampus di Era digital adalah salah satu kajian menarik kekinian. Bagaimana sebuah kompetensi digital ditumbuhkan dalam lingkungan akademik perguruan tinggi sehingga menjadi sebuah strategi dan langkah- langkah strategis guna peningkatan proses pendidikan yang dilakukan. Apa permasalahan dalam pemanfaatan teknologi digital mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan dalam proses mendapatkan informasi, mengevaluasi informasi, menciptakan dan meyebarkan knowledge baru memberikan gambaran kompetensi yang dibutuhkan guna keluar dari permasalahan yang ada. Pemanfaatan, penggunaan dan kompetensi digital mejadi solusi dan strategi dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ada pada perguruan tinggi khususnya dalam menghadapi era pendidikan modern. Kompetensi Knowledge Assembly, Etika Komputer, Internet Searching, Content Evaluation, Knowledge Assembly, Manajement Data, Security Computer, Backup Data, Hypertextual Navigation, dan Maintenance Computer merupakan sebuah keharusan yang menjadi penting terhadap operasinal pendidikan. Mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan diharapakkan mencapai dan memiliki kompetensi digital untuk keluar dari permasalahan yang ada, lebih lanjut akan memberikan kontribusi besar terhadap tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Impelemntasi kompetensi digital membutuhkan langkah-langkah strategis dan perencanaan yang baik sehinga dapat terwujud dan memberikan kontribus maksimal terhadap peningkatan pendidikan di era modern. Model, strategi, dan pendekatan pembelajaran salah satu bentuk strategi impelemtasi kompetensi digital pada mahasiswa. Sedangkan untuk dosen dan tenaga kependidikan, langkah strategis implementasi kompetensi digital dapat dilakukan melalui seminar, pelatihan, Focus Group Discussion (FGD), dan berbgai kegiatan knowledge sharing. Fasilitas e-learning yang berkembang sekarang ini dapat dimanfaatkan oleh dosen maupun mahasiswa. Dosen dapat mengirim bahan perkuliahan, melaksanakan kuis, menyampaikan informasi seputar perkuliahan hingga membuat forum diskusi yang membahas suatu hal. Begitu pula halnya dengan mahasiswa, mereka dapat mengunduh bahan perkuliahan yang diberikan dosen, mencari tahu informasi perkuliahan, ikut aktif dalam forum diskusi dan sebagainya. Teknologi digital membuat dunia pendidikan tinggi menjadi semakin produktif. Saat ini teknologi digital sudah mencakup semua sisi kehidupan. Digital dengn segala perangkat teknologinya dapat membantu dalam komunikasi dan pembelajaran. Era digital menjadi saluran ekspresi manusia yang tak terbatas dan menyentuh banyak sisi, hal ini tentunya dapat menjadi suatu hal yang positif (sekaligus benih kejahatan yang mengerikan). Di Internet setiap menit nya ratusan juta orang membuat konten yang tak terhitung banyaknya, dalam hal ini tentu dapat menjadi keuntungan bagi semua orang. Jika ingin mencoba belajar coding, tinggal mengunjungi codecademy.com, code.org ataupun w3schools.com untuk belajar berbagai macam bahasa pemrograman. Jika saya tertarik melihat bagaimana perkuliahan di luar negeri, maka tinggal mengunjungi coursera.com, edx.org, ocw.mit.com, dan lainnya. Jika ingin memesan tiket pesawat, maka cukup mengunjungi traveloka.com untuk issued tiket dan perlihatkan ke petugas bandara. Jika saya ingin melepas rindu dengan saudara yang berada diluar kota, saya dapat memanfaatkan layanan video call (misalnya dari line, skype, dsb). Jika ingin menanyakan suatu hal, apapun itu halnya, saya tinggal mengunjungi quora.com disana kita dapat menanyakan segala hal yang ingin kita tanyakan yang akan di jawab oleh para pakar di bidang nya.
  • 21. Di Era digital ini, hampir segala aktifitas dan kegiatan di segala bidang kehidupan tidak terlepas dari digital. Tentu jika di lihat dari sisi positifnya, hal ini membuat penggunannya menjadi lebih produktif. Harus di ketahui pula era digital dengan teknologi internet yang masif ibarat pisau bermata dua. Dua buah sisi yang positif dan negatif. Disisi satu mampu memberikan manfaat dan kenyamanan, disisi lainnya memberikan efek negatif, seperti penipuan online, kampanye hitam, situs kelompok pembenci, dan ruang obrolan teroris, dsb. ERA DIGITAL : Ciptakan Kelas Lebih Luas, kreatif, Dinamis dan Mandiri Era digital yang terus berkembang pesat memberikan manfaat banyak bagi kehidupan. Manfaat itu antara lain sarana pembelajaran yang lebih mudah, serta akses informasi perkuliahan juga lebih cepat. Mahasiswa tidak harus bergantung sepenuhnya pada dosen sebagai pemberi materi. Mahasiswa bisa secara aktif pula mencari sumber informasi atau materi kuliah melalui teknologi digital. Mahasiswa menjadi lebih banyak menyerap informasi dan berbagai pengetahuan. Sehingga wawasan dan pemahaman terhadap bidang ilmu yang ditekuni bisa semakin baik. Dengan Kecanggihan teknologi digital mendorong mahasiswa jadi lebih kreatif mendapatkan informasi dan kreatif mengembangkan informasi. Teknologi digital juga mempermudah proses pembelajaran. Penggunaan teknologi jarak jauh audio video menawarkan beragam kesempatan dan kemudahan bagi dosen maupun mahasiswa untuk menembus batas bagi penggunaan kelas yang lebih luas dan mandiri. Teknologi ini dimanfaatkan pula untuk mengadakan pelatihan secara online. Beberapa perguruan tinggi giat mengembangkan pembelajaran e- learning, artinya peluang belajar bisa lebih mudah lagi. Kemudahan teknologi berimplikasi mendorong kualitas SDM. Dalam kondisi inilah mahasiswa harus jeli dan pandai mengelola informasi tersebut. Sehingga pesatnya teknologi informasi menjadi selaras dengan harapan bersama. Pemanfaatan teknologi informasi, model perkuliahan dibuat lebih dinamis. Tak lagi sekadar dosen mengajar, sementara mahasiswa mendengarkan. Sumber informasi bisa diperoleh dengan mudah lewat teknologi. Karena itu, kuliah satu arah sudah tak popular lagi. Model kuliah satu arah mulai ditinggalkan, karena model pembelajaran semacam itu tak mendorong mahasiswanya untuk berlaku aktif. Beberapa kampus di Indonesia sudah mulai menerapkan model kuliah yang aktif dan dinamis. Materi perkuliahan sudah diberikan via email, dosen dalam kelas hanya bersikap sebagai mentor. Walaupun, model perkuliahan multi media bebrasis ICT belum diterapkan sepenuhnya di kampus di Indoensia. Karena ada peraturan dan kurikulum nasional yang harus ditaati. Selain pembelajaran jarak jauh, ada diskusi antar grup yang memungkinkan dosen dan mahasiswa saling berkomunikasi secara bertatap muka langsung sehingga ikatan emosional antar mereka tetap terjalin. Selain itu, dosen juga bisa memberikan pemahaman materi yang lebih dalam dan komprehensif jika ada mahasiswa yang belum paham benar dengan penyampaian materi secara online. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di era digital sekarang ini, kampus di Indonesia diharapkan dapat menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi asing dalam pengembangan sumber daya manusia. Seperti pertukaran dosen, mahasiswa hingga pemberian ijazah dual degree, di barenggi pula pelatihan dan seminar perihal pembelajaran berbasis ICT. Hal Ini merupakan bagian dari peningkatan kualitas pembelajaran di perguruan tinggi di Tanah Air. .
