Dokumen tersebut membahas tentang pentingnya pendidikan berbasis kewirausahaan dan ekonomi kreatif untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja lulusan perguruan tinggi dan mengurangi pengangguran. Ekonomi kreatif diyakini sebagai salah satu pilar penting perekonomian masa depan yang dapat menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi. Dokumen juga menjelaskan perlunya pendirian perguruan tinggi alternatif yang ber
Latihan Soal bahasa Indonesia untuk anak sekolah sekelas SMP atau pun sederajat
Menggagas perguruan tinggi alternatif berbasis entrepreneurship dan ekonomi kreatif
1. P E N D A H U L U A N
Pertumbuhan makro ekonomi yang cukup kuat selama lebih dari satu dekade ini secara berlahan telah mampu
menurunkan angka pengangguran di Indonesia. Namun, dengan kira-kira dua juta penduduk Indonesia yang tiap
tahunnya terjun ke dunia kerja, adalah tantangan yang sangat besar buat pemerintah Indonesia untuk
menstimulasi penciptaan lahan kerja baru supaya pasar kerja dapat menyerap para pencari kerja yang tiap
tahunnya terus bertambah; pengangguran muda (kebanyakan adalah mereka yang baru lulus kuliah) adalah salah
satu kekhawatiran utama dan butuh adanya tindakan yang cepat.
Negara ini juga memiliki populasi penduduk yang muda karena sekitar setengah dari total penduduk Indonesia
berumur di bawah 30 tahun. Jika kedua faktor tersebut digabungkan, indikasinya Indonesia adalah negara yang
memiliki kekuatan tenaga kerja yang besar, yang akan berkembang menjadi lebih besar lagi ke depan, maka
menekankan pentingnya penciptaan lapangan kerja dalam perekonomian terbesar di Asia Tenggara.
Lulusan perguruan tinggi Indonesia sedang mengalami dilema, sebab gelar ijazah pendidikan tinggi yang mereka
raih tak lagi jadi jaminan mudah untuk mendapat pekerjaan. Kesulitan mereka terserap dunia kerja semakin
bertambah berat, karena mereka juga bersaing dengan tenaga kerja asing dari negara-negara ASEAN sebagai
dampak berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Sulitnya lulusan universitas lokal memperoleh pekerjaan
sudah terlihat dari angka pengangguran terdidik Indonesia yang meningkat setiap tahun.
Bulan Maret 2018 lalu, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi mencatat sekitar 8,8% dari total 7 juta
pengangguran di Indonesia adalah sarjana. Kondisi tersebut sangat mengkhawatirkan mengingat persaingan
untuk mendapatkan pekerjaan akan semakin ketat. Selain bersaingan dengan mesin berbasis teknologi canggih,
2. sekitar 630.000 sarjana pengangguran tersebut juga harus beradu kompetensi dan keahlian tertentu dengan
pekerja asing yang datang dari terbukanya pasar bebas.
Jumlah sarjana yang lulus setiap tahun tak sebanding dengan serapan tenaga kerja. Lapangan kerja yang terbatas
membuat persaingan semakin ketat. Kita telah memasuki era revolusi industri 4.0, yaitu era disrupsi teknologi, era
berbasis cyber physical system. Ini merupakan tantangan baru yang dihadapi oleh negara-negara di dunia untuk
mempersiapkan SDM-nya.
Kesulitannya sarjana menembus dunia kerja karena relevansi antara mutu perguruan tinggi dan kebutuhan dunia
industri masih rendah. Kemenristekdikti mendata, tahun lalu, jumlah tenaga kerja lulusan perguruan tinggi hanya
sebesar 17,5%. Persentase tersebut jauh lebih kecil ketimbang tenaga kerja lulusan SMK/SMA yang mencapai
82%, sedangkan lulusan SD mencapai 60%.
Pemetaan serapan tenaga kerja tersebut hampir tak akan berubah setidaknya dalam kurun 5 tahun ke depan.
Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti Kemenristekdikti, Ali Ghufron Mukti, mengatakan bahwa saat ini
lulusan perguruan tinggi turut menyumbang pengangguran yang menjadi beban negara. Ia menjelaskan, relevansi
lulusan perguruan tinggi terhadap kebutuhan tenaga kerja menjadi faktor penting dalam upaya mencegah sarjana
menganggur.
Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia mencatat, angka pengangguran untuk tingkat pendidikan
menengah ke atas (sarjana) cukup tinggi. Selain itu jumlah kompetensi tenaga kerja berusia produktif sebesar
131,5 juta orang, dengan 79 juta orang atau kurang lebih 60 persen berpendidikan hanya di tingkat SMP. Dalam
satu tahun lulusan sarjana secara nasional mencapai 750 ribu - 800 ribu orang.
Disis lain banyak lulusan perguruan tinggi masih menganggur atau dalam kasus lainnya, banyak lulusan
pendidikan tinggi bekerja tidak sesuai dengan kualifikasinya selama menempuh pendidikan.Banyak perguruan
tinggi mencetak banyak sarjana, tapi tidak match dengan kebutuhan lapangan kerjanya. Fenomena yang umum
terjadi yakni banyak lulusan umum perguruan tinggi yang menyeberang ke sektor lain, lantaran minimnya
lapangan kerja di bidangnya masing-masing. Di sisi lain, banyak pula sektor yang membutuhkan tenaga kerja tapi
sepi pelamar lantaran kurangnya kualifikasi keterampilan yang dibutuhkan. Perusahaan, pasti membutuhkan
tenaga kerja yang qualified.
