Makalah ini membahas tentang ideologi-ideologi di dunia yang menjadi dasar kesinambungan antara hak dan kewajiban. Beberapa ideologi yang dijelaskan antara lain kapitalisme, marxisme, sosialisme, komunisme, anarkisme, fasisme, liberalisme, konservatisme, individualisme, nasionalisme, dan pancasila."
1. MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA
IDEOLOGI DI DUNIA YANG MEJADI DASAR
KESINAMBUNGAN ANTARA HAK DAN KEWAJIBAN
DISUSUN OLEH :
WANDA NUR SAKINAH
TINGKAT 1B TLM
POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
2018/2019
2. ii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan bimbinganya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat dan sebaik mungkin.
Makalah ini saya susun untuk memenuhi nilai dan tugas di mata
kuliah Pendidikan Pancasila yang membahas tentang “Macam-
macam Ideologi di Dunia yang menjadi dasar kesinambungan anatara
hak dan kewajiban”
Harapan saya, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang
berarti dalam pengajaran Pendidikan Pancasila.Meskipun demikian,
saya menyadari bahwa susunan dan materi yang terkandung dalam
makalah ini masih banyak kekurangannya.Untuk itu, segala saran dan
kritik sangat saya harapkan demi perbaikan makalah ini.Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Tangerang, 23 Agustus 2018
Wanda Nur Sainah
3. iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTARISI ................................................................................................................ iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah .....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................1
1.3 Tujuan ..............................................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN IDEOLOGI......................................................................................3
2.2 IDEOLOGI DALAMKEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA.............................3
2.3 MACAM-MACAMIDEOLOGI DI DUNIA ................................................................6
1. Kapitalisme......................................................................................................6
2. Marxisme........................................................................................................7
3. Sosialisme .......................................................................................................7
4. Komunisme .....................................................................................................8
5. Anarkisme.....................................................................................................10
6. Fasisme.........................................................................................................11
7. Liberalism......................................................................................................11
8. Konservatsme................................................................................................13
9. Indivisualisme................................................................................................14
10. Nasionalisme ...............................................................................................14
11. Pancasila.....................................................................................................15
2.4 IDEOLOGI SEBAGAI DASAR DARI KESINAMBUNGAN HAK DAN KEWAJIBAN..........18
2.5 REFLEKSI KRITIS TERHADAP IDEOLOGI...............................................................19
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN...................................................................................................20
3.2 SARAN ............................................................................................................20
DAFTARPUSTAKA
4. 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Banyak macam ideologi di dunia ini. Hampir masing-masing negara
mempunyai ideologi tersendiri yang sesuai dengan negaranya.Karena ideologi
merupakan dasar atau ide atau cita-cita negaratersebut untuk semakin berkembang
dan maju. Namun, dengansemakinberkembangnya zaman, ideologi negara
tersebut tidak boleh hilang dan tetap menjadi pedoman dan tetap tertanam pada
setiap warganya.
Ideologi Negara Indonesia adalah Pancasila. Ideologi pancasila ini
dijadikan sebagai pandangan hidup bagi bangsa Indonesia dalam mengembangkan
negara Indonesia dalam berbagai aspek. Dengan ideologi inilah bangsa Indonesia
bisa mencapai kemerdekaan dan bertambah maju baik dari potensi sumber daya
alam maupun sumberdaya manusianya. Namun, dengan seiring berjalannya
waktu, semakin maju zaman, dan semakin maju teknologi seolah-olah ideologi
pancasila hanya sebagai pelengkap negara agar tampak bahwa Indonesia
merupakan sebuah negara yang merdeka dan mandiri. Banyak tingkah laku baik
kalangan pejabat maupun rakyatnya bertindak tidak sesuai dengan ideologi
pancasila. Ada beberapa faktor mengapa bangsa kita sedikit melenceng dari
ideologi pancasila. Selain berkembangnya ideologi-ideologi luar atau selain
pancasila tetapi juga bangsi Indonesia kurang mengerti ideologinya bahkan tidak
tahu sama sekali. Oleh karena itu penulis membuat makalah ini dengan judul
“Pancasila Sebagai Ideologi Nasional” agar kita mengenal ideologi kita dan
bertindak sesuai dengan ideologi kita.
1.2 Rumusan Masalah
1. Pengertian ideologi?
2. Bagaimana ideologi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?
3. Macam-macam ideologi di dunia?
4. Pentingnya ideologi sebagai dasar dari kesinambungan hak dan
kewajiban?
