SlideShare a Scribd company logo
1 of 51
Download to read offline
Webinar : ACARA WEBINAR
Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Dharma Nusantara, Jakarta
Hari/Tgl : Kamis, 23 Juli 2020
Bersama : I Ketut Donder
Dosen Matakuliah Teologi Hindu dan Kosmologi Hindu
UHN I Gusti Bagus Sugriwa, Denpasar.
SHANTI MANTRA
Oý Dyauá úàntir antarikûaý úàntiá
påthivì úàntir àpaá úàntir
oûadhayaá úàntiá vanaspatayaá úàntir
viúve devaá úàntir brahma úàntiá
sarvaý úàntiá úàntir eva úàntiá
sà mà úàntir edhi
(Yayurveda XXXVI. 17)
Semoga ada kedamaian di Sorga, di angkasa, di
bumi, di dalam air, di dalam semak-semak, di
dalam hutan, di alam Dewa Brahma, semoga di
mana-mana ada kedamaian
FORMULASI
TATANAN BARU
KEMAJUA
JAMAN
TEOLOGI
HINDU
TERWUJUD GENERASI BHAKTI KEPADA TUHAN
DAN CINTA KEPADA TANAH AIR BHKATI TANAH AIR
BHKATI KEPADA TUHAN
1. Berasal dari Putaka Suci
TEOLOGI
Framework Metode Teologi
Dua Ilmu Benteng Teologi:
1. Dogmatika (Mengharuskan);
2. Apologetikan (Memuliakan)
CATATAN PENTING:
Setiap ilmu memiliki prosedur
epistemologinya sendiri
yang juga biasa disebut
Framework.
Demikian pula TEOLOGI
sebagai ilmu
pengetahuan ilmiah
Memiliki langkah-
langkah tatacara
kerja sehingga tampak
sebagai ilmu yang
memiliki objek materi
dan objek formal.
Sehingga akan
Memenuhi syarat:
(1) Berobjek, (2) Bermetode,
(3) Sistematis, (4) Konsisten, (5)
Koheren, (6) Logis atau
Dapat diterima akal sehat,
(7) Bersifat Universal.
1
1. Berasal dari Putaka Suci:
Sesuai konteks tema “Formulasi Konsep Tatanan Baru
sesuai dengan Teologi Hindu”. Maka pertama kita harus
menemukan formulasi itu dalam Pustaka Suci. Karena itu
pertanyaan teologis harus dimulai:
a. Adakah sumber dalam pustaka Hindu yang
membahas tentang “Tatanan Baru”.
b. Dalam mencarinya, dimulai dari Sruti, Smrti, Sila,
Acara, dan Atmanastusti.
c. Karena itu diskusi teologi adalah diskusi tentang
bagaimana menjawab suatu permasalahan dengan
menggunakan sumber komprehensif (teks).
2 2. Dengan Menggunakan Pustaka Suci:
Atas pertanyaan pada bagian (1) maka gunakan
pustaka suci (mantra, sloka) atau derivatnya untuk menjawab
pertanyaan tersebut. Sebagaimana pertanyaan tentang
adakah formulasi konsep tentang “Tatanan Baru”.
Kata “tatanan baru” ini merujuk pada perubahan, maka pilih
mantra, sloka atau yang sepadan dengannya.
Manusmriti I.80-86 sangat jelas
menyatakan bahwa perubahan
terus terjadi secara siklik.
“Hidup mahluk ini, disebut dalam
Veda sebagai hasil dari kegiatan
kerja dan energi (kekuatan moral)
dari mahluk yang menjelma sebanding
dengan (kekuatan etika) dari setiap jaman”.
3 3. Untuk Menyucikan Pustaka Suci:
tasmàc chàstraý pramàóaý te kàryàkàrya-vyavasthitau,
jñàtva úàstra-vidhànoktaý karma kartum ihàrhasi.
(Bhagavadgita XVI.24)
Karena itu, biarlah Pustaka-pustaka suci menjadi petunjukmu untuk
menentukan apa yang boleh dilakukan dan apa yang tak boleh; setelah
mengetahui apa yang dikatakan dalam aturan kitab suci engkau hendaknya
mengerjakannya disini.
Brahma Sutra I.1.3: “sastra yonitvat”
Pustaka suci cara paling baik untuk memahami Tuhan;
tad viddhi praóipàtena paripraúnena sevayà,
upadekûyanti te jñànaý jñàninas tattva-darúinaá
(Bhagavadgita IV.34)
“Pelajarilah (pustaka suci) itu dengan penuh disiplin, dengan bertanya dan dengan
pelayanan; (dengan sikap seperti itu) maka orang bijaksana, yang melihat
kebenaran, akan mengajarkan kepadamu pengetahuan itu”.
4 4. Demi Keyakinan terhadap Pustaka Suci:
MDhs. II. 238: “belajar dari
Apa saja
ye Tvetd>ysUyNtona_nuitîiNt memtm( -
svRDanivmU!a'StaiNvi×nìancets" --32--
ye tv etad abhyasùyanto nànutiûþhanti me matam,
sarva-jñana-vimùðhàýs tàn viddhi naûþan acetasaá.
(Bhagavadgita III.32)
‘Mereka yang mencela ajaran-Ku (pustaka suci) dan tidak mengikutinya,
sesungguhnya mereka bingung, tidak berperasaan dan kehilangan
keyakinan (Pudja (2012); S.Pendit (1994); Maswinara (1997)
Melupakan Veda, menghina Veda, memberikan kesaksian yang salah, membunuh
seorang teman, menyantap makanan yang dilarang atau menelan makanan yang tidak
pantas dimakan adalah enam macam kesalahan yang sama dengan mencuri minum sura
(makanan yang dilarang) (Pudja dan Sudharta, 2004:563).
b[õoJDta vedinNdakO$sa+y' suòÜ/"- gihRtanaÛyojRiG/" surapansmain z$( --57--
brahmoj jñatà vedanindà kauþa sàkûyaý suhådvadhaá,
Garhitànàdyayorjagdhiá suràpànasamàni ûaþ (Manava Dharmasastra XI.57).
5 5. Pertanggungjawaban Intelektual tehadap Pustaka Suci:
yÛdacrit è[eîStÑadevetro jn"-s yTp[ma,' kuäte lokStdnuvtRte --21--
yad-yad àcarati úreûþhas tat-tad evetaro janaá,
sa yat pramàóaý kurute lokas tad anuvartate
(Bhagavadgita III.21).
Apapun juga kebiasaan yang baik itu dilakukan, orang lain
juga akan me-ngikutinya. Teladan apapun yang
dilakukannya, dunia akan mengikutinya.
n bui×.ed'jnyedDana' kmRsi½nam( -jozyeTsvRkmaRi,ivÜaNyuµ"smacrn( --26--
na buddhi-bhedaý janayed ajñànaý karma-saòginàm, joûayet
sarva-karmàói vidvàn yuktaá samàcaran.
(Bhagavadgita III.26)
Mereka yang bijaksana janganlah membingungkan yang bodoh,
yang terikat pada kegiatan kerja; melainkan mengajak semuanya
bekerja dan bekerja sama atas dasar itu.
TANGGUNG
JAWAB PARA
INTELEKTUAL
MENJELASKAN
ISI PUSTAKA
SUCI
4. Demi Keyakinana
Pada Ajaran Agama
Yang Dianut
5. Tanggung Jawab
para Intelektual
menjelaskan
Isi Pustaka Suci
1. BERSUMBER
DARI PUSTAKA
SUCI
2. MENGGUNAKAN
PUSTAKA SUCI
3. MENYUCIKAN
PUSTAKA SUCI 4. KEYAKINAN THDP
PUSTAKA SUCI
5.PERTANGGUNG-JAWABAN
INTELEKTUAL TERHADAP PUSTAKA SUCI.
Karena itu adalah suatu hal
Yang lucu jika dalam
argumenatasi teologis hanya
mengandalkan kemampuan
berdebat tanpa menguasai
teks Pustaka Suci.
Seorang yang
belajar Teologi mutlak
harus banyak membaca teks Pustaka
Suci yang membangun suatu agama !!!