3. Salah satu pangkal yang seringkali disebut sebagai penyebab terjadinya masalah tersebut diatas adalah rendahnya
kualitas pendidikan dan terlebih yang sering disorot adalah kualitas pendidikan tinggi di Indonesia. Berdasarkan data
yang dirilis Pusat Data dan Informasi Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti), di Indonesia
saat ini terdapat 4536 perguruan tinggi dengan berbagai macam bentuk mulai dari universitas, institut hingga akademi
dan memiliki 25023 Program Studi.
Dengan banyaknya perguruan tingggi serta program studi tersebut amat disayangkan belum mampu menyeselesaikan
berbagai macam permasalahan yang ada di Indonesia, karena manajemen perguruan tinggi yang semakin terfokus
pada masalah capaian reputasi berbasis administrasi dan nihil substansi keilmuan di sana sini. Hal tersebutlah yang
menjadi penyebab para lulusan perguruan tinggi gamang untuk bisa berkiprah di masyarakat maupun dunia kerja
setelah lulus dari dari perguruan tinggi. Mempertimbangkan berbagai hal tersebut, menurut hemat penulis perlu
dipikirkan model pendidikan tinggi alternatif. Salah satu alternatifnya adalah perguruan tinggi berbasis entrepreneurship
dan ekonomi kreatif.
Pemerintah mengharapkan ekonomi kreatif sebagai salah satu diantara tulang punggung ekonomi nasional. Beberapa
hal yang dapat dipahami sebagai pertimbangan kebijakan tersebut adalah: Pertama, ekonomi kreatif telah
menunjukkan potensi signifikan terhadap penciptaan dan penyerapan tenaga kerja serta pertumbuhan ekonomi. Kedua,
Indonesia memiliki potensi ekonomi kreatif yang memberikan kontribusi ekonomi dan dampak sosial. Ketiga, Ekonomi
kreatif dapat meningkatkan citra dan identitas suatu bangsa dalam kerangka Nation Branding. Citra adalah kesan dan
persepsi yang diterima oleh seseorang ketika melihat mendengar dan merasakan sesuatu tentang Indonesia. Citra
dapat dibangun melalui peningkatan ekspor produk kreatif Indonesia, menandakan kreativitas bangsaIndonesia
semakin diperhitungkan.
Terkait dengan hal tersebut, maka saya menawarkan gagasan pendirian perguruan tinggi alternatif berbasis
kewirausahaan dan ekonomi kreatif sebagai lembaga pendidikan tinggi yang secara khusus mendidik dan mengkader
generasi muda untuk menghasilkan SDM unggul yang siap membangun dan mengembangkan ekonomi dan industry
kreatif di tanah air
4. P E M B A H A S A N
A. Entrepreneurship dan Ekonomi Kreatif adalah Pilar Perekonomian Masa Depan
Seiring peningkatan penguasaan IPTEK, sumber daya perlu diselaraskan dengan tuntutan dunia terhadap karya kreatif.
Industri kreatif berbasis ide, kreativitas dan pengetahuan, yang bila semakin dieksploitasi atau dieksplorasi maka tidak
akan pernah habis, bahkan akan semakin hebat dan akurat. Oleh karena itu, industri kreatif merupakan sumber daya
terbarukan untuk menciptakan ekonomi kreatif. Dapat diwujudkan melalui wirausaha, usaha dan produk kreatif yang
mengandalkan kemampuan (skill), pengetahuan (knowledge) serta sikap dan perilaku (attitude).
Kreatifitas memang sangatlah penting dan diperlukan bagi orang yang memiliki jiwa kewirausahaan. Kreatifitas itu
jugalah yang menjadi dasar fenomena munculnya konsep Ekonomi Kreatif yang sekarang ini juga marak
disosialisasikan, bersamaan dengan pendidikan kewirausahaan pada masyarakat indonesia.
Di Indonesia saat ini di pendidikan tentang kewirausahaan sangat gencar diberikan kepada masyarakat sejak dini
dengan harapan kewirausahaan tersebut dapat berakar kuat dalam diri masyarakat Indonesia sehingga memunculkan
banyak wirausahawan yang menciptakan banyak lapangan pekerjaan. Kondisi yang sering terjadi adalah anak-anak
Indonesia setelah tamat sekolah, yang terbersit dipikirannya adalah bekerja. Melihat kondisi Indonesia saat ini, dengan
ketersediaan lapangan kerja yang tidak sebanding dengan jumlah tenaga kerja, pola pikir seperti itu tidak tepat.
Mengapa? Karena pola pikir seperti itu tidak memacu kreatifitas dalam diri. Kecenderungan untuk hanya meniru lah
yang akan timbul. Sesungguhnya, keterampilan untuk mencipta sesuatu ide dan gagasan barulah yang sangat
diperlukan.
“Entrepreneur is someone who has a vision for something and a want to create” -Anonymous
Entrepreneurship dapat diartikan sebagai kemampuan individu dalam menciptakan peluang ekonomis dari sebuah ide
usaha baik skala kecil maupun skala besar. Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave, proses kewirausahaan
diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengeruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi
maupun di luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut
membentuk „‟locus of control‟‟, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembangan
menjadi wirausahawan yang besar.
