SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
A. Pengertian Umum Kredit 
Dalam UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, 
disebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, 
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang 
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian 
bunga. 
Sampai saat ini pendapatan bunga sebagai hasil dari pemberian kredit, masih merupakan kontribusi 
terbesar pada pendapatan bank secara keseluruhan, baik bank-bank di Indonesia maupun kebanyakan 
bank-bank di dunia. Berdasarkan statistik Bank Indonesia bulan Juni 1992, 80% dari total aset perbankan 
Indonesia adalah berupa kredit yang disalurkan baik kepada sektor perdagangan maupun industri. Dengan 
demikian dapat dikatakan bahwa penyaluran kredit merupakan kegiatan utama suatu bank. Di lain pihak, 
penyaluran kredit mengandung resiko bisnis terbesar dalam dunia perbankan. Oleh karena itu, 
pengelolaan kredit merupakan kegiatan yang sangat penting untuk diperhatikan oleh setiap bank. 
Dalam tulisan ini kami akan menguraikan secara ringkas tentang kredit bermasalah, khususnya kredit 
macet, mulai dari pengertian, indikasi kredit macet, bagaimana mengantisipasi sampai pada cara-cara 
penanganan dan penyelesaiannya. 
B. Pengertian Kredit Macet 
Dalam paket kebijakan deregulasi bulan Mei tahun 1993 (PAKMEI 1993), di Indonesia dikenal dua 
golongan kredit bank, yaitu kredit lancar dan kredit bermasalah.Di mana kredit bermasalah digolongkan 
menjadi tiga, yaitu kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet. Kredit macet inilah yang 
sangat dikhawatirkan oleh setiap bank, karena akan mengganggu kondisi keuangan bank, bahkan dapat 
mengakibatkan berhentinya kegiatan usaha bank. 
Kredit macet atau problem loan adalah kredit yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor-faktor 
atau unsur kesengajaan atau karena kondisi di luar kemampuan debitur.(Siamat, 1993, hal: 220). 
Suatu kredit digolongkan ke dalam kredit macet bilamana: (Sutojo, 1997, hal: 331) 
Tidak dapat memenuhi kriteria kredit lancar, kredit kurang lancar dan kredit diragukan; atau 
Dapat memenuhi kriteria kredit diragukan, tetapi setelah jangka waktu 21 bulan semenjak masa 
penggolongan kredit diragukan, belum terjadi pelunasan pinjaman, atau usaha penyelamatan kredit; 
atau 
Penyelesaian pembayaran kembali kredit yang bersangkutan, telah diserahkan kepada pengadilan 
negeri atau Badan Urusan Piutang Negara (BUPN), atau telah diajukan permintaan ganti rugi kepada 
perusahaan asuransi kredit. 
Sejak krisis keuangan yang berlanjut dengan krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997, 
penyelesaian kredit macet bank-bank di Indonesia ditangani oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional 
(BPPN).
Berkaitan dengan kasus kredit macet di Indonesia Menko Ekuin, Kwik Kian Gie mengatakan bahwa 
sampai saat ini jumlahnya sudah mencapai Rp 600 trilyun (InfoBank, Edisi Nomor 245, Januari 2000, 
hal:14). Menurut hemat kami hal ini tampaknya lebih disebabkan karena faktor kesengajaan. Betapa 
tidak, sebagian besar dana kredit yang dimiliki bank disalurkan kepada debitur kelompok usahanya 
sendiri, yang disebut perusahaan terafiliasi. Dimana dalam penyalurannya kurang atau mungkin tidak 
didasarkan pada studi kelayakan (feasibility study), dan bahkan besarnya kredit yang mereka ajukan 
jumlahnya telah di ‘mark up’ terlebih dahulu. Sebagai contoh adalah Bank Dagang Nasional Indonesia 
(BDNI) dan Bank Umum Nasional (BUN), yang masing-masing secara berurutan menyalurkan 90,7% 
dan 78,4% (Kwik Kian Gie, 1999, hal: 124) untuk kepentingan kelompok usahanya sendiri. 
C. Faktor-faktor Penyebab Munculnya Kredit Bermasalah/Macet 
Munculnya kredit bermasalah termasuk di dalamnya kredit macet, pada dasarnya tidak terjadi secara tiba-tiba, 
melainkan melalui suatu proses.Terjadinya kredit macet dapat disebabkan baik oleh pihak kreditur 
(bank) maupun debitur. Faktor-faktor penyebab yang merupakan kesalahan pihak kreditur adalah: 
1. Keteledoran bank mematuhi peraturan pemberian kredit yang telah digariskan; 
2. Terlalu mudah memberikan kredit, yang disebabkan karena tidak ada patokan yang jelas tentang 
standar kelayakan permintaan kredit yang diajukan; 
3. Konsentrasi dana kredit pada sekelompok debitur atau sektor usaha yang beresiko tinggi; 
4. Kurang memadainya jumlah eksekutif dan staf bagian kredit yang berpengalaman; 
5. Lemahnya bimbingan dan pengawasan pimpinan kepada para eksekutif dan staf bagian kredit; 
6. Jumlah pemberian kredit yang melampaui batas kemampuan bank; 
7. Lemahnya kemampuan bank mendeteksi kemungkinan timbulnya kredit bermasalah, termasuk 
mendeteksi arah perkembangan arus kas (cash flow) debitur lama; 
Tidak mampu bersaing, sehingga terpaksa menerima debitur yang kurang bermutu. (Sutojo, 1999, hal: 
216) 
Sedang faktor-faktor penyebab kredit macet yang diakibatkan karena kesalahan pihak debitur antara lain: 
Menurunnya kondisi usaha bisnis perusahaan, yang disebabkan merosotnya kondisi ekonomi umum 
dan/atau bidang usaha dimana mereka beroperasi; 
1. Adanya salah urus dalam pengelolaan usaha bisnis perusahaan, atau karena kurang 
berpengalaman dalam bidang usaha yang mereka tangani; 
2. Problem keluarga, misalnya perceraian, kematian, sakit yang berkepanjangan, atau pemborosan 
dana oleh salah satu atau beberapa orang anggota keluarga debitur; 
3. Kegagalan debitur pada bidang usaha atau perusahaan mereka yang lain; 
4. Kesulitan likuiditas keuangan yang serius;
5. Munculnya kejadian di luar kekuasaan debitur, misalnya perang dan bencana alam; 
6. Watak buruk debitur (yang dari semula memang telah merencanakan tidak akan mengembalikan 
kredit). (Sutojo, 1999, hal: 334) 
D. Indikasi Kredit Macet 
Untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya kredit bermasalah atau kredit macet sedini mungkin, dapat 
dilakukan dengan memperhatikan gejala-gejala sebagai berikut: (Siamat, 1993, hal: 220-221) 
Terjadinya penundaan yang tidak normal dalam penerimaan laporan keuangan, pemayaran cicilan atau 
dokumen lainnya; 
Adanya penyelidikan yang tidak terduga dari lembaga-lembaga keuangan lainnya mengenai nasabah 
tersebut; 