FRAMEWORK EPISTEMOLOGI TEOLOGI:
1. Berasal dari Pustaka Suci (Brh. Sutra I.1.3)
2. Menggunakan Pustaka Suci (Bhg. IX.17: Tuhan adalah Objek Ilmu
Pengetahuan; Bhg. XVI.1: mantap dalam mencari pengetahuan,
berkurban dan mempelajari kitab suci )
3. Untuk Menyucikan Pustaka Suci (Bhagavadgita XVI.23:Orang yang
meninggalkan ajaran kitab suci tidak akan mencapai kesempurnaan;
Brh.Up.IV.4.15; IV.5.12: Tidak akan meninggalkan kepercayaan;
Tuhan sumber ilmu pengetahuan; Mundaka Up. I.1.9 Tuhan
adalahPengetahuan)
4. Demi Keyakinan terhadap Pustaka Suci: tak terbingungkan dan
terhindar dari segala dosa (Bhagavadgita X.3); Pengetahun jaminan
hidup kekal (Isa Upanisad11).
5. Pertanggungjawaban Intelektual tehadap Pustaka Suci (Bhg.X.3;
Bhg. III.21; bijaksana janganlah membingungkan yang bodoh,
memenjadi contoh bagi orang awam, bodhayantaá = mencerahi)
Catur Veda Rujukan Utama Teologi Hindu:
Radhakrishnan (2010:12) menyatakan ada empat buah Veda:
Ågveda sebagian besar berisi nyanyian pemujaan:
Yayurveda berhubungan dengan mantra yajña:
Sàmaveda berisi melodi dan,
Atharvaveda sebagian besar
berisi mantra gaib. Setiap Veda
mempunyai 4 bagian yaitu:
1. Saýhità yang berisi kumpulan nyanyian, rumus
pemujaan, berkat, rumus korban/yajña, doa rutin
2. Bràhmaóa yang berisi prosa yang membicarakan
pentingnya yajña dan upacara-upacara;
3. Àraóyaka atau susastra alas/hutan yang sebagian dimasukkan
ke dalam Bràhmaóa dan sebagiannya lagi berdiri sendiri;
4. Upaniûad.
STRUCTURE OF THE VEDIC KNOWLEDGE
SRUTI
CATUR VEDA UPAVEDA (Peleng.Veda)
RG
VEDA
SAMA
VEDA
YAJUR
VEDA
ATHARVA
VEDA
VEDĀNGGA
(Batangtubuh)
Itihasa
Purana
Arthasastra
Āyurveda
Gandaraveda
Kamasutra
Agama
Siksa (Phonetic)
Vyakarana (Gramar)
Chanda (Song)
Nirukta (Sin-Anon)
Jyotisa (Astronomy)
Kalpa (Ritual)
Ramayana
Maha
Bharata
Maha Purana
Upapurana
Srautrasutra
Guide for Perform the
Yajna
Grysutra
Yajna for House Holder
Sulvasutra
For built Temple or Holy Pl
Dharma Sastra:
20 books of Dh. Sastra
PARAVIDYA
SPIRITUAL
PARAVIDYA
SPIRITUAL
PARA-APARAVIDYA
SCIENCE SPIRITUAL
BHAGAVADGITA SMRTI
APARAVIDYA
SCIENCEAND
TECHNOLOGY
Veda adalah Sumber Seluruh Susastra:
Veda menunjukkan keseluruhan susastra yang terdiri dari dua
bagian yaitu: Mantra dan Bràhmaóa. Mantra datang dari
Yàska yang berasal dari manana atau berpikir, yaitu upaya atau
jalan yang harus dilalui untuk menuju Tuhan.
Bràhmaóa berhubungan dengan pengerjaan yang
sungguh-sungguh dari pemujaan dalam ritual. Bagian-bagian
dari Bràhmaóa disebut Àraóyaka. Mereka yang meneruskan
pelajaran tanpa berumah tangga disebut araóa atau araóamàna.
Mereka yang tinggal dalam pedepokan atau di hutan-hutan di
mana para aranas (orang suci) berdiam disebut araóya. Buah
pikiran mereka terdapat dalam Àraóyaka
(Radhakrishnan, 2010:12).
Tiga Tahapan Mencapai Visi-Tuhan:
Ada tiga tahap disebutkan sebagai persiapan untuk
mendapatkan visi-Tuhan (brahma-sàkûàtkàra), úravaóa atau
pendengaran, manana atau pemikiran dan nididhyàsana atau
perenungan/samàdhi. Langkah pertama adalah mempelajari apa
yang sudah dipikirkan dan dikatakan tentang mata pelajaran
dari sang guru. Kita harus mendengarkannya dengan keyakinan
atau úraddhà.391Úraddhà adalah tindakan dari kemauan,
keinginan dari hati dan bukan berasal dari kecerdasan. Ini
adalah keyakinan tentang keberadaan dari yang di luar sana,
àstikya-buddhiseperti kata Úaýkara.392
(Radhakrishnan, 2010:93)
Keyakinan kepada Para Rsi:
Kita harus memiliki keyakinan tentang integritas dari
para åûi yang rasa tidak mementingkan diri mereka sendiri telah
memungkinkannya untuk memahami Realitas Tertinggi dengan
pengalaman langsung. Pernyataan yang telah mereka rumuskan
dari pengalaman pribadi mereka memberikan kepada kita
pengetahuan dengan penggambaran, sebab kita belum memiliki
visi-langsung tentang kebenaran. Tetapi pengetahuan yang kita
peroleh melalui apa yang kita dengar atau dari laporan bukanlah
tidak bisa dibuktikan. Kebenaran dari pengetahuan Veda bisa
dibuktikan oleh kita apabila kita bersedia untuk memenuhi
beberapa keadaan yang diperlukan.
(Radhakrishnan, 2010:93-94)
Tingkat Kedua dari Berpikir:
Pada tingkat kedua dari manana atau pemikiran, kita
berusaha untuk membentuk gagasan yang jelas dengan
melakukan kesimpulan dari proses yang logis, analogi dan lain-
lain. Selama keyakinan itu teguh, keperluan akan falsafah
tiadalah dirasakan. Dengan menurunnya kepercayaan, semangat
untuk mencari bertambah. Kepercayaan penuh dan tanpa ragu-
ragu pada kekuatan yang melekat pada pengetahuan mendasari
seluruh jalinan intelektual dari Upaniûad. Kebenaran dari
pendapat Veda bisa disimpulkan melalui proses logika.
Mendengarkan susastra bukanlah berarti mengurangi isi
intelektualnya. Dia yang mendengar, mengerti sampai pada satu
tingkatan. Tetapi ketika dia membahas apa yang dia dengar, dia
semakin percaya pada pengetahuan tersebut yang akan semakin
menambah kepercayaannya (Radhakrishnan, 2010:94).
Pentingnya Berpikir Logis:
Keperluan untuk mengadakan penyelidikan yang bersifat
logis sangatlah di perlukan.393 Tanpa hal ini keyakinan akan
menurun tingkatnya menjadi hal yang bersifat mudah percaya
saja. Tanpa bahan yang diberikan oleh keyakinan, pikiran logis
hanya akan menjadi spekulasi saja. Bila susastra mengumumkan
kebenaran dengan pernyataan, falsafah mengukuhkannya
dengan perdebatan.
Úrì Úaòkara berkata: ‘Ketika keduanya, susastra dan
perdebatan dengan akal menunjukkan kesatuan dari àtman, hal
ini dilihat dengan jelas seperti halnya buah bael ditelapak tangan
seseorang.’394 Pada banyak orang Yang Maha Tinggi bukanlah
merupakan kenyataan dari pengalaman langsung; banyak pula
dari mereka yang tidak mau mengakui menerima berlakunya
azas yang tertulis dalam susastra. Untuk mereka perdebatan
memakai logika diperlukan (Radhakrishan, 2010:94).
Perbedaan Sruti dan Smriti:
Perbedaan antara Śruti, apa yang didengar dan smṛti,
apa yang diingat, antara pengalaman langsung dan
penafsiran tradisional, didasarkan atas perbedaan antara
Śravaņa dan manana. Kumpulan dari pengalaman tidaklah
sama dengan kesimpulan teologi. Data pokok adalah Śruti;
mereka menyangkut tentang pengalaman (expriential);
kesimpulan-kesimpulan yang dirumuskan adalah penafsiran
yang berikutnya (yang kedua). Yang pertama mewakili bukti,
yang lainnya mencatat sebuah ajaran. Ketika ada
pertentangan diantara keduanya, kita kembali kepada bukti.
Selalu saja terbuka kesempatan untuk meneliti kembali bukti
dengan semangat baru (Radhakrishnan, 2010:94).
Pertanyaan atas Suatu Ajaran Agama
Berhubungan dengan Sejarah:
Pernyataan yang bersifat ajaran dipengaruhi oleh
keadaan sejarah pada masa hal ini dibuat. Kita harus sanggup
melihat di belakang pernyataan pada kejadian ketika hal ini
ditulis, berdiri diantara ketegangan antara data dan
penafsirannya, bila kita ingin mengerti pentingnya ajaran-
ajaran. Kekurangan dari pada semua skolastisisme, baik
Eropa maupun Asia, adalah bahwasanya itu cenderung untuk
menganggap dirinya sebagai logika yang dingin, yang kejam,
yang bergerak dari satu kedudukan kepada kedudukannya
yang lain dengan kekerasan yang lalim. Hidup adalah
penguasaan pikiran dan bukan sebaliknya (Radhakrishnan,
2010:94-95).
Logika Teologi:
Pengetahuan logis yang diperoleh dari pelajaran atau susastra
dan pencerminan dari ajarannya hanyalah
pelajaran yang bersifat tidak langsung.
Itu bukanlah penangkapan langsung
dari kenyataan. Pikiran haruslah
lulus menjadi yang terealisir.
Buah pikiran yang ada dalam
Upaniśad haruslah secara
imaginatif dicamkan dan
direnungkan. Hal ini seharusnya
diperbolehkan untuk mengendap dengan
dalam dan tertindih sebelum dia diciptakan kembali dalam hidup.
Nididhyàsana adalah proses kesadaran buddhi (kecerdasan) dirubah
menjadi yang vital. Kita melepaskan kebanggaan atas pembelajaran kita
dan memusatkan pikiran kepada kebenaran (Radhakrishnan, 2010:95)
Keyakinan menjadi kenyataan bagi kita melalui
konsentrasi yang teguh pada yang nyata.
Nididhyāsana atau perenungan adalah berbeda
dengan upāsana atau pemujaan. Pemujaan
adalah bantuan terhadap perenungan,
walaupun dia sendiri bukanlah
perenungan. Dalam pemujaan
ada perbedaan antara diri
yang memuja dengan objek
yang dipuja, tetapi dalam perenungan/
samādhi, perbedaan ini dirahasiakan.
Terdapat kesunyian, kedamaian,
di mana jiwa membuka dirinya kepada Tuhan.
Kecerdasan menjadi seperti laut yang tenang tanpa riakan
apapun pada permukaannya (Radhakrishnan, 2010: 95)
Samādhi bukan perdebatan. Dia hanya menempatkan diri
secara tegar di depan kebenaran. Semua tenaga dari pikiran dipusatkan
pada satu objek dengan mengesampingkan
semua yang lain. Kita membiarkan
semua rasa dari gagasan yang
disamadhikan berkembang
pada pikiran. Bahkan upàsana
ditegaskan sebagai aliran yang
terus-menerus dari arus yang
sama dari pikiran. Dia juga adalah
sifat dari samàdhi.Kita bisa mempraktikan
samàdhi ke arah manapun. Pada waktu dan tempat manapun di mana
kita bisa memusatkan pikiran. Di sini proses abstraksi, memencilkan
memencilkan àtman dari obyek, dipergunakan. Pemusatan pikiran
adalah persyaratan untuk pemujaan. Lebih dari sekedar pemusatan
pikiran, dia adalah pemujaan (Radhakrishnan, 2010:95-96).
Pemujaan hanya bisa dilaksanakan total
ketika gangguan pikiran lenyap:
Dalam pemujaan kita harus menghilangkan semua
pikiran yang mengganggu, pengaruh yang mengganggu dan
beristirahat ke dalam diri. Kita dianjurkan untuk
beristirahat di hutan atau di lapangan di mana
dunia dengan hiruk pikuknya menjauh,