5. Bagaimana refleksi kritis terhadap ideologi?
5. 2
1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa dapat memahami pengertian ideologi.
2. Agar mahasiswa dapat memahami bagaimana ideologi dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
3. Agar mahasiswa dapat memahami macam-macam ideologi di dunia.
4. Agar mahasiswa dapat memahami pentingnya ideologi sebagai dasar dari
kesinambungan hak dan kewajiban.
5. Agar mahasiswa dapat memahami bagaimana refleksi kritis terhadap
ideologi
6. 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN IDEOLOGI
Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata ideologi sendiri
diciptakan oleh Destus de Tracypada akhir abad ke-18 untuk
mendefinisikan “sains tentang ide“. Ideologi dapat dianggap sebagai visi
yang komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu (bandingkan
Weltanschauung), secara umum (lihat Ideologi dalam kehidupan sehari
hari) dan beberapa arah filosofis (lihat Ideologi politis), atau sekelompok
ide yang diajukan oleh kelas yang dominan pada seluruh anggota
masyarakat. Tujuan utama dibalik ideologi adalah untuk menawarkan
perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem
pemikiran abstrak (tidak hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan
pada masalah publik sehingga membuat konsep ini menjadi inti politik.
Secara implisit setiap pemikiran politik mengikuti sebuah ideologi
walaupun tidak diletakkan sebagai sistem berpikir yang eksplisit.(definisi
ideologi Marxisme).
Ideologi berasal dari kata idea (Inggris), yang artinya gagasan,
pengertian. Kata kerja Yunani oida = mengetahui, melihat dengan budi.
Kata “logi” yang berasal dari bahasa Yunani logos yang artinya
pengetahuan. Jadi Ideologi mempunyai arti pengetahuan tentang gagasan-
gagasan, pengetahuan tentang ide-ide, science of ideas atau ajaran tentang
pengertian-pengertian dasar. Dalam pengertian sehari-hari menurut Kaelan
‘idea’ disamakan artinya dengan cita-cita
2.2 IDEOLOGI DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, kita menjumpai adanya gejala
ideologi tertentu yang dihayati sebagai sumber nilai, sebagai contoh liberalisme di
AS, sosialisme di Kuba dan Pancasila di Indonesia. Satu pertanyaan dapat
ditampilkan di sini, mengapa komunitas politik seperti negara bangsa memerlukan
ideologi?
7. 4
Salah satu ciri yang menandai suatu bangsa adalah kemajemukan yang dapat
berupa a) kemajemukan budaya seperti ras, suku bangsa, agama, bahasa maupun;
b) kemajemukan sosial seperti perbedaan-perbedaan yang diakibatkan oleh
pekerjaan, pendidikan, status ekonomi dan kekuasaan yang dimiliki.
Kejemukan itu tentu saja menimbulkan permasalahan sehubungan dengan
penciptaan identitas bersama, yang merupakan hal mendasar dalam hidup
berbangsa dan bernegara. Permasalahan identitas bersama ini akan semakin jelas
dalam pertanyaan-pertanyaan berikut: bagaimana individu mendefinisikan diri
sebagai warga negara? bagaimana individu terhubung dengan negara? apakah
nilai-nilai etnis dan agama mampu memberikan solidaritas sebangsa? Pertanyaan-
pertanyaan tersebut dapat dikatakan wajar karena kelompok-kelompok
masyarakat memiliki sistem nilai tersendiri yang digunakan untuk mengejar
kepentingan kelompok masing-masing. Mengingat beragamnya sistem nilai yang
dimiliki kelompok masyarakat dan tak jarang pula satu sama lain saling
bertentangan, maka dalam kehidupan, berbangsa dan bernegara memerlukan alat
pemersatu sekaligus suatu identitas bersama sebagai landasan untuk menyusun
tatanan masyarakat.