a. Keluarnya anggota eksekutif perusahaan; 
b. Terjadi perubahan kegiatan usaha misalnya masuknya pesaing baru atau produk baru yang 
sejenis; 
c. Meningkatnya penggunaan fasilitas overdraft; 
d. Perusahaan nasabah mengalami kekacauan; 
e. Ditemukannya kegiatan ilegal atas usaha nasabah; 
f. Permintaan tambahan kredit; 
g. Permohonan perpanjangan atau penjadwalan kembali kredit; 
h. Usaha nasabah yang terlalu ekspansif; 
Kreditur lain melakukan proteksi atas kredit yang diberikan dengan meminta tambahan jaminan atau 
melakukan pengikatan notaris atas barang jaminan. 
Dengan mencermati gejala-gejala terjadinya kredit macet tersebut, maka bukanlah sesuatu yang mustahil 
untuk mencegah terjadinya kredit macet, atau paling tidak dapat mengurangi/menekan sekecil mungkin 
kasus-kasus kredit macet yang ada. 
E. Mengurangi atau Mencegah Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet 
Setiap penyaluran kredit oleh bank tentu mengandung resiko, karena adanya keterbatasan kemampuan 
manusia dalam memprediksi masa yang akan datang. Apalagi dalam situasi dan kondisi ‘lingkungan’ 
yang cepat berubah dan penuh ketidakpastian seperti sekarang ini. Beberapa hal penting yang harus 
dilakukan oleh bank dalam menekan atau mengurangi seminimal mungkin resiko pemberian kreditnya, 
adalah: 
1. Penilaian/Analisis terhadap Permohonan Kredit
Setiap permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur, tentu harus dilakukan penilaian secara 
seksama oleh pejabat bank.Terlebih lagi untuk pemberian kredit jangka panjang, seperti kredit investasi 
misalnya.Mengingat semakin lama jangka waktu kredit, maka semakin tinggi faktor ketidakpastiannya, 
sehingga semakin besar pula resiko yang dihadapi bank. 
Dalam penilaian kredit, ada prinsip-prinsip yang harus diperhatikan yaitu prinsip 5 C + 1C, yang meliputi: 
a. Character 
Character atau watak debitur sangat menentukan kemauan untuk membayar kembali kredit yang telah 
diterimanya.Namun demikian, untuk mengetahui character seseorang itu tidak mudah.Oleh karena itu, 
penilaian atas character debitur perlu dilakukan secara hati-hati dan secermat mungkin.Informasi dari 
keluarga dan teman-teman dekat dari debitur, serta informasi dari bank pemberi kredit sebelumnya adalah 
sangat penting. 
Untuk mengetahui dan memperoleh gambaran yang jelas tentang watak calon debitur ini, dapat dilakukan 
usaha-usaha seperti: melakukan interview langsung terhadap calon debitur; meneliti daftar riwayat 
hidupnya, mengetahui reputasi calon debitur berdasarkan informasi dari ‘lingkungan’ usahanya, serta 
meneliti kegiatan dan pengalaman-pengalaman usahanya. 
b. Capacity 
Capacity mengandung arti kemampuan calon debitur dalam mengelola usahanya.Dengan demikian, 
capacity berkaitan erat dengan kemampuan calon debitur dalam melunasi kreditnya. Unsur-unsur yang 
dinilai untuk mengetahui kemampuan calon debitur antara lain meliputi penilaian terhadap: 
proyeksi arus kas; 
proyeksi laporan keuangan; 
pusat informasi kredit; 
kemampuan manajemen; 
kemampuan pemasaran; 
kemampuan teknis; dan 
kewajiban-kewajiban pada pihak lainnya. 
c. Capital 
Informasi mengenai besar kecilnya modal (capital) perusahaan calon debitur adalah sangat penting bagi 
bank. Modal yang dimaksudkan disini adalah modal sendiri (networth) atau nilai kekayaan bersih yang 
dimiliki perusahaan, yang merupakan selisih antara total aktiva dengan total kewajiban (utang). Semakin 
besar modal yang dimiliki perusahaan merupakan cerminan keberhasilan perusahaan di masa lalu, dan ini 
tentunya semakin baik dihadapan bank.Mengingat kredit bank hanya merupakan pelengkap atau 
tambahan bagi pembiayaan kegiatan operasional perusahaan.Posisi modal suatu perusahaan dapat 
dianalisis dari laporan keuangannya.Untuk mendapatkan gambaran yang lengkap tentang modal
perusahaan, maka bank harus melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan selama paling 
tidak tiga tahun periode akuntansi sebelumnya. 
d. Collateral 
Collateral (jaminan kredit) merupakan setiap aktiva atau barang-barang yang diserahkan debitur sebagai 
jaminan atas kredit yang diperoleh dari bank.Manfaat jaminan ini bagi bank adalah sangat penting, 
sebagai ‘back up’ atas kredit yang diberikan kepada debitur.Tujuannya adalah agar bank dapat 
memperoleh pelunasan kembali atas kredit yang diberikan kepada debitur, apabila kelak debitur tidak 
mampu melunasi kreditnya atau pun ingkar janji (wan prestasi). Atas jaminan yang diberikan oleh 
debitur, maka perlu diperhatikan cara pengikatannya sesuai dengan hukum yang berlaku, untuk 
menghindari sengketa yang kemungkinan muncul di kemudian hari. 
e. Conditions 
Yang dimaksud conditions disini adalah keadaan perekonomian secara umum dimana perusahaan tersebut 
beroperasi. Kondisi perekonomian sangat menentukan keberhasilan maupun kegagalan suatu 
perusahaan.Oleh karena itu, bank atau dalam hal ini analis kredit, harus mempertimbangkan keadaan 
perekonomian, dan proyeksi perekonomian selama jangka waktu kredit yang diberikan. 
f. Constraint 
Dalam pemberian kredit, bank perlu juga mengetahui dan mempertimbangkan hambatan (constraint) yang 
mungkin muncul di lapangan. Bank perlu mengetahui tanggapan masyarakat setempat terhadap rencana 
investasi yang akan dilakukan oleh calon debiturnya, karena bisa saja masyarakat setempat menolak 
rencana investasi tersebut. Sebagai contoh seorang debitur mengajukan kredit untuk membangun sebuah 
peternakan babi misalnya.Nah, pihak bank perlu mengetahui bagaimana tanggapan masyarakat setempat, 
apakah menerima atau menolak kehadiran peternakan tersebut. 
2. Pemantauan Penggunaan Kredit 
Setelah bank memutuskan untuk memberikan kredit kepada debiturnya, bukan berarti bahwa tugas bank 
sebagai perantara keuangan selesai sampai di situ, melainkan itulah awal mula tugas bank yang 
sesungguhnya dalam penyaluran kredit. Bank senantiasa harus memantau kredit yang telah disalurkannya. 
Apakah debitur benar-benar menggunakan kreditnya sesuai dengan permohonan semula, atau digunakan 
untuk keperluan lain? Bagaimana perkembangan dan prospek usaha debitur?Bagaimana keadaan 
perekonomian nasional secara keseluruhan, kondusif atau tidak bagi perkembangan usaha debitur?Dan 
