Artikel ini membahas tentang pentingnya peningkatan kompetensi dan profesionalisme dosen dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran di perguruan tinggi. Dosen dituntut memiliki empat kompetensi utama yaitu penguasaan bidang studi, pemahaman terhadap mahasiswa, penguasaan metode pembelajaran yang mendidik, dan pengembangan diri secara berkelanjutan. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat berdasarkan karakter
Mengenal metode dan teknik mengajar dosen masa kini
1. Pengantar
Pada artikel ini, sebelum membahas metode dan teknik
mengajar dosen masa kini, akan Diwali sajian pengantar
bagaimana peranan komptensi dan profesionalisme
dosen terhadap proses pembelajaran yang bertujuan
untuk mendeskripsikan peranan profesionalisme dosen
dalam kaitannya dengan proses pembelajaran di
perguruan tinggi dalam upaya meningkatkan kualitas
proses pembelajaran agar dihasilkan lulusan yang
berkualitas pula.
Di era pendidikan 4.0 ini, PT menghadapi tantangan yang
besar. Untuk itu, diperlukan adanya peningkatan kualitas
proses pembelajaran dalam rangka menghasilkan lulusan
yang bermutu. Untuk meningkatkan kualitas proses
pembelajaran di PT, dituntut adanya peningkatan
kompetensi dan profesionalisme dosen.
Profesionalisme mengisyaratkan empat kompetensi yang
harus dimiliki dosen, khususnya kompetensi dosen yang
terkait dengan tugas utamanya sebagai pengajar
sekaligus pendidik, yaitu kompetensi bidang studi,
kompetensi pemahaman tentang peserta didik,
kompetensi pembelajaran yang mendidik, dan kompetensi
pengembangan kepribadian dan keprofesionalan.
Dosen dengan kewenangan utama mengajar berhadapan
langsung dengan para peserta didik dalam arena proses
belajar-mengajar. Di arena inilah dosen berinteraksi
dengan para peserta didik. Dalam interaksi edukatif ini,
diharapkan para peserta didik mengalami proses belajar
dan memperoleh hasil belajar sebagaimana yang
diharapkan.
Dosen yang tugas utamanya dalam bidang pengajaran
dituntut memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi
bidang studi, kompetensi pemahaman tentang peserta
didik, kompetensi penguasaan pembelajaran yang
mendidik, dan kompetensi pengembangan kepribadian
dan keprofesionalan. Salah satu kompetensi penguasaan
pembelajaran yang mendidik yang perlu dimiliki dosen
dalam rangka penciptaan kondisi yang kondusif bagi
proses pembelajaran mahasiswa adalah kompetensi
penguasaan metodologi dan teknik pengajaran.
Untuk meningkatkan mutu pembelajaran di perguruan
tinggi diperlukan adanya perubahan orientasi pada:
pengajaran menjadi pembelajaran; mahasiswa pasif
menjadi pembelajar aktif; berpusat pada kemampuan
(faculty) ke berpusat pada pembelajar; pembelajaran
solitari (solitary learning) ke pembelajaran interaktif, dan
koperatif; pembelajaran di kelas menjadi pembelajaran di
masyarakat.
Arah perubahan ini jelas menuju pada model
pembelajaran yang dilandasi oleh prinsip-prinsip atau
teori-teori pembelajaran modern, seperti pembelajaran
koperatif (cooperative learning), pembelajaran siswa aktif
(student active learning), dan pembelajaran yang
berpusat pada siswa (student-centered learning).
Dosen melaksanakan tiga jenis kegiatan, yaitu pendidikan
dan pengajaran, penelitian, dan pengabdiaan kepada
masyarakat. Bidang utama kegiatan dosen adalah
melaksanakan pendidikan dan pengajaran. Namun
demikian, kegiatan penelitian dan pengabdiaan
masyarakat juga wajib dilaksanakan oleh seorang dosen.