  • 22. ERA DIGITAL : Dosen Menjadi Produsen Pengetahuan Menyimak pendapat ahli Borrie Morries yang mengatakan ada 4 pola pembelajaran. Pertama, pola pembelajaran tradisional. Pengajar (guru/dosen) masih menjadi aktor utama, tokoh yang dianggap paling penting dalam pembelajaran. Pembelajaran masih berpusat kepada pengajar (Teacher Centered Learning). Dalam mengajar pengajar tidak dibantu apapun. Pola pembelajaran tradisional II. Pengajar dan alat bantu. Pada pembelajaran ini, pengajar sudah memakai alat bantu, namun tetap pengajar masih aktor utama dalam mengajar. Pola pengajar dan Media. Pembelajaran ini, pengajar sudah menggunakan media untuk mengajar. Sumber ilmu yang diberikan tidak hanya dari dirinya tapi bisa diambil dari sumber-sumber lain. Seperti dari televisi, media massa, internet dan lainnya. Di sini pengajar tidak lagi menjadi aktor utama. Tetapi, pembelajaran sudah bergeser paradigmanya dari TCL. Menjadi Student Centered Learning (SCL). Peserta didik juga aktif untuk mencari sumber ilmu dari lainnya. Di era Digilat kekinian, pengajar (guru dan dosen) bisa memanfaatkan segala sumber ilmu untuk belajar. Belajar juga bisa dilakukan tanpa harus tatap muka. Pola Pembelajaran Bermedia adalah pola yang cocok dan relevan di zaman ini. Untuk mengaplikasikan pola pembelajaran Bermedia pengajar (guru dan dosen) harus mampu menjadi produsen ilmu pengetahuan. Jika tidak, maka pengajar tidak akan mampu menterjemahkan pola pembelajaran bermedia. Perlu diketahui, dalam proses pembelajaran, ada fungsi penyesuaian atau adaptif. Pembelajaran peserta didik harus disiapkan untuk bisa menyesuaikan dengan perkembangana zaman. Dii era digital ini, peserta didik sudah memiliki gawai atau gadget tentunya mereka sering menggunakan alat tersebut. Jika pengajar tidak mampu mengikuti perkembangan teknologi tersebut maka tentunya pembelajaran yang disampaikan kurang diminati. Tetapi, jika pengajar mampu menjadi produsen ilmu pengetahuan dan peserta didik bisa memanfaatkan melalui gadget maka tentunya pembelajaran tersebut lebih menarik. Marilah kita sebagai pendidik untuk selalu update ilmu pengetahuan dan keterampilan (multi skill). Saatnyalah kita menjadi produsen di era digital sehingga generasi muda kita merasa bahwa pengajar kita selalu mau belajar. Bagi mahasiswa juga harus mampu beradaptasi dengan teknologi. Jika selama ini belum menjadi produsen ilmu pengetahuan. Saatnya paradigma pemikiran diubah, Manfaatkan kecanggihan teknologi untuk mencari ilmu dan rezeki. Semoga Bermanfaat. Salam Pendidikan Tinggi Indonesia !
  • 23. Big Data di Era Digital Beberapa tahun yang lalu, masyarakat sudah sering mendengar istilah ―Big Data‖. Istilah ini masih terasa bias bagi sebagian masyarakat. Membuat istilahnya terdengar menarik namun maknanya sulit dipahami. Teknologi pada saat itu memang sedang ramai-ramainya dengan media sosial dan mungkin awal dari revolusi penyampaian ide dari yang benar sampai yang bohong, dari biasa sampai yang luar biasa, dari 2rius sampai serius. Dulu sewaktu kuliah di bidang informatika, topik yang dipelajari lebih banyak menitikberatkan pada proses algoritmik untuk menganalisis data yang pada dasarnya kompleks seperti multimedia (misal peta, gambar, dan video). Istilah ‗big data‘ sendiri saya dengar pertama kali dari area yang lebih banyak penekanan pada data dan bagaimana penanganannya. Istilah big data sebagai sebuah konvergensi teknologi. Dulu dikenal istilah pengolahan data terdistribusi atau sistem terdistribusi dan pemrograman paralel ketika teknologi prosesor komputer baru mulai mengenalkan adanya beberapa ―slot‖ kemudian berkembang menjadi ‗core‘ dalam satu ‗chip‘ dibandingkan sistem basis data dan keluarganya. Konsep basis data banyak digunakan di dunia industry untuk penanganan data khusus. Big data mulai muncul sebagai tren dalam pengelolaan informasi dalam kurun lima tahun terakhir mengingat begitu besarnya pertumbuhan data di Internet, khususnya melalui media sosial. Secara umum big data dapat diartikan sebagai sebuah kumpulan data yang berukuran sangat besar (volume), sangat
  • 24. cepat berubah/bertumbuh (velocity), hadir dalam beragam bentuk/format (variety), serta memiliki nilai tertentu (value), dengan catatan jika berasal dari sumber yang akurat (veracity). Big Data adalah suatu tahapan yang dalam perkembangan teknologi yang mempertemukan kemajuan teknologi perangkat keras dan teknik pemrosesan data lanjut. Mulai dari distributed system, parallel computer hingga cloud computing. OLTP, OLAP/data warehouse, basis data non-relasional (NoSQL) hingga Analytics, Business Intelligence. Mulai dari statistik deskriptif, model prediktif, pembelajaran mesin, Data Mining/Knowledge Discovery hingga Data Science. Mulai dari rule-based system, expert system, description logic hingga semantic web. Semuanya mengarah pada kebutuhan yang sama: fokus pada transformasi data menjadi informasi tanpa perlu tahu banyak tentang proses yang ada di bawahnya. Intinya adalah transparansi/abstraksi. Big Data dapat menyimpan berbagai macam bentuk data dan berasumsi dapat bertanya tentang apapun dari data tersebut, atau siapapun yang memiliki akses ke sistem komputasi tsb, baik sebagai sebagai pemasok data maupun peminta informasi. Dalam berbagai literatur populer di web, kompleksitas yang dimaksud sering disebut sebagai aspek multi-V (3V, 4V, atau 5V) seperti Volume, Velocity, Variety, Veracity, dan Value. Aspek multi-V ini berasal dari karakteristik berbagai disiplin. Volume merupakan topik utama di komunitas basis data (Very Large Data Base). Velocity sepertinya jadi kajian di komunitas Jaringan Komputer, Sistem Terdistribusi, Sistem Komputer. Variety merupakan isu utama dalam komunitas Sistem Informasi. Veracity sudah mulai disebut ketika perkenalan dengan topik Intelegensia Buatan. Terakhir agar teknologi ini dapat dinikmati oleh masyarakat luas, maka syarat utamanya adalah adanya Value bagi penggunanya. V yang terakhir lebih banyak digunakan akhir-akhir ini ditambahkan sebagai salah satu jargon pemasaran. Dalam pengertian teknis, big data didefinisikan sebagai sebuah problem domain dimana teknologi tradisional seperti relasional database tidak mampu lagi untuk melayani. Peningkatan volume, velositas, dan variasi data banyak diakibatkan oleh adopsi internet dimana setiap individu memproduksi konten atau paling tidak meninggalkan sidik jari digital yang berpotensial untuk digunakan untuk hal-hal baru, dari audiens targeting, rekomendasi ataupun penggunaan yang lebih tak terduga. Dengan Big Data dapat memproses dan mengolah data dalam jumlah yang besar dari berbagai sumber dengan variasi data berbeda, baik yang terstruktur (data structure) ataupun tidak terstruktur (data unstructured) untuk mendapatkan pola-pola yang terjadi sehingga dapat ditemukan korelasi dan menghasilkan informasi yang berguna dengan cepat. Hal utama yang membedakan big data dengan kumpulan data konvensional terletak pada mekanisme pengelolaannya. Sistem basis data relasional yang saat ini umum digunakan, sudah dirasakan tidak mampu menangani kompleksitas big data secara optimal. Dengan disadari atau tidak, institusi, lembaga, organisasi, perusahaan, masyarakat moderen saat ini, khususnya di kota-kota besar, termasuk di Indonesia telah memiliki ketergantungan terhadap Internet. Sebagai suatu infrastruktur, kehadiran Internet telah bertumbuh menjadi kebutuhan untuk berkomunikasi, bertukar pikiran, bahkan menjadi suatu saluran untuk mencurahkan isi hati. Masih banyak kalangan, bicara soal data seringkali masih diartikan terbatas pada data berupa angka atau statistik. Data dianalogikan hanya diproduksi oleh kalangan tertentu saja, seperti peneliti, pakar keuangan, ilmuwan, dll. Padahal menurut definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia (Daring) milik Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, data adalah keterangan yg benar dan nyata: pengumpulan untuk memperoleh keterangan atau bahan nyata yg dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau kesimpulan).