dimana matahari dan langit, bumi, dan air,
semuanya berbicara dengan bahasa yang sama,
yang mengingatkan para pencari bahwa dia
dia di sini untuk berkembang layaknya hal-hal
yang tampak disekitarnya. Ketiga tahapan tsb,
seorang guru akan sangat bermanfaat. Hanya
mereka yang bertindak dalam jalan yang benar
bisa disebut sebagai àcàryas (Radhakrishnan, 2010:96)
FOKUS
REFORMULASI
Sesuai tantangan jaman sangat penting,
karena dunia ini tidak selamanya
seindah warna pelangi.
Pergaulan Liar Zone Merah untuk Mencapai Bahagia
Banyak contoh: orang berhasil menjadi milioner yang bergelimangan harta
kekayaan seakan dunia bisa dibeli. Tetapi, akhir hayatnya mengenaskan karena
tidak memiliki pondasi pergaulan yang baik. Pergaulan BEBAS memahami
BAHAGAI atau KEBAHAGIAAN = SUKA atau KESUKAAN.
Satsangh:
Bergaul dengan Orang
Bijak. Relasi, Hubungan,
atau Pergaulan Perlu
Diwaspadai
PERGAULAN MILLENNIAL
(TEKNOLOGI 4.0)
Pada jaman Kåtayuga, tapa lah yang merupakan kebajikan
paling utama, di jaman Tretàyuga dinyatakan pengetahuan (jñàna),
di jaman Dvàpara disebut yajña dan di jaman Kaliyuga dàna lah yang
paling utama (Manava I. Dharmasastra 86).
TAPA
JNANA
TAPA
DANA
UANG ADALAH
SIMBOL
KEBIJAKSANAAN
TEOLOGI
SOSIAL
(Kemanusiaan)
Kampus adalah
produsen
Puncak-puncak
peradaban yang akan
diwariskan, karena
itu kampus
harus kreatif.
Perpikir cerdas,
tanggap, cepat
Ciri era
Teknologi
4.0
KOMPETISI
INDIVIDUAL
KERTA
YUGA
TRERTA
YUGA
DVAPARA YUGA
KALI YUGA
Baik Buruk
Di era Kaliyuga semua orang ngaku benar, yang
sejatinya jauh dari nilai-nilai kebenaran; manusia
tinggal 25% sifar kedewataannya;
Dan 75% dikuasai oleh sifat raksasa.
I.0
2.0
3.0
REALISASI
Walaupun demikian:
Manusia harus terus berkembang secara fisik dan juga
mental spiritual. Berupaya mencari ilmu pengetahuan
fisik dan metafisik atau spiritual.
Setinggi apapun tingkat kesarjanaan seseorang
dan setinggi apapun tingkat spiritual
seseorang pada Era Kaliyua,
tanpa beryajna dana
uang (harta) tidak
ada artinya. 4.0
0.0
DANA (UANG)
DANA (UANG)
DANA
(UANG)
I.0
2.0
3.0
REALISASI
4.0
0.0
CARI
DANA (UANG)
DANA (UANG) DI
DAPAT
DANA
(UANG)
Di jagate twara ada,
ne tan mobah ngawe bangkit,
yan tetep twara melah,
ngawe med manelogin,
kadi surya yan upami,
yan kalitepet satuwuk,
bilih jagate ya rusak,
kebus puwun tan maludih,
sangkan luwung,
pakaryan Ida Hyang Titah.
(Geguritan Sucita I.XX. 2, Pupuh Sinom)
Di dunia ini tidak ada,
Yg statis menyebabkan kemajuan,
Jika stagnan tidaklah baik,
Peyebab suatu kebosanan,
spt matahari jk diupamakan,
Jika tengah hari selamanya,
Bisa jadi dunia ini rusak,
Kepanasan tidak karuan,
sebab semuanya itu sudah sangat baik,
Sebagai karya Tuhan Yang Kuasa.
Sajroning kabyudayan,
sami mobah twara lepih,
ne mapunduh dadi belas,
ne pasah makumpul malih,
tangan suku raga sami,
ugi pasah pacang pungkur,
tuwin sarira lan atma,
tan wangde belas manadi,
salwir unduk,
twara ada tan maobah
(Geguritan Sucita I.XX. 3, Pupuh Sinom)
Sumber sastra Kerarifan
Lokal Bali
Seluruh kebudayaan,
semua berubah tak terkecuali,
yang berkumpul jadi berpisah,
yang berpisah berkumpul lagi,
tangan kaki raga semua,
akan pisah suatu nanti,
Juga badan dan atma,
tidak urung berpisah jadinya,
Seluruh perkara,
tida ada yang tidak berubah
“Tidak ada bencana yang akan menimpa bagi
mereka yang dengan seksama mengikuti adat-adat yang
Terpuji” dan peraturan-peraturan tentang tingkah laku baik, pada
pada mereka yang selalu hatihati menjaga kesucian, pada mereka
yang mengucapkan doa suci serta menghaturkan persembahan
yang ditempatkan pada api suci.
m½lacar yuμana' inTy' c p[ytaTmnam( - jpta' juøta' cWv ivinpato n ivÛte --146--
maògalàcàra yuktànàý nityaý ca prayatàtmanàm,
japatàý juhvatàý caiva vinipàto na vidyate.
(Manava Dharmasastra IV.146)
Dirjen Kebudayaan 1995 (Titib, 2006) Menetapkan 56 Butir Nilai Pendidikan Budi Pekerti
Pikiran
3 Macam
Perkataan
4 Macam
Perbuatan
3 Macam
(Chandogya Up VI.8.7; VI.9.4; VI.10.3; VI.12.3; VI.13.3)
Intisari yang paling halus dari seluruh alam semesta
adalah Atman. Sedangkan Atman tidak lain adalah Brahman.
Jadi menghrmati segalanya sama menghormati diri sendiri
SUSILA MELIPUTI 10
Maha Up. VI-72
(Samaveda)
Hitopadesha
1.3.71:
SUMBER SUSILA DALAM HINDU
KIDUNG TURUN
TIRTHA:
Panglukatan 10
Mala
Tubuh dibersihkan
dengan air,
pikiran disucikan
dengan kebenaran,dan
jiwa manusia
dengan
pelajaran suci dan tapa brata,
serta
kecerdasan
dengan pengetahuan yang benar.
adbhir gàtràói
úuddhyanti
manaá satyena
úuddhyati,
vidyàtapobhyàý
bhùtàtma
buddhir
jñànena úuddhyati.
(Manava Dharmasastra V.109)
1. Merawat tubuh jasmani sesuai dengan ilmu
pengetahuan Kesehatan;
2. Menjaga pikiran agar selalu suci dengan cara
belajar yang benar, bergaul dengan orang yang
benar, dan berlatih agar senantiasa dapat
membedakan mana benar dan mana salah sesuai
kebenaran hati nurani.
3. Merawat Jiwa dengan pelajaran-pelajaran suci
dan melakukan tapa brata atau pengendalian diri.
4. Serta mengasah kecerdasan dengan pengetahuan
yang benar bukan dengan kecurangan.
TEOLOGI HINDU PERUBAHAN JAMAN:
Catur Phalaning Bhakti Wwang atuha
(Empat Macam Pahala Orang Karena Bhakti Kepada Orang Tua)
Ada empat pahala bhakti seorang anak
kepada orang tuanya; keempat pahala itu adalah,
kirti, ayusa, bala, yasa. (1) Kirti artinya mendapat pujian
nama baik, (2) ayusa berarti ‘panjang umur’, (3) bala berarti
mendapatkan ‘kekuatan’ dan (4) yasa berarti mendapat
‘jasa baik’. itulah empat pahala bakti
kepada orang tua.
Kunëng phalaning kabhaktin ring wwang atuha, pàt ikang wrddhi,
pratyëkanya, kìrtì, àyuûa, bala, yaûa, kìrti ngaraning pàleman ring
hayu, àyuûa ngaraning hurip, bala ngaraning kaûaktin, yaca
ngaraning patitinggal rahayu, yatikàwuwuh paripùåna, phalaning
kabhaktin ring wwang àtuha (Sarasamuscaya 250)
Abhivadanasilasya nityam vrddhopasevinah,
catvari tasya vardhante kirtirayuryaso balam.
GENERASI MILLENNIAL PADA MASA
MENDATANG SEMESTINYA SEMAKIN MAMPU
MEMBUKTIKAN KEBENARAN
VEDA MELALUI PENGUASAAN
SAIN DAN TEKNOLOGI:
tasmai sa hovàca: dve vidye veditavye iti
ha sma yad Brahmavido vadanti,
parà caivàparà ca
(Mundaka Up. I.1.4)
“.... dia berkata,
dua macam pengetahuan
(Vidya), yang semestinya
dimengerti, sebagaimana dikatakan
oleh yamg mengerti brahman, bahwa
ada yang lebih tinggi (Para) dan ada
yang lebih rendah (Apara)”.
Kesimpulannya : pengetahuan Niskala dan
pengetahuan Sakala sbg satu kesatuan
APARAVIDYA (Sain
dan Teknologi
Observasi Keluar)
VEDA
dengan
Derivat
VEDA-
ANGGA
UPVEDA
GENERASI MILLENNIAL
YANG HIDUP PADA ERA
TEKNOLOGI 4.0
SEMESTINYA MAKIN
MAMPU MEMBUKTTIKAN
KEBENARAN VEDA
MELALUI PEMAHAMAN
SAIN DAN PENGUASAAN
TEKNOLOGI
Dan caranya berusaha memperoleh sesuatu, hendaklah berdasarkan dharma,
dana yang diperoleh karena usaha, hendaklah dibagi tiga, guna melaksanakan (biaya) mencapai yang
tiga itu; perhatikanlah itu baik-baik. (Sarasamuscaya 261)
Demikianlah hakekatnya maka dibagi tiga (hasil usaha itu), yang satu bagian guna biaya mencapai
dharma, bagian yang kedua adalah biaya untuk memenuhi kama, bagian yang ketiga diuntukkan bagi
melakukan kegiatan usaha dalam bidang artha, ekonomi, agar berkembang kembali demikian
hakekatnya, maka dibagi tiga, bagi orang yang ingin beroleh kebahagiaan (Sarasamuscaya 262)
HARTA
UTPATHU
STITHI
PRALINA
DHARMA
ARTHA
KAMA
30%
30%
30%10%
BIAYA TIDAK
TERDUGA
PANCA YAJNA:
1. Dewa Yajna (6%)
2. Rsi Yajna (6%)
3. Pitra Yajna (6%)
4. Manusia Yajna (6%)
5. Bhuta Yajna (60%)
1. Devosito, Tabungan
2. Membuka Usaha Jasa, Pendidikan,
3. Usaha Ekonomi, dsb.
1. Rumah
2. Makanan, dan kesehatan
3. Pakaian
FOMULASI TATAN BARU DALAM PENGELOLAAN PENDAPATAN KELUARGA
SESUAI SARASAMUSCAYA:
FORMULASI TATANAN BARU DARI 10-AH KE 8-AH
KESIMPULAN (II):
Teologi Hindu memiliki perincian sangat saintifik tentang
menejemen kehidupan. Manajemen kehidupan yang
mempertimbangkan syarat kematangan phisiologi (fisik) dan
psikologi (mental) spiritual dalam ajaran Catur Asrama (MDh.
Dalam mengelola hidup pada tingkat Grihastha Teologi Hindu
memberikan pedoman Catur Purushartha tentang bagaimana
mendapatkan harta benda dan mengelola agar sesuai dengan
pedoman untuk (1) biaya mencapai dharma, (2) memenuhi
kama, (3) untuk melakukan kegiatan usaha dalam bidang artha,
ekonomi, agar berkembang kembali demikian hakekatnya harta,
sehingga dibagi tiga. Inilah konsep untuk memperoleh
kebahagiaan (Sarasamuscaya 262).
Karena itu apapun kesuksesan yang dicapai oleh para generasi mendatang
Tetap berhubungan dengan konsep ini.
Formulasi Pengendalian Diri yang Benar:
Pustaka Manava Dharmasastra II.97 menambahkan
penjelasan slola II.96 dan II. 98 bahwa pengendalian indria itu
tidak hanya belajar Veda atau ber-yajña, melakukan niyama
ataupun tapa. Tetapi, Niyama-brata, yaitu sepuluh macam
tuntutan sikap mental yang harus dipenuhi yaitu (1) dāna
(sedekah), (2) ijva (bersembahyang), (3) tapa (menempa diri
dengan bersemadhi), (4) dhyāna merenung dengan penuh
pemusatan pikiran atau suatu tujuan yang baik), (5) svādhyāya
(mempelajari dan menghayati ajaran-ajaran Veda dan mengenal-
kannya), pasthanigraha (mengendalikan nafsu sex).
(6) Brata atau pengendalian pañca indra dengan taat
pada sumpah, (7) upavasa (berpuasa), (8) mona atau (9)
mauna (mengendalikan kata-kata dengan tidak berkata-kata
yang tidak perlu) dan (10) snāna (membersihkan badan,
misalnya mandi) (Pudja dan Sudartha, 2004:53-54)
Formulasi konsep tatan baru dalam kehidupan perspektif teologi hindu donder
Formulasi konsep tatan baru dalam kehidupan perspektif teologi hindu donder