Kedua kegiatan ini akan sangat menunjang kegiatan
Mengenal Metode dan
Teknik Mengajar Dosen
Masa Kini
-Yusrin Ahmad Tosepu
Ketua Tim Kerja Studi.Kajian. Riset LSP3I
“Pendidikan untuk Kehidupan”
2. pendidikan dan pengajaran yang lebih baik. Salah satu
kompetensi yang berkaitan dengan tugas utama dosen,
yaitu menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran.
Kompetensi dosen terdiri atas empat rumpun, yaitu
penguasaan bidang studi, pemahaman peserta didik,
penguasaan pembelajaran yang mendidik, dan
pengembangan kepribadian dan keprofesionalan.
Kompetensi bidang studi mencakup dua hal, yaitu
penguasaan disiplin ilmu dan penguasaan kurikuler.
Penguasaan disiplin ilmu berkaitan dengan substansi dan
metodologi keilmuaan. Penguasaan kurikuler
berhubungan dengan pemilihan, penataan, pengemasan,
dan representasi materi yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik.
Kompetensi pemahaman tentang peserta didik diperlukan
dalam memberikan layanan pendidikan yang berorientasi
kepada peserta didik. Sebagai seorang pendidik, dosen
harus memahami kondisi awal mahasiswa dan kondisi
akhir yang ditargetkan.
Kondisi siswa yang dimaksudkan di sini adalah dapat
berupa pengetahuan dan keterampilan. Untuk
mengetahui kedua kondisi ini, dosen dituntut memiliki
penguasaan terhadap prinsip-prinsip pengukuran dan
evaluasi (kompetensi evaluasi). Di samping itu, dosen
juga harus memahami adanya perbedaan individu di
antara para peserta didik. Perbedaan individu ini antara
lain meliputi perbedaan intelektual, emosional, spiritual,
sosial, budaya, ekonomi, politik, dan gaya belajar. Pada
dasarnya, setiap mahasiswa merupakan individu yang
unik yang menuntut adanya pelayanan yang berbeda.
Penguasaan pembelajaran yang mendidik diperlukan
agar pengajar dapat mengelola pembelajaran yang
bersifat mendidik dan berorientasi pada peserta didik.
Kompetensi ini tercermin, baik dalam merencanakan,
melaksanakan, serta mengevaluasi. Dalam merancang
pembelajaran, sedikitnya ada empat hal yang perlu
diperhatikan, yaitu tujuan (sasaran), peserta didik,
metode dan kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi.
Pembelajaran yang mendidik tidak hanya berurusan
dengan mentransfer ilmu ke dalam otak mahasiswa,
tetapi juga berurusan dengan pembinaan sikap dan
mental dalam rangka menjadikan mahasiswa sebagai
manusia yang lebih dewasa dan lebih manusiawi. Dalam
pembelajaran yang mendidik, pilar pendidikan yang
dicanangkan UNESCO sudah semestinya tercermin
dalam prose belajar-mengajar yang dilaksanakan dosen.
Keempat pilar pendidikan tersebut adalah learning to
know, learning to do, learning to be, dan learning to live
together.
Pilar pertama berkenaan dengan bagaimana peserta didik
memahami dan menghayati suatu pengetahuan yang
diperolehnya melalui interaksi dengan lingkungannya.
Pilar kedua berkenaan dengan pemberdayaan peserta
didik agar mampu berbuat (mengerjakan sesuatu) untuk
memperkaya pengalaman belajarnya. Jadi, di sini berlaku
prinsip learning by doing. Pilar ketiga berkaitan dengan
proses pembentukan manusia terdidik yang mandiri dan
yang percaya diri. Pilar keempat berkenaan dengan
pembentukan kepribadian yang paham akan
kemajemukan dan sikap yang positif dan toleran terhadap
keanekaragaman dan perbedaan hidup. Dengan
demikian, akan tercipta suasana kehidupan yang rukun
dan damai.