  • 25. Definisi tersebut jelas tidak membatasi bahwa data harus berupa angka atau data harus dikeluarkan oleh siapa. Tanpa disadari setiap individu saat ini menghasilkan serta berurusan dengan data. Mulai dari data sederhana berupa posting di Facebook, obrolan di WhatsApp, hingga data penting seperti presentasi tender milyaran rupiah kepada klien. Sejumlah pakar memprediksi bahwa saat ini diperkirakan sekitar 2.5 triliun byte data dihasilkan setiap harinya. Mesin pencari google saja konon memproses 3.5 juta permintaan/ hari dan Facebook menayangkan 300 juta foto/ hari. Belum lagi sumber-sumber lain yang jumlahnya tak terbatas. Sangat Luar biasa bukan? Data yang terus menerus mengalir setiap detik, luar biasa banyak dan beragam itulah yang kemudian dikenal dengan istilah Big Data. Big Data memungkinkan ditemukannya pola-pola tersembunyi, korelasi data tak terduga, market trend, selera konsumen, dan informasi bisnis berharga lainnya. Dimulai dengan pencarian sumber data, mengekstrak seluruh data yang menjadi perhatian, menganalisa keterhubungan data, mengelompokkan hasil analisa menjadi kumpulan informasi, kemudian informasi tersebut divisualisasikan untuk memudahkan pengguna dalam menangkap hasil analisa sehingga pengguna mendapatkan insight dalam membuat strategi. Dampak akhirnya tentunya peningkatan kinerja organisasi, bisnis, mulai dari efektivitas program marketing, peluang pendapatan baru, pemahaman konsumen yang lebih baik, daya saing perusahaan, serta berbagai manfaat bisnis lainnya. Meskipun sekarang mungkin belum banyak pihak memanfaatkan inovasi ini, namun semua hanyalah soal waktu. Sama halnya ketika internet pertama kali dikenalkan sekitar dua dekade lalu. Tidak semua perusahaan langsung mengadopsinya kala itu. Sekarang, tidak ada institusi, lembaga, organisasi, perusahaan yang tidak membutuhkan internet. Mengapa? Karena "lilitan" data yang semakin rumit akan memaksa banyak pihak untuk mencoba menguraikannya dan menjadikannya bermanfaat. Contoh sederhana. Di era tahun 1980-an, bisa jadi hanya ada 100 perguruan tinggi di Indonesia. Tapi kini, seiring perkembangan dan kebutuhan pendidikan tinggi dan kemajuan teknologi dan kompetensi, berbagai perguruan tinggi bermunculan. Setiap perguruan tinggi kini harus bisa menunjukkan "kelebihannya" di mata konsumen, alias harus jelas positioning-nya. Aktivitas riset pun mulai menjadi pilar pengembangan strategi bisnis, untuk mengetahui secara pasti apa keinginan pasar, bagaimana kondisi lapangan, dsb. Kehadiran Big Data merupakan suatu terobosan yang dapat membantu berbagai macam aktivitas di era global, tak terkecuali dengan perguruan tinggi. Teknologi Big Data semakin banyak diaplikasikan seiring dengan volume data yang terus meningkat karena layanan berbasis online juga terus berkembang. Salah satu kemudahan yang ditawarkan oleh Big Data, yaitu mengumpulkan data yang berskala sangat besar, meski belum terstruktur, namun dapat diolah untuk proses pengambilan keputusan, turut faktor yang berperan dalam meningkatkan poularitasnya. Beberapa prinsip dari big data adalah tidak membuang data apapun karena residu tersebut mungkin akan menjadi penting sejalannya waktu. Berikutnya, real-time processing. Sedangkan untuk menghadapi variasi data yang tinggi, big data menciptakan struktur melalui ekstraksi, transformasi, tanpa harus membuang data mentah yang dimiliki. Hal yang utama yang yang menyertai perkembangan dan pengelolaan big data, yaitu: 1). infrastruktur jaringan komputer; 2). normalisasi (penyamaan) persepsi terhadap data (data science); 3). big data sebagai fondasi untuk collaborative intelligence; dan 4). perlunya kesaradaran akan nilai informasi yang mengiringi citra diri seseorang, sebuah organisasi ataupun institusi.
  • 26. Pemerintah, para pemangku pendidikan tinggi, intitusi dan lembaga lainnya harus dapat memahami tentang fenomena big data yang mulai menghinggapi Indonesia. Big data ini relevan sekali untuk dapat dimanfaatkan, khususnya dalam rangka inovasi pendidikan, pengembangan mutu dunia pendidikan tinggi Indonesia. Dulu untuk mengetahui data dan informasi perkembangan di segala bidang (pendidikan, bisnis, ekonomi, social, politik, dsb) biasanya memakan waktu berbulan-bulan, saat ini bisa diselesaikan dalam waktu yang jauh lebih singkat. Dampaknya? Organisasi, intitusi pendidikan, lembaga, perusahaan semakin lincah dan responsif menanggapi perubahan atau dinamika bisnis lainnya. Dengan big data, dari kultur yang banyak tergantung pada keputusan berbasis insting dan pengalaman, menjadi budaya pengambilan keputusan yang lebih objektif, berbasis data, dan memanfaatkan kekuatan teknologi. Jadi, individu dan organisasi juga harus terdorong untuk berubah. Kemampuan mengetahui lebih banyak, dapat menciptakan produk baru, memberikan layanan yang lebih baik, menjalin hubungan dengan stakeholders yang harmonis dan berkelanjutan. Jika tidak, selengkap dan secepat apa pun informasi berharga yang dihasilkan oleh Big Data, akan berakhir sebatas tampilan indah di layar computer Perkembangan teknologi Big Data ke depan tidak melulu terkait dengan inovasi perangkat/ tools. Kelahiran teknologi ini juga mendorong terciptanya paradigma baru dalam menjalankan bisnis di segala bidang. Tantangan terbesar dalam adopsi Big Data di sebuah organisasi, intitusi, lembaga, perusahaan adalah menciptakan evolusi dari budaya "merasa serba tahu" menjadi budaya belajar. Memasuki era Big Data artinya (harus) siap memasuki era penuh inovasi, kreatifitas, petualangan tanpa batas. Semoga bermanfaat. Salam pendidikan tinggi indonesia !
  • 27. Kampus Sebagai Pusat Peradaban Masyarakat Modern (Mengaplikasikan Paradigma Kampus Sebagai Pusat Peradaban Masyarakat Modern) Sebelum membahasa kampus lebih jauh, ada baiknya kita pahami dulu dengan baik arti kata 'kampus' yang sebenarnya. Kita sering kali mendengar kata kampus, tetapi kita belum tahu arti dan makna kata kampus itu sendiri. Secara tidak langsung, mahasiswa, dosen, masyarakat umum mereka sering mengucapkannya secara spontanitas, Ada sebagian orang yang tahu arti kampus itu sendiri, tetapi hanya sebagian kecil saja Terutama mahasiswa yang memang benar-benar menggeluti ―kampus‖ itu sendiri. Sebelum kita cari tahu maknanya, kita lihat dulu sejarahnya. Pada awal mulanya, kata kampus hanya ditujukan untuk daerah yang luas atau lapangan. Kemudian pada abad ke-18 kata kampus digunakan untuk menggambarkan sebuah universitas Collage Of New Jersey yang sekarang berganti nama menjadi Princeton University. Dan ketika masuk abad ke-20 barulah kata kampus dikembangkan menjadi makna sebuah universitas atau perguruan tinggi. Namun masih ada juga yang menggunakan kata kampus untuk menyebutkan tempat yang luas atau bangunan yang luas, baik itu bangunan untuk proses belajar-mengajar atau bangunan yang lainnya. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata kampus menunjukan daerah lingkungan bangunan utama perguruan tinggi (universitas, akademi) tempat semua kegiatan belajar-mengajar dan administrasi