More Related Content

What's hot

Perbandingan islam dan agama bukan ahli kitab ust yusri
Perbandingan islam dan agama bukan ahli kitab ust yusriPerbandingan islam dan agama bukan ahli kitab ust yusri
Perbandingan islam dan agama bukan ahli kitab ust yusriYusri Mohamad Ramli
 
Hakekat+dan+sumber+kekuatan+ilmu+gaib
Hakekat+dan+sumber+kekuatan+ilmu+gaibHakekat+dan+sumber+kekuatan+ilmu+gaib
Hakekat+dan+sumber+kekuatan+ilmu+gaibradikalzen
 
Hamdi ppt draf tesis
Hamdi ppt draf tesisHamdi ppt draf tesis
Hamdi ppt draf tesishamditutor
 
Hamdi ppt draf tesis
Hamdi ppt draf tesisHamdi ppt draf tesis
Hamdi ppt draf tesishamditutor
 
Makalah filsafat ilmu inda
Makalah filsafat ilmu indaMakalah filsafat ilmu inda
Makalah filsafat ilmu indaFerdy Tohopi
 
Islam merupakan jalan kebahagiaan yang hakiki
Islam merupakan jalan kebahagiaan yang hakikiIslam merupakan jalan kebahagiaan yang hakiki
Islam merupakan jalan kebahagiaan yang hakikiCiMeng Entop
 
Makalah Filsafat Ilmu dan Logika - Manusia menurut Ahli Filsafat
Makalah Filsafat Ilmu dan Logika - Manusia menurut Ahli FilsafatMakalah Filsafat Ilmu dan Logika - Manusia menurut Ahli Filsafat
Makalah Filsafat Ilmu dan Logika - Manusia menurut Ahli FilsafatNasruddin Asnah
 
Astha brata (Kepemimpinan dalam Hindu)
Astha brata (Kepemimpinan dalam Hindu)Astha brata (Kepemimpinan dalam Hindu)
Astha brata (Kepemimpinan dalam Hindu)Wayan Martino
 
Perbedaan tasawuf sunni dengan tasawuf falsafi
Perbedaan tasawuf sunni dengan tasawuf falsafiPerbedaan tasawuf sunni dengan tasawuf falsafi
Perbedaan tasawuf sunni dengan tasawuf falsafiGatot Birowo - STIE AAS
 
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)Erta Erta
 

What's hot (20)

Perbandingan islam dan agama bukan ahli kitab ust yusri
Perbandingan islam dan agama bukan ahli kitab ust yusriPerbandingan islam dan agama bukan ahli kitab ust yusri
Perbandingan islam dan agama bukan ahli kitab ust yusri
 
Hakekat+dan+sumber+kekuatan+ilmu+gaib
Hakekat+dan+sumber+kekuatan+ilmu+gaibHakekat+dan+sumber+kekuatan+ilmu+gaib
Hakekat+dan+sumber+kekuatan+ilmu+gaib
 
Hamdi ppt draf tesis
Hamdi ppt draf tesisHamdi ppt draf tesis
Hamdi ppt draf tesis
 
Hamdi ppt draf tesis
Hamdi ppt draf tesisHamdi ppt draf tesis
Hamdi ppt draf tesis
 
Epistimologi bayani
Epistimologi bayaniEpistimologi bayani
Epistimologi bayani
 
Makalah filsafat ilmu inda
Makalah filsafat ilmu indaMakalah filsafat ilmu inda
Makalah filsafat ilmu inda
 
Islam merupakan jalan kebahagiaan yang hakiki
Islam merupakan jalan kebahagiaan yang hakikiIslam merupakan jalan kebahagiaan yang hakiki
Islam merupakan jalan kebahagiaan yang hakiki
 
Hinduisme abdul
Hinduisme abdulHinduisme abdul
Hinduisme abdul
 
TASAWUF
TASAWUFTASAWUF
TASAWUF
 
Nyaya pptx baru
Nyaya pptx baruNyaya pptx baru
Nyaya pptx baru
 
Makalah Filsafat Ilmu dan Logika - Manusia menurut Ahli Filsafat
Makalah Filsafat Ilmu dan Logika - Manusia menurut Ahli FilsafatMakalah Filsafat Ilmu dan Logika - Manusia menurut Ahli Filsafat
Makalah Filsafat Ilmu dan Logika - Manusia menurut Ahli Filsafat
 
Tri guna
Tri gunaTri guna
Tri guna
 
Filsafat mayavada
Filsafat mayavadaFilsafat mayavada
Filsafat mayavada
 
Silabus kurikulum 2013
Silabus kurikulum 2013Silabus kurikulum 2013
Silabus kurikulum 2013
 
Astha brata (Kepemimpinan dalam Hindu)
Astha brata (Kepemimpinan dalam Hindu)Astha brata (Kepemimpinan dalam Hindu)
Astha brata (Kepemimpinan dalam Hindu)
 
Perbedaan tasawuf sunni dengan tasawuf falsafi
Perbedaan tasawuf sunni dengan tasawuf falsafiPerbedaan tasawuf sunni dengan tasawuf falsafi
Perbedaan tasawuf sunni dengan tasawuf falsafi
 
Materi agama hindu
Materi agama hinduMateri agama hindu
Materi agama hindu
 
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)
0 kajian kritis terhadap epistemologi sains modern (makalah)
 
Brahma, visnu, siva
Brahma, visnu, sivaBrahma, visnu, siva
Brahma, visnu, siva
 
Buddha avatara
Buddha avataraBuddha avatara
Buddha avatara
 

Similar to Formulasi konsep tatan baru dalam kehidupan perspektif teologi hindu donder

Etika dan Moral Agama Hindu
Etika dan Moral Agama HinduEtika dan Moral Agama Hindu
Etika dan Moral Agama HinduThomas Mon
 
RPP Pendidikan Agama Budha dan Budi Pekerti SMP Kelas VIII
RPP Pendidikan Agama Budha dan Budi Pekerti SMP Kelas VIIIRPP Pendidikan Agama Budha dan Budi Pekerti SMP Kelas VIII
RPP Pendidikan Agama Budha dan Budi Pekerti SMP Kelas VIIIDiva Pendidikan
 
MKLH _AGAMA PERSPEKTIF OTAK.docx
MKLH _AGAMA PERSPEKTIF OTAK.docxMKLH _AGAMA PERSPEKTIF OTAK.docx
MKLH _AGAMA PERSPEKTIF OTAK.docxAliasSHI
 
MKLH _AGAMA PERSPEKTIF OTAK.pdf
MKLH _AGAMA PERSPEKTIF OTAK.pdfMKLH _AGAMA PERSPEKTIF OTAK.pdf
MKLH _AGAMA PERSPEKTIF OTAK.pdfAliasSHI
 
MKLH _AGAMA PERSPEKTIF OTAK.pdf
MKLH _AGAMA PERSPEKTIF OTAK.pdfMKLH _AGAMA PERSPEKTIF OTAK.pdf
MKLH _AGAMA PERSPEKTIF OTAK.pdfAliasSHI
 
Naistika Darsana Filsafat Hindu_marselina.pptx
Naistika Darsana Filsafat Hindu_marselina.pptxNaistika Darsana Filsafat Hindu_marselina.pptx
Naistika Darsana Filsafat Hindu_marselina.pptxputusrimarselinawati
 
Bhn bintal ad dharma yatra.pptx
Bhn bintal ad dharma yatra.pptxBhn bintal ad dharma yatra.pptx
Bhn bintal ad dharma yatra.pptxRuby Santamoko
 
Metodologi Study Islam
Metodologi Study IslamMetodologi Study Islam
Metodologi Study IslamAsma'ul Khusna
 
Sumber sumber ilmu tasawuf - akidah akhlak kelas 11
Sumber sumber ilmu tasawuf - akidah akhlak kelas 11Sumber sumber ilmu tasawuf - akidah akhlak kelas 11
Sumber sumber ilmu tasawuf - akidah akhlak kelas 11Khoirul Tamami
 
285985488.pdf
285985488.pdf285985488.pdf
285985488.pdfDaunapel1
 
Agama budha
Agama budhaAgama budha
Agama budhanichira
 
Filsafat, Ilmu dan Agama
Filsafat, Ilmu dan AgamaFilsafat, Ilmu dan Agama
Filsafat, Ilmu dan AgamaNovi Suryani
 

Similar to Formulasi konsep tatan baru dalam kehidupan perspektif teologi hindu donder (20)

Etika dan Moral Agama Hindu
Etika dan Moral Agama HinduEtika dan Moral Agama Hindu
Etika dan Moral Agama Hindu
 
RPP Pendidikan Agama Budha dan Budi Pekerti SMP Kelas VIII
RPP Pendidikan Agama Budha dan Budi Pekerti SMP Kelas VIIIRPP Pendidikan Agama Budha dan Budi Pekerti SMP Kelas VIII
RPP Pendidikan Agama Budha dan Budi Pekerti SMP Kelas VIII
 
Filsafat Pancasila.pdf
Filsafat Pancasila.pdfFilsafat Pancasila.pdf
Filsafat Pancasila.pdf
 
Filsafat Pancasila.docx
Filsafat Pancasila.docxFilsafat Pancasila.docx
Filsafat Pancasila.docx
 
MKLH _AGAMA PERSPEKTIF OTAK.docx
MKLH _AGAMA PERSPEKTIF OTAK.docxMKLH _AGAMA PERSPEKTIF OTAK.docx
MKLH _AGAMA PERSPEKTIF OTAK.docx
 
MKLH _AGAMA PERSPEKTIF OTAK.pdf
MKLH _AGAMA PERSPEKTIF OTAK.pdfMKLH _AGAMA PERSPEKTIF OTAK.pdf
MKLH _AGAMA PERSPEKTIF OTAK.pdf
 
MKLH _AGAMA PERSPEKTIF OTAK.pdf
MKLH _AGAMA PERSPEKTIF OTAK.pdfMKLH _AGAMA PERSPEKTIF OTAK.pdf
MKLH _AGAMA PERSPEKTIF OTAK.pdf
 