Seorang wirausaha berperan baik secara internal maupun eksternal. Secara internal seorang wirausaha berperan
dalam mengurangi tingkat kebergantungan terhadap orang lain, meningkatkan kepercayaan diri, serta meningkatkan
daya beli pelakunya. Secara eksternal, seorang wirausaha berperan dalam menyediakan lapangan kerja bagi para
pencari kerja.
Dengan terserapnya tenaga kerja oleh kesempatan kerja yang disediakan oleh seorang wirausaha, tingkat
pengangguran secara nasional menjadi berkurang. Menurunnya tingkat pengangguran berdampak terhadap naiknya
pendapatan perkapita dan daya beli masyarakat, serta tumbuhnya perekonomian secara nasional. Selain itu,
berdampak pula terhadap menurunnya tingkat kriminalitas yang biasanya ditimbulkan oleh karena tingginya
pengangguran.
5. Seorang yang mengaplikasikan konsep dari kewirausahaan yaitu bekerja dengan independen dan menciptakan
lapangan kerja sendiri dengan menjalankan usahanya berdasarkan idenya sendiri,dan menggunakan sumber daya
yang tersedia secara kreatif dan inovatif. Kewirausahaan tidak mutlak dimiliki oleh wirausaha dalam dunia bisnis saja.
Kenyataannya, sifat kewirausahaan juga banyak dimiliki karyawan, baik swasta ataupun pemerintah. Sifat
kewirausahaan, itu sendiri muncul ketika seseorang berani mengembangkan ide-idenya dengan usaha-usaha tertentu.
Apakah Ekonomi Kreatif itu? Ekonomi Kreatif adalah sebuah konsep yang menempatkan kreativitas dan pengetahuan
sebagai aset utama dalam menggerakkan ekonomi. Ekonomi Kreatif menjadi era ekonomi baru dimana informasi,
pengetahuan dan kreativitas menjadi faktor produksi utama bagi negara.
Kebanyakan orang paham mengenai definisi ekonomi sehingga menganggap keduanya sama. Padahal antara ekonomi
kreatif dengan ekonomi itu berbeda. Ekonomi kreatif gabungan dari ekonomi dan kreatif. Makna ekonomi merupakan
salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari salah satu aktivitas manusia yang berhubungan erat dengan masalah
produksi, distribusi serta konsumsi terhadap sebuah jasa atau barang. Sedangkan kreatif adalah kemampuan untuk
memberi suatu gagasan baru dalam pemecahan masalah.
Sehingga Ekonomi kreatif adalah suatu kegiatan ekonomi di mana input dan output adalah gagasan atau dalam satu
kalimat yang singkat, esensi dari kreativitas adalah gagasan. Dan sebaiknya konsep kewirausahaan maupun konsep
ekonomi kreatif terdapat unsur benang merah yang sama yakni terdapat konsep kreativitas, ide atau gagasan serta
konsep inovasi. Ini juga sebagai dampak dari struktur perekonomian dunia yang mengalami percepatan transformasi
teknologi seiring dengan perubahan pola produksi dan konsumsi.
Selain ekonomi kreatif, yang sering salah didefinisikan oleh kebanyakan orang adalah pengertian industri kreatif.
Mereka berpikir Pengertian industri kreatif sama dengan industri. Industri kreatif adalah industri yang mengandalkan
ketrampilan, talenta dan kreativitas yang berpotensi dalam meningkatkan kesejahteraan. Departemen Perdagangan RI
mengatakan bahwa definisi dari industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan ketrampilan, kreativitas
dan bakat individu dalam menciptakan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan. Industri ini biasanya akan berfokus
untuk memberdayakan daya cipta dan daya kreasi suatu individu.
B. Siapa yang mengelola Industri Kreatif di Indonesia?
Indonesia sebagai negara yang kaya akan budaya dan alam berlimpah sebagai inspirasi dalam pengembangan
ekonomi kreatif. Kunci utama tercapainya ekonomi kreatif terletak pada kualitas sumber daya manusia, tak terlepas
juga dari berbagai faktor pendukung yaitu dengan keberadaan industri kreatif yang menjadi pengejawantahannya.
Indonesia perlu melakukan lompatan dari perekonomian yang sebelumnya mengandalkan sumberdaya alam dan
pertanian, industri, teknologi informasi menjadi perekonomian yang digerakkan oleh industri kreatif. Kewirausahaan dan
ekonomi Kreatif akan mendorong inovasi yang menciptakan nilai tambah lebih tinggi.
Kontribusi ekonomi kreatif pada perekonomian nasional semakin nyata. Nilai tambah yang dihasilkan ekonomi kreatif
juga mengalami peningkatan setiap tahun. Pertumbuhan sektor ekonomi kreatif sekitar 5,76 %. Artinya berada di atas
pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih, pertambangan dan penggalian, pertanian, peternakan, kehutanan dan
perikanan, jasa-jasa dan industri pengolahan.
Dari semula tak begitu dilirik, kini ekonomi kreatif semakin menunjukkan taring. Dari tahun ke tahun, kontribusinya
terhadap perekonomian nasional semakin terlihat. Tahun 2017 saja, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mencatat,
sumbangan industri kreatif terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2017 mencapai Rp 1.009 triliun.
6. Ini artinya, ada tambahan sekitar Rp 70 triliun sampai Rp 80 triliun dari PDB industri ini pada 2016, yang tercatat Rp
922 triliun. Adapun di 2015, sumbangannya mencapai Rp 852 triliun. Sementara kontribusinya hingga akhir 2018 bakal
lebih dari Rp 1.000 triliun.