Kompetensi pengembangan kepribadian dan
keprofesionalan mencerminkan kemampuan profesional
dosen untuk dapat mengetahui, mengukur, dan
mengembang-mutakhirkan kemampuannya secara
mandiri. Dalam hal ini, dosen senantiasa dituntut untuk
mengikuti perkembangan keilmuan, baik yang berkenaan
dengan bidang studi (subject matter) maupun yang
berkenaan dengan pedagogik (pedagogical content
knowledge).
Kedua bidang ilmu sangat dibutuhkan oleh dosen yang
memiliki tugas utama mengajar. Seorang dosen harus
berprakarsa dan bertanggung jawab menjajagi berbagai
cara perolehan informasi untuk mengembangmutakhirkan
kemampuan secara mandiri. Untuk keperluan tersebut,
dapat dilakukan, misalnya, melalui kerja sama dengan
sejawat dan masyarakat, dunia usaha dan industri.
Sebagai profesional yang berkepribadian, seorang dosen
dalam melaksanakan tugasnya selalu berorientasi pada
kemaslahatan mahasiswa. Jadi, orientasinya pada
pemenuhan kebutuhan mahasiswa yang bertanggung
jawab dan manusiawi.
3. Pembahasan
1. Proses Belajar-Mengajar
Salah satu aspek utama
penentu kualitas lembaga
pendidikan adalah proses
belajar-mengajar. Peningkatan
atau optimalisasi proses
belajar-mengajar dilakukan
dalam rangka meningkatkan
kualitas lulusan yang sesuai
dengan standar mutu regional
dan internasional. Untuk mendukung tujuan tersebut, juga
diperlukan adanya peningkatan suasana akademis yang
kondusif dalam proses pembelajaran.
Di samping itu, perlunya kebijakan peningkatan efektivitas
dan efisiensi proses pembelajaran di perguruan tinggi
dalam upaya penyelesaian studi tepat waktu bagi
mahasiswa tanpa mengurangi mutu lulusan. Kebijakan ini
mendukung pandangan bahwa proses belajar-mengajar
merupakan salah satu komponen dalam sistem
pengajaran yang sangat penting.
Dalam sistem pendidikan, proses belajar-mengajar
dipandang sebagai variabel sentral yang berkontribusi
langsung terhadap pencapaian hasil belajar (product
variable). Sistem pendidikan/pengajaran terdiri atas
empat kelompok variabel, yaitu presage variables
(karakteristik dosen dan siswa), context variables
(misalnya ukuran kelas, pola pengelompokan kelas,
keadaan fisik kelas), process variables (situasi belajar-
mengajar, interaksi belajar-mengajar, metode
pengajaran), dan product variables
(kemampuan/keterampilan, pencapaian hasil belajar).
Beberapa factor yang berpengaruh dalam proses belajar-
mengajar, yaitu: Variabel proses dipengaruhi oleh
variabel karakteristik dosen dan pesert didik dan variabel
konteks. Varibel proses berhubungan langsung dengan
variabel hasil.
Proses belajar merupakan faktor yang secara langsung
berhubungan dengan hasil belajar. Sedangkan proses
belajar itu sendiri dipengaruhi secara langsung oleh
dosen dan peserta didik. Dosen dipengaruhi secara
langsung oleh tiga faktor, yaitu materi dan sistem sajian
bahan, sistem administrasi, dan sistem evaluasi. Sistem
administrasi itu sendiri dipengaruhi oleh sistem kurikulum.
Faktor peserta didik dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu
latar belakang kognitif, latar belakang afektif, latar
belakang sosial ekonomi, materi dan sistem sajian bahan,
serta lingkungan. Proses belajar ini secara langsung
mempengaruhi hasil belajar, yang dapat mencakup aspek
kognitif, afektif, dan kemampuan. Kemampuan yang
dimaksudkan di sini adalah kemampuan psikomotorik.
Proses belajar dapat dilihat dari tingginya tingkat
partisipasi pelajar dalam mengikuti kegiatan belajar-
mengajar, dan dari peran dosen untuk menciptakan
suasana yang kondusif bagi proses belajar. Keterlibatan
peserta didik dalam proses belajar-mengajar tidak
terbatas pada keterlibatan mental saja, tetapi juga
keterlibatan fisik dan emosional.