Dalam kajian yang dilakukan Charles F. Andrain (1992, 82-84) ditemukan empat
tipe nilai yang merupakan sumber pembentuk identitas bersama, keempat nilai
tersebut adalah
1. pertama, nilai primordial yaitu nilai-nilai yang bersumber pada nilai-nilai
yang dihayati oleh kelompok-kelompok etnis
2. kedua, nilai sakral yang berasal dari nilai-nilai agama dan ideologi
3. ketiga, nilai personal, nilai ini akan muncul seiring dengan tampilnya
pemimpin-pemimpin karismatik, yang mampu mempersatukan bangsa
4. keempat, nilai-nilai sipil, nilai ini tidak hanya mengacu pada sikap hormat
dan kesantunan dalam hidup berpolitik tetapi juga mengarah ada penciptaan
sistem politik yang mampu mengembangkan loyalitas warga negara terhadap
sistem politik, sementara ikatan warga terhadap kelompok-kelompok budayanya
tetap dipertahankan. Adapun nilai-nilai sipil yang dipandang penting adalah nilai-
nilai yang mengacu pada tertib hukum, kesejahteraan umum dan disertai dengan
8. 5
pengembangan sistem politik yang berlandaskan pada kekuasaan yang dimiliki
bersama.
Dari keempat tipe nilai, ideologi merupakan bagian dari tipe nilai sakral yang
seperti telah diungkapkan, merupakan salah satu sumber pembentuk identitas
bersama. Ideologi merupakan salah satu tipe nilai yang mengandung cita-cita
yang ingin dicapai dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara (Alfian: 1986). Dengan demikian, melalui ideologi yang dihayati,
suatu masyarakat atau bangsa mengetahui ke arah mana kehidupan bersama
hendak dituju.
Di samping memberikan arah dan tujuan dalam hidup berbangsa dan
bernegara, ideologi juga memiliki fungsi lain yang tak kalah pentingnya. Fungsi
yang perlu ditekankan di sini terkait dengan identitas bangsa karena ideologi
memiliki kecenderungan untuk memisahkan ingroup (kita) dari outgroup (mereka
atau bangsa lain). Oleh karena itu ideologi berfungsi untuk mempersatukan
(Sastrapratedja, 1993; 143).
Dari definisi-definisi yang dirumuskan sebelumnya oleh Heywood, diperkuat
oleh Andrain, Alfian maupun Sastrapratedja, menunjukan bahwa suatu ideologi
(dalam hal ini ideologi nasional) merupakan salah satu sumber identitas bangsa
yang mempersatukan seluruh unsur atau kelompok masyarakat serta menjadi cita-
cita bersama yang ingin dicapai suatu bangsa. Dapat dicontohkan di sini adalah
Pancasila. Dalam perjalanan panjang bangsa Indonesia, Pancasila telah diakui
sebagai ideologi yang membentuk identitas bangsa sekaligus menjadi acuan untuk
membangun tatanan masyarakat yang dicita-citakan. Pengakuan terhadap
Pancasila sebagai ideologi nasional merupakan hasil konsensus seluruh kelompok
masyarakat. Hal ini dapat terjadi karena adanya kesadaran bahwa Pancasila yang
didalamnya terkandung nilai ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
kemanusiaan, kebangsaan, musyawarah dan keadilan sosial, merupakan nilai-nilai
yang dipandang baik, oleh karenanya menjadi tujuan setiap warga negara
Indonesia untuk mengejarnya (Surbakti, 1983: 29).
9. 6
2.3 MACAM-MACAM IDEOLOGI DI DUNIA
Pada pembahasan ini dikemukakan tentang beberapa ideologi besar, yaitu
ideology yang mempunyai pengaruh dan dampak yang sangat kuat kepada
masyarakat termasuk para penganutnya. Sebetulnya tidak mutlak pembahasan
ideologi besar, tetapi walaupun demikian pertimbangannya secara eksistensi
dalam kehidupan masyarakat menunjukkan eksis atau tidak eksistennya suatu
ideologi, pembahasan ini pula sebagai ilustrasi atau paparan historis ideologi-
ideologi di dunia.
Ideologi dalam hal inilah tidak dipandang secara abstrak tetapi harus mampu
terukur terhadap kiprah eksistensinya, sehingga tidak heran apabila Soekarno
pernah mengatakan tentang perseteruan ideologi besar dunia. Beliau mengutif
mengemukakan: “Bertrand Russel pernah menulis, bahwa di dalam sejarah
manusia adalah dua dokumen historis yang sampai sekarang menguasai alam-hati
dan alam-fikirannya bagian-bagian besar dari umat manusia, dan yang bersaingan
hebat satu sama lain. Dan dokumen historis itu ialah ‘declaration of
independence’ Amerika tulisan Thomas Jafferson, dan ‘Manifes Komunis’ tulisan
Karl Marx.” (Dibawah Bendera Revolusi. 1965. Hal: 329).
