1. REFLEKSI NILAI - NILAI
NITISASTRA
DALAM KEPEMIMPINAN HINDU
“DHARMA SEVANAM DI BUMI NUSANTARA” BERLANDASKAN
“NILAI-NILAI KEPEMIMPINAN – NITISASTRA” DI ERA MODERN
Oleh:
Prof. Dr. Ir. I Made Kartika Dhiputra Dipl.-Ing.
06 Agustus 2020
2. BRAHMAVIT APNOTI PARAM
….. OM TAT SAT …..
“ISAWASYAM IDAM SARWAM YATKINCA JAGATYAM
JAGAT, TENA TYAKTENA BHUNJITHA MA GRDAH
KASYA SWID DHANAM”.
( Isa Upanisad I.1 ) / Sukla Yajur Weda / = Wajasaneyi Samhita .
*) (Taitt. Upanisad II.1.1) / Krsna Yajur Weda / = Taittiriya Upanisad.
2
3. PENGERTIAN UMUM NITISATRA
•
Nitisastra (Niti + Sastra) pada hakekatnya adalah
ilmu bangun masyarakat sejahtera mencakup tentang
etika sosial politik yang dikembangkan dari Arthasastra
dan merupakan bagian dari Upaveda (Ayur Weda,
Dhanur Weda, Gandharwa Weda, Artha sastra).
Istilah lain dari Arthasastra adalah : Rajadharma,
Rajaniti, Dandaniti, Nitisara, Nitisastra yang pokok-
pokok pikirannya telah ditulis mulai abad VI SM, dalam
Rg Weda maupun Yajur Weda bagian Vedangga
khususnya dalam Kalpa (Srauta, Grhyasutra,
Dharmasutra,Sulvasutra ) kemudian setiap Yuga
berlaku Dharmasastra (Manawa-, Gautama-,Sankha
Likhita-, Parasara - Dharmasastra)
Kautilya atau Canakya atau Wisnugupta ( ± th 350
SM) menulis kitab Arthasastra,”Canakya Arthsastra”
yang dianggap paling sempurna, sehingga beliau
dianggap Bapak Ilmu Politik Hindu yang tidak ada
bandingnya.
3
4. NITISASTRA dan ARTHSASTRA
• Nitisastra lebih realistis menekankan pada tujuan hidup manusia
dalam kehidupan bermasyarakat didunia ini atau pembangunan
Jagathita (Triwaraga: Dharma, Artha, Kama) dengan tujuan akhir
umat mencapai tujuan Moksha.
• “Niyate anaya iti Nitih” artinya : “Niti berarti dengan mana
dibimbing”, maksudnya dengan ajaran-ajaran Niti, orang-orang
dibimbing ke arah kebaikan, jalan terang, ke arah cinta kasih dan
bhakti pada Tuhan Yang Maha Esa. (ngawongke wong).
• Kautilya Arthasastra mengajarkan tentang pembangunan
Ekonomi, Politik dan Keamanan atau ilmu bangun negara/
masyarakat sejahtera.
• Menurut Goshal, Artha artinya wilayah, sehingga Nitisastra juga
adalah identik dengan Arthasastra, karena untuk membangun
masyarakat sejahtera harus dilihat dari Pembangunan Manusia
seutuhnya, sehingga dibutuhkan berbagai ilmu : ilmu politik,
pemerintahan, hukum, ekonomi, ajaran moral, Etika dan Susila,
budi pekerti, ajaran cinta kasih dan bhakti.
4
5. NITISASTRA DALAM SASTRA HINDU
• Nitisastra dikembangkan dalam berbagai sastra Hindu
maupun dalam tulisan-tulisan keagamaan dimana ajaran
Nitisastra diintegrasikan dengan bidang-bidang yang lain.
Seperti :
Kitab Manawa Dharmasastra, Ramayana Walmiki, Canakya
Niti Sastra , Arthasastra (Skr),
Kekawin Ramayana, Bharatayudha, Arjunawiwaha , Nitisastra
dan Slokantara (Jawa kuno),
Dalam bahasa daerah Bali tertulis kitab : Nitipraja, Rajaniti,
Dharma Sesana, Niti Raja Sesana ( menguraikan Asta Bratha,
Sodasa Bratha, Dharmayudha).