pertanyaan-pertanyaan lain berkaitan dengan prospek kredit yang telah disalurkan oleh bank.Pertanyaan-pertanyaan 
ini penting dijawab, dalam rangka mengantisipasi kemungkinan tersendat atau macetnya 
kredit yang telah disalurkan bank. 
3. Jaminan Kredit 
Jaminan kredit (collateral) atau agunan sebenarnya tidaklah mutlak sifatnya, tetapi perlu, guna 
mengantisipasi kemungkinan tidak tertagihnya kredit yang disalurkan bank. Di samping status dan 
kondisi jaminan, yang tidak kalah penting untuk diperhatikan oleh bank adalah dalam cara pengikatannya. 
Pengikatan jaminan kredit ini harus sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.Hal ini berkaitan
dengan eksekusi jaminan, apabila kelak debitur ingkar janji (wan prestasi) atau tidak mampu melunasi 
kreditnya. 
F. Cara Penyelesaian Kredit Macet 
Untuk menyelesaikan dan menyelamatkan kredit yang dikategorikan macet, dapat ditempuh usaha-usaha 
sebagai berikut: (Siamat, 1993, hal 222-223) 
a. Rescheduling (Penjadwalan Ulang) 
Yaitu perubahan syarat kredit hanya menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktu termasuk 
masa tenggang (grace period) dan perubahan besarnya angsuran kredit.Tentu tidak kepada semua debitur 
dapat diberikan kebijakan ini oleh bank, melainkan hanya kepada debitur yang menunjukkan itikad dan 
karakter yang jujur dan memiliki kemauan untuk membayar atau melunasi kredit (willingness to pay). Di 
samping itu, usaha debitur juga tidak memerlukan tambahan dana atau likuiditas. 
b. Reconditioning (Persyaratan Ulang) 
Yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal 
pembayaran, jangka waktu, tingkat suku bunga, penundaan pembayaran sebagian atau seluruh bunga dan 
persyaratan lainnya. Perubahan syarat kredit tersebut tidak termasuk penambahan dana atau injeksi dan 
konversi sebagian atau seluruh kredit menjadi ‘equity’ perusahaan. Debitur yang bersifat jujur, terbuka 
dan ‘cooperative’ yang usahanya sedang mengalami kesulitan keuangan dan diperkirakan masih dapat 
beroperasi dengan menguntungkan, kreditnya dapat dipertimbangkan untuk dilakukan persyaratan ulang. 
c. Restructuring (Penataan Ulang) 
Yaitu perubahan syarat kredit yang menyangkut: 
Penambahan dana bank, atau 
Konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru, dan atau 
Konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan bank atau mengambil partner yang lain 
untuk menambah penyertaan. 
d. Liquidation (Liquidasi) 
Yaitu penjualan barang-barang yang dijadikan jaminan dalam rangka pelunasan utang.Pelaksanaan 
likuidasi ini dilakukan terhadap kategori kredit yang memang benar-benar menurut bank sudah tidak 
dapat lagi dibantu untuk disehatkan kembali atau usaha nasabah yang sudah tidak memiliki prospek untuk 
dikembangkan. Proses likuidasi ini dapat dilakukan dengan menyerahkan penjualan barang tersebut 
kepada nasabah yang bersangkutan. Sedang bagi bank-bank umum milik negara, proses penjualan barang 
jaminan dan aset bank dapat diserahkan kepada BPPN, untuk selanjutnya dilakukan eksekusi atau 
pelelangan. 
Apakah anda memiliki piutang yang macet?Apakah piutang ini sudah di tahap tak tertagih?Apa reaksi 
anda dengan piutang macet ini?
Hari ini kita akan membahas apa penyebab piutang tak tertagih? Bagaimana mengatasinya secara 
sistematis?Apa langkah yang sudah terbukti membuahkan hasil positif? 
Sebut saja perusahaan ABC manufacturing, sebuah pabrik dengan 50 karyawan.Produsen alat-alat 
welding seperti power sources, peripheral welding manipulator, Electro Mechanical Component ini 
adalah automatisasi mesin las untuk food and beverage, pharmaceutical, chemical, sanitary industry dan 
sebagainya.Mereka memiliki lebih dari 250 customer. 
Gajah beli sama semut 
Tantangan dari bisnis medium seperti ini adalah tingkat kesulitan mereka saat berhubungan dengan 
perusahaan farmasi, kimia, atau food and beverage yang berskala besar. Mereka memiliki power karena 
dominasi pasar yang kuat sehingga supplier yang ingin bekerja sama harus patuh terhadap terms yang 
sangat ketat dan sepihak. Seperti semut jualan ke gajah, harus menerima nasib ketika gajah mendikte 
nasib semut. 
Dengan alasan kompetisi, ABC manufacturing ini mulai menembus beberapa farmasi besar, local maupun 
multinational dengan menawarkan 30days credit term, dengan termin invoice jatuh tempo 30 hari dan di 
bayarkan setiap tanggal 15. Meskipun owner dari ABC manufacturing ini tahu bahwa pembayaran 
biasanya bisa sampai 90 hari setelah invoice di terima. 
Awalnya terjadi kredit macet 
Dengan didasari keyakinan karena ini perusahaan besar, tidak mungkin bangkrut, maka term ini di 
setujui.Singkat cerita, instalasi mesin pertama sukses, dengan kualitas yang meyakinkan. Customer puas, 
user puas, harga puas, semua paper work sudah di tangani dengan baik, tinggal tunggu maksimum 90 
hari. 
Saat 30 hari, orang keuangan mulai menagih. Jawabannya, ok, sedang di proses. 45 hari, jawabanya 
masih di proses. 90 hari, owner langsung bicara dengan finance manager customernya dan di jawab 
dengan tegas, parent company sedang meng-audit keuangan sehingga semua pembayaran harus di tunda 
sampai audit selesai. Tapi, jangan khawatir, pasti di bayar. 
Berdasarkan pengalaman saya sebagai seorang pengusaha, business coach dan penulis buku, ada 7 
penyebab piutang macet 
1. Tidak ada management control 
2. Terlalu mudah memberikan kredit 
3. Tidak ada alat pantau yang mengukur kondisi keuangan customer 
4. Salesman lebih takut tidak jualan daripada takut piutang macet 
5. Terus memberi toleransi customer yang ‘nakal’ meskipun sudah jelas macet 
6. Salesman dikejar target lalu memaksakan customer yang tidak sanggup membayar untuk diberi kredit 
besar 
7. Memberi piutang adalah satu-satunya strategi untuk menambah omset penjualan 
Hindari 7 kesalahan fatal dengan berkonsultasi pada orang yang kompeten. Saya memberikan banyak 
masukan tentang cara mengatasi kredit macet, cashflow problem sampai perusahaan yang menghadapi
krisis berkepanjangan dengan metode Coaching yang dikembangkan oleh Top Coach Indonesia. Hasilnya 
sangat luar biasa, karena pada umumnya ketika kita terjebak masalah, hanya orang luar yang dapat 
memberi masukan yang netral.