Untuk mengenal lebih lenjut tentang ideologi di dunia, berikut akan
dikemukakan beberapa faham di dunia, baik yang masih bertahan membasis di
masyarakat dunia maupun yang hanya tercatat dalam sejarah politik dunia.
1. Kapitalisme
Kapitalisme merupakan sebuah sistem yang mulai terinstitusi di Eropa
sekitar abad ke-16 sampai abad ke-19an, yaitu pada masa perkembangan
perbankan komersial Eropa. Menurut faham kapitalis, individu maupun kelompok
dapat bertindak sebagai suatu badan tertentu yang dapat memiliki maupun
melakukan perdagangan benda milik pribadi, terutama barang modal seperti tanah
dan tenaga manusia, pada sebuah pasar bebas di mana harga ditentukan oleh
permintaan dan penawaran, demi menghasilkan keuntungan di mana statusnya
dilindungi oleh negara melalui hak pemilikan serta tunduk kepada hukum negara
atau kepada pihak yang sudah terikat kontrak yang telah disusun secara jelas
kewajibannya baik eksplisit maupun implisit serta tidak semata-mata tergantung
pada kewajiban dan perlindungan yang diberikan oleh kepenguasaan feodal.
10. 7
Dengan demikian kapitalisme sangat berkeyakinan meraih keuntungan dengan
kekuatan kepemilikan modalnya dan menghegemoni para pekerja atau konsumen
untuk selalu tunduk dan memberikan keuntungan terhadap para kapitalis. Negara
yang menganut paham kapitalisme adalah Inggris, Belada, Spanyol, Australia,
Portugis, dan Perancis.
2. Marxisme
Marx memandang suatu masyarakat komunis memiliki segala sesuatunya
untuk suatu kehidupan yang produktivitas dasarnya maksimal. Yang utama,
kebutuhan dasar untuk makan, tempat tinggal, dan pakaian akan disediakan oleh
masyarakat. Barang dan jasa akan diproduksi dengan cara tidak menggunakan
semua energi produktif orang-orang atau merusak motivasi mereka untuk menjadi
kreatif. Marx juga menyebutkan kenapa perilaku akan merubah sesuatu, sehingga
orang-orang akan berpartisipasi dengan sukarela dalam suatu sistem: setiap orang
akan bekerja bersama-sama untuk bagian dalam hari kerja sekarang ini. Marx
meyakini bahwa organisasi produksi yang rasional dalam suatu sistem komunis
akan mengatasi penurunan dan akan mengijinkan pemenuhan potensi sosial
orang-orang. Namun, dalam perkembangannya ajaran Marx atau Marxisme telah
menjadi pembenaran untuk sentralisasi kekuasaan negara ditangan penganut
Partai Komunis.
3. Sosialisme
Sosialisme merupakan merupakan reaksi terhadap revolusi industri dan
akibat-akibatnya. Awal sosialisme yang muncul pada bagian pertama abad ke-19
dikenal sebagai sosialis utopia. Sosialisme ini lebih didasarkan pada pandangan
kemanusiaan (humanitarian). Paham sosialis berkeyakinan perubahan dapat dan
seyogyanya dilakukan dengan cara-cara damai dan demokratis. Paham sosialis
juga lebih luwes dalam hal perjuangan perbaikan nasib buruh secara bertahap.
Istilah sosialisme mencakup berbagai jenis teori ekonomi dan sosial, mulai dari
teori yang menyerukan pemilikan publik dari monopoli kekayaan alam tertentu
sampai teori sepenuhnya Marxis. Banyak jenis sosialisme yang mempunyai
kesamaan dalam seruan mereka akan kepemilikan dan kontrol bersama, paling
tidak terhadap beberapa alat produksi tertentu. Orang-orang sosialis berpendapat
bahwa keperluan bersama akan terpenuhi dengan baik melalui pembagian kerja
11. 8
dan pembagian yang adil dari hasil kerja tersebut. Mereka menambahkan gagasan
tentang pembagian ekonomis dalam konsep politis yang sederajat. Mereka yang
kecewa dengan kondisi sosial yang diakibatkan oleh revolusi industri, seperti
dapat ditemukan dalam beberapa tulisan penulis perancis dan inggris abad ke-19
mulai yang mempertanyakan keadilan dan validitas sistem kapitalis. Di Perancis
kembali pada revolusi tahun 1781 dan pada Francois Babeuf (1760-1797) yang
berpendapat bahwa semua orang mempunyai hak yang sama pada kekayaan diatas
bumi ini. Gagasan bahwa persamaan politik tidak mencukupi bahwa paling tidak
harus ada tingkat persamaan ekonomi tertentu menyebar alam pemikiran perancis
ketika dampak teknologi dirasakan di Benua Eropa. Henri Saint Simon (1760-
1825), aristokrat yang bertempur dengan Lafayette di Amerika, menyarankan
bahwa hak waris seharusnya dihapuskan, bahwa setiap orang seharusnya bekerja,
dan bahwa resep bagi distribusi hasil-hasil produksi adalah “dari tiap-tiap orang
menurut kemampuannya, untuk setiap orang menurut kebutuhannya” Ajaran
tentang Ideologi Sosialisme yaitu :
1. Menciptakan masyarakat sosialis yang dicita-citakan dengan kejernihan dan
kejelasan argument, bukan dengan cara-cara kekerasan dan revolusi.