  • 28. berlangsung. Sedangkan menurut Wikipedia, kata kampus berasal dari bahasa latin, yaitu campus yang berarti ―lapangan luas‖, Dalam pengertian modern, kampus berarti, sebuah kompleks atau daerah tertutup yang merupakan kumpulan gedung-gedung universitas atau perguruan tinggi. Dua definisi kampus diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa kata kampus itu sebenarnya berasal dari kata latin campus yang sudah di Inggris-kan menjadi Campus yang berarti ‗bangunan‘ dari sebuah institusi seperti perguruan tinggi dan akademi guna untuk proses kegiatan belajar-mengajar. Di Indonesia, umumnya istilah kampus itu identik dengan sebuah perguruan tinggi atau sekolah-sekolah akademi. Baik itu perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta. Bahkan biasanya kampus itu tidak digunakan untuk proses belajar-mengajar saja, tetapi kampus itu meliputi seluruh bangunan yang ada di kompleks perguruan tinggi tersebut. Seperti bangunan kantor administrasi, gedung kemahasiswaan, perpustakaan, Masjid, bahkan kantin pun juga tergolong kampus, jika masih berada dalam kompleks kampus tersebut. Bicara soal kampus, sudah pasti berkaitan dengan dunia perkuliahan dan semua aktivitas-aktivitas yang terjadi di kampus. Kampus tidak hanya tempat untuk mengembangkan keilmuan, tetapi juga membentuk kepribadian, kemandirian, keterampilan sosial, dan karakter. Kampus sebagai lembaga pendidikan tinggi, selayaknya memiliki komitmen untuk melaksanakan dan mengawal pembentukan karakter bangsa. Pengembangan Ipteks dan budaya akademik menjadi titik temu antara upaya pembinaan karakter dengan peningkatan kualitas sebagai hasil dari proses pendidikan tinggi . Kampus adalah tempat kaderisasi calon-calon pemimpin bangsa dimasa depan.Sudah sering disebutkan bahwa kampus adalah miniatur masyarakat dan itu memang tepat. Di kampus berbagai orang dengan berbagai latar belakang, ras, agama, pemikiran,ideologi dan kepentingan berkumpul dalam sebuah sistem.Tak ubahnya dalam sebuah masyarakat. Walapun memang tingkat kompleksitasnya tidak setinggi di masyarakat. Cerminan masyarakat di masa yang akan datang bisa dilihat dari kondisi kampus. Kampus sebagai tempat pengkaderan pemimpin masa depan bangsa memiliki arti bahwa kampus adalah sebuah tempat dimana input masyarakat yang masuk dibentuk oleh atmosfer dan dinamika sistem kampus sehingga ketika lulus ia telah terwarnai dan kelak akan mewarnai kehidupan masyarakat.Melihat angka kuliah di Indonesia yang cukup rendah yaitu hanya sekitar 18 persen ini menunjukkan bahwa hanya segelintir orang saja yang bisa mengecapi nikmatnya berkuliah dan dari segelintir orang inilah nantinya diharapkan terlahir para pengisi pos-pos strategis yang akan berperan dalam pembangunan bangsa,baik itu dalam bidang politik, intelektual, ekonomi maupun sosial dan budaya.Kader-kader kampus yang sedikit ini memiliki kapasitas intelektual yang lebih sehingga mereka berhak mengisi fungsi-fungsi kepemimpinan di masyarakat di berbagai bidang. Kampus sebagai pusat peradaban masyarakat modern memiliki makna bahwa dari kampuslah bermula berbagai gagasan, inspirasi, serta motor dalam hal ini sumber daya mahasiswanya yang akan mewarnai dan menentukan arah perjalanan bangsa.‖Mata air-mata air‖ yang tersebar di seluruh Indonesia diharapkan dapat mengalirkan gagasan,inspirasi serta aksi dari motor-motor penggeraknya sehingga dapat ―menghidupkan‖ gairah serta vitalitas pembangunan. Untuk setiap kampus dengan tempatnya masing-masing, makna dari kampus sebagai pusat mata air kehidupan memberikan gambaran bahwa kampus adalah sebuah sumber keunggulan yang mentransfer keunggulannya itu ke lingkungan sekitarnya layaknya mata air yang mengalirkan air ke lingkungan sekitarnya sehingga vegetasi disekitarnya tumbuh dengan subur. Kampus seharusnya dapat menjadi sumber energi pembangunan bagi lingkungan masyarakat yang ada disekitarnya.
  • 29. Disinilah paradigma pusat peradaban kehidupan menampakkan bentuknya. Paradigma kampus sebagai peradaban masyarakat manghendaki manajemen kampus menjadi sebuah menajemen yang rapih dan bisa menjalankan tujuan-tujuannya secara efektif dan efisien.Paradigma peradaban masyarakat modern juga menghendaki kampus sebagi sebuah sistem dengan segala dinamikanya yang mencerminkan vitalitas dan gairah dalam membangun karakter mahasiswanya dengan sungguh-sungguh. Pendidikan yang dijalankan adalah pendidikan dengan basis pembangunan karakter. Sementara karekter yang dibangun adalah religious dan humanis. Paradigma ini juga menuntut adanya maksimalisasi peran kampus dalam pengkajian produk-produk akademis dengan orientasi pembangunan kesejahteraan masyarakat. Paradigma ini menekankan kampus sebagai sebuah sistem yang menampilkan kesungguh-sungguhan serta profesionalitas tingkat tinggi dalam segala aspeknya. Kampus sebagai pusat peradaban masyarakat modern menjunjung tinggi integritas dan menjaga nilai-nilai Good Governance jauh dari korupsi dan keculasan lainnya. Budaya korup baik itu dipraktekan oleh mahasiswanya melalui nyontek saat ujian atau menitipkan absen atau juga pemalsuan data skripsi maupun oleh birokrat kampusnya yang menyelewengkan dana mahasiswa nya adalah cerminan gagalnya proses pendidikan di kampus. Belum lagi bentuk-bentuk pelanggaran nilai integritas yang lain. Sepatutnya kampus adalah lembaga yang sangat menjunjung tinggi integritas.‖Knowledge is power but character is more‖ kata sebuah ungkapan. Pengembangan karakter melalui penjagaan integritas merupakan harga mati bagi sebuah institusi pendidikan,sebab bila kondisinya antithesis akan menyebabkan proses ini berbalik hingga menjadikan kampus pencetak koruptor-koruptor pintar dan penjahat-penjahat canggih. Kondisi saat ini masih banyak kampus di Indonesia yang terjebak pada antithesis dari paradigm tadi. Seperti umum diketahui masih banyak kampus yang pelayanannya jauh dari profesionalitas baik dalam pelayanan akademik maupun kualitas pengajaran.Hal ini akan terkait dengan standarisasi mutu atau akreditasi, efektifitas dan efisiensi otonomi serta akuntabilitas. Hal ini makin miris jika ditambah adanya fakta tawuran antar mahasiswa berbeda kampus dan bentrokan fisik antara mahasiswa dengan birokrat kampusnya. Jika kampus tidak mampu mencetak kader-kader masa depan yang berbudi dan berkualitas maka hal ini akan antithesis dengan apa yang diharapkan dari proses kaderisasi pemimpin masa depan bangsa.Jika kampus sebagai pusat peradaban masyarakat modern sudah tercemar maka ia akan mengalirkan racun dan permasalahan bagi masyarakat di sekitarnya. Potensi pencemaran ini bukan hanya terjadi akibat proses dari sistem atau struktur sistem itu yang salah namun juga berasal dari faktor sosial dan budaya seperti atmosfer kehidupan sosial di kampus itu sendiri. Contohnya ada opini yang cukup mengkhawatirkan bahwa saat ini lembaga pendidikan sebagian cenderung menjadi ―sarang kemaksiatan baru‖. Sebagaiman kita ketahui free sex dan hedonisme telah cukup merebak di kampus-kampus di tanah air. Hal ini mempengaruhi pandangan hidup generasi muda tentang perannya di masyarakat. Kondisi mengkhawatirkan lain adalah egoisme individu yang merupakan salah satu dampak dari borok hedonisme.Hal ini nampak dari ketidakpedulian dan ketidakpekaan mahasiswa atau generasi muda pada lingkungannya.Hal ini kurang sejalan dengan apa yang diharapkan pada salah satu poin pada Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pengabdian Masyarakat. Ketidakpedulian ini juga bisa jadi bersumber dari apatisme dan lemahnya cakrawala berpikir. Selanjutnya bentuk pengejawantahan lain dari paradigma ini adalah menyadari bahwa kampus berada pada irisan ketiga lingkungan yaitu lingkungan masyarakat ekonomi, lingkungan masyarakat politik, hukum dan peradilan serta masyarakat sipil. Oleh karenanya dalam kiprahnya kampus harus memberikan porsi yang seimbang pada ketiganya.Hal ini jika sudut pandang yang diambil adalah sudut pandang skala besar.