More Related Content

What's hot

Penggunaan dana bank
Penggunaan dana bankPenggunaan dana bank
Penggunaan dana bankEva Andini
 
Sumber Dana dan Penggunaan Dana Bank - Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank
Sumber Dana dan Penggunaan Dana Bank - Bank dan Lembaga Keuangan Non BankSumber Dana dan Penggunaan Dana Bank - Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank
Sumber Dana dan Penggunaan Dana Bank - Bank dan Lembaga Keuangan Non BankM Abdul Aziz
 
Materi Credit Analysis _Materi Training KREDIT PERBANKAN
Materi Credit Analysis  _Materi Training KREDIT PERBANKANMateri Credit Analysis  _Materi Training KREDIT PERBANKAN
Materi Credit Analysis _Materi Training KREDIT PERBANKANKanaidi ken
 
Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank #2
Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank #2 Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank #2
Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank #2 Judianto Nugroho
 
Bank & Lembaga Keuangan Non Bank 1 (Perbankan)
Bank & Lembaga Keuangan Non Bank 1 (Perbankan)Bank & Lembaga Keuangan Non Bank 1 (Perbankan)
Bank & Lembaga Keuangan Non Bank 1 (Perbankan)Ari Raharjo
 
Kuliah teori akuntansi 3 -5 tujuan laporan keuangan
Kuliah teori akuntansi 3 -5 tujuan laporan keuanganKuliah teori akuntansi 3 -5 tujuan laporan keuangan
Kuliah teori akuntansi 3 -5 tujuan laporan keuanganRose Meea
 
manajemen risiko kepatuhan beserta pertanyaan dan jawaban
manajemen risiko kepatuhan beserta pertanyaan dan jawabanmanajemen risiko kepatuhan beserta pertanyaan dan jawaban
manajemen risiko kepatuhan beserta pertanyaan dan jawabanSyafril Djaelani,SE, MM
 
Contoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasiContoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasiFransisco Laben
 
Peran perbankan dalam perekonomian di indonesia
Peran perbankan dalam perekonomian di indonesiaPeran perbankan dalam perekonomian di indonesia
Peran perbankan dalam perekonomian di indonesiaamirawulandari
 
Pertemuan 7 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Pertemuan 7   kemiskinan dan kesenjangan pendapatanPertemuan 7   kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Pertemuan 7 kemiskinan dan kesenjangan pendapatanmariatul qibtiyah
 
Akuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan Mudharabah
Akuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan MudharabahAkuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan Mudharabah
Akuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan Mudharabahlutfiahanna
 
Materi Akuntansi Perbankan tentang Akuntansi kliring
Materi Akuntansi Perbankan tentang Akuntansi kliringMateri Akuntansi Perbankan tentang Akuntansi kliring
Materi Akuntansi Perbankan tentang Akuntansi kliringIbas Ibnu Patriandana
 
Penyusunan laporan keuangan
Penyusunan laporan keuanganPenyusunan laporan keuangan
Penyusunan laporan keuanganFair Nurfachrizi
 
review PSAK 57 Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontijensi, dan Aktiva Kontije...
review PSAK 57 Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontijensi, dan Aktiva Kontije...review PSAK 57 Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontijensi, dan Aktiva Kontije...
review PSAK 57 Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontijensi, dan Aktiva Kontije...yufendriansyah auriga
 
Dasar dasar perbankan
Dasar dasar perbankanDasar dasar perbankan
Dasar dasar perbankanAde Yh
 

What's hot (20)

Penggunaan dana bank
Penggunaan dana bankPenggunaan dana bank
Penggunaan dana bank
 
Sumber Dana dan Penggunaan Dana Bank - Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank
Sumber Dana dan Penggunaan Dana Bank - Bank dan Lembaga Keuangan Non BankSumber Dana dan Penggunaan Dana Bank - Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank
Sumber Dana dan Penggunaan Dana Bank - Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank
 
Ujian akhir semester perbankan
Ujian akhir semester perbankanUjian akhir semester perbankan
Ujian akhir semester perbankan
 
Materi Credit Analysis _Materi Training KREDIT PERBANKAN
Materi Credit Analysis  _Materi Training KREDIT PERBANKANMateri Credit Analysis  _Materi Training KREDIT PERBANKAN
Materi Credit Analysis _Materi Training KREDIT PERBANKAN
 
Manajemen Kredit
Manajemen KreditManajemen Kredit
Manajemen Kredit
 
Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank #2
Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank #2 Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank #2
Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank #2
 
Bank & Lembaga Keuangan Non Bank 1 (Perbankan)
Bank & Lembaga Keuangan Non Bank 1 (Perbankan)Bank & Lembaga Keuangan Non Bank 1 (Perbankan)
Bank & Lembaga Keuangan Non Bank 1 (Perbankan)
 
manajemen risiko likuiditas
manajemen risiko likuiditasmanajemen risiko likuiditas
manajemen risiko likuiditas
 
Euro bank dan eurocurrency
Euro bank dan eurocurrencyEuro bank dan eurocurrency
Euro bank dan eurocurrency
 
Kuliah teori akuntansi 3 -5 tujuan laporan keuangan
Kuliah teori akuntansi 3 -5 tujuan laporan keuanganKuliah teori akuntansi 3 -5 tujuan laporan keuangan
Kuliah teori akuntansi 3 -5 tujuan laporan keuangan
 
manajemen risiko kepatuhan beserta pertanyaan dan jawaban
manajemen risiko kepatuhan beserta pertanyaan dan jawabanmanajemen risiko kepatuhan beserta pertanyaan dan jawaban
manajemen risiko kepatuhan beserta pertanyaan dan jawaban
 
Contoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasiContoh obligasi amortisasi
Contoh obligasi amortisasi
 
Peran perbankan dalam perekonomian di indonesia
Peran perbankan dalam perekonomian di indonesiaPeran perbankan dalam perekonomian di indonesia
Peran perbankan dalam perekonomian di indonesia
 
Pertemuan 7 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Pertemuan 7   kemiskinan dan kesenjangan pendapatanPertemuan 7   kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
Pertemuan 7 kemiskinan dan kesenjangan pendapatan
 
Akuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan Mudharabah
Akuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan MudharabahAkuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan Mudharabah
Akuntansi Syariah Penghimpun Dana Wadiah dan Mudharabah
 
Materi Akuntansi Perbankan tentang Akuntansi kliring
Materi Akuntansi Perbankan tentang Akuntansi kliringMateri Akuntansi Perbankan tentang Akuntansi kliring
Materi Akuntansi Perbankan tentang Akuntansi kliring
 
Penyusunan laporan keuangan
Penyusunan laporan keuanganPenyusunan laporan keuangan
Penyusunan laporan keuangan
 
sistem penerimaan kas
sistem penerimaan kassistem penerimaan kas
sistem penerimaan kas
 
review PSAK 57 Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontijensi, dan Aktiva Kontije...
review PSAK 57 Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontijensi, dan Aktiva Kontije...review PSAK 57 Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontijensi, dan Aktiva Kontije...
review PSAK 57 Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontijensi, dan Aktiva Kontije...
 