2. Permasalahan seyogyanya diselesaikan dengan cara demokratis.
Adapun tokoh dan pemikir kaum sosialisme, diantaranya: Francois-Noel Babeuf
(1760-1797), seorang inspirator bagi kaum sosialis aliran keras, Saint-Simon,
Robert Owen (1771-1858), Charles Fourier (1772-1837), seorang sosialis yang
paling utopis, dan seorang feminisme radikal, Etienne Cabet (1788-1856), seorang
pengacara, Louis-Auguste Blanqui (1805-1881), seorang revolusioner yang
hendak mencapai sosialisme melalui pemberontakan kaum buruh. Negara yang
menganut Ideologi Sosialisme adalah negara-negara di Eropa Barat seperti Kuba
dan Venezuela.
4. Komunisme
Komunisme adalah salah satu ideologi di dunia, selain kapitalisme dan
ideologi lainnya. Komunisme lahir sebagai reaksi terhadap kapitalisme di abad
ke-19, yang mana mereka itu mementingkan individu pemilik dan
mengesampingkan buruh. Secara umum komunisme sangat membatasi agama
pada rakyatnya, dengan prinsip agama dianggap candu yang membuat orang
12. 9
berangan-angan yang membatasi rakyatnya dari pemikiran yang rasional dan
nyata Komunisme merupakan faham dari perkembangan pemikiran Marxisme.
Dalam pandangan Marx terdapat beberapa yang menandai transisi dari
Kapitalisme menuju Komunisme yang sebenarnya pencapaian dan konsolidasi
supremasi politik oleh kaum proletariat, sosialisasi alat-alat produksi, dan
akhirnya masyarakat Komunis. Langkah pertama adalah membawa kaum
proletariat pada posisi kelas yang berkuasa dengan merampas kontrol negara.
Pemerintahan oleh proletariat harus menggantikan pemerintahan Borjuis. Paham
komunis lahir sebagai bentuk reaksi atas perkembangan masyarakat kapitalis.
Masyarakat kapitalis merupakan hasil dari suatu ideologi ideologi liberal.
Berkembangnya liberalisme sebagai awal munculnya kapitalisme, mengakibatkan
penderitaan rakyat kecil sehingga komunisme muncul sebagai reaksi atas
penindasan terhadap rakyat kecil oleh kalangan kapitalis yang didukung oleh
pemerintah. Memandang bahwa hakikat, kebebasan dan hak individu itu tidak
ada. Ideologi komunisme mendasarkan pada sebuah keyakinan bahwa manusia
pada hakikatnya adalah makhluk sosial saja. Manusia pada hakikatnya adalah
sekumpulan relasi sehingga yang mutlak adalah komunitas dan bukan
individualitas. Dalam kaitannya dengan negara, bahwa negara dianggap sebagai
manifestasi dari manusia sebagai makhluk sosial. Mengubah masyarakat secara
revolusioner (perubahan secara cepat) harus berakhir dengan kemenangan kaum
proletar. Sehingga pada gilirannya pemerintahan negara harus dipegang oleh
orang-orang yang meletakan kepentingannya pada kelas proletar. Demikian juga
dengan hak asasi manusia dalam negara hanya berpusat pada hak kolektif
sehingga hak individual pada hakikanya tidak ada. Atas dasar pamahaman ini
sebenarnya komunisme adalah anti demokrasi dan hak asasi manusia.