Dalam menghadapi tantangan yang semakin berat ke depan, Indonesia perlu memperkuat kemampuan industri kreatif
untuk bersaing dengan produk-produk ekonomi kreatif impor. Mulai dari SDM sampai Keterkaitan dengan sektor-sektor
lain baik ke belakang, dengan pemasok maupun keterkaitan ke depan yang menyerap subsektor ekonomi kreatif perlu
diperkuat.
Industri kreatif di Indonesia tergolong masih baru. Dulu industri ekonomi kreatif masuk ke dalam kementerian pariwisata
dan ekonomi kreatif. Kemudian ekonomi kreatif dihapuskan dari kementerian pariwisata dan digantikan dengan
BEKRAF. BEKRAF adalah kependekan dari Badan Ekonomi Kreatif, sebuah Lembaga Pemerintah Non Kementerian
yang Bertanggungjawab di bidang ekonomi kreatif dengan enam belas subsektor industri kreatif.
Badan ini terbentuk sejak 20 Januari 2015 melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2015
Tentang Badan Ekonomi Kreatif. BEKRAF sendiri memiliki visi untuk membangun Indonesia menjadi salah satu
kekuatan ekonomi dunia dalam ekonomi kreatif pada tahun 2030 nanti. Untuk mencapai visi tersebut maka BEKRAF
merancang enam misi besar yakni:
1. Menyatukan seluruh aset dan potensi kreatif Indonesia untuk mencapai ekonomi kreatif yang mandiri.
2. Menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan industri kreatif.
3. Mendorong Inovasi di bidang kreatif yang memiliki nilai tambah dan daya saing di dunia internasional.
4. Membuka wawasan dan apresiasi masyarakat terhadap segala aspek yang berhubungan dengan ekonomi
kreatif.
5. Membangun kesadaran dan apresiasi terhadap hak kekayaan intelektual termasuk perlindungan hukum
terhadap hak cipta.
6. Merancang dan melaksanakan strategi yang spesifik untuk menempatkan Indonesia dalam peta ekonomi
kreatif dunia.
7. Mengutip dari situs resmi Badan Ekonomi Kreatif, ada 16 subsektor industri kreatif. Adapun ke 16 subsektor industri
kreatif yaitu Aplikasi dan Pengembangan Permainan, Arsitektur, Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, Desain
Produk, Fashion. Film, Animasi dan Video; Fotografi, Kriya, Kuliner, Musik, Penerbitan, Periklanan, Seni Pertunjukan,
Seni Rupa, Televisi dan Radio.
1. Aplikasi dan Pengembangan Permainan
Aplikasi dan developer game memang menjadi sasaran pertama dalam subsektor ekonomi kreatif. Melihat beberapa
tahun belakangan ini penetrasi pemanfaatan mobile phone di Indonesia yang terus meningkat. Hal ini tentunya tak bisa
terlepas dari peran aplikasi yang berada dalam hand phone tersebut. Sehingga tak heran jika pengguna game memang
cukup besar di tanah air.
Meski begitu subsektor ekonomi kreatif ini ternyata menghadapi berbagai tantangan. Di antaranya adalah keterbatasan
dalam sumber daya manusia (SDM) baik secara kuantitas maupun kualitas. Apalagi dengan sedikitnya minat investor
pada industri ini. Dan belum adanya kebijakan proteksi yang memihak pada kepentingan developer domestik. Kondisi
inilah yang menyebabkan subsektor aplikasi dan pengembangan permainan belum bisa maksimal.
Melihat hal tersebut maka Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) mengelola subsektor aplikasi dan pengembangan
permainan dengan lebih serius. BEKRAF menggunakan beberapa trik diantarasnya adalah dengan menginisiasi
munculnya lebih banyak inkubator pengembang aplikasi dan permainan, memasukkan unsur-unsur aplikasi dan
permainan ke dalam dunia pendidikan dan melindungi para pengembang lokal dan membantu merek dalam
mempromosikan karya-karya mereka.
2. Subsektor Industri Kreatif Arsitektur
Dengan tingkat keberagaman budaya Indonesia yang berbeda sehingga peran arsitektur di Indonesia sangatlah
penting. Karena arsitektur lokal dan daerah menunjukkan karakter Bangsa Indonesia yang memang memiliki
keanekaragaman budaya. Sementara dalam hal pembangunan arsitektur juga memiliki peran dalam merancang dasar
pembangunan sebuah kota apalagi melihat potensinya yang sangat besar. Sehingga Bekraf pun memasukkan
arsitektur sebagai salah satu subsektor yang memang layak untuk dikelola secara lebih serius.
Namun subsektor sendiri menghadapi berbagai macam tantangan salah satunya kurangnya arsitek di Indonesia.
Jumlah Arsitek Indonesia sendiri menurut data anggota ikatan Arsitek Indonesia (IAI) hanya 15 ribu itu sangat kurang
dibandingkan dengan penduduk Indonesia yang kini mencapai Rp250 juta orang. Tak hanya itu untuk subsektor
ekonomi kreatif yang satu ini memiliki tantangan lainnya yakni para pengembang besar lebih banyak menggunakan
jasa arsitek asing dibandingkan dengan lokal.