Dasar dasar perbankan
Dasar dasar perbankanDasar dasar perbankan
Dasar dasar perbankan
 

Similar to Kredit Macet

kamu banyak masalah kan aku juga sama si
kamu banyak masalah kan aku juga sama sikamu banyak masalah kan aku juga sama si
kamu banyak masalah kan aku juga sama siIrawatiAlsiva
 
Collectabilitas pembiayaan
Collectabilitas pembiayaanCollectabilitas pembiayaan
Collectabilitas pembiayaanSaKinatun NisSa
 
Manajemen kredit dan macam-macam kredit di Indonesia
Manajemen kredit dan macam-macam kredit di IndonesiaManajemen kredit dan macam-macam kredit di Indonesia
Manajemen kredit dan macam-macam kredit di IndonesiaSupardi56
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYARirilMardiana
 
Analisis perkreditan
Analisis perkreditanAnalisis perkreditan
Analisis perkreditanmasadib
 
Makalah_Alokasi_Dana.docx
Makalah_Alokasi_Dana.docxMakalah_Alokasi_Dana.docx
Makalah_Alokasi_Dana.docxMartunisSyarra
 
Jawaban UTS Take Home Hukum Perjanjian Kredit
Jawaban UTS Take Home Hukum Perjanjian KreditJawaban UTS Take Home Hukum Perjanjian Kredit
Jawaban UTS Take Home Hukum Perjanjian KreditRachardy Andriyanto
 
Prinsip CREDIT Management & Analysis _Materi Training CREDIT SCORING
Prinsip CREDIT Management & Analysis _Materi Training CREDIT SCORINGPrinsip CREDIT Management & Analysis _Materi Training CREDIT SCORING
Prinsip CREDIT Management & Analysis _Materi Training CREDIT SCORINGKanaidi ken
 
Penanganan kredit bermasalah
Penanganan kredit bermasalahPenanganan kredit bermasalah
Penanganan kredit bermasalahnazarji
 
Analisis kredit alk (credit analysis)
Analisis kredit alk (credit analysis)Analisis kredit alk (credit analysis)
Analisis kredit alk (credit analysis)Eka Wahyuliana
 
Memahami kredit perbankan
Memahami kredit perbankanMemahami kredit perbankan
Memahami kredit perbankanFridin Skidds
 

Similar to Kredit Macet (20)

kamu banyak masalah kan aku juga sama si
kamu banyak masalah kan aku juga sama sikamu banyak masalah kan aku juga sama si
kamu banyak masalah kan aku juga sama si
 
RESIKO KREDIT MACET
RESIKO KREDIT MACETRESIKO KREDIT MACET
RESIKO KREDIT MACET
 
KREDIT TANPA AGUNAN
KREDIT TANPA AGUNANKREDIT TANPA AGUNAN
KREDIT TANPA AGUNAN
 
Kredit Macet
Kredit MacetKredit Macet
Kredit Macet
 
P-5-6 Kredit.pptx
P-5-6 Kredit.pptxP-5-6 Kredit.pptx
P-5-6 Kredit.pptx
 
Collectabilitas pembiayaan
Collectabilitas pembiayaanCollectabilitas pembiayaan
Collectabilitas pembiayaan
 
17981045.ppt
17981045.ppt17981045.ppt
17981045.ppt
 
Manajemen kredit dan macam-macam kredit di Indonesia
Manajemen kredit dan macam-macam kredit di IndonesiaManajemen kredit dan macam-macam kredit di Indonesia
Manajemen kredit dan macam-macam kredit di Indonesia
 
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYAKREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
KREDIT PERBANKAN JENIS DAN RUANG LINGKUPNYA
 
Analisis perkreditan
Analisis perkreditanAnalisis perkreditan
Analisis perkreditan
 
Makalah_Alokasi_Dana.docx
Makalah_Alokasi_Dana.docxMakalah_Alokasi_Dana.docx
Makalah_Alokasi_Dana.docx
 
Jawaban UTS Take Home Hukum Perjanjian Kredit
Jawaban UTS Take Home Hukum Perjanjian KreditJawaban UTS Take Home Hukum Perjanjian Kredit
Jawaban UTS Take Home Hukum Perjanjian Kredit
 
Prinsip CREDIT Management & Analysis _Materi Training CREDIT SCORING
Prinsip CREDIT Management & Analysis _Materi Training CREDIT SCORINGPrinsip CREDIT Management & Analysis _Materi Training CREDIT SCORING
Prinsip CREDIT Management & Analysis _Materi Training CREDIT SCORING
 
Kredit perbankan
Kredit perbankanKredit perbankan
Kredit perbankan
 
Kelompok 7_MPS.pptx
Kelompok 7_MPS.pptxKelompok 7_MPS.pptx
Kelompok 7_MPS.pptx
 
Penanganan kredit bermasalah
Penanganan kredit bermasalahPenanganan kredit bermasalah
Penanganan kredit bermasalah
 
Presentasi manajemen piutang
Presentasi manajemen piutangPresentasi manajemen piutang
Presentasi manajemen piutang
 
Analisis kredit alk (credit analysis)
Analisis kredit alk (credit analysis)Analisis kredit alk (credit analysis)
Analisis kredit alk (credit analysis)
 
Memahami kredit perbankan
Memahami kredit perbankanMemahami kredit perbankan
Memahami kredit perbankan
 
22
2222
22
 

Recently uploaded

MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...OknaRyana1
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptatiakirana1
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnyaIndhasari3
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IIkaAliciaSasanti
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bankzulfikar425966
 
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptwxmnxfm57w
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfNizeAckerman
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptFrida Adnantara
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxumusilmi2019
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxHakamNiazi
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxZefanya9
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelAdhiliaMegaC1
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...ChairaniManasye1
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuanganzulfikar425966
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalAthoillahEconomi
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BERAU
 

Recently uploaded (17)

MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
MENYELESAIKAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PEROLEHAN DAN PEMBAYARAN KAS VERIFIKASI ...
 
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.pptBab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
Bab 14 - Perhitungan Bagi Hasilsyariah.ppt
 
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
Ukuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnyaUkuran Letak Data  kuartil  dan  beberapa pembagian  lainnya
Ukuran Letak Data kuartil dan beberapa pembagian lainnya
 
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintahKeseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
Keseimbangan perekonomian tigas termasuk peran pemerintah
 
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro IMateri Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
Materi Mata Kuliah Pengantar Ekonomi Makro I
 
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non BankPresentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
Presentasi Leasing Pada Lembaga Keuangan Non Bank
 
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.pptSlide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
Slide Pengisian SPT Tahunan 2015 - OP 1770 Pembukuan.ppt
 
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdfKESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
KESEIMBANGAN PEREKONOMIAN DUA SEKTOR.pdf
 
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.pptModal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
Modal Kerja manajemen keuangan modal kerja.ppt
 
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptxCryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
Cryptocurrency dalam Perspektif Ekonomi Syariah.pptx
 
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptxPERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
PERAN KARYAWAN DALAM PENGEMBANGAN KARIR.pptx
 
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptxPPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
PPT KELOMPOK 4 ORGANISASI DARI KOPERASI.pptx
 
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi ModelBab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
Bab 13 Pemodelan Ekonometrika: Spesifikasi Model
 
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
Ekonomi Makro Pertemuan 4 - Tingkat pengangguran: Jumlah orang yang menganggu...
 