  • 30. Dalam tataran yang lebih kecil, kampus sebagai pusat peradaban masyarakat modern harus memberikan konstribusi melalui program-program pengembangan dan pembangunan masyarakat secara umum (Community Development). Otonomi yang telah diberikan kepada kampus jangan sampai malah menjadikan bergesernya arah fungsi pengabdian masyarakat menjadi egoisme organisasi apalagi hingga kapitalisasi kampus. Sisi positif dari otonomi kampus adalah harapan adanya peningkatan performance kampus, sebab kampus merupakan lembaga nirlaba yang secara teori kapasitas performance-nya bergantung dari donasi sponsor kini bisa mengalihkan dorongan berprestasinya menjadi bersumber pada mengusahakan kepuasan stakeholder. Communnity Development, selain sebagai sarana yang bisa meningkatkan citra positif harus dipertahankan menjadi misi utama kampus sebab apabila kampus kehilangan semangat dalam menjalankan misi itu, akan timbul lack of trust dari masyarakat yang pada gilirannya wibawa kampus sebagai pusat peradaban masyarakat akan hilang dan tujuan-tujuan utamanya akan tergerus. Membangun kampus sebagai pusat peradaban masyarakat modern merupakan kerja besar yang sangat strategis untuk menentukan arah perjalanan bangsa dimasa depan. Ini harus merupakan kerja keras dari semua pihak. Selain hal-hal di atas, dalam dunia kampus proses pembelajaran menjadi hal yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan proses belajar mengajar di jenjang pendidikan sebelumnya. Ada begitu banyak hal yang benar-benar harus diperhatikan disini. Sistem pendidikan yang menuntut pendidik (dosen) untuk lebih aktif mengajar dan memberikan ilmu pada peserta didik, sebaliknya, mahasiswalah yang harus lebih aktif dan mandiri dalam proses pembelajaran. Dunia kampus, berisi orang -orang “hebat” baik dari kalangan dosen, alumni ataupun mahasiswa yang rasanya sangat sayang jika tidak menimba ilmu dari mereka. Setidaknya kecipratan dan ketularan. Untuk bertanya tentang berbagai hal, tidak susah untuk mengakses karena banyak pakar yang bisa dijadikan rujukan. Dunia kampus tidak hanya mengajarkan kita dalam mengejar target-taget nilai (belajar) tetapi juga secara tersirat mengajarkan kita bagimana berinteraksi dengan masyarakan luar secara langsung. Oleh karena itu, dalam kehidupan kampus peluang bagi seluruh civitas akademika khususnya mahasiswa untuk mengembangkan kepribadiannya menjadi begitu besar. Mahasiswa dituntut untuk bisa mengembangkan kreatifivitas dan inovasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Masyarakat Kampus, dan Budaya Akademik Mahasiswa sebagai bagian masyarakat ilmiah, perlu sadar bahwasanya kampus tempat belajar, mengembangkan ilmu pengetahuan, bersosialisasi, berinteraksi, tempat memberi dan menerima, tempat bertanya dan menjawab, wahana miniatur bagi kehidupan di luar kampus yang sebenarnya, yang mungkin lebih liar dan berbahaya. Unpredictable. Bagi banyak orang lain mungkin kampus memiliki artinya masing- masing. Memiliki ceritanya masing-masing. entah sedih, susah, senang, dan cinta. Kampus tidak akan pernah menjadi kampus kalau hanya bicara perihal tempat saja. Orang-orang, termasuk interaksi sosial di dalamnya yang membuat kampus itu menjadi ―kampus‖. Kampus merupakan tempat berkembang. Kampus, bisa membuat ukuran menjadi tidak berarti. Membuat yang 35 hektar seakan-akan terasa seluas negeri ini. Maka siapa yang merasa tidak cukup dengan hanya menguasai kampus ini? Semuanya ada. Sistem hampir menyerupai negara, orang-orangnya sama beragamnya. Maka sangat lumrah jika kita sering melihat banyak mahasiswa yang rela mengorbankan waktunya, memberikan seluruh hidupnya di kampus. Betah beraktifitas di kampus, melakukan riset, belajar dan praktek di lab, perpustakaan, dan lain sebagainya. Banyak karya dan inovasi yang dapat dihasilkan dari kampus dengan budaya ilmiah dan
  • 31. akademiknya. Hanya disayangkan, kampus yang oleh undang-undang diberi otonomi bidang akademik dan non-akademik lebih tertarik mengembangkan kemandirian non-akademik, terutama dalam mencari sumber pemasukan, seperti bermacam jalur penerimaan mahasiswa, model pembayaran uang kuliah, membuka program studi dan atau kegiatan yang laris manis. Pengelola kampus akhirnya lebih fokus memikirkan strategi mencari dana daripada strategi menghidupkan budaya ilmiah. Dalam dunia kampus, hal yang tidak bisa dipisahkan dari budaya dan etika akademik. Kampus menjadi motor penggerak utama pembangunan budaya dan etika akademik melalui berbagai kegiatan ilmiah yang dilakukan. Kampus sebagai intitusi/lembaga harus memperbesar jumlah dan peran masyarakatnya dalam upaya membangun budaya akademik. Pembentukan budaya akademik juga ditentukan oleh dasar dan orientasi kebijakan kampus. Ide-ide yang dijalankan, peraturan, dan filosofi administrasi, manajemen, serta hubungan interpersonal berpengaruh besar kepada pembentukan pandangan, spirit, etika, dan atmosfer lingkungan akademik. Karena itu, setiap keputusan yang diambil harus senantiasa melekat kepada fungsi utama pendidikan tinggi yang menurut Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Pasal 4), adalah mengembangkan kemampuan akal budi dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui tridarma. Tridarma yang terdiri dari pendidikan dan pengajaran; penelitian; dan pengabdian masyarakat adalah bentuk pengamalan fungsi dasar perguruan tinggi. Pendidikan dan pengajaran, selain mentransmisikan pengetahuan dan informasi ilmiah, juga membentuk pandangan dan sikap ilmiah. Lulusan kampus diharapkan mendarmabaktikan dirinya kepada masyarakat dengan melakukan pencerahan dan memecahkan berbagai masalah berdasarkan pengalaman dan prinsip ilmiah yang diperolehnya sesuai dengan moto, "Ilmu sebagai alat pengabdian". Darma pengabdian sejatinya adalah bagaimana kampus, langsung atau tak langsung, menjalankan fungsi saintifik di antaranya mengeksplanasi, memprediksi, serta mendorong masyarakat agar terhindar dari petaka/kerugian atau memanfaatkan peluang dari perkembangan perilaku alami dan manusiawi. Kampus sebagai lembaga pendidikan tinggi dengan pusat pengkajian dan penelitiannya seharusnya menjadi mitra tak terpisahkan bagi pemerintah dan industri. Kampus menawarkan banyak cara cara untuk berkarya, mengabdi, dan mengusahakan solusi bagi masyarakat. Membuat warna-warni dunia dengan karya di berbagai bidang. Fenomena yang terjadi, masyarakat semakin mudah terinformasikan dengan derasnya terpaan informasi yang didukung penuh dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang makin pesat. Apa yang rakyat serukan, akan mudah terdengar dan sampai pada pemerintah dengan cepat. Era media sosial, ketika suara masyarakat bisa kita lihat hanya dari trending topic di twitter, foto-foto dengan beratus ribu like di instagram, dan postingan dengan berkali-kali dishare ulang oleh para pengguna. Masyarakat kini lebih sering beraspirasi di media lalu pemerintah langsung mendengarnya tanpa melalui wakil rakyat. Begitu juga dengan ―penyambung lidah masyarakat‖. Mahasiswa sebagai penyambing lidah masyarakat, apakah masih berlaku sampai sekarang?? Atau mungkin masyarakat sudah tidak butuh lagi penyambung lidah itu karena sudah ada cara-cara sendiri seperti yang telah disebutkan. Mahasiswa kini memiliki arti berbeda-beda pada setiap orangnya. Jika masyarakat ditanya, secara tidak sadar mereka akan menjawab bahwa mahasiswa hanyalah orang-orang yang memiliki kewajiban untuk belajar dan lulus. Tidak berharap lebih dari itu. Bahkan ketika coba menanyakan, ―bagaimana harapan masyarakat terhadap mahasiswa?‖, jawabnya; cukup di doakan agar para mahasiswa sukses meraih masa depannya.
  • 32. Masyarakat kampus (dosen, mahasiswa) harus lebih cerdas membaca perubahan zaman, terus bergerak melakukan perubahan melalui karya dan inovasi yang berdampak bagi diri sendiri juga masyarakat. Mahasiswa, kampus, adalah perpaduan yang seharusnya bisa terus beradaptasi dengan zaman. Dengan kondisi zaman yang seperti ini, sudah waktunya dosen, mahasiswa menaikan kapasitas diri dengan terus mengeksplor lebih jauh, lebih dalam, dan lebih luas dari sebelum-sebelumnya. Dimulai dari diri kita, lalu dunia. Semoga kampus dan seluruh masyarakat di dalamnya bisa benar-benar memberikan sebuah kontribusi untuk peradaban kehidupan masyarakat dan bangsa ini ke arah yang lebih baik. Semoga bermanfaat. Salam pendidikan tinggi indonesia !