Namun, pembangunan sarana dan prasarana Indonesia masih sangat membutuhkan peran arsitek. Karena arsitektur
memang menjadi bagian penting dari pengembangan industri nasional yang telah bergeser dari raw-based economy
menjadi knowledge-based economy. Para arsitek pun kini mulai memunculkan inovasi produk arsitektur yang
menyiratkan karakter budaya dan kearifan lokal.
3. Subsektor Industri Kreatif Desain Interior
Selain arsitektur desain interior pun menjadi subsektor yang menjadi pusat perhatian badan ekonomi kreatif. Karena
beberapa tahun belakangan ini desain interior di Indonesia memang memiliki kemajuan yang sangat berarti. Begitu pun
dengan masyarakat yang mulai mengapresiasi ruangan secara lebih baik.
8. Kini penggunaan jasa desainer interior untuk merancang estetika interior hunian, hotel dan perkantoran pun semakin
meningkat. Menunjukkan bahwa potensi ekonomi dari industri desain interior memang sangat menjanjikan. Hal tersebut
bisa menjadi momentum positif bagi subsektor desain interior yang sebaiknya jangan disia-siakan. Diiringi dengan
bermunculan sekolah, konsultan, perusahaan dan asosiasi desain interior yang menunjukkan adanya semangat dari
subsektor ini untuk berkembang di pasar nasional bahkan internasional. Selain itu desain interior dengan karakter yang
autentik Indonesia tentunya bisa dikembangkan untuk menunjukkan identitas bangsa.
Melihat hal tersebut maka BEKRAF menjadikannya sebagai subsektor yang penting yang harus dilindungi terhadap
para pelaku kreatif desain interior di pasar domestik. Adanya sertifikasi untuk menciptakan standar dan perlindungan
hak cipta. Selain itu BEKRAF juga akan menginisiasi promosi desain interior melalui berbagai program, salah satunya
dengan mengadakan event pameran berskala internasional secara rutin. Subsektor desain interior dengan segala
potensinya tentu bisa bersaing secara domestik ataupun global.
4. Subsektor Desain Komunikasi Visual
Desain komunikasi visual, sangat memiliki peran yang penting dalam mendukung pertumbuhan bisnis pengusaha
swasta, pemilik merek dan bahkan kelancaran program-program pemerintah. Pasar-pasar domestik sangat menjanjikan
terutama dengan semakin banyaknya praktisi desain komunikasi lokal yang lebih memahami situasi pasar,
pengetahuan dan nilai-nilai lokal.
Potensinya sendiri harus ditingkatkan agar kesadaran pasar tentang pentingnya desain. Karena hasil karya desain
grafis sering dinilai dengan harga yang kurang layak. Padahal para desain grafis tersebut membutuhkan proses yang
panjang dalam bekerja untuk memikirkan filosofinya juga bukan sekedar desain saja. Mengolah desain pun harus
memiliki makna dan menghasilkan produk yang utuh.
5. Periklanan atau Advertising
Subsektor yang sat ini memiliki daya sebar yang paling tinggi Melihat banyak pemilik barang dan jasa yang ingin
memasarkan produk mereka lewat media. Hingga kini iklan masih menjadi media yang paling efektif dan efisien untuk
mempublikasikan produk dan jasa.
Pertumbuh belanja iklan nasional di Indonesia pun cukup tinggi per tahunnya bisa mencapai 5-7%. Apalagi iklan sendiri
memiliki daya tarik untuk memikat orang menjadi konsumen. Sehingga membentuk pola konsumsi, pola berpikir, dan
pola hidup masyarakat.
Sehingga BEKRAF pun menyediakan fasilitas terkait dengan penguatan SDM lokal, mengatur kebijakan pembatasan
investasi asing di industri iklan Indonesia, memperkuat otoritas dewan periklanan Indonesia dan pembatasan
penayangan iklan adaptasi dari regional atau global.
6. Subsektor Seni Pertunjukan
Seni pertunjukkan juga masuk ke dalam subsektor Industri kreatif karena Indonesia memang memiliki kekayaan dan
keanekaragaman seni dan tradisi pertunjukkan seperti wayang, teater, tari dan lain sebagainya. Jumlah seni
pertunjukan baik tradisi maupun kontemporer yang selama ini dikreasikan, dikembangkan dan dipromosikan telah
mendapatkan apresiasi dunia internasional.
Bekraf sendiri mendukung perkembangan ini. BEKRAF telah menyediakan regulasi, pembangunan untuk tempat
pertunjukkan, fasilitasi pembentukan performing artboard atau council untuk memetakan platform dan menjaga standar
seni pertunjukkan, festival-festival pertunjukan seni dan lain sebagainya.
9. 7. Film, Animasi dan Video
Melihat perfilman Indonesia yang sangat berkembang terlebih para rumah produksi yang berlomba-lomba untuk
meningkatkan kualitas perfilman, Maka BEKRAF pun menjadikan Film, animasi dan video menjadi salah subsektor
yang harus diperhatikan. Misalnya dengan mengeluarkan peraturan untuk melindungi hak karya intelektual di Industri
Film untuk membuka akses investasi dan permodalan serta membuka akses lebih lebar kepada para penonton.