Komunisme: manusia pada hakikatnya adalah hanya sebagai makhluk sosial,
manusia pada hakikatnya adalah merupakan sekumpulan relasi, sehingga yang
mutlak adalah komunitas dan bukannya individualitas, hak milik pribadi tidak
ada, karena hal itu akan menimbulkan kapitalisme. Dengan demikian hak milik
individu harus diganti dengan hak milik kolektif, individualisme diganti dengan
sosialisme komunis, suatu kebaikan hanya pada kepentingan demi keuntungan
kelas masyarakat secara keseluruhan dan negara adalah manifestasi dari manusia
13. 10
sebagai makhluk sosial, mengubah masyarakat secara revolusioner harus berakhir
dengan kemenangan proletar. Pemerintah negara harus dipegang oleh orang-orang
yang meletakan kepentingan pada kelas proletar. Selain itu negara yang menganut
komunisme bersifat atheis bahkan bersifat antitheis, sehingga melarang dan
menekan kehidupan agama.
Adapun ciri pokok pertama ajaran komunisme adalah sifatnya yang ateis,
tidak mengimani Allah. Orang komunis menganggap Tuhan tidak ada, kalau ia
berpikir Tuhan tidak ada. Akan tetapi, kalau ia berpikir Tuhan ada, jadilah Tuhan
ada. Maka, keberadaan Tuhan terserah kepada manusia.
Ciri pokok kedua adalah sifatnya yang kurang menghargai manusia sebagai
individu. Manusia itu seperti mesin. Kalau sudah tua, rusak, jadilah ia rongsokan
tidak berguna seperti rongsokan mesin. Komunisme juga kurang menghargai
individu, terbukti dari ajarannya yang tidak memperbolehkan ia menguasai alat-
alat produksi.
Negara yang masih menganut komunisme adalah Tiongkok, Vietnam,
Korea Utara, Kuba dan Laos.
5. Anarkisme
Istilah anarkisme berasal dari bahasa Yunani an-archos yang artinya tanpa
pemimpin. Orang-orang anarkis percaya bahwa pengesahan atas penggunaan
pemaksaan oleh negara adalah bukan solusi tetapi masalah dalam masyarakat.
(Hendry J. Schmandt. 2005. hal 76). Sedangkan Anarkis berarti orang yang
mempercayai dan menganut anarki. Sedangkan isme sendiri berarti faham atau
ajarannya Jadi, secara keseluruhan Anarkisme yaitu sesuatu faham yang
mempercayai bahwa segala bentuk negara, pemerintahan, dengan kekuasaannya
adalah lembaga-lembaga yang menumbuh suburkan penindasan terhadap
kehidupan, oleh karena itu negara, pemerintahan, beserta perangkatnya harus
dihilangkan/dihancurkan. Anarkisme adalah sebuah sistem sosialis tanpa
pemerintahan. Anarkis adalah teori politik yang bertujuan untuk menciptakan
masyarakat tanpa hirarkis (baik dalam politik, ekonomi, maupun sosial). Para
anarkis berusaha mempertahankan bahwa anarki, ketiadaan aturan-aturan, adalah
sebuah format yang dapat diterapkan dalam sistem sosial dan dapat menciptakan
14. 11
kebebasan individu dan kebersamaan sosial. Anarkis melihat bahwa tujuan akhir
dari kebebasan dan kebersamaan sebagai sebuah kerjasama yang saling
membangun antara satu dengan yang lainnya. Orang-orang anarkis memperluas
pemberontakan mereka terhadap dominasi dari bidang teknologi. Orang-orang
anarkis yang modern tidak menolak teknologi, tetapi mereka melihat teknologi
sebagai suatu fenomena yang berbahaya yang harus digunakan dengan hati-hati
pada tingkat pengijinan kontrol individu dan pemeliharaan nilai-nilai
kemanusiaan.
6. Fasisme
Istilah fasisme membangkitkan kenangan tentang Adolf Hitler dan Benito
Mussolini dan gambaran tentang kediktatoran totaliter di negara Jerman, Italia dan
Jepang selama Perang Dunia II. Fasisme merupakan gabungan dari rasisme,
nasionalisme, dan otoritarisme yang berpusat pada suatu keyakinan mistis
terhadap superioritas sekelompok orang tertentu. Definisi ini diilustrasikan
dengan fasisme di negara Jerman dengan doktrinnya tentang superioritas bangsa
Arya dan keyakinan pada prinsip kediktatoran Fuhrer yang absolut, (hal 168).