2. Metode dan Teknik Pengajaran
Indikator kualitas proses
belajar-mengajar ditunjukkan
oleh adanya keterlibatan
atau partisipasi aktif peserta
didik, baik secara fisik,
mental, maupun emosional.
Keterlibatan ini sudah tentu masih dalam kerangka
pencapaian tujuan pembelajaran.
Untuk dapat menciptakan kondisi belajar yang demikian,
seorang pengajar dituntut menguasai berbagai metode
dan teknik pengajaran. Metode dan teknik pengajaran
dapat dibatasi sebagai praktek-praktek dan prosedur
yang digunakan pengajar di dalam proses belajar-
mengajar.
Suatu metode dan teknik harus dilandasi oleh asumsi-
asumsi dasar tentang hakikat yang diajarkan dan hakikat
belajar. Dengan kata lain, suatu metode dan teknik
memiliki landasan yang lazim disebut pendekatan
(approach).
Perlu disadari bahwa setiap metode dan teknik
pengajaran memiliki kekuatan dan sekaligus kelemahan.
4. Tidak ada metode yang super yang bisa digunakan dalam
berbagai situasi dan kondisi proses belajar-mengajar.
Oleh karena itu, pemakaian metode dan teknik harus
harus selektif. Kesalahan memilih metode dan teknik akan
berakibat fatal bagi keberlangsungan proses belajar-
mengajar.
Pemilihan metode dan teknik pengajaran perlu
dipertimbangkan secara matang. Hal-hal yang
diperhatikan dalam pemilihan metode adalah tujuan,
karakteristik peserta didik, kemampuan pengajar, sifat
bahan pelajaran, situasi kelas, kelengkapan fasilitas,
kelebihan dan kelemahan metode dan teknik tersebut.
Pada intinya, pemilihan metode dan teknik itu hendaklah
didasarkan pada usaha agar proses belajar-mengajar
berlangsung secara efektif dan efisien. Metode yang
dipilih harus diyakini dapat menciptakan kondisi yang
kondusif bagi proses belajar peserta didik.
Dari penjelasan diatas, seorang dosen di tuntut untuk
menguasai dengan baik metode dan teknik pengajaran
agar dalam melaksanakan kegiatan pengajaran dapat
melakukan pembaharuan di setiap harinya. Pembaharuan
tersebut tak hanya berdasarkan instrument dalam
pengajaran, namun dituntut untuk cerdas pula
mengkomparasikan instrument pengajaran dengan
wawasan yang dimilikinya.
Bagi dosen yang memang memiliki passion dalam dunia
mengajar, tentu akan cerdik untuk selalu mencari metode
dan teknik terbaik yang bisa di aplikasikan kepada para
peserta didiknya yang berbeda di setiap harinya.
Berikut teknik mengajar dosen masa kini yang dapat di
terapkan kepada para peserta didik dalam teknik
pembelajaran di kelas.
a. Honesty
Dosen wajib menanamkan sikap berani untuk
menyatakan ketidaktahuan pada para peserta didiknya.
Dengan menanamkan sikap berani dalam menyatakan
ketidaktahuan, maka para peserta didiknya secara tidak
langsung diajarkan untuk berani mengakui kesalahan
yang telah di perbuatnya. Namun perlu diingat, pemberian
apresiasi tersebut haruslah di lakukan dengan cara yang
tepat, karena hal tersebut juga berdampak pada matinya
kreativitas siswa untuk mengmbil resiko setiap apa yang
dilakukan.
Jangan membiarkan peserta didik menjawab tanpa
diberikan apresiasi yang baik, walaupun siswa tersebut
menjawab pertanyaan yang diajukan tersebut salah.