8. Subsektor Industri Kreatif Fotografi
Perkembangan fotografi semakin meningkat seiring dengan bertambahnya kecanggihan teknologi. Dunia fotografi pun
kini tak lagi dunia mahal, karena banyak gadget yang harganya standar namun memiliki lensa kamera yang berkualitas
tinggi. Meski begitu perlindungi terhadap hak cipta fotografi ternyata belum tercipta. Sehingga BEKRAF ingin
memfokuskannya ke sana ditambah lagi belum adanya pengarsipan terhadap karya-karya fotografi. Maka BEKRAF pun
tergerak untuk memfasilitasi perlindungan HKI terhadap karya-karya fotografi.
9. Subsektor kuliner (Usaha Makanan Kreatif)
Meski sedikit aneh, namun subsektor industri kreatif yang satu ini masuk ke dalam perhatian BEKRAF. Terlebih dengan
kontribusinya yang lebih tinggi dibandingkan dengan subsektor kuliner lainnya, yakni 30 persen dari total pendapatan
sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Meski begitu subsektor industri kreatif ini nyata memiliki kesulitan dalam pengurusan izin hingga pendampingan hukum
dalam proses pendirian usaha. Sehingga BEKRAF menjadikannya sebagai subsektor yang harus didampingi dengan
menyediakan fasilitas seperti pelatihan bisnis, akses permodalan, pendampingan pendirian usaha hingga
mempromosikan kuliner Indonesia yang memang sangat beraneka ragam ini baik di pasar dalam maupun luar negeri.
10. Subsektor Kriya
Subsektor ini pun menjadi tanggung jawab BEKRAF untuk mengelolanya dengan menyediakan fasilitas yang mumpuni.
Selain itu Bekraf juga memfasilitasi kerja sama antara desainer, UKM, manufaktur sehingga terbentuklah kolaborasi
antara pelaku subsektor. Promosi produk-produk kriya di dalam dan luar negeri serta membukakan akses permodalan
yang menjadi program-program utama BEKRAF untuk subsektor kriya ini.
11. Subsektor Fashion
Perkembangan fashion yang cepat sekali berubah. Namun sayangnya orang Indonesia tidak menghargai fashion lokal
sendiri, mereka lebih memilih impor. Padahal para desainer Indonesia kualitas tidak kalah bersaing. Sehingga BEKRAF
bertugas untuk mensinergikan antara industri hulu ke hilir mulai dari pabrik tekstil/ garmen, perancang busana hingga
marketing agar fashion lokal tidak menjadi anak tiri di bangsa sendiri. BEKRAF sendiri pun akan mendorong
masyarakat untuk menggunakan fashion dalam negeri.
12. Subsektor Seni Rupa
Seni rupa Indonesia kini menjadi pusat perhatian dunia. Apalagi Indonesia sendiri memiliki potensi yang besar secara
kualitas, kuantitas, pelaku kreatif, produktivitas dan potensi pasar yang tinggi. Seni rupa Indonesia juga sudah memiliki
koneksi yang banyak baik itu di dalam maupun di luar negeri. Bisa terlihat dari banyaknya festival seni rupa yang
diadakan secara rutin dan reputasinya telah diakui secara internasional.
10. Dengan potensi yang besar itulah BEKRAF pun membuat seni rupa menjadi subsektor industri kreatif yang menjadi
prioritasnya. BEKRAF akan memberikan fasilitas berupa pembangunan ruang seni dan budaya, fasilitasi forum dan
ajang seni rupa yang bertaraf internasional.
13. Subsektor Industri Kreatif Musik
Dibandingkan dengan bidang lainnya musik merupakan subsektor industri kreatif yang banyak disukai orang. Dari
berbagai kalangan. Namun sayangnya beberapa tahun belakangan ini indust musi menurun kualitasnya akibat
pembajakan.
Sehingga Bekraf menyediakan fasilitas untuk para pelaku industri musik berupa perlindungan Hak Kekayaan Intelektual
sehingga bisa mengurangi pembajakan, menginisiasi terbentuknya inkubator-inkubtator musik, membuka akses
permodalan untuk industri musi, membangun ekosistem bisnis musik yang sehat dan program lainnya.
14. Desain Produk
Tak dipungkiri desain menjadi hal yang penting dalam sebuah produk. Tentunya untuk menarik konsumen. Sehingga
BEKRAF pun mendampingi para pelaku subsektor ini dalam mengelola industri hulu ke hilir, bekerjasama dengan
berbagai asosiasi untuk meningkatkan penggunaan desain produk lokal Indonesia dan mendirikan pusat desain
sebagai hubungan lintas subsektor. Dan jangka panjangnya untuk subsektor ekonomi kreatof ini perlu dibuatnya
Undang-undang atau peraturan yang menetapkan supa setiap retail dan mall bisa menjual minimal 20-30% produk-
produk lokal.
15. Subsektor Penerbitan
Meski saat industri digital telah banyak mengeruk industri penerbitan. Bukan berarti industri sektor penerbitan tidak
menjadi fokus utama BEKRAF. Justru BEKRAF turut mengelola industri ini dengan menyediakan berbagai fasilitas
seperti membuka akses di pasar domsetik dan global. Fasilitasi perpajakan yang bisa meringankan industri penerbitan.
16. Subsektor Televisi dan Radio
Subsektor yang satu ini meski ada yang mengatakan bahwa sudah ketinggalan zaman karena tergerus oleh media
sosial. Nyatanya televisi dan radi masih memiliki peranan yang sangat besar dalam penyebaran informasi.