5
6. DHARMA-SEVANAM DI BUMI
PERSADA - NUSANTARA
• Andaikan bumi Persada – Nusantara, bagaikan hamparan yang luas yang sangat subur
dengan iklim dan lingkungan yang mendukung tumbuh dan berkembangnya Dharma-
sevanam dalam manifestasi pengamalan ajaran agama Hindu secara benar, baik, sehat
dan subur, maka yang berperan dan sangat diperlukan umat dalam pengayoman
Prawerti Dharma-sevanam adalah : Acarya, Dhangacara Dwijati dan Brahmasista
yang terhimpun dalam Parisada Keumatan Hindu Nusantara, dan kiranya perlu usaha-
usaha dan kiat-kiat untuk membangun dan mengembangan Organisasi Formal
Keumatan Hindu di Nusantara seperti saat ini mengacu pada makna dari mantram
berikut :
• Samani va akutih, samana hrdayani vah, samanam astu vo mano, yatha va susahasati.
(Rg Veda X. 191.4).
• Suatu kenyataan dilapangan saat ini, masih sangat diperlukan Organisasi Keumatan
Hindu yang kapabel, akseptibel, legitimate, fleksibel serta mempunyai kemauan,
kemampuan dan komitmen yang tinggi dalam menggarap Penyemaian/Penanaman/
• Pemupukan Bibit-bibit unggul Dharma-Sevanam (Dharma Agama dan Dharma
Negara) dibumi Persada – Nusantara ini berlandaskan asas kebijaksanaan : Ber-yadnya
untuk yadnya, dengan motto :
•
“ABHIPRAYAH - SRADHEYAH - MAHADIBYA”
6
7. DHARMA-SEVANAM DI BUMI
PERSADA - NUSANTARA
Dharma Sidhyartha adalah tujuan pengamalan
Dharma-sevanam yang berlandaskan Nitisastra
dalam menegakkan kejujuran, kebenaran dan
kesejahteraan yang berkeadilan dengan suatu
visi : Satyam , Siwam , Sundaram.
Dalam masyarakat, ilmu Nitisastra diterapkan
untuk memupuk bibit unggul jiwa kepemimpinan
yang dibawa sejak lahir,serta meng-eliminir sifat
-sifat buruk yang dipengaruh oleh Tri Guna dan
Karma Wasananya, sehingga terbentuk manusia
yang bermartabat tinggi, mampu bersosialisasi
membentuk Masyarakat Satsangga melalui
proses persuasif dan edukatif…
TATA TATA, ATINTA TATA
TATAS TUTUR, ITI NITI TATA TITI .
7
8. SUATU REFLEKSI NILAI
KEPEMIMPINAN HINDU
• Dalam kakawin Ramayana (I. 3) tertulis dalam
aksara Bali , dengan wirama Sronca yang telah
ditulis kembali dalam huruf latin :
• Guna manta Sang Daḉaratha ,
Wruh sira ring weda bhakti ring dewa,
Tar malupeng pitra puja,
Masih ta sireng swagotra kabeh.
• Apa makna dari sloka tersebut bagi seorang
pemimpin bangsa dalam melaksanakan Dharma
Negara dan Dharma Agama, khusus menurut
ajaran agama Hindu ?
8
9. Kepemimpinan menurut Niti Sastra
• Abhikamika
Pemimpin harus tampil simpatik, berorientasi ke bawah dan
mengutamakan kepentingan rakyat banyak dari pada kepentingan
pribadi atau golongannya.
• Prajna
Pemimpin harus bersikap arif dan bijaksana dan menguasai ilmu
pengetahuan teknologi, agama serta dapat dijadikan panutan bagi
rakyatnya.
• Utsaha
Pemimpin harus proaktif, berinisiatif, kreatif dan inovatif (pelopor
pembaharuan) serta rela mengabdi tanpa pamrih untuk kesejahteraan
rakyat.
• Atma Sampad
Pemimpin mempunyai kepribadian : berintegritas tinggi, moral yang
luhur serta obyektif dan mempunyai wawasan yang jauh ke masa depan
demi kemajuan bangsanya.