  • 33. KAMPUS SEBAGAI PUSAT PERADABAN MASYARAKAT MODERN (Mengaplikasikan Paradigma Kampus Sebagai Pusat Peradaban Masyarakat Modern) Sebelum membahasa kampus lebih jauh, ada baiknya kita pahami dulu dengan baik arti kata 'kampus' yang sebenarnya. Kita sering kali mendengar kata kampus, tetapi kita belum tahu arti dan makna kata kampus itu sendiri. Secara tidak langsung, mahasiswa, dosen, masyarakat umum mereka sering mengucapkannya secara spontanitas, Ada sebagian orang yang tahu arti kampus itu sendiri, tetapi hanya sebagian kecil saja Terutama mahasiswa yang memang benar-benar menggeluti ―kampus‖ itu sendiri. Sebelum kita cari tahu maknanya, kita lihat dulu sejarahnya. Pada awal mulanya, kata kampus hanya ditujukan untuk daerah yang luas atau lapangan. Kemudian pada abad ke-18 kata kampus digunakan untuk menggambarkan sebuah universitas Collage Of New Jersey yang sekarang berganti nama menjadi Princeton University. Dan ketika masuk abad ke-20 barulah kata kampus dikembangkan menjadi makna sebuah universitas atau perguruan tinggi. Namun masih ada juga yang menggunakan kata kampus untuk menyebutkan tempat yang luas atau bangunan yang luas, baik itu bangunan untuk proses belajar-mengajar atau bangunan yang lainnya. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata kampus menunjukan daerah lingkungan bangunan utama perguruan tinggi (universitas, akademi) tempat semua kegiatan belajar-mengajar dan administrasi [TYPETHESENDERCOMPANYNAME] [Typethesendercompanyaddress][Typethesenderphonenumber][Typethesendere-mailaddress]
  • 34. berlangsung. Sedangkan menurut Wikipedia, kata kampus berasal dari bahasa latin, yaitu campus yang berarti ―lapangan luas‖, Dalam pengertian modern, kampus berarti, sebuah kompleks atau daerah tertutup yang merupakan kumpulan gedung-gedung universitas atau perguruan tinggi. Dua definisi kampus diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa kata kampus itu sebenarnya berasal dari kata latin campus yang sudah di Inggris-kan menjadi Campus yang berarti ‗bangunan‘ dari sebuah institusi seperti perguruan tinggi dan akademi guna untuk proses kegiatan belajar-mengajar. Di Indonesia, umumnya istilah kampus itu identik dengan sebuah perguruan tinggi atau sekolah-sekolah akademi. Baik itu perguruan tinggi negeri atau perguruan tinggi swasta. Bahkan biasanya kampus itu tidak digunakan untuk proses belajar-mengajar saja, tetapi kampus itu meliputi seluruh bangunan yang ada di kompleks perguruan tinggi tersebut. Seperti bangunan kantor administrasi, gedung kemahasiswaan, perpustakaan, Masjid, bahkan kantin pun juga tergolong kampus, jika masih berada dalam kompleks kampus tersebut. Bicara soal kampus, sudah pasti berkaitan dengan dunia perkuliahan dan semua aktivitas-aktivitas yang terjadi di kampus. Kamous tidak hanya tempat untuk mengembangkan keilmuan, tetapi juga membentuk kepribadian, kemandirian, keterampilan sosial, dan karakter. Kampus sebagai lembaga pendidikan tinggi, selayaknya memiliki komitmen untuk melaksanakan dan mengawal pembentukan karakter bangsa. Pengembangan Ipteks dan budaya akademik menjadi titik temu antara upaya pembinaan karakter dengan peningkatan kualitas sebagai hasil dari proses pendidikan tinggi . Kampus adalah tempat kaderisasi calon-calon pemimpin bangsa dimasa depan.Sudah sering disebutkan bahwa kampus adalah miniatur masyarakat dan itu memang tepat. Di kampus berbagai orang dengan berbagai latar belakang, ras, agama, pemikiran,ideologi dan kepentingan berkumpul dalam sebuah sistem.Tak ubahnya dalam sebuah masyarakat. Walapun memang tingkat kompleksitasnya tidak setinggi di masyarakat. Cerminan masyarakat di masa yang akan datang bisa dilihat dari kondisi kampus. Kampus sebagai tempat pengkaderan pemimpin masa depan bangsa memiliki arti bahwa kampus adalah sebuah tempat dimana input masyarakat yang masuk dibentuk oleh atmosfer dan dinamika sistem kampus sehingga ketika lulus ia telah terwarnai dan kelak akan mewarnai kehidupan masyarakat.Melihat angka kuliah di Indonesia yang cukup rendah yaitu hanya sekitar 18 persen ini menunjukkan bahwa hanya segelintir orang saja yang bisa mengecapi nikmatnya berkuliah dan dari segelintir orang inilah nantinya diharapkan terlahir para pengisi pos-pos strategis yang akan berperan dalam pembangunan bangsa,baik itu dalam bidang politik, intelektual, ekonomi maupun sosial dan budaya.Kader-kader kampus yang sedikit ini memiliki kapasitas intelektual yang lebih sehingga mereka berhak mengisi fungsi-fungsi kepemimpinan di masyarakat di berbagai bidang. Kampus sebagai pusat peradaban masyarakat modern memiliki makna bahwa dari kampuslah bermula berbagai gagasan, inspirasi, serta motor dalam hal ini sumber daya mahasiswanya yang akan mewarnai dan menentukan arah perjalanan bangsa.‖Mata air-mata air‖ yang tersebar di seluruh Indonesia diharapkan dapat mengalirkan gagasan,inspirasi serta aksi dari motor-motor penggeraknya sehingga dapat ―menghidupkan‖ gairah serta vitalitas pembangunan. Untuk setiap kampus dengan tempatnya masing-masing, makna dari kampus sebagai pusat mata air kehidupan memberikan gambaran bahwa kampus adalah sebuah sumber keunggulan yang mentransfer keunggulannya itu ke lingkungan sekitarnya layaknya mata air yang mengalirkan air ke lingkungan sekitarnya sehingga vegetasi disekitarnya tumbuh dengan subur. Kampus seharusnya dapat menjadi sumber energi pembangunan bagi lingkungan masyarakat yang ada disekitarnya.
  • 35. Disinilah paradigma pusat peradaban kehidupan menampakkan bentuknya. Paradigma kampus sebagai peradaban masyarakat manghendaki manajemen kampus menjadi sebuah menajemen yang rapih dan bisa menjalankan tujuan-tujuannya secara efektif dan efisien.Paradigma peradaban masyarakat modern juga menghendaki kampus sebagi sebuah sistem dengan segala dinamikanya yang mencerminkan vitalitas dan gairah dalam membangun karakter mahasiswanya dengan sungguh-sungguh. Pendidikan yang dijalankan adalah pendidikan dengan basis pembangunan karakter. Sementara karekter yang dibangun adalah religious dan humanis. Paradigma ini juga menuntut adanya maksimalisasi peran kampus dalam pengkajian produk-produk akademis dengan orientasi pembangunan kesejahteraan masyarakat.Paradigma ini menekankan kampus sebagai sebuah sistem yang menampilkan kesungguh- sungguhan serta profesionalitas tingkat tinggi dalam segala aspeknya. Kampus sebagai pusat peradaban masyarakat modern menjunjung tinggi integritas dan menjaga nilai-nilai Good Governance jauh dari korupsi dan keculasan lainnya. Budaya korup baik itu dipraktekan oleh mahasiswanya melalui nyontek saat ujian atau menitipkan absen atau juga pemalsuan data skripsi maupun oleh birokrat kampusnya yang menyelewengkan dana mahasiswa nya adalah cerminan gagalnya proses pendidikan di kampus. Belum lagi bentuk-bentuk pelanggaran nilai integritas yang lain. Sepatutnya kampus adalah lembaga yang sangat menjunjung tinggi integritas.‖Knowledge is power but character is more‖ kata sebuah ungkapan. Pengembangan karakter melalui penjagaan integritas merupakan harga mati bagi sebuah institusi pendidikan,sebab bila kondisinya antithesis akan menyebabkan proses ini berbalik hingga menjadikan kampus pencetak koruptor-koruptor pintar dan penjahat-penjahat canggih. Kondisi saat ini masih banyak kampus di Indonesia yang terjebak pada antithesis dari paradigm tadi. Seperti umum diketahui masih banyak kampus yang pelayanannya jauh dari profesionalitas baik dalam pelayanan akademik maupun kualitas pengajaran.Hal ini akan terkait dengan standarisasi mutu atau akreditasi, efektifitas dan efisiensi otonomi serta akuntabilitas. Hal ini makin miris jika ditambah adanya fakta tawuran antar mahasiswa berbeda kampus dan bentrokan fisik antara mahasiswa dengan birokrat kampusnya. Jika kampus tidak mampu mencetak kader-kader masa depan yang berbudi dan berkualitas maka hal ini akan antithesis dengan apa yang diharapkan dari proses kaderisasi pemimpin masa depan bangsa.Jika kampus sebagai pusat peradaban masyarakat modern sudah tercemar maka ia akan mengalirkan racun dan permasalahan bagi masyarakat di sekitarnya. Potensi pencemaran ini bukan hanya terjadi akibat proses dari sistem atau struktur sistem itu yang salah namun juga berasal dari faktor sosial dan budaya seperti atmosfer kehidupan sosial di kampus itu sendiri. Contohnya ada opini yang cukup mengkhawatirkan bahwa saat ini lembaga pendidikan sebagian cenderung menjadi ―sarang kemaksiatan baru‖. Sebagaiman kita ketahui free sex dan hedonisme telah cukup merebak di kampus-kampus di tanah air. Hal ini mempengaruhi pandangan hidup generasi muda tentang perannya di masyarakat. Kondisi mengkhawatirkan lain adalah egoisme individu yang merupakan salah satu dampak dari borok hedonisme.Hal ini nampak dari ketidakpedulian dan ketidakpekaan mahasiswa atau generasi muda pada lingkungannya.Hal ini kurang sejalan dengan apa yang diharapkan pada salah satu poin pada Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pengabdian Masyarakat. Ketidakpedulian ini juga bisa jadi bersumber dari apatisme dan lemahnya cakrawala berpikir. Selanjutnya bentuk pengejawantahan lain dari paradigma ini adalah menyadari bahwa kampus berada pada irisan ketiga lingkungan yaitu lingkungan masyarakat ekonomi, lingkungan masyarakat politik, hukum dan peradilan serta masyarakat sipil. Oleh karenanya dalam kiprahnya kampus harus memberikan porsi yang seimbang pada ketiganya.Hal ini jika sudut pandang yang diambil adalah sudut pandang skala besar.