RadioDi tengah arus informasi digital yang kian masif, televisi dan radio masih menunjukkan eksistensinya. Peranan
kedua industri ini pun cukup besar dengan nilai mencapai 3,17% dari Produk Domestik Bruto (PDB) . Dari sisi
ketenagakerjaan, industri televisi dan radio menduduki peringkat ke-6 terbesar dalam kontribusi terhadap total tenaga
kerja industri kreatif di Indonesia.
Karena kepemilikan televisi dan radio kini sudah merata hampir setiap lapisan memilikinya. Namun sayangnya tidak
diimbangi dengan kualitas program televisi. Para produsen hanya mengejar rating yang tinggi sehingga tak mampu
memproduksi program-program yang berkualitas.
Sehingga BEKRAF pun memilki tanggung jawab untuk menyediakan berbagai fasilitas yang dibutuhkan oleh subsektor
ini. Mulai dari mendukung SDM yang berkualitas dengan segala kekreativitasan sehingga bisa membuat tayangan
televisi yang berkualitas lagi.
11. Dari 16 sub sektor yang masuk ke dalam ekonomi kreatif, baru 3 yang dirasakan perkembangannya dengan cukup
berarti di negara ini. 3 subsektor tersebut adalah kuliner, fashion dan kerajinan. Jadi, peluang besar masih sangat
terbuka untuk menjadi bagian dari Perkembangan ekonomi kreatif Indonesia.
Inilah tantangan perguruan tinggi yang ada sekarang ini untuk merespon peluang tersebut dengan mempersiapkan
SDM untuk dapat berkiprah di bidang ekonomi kreatif. Disinilah pentingan sektor pendidikan mengembangkan
kurikulum berbasis industri kreatif. Kemerinristekdikti, Bekraf, perguruan tinggi, dan seluruh pemangku kepentingan
mendorong institusi pendidikan untuk menyelenggarakan mata pelajaran mengenai industri kreatif guna dapat
mengakomodir pengembangan industri kreatif. Pasalnya, pendidikan ekonomi kreatif dapat menjadi pendorong
terbentuknya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Berkembangnya pendidikan termasuk industri kreatif akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dengan banyaknya perubahan yang terjadi di segala bidang, kita tidak boleh tutup mata melihat peluang dan harus
mau terlibat di bisnis kreatif yang ada. Perguruan tinggi alternative berbasis intrepreneurship dan ekonomi kreatif
sebagai salah satu solusi menghadapi tantangan dan meraih peluang yang ada.
C. Rancangan Perguruan Tinggi Alternatif Berbasis berbasis Entrepreneurship dan Ekonomi Kreatif
Sektor ekonomi kreatif merupakan akselator pertumbuhan ekonomi kreatif Indonesia. Namun harus disadari, upaya
untuk menggerakkan sektor ekonomi kreatif memerlukan berbagai faktor pendukung salah satu sektor pendidikan yang
konsen mendukung kemajuan sektor ini dan industri kreatif yang menjadi pengejawantahannya.
Berbagai subsektor dalam industri kreatif berpotensi untuk dikembangkan. Ekonomi kreatif ini diyakini dapat menjawab
tantangan permasalahan ekonomi seperti relatif rendahnya pertumbuhan ekonomi, masih tingginya pengangguran,
tingginya tingkat kemiskinan, dan rendahnya daya saing industri di Indonesia.
Selain permasalah tersebut, ekonomi kreatif juga diharapkan dapat menjawab tantangan seperti isu global warming,
pemanfaatan energi yang terbarukan dan lain sebainya menuju pola industri ramah lingkungan serta penciptaan nilai
tambah produk dan jasa yang berasal dari intelektualitas sumber daya insani yang dimiliki oleh Indonesia, dimana
intelektualitas sumber daya insani merupakan sumber daya yang terbarukan.
Ekonomi kreatif akan mampu menjawab tantangan negeri ini baik dalam jangka pendek, menengah dan jangka panjang
dalam berbagai aspek. Untuk bisa mencapai hal tersebut harus ada usaha memperkenalkan ekonomi kreatif di
kalangan pelajar dan mahasiswa sejak dini. Dengan pendidikan sejak dini, akan menciptakan potensi pengembangan
industri kreatif dimasa kini dan masa mendatang.
Salah satu alternatinya adalah dengan mendirikan perguruan tinggi berbasis kewirausahaan dan ekonomi kreatif
sebagai tempat mendidik dan mengkader generasi muda menjadi wirausaha pelaku industri kreatif. Dari merekalah
diharapkan mampu mendorong tumbuhnya pelaku ekonomi kreatif lainnya yang dapat mendukung ekonomi regional
dan nasional. Serta diharapkan mampu mendorong tumbuhnya industri lain yang terkait, seperti peningkatan investasi,
pengembangan usaha kecil, pendapatan devisa negara, dan lainnya.
Mengingat besarnya peluang usaha dan bisnis di sektor ekonomi kreatif. Dari 16 sub sektor yang masuk ke dalam
ekonomi kreatif, baru 3 subsektor yang dirasakan perkembangannya dengan cukup berarti di negara ini. Hal tersebut
tantangan dan sekaligus peluang besar sektor pendidikan untuk mendidik dan menyiapkan SDM untuk menjadi bagian
dari Perkembangan ekonomi kreatif Indonesia. Sehingga perlunya pendidikan alternatif yang menjadikan
kewirausahaan dan ekonomi kreatif sebagai orientasi utamanya.