Karena mereka yang telah berani menjawab pertanyaan,
berarti memiliki value lebih dibandingkan rekan-rekannya
yang lain yang tidak berani menjawab. Memberikan
komentar bijak dan baik pun menjadi salah satu apresiasi
yang sangat berguna bagi peserta didik itu sendiri,
ataupun peserta didik yang lainnya.
b. Question & Answer Method
Dikala suasana kelas lagi bete, kaku, ngebosenin atau
suasana yang kurang bersemangat, salah satu teknik
yang dapat dilakukan dosen untuk mencairkan suasana
namun tetap apik adalah mengajukan pertanyaan.
Pertanyaan dapat dilakukan dengan cara yang tak biasa,
sehingga menarik perhatian peserta didik.
Cara bertanya seperti dengan mengungkapkan fenomena
terupdate yang dikomparasikan dengan pembelajaran
adalah metode ampuh yang dapat diterapkan. Teknik
bertanya ini berguna untuk menarik perhatian peserta
didik dan membuatnya bergairah untuk menerima
informasi selanjutnya. Jangan biasakan tetap menerabas
membaca buku teks, padahal peserta didik di belakang
sudah tergeletak kepalanya di atas meja, karena
mendengarkan khotbah ilmu monoton yang anda
peragakan.
c. Focus & Point Basis
Terkadang metode pembelajaran yang menerapkan slide
dalam menjelaskan materi, tujuan awalnya adalah untuk
membantu peserta didik untuk memahami apa yang di
khotbahkan. Namun yang terjadi saat ini, media power
point yang di berikan dosen justru malah menjadi buku
teks di dinding.
Banyak dari dosen yang mencampurkan banyak sekali
tulisan, yang sebenarnya bisa di baca sendiri oleh para
peserta didiknya. Yang lebih anehnya, sebagian dosen
5. mejelaskan materi juga membaca buku. Lantas buat apa
power point tersebut? Menggunakan power point cobalah
fokus terhadap inti dari point yang ada, dengan
mengkomparasikan beberapa video singkat atau musik,
karena hal tersebut sangat bermanfaat untuk
membangkitkan gairah peserta didik yang tengah bosan
mendengarkan materi dari pagi hingga sore.
d. Self Reflection
Mempersilahkan peserta didik menjawab pertanyaan
yang dilontarkan peserta didik tersebut untuk
membantunya mengasah pola pikir. Selain membantu
mengasah pola pikir peserta didik, metode ini juga
berguna untuk mendidik peserta didik untuk ikut serta
memberikan solusi dari sebuah masalah yang ia ajukan.
Fungsi dosen adalah sebagai penuntun dan pembimbing
jika jawaban dari apa yang ia ajukan sendiri tidak tepat.
e. Reasoning & Argumentation
Menjabarkan alasan dari suatu materi yang dianggap sulit
agar peserta didik semakin paham. Dengan menerapkan
langkah ini, akan membuat peserta didik paham secara
menyeluruh dari materi yang disampaikan oleh dosen di
depan kelas. Penting sekali untuk menggunakan
reasoning argumentation dalam menjelaskan materi-
materi sulit, karena apabila materi sulit tak di jabarkan
secara mendalam dengan berbagai alasan dan
argumentasi valid di lapangan, membuat peserta didik
menganggap anda omong besar yang hanya anda
ketahui sendiri.
f. Picture & Group Technology
Di jaman modern yang serba digital saat ini, tentu
pembelajaran yang masih menggunakan cara kuno,
hanya sekedar khotbah satu arah akan sangat mubadzir
tenaga, bagi dosen itu sendiri. Mungkin niat kebaikan
tanpa tulus ikhlas ingin mencerdaskan anak bangsa
melalui khotbah satu arah tersebut tidaklah salah, namun
penting untuk memahami karakter peserta didik yang
mengikuti perkembangan zaman.