  • 36. Dalam tataran yang lebih kecil, kampus sebagai pusat peradaban masyarakat modern harus memberikan konstribusi melalui program-program pengembangan dan pembangunan masyarakat secara umum (Community Development). Otonomi yang telah diberikan kepada kampus jangan sampai malah menjadikan bergesernya arah fungsi pengabdian masyarakat menjadi egoisme organisasi apalagi hingga kapitalisasi kampus. Sisi positif dari otonomi kampus adalah harapan adanya peningkatan performance kampus, sebab kampus merupakan lembaga nirlaba yang secara teori kapasitas performance-nya bergantung dari donasi sponsor kini bisa mengalihkan dorongan berprestasinya menjadi bersumber pada mengusahakan kepuasan stakeholder. Communnity Development, selain sebagai sarana yang bisa meningkatkan citra positif harus dipertahankan menjadi misi utama kampus sebab apabila kampus kehilangan semangat dalam menjalankan misi itu, akan timbul lack of trust dari masyarakat yang pada gilirannya wibawa kampus sebagai pusat peradaban masyarakat akan hilang dan tujuan-tujuan utamanya akan tergerus. Membangun kampus sebagai pusat peradaban masyarakat modern merupakan kerja besar yang sangat strategis untuk menentukan arah perjalanan bangsa dimasa depan. Ini harus merupakan kerja keras dari semua pihak. Selain hal-hal di atas, dalam dunia kampus proses pembelajaran menjadi hal yang cukup signifikan jika dibandingkan dengan proses belajar mengajar di jenjang pendidikan sebelumnya. Ada begitu banyak hal yang benar-benar harus diperhatikan disini. Sistem pendidikan yang menuntut pendidik (dosen) untuk lebih aktif mengajar dan memberikan ilmu pada peserta didik, sebaliknya, mahasiswalah yang harus lebih aktif dan mandiri dalam proses pembelajaran. Dunia kampus, berisi orang -orang “hebat” baik dari kalangan dosen, alumni ataupun mahasiswa yang rasanya sangat sayang jika tidak menimba ilmu dari mereka. Setidaknya kecipratan dan ketularan. Untuk bertanya tentang berbagai hal, tidak susah untuk mengakses karena banyak pakar yang bisa dijadikan rujukan. Dunia kampus tidak hanya mengajarkan kita dalam mengejar target-taget nilai (belajar) tetapi juga secara tersirat mengajarkan kita bagimana berinteraksi dengan masyarakan luar secara langsung. Oleh karena itu, dalam kehidupan kampus peluang bagi seluruh civitas akademika khususnya mahasiswa untuk mengembangkan kepribadiannya menjadi begitu besar. Mahasiswa dituntut untuk bisa mengembangkan kreatifivitas dan inovasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Masyarakat Kampus, dan Budaya Akademik Mahasiswa sebagai bagian masyarakat ilmiah, perlu sadar bahwasanya kampus tempat belajar, mengembangkan ilmu pengetahuan, bersosialisasi, berinteraksi, tempat memberi dan menerima, tempat bertanya dan menjawab, wahana miniatur bagi kehidupan di luar kampus yang sebenarnya, yang mungkin lebih liar dan berbahaya. Unpredictable. Bagi banyak orang lain mungkin kampus memiliki artinya masing- masing. Memiliki ceritanya masing-masing. entah sedih, susah, senang, dan cinta. Kampus tidak akan pernah menjadi kampus kalau hanya bicara perihal tempat saja. Orang-orang, termasuk interaksi sosial di dalamnya yang membuat kampus itu menjadi ―kampus‖. Kampus merupakan tempat berkembang. Kampus, bisa membuat ukuran menjadi tidak berarti. Membuat yang 35 hektar seakan-akan terasa seluas negeri ini. Maka siapa yang merasa tidak cukup dengan hanya menguasai kampus ini? Semuanya ada. Sistem hampir menyerupai negara, orang-orangnya sama beragamnya. Maka sangat lumrah jika kita sering melihat banyak mahasiswa yang rela mengorbankan waktunya, memberikan seluruh hidupnya di kampus. Betah beraktifitas di kampus, melakukan riset, belajar dan praktek di lab, perpustakaan, dan lain sebagainya. Banyak karya dan inovasi yang dapat dihasilkan dari kampus dengan budaya ilmiah dan
  • 37. akademiknya. Hanya disayangkan, kampus yang oleh undang-undang diberi otonomi bidang akademik dan non-akademik lebih tertarik mengembangkan kemandirian non-akademik, terutama dalam mencari sumber pemasukan, seperti bermacam jalur penerimaan mahasiswa, model pembayaran uang kuliah, membuka program studi dan atau kegiatan yang laris manis. Pengelola kampus akhirnya lebih fokus memikirkan strategi mencari dana daripada strategi menghidupkan budaya ilmiah. Dalam dunia kampus, hal yang tidak bisa dipisahkan dari budaya dan etika akademik. Kampus menjadi motor penggerak utama pembangunan budaya dan etika akademik melalui berbagai kegiatan ilmiah yang dilakukan. Kampus sebagai intitusi/lembaga harus memperbesar jumlah dan peran masyarakatnya dalam upaya membangun budaya akademik. Pembentukan budaya akademik juga ditentukan oleh dasar dan orientasi kebijakan kampus. Ide-ide yang dijalankan, peraturan, dan filosofi administrasi, manajemen, serta hubungan interpersonal berpengaruh besar kepada pembentukan pandangan, spirit, etika, dan atmosfer lingkungan akademik. Karena itu, setiap keputusan yang diambil harus senantiasa melekat kepada fungsi utama pendidikan tinggi yang menurut Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Pasal 4), adalah mengembangkan kemampuan akal budi dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui tridarma. Tridarma yang terdiri dari pendidikan dan pengajaran; penelitian; dan pengabdian masyarakat adalah bentuk pengamalan fungsi dasar perguruan tinggi. Pendidikan dan pengajaran, selain mentransmisikan pengetahuan dan informasi ilmiah, juga membentuk pandangan dan sikap ilmiah. Lulusan kampus diharapkan mendarmabaktikan dirinya kepada masyarakat dengan melakukan pencerahan dan memecahkan berbagai masalah berdasarkan pengalaman dan prinsip ilmiah yang diperolehnya sesuai dengan moto, "Ilmu sebagai alat pengabdian". Darma pengabdian sejatinya adalah bagaimana kampus, langsung atau tak langsung, menjalankan fungsi saintifik di antaranya mengeksplanasi, memprediksi, serta mendorong masyarakat agar terhindar dari petaka/kerugian atau memanfaatkan peluang dari perkembangan perilaku alami dan manusiawi. Kampus sebagai lembaga pendidikan tinggi dengan pusat pengkajian dan penelitiannya seharusnya menjadi mitra tak terpisahkan bagi pemerintah dan industri. Kampus menawarkan banyak cara cara untuk berkarya, mengabdi, dan mengusahakan solusi bagi masyarakat. Membuat warna-warni dunia dengan karya di berbagai bidang. Fenomena yang terjadi, masyarakat semakin mudah terinformasikan dengan derasnya terpaan informasi yang didukung penuh dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang makin pesat. Apa yang rakyat serukan, akan mudah terdengar dan sampai pada pemerintah dengan cepat. Era media sosial, ketika suara masyarakat bisa kita lihat hanya dari trending topic di twitter, foto-foto dengan beratus ribu like di instagram, dan postingan dengan berkali-kali dishare ulang oleh para pengguna. Masyarakat kini lebih sering beraspirasi di media lalu pemerintah langsung mendengarnya tanpa melalui wakil rakyat. Begitu juga dengan ―penyambung lidah masyarakat‖. Mahasiswa sebagai penyambing lidah masyarakat, apakah masih berlaku sampai sekarang?? Atau mungkin masyarakat sudah tidak butuh lagi penyambung lidah itu karena sudah ada cara-cara sendiri seperti yang telah disebutkan. Mahasiswa kini memiliki arti berbeda-beda pada setiap orangnya. Jika masyarakat ditanya, secara tidak sadar mereka akan menjawab bahwa mahasiswa hanyalah orang-orang yang memiliki kewajiban untuk belajar dan lulus. Tidak berharap lebih dari itu. Bahkan ketika coba menanyakan, ―bagaimana harapan masyarakat terhadap mahasiswa?‖, jawabnya; cukup di doakan agar para mahasiswa sukses meraih masa depannya.