Abhyasa yoga
Abhyasa yogaAbhyasa yoga
Abhyasa yoga
 
Filsafat Pancasila.docx
Filsafat Pancasila.docxFilsafat Pancasila.docx
Filsafat Pancasila.docx
 
Naistika Darsana Filsafat Hindu_marselina.pptx
Naistika Darsana Filsafat Hindu_marselina.pptxNaistika Darsana Filsafat Hindu_marselina.pptx
Naistika Darsana Filsafat Hindu_marselina.pptx
 
Bhn bintal ad dharma yatra.pptx
Bhn bintal ad dharma yatra.pptxBhn bintal ad dharma yatra.pptx
Bhn bintal ad dharma yatra.pptx
 
Metodologi Study Islam
Metodologi Study IslamMetodologi Study Islam
Metodologi Study Islam
 
Agama agama
Agama agamaAgama agama
Agama agama
 
91465917 makalah
91465917 makalah91465917 makalah
91465917 makalah
 
Sumber sumber ilmu tasawuf - akidah akhlak kelas 11
Sumber sumber ilmu tasawuf - akidah akhlak kelas 11Sumber sumber ilmu tasawuf - akidah akhlak kelas 11
Sumber sumber ilmu tasawuf - akidah akhlak kelas 11
 
285985488.pdf
285985488.pdf285985488.pdf
285985488.pdf
 
Agama budha
Agama budhaAgama budha
Agama budha
 
Makalah filsafat pancasila
Makalah filsafat pancasilaMakalah filsafat pancasila
Makalah filsafat pancasila
 
Filsafat, Ilmu dan Agama
Filsafat, Ilmu dan AgamaFilsafat, Ilmu dan Agama
Filsafat, Ilmu dan Agama
 
Weda 3. kegiatan belajar 3 ok
Weda 3. kegiatan belajar 3 okWeda 3. kegiatan belajar 3 ok
Weda 3. kegiatan belajar 3 ok
 

More from STAH DN Jakarta

Pemaknaan nyepi dan pandemi kpshd jaksel 2021 untung suhardi
Pemaknaan nyepi dan pandemi kpshd jaksel 2021 untung suhardiPemaknaan nyepi dan pandemi kpshd jaksel 2021 untung suhardi
Pemaknaan nyepi dan pandemi kpshd jaksel 2021 untung suhardiSTAH DN Jakarta
 
Yoga untuk kesehatan final
Yoga untuk kesehatan finalYoga untuk kesehatan final
Yoga untuk kesehatan finalSTAH DN Jakarta
 
Bpjs 15 juli 2020 ade rai
Bpjs 15 juli 2020 ade raiBpjs 15 juli 2020 ade rai
Bpjs 15 juli 2020 ade raiSTAH DN Jakarta
 
Seminar online stah dnj 22 prof kartika
Seminar online stah dnj 22 prof kartikaSeminar online stah dnj 22 prof kartika
Seminar online stah dnj 22 prof kartikaSTAH DN Jakarta
 
Wayan slamet pembimas kalbar
Wayan slamet pembimas kalbarWayan slamet pembimas kalbar
Wayan slamet pembimas kalbarSTAH DN Jakarta
 
Mercedes pmebimas kalsel
Mercedes pmebimas kalselMercedes pmebimas kalsel
Mercedes pmebimas kalselSTAH DN Jakarta
 
Presentation kepemimpinan koheri
Presentation kepemimpinan koheriPresentation kepemimpinan koheri
Presentation kepemimpinan koheriSTAH DN Jakarta
 
Stah psikom di era digital
Stah   psikom di era digitalStah   psikom di era digital
Stah psikom di era digitalSTAH DN Jakarta
 
Dinamika ekonomi hindu dalam perspektif arthasastra
Dinamika ekonomi hindu dalam perspektif arthasastraDinamika ekonomi hindu dalam perspektif arthasastra
Dinamika ekonomi hindu dalam perspektif arthasastraSTAH DN Jakarta
 
Presentation seminar online stah 24 13082020
Presentation seminar online stah 24 13082020Presentation seminar online stah 24 13082020
Presentation seminar online stah 24 13082020STAH DN Jakarta
 
Investing your future wiyadnya
Investing your future wiyadnyaInvesting your future wiyadnya
Investing your future wiyadnyaSTAH DN Jakarta
 
Webinar hindu agama tradisi stah bhatara guru_untung suhardi
Webinar hindu agama tradisi stah bhatara guru_untung suhardiWebinar hindu agama tradisi stah bhatara guru_untung suhardi
Webinar hindu agama tradisi stah bhatara guru_untung suhardiSTAH DN Jakarta
 
Materi ulianta webbinar vcad
Materi ulianta webbinar vcadMateri ulianta webbinar vcad
Materi ulianta webbinar vcadSTAH DN Jakarta
 
Materi diatmika stah dn prep
Materi diatmika stah dn prepMateri diatmika stah dn prep
Materi diatmika stah dn prepSTAH DN Jakarta
 
Ks arsana be successful entrepreneurs
Ks arsana   be successful entrepreneursKs arsana   be successful entrepreneurs
Ks arsana be successful entrepreneursSTAH DN Jakarta
 
Agung webinar komunikasi stah
Agung webinar komunikasi stahAgung webinar komunikasi stah
Agung webinar komunikasi stahSTAH DN Jakarta
 
Indra entrepreneur presentation stah dnj 1 juni 2020
Indra entrepreneur presentation stah dnj 1 juni 2020Indra entrepreneur presentation stah dnj 1 juni 2020
Indra entrepreneur presentation stah dnj 1 juni 2020STAH DN Jakarta
 

More from STAH DN Jakarta (20)

Pemaknaan nyepi dan pandemi kpshd jaksel 2021 untung suhardi
Pemaknaan nyepi dan pandemi kpshd jaksel 2021 untung suhardiPemaknaan nyepi dan pandemi kpshd jaksel 2021 untung suhardi
Pemaknaan nyepi dan pandemi kpshd jaksel 2021 untung suhardi
 
Yoga untuk kesehatan final
Yoga untuk kesehatan finalYoga untuk kesehatan final
Yoga untuk kesehatan final
 
Bpjs 15 juli 2020 ade rai
Bpjs 15 juli 2020 ade raiBpjs 15 juli 2020 ade rai
Bpjs 15 juli 2020 ade rai
 
Seminar online stah dnj 22 prof kartika
Seminar online stah dnj 22 prof kartikaSeminar online stah dnj 22 prof kartika
Seminar online stah dnj 22 prof kartika
 
Wayan slamet pembimas kalbar
Wayan slamet pembimas kalbarWayan slamet pembimas kalbar
Wayan slamet pembimas kalbar
 
Simon pembimas sulsel
Simon pembimas sulselSimon pembimas sulsel
Simon pembimas sulsel
 
Mercedes pmebimas kalsel
Mercedes pmebimas kalselMercedes pmebimas kalsel
Mercedes pmebimas kalsel
 
Presentation kepemimpinan koheri
Presentation kepemimpinan koheriPresentation kepemimpinan koheri
Presentation kepemimpinan koheri
 
Stah psikom di era digital
Stah   psikom di era digitalStah   psikom di era digital
Stah psikom di era digital
 
Komunikasi era digital
Komunikasi era digitalKomunikasi era digital
Komunikasi era digital
 
Dinamika ekonomi hindu dalam perspektif arthasastra
Dinamika ekonomi hindu dalam perspektif arthasastraDinamika ekonomi hindu dalam perspektif arthasastra
Dinamika ekonomi hindu dalam perspektif arthasastra
 
Presentation seminar online stah 24 13082020
Presentation seminar online stah 24 13082020Presentation seminar online stah 24 13082020
Presentation seminar online stah 24 13082020
 
Investing your future wiyadnya
Investing your future wiyadnyaInvesting your future wiyadnya
Investing your future wiyadnya
 
Webinar gunatra
Webinar gunatraWebinar gunatra
Webinar gunatra
 
Webinar hindu agama tradisi stah bhatara guru_untung suhardi
Webinar hindu agama tradisi stah bhatara guru_untung suhardiWebinar hindu agama tradisi stah bhatara guru_untung suhardi
Webinar hindu agama tradisi stah bhatara guru_untung suhardi
 
Materi ulianta webbinar vcad
Materi ulianta webbinar vcadMateri ulianta webbinar vcad
Materi ulianta webbinar vcad
 
Materi diatmika stah dn prep
Materi diatmika stah dn prepMateri diatmika stah dn prep
Materi diatmika stah dn prep
 
Ks arsana be successful entrepreneurs
Ks arsana   be successful entrepreneursKs arsana   be successful entrepreneurs
Ks arsana be successful entrepreneurs
 
Agung webinar komunikasi stah
Agung webinar komunikasi stahAgung webinar komunikasi stah
Agung webinar komunikasi stah
 
Indra entrepreneur presentation stah dnj 1 juni 2020
Indra entrepreneur presentation stah dnj 1 juni 2020Indra entrepreneur presentation stah dnj 1 juni 2020
Indra entrepreneur presentation stah dnj 1 juni 2020
 

Recently uploaded

1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKirwan461475
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfIndri117648
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxRezaWahyuni6
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxalalfardilah
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau tripletMelianaJayasaputra
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...MarwanAnugrah
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASKurniawan Dirham
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxarnisariningsih98
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMmulyadia43
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...Kanaidi ken
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Abdiera
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxErikaPuspita10
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDmawan5982
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggeraksupriadi611
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisNazla aulia
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)3HerisaSintia
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxJamhuriIshak
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 

Recently uploaded (20)

1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAKDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 PENDIDIKAN GURU PENGGERAK
 
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdfdemontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
demontrasi kontekstual modul 1.2.a. 6.pdf
 
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptxMateri Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
Materi Pertemuan Materi Pertemuan 7.pptx
 
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptxPPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
PPT_AKUNTANSI_PAJAK_ATAS_ASET_TETAP.pptx
 
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
04-Gemelli.- kehamilan ganda- duo atau triplet
 
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...Wawasan Nusantara  sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
Wawasan Nusantara sebagai satu kesatuan, politik, ekonomi, sosial, budaya, d...
 
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATASMATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
MATERI EKOSISTEM UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptxMODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
MODUL 2 BAHASA INDONESIA-KELOMPOK 1.pptx
 
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMMLaporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
Laporan Guru Piket untuk Pengisian RHK Guru Pengelolaan KInerja Guru di PMM
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...PELAKSANAAN  + Link2 Materi TRAINING "Effective  SUPERVISORY &  LEADERSHIP Sk...
PELAKSANAAN + Link2 Materi TRAINING "Effective SUPERVISORY & LEADERSHIP Sk...
 
