Bionanokomposit sebagai alternatif material semikonduktor
1. RENCANA STUDI
Perhatian terhadap ekologi mendorong usaha untuk menemukan material alami
dankompostibel. Isu biodegradable dan keamanan lingkungan menjadi sangat penting Dalam
beberapa tahun terakhir ini pengembangan material biodegrabdabel yang berasal dari bahan
terbarukan (renewable resources) cukup meningkat . Hal ini dapat dilihat dari jumlah publikasi
yang membahas tentang nanokomposit yang berbasis polimer alami terus meningkat. Untuk
memenuhi kebutuhan material dibidang elektronik dan meningkatnya kepedulian masyarakat
akan kelestarian lingkungan mendorong para peneliti untuk mencari alternatif material
semikonduktor yang baru. Pengembangan material dengan menggunakan teknologi nana yang
disebut bionanokomposit menggunkan bahan polimer alami merupakan salah satu alternatif
untuk memenuhi kebutuhan material yang dapat berfungsi sebagai material semikonduktor
menjadi solusi permasalahan lingkungan. Menghadapi tantangan besar ini, saya termotivasi
untuk belajar lebih jauh mengenai bionanokomposit terutama penerapannya dibidang elektronik.
Universiti Sains Malaysia dengan program studi Master of Science in (Chemical
Engineering) and Petroleum and Gas Processing by Research adalah salah satu dari 3 Universitas
dan program studi yang saya ajukan kepada Mentee Bidik Mimpi. Adapun, proses perkuliahan
dengan program studi yang sudah dijelaskan sebelumnya berdurasi 1-3 tahun lamanya dengan
bentuk studi full time. Pada setiap semesternya, mahasiswa dapat mengontrak paling banyak 30
sks dan saya akan mengontrak sejumlah tersebut. Semester pertama di tahun pertama, sudah
diprogramkan untuk mahasiswa akan diajarkan objects of cultural analysis (12 sks) sebagai mata
kuliah wajib, di samping itu ada kelas pilihan (elective) 12 sks yang dimana saya memilih
Comparative and Cultural Analysis, dan pada kelas tambahan (tutorial) 6 sks, saya memilih
Culture Interpretation and critique: The Poetic of Race and Racism. Pada semester 2, mata kuliah
wajib yang diajarkan adalah Concepts of Cultural Analysis (12 sks), kemudian sama halnya
dengan semester pertama, pada kelas (electives) saya akan mempelajari Comparative Literature
and Translation Studies (12 sks) dan pada kelas tambahan (tutotial) yaitu Sosiolinguistic (6 sks).
Pada tahun kedua, diawali dengan Research Seminar Cultural Analysis (12 sks), serta
pada kelas pilihan (elective) dan kelas tambahan (tutorial), masing-masing saya akan
mempelajari Translation and Adaptation (12 sks) dan European Cultural Policy (6 sks). Pada
semester terakhir, sesuai yang telah diprogramkan oleh universitas, mahasiswa proyek akhir
yaitu Research Project Cultural Analysis (12 sks) dan Research MA Thesis Cultural Analysis (18
sks). Pada proyek akhir tesis tersebut, saya akan mengkaji kebudayaan daerah perbatasan
Indonesia yaitu daerah Talaud, dan judul yang direncanakan untuk diajukan adalah “Analisis
Kebudayaan Tak Benda Daerah Perbatasan Indonesia di Talaud dan Fungsinya dalam
Menggambarkan Identitas Masyarakatnya”.
Selama 2 tahun perkuliahan di Universitas Amsterdam di Belanda, secara sadar studi
kebudayaan pun sebenarnya sudah dijalani mulai dari cara beradaptasi dengan kebudayaan baru
di tempat tersebut. Adapun aktivitas luar studi yang saya akan lakukan adalah mempelajari
2. bahasa Belanda sebagai bukti keberhasilan studi kebudayaan tak berwujud dari negara tersebut.
Di samping itu, saya adalah seorang yang gemar bernyanyi, sehingga klub musik adalah aktivitas
lain yang akan lakukan sebagai awal adaptasi di tempat yang baru tersebut.