  • 38. Masyarakat kampus (dosen, mahasiswa) harus lebih cerdas membaca perubahan zaman, terus bergerak melakukan perubahan melalui karya dan inovasi yang berdampak bagi diri sendiri juga masyarakat. Mahasiswa, kampus, adalah perpaduan yang seharusnya bisa terus beradaptasi dengan zaman. Dengan kondisi zaman yang seperti ini, sudah waktunya dosen, mahasiswa menaikan kapasitas diri dengan terus mengeksplor lebih jauh, lebih dalam, dan lebih luas dari sebelum-sebelumnya. Dimulai dari diri kita, lalu dunia. Semoga kampus dan seluruh masyarakat di dalamnya bisa benar-benar memberikan sebuah kontribusi untuk peradaban kehidupan masyarakat dan bangsa ini ke arah yang lebih baik. Semoga bermanfaat. Salam pendidikan tinggi indonesia !
  • 39. Krisis Informasi dan Propoganda Hoax Sesaat terlintas dibenak pikiran, menyimak sejenak hirup pikuk dunia maya yang terlihat didepan mata, tampak jauh dari logika. Keadaan semakin carut-marut namun terlihat tenang, damai dan terkesan aman. Segelas kopi menemani. Mencoba meresapi, berfikir bagaimana menyikapi dan menghadapi fenomena ini. Media Online dan Hoax Kemajuan teknologi, terutama dalam bidang telekomunikasi, menjadi salah satu sarana untuk menumpahkan unek-unek kita kita ke dunia maya. Ada yang sekedar ingin curhat, ada yang ingin memberikan wejangan, ada yang gemar merangkai kata-kata indah. Namun, fenomena yang terjadi sekarang adalah, menyebarnya hoax dan pengaruh-pengaruh berbahaya dan meracuni pikiran yang tersebar melalui internet. Jika kita mampu berpikir secara logis dan bijak, hal apapun yang tertulis maupun tersaji di internet tidak akan meracuni pikiran kita. Namun, tidak semua orang mempunyai kemampuan ini, atau mungkin ada sebagian orang yang mempunyai kemampuan berpikir secara logis dan bijak, namun karena satu dan lain hal, tidak menggunakannya. Harus diakui bahwa masih banyak masyarakat kita yang tak mampu mencerna informasi yang ada di sekitarnya, dan kemampuan mengambil kesimpulan yang logis. Dulu, hal ini tidak terlalu menjadi masalah, karena belum muncul dan berkembanganya teknologi informasi dan social media. Dulu, guru, dosen bisa
  • 40. menjadi penengah, bisa menjadi voice of reason jika ada berita yang simpang siur atau gosip-gosip tanpa bukti, namun yang terjadi di jaman sekarang, justru banyak di antara mereka yang terjebak dan termakan hoax. Banyak di antara mereka yang justru menjadi korban. Tidak heran, jika masyarakat sekarang ini banyak menjadi kacau logika berpikirnya, karena selalu terpapar oleh argumen-argumen yang tidak bernalar sehat akibat percaya pada berita-berita hoax yang bertebaran di internet. Jelang tahun politik, banyaknya oknum-oknum sering memanfaatkan kondisi masyarakat kita yang mudah terhasut dengan hal- hal yang bersifat politik SARA. Masyarakat Indonesia tengah dilanda wabah hoax alias berita bohong yang berseleweran di social media. Media sosial yang seharusnya menjadi sarana untuk menyerap informasi positif yang mencerdaskan telah banyak didistorsi oleh kelompok-kelompok yang tak bertanggung jawab, dengan menjadikanya sebagai ruang untuk doktrinasi dan menebar kebencian. Tak jarang, informasi yang muncul di media sosial adalah informasi-informasi yang tidak jelas sumbernya. Merebaknya wabah informasi hoax dewasa ini, juga telah mencoreng kemuliaan fungsi dari media massa khususnya media online. Harus diakui bahwa kehadiran media massa terutama media online dewasa ini telah menciptakan keresahan masyarakat. Publik cenderung kesulitan membedakan media online yang memiliki krediblitas dan payung hukum jelas dan yang tidak. Karena kehadiran media online di media sosial begitu merayap. Akibatnya para pengguna media sosial dengan mudah meng share berita-berita yang muncul tanpa melakukan kroscek dan filter apakah informasi yang diterima benar atau tidak. Dalam situasi yang demikian inilah maka anak bangsa akan mudah terjangkit wabah informasi hoax. Akibat dari maraknya informasi hoax tersebut, sering terjadi hujat menghujat dan caci mencaci antar sesama anak bangsa. Nilai-nilai etik dan moralitas terus terkikis. Adat ketimuran yang kental dengan sikap saling menghormati dan menghargai, yang muda menghormati yang tua, dan yang tua mengayomi yang muda terus terkikis dan tidak lagi menjadi karakter bangsa ini. Sikap-sikap intoleran terus mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara dewasa ini. Sebagai media informasi, media massa sebenarnya memiliki fungsi memberikan informasi dan edukasi pada publik dan masyarakat. Banyaknya informasi hoax yang lahir dari media massa, mengaburkan nilai mulia dari media tersebut. Secara tidak langsung telah meruntuhkan nilai-nilai jurnalistik dan dunia kewartawanan. Padahal dalam Undang-Undang No.40 Tahun 1999 Pasal 3 ayat 1 disebutkan bahwa, pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Artinya, sebagai salah satu pilar demokrasi, media massa memiliki kewajiban untuk memberikan pencerahan pengetahuan kepada masyarakat. Sehingga masyarakat lebih cerdas dan melek informasi. Harus diakui bahwa apapun bentuknya, informasi adalah ‗teks‘ yang mengandung kompleksitas unsur nilai (kepentingan). Sebagai teks, informasi mempunyai fungsi representatif—mewakili hal-hal yang tersurat dan tersirat. Nilai ideologis sangat inheren dengan keberadaan sebuah informasi, meski dalam praktiknya konsumen informasi cenderung tidak menyadarinya. Dalam ketidak sadaran inilah sebenarnya ‗kuasa‘ ideologi, melalui informasi bekerja. Setiap informasi yang hadir pada ruang publik sebenarnya memiliki nilai-nilai ideologis yang senafas dengan kepentingan subjeknya. Dari sini kita akan mengerti, meminjam istilah Norman Fairclough, bahwa merebaknya wabah informasi hoax sebenarnya ada propaganda tertentu yang dilakukan oleh aktor-aktor yang ada di balik lahirnya teks informasi tersebut. Melalui struktur bahasa yang rapi, mereka akan mudah mempropagandakan keyakinan dan pemahaman pada publik. Karena bahasa dalam filsafat linguistik