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
Modul Ajar Biologi Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka [abdiera.com]
 
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptxIPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
IPA Kelas 9 BAB 10 - www.ilmuguru.org.pptx
 
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SDtugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
tugas 1 tutorial online anak berkebutuhan khusus di SD
 
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru PenggerakAksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
Aksi Nyata Modul 1.1 Calon Guru Penggerak
 
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara InggrisKelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
Kelompok 4 : Karakteristik Negara Inggris
 
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
Karakteristik Negara Mesir (Geografi Regional Dunia)
 
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptxBAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
BAHAN SOSIALISASI PPDB SMA-SMK NEGERI DISDIKSU TP. 2024-2025 REVISI.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 

Formulasi konsep tatan baru dalam kehidupan perspektif teologi hindu donder

  • 1.
  • 2. Webinar : ACARA WEBINAR Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Dharma Nusantara, Jakarta Hari/Tgl : Kamis, 23 Juli 2020 Bersama : I Ketut Donder Dosen Matakuliah Teologi Hindu dan Kosmologi Hindu UHN I Gusti Bagus Sugriwa, Denpasar.
  • 3. SHANTI MANTRA Oý Dyauá úàntir antarikûaý úàntiá påthivì úàntir àpaá úàntir oûadhayaá úàntiá vanaspatayaá úàntir viúve devaá úàntir brahma úàntiá sarvaý úàntiá úàntir eva úàntiá sà mà úàntir edhi (Yayurveda XXXVI. 17) Semoga ada kedamaian di Sorga, di angkasa, di bumi, di dalam air, di dalam semak-semak, di dalam hutan, di alam Dewa Brahma, semoga di mana-mana ada kedamaian
  • 4. FORMULASI TATANAN BARU KEMAJUA JAMAN TEOLOGI HINDU TERWUJUD GENERASI BHAKTI KEPADA TUHAN DAN CINTA KEPADA TANAH AIR BHKATI TANAH AIR BHKATI KEPADA TUHAN
  • 5. 1. Berasal dari Putaka Suci TEOLOGI Framework Metode Teologi Dua Ilmu Benteng Teologi: 1. Dogmatika (Mengharuskan); 2. Apologetikan (Memuliakan) CATATAN PENTING: Setiap ilmu memiliki prosedur epistemologinya sendiri yang juga biasa disebut Framework. Demikian pula TEOLOGI sebagai ilmu pengetahuan ilmiah Memiliki langkah- langkah tatacara kerja sehingga tampak sebagai ilmu yang memiliki objek materi dan objek formal. Sehingga akan Memenuhi syarat: (1) Berobjek, (2) Bermetode, (3) Sistematis, (4) Konsisten, (5) Koheren, (6) Logis atau Dapat diterima akal sehat, (7) Bersifat Universal.
  • 6. 1 1. Berasal dari Putaka Suci: Sesuai konteks tema “Formulasi Konsep Tatanan Baru sesuai dengan Teologi Hindu”. Maka pertama kita harus menemukan formulasi itu dalam Pustaka Suci. Karena itu pertanyaan teologis harus dimulai: a. Adakah sumber dalam pustaka Hindu yang membahas tentang “Tatanan Baru”. b. Dalam mencarinya, dimulai dari Sruti, Smrti, Sila, Acara, dan Atmanastusti. c. Karena itu diskusi teologi adalah diskusi tentang bagaimana menjawab suatu permasalahan dengan menggunakan sumber komprehensif (teks).
  • 7. 2 2. Dengan Menggunakan Pustaka Suci: Atas pertanyaan pada bagian (1) maka gunakan pustaka suci (mantra, sloka) atau derivatnya untuk menjawab pertanyaan tersebut. Sebagaimana pertanyaan tentang adakah formulasi konsep tentang “Tatanan Baru”. Kata “tatanan baru” ini merujuk pada perubahan, maka pilih mantra, sloka atau yang sepadan dengannya. Manusmriti I.80-86 sangat jelas menyatakan bahwa perubahan terus terjadi secara siklik. “Hidup mahluk ini, disebut dalam Veda sebagai hasil dari kegiatan kerja dan energi (kekuatan moral) dari mahluk yang menjelma sebanding dengan (kekuatan etika) dari setiap jaman”.
  • 8. 3 3. Untuk Menyucikan Pustaka Suci: tasmàc chàstraý pramàóaý te kàryàkàrya-vyavasthitau, jñàtva úàstra-vidhànoktaý karma kartum ihàrhasi. (Bhagavadgita XVI.24) Karena itu, biarlah Pustaka-pustaka suci menjadi petunjukmu untuk menentukan apa yang boleh dilakukan dan apa yang tak boleh; setelah mengetahui apa yang dikatakan dalam aturan kitab suci engkau hendaknya mengerjakannya disini. Brahma Sutra I.1.3: “sastra yonitvat” Pustaka suci cara paling baik untuk memahami Tuhan; tad viddhi praóipàtena paripraúnena sevayà, upadekûyanti te jñànaý jñàninas tattva-darúinaá (Bhagavadgita IV.34) “Pelajarilah (pustaka suci) itu dengan penuh disiplin, dengan bertanya dan dengan pelayanan; (dengan sikap seperti itu) maka orang bijaksana, yang melihat kebenaran, akan mengajarkan kepadamu pengetahuan itu”.
  • 9. 4 4. Demi Keyakinan terhadap Pustaka Suci: MDhs. II. 238: “belajar dari Apa saja ye Tvetd>ysUyNtona_nuitîiNt memtm( - svRDanivmU!a'StaiNvi×nìancets" --32-- ye tv etad abhyasùyanto nànutiûþhanti me matam, sarva-jñana-vimùðhàýs tàn viddhi naûþan acetasaá. (Bhagavadgita III.32) ‘Mereka yang mencela ajaran-Ku (pustaka suci) dan tidak mengikutinya, sesungguhnya mereka bingung, tidak berperasaan dan kehilangan keyakinan (Pudja (2012); S.Pendit (1994); Maswinara (1997) Melupakan Veda, menghina Veda, memberikan kesaksian yang salah, membunuh seorang teman, menyantap makanan yang dilarang atau menelan makanan yang tidak pantas dimakan adalah enam macam kesalahan yang sama dengan mencuri minum sura (makanan yang dilarang) (Pudja dan Sudharta, 2004:563). b[õoJDta vedinNdakO$sa+y' suòÜ/"- gihRtanaÛyojRiG/" surapansmain z$( --57-- brahmoj jñatà vedanindà kauþa sàkûyaý suhådvadhaá, Garhitànàdyayorjagdhiá suràpànasamàni ûaþ (Manava Dharmasastra XI.57).
  • 10. 5 5. Pertanggungjawaban Intelektual tehadap Pustaka Suci: yÛdacrit è[eîStÑadevetro jn"-s yTp[ma,' kuäte lokStdnuvtRte --21-- yad-yad àcarati úreûþhas tat-tad evetaro janaá, sa yat pramàóaý kurute lokas tad anuvartate (Bhagavadgita III.21). Apapun juga kebiasaan yang baik itu dilakukan, orang lain juga akan me-ngikutinya. Teladan apapun yang dilakukannya, dunia akan mengikutinya. n bui×.ed'jnyedDana' kmRsi½nam( -jozyeTsvRkmaRi,ivÜaNyuµ"smacrn( --26-- na buddhi-bhedaý janayed ajñànaý karma-saòginàm, joûayet sarva-karmàói vidvàn yuktaá samàcaran. (Bhagavadgita III.26) Mereka yang bijaksana janganlah membingungkan yang bodoh, yang terikat pada kegiatan kerja; melainkan mengajak semuanya bekerja dan bekerja sama atas dasar itu. TANGGUNG JAWAB PARA INTELEKTUAL MENJELASKAN ISI PUSTAKA SUCI
  • 11. 4. Demi Keyakinana Pada Ajaran Agama Yang Dianut 5. Tanggung Jawab para Intelektual menjelaskan Isi Pustaka Suci
  • 12. 1. BERSUMBER DARI PUSTAKA SUCI 2. MENGGUNAKAN PUSTAKA SUCI 3. MENYUCIKAN PUSTAKA SUCI 4. KEYAKINAN THDP PUSTAKA SUCI 5.PERTANGGUNG-JAWABAN INTELEKTUAL TERHADAP PUSTAKA SUCI. Karena itu adalah suatu hal Yang lucu jika dalam argumenatasi teologis hanya mengandalkan kemampuan berdebat tanpa menguasai teks Pustaka Suci. Seorang yang belajar Teologi mutlak harus banyak membaca teks Pustaka Suci yang membangun suatu agama !!! 
  • 13. FRAMEWORK EPISTEMOLOGI TEOLOGI: 1. Berasal dari Pustaka Suci (Brh. Sutra I.1.3) 2. Menggunakan Pustaka Suci (Bhg. IX.17: Tuhan adalah Objek Ilmu Pengetahuan; Bhg. XVI.1: mantap dalam mencari pengetahuan, berkurban dan mempelajari kitab suci ) 3. Untuk Menyucikan Pustaka Suci (Bhagavadgita XVI.23:Orang yang meninggalkan ajaran kitab suci tidak akan mencapai kesempurnaan; Brh.Up.IV.4.15; IV.5.12: Tidak akan meninggalkan kepercayaan; Tuhan sumber ilmu pengetahuan; Mundaka Up. I.1.9 Tuhan adalahPengetahuan) 4. Demi Keyakinan terhadap Pustaka Suci: tak terbingungkan dan terhindar dari segala dosa (Bhagavadgita X.3); Pengetahun jaminan hidup kekal (Isa Upanisad11). 5. Pertanggungjawaban Intelektual tehadap Pustaka Suci (Bhg.X.3; Bhg. III.21; bijaksana janganlah membingungkan yang bodoh, memenjadi contoh bagi orang awam, bodhayantaá = mencerahi)
  • 14. Catur Veda Rujukan Utama Teologi Hindu: Radhakrishnan (2010:12) menyatakan ada empat buah Veda: Ågveda sebagian besar berisi nyanyian pemujaan: Yayurveda berhubungan dengan mantra yajña: Sàmaveda berisi melodi dan, Atharvaveda sebagian besar berisi mantra gaib. Setiap Veda mempunyai 4 bagian yaitu: 1. Saýhità yang berisi kumpulan nyanyian, rumus pemujaan, berkat, rumus korban/yajña, doa rutin 2. Bràhmaóa yang berisi prosa yang membicarakan pentingnya yajña dan upacara-upacara; 3. Àraóyaka atau susastra alas/hutan yang sebagian dimasukkan ke dalam Bràhmaóa dan sebagiannya lagi berdiri sendiri; 4. Upaniûad.