• Sakya Samanta
Pemimpin sebagai fungsi kontrol mampu mengawasi bawahan (efektif,
efisien dan ekonomis) dan berani menindak secara adil bagi yang
bersalah tanpa pilih kasih/tegas.
• Aksudra Pari Sakta
Pemimpin harus akomodatif, mampu memadukan perbedaan dengan
permusyawaratan dan pandai berdiplomasi, menyerap aspirasi bawahan
dan rakyatnya. 9
10. Sanghyang Siksa Kandang Karesian
• Naskah berbahasa Sunda Buhun dari tahun 1518 mengandung
rucita (konsep) kepemimpinan yang dapat dijadikan rujukan dalam
upaya memahami citra kepemimpinan tradision
• Nihan sinangguh Dasaprebakti ngaranya, anak bakti di bapa, ewe
bakti disalaki, hulun bakti di pacandaan, sisya bakti di guru, wang
tani bakti di wado,wado bakti di mantri, mantri bakti di nu
nangganan, nu nangganan bakti dimangkubumi, mangkubumi
bakti di ratu, ratu didewata, dewata bakti di hyang, yata sinangguh
dasaprebakti ngaranna.
• Inilah yang disebut Dasarprebakti 'sepuluh kebaktian': Anak
berbakti kepada ayah, istri berbakti kepada suami, hamba berbakti
kepada majikan, siswa berbakti kepada guru, petani berbakti
kepada wado, wado berbakti kepada nu nangganan, nunangganan
berbakti kepada mantri, mantri berbakti kepada mangkabumi,
mangkabumi
berbakti kepada raja, raja berbakti kepada dewata, dewata
berbakti kepada Hyang.
Ya itulah yang disebut Dasaprebakti namanya
• ( * Svami = ngayomi, ngayemi, ngayani ) 10
11. SATYAM , SIWAM, SUNDARAM
• Para Pemimpin seyogyanya memahami dan
merefleksikan ajaran filosofis Trihita Karana
dalam Sikap Kepemimpinannya, karena
sebagai manusia yang ber-adab akan selalu
Eling lan Waspada untuk selalu menjaga
keserasian, keharmonisan, keselarasan dan
keseimbangan dengan sesama manusia,
lingkungan alam semesta dengan segala
isinya serta dengan Sang Pencipta , Tuhan
Yang Maha Esa secara penuh kesadaran,
dan ke-ikhlasan menegakan :
• 1. Kejujuran dan Kebenaran (Satyam) ,
• 2. Kebajikan dan Kebaikan ( Siwam) ,
• 3. Keindahan dan Kebahagiaan (Sundaram)
dengan tanpa mempergunakan Standar
Ganda , karena apa yang dinyatakan oleh
semua inti ajaran agama apapun tentang
kebenaran, kebajikan dan ke-indahan yang
sejati (Satyam, Siwam, Sundaram) pada
hakekatnya adalah sama secara teologis
filosofis-nya.
11
12. KESIMPULAN
Para Pemimpin seyogyanya memahami dan merefleksikan nilai-nilai
ajaran filosofis NITISASTRA dalam Sikap Kepemimpinannya, karena
sebagai manusia yang ber-adab akan selalu Eling lan Waspada
untuk selalu menjaga keserasian, keharmonisan, keselarasan dan
keseimbangan dengan sesama manusia, lingkungan alam semesta
dengan segala isinya serta dengan Sang Pencipta , Tuhan Yang
Maha Esa secara penuh kesadaran, dan ke-ikhlasan (Tri Hita Karana)
• Pelayanan Umat Hindu Dharma - Sevanam di Bumi Persada –
Nusantara ini seharusnya berlandaskan asas Sradha dan Bhakti
dengan Tekad yang Tulus, penuh Keyakinan dan Kebijaksanaan,
dengan motto :
“ABHIPRAYA - SRADHEYA - MAHADIBYA”
• Kesadaran dan solidaritas sosial serta saling keterhubungan ini
melintasi batasan : klan, soroh, marga, dadia, pedarman, suku
bangsa. Dengan kata lain, setiap pemeluk Hindu, dimanapun dia
berada, apapun klan, marga atau suku bangsanya adalah :
SAUDARA BAGI PEMELUK HINDU LAINNYA. 12