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga KeuanganPresentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
Presentasi Tentang Asuransi Pada Lembaga Keuangan
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
 
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptxANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS SIMPLEKS BESERTA PERUBAHAN KONTRIBUSI.pptx
 

Kredit Macet

  • 1. A. Pengertian Umum Kredit Dalam UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, disebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sampai saat ini pendapatan bunga sebagai hasil dari pemberian kredit, masih merupakan kontribusi terbesar pada pendapatan bank secara keseluruhan, baik bank-bank di Indonesia maupun kebanyakan bank-bank di dunia. Berdasarkan statistik Bank Indonesia bulan Juni 1992, 80% dari total aset perbankan Indonesia adalah berupa kredit yang disalurkan baik kepada sektor perdagangan maupun industri. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyaluran kredit merupakan kegiatan utama suatu bank. Di lain pihak, penyaluran kredit mengandung resiko bisnis terbesar dalam dunia perbankan. Oleh karena itu, pengelolaan kredit merupakan kegiatan yang sangat penting untuk diperhatikan oleh setiap bank. Dalam tulisan ini kami akan menguraikan secara ringkas tentang kredit bermasalah, khususnya kredit macet, mulai dari pengertian, indikasi kredit macet, bagaimana mengantisipasi sampai pada cara-cara penanganan dan penyelesaiannya. B. Pengertian Kredit Macet Dalam paket kebijakan deregulasi bulan Mei tahun 1993 (PAKMEI 1993), di Indonesia dikenal dua golongan kredit bank, yaitu kredit lancar dan kredit bermasalah.Di mana kredit bermasalah digolongkan menjadi tiga, yaitu kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet. Kredit macet inilah yang sangat dikhawatirkan oleh setiap bank, karena akan mengganggu kondisi keuangan bank, bahkan dapat mengakibatkan berhentinya kegiatan usaha bank. Kredit macet atau problem loan adalah kredit yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor-faktor atau unsur kesengajaan atau karena kondisi di luar kemampuan debitur.(Siamat, 1993, hal: 220). Suatu kredit digolongkan ke dalam kredit macet bilamana: (Sutojo, 1997, hal: 331) Tidak dapat memenuhi kriteria kredit lancar, kredit kurang lancar dan kredit diragukan; atau Dapat memenuhi kriteria kredit diragukan, tetapi setelah jangka waktu 21 bulan semenjak masa penggolongan kredit diragukan, belum terjadi pelunasan pinjaman, atau usaha penyelamatan kredit; atau Penyelesaian pembayaran kembali kredit yang bersangkutan, telah diserahkan kepada pengadilan negeri atau Badan Urusan Piutang Negara (BUPN), atau telah diajukan permintaan ganti rugi kepada perusahaan asuransi kredit. Sejak krisis keuangan yang berlanjut dengan krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997, penyelesaian kredit macet bank-bank di Indonesia ditangani oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
  • 2. Berkaitan dengan kasus kredit macet di Indonesia Menko Ekuin, Kwik Kian Gie mengatakan bahwa sampai saat ini jumlahnya sudah mencapai Rp 600 trilyun (InfoBank, Edisi Nomor 245, Januari 2000, hal:14). Menurut hemat kami hal ini tampaknya lebih disebabkan karena faktor kesengajaan. Betapa tidak, sebagian besar dana kredit yang dimiliki bank disalurkan kepada debitur kelompok usahanya sendiri, yang disebut perusahaan terafiliasi. Dimana dalam penyalurannya kurang atau mungkin tidak didasarkan pada studi kelayakan (feasibility study), dan bahkan besarnya kredit yang mereka ajukan jumlahnya telah di ‘mark up’ terlebih dahulu. Sebagai contoh adalah Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI) dan Bank Umum Nasional (BUN), yang masing-masing secara berurutan menyalurkan 90,7% dan 78,4% (Kwik Kian Gie, 1999, hal: 124) untuk kepentingan kelompok usahanya sendiri. C. Faktor-faktor Penyebab Munculnya Kredit Bermasalah/Macet Munculnya kredit bermasalah termasuk di dalamnya kredit macet, pada dasarnya tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui suatu proses.Terjadinya kredit macet dapat disebabkan baik oleh pihak kreditur (bank) maupun debitur. Faktor-faktor penyebab yang merupakan kesalahan pihak kreditur adalah: 1. Keteledoran bank mematuhi peraturan pemberian kredit yang telah digariskan; 2. Terlalu mudah memberikan kredit, yang disebabkan karena tidak ada patokan yang jelas tentang standar kelayakan permintaan kredit yang diajukan; 3. Konsentrasi dana kredit pada sekelompok debitur atau sektor usaha yang beresiko tinggi; 4. Kurang memadainya jumlah eksekutif dan staf bagian kredit yang berpengalaman; 5. Lemahnya bimbingan dan pengawasan pimpinan kepada para eksekutif dan staf bagian kredit; 6. Jumlah pemberian kredit yang melampaui batas kemampuan bank; 7. Lemahnya kemampuan bank mendeteksi kemungkinan timbulnya kredit bermasalah, termasuk mendeteksi arah perkembangan arus kas (cash flow) debitur lama; Tidak mampu bersaing, sehingga terpaksa menerima debitur yang kurang bermutu. (Sutojo, 1999, hal: 216) Sedang faktor-faktor penyebab kredit macet yang diakibatkan karena kesalahan pihak debitur antara lain: Menurunnya kondisi usaha bisnis perusahaan, yang disebabkan merosotnya kondisi ekonomi umum dan/atau bidang usaha dimana mereka beroperasi; 1. Adanya salah urus dalam pengelolaan usaha bisnis perusahaan, atau karena kurang berpengalaman dalam bidang usaha yang mereka tangani; 2. Problem keluarga, misalnya perceraian, kematian, sakit yang berkepanjangan, atau pemborosan dana oleh salah satu atau beberapa orang anggota keluarga debitur; 3. Kegagalan debitur pada bidang usaha atau perusahaan mereka yang lain; 4. Kesulitan likuiditas keuangan yang serius;