12. Setiap subsektor yang masuk ke dalam ekonomi kreatif memiliki potensi dan karakter uniknya masing-masing, oleh
karena dalam merancang desain pendidikan tinggi alternatif berbasis kewirausahaan dan ekonomi kreatif
mempertimbangkan hal tersebut, sehingga secara kelembagaan kewirausahaan dan ekonomi kreatif diposisikan seperti
program studi, sehingga semua education process fokus dan terpusat pada program studi untuk pengembangan
kewirausahaan dan ekonomi kreatif.
Sebagai Pendidikan alternatif, tentu hal yang harus atau perlu ada pun tentu tidak serumit dengan pendidikan formal,
proses perkuliahan akan dilaksanakan seperti penggunakan sistem blok, filosofi dari sistem blok ini adalah “apa yang
dikatakan, langsung dikerjakan/dipraktekkan”, maksudnya adalah sistem ini harus tuntas dari mulai pembelajaran teori
hingga dipraktekan secara tuntas. Sistem blok tidak mengenal teori saja tetapi teori tersebut harus diaplikasikan dalam
praktik di lapangan. Model evaluasi dilakukan secara langsung ketika proses pembelajaran atau lebih diikenal istilah
autentic assessment.
Tenaga pendidik atau mentor dalam perkuliahan direkrut berdasarkan keahlian yang dimiliki sesuai dengan kebutuhan
para peserta perkuliahan, syarat utama sebagai tenaga pendidik dalam perkuliahan haruslah orang yang ahli dalam
pekerjaannya atau bidangnya, misalnya pemilik bengkel, pelukis, seniman, petani, pedagang, tukang cat atau keahlian
lainnya, dan tidak terdapat syarat wajib telah menempuh jenjang pendidikan tertentu. Apabila di program studi belum
tersedia tenaga pendidik yang dibutuhkan bisa dilakukan perekrutan relawan yang bersedia untuk mengajar sesuai
dengan target pembelajaran yang telah ditetap.
Sebagai penciri bahwa perguruan tinggi alternatif berbasis kewirausahaan dan ekonomi kreatif memenuhi kualifikasi
jenjang pendidikan tinggi, maka harus dipastikan bahwa dalam menentukan capaian pembelajaran telah sesuai minimal
dengan level 6 kerangka kualifikasi nasional indonesia (KKNI). Kurikulum pendidikan dan pelatihannya dirancang
khusus untuk mengarahkan peserta didik menjadi insan yang kreatif dan inovatif, misalnya melakukan penelitian yang
dapat menumbuhkan berbagai ide. Program kewirausahaan, yaitu Program Wirausaha Muda, dan Inkubator Bisnis.
Dengan menciptakan akses pertukaran informasi dan pengetahuan antar peserta didik dengan pelaku ekonomi dan
industry kreatif. Kegiatan pelatihan formal dan informal berkesinambungan. Memfasilitasi pengembangan jejaring dan
mendorong kerja sama insan kreatif di dalam dan luar negeri.
Substansi inti program pendidikannya adalah sebagai berikut:
1. Metodologi: Penerapan metodologi pendidikan yang tidak lagi berupa pengajaran demi kelulusan, namun
pendidikan menyeluruh pada kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan
daya cipta individu yang bernilai ekonomis. Sistem PBM langsung menyentuh ke implementasinya dan
diimplementasikan langsung.
2. Kurikulum: Kurikulum yang mendorong penciptaan hasil didik yang mampu menjawab kebutuhan SDM sektor
ekonomi kreatif (mengembangkan model link and match);
3. Kualitas: Kualitas dosen, kelengkapan sarana dan fasilitas pendidikan, pengelolaan dan layanan pendidikan
Sasaran dan tujuannya :
1. Pendidikan kewirausahaan dan ekonomi kreatif menjadi salah satu cara menyiapkan generasi muda yang
nantinya diharapkan menjadi penggerak ekonomi kreatif bangsa. Dengan adanya perguruan tinggi alternatif
akan dapat menghasilkan lulusan yang memiliki modal dan kemampuan dalam mengembangkan ekonomi
kreatif.
2. Pendidikan kewirausahaan dan ekonomi Kreatif merupakan suatu alternatif fokus menyiapkan sumberdaya
manusia dalam mengembangkan ekonomi kreatif di berbagai subsektor ekonomi kreatif. Sebagai tolak ukurnya
13. adalah pembangunan bidang pendidikan diarahkan demi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang didukung
keselarasan antara ketersediaan tenaga terdidik dengan kemampuan untuk menciptakan lapangan kerja atau
kewirausahaan dan menjawab tantangan kebutuhan tenaga kerja di berbagai subsektor ekonomi kreatif.
Dan akhirnya gagasan pendirian perguruan tinggi alternatif berbasis kewirausahaan dan ekonomi kreatif merupakan
tawaran solutif untuk membantu menggerakkan sektor ekonomi kreatif di negeri yang kita cintai ini melalui pendidikan
tinggi alternatif yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan idustri dan mempersiapkan generasi bangsa berkiprah
di kancah nasional dan internasional.
Saya dan kita semua berharap di masa yang akan datang, bangsa ini bukan lagi penonton, bukan sebagai bangsa
yang konsumtif, akan tetapi kita adalah bangsa yang produktif dengan kemampuan dan sumber daya insani yang
kreatif dan inovatif di tambah dengan perpaduan kekayaan alam dan budaya. Semoga bermanfaat bagi kita semuanya.