  • 15. STRUCTURE OF THE VEDIC KNOWLEDGE SRUTI CATUR VEDA UPAVEDA (Peleng.Veda) RG VEDA SAMA VEDA YAJUR VEDA ATHARVA VEDA VEDĀNGGA (Batangtubuh) Itihasa Purana Arthasastra Āyurveda Gandaraveda Kamasutra Agama Siksa (Phonetic) Vyakarana (Gramar) Chanda (Song) Nirukta (Sin-Anon) Jyotisa (Astronomy) Kalpa (Ritual) Ramayana Maha Bharata Maha Purana Upapurana Srautrasutra Guide for Perform the Yajna Grysutra Yajna for House Holder Sulvasutra For built Temple or Holy Pl Dharma Sastra: 20 books of Dh. Sastra PARAVIDYA SPIRITUAL PARAVIDYA SPIRITUAL PARA-APARAVIDYA SCIENCE SPIRITUAL BHAGAVADGITA SMRTI APARAVIDYA SCIENCEAND TECHNOLOGY
  • 16. Veda adalah Sumber Seluruh Susastra: Veda menunjukkan keseluruhan susastra yang terdiri dari dua bagian yaitu: Mantra dan Bràhmaóa. Mantra datang dari Yàska yang berasal dari manana atau berpikir, yaitu upaya atau jalan yang harus dilalui untuk menuju Tuhan. Bràhmaóa berhubungan dengan pengerjaan yang sungguh-sungguh dari pemujaan dalam ritual. Bagian-bagian dari Bràhmaóa disebut Àraóyaka. Mereka yang meneruskan pelajaran tanpa berumah tangga disebut araóa atau araóamàna. Mereka yang tinggal dalam pedepokan atau di hutan-hutan di mana para aranas (orang suci) berdiam disebut araóya. Buah pikiran mereka terdapat dalam Àraóyaka (Radhakrishnan, 2010:12).
  • 17. Tiga Tahapan Mencapai Visi-Tuhan: Ada tiga tahap disebutkan sebagai persiapan untuk mendapatkan visi-Tuhan (brahma-sàkûàtkàra), úravaóa atau pendengaran, manana atau pemikiran dan nididhyàsana atau perenungan/samàdhi. Langkah pertama adalah mempelajari apa yang sudah dipikirkan dan dikatakan tentang mata pelajaran dari sang guru. Kita harus mendengarkannya dengan keyakinan atau úraddhà.391Úraddhà adalah tindakan dari kemauan, keinginan dari hati dan bukan berasal dari kecerdasan. Ini adalah keyakinan tentang keberadaan dari yang di luar sana, àstikya-buddhiseperti kata Úaýkara.392 (Radhakrishnan, 2010:93)
  • 18. Keyakinan kepada Para Rsi: Kita harus memiliki keyakinan tentang integritas dari para åûi yang rasa tidak mementingkan diri mereka sendiri telah memungkinkannya untuk memahami Realitas Tertinggi dengan pengalaman langsung. Pernyataan yang telah mereka rumuskan dari pengalaman pribadi mereka memberikan kepada kita pengetahuan dengan penggambaran, sebab kita belum memiliki visi-langsung tentang kebenaran. Tetapi pengetahuan yang kita peroleh melalui apa yang kita dengar atau dari laporan bukanlah tidak bisa dibuktikan. Kebenaran dari pengetahuan Veda bisa dibuktikan oleh kita apabila kita bersedia untuk memenuhi beberapa keadaan yang diperlukan. (Radhakrishnan, 2010:93-94)
  • 19. Tingkat Kedua dari Berpikir: Pada tingkat kedua dari manana atau pemikiran, kita berusaha untuk membentuk gagasan yang jelas dengan melakukan kesimpulan dari proses yang logis, analogi dan lain- lain. Selama keyakinan itu teguh, keperluan akan falsafah tiadalah dirasakan. Dengan menurunnya kepercayaan, semangat untuk mencari bertambah. Kepercayaan penuh dan tanpa ragu- ragu pada kekuatan yang melekat pada pengetahuan mendasari seluruh jalinan intelektual dari Upaniûad. Kebenaran dari pendapat Veda bisa disimpulkan melalui proses logika. Mendengarkan susastra bukanlah berarti mengurangi isi intelektualnya. Dia yang mendengar, mengerti sampai pada satu tingkatan. Tetapi ketika dia membahas apa yang dia dengar, dia semakin percaya pada pengetahuan tersebut yang akan semakin menambah kepercayaannya (Radhakrishnan, 2010:94).
  • 20. Pentingnya Berpikir Logis: Keperluan untuk mengadakan penyelidikan yang bersifat logis sangatlah di perlukan.393 Tanpa hal ini keyakinan akan menurun tingkatnya menjadi hal yang bersifat mudah percaya saja. Tanpa bahan yang diberikan oleh keyakinan, pikiran logis hanya akan menjadi spekulasi saja. Bila susastra mengumumkan kebenaran dengan pernyataan, falsafah mengukuhkannya dengan perdebatan. Úrì Úaòkara berkata: ‘Ketika keduanya, susastra dan perdebatan dengan akal menunjukkan kesatuan dari àtman, hal ini dilihat dengan jelas seperti halnya buah bael ditelapak tangan seseorang.’394 Pada banyak orang Yang Maha Tinggi bukanlah merupakan kenyataan dari pengalaman langsung; banyak pula dari mereka yang tidak mau mengakui menerima berlakunya azas yang tertulis dalam susastra. Untuk mereka perdebatan memakai logika diperlukan (Radhakrishan, 2010:94).
  • 21. Perbedaan Sruti dan Smriti: Perbedaan antara Śruti, apa yang didengar dan smṛti, apa yang diingat, antara pengalaman langsung dan penafsiran tradisional, didasarkan atas perbedaan antara Śravaņa dan manana. Kumpulan dari pengalaman tidaklah sama dengan kesimpulan teologi. Data pokok adalah Śruti; mereka menyangkut tentang pengalaman (expriential); kesimpulan-kesimpulan yang dirumuskan adalah penafsiran yang berikutnya (yang kedua). Yang pertama mewakili bukti, yang lainnya mencatat sebuah ajaran. Ketika ada pertentangan diantara keduanya, kita kembali kepada bukti. Selalu saja terbuka kesempatan untuk meneliti kembali bukti dengan semangat baru (Radhakrishnan, 2010:94).
  • 22. Pertanyaan atas Suatu Ajaran Agama Berhubungan dengan Sejarah: Pernyataan yang bersifat ajaran dipengaruhi oleh keadaan sejarah pada masa hal ini dibuat. Kita harus sanggup melihat di belakang pernyataan pada kejadian ketika hal ini ditulis, berdiri diantara ketegangan antara data dan penafsirannya, bila kita ingin mengerti pentingnya ajaran- ajaran. Kekurangan dari pada semua skolastisisme, baik Eropa maupun Asia, adalah bahwasanya itu cenderung untuk menganggap dirinya sebagai logika yang dingin, yang kejam, yang bergerak dari satu kedudukan kepada kedudukannya yang lain dengan kekerasan yang lalim. Hidup adalah penguasaan pikiran dan bukan sebaliknya (Radhakrishnan, 2010:94-95).
  • 23. Logika Teologi: Pengetahuan logis yang diperoleh dari pelajaran atau susastra dan pencerminan dari ajarannya hanyalah pelajaran yang bersifat tidak langsung. Itu bukanlah penangkapan langsung dari kenyataan. Pikiran haruslah lulus menjadi yang terealisir. Buah pikiran yang ada dalam Upaniśad haruslah secara imaginatif dicamkan dan direnungkan. Hal ini seharusnya diperbolehkan untuk mengendap dengan dalam dan tertindih sebelum dia diciptakan kembali dalam hidup. Nididhyàsana adalah proses kesadaran buddhi (kecerdasan) dirubah menjadi yang vital. Kita melepaskan kebanggaan atas pembelajaran kita dan memusatkan pikiran kepada kebenaran (Radhakrishnan, 2010:95)
  • 24. Keyakinan menjadi kenyataan bagi kita melalui konsentrasi yang teguh pada yang nyata. Nididhyāsana atau perenungan adalah berbeda dengan upāsana atau pemujaan. Pemujaan adalah bantuan terhadap perenungan, walaupun dia sendiri bukanlah perenungan. Dalam pemujaan ada perbedaan antara diri yang memuja dengan objek yang dipuja, tetapi dalam perenungan/ samādhi, perbedaan ini dirahasiakan. Terdapat kesunyian, kedamaian, di mana jiwa membuka dirinya kepada Tuhan. Kecerdasan menjadi seperti laut yang tenang tanpa riakan apapun pada permukaannya (Radhakrishnan, 2010: 95)
  • 25. Samādhi bukan perdebatan. Dia hanya menempatkan diri secara tegar di depan kebenaran. Semua tenaga dari pikiran dipusatkan pada satu objek dengan mengesampingkan semua yang lain. Kita membiarkan semua rasa dari gagasan yang disamadhikan berkembang pada pikiran. Bahkan upàsana ditegaskan sebagai aliran yang terus-menerus dari arus yang sama dari pikiran. Dia juga adalah sifat dari samàdhi.Kita bisa mempraktikan samàdhi ke arah manapun. Pada waktu dan tempat manapun di mana kita bisa memusatkan pikiran. Di sini proses abstraksi, memencilkan memencilkan àtman dari obyek, dipergunakan. Pemusatan pikiran adalah persyaratan untuk pemujaan. Lebih dari sekedar pemusatan pikiran, dia adalah pemujaan (Radhakrishnan, 2010:95-96).
  • 26. Pemujaan hanya bisa dilaksanakan total ketika gangguan pikiran lenyap: Dalam pemujaan kita harus menghilangkan semua pikiran yang mengganggu, pengaruh yang mengganggu dan beristirahat ke dalam diri. Kita dianjurkan untuk beristirahat di hutan atau di lapangan di mana dunia dengan hiruk pikuknya menjauh, dimana matahari dan langit, bumi, dan air, semuanya berbicara dengan bahasa yang sama, yang mengingatkan para pencari bahwa dia dia di sini untuk berkembang layaknya hal-hal yang tampak disekitarnya. Ketiga tahapan tsb, seorang guru akan sangat bermanfaat. Hanya mereka yang bertindak dalam jalan yang benar bisa disebut sebagai àcàryas (Radhakrishnan, 2010:96) FOKUS
  • 27. REFORMULASI Sesuai tantangan jaman sangat penting, karena dunia ini tidak selamanya seindah warna pelangi.
  • 28.
  • 29. Pergaulan Liar Zone Merah untuk Mencapai Bahagia Banyak contoh: orang berhasil menjadi milioner yang bergelimangan harta kekayaan seakan dunia bisa dibeli. Tetapi, akhir hayatnya mengenaskan karena tidak memiliki pondasi pergaulan yang baik. Pergaulan BEBAS memahami BAHAGAI atau KEBAHAGIAAN = SUKA atau KESUKAAN. Satsangh: Bergaul dengan Orang Bijak. Relasi, Hubungan, atau Pergaulan Perlu Diwaspadai PERGAULAN MILLENNIAL (TEKNOLOGI 4.0)