  • 3. 5. Munculnya kejadian di luar kekuasaan debitur, misalnya perang dan bencana alam; 6. Watak buruk debitur (yang dari semula memang telah merencanakan tidak akan mengembalikan kredit). (Sutojo, 1999, hal: 334) D. Indikasi Kredit Macet Untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya kredit bermasalah atau kredit macet sedini mungkin, dapat dilakukan dengan memperhatikan gejala-gejala sebagai berikut: (Siamat, 1993, hal: 220-221) Terjadinya penundaan yang tidak normal dalam penerimaan laporan keuangan, pemayaran cicilan atau dokumen lainnya; Adanya penyelidikan yang tidak terduga dari lembaga-lembaga keuangan lainnya mengenai nasabah tersebut; a. Keluarnya anggota eksekutif perusahaan; b. Terjadi perubahan kegiatan usaha misalnya masuknya pesaing baru atau produk baru yang sejenis; c. Meningkatnya penggunaan fasilitas overdraft; d. Perusahaan nasabah mengalami kekacauan; e. Ditemukannya kegiatan ilegal atas usaha nasabah; f. Permintaan tambahan kredit; g. Permohonan perpanjangan atau penjadwalan kembali kredit; h. Usaha nasabah yang terlalu ekspansif; Kreditur lain melakukan proteksi atas kredit yang diberikan dengan meminta tambahan jaminan atau melakukan pengikatan notaris atas barang jaminan. Dengan mencermati gejala-gejala terjadinya kredit macet tersebut, maka bukanlah sesuatu yang mustahil untuk mencegah terjadinya kredit macet, atau paling tidak dapat mengurangi/menekan sekecil mungkin kasus-kasus kredit macet yang ada. E. Mengurangi atau Mencegah Kemungkinan Terjadinya Kredit Macet Setiap penyaluran kredit oleh bank tentu mengandung resiko, karena adanya keterbatasan kemampuan manusia dalam memprediksi masa yang akan datang. Apalagi dalam situasi dan kondisi ‘lingkungan’ yang cepat berubah dan penuh ketidakpastian seperti sekarang ini. Beberapa hal penting yang harus dilakukan oleh bank dalam menekan atau mengurangi seminimal mungkin resiko pemberian kreditnya, adalah: 1. Penilaian/Analisis terhadap Permohonan Kredit
  • 4. Setiap permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur, tentu harus dilakukan penilaian secara seksama oleh pejabat bank.Terlebih lagi untuk pemberian kredit jangka panjang, seperti kredit investasi misalnya.Mengingat semakin lama jangka waktu kredit, maka semakin tinggi faktor ketidakpastiannya, sehingga semakin besar pula resiko yang dihadapi bank. Dalam penilaian kredit, ada prinsip-prinsip yang harus diperhatikan yaitu prinsip 5 C + 1C, yang meliputi: a. Character Character atau watak debitur sangat menentukan kemauan untuk membayar kembali kredit yang telah diterimanya.Namun demikian, untuk mengetahui character seseorang itu tidak mudah.Oleh karena itu, penilaian atas character debitur perlu dilakukan secara hati-hati dan secermat mungkin.Informasi dari keluarga dan teman-teman dekat dari debitur, serta informasi dari bank pemberi kredit sebelumnya adalah sangat penting. Untuk mengetahui dan memperoleh gambaran yang jelas tentang watak calon debitur ini, dapat dilakukan usaha-usaha seperti: melakukan interview langsung terhadap calon debitur; meneliti daftar riwayat hidupnya, mengetahui reputasi calon debitur berdasarkan informasi dari ‘lingkungan’ usahanya, serta meneliti kegiatan dan pengalaman-pengalaman usahanya. b. Capacity Capacity mengandung arti kemampuan calon debitur dalam mengelola usahanya.Dengan demikian, capacity berkaitan erat dengan kemampuan calon debitur dalam melunasi kreditnya. Unsur-unsur yang dinilai untuk mengetahui kemampuan calon debitur antara lain meliputi penilaian terhadap: proyeksi arus kas; proyeksi laporan keuangan; pusat informasi kredit; kemampuan manajemen; kemampuan pemasaran; kemampuan teknis; dan kewajiban-kewajiban pada pihak lainnya. c. Capital Informasi mengenai besar kecilnya modal (capital) perusahaan calon debitur adalah sangat penting bagi bank. Modal yang dimaksudkan disini adalah modal sendiri (networth) atau nilai kekayaan bersih yang dimiliki perusahaan, yang merupakan selisih antara total aktiva dengan total kewajiban (utang). Semakin besar modal yang dimiliki perusahaan merupakan cerminan keberhasilan perusahaan di masa lalu, dan ini tentunya semakin baik dihadapan bank.Mengingat kredit bank hanya merupakan pelengkap atau tambahan bagi pembiayaan kegiatan operasional perusahaan.Posisi modal suatu perusahaan dapat dianalisis dari laporan keuangannya.Untuk mendapatkan gambaran yang lengkap tentang modal
  • 5. perusahaan, maka bank harus melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan selama paling tidak tiga tahun periode akuntansi sebelumnya. d. Collateral Collateral (jaminan kredit) merupakan setiap aktiva atau barang-barang yang diserahkan debitur sebagai jaminan atas kredit yang diperoleh dari bank.Manfaat jaminan ini bagi bank adalah sangat penting, sebagai ‘back up’ atas kredit yang diberikan kepada debitur.Tujuannya adalah agar bank dapat memperoleh pelunasan kembali atas kredit yang diberikan kepada debitur, apabila kelak debitur tidak mampu melunasi kreditnya atau pun ingkar janji (wan prestasi). Atas jaminan yang diberikan oleh debitur, maka perlu diperhatikan cara pengikatannya sesuai dengan hukum yang berlaku, untuk menghindari sengketa yang kemungkinan muncul di kemudian hari. e. Conditions Yang dimaksud conditions disini adalah keadaan perekonomian secara umum dimana perusahaan tersebut beroperasi. Kondisi perekonomian sangat menentukan keberhasilan maupun kegagalan suatu perusahaan.Oleh karena itu, bank atau dalam hal ini analis kredit, harus mempertimbangkan keadaan perekonomian, dan proyeksi perekonomian selama jangka waktu kredit yang diberikan. f. Constraint Dalam pemberian kredit, bank perlu juga mengetahui dan mempertimbangkan hambatan (constraint) yang mungkin muncul di lapangan. Bank perlu mengetahui tanggapan masyarakat setempat terhadap rencana investasi yang akan dilakukan oleh calon debiturnya, karena bisa saja masyarakat setempat menolak rencana investasi tersebut. Sebagai contoh seorang debitur mengajukan kredit untuk membangun sebuah peternakan babi misalnya.Nah, pihak bank perlu mengetahui bagaimana tanggapan masyarakat setempat, apakah menerima atau menolak kehadiran peternakan tersebut. 2. Pemantauan Penggunaan Kredit Setelah bank memutuskan untuk memberikan kredit kepada debiturnya, bukan berarti bahwa tugas bank sebagai perantara keuangan selesai sampai di situ, melainkan itulah awal mula tugas bank yang sesungguhnya dalam penyaluran kredit. Bank senantiasa harus memantau kredit yang telah disalurkannya. Apakah debitur benar-benar menggunakan kreditnya sesuai dengan permohonan semula, atau digunakan untuk keperluan lain? Bagaimana perkembangan dan prospek usaha debitur?Bagaimana keadaan perekonomian nasional secara keseluruhan, kondusif atau tidak bagi perkembangan usaha debitur?Dan pertanyaan-pertanyaan lain berkaitan dengan prospek kredit yang telah disalurkan oleh bank.Pertanyaan-pertanyaan ini penting dijawab, dalam rangka mengantisipasi kemungkinan tersendat atau macetnya kredit yang telah disalurkan bank. 3. Jaminan Kredit Jaminan kredit (collateral) atau agunan sebenarnya tidaklah mutlak sifatnya, tetapi perlu, guna mengantisipasi kemungkinan tidak tertagihnya kredit yang disalurkan bank. Di samping status dan kondisi jaminan, yang tidak kalah penting untuk diperhatikan oleh bank adalah dalam cara pengikatannya. Pengikatan jaminan kredit ini harus sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.Hal ini berkaitan