Mengajar menggunakan bantuan media gambar atau
tulisan merupakan salah satu ikhtiar seorang dosen
berinovasi dalam pembelajaran. Maka sangat dianjurkan
bagi para dosen, atau bahkan dosen segaligus melek
tekhnologi, atau jika tidak bisa mintalah bantuan pada
rekan anda yang sedikit paham pada tekhnologi untuk
menyiapkan materi.
g. Body Language
Dengan memanfaatkan body language yang tepat dan
ekspresif sangat bermanfaat dalam memahamkan
peserta didik terhadap materi yang disampaikan. Dengan
menggunakan body language yang pas dan tepat bahkan
sedikit atraktif, memudahkan peserta didik dalam
mengembangkan imajinasinya terhadap apa yang
dijelasakan oleh dosen di depan. Selain itu dengan
memanfaatkan body language, berfungsi dalam menarik
perhatian para peserta didik. Menggunakan gerakan-
gerakan tubuh supaya penyampaian lebih jelas, menarik
perhatian peserta didik serta mudah untuk diingat.
h. Teaching Motivating
Model ini merupakan model yang dikembangkan oleh
jhon M. Keller, dari Florida State University pada tahun
1983-1987. Model ini pun memiliki empat strategi pokok di
dalamnya untuk memotivasi pembelajaran yaitu; Attention
yang berkaitan dengan pemeliharaan terhadap minat,
keingintahuan, dan juga perhatian.
i. Analogy & Case Study
Mengajar dengan memberikan contoh studi kasus
berdasarkan hal-hal yang ada di sekitar. Dengan
melakukan analogi dan study kasus secara tepat, peserta
didik akan mudah untuk membayangkan kegunaan materi
yang disampaikan dalam kehidupan sehari-hari. Hindari
penggunaan analogy ataupun case study yang asing bagi
peserta didik. Karena hal itu malah justru semakin
membingungkan para peserta didik menerima materi.
j. Story Telling
Mengajar dengan cara seperti orang bercerita sehingga
peserta didik tertarik dan mudah memahami. Dengan cara
ini anda memiliki keungulan untuk menarik interest para
peserta didik. Dengan alur cerita yang cerdik dan apik
bahkan secara tidak langsung anda dapat menghipnotis
6. para siswa agar mereka antusias memperhatikan setiap
materi yang anda ucapkan.
k. Discussion & Feedback
Dengan melakukan diskusi akan sangat membantu dalam
melibatkan peserta didik yang selama ini kurang aktif
ketika di dalam kelas. Selain itu di tengah diskusi yang
dilakukan para peserta didik, berilah feedback hasil dari
diskusi mereka. Memberikan jawaban dengan membuat
contoh yang mudah dipahami oleh peserta didik, juga
salah satu dari feedback yang dapat dilakukan.
l. Scanning & Levelling
Memahami bahwasanya setiap peserta didik memiliki
kemampuan yang berbeda-beda, sehingga setiap peserta
didik tidak dapat di berikan metode yang sama. Oleh
sebab itu cobalah cara mengajar dengan memahami dan
menyesuaikan dengan tingkat kecerdasan para peserta
didik.
m. Applied Learning
Menggunakan metode praktek yang dicontohkan oleh
dosen dan kemudian dilakukan sendiri oleh peserta didik.
Cara ini adalah pengapliasian yang mampu untuk
mempertahankan informasi yang telah di berikan pada
peserta didik dalam memorinya.
n. Active Interaction
Mengajar sembari aktif berinteraksi dengan peserta didik,
seperti melakukan kontak mata, mengatur nada bicara,
dan lain-lain. Dengan begitu kedekatan dan ikatan
emosional antara peserta didik dan dosen juga akan
terjalin dengan baik.
Penutup
Metode dan teknik pengajaran merupakan salah satu
aspek penting dalam penciptaan kondisi yang kondusif
bagi proses belajar para peserta didik. Oleh karena itu,
dosen yang profesional harus memiliki kompetensi
metodologi yang merupakan salah satu kompetensi
pembelajaran yang mendidik.
Oleh karena itu dosen harus senantiasa meningkatkan
kompetensi dan profesionalismenya, di samping itu,
kompetensi metodologi dosen juga perlu ditingkatkan
untuk mendukung salah satu kompetensi pembelajaran
yang mendidik.