  • 30. Pada jaman Kåtayuga, tapa lah yang merupakan kebajikan paling utama, di jaman Tretàyuga dinyatakan pengetahuan (jñàna), di jaman Dvàpara disebut yajña dan di jaman Kaliyuga dàna lah yang paling utama (Manava I. Dharmasastra 86). TAPA JNANA TAPA DANA UANG ADALAH SIMBOL KEBIJAKSANAAN TEOLOGI SOSIAL (Kemanusiaan)
  • 31. Kampus adalah produsen Puncak-puncak peradaban yang akan diwariskan, karena itu kampus harus kreatif. Perpikir cerdas, tanggap, cepat Ciri era Teknologi 4.0
  • 33. KERTA YUGA TRERTA YUGA DVAPARA YUGA KALI YUGA Baik Buruk Di era Kaliyuga semua orang ngaku benar, yang sejatinya jauh dari nilai-nilai kebenaran; manusia tinggal 25% sifar kedewataannya; Dan 75% dikuasai oleh sifat raksasa.
  • 34. I.0 2.0 3.0 REALISASI Walaupun demikian: Manusia harus terus berkembang secara fisik dan juga mental spiritual. Berupaya mencari ilmu pengetahuan fisik dan metafisik atau spiritual. Setinggi apapun tingkat kesarjanaan seseorang dan setinggi apapun tingkat spiritual seseorang pada Era Kaliyua, tanpa beryajna dana uang (harta) tidak ada artinya. 4.0 0.0 DANA (UANG) DANA (UANG) DANA (UANG)
  • 36. Di jagate twara ada, ne tan mobah ngawe bangkit, yan tetep twara melah, ngawe med manelogin, kadi surya yan upami, yan kalitepet satuwuk, bilih jagate ya rusak, kebus puwun tan maludih, sangkan luwung, pakaryan Ida Hyang Titah. (Geguritan Sucita I.XX. 2, Pupuh Sinom) Di dunia ini tidak ada, Yg statis menyebabkan kemajuan, Jika stagnan tidaklah baik, Peyebab suatu kebosanan, spt matahari jk diupamakan, Jika tengah hari selamanya, Bisa jadi dunia ini rusak, Kepanasan tidak karuan, sebab semuanya itu sudah sangat baik, Sebagai karya Tuhan Yang Kuasa.
  • 37. Sajroning kabyudayan, sami mobah twara lepih, ne mapunduh dadi belas, ne pasah makumpul malih, tangan suku raga sami, ugi pasah pacang pungkur, tuwin sarira lan atma, tan wangde belas manadi, salwir unduk, twara ada tan maobah (Geguritan Sucita I.XX. 3, Pupuh Sinom) Sumber sastra Kerarifan Lokal Bali Seluruh kebudayaan, semua berubah tak terkecuali, yang berkumpul jadi berpisah, yang berpisah berkumpul lagi, tangan kaki raga semua, akan pisah suatu nanti, Juga badan dan atma, tidak urung berpisah jadinya, Seluruh perkara, tida ada yang tidak berubah
  • 38. “Tidak ada bencana yang akan menimpa bagi mereka yang dengan seksama mengikuti adat-adat yang Terpuji” dan peraturan-peraturan tentang tingkah laku baik, pada pada mereka yang selalu hatihati menjaga kesucian, pada mereka yang mengucapkan doa suci serta menghaturkan persembahan yang ditempatkan pada api suci. m½lacar yuμana' inTy' c p[ytaTmnam( - jpta' juøta' cWv ivinpato n ivÛte --146-- maògalàcàra yuktànàý nityaý ca prayatàtmanàm, japatàý juhvatàý caiva vinipàto na vidyate. (Manava Dharmasastra IV.146)
  • 39. Dirjen Kebudayaan 1995 (Titib, 2006) Menetapkan 56 Butir Nilai Pendidikan Budi Pekerti Pikiran 3 Macam Perkataan 4 Macam Perbuatan 3 Macam (Chandogya Up VI.8.7; VI.9.4; VI.10.3; VI.12.3; VI.13.3) Intisari yang paling halus dari seluruh alam semesta adalah Atman. Sedangkan Atman tidak lain adalah Brahman. Jadi menghrmati segalanya sama menghormati diri sendiri SUSILA MELIPUTI 10 Maha Up. VI-72 (Samaveda) Hitopadesha 1.3.71: SUMBER SUSILA DALAM HINDU KIDUNG TURUN TIRTHA: Panglukatan 10 Mala
  • 40. Tubuh dibersihkan dengan air, pikiran disucikan dengan kebenaran,dan jiwa manusia dengan pelajaran suci dan tapa brata, serta kecerdasan dengan pengetahuan yang benar. adbhir gàtràói úuddhyanti manaá satyena úuddhyati, vidyàtapobhyàý bhùtàtma buddhir jñànena úuddhyati. (Manava Dharmasastra V.109)
  • 41. 1. Merawat tubuh jasmani sesuai dengan ilmu pengetahuan Kesehatan; 2. Menjaga pikiran agar selalu suci dengan cara belajar yang benar, bergaul dengan orang yang benar, dan berlatih agar senantiasa dapat membedakan mana benar dan mana salah sesuai kebenaran hati nurani. 3. Merawat Jiwa dengan pelajaran-pelajaran suci dan melakukan tapa brata atau pengendalian diri. 4. Serta mengasah kecerdasan dengan pengetahuan yang benar bukan dengan kecurangan.
  • 42. TEOLOGI HINDU PERUBAHAN JAMAN: Catur Phalaning Bhakti Wwang atuha (Empat Macam Pahala Orang Karena Bhakti Kepada Orang Tua) Ada empat pahala bhakti seorang anak kepada orang tuanya; keempat pahala itu adalah, kirti, ayusa, bala, yasa. (1) Kirti artinya mendapat pujian nama baik, (2) ayusa berarti ‘panjang umur’, (3) bala berarti mendapatkan ‘kekuatan’ dan (4) yasa berarti mendapat ‘jasa baik’. itulah empat pahala bakti kepada orang tua. Kunëng phalaning kabhaktin ring wwang atuha, pàt ikang wrddhi, pratyëkanya, kìrtì, àyuûa, bala, yaûa, kìrti ngaraning pàleman ring hayu, àyuûa ngaraning hurip, bala ngaraning kaûaktin, yaca ngaraning patitinggal rahayu, yatikàwuwuh paripùåna, phalaning kabhaktin ring wwang àtuha (Sarasamuscaya 250) Abhivadanasilasya nityam vrddhopasevinah, catvari tasya vardhante kirtirayuryaso balam.
  • 43. GENERASI MILLENNIAL PADA MASA MENDATANG SEMESTINYA SEMAKIN MAMPU MEMBUKTIKAN KEBENARAN VEDA MELALUI PENGUASAAN SAIN DAN TEKNOLOGI: tasmai sa hovàca: dve vidye veditavye iti ha sma yad Brahmavido vadanti, parà caivàparà ca (Mundaka Up. I.1.4) “.... dia berkata, dua macam pengetahuan (Vidya), yang semestinya dimengerti, sebagaimana dikatakan oleh yamg mengerti brahman, bahwa ada yang lebih tinggi (Para) dan ada yang lebih rendah (Apara)”. Kesimpulannya : pengetahuan Niskala dan pengetahuan Sakala sbg satu kesatuan APARAVIDYA (Sain dan Teknologi Observasi Keluar) VEDA dengan Derivat VEDA- ANGGA UPVEDA GENERASI MILLENNIAL YANG HIDUP PADA ERA TEKNOLOGI 4.0 SEMESTINYA MAKIN MAMPU MEMBUKTTIKAN KEBENARAN VEDA MELALUI PEMAHAMAN SAIN DAN PENGUASAAN TEKNOLOGI
  • 44. Dan caranya berusaha memperoleh sesuatu, hendaklah berdasarkan dharma, dana yang diperoleh karena usaha, hendaklah dibagi tiga, guna melaksanakan (biaya) mencapai yang tiga itu; perhatikanlah itu baik-baik. (Sarasamuscaya 261) Demikianlah hakekatnya maka dibagi tiga (hasil usaha itu), yang satu bagian guna biaya mencapai dharma, bagian yang kedua adalah biaya untuk memenuhi kama, bagian yang ketiga diuntukkan bagi melakukan kegiatan usaha dalam bidang artha, ekonomi, agar berkembang kembali demikian hakekatnya, maka dibagi tiga, bagi orang yang ingin beroleh kebahagiaan (Sarasamuscaya 262) HARTA UTPATHU STITHI PRALINA DHARMA ARTHA KAMA 30% 30% 30%10% BIAYA TIDAK TERDUGA PANCA YAJNA: 1. Dewa Yajna (6%) 2. Rsi Yajna (6%) 3. Pitra Yajna (6%) 4. Manusia Yajna (6%) 5. Bhuta Yajna (60%) 1. Devosito, Tabungan 2. Membuka Usaha Jasa, Pendidikan, 3. Usaha Ekonomi, dsb. 1. Rumah 2. Makanan, dan kesehatan 3. Pakaian FOMULASI TATAN BARU DALAM PENGELOLAAN PENDAPATAN KELUARGA SESUAI SARASAMUSCAYA:
  • 45. FORMULASI TATANAN BARU DARI 10-AH KE 8-AH
  • 46.
  • 47.
  • 48. KESIMPULAN (II): Teologi Hindu memiliki perincian sangat saintifik tentang menejemen kehidupan. Manajemen kehidupan yang mempertimbangkan syarat kematangan phisiologi (fisik) dan psikologi (mental) spiritual dalam ajaran Catur Asrama (MDh. Dalam mengelola hidup pada tingkat Grihastha Teologi Hindu memberikan pedoman Catur Purushartha tentang bagaimana mendapatkan harta benda dan mengelola agar sesuai dengan pedoman untuk (1) biaya mencapai dharma, (2) memenuhi kama, (3) untuk melakukan kegiatan usaha dalam bidang artha, ekonomi, agar berkembang kembali demikian hakekatnya harta, sehingga dibagi tiga. Inilah konsep untuk memperoleh kebahagiaan (Sarasamuscaya 262). Karena itu apapun kesuksesan yang dicapai oleh para generasi mendatang Tetap berhubungan dengan konsep ini.
  • 49. Formulasi Pengendalian Diri yang Benar: Pustaka Manava Dharmasastra II.97 menambahkan penjelasan slola II.96 dan II. 98 bahwa pengendalian indria itu tidak hanya belajar Veda atau ber-yajña, melakukan niyama ataupun tapa. Tetapi, Niyama-brata, yaitu sepuluh macam tuntutan sikap mental yang harus dipenuhi yaitu (1) dāna (sedekah), (2) ijva (bersembahyang), (3) tapa (menempa diri dengan bersemadhi), (4) dhyāna merenung dengan penuh pemusatan pikiran atau suatu tujuan yang baik), (5) svādhyāya (mempelajari dan menghayati ajaran-ajaran Veda dan mengenal- kannya), pasthanigraha (mengendalikan nafsu sex). (6) Brata atau pengendalian pañca indra dengan taat pada sumpah, (7) upavasa (berpuasa), (8) mona atau (9) mauna (mengendalikan kata-kata dengan tidak berkata-kata yang tidak perlu) dan (10) snāna (membersihkan badan, misalnya mandi) (Pudja dan Sudartha, 2004:53-54)