  • 6. dengan eksekusi jaminan, apabila kelak debitur ingkar janji (wan prestasi) atau tidak mampu melunasi kreditnya. F. Cara Penyelesaian Kredit Macet Untuk menyelesaikan dan menyelamatkan kredit yang dikategorikan macet, dapat ditempuh usaha-usaha sebagai berikut: (Siamat, 1993, hal 222-223) a. Rescheduling (Penjadwalan Ulang) Yaitu perubahan syarat kredit hanya menyangkut jadwal pembayaran dan atau jangka waktu termasuk masa tenggang (grace period) dan perubahan besarnya angsuran kredit.Tentu tidak kepada semua debitur dapat diberikan kebijakan ini oleh bank, melainkan hanya kepada debitur yang menunjukkan itikad dan karakter yang jujur dan memiliki kemauan untuk membayar atau melunasi kredit (willingness to pay). Di samping itu, usaha debitur juga tidak memerlukan tambahan dana atau likuiditas. b. Reconditioning (Persyaratan Ulang) Yaitu perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu, tingkat suku bunga, penundaan pembayaran sebagian atau seluruh bunga dan persyaratan lainnya. Perubahan syarat kredit tersebut tidak termasuk penambahan dana atau injeksi dan konversi sebagian atau seluruh kredit menjadi ‘equity’ perusahaan. Debitur yang bersifat jujur, terbuka dan ‘cooperative’ yang usahanya sedang mengalami kesulitan keuangan dan diperkirakan masih dapat beroperasi dengan menguntungkan, kreditnya dapat dipertimbangkan untuk dilakukan persyaratan ulang. c. Restructuring (Penataan Ulang) Yaitu perubahan syarat kredit yang menyangkut: Penambahan dana bank, atau Konversi seluruh atau sebagian tunggakan bunga menjadi pokok kredit baru, dan atau Konversi seluruh atau sebagian dari kredit menjadi penyertaan bank atau mengambil partner yang lain untuk menambah penyertaan. d. Liquidation (Liquidasi) Yaitu penjualan barang-barang yang dijadikan jaminan dalam rangka pelunasan utang.Pelaksanaan likuidasi ini dilakukan terhadap kategori kredit yang memang benar-benar menurut bank sudah tidak dapat lagi dibantu untuk disehatkan kembali atau usaha nasabah yang sudah tidak memiliki prospek untuk dikembangkan. Proses likuidasi ini dapat dilakukan dengan menyerahkan penjualan barang tersebut kepada nasabah yang bersangkutan. Sedang bagi bank-bank umum milik negara, proses penjualan barang jaminan dan aset bank dapat diserahkan kepada BPPN, untuk selanjutnya dilakukan eksekusi atau pelelangan. Apakah anda memiliki piutang yang macet?Apakah piutang ini sudah di tahap tak tertagih?Apa reaksi anda dengan piutang macet ini?
  • 7. Hari ini kita akan membahas apa penyebab piutang tak tertagih? Bagaimana mengatasinya secara sistematis?Apa langkah yang sudah terbukti membuahkan hasil positif? Sebut saja perusahaan ABC manufacturing, sebuah pabrik dengan 50 karyawan.Produsen alat-alat welding seperti power sources, peripheral welding manipulator, Electro Mechanical Component ini adalah automatisasi mesin las untuk food and beverage, pharmaceutical, chemical, sanitary industry dan sebagainya.Mereka memiliki lebih dari 250 customer. Gajah beli sama semut Tantangan dari bisnis medium seperti ini adalah tingkat kesulitan mereka saat berhubungan dengan perusahaan farmasi, kimia, atau food and beverage yang berskala besar. Mereka memiliki power karena dominasi pasar yang kuat sehingga supplier yang ingin bekerja sama harus patuh terhadap terms yang sangat ketat dan sepihak. Seperti semut jualan ke gajah, harus menerima nasib ketika gajah mendikte nasib semut. Dengan alasan kompetisi, ABC manufacturing ini mulai menembus beberapa farmasi besar, local maupun multinational dengan menawarkan 30days credit term, dengan termin invoice jatuh tempo 30 hari dan di bayarkan setiap tanggal 15. Meskipun owner dari ABC manufacturing ini tahu bahwa pembayaran biasanya bisa sampai 90 hari setelah invoice di terima. Awalnya terjadi kredit macet Dengan didasari keyakinan karena ini perusahaan besar, tidak mungkin bangkrut, maka term ini di setujui.Singkat cerita, instalasi mesin pertama sukses, dengan kualitas yang meyakinkan. Customer puas, user puas, harga puas, semua paper work sudah di tangani dengan baik, tinggal tunggu maksimum 90 hari. Saat 30 hari, orang keuangan mulai menagih. Jawabannya, ok, sedang di proses. 45 hari, jawabanya masih di proses. 90 hari, owner langsung bicara dengan finance manager customernya dan di jawab dengan tegas, parent company sedang meng-audit keuangan sehingga semua pembayaran harus di tunda sampai audit selesai. Tapi, jangan khawatir, pasti di bayar. Berdasarkan pengalaman saya sebagai seorang pengusaha, business coach dan penulis buku, ada 7 penyebab piutang macet 1. Tidak ada management control 2. Terlalu mudah memberikan kredit 3. Tidak ada alat pantau yang mengukur kondisi keuangan customer 4. Salesman lebih takut tidak jualan daripada takut piutang macet 5. Terus memberi toleransi customer yang ‘nakal’ meskipun sudah jelas macet 6. Salesman dikejar target lalu memaksakan customer yang tidak sanggup membayar untuk diberi kredit besar 7. Memberi piutang adalah satu-satunya strategi untuk menambah omset penjualan Hindari 7 kesalahan fatal dengan berkonsultasi pada orang yang kompeten. Saya memberikan banyak masukan tentang cara mengatasi kredit macet, cashflow problem sampai perusahaan yang menghadapi
  • 8. krisis berkepanjangan dengan metode Coaching yang dikembangkan oleh Top Coach Indonesia. Hasilnya sangat luar biasa, karena pada umumnya ketika kita terjebak masalah, hanya orang luar yang dapat memberi masukan yang netral.