Orang-orang fasis percaya bahwa setiap orang mempunyai tingkat kemampuan
yang berbeda-beda. Intinya yaitu bahwa setiap orang harus melakukan usaha yang
terbaik untuk setiap tugas yang diberikan oleh negara kepadanya, (hal 171).
Fasisme berusaha menggabungkan suatu seruan terhadap persatuan dengan
otoritarianisme. Dalam impian orang-orang fasis hanya terdapat solidaritas tetapi
tidak terdapat persamaan, Fascis ini merupakan simbol daripada kekuasaan
pejabat pemerintah. Negara yang menganut paham faiisme adalah Italia, Jerman
dan Jerman.
7. Liberalism
Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas,
dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak
adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama. Liberalisme
menghendaki adanya, pertukaran gagasan yang bebas, ekonomi pasar yang
mendukung usaha pribadi (private enterprise) yang relatif bebas, dan suatu sistem
pemerintahan yang transparan, dan menolak adanya pembatasan terhadap
15. 12
pemilikan individu. Oleh karena itu paham liberalisme lebih lanjut menjadi dasar
bagi tumbuhnya kapitalisme.
Orang-orang liberal klasik bertindak berdasarkan keyakinan bahwa setiap
orang berbagi kapasitas untuk berpikir dan menuntut atas haknya dalam
kebebasan berekspresi. Setiap orang mampu untuk berpikir dan tidak ada
seorangpun yang lebih cocok untuk mengatur seseorang selain dirinya sendiri.
Ideologi liberal berpangkal pada pemikiran, bahwa manusia pada
hakikatnya adalah makhluk individu yang bebas (liberty). Menurut paham
liberalisme, manusia merupakan pribadi yang utuh dan lengkap dan terlepas dari
manusia lainnya. Manusia sebagai individu mempunyai potensi yang senantiasa
berjuang untuk dirinya sendiri. Dalam pengertian inilah maka dalam hidup
masyarakat bersama akan menyimpan potensi konflik, manusia akan menjadi
ancaman bagi manusia lainnya yang menurut istilah Thomas Hobbes disebut
homo homini lupus (manusia menjadi srigala bagi manusia lainnya). Negara
menurut liberalisme harus tetap menjamin kebebasan individu, dan untuk itu
manusia secara bersama-sama mengatur negara.
Dalam hal hubungan agama dengan negara menurut liberalisme, negara
harus memberikan kebebasan bagi warganya untuk memeluk agama dan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing,
bahkan bebas untuk tidak bertuhan (atheis) sekalipun. Selain itu, ada pemisahan
antara nilai-nilai agama dengan negara, nilai-nilai agama tidak boleh
dicampuradukan dengan nilai-nilai duniawi atau kenegaraan, keputusan dan
ketentuan kenegaraan terutama peraturan perundang-undangan sangat ditentukan
oleh kesepakatan individu-individu sebagai warga negaranya. Ciri-cirinya adalah
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk individu yang bebas, manusia
merupakan pribadi yang utuh dan lengkap dan terlepas dari manusia lainnya,
manusia sebagai individu memiliki potensi yang senantiasa berjuang untuk
dirinya, negara harus tetap menjamin kebebasan bagi warganya untuk memeluk
dan beribadah sesuai dengan agama dan keyakinannya dan negara bersifat sekuler,
yakni memisahakan urusan beragama dengan urusan bernegara.
Liberalisme dianut oleh negara-negara di berbagai benua.
16. 13
Benua amerika: Amerika Serikat, Argentina, Bolivia, Brazil, Cili, Cuba,
Kolombia, Ekuador, Honduras, Kanada, Meksiko, Nikaragua, Panama, Paraguay,
Peru, Uruguay, Venezuela Aruba, Bahamas, Republik Dominika, Greenland,
Grenada, Kosta Rika, Puerto Rico Suriname.
Benua eropa: Albania, Armenia, Austria, Belgia, Bulgaria, Kroasia,
Cyprus, Republik Cekoslovakia, Denmark, Estonia, Finlandia, Perancis, Jerman,
Yunani, Hungaria, Islandia, Italia, Latvia, Lithuania, Luxembourg, Macedonia,
Moldova, Netherlands, Norwegia, Polandia, Portugal, Romania, Rusia, Serbia
Montenegro, Slovakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, Switzerland, Ukraina dan
United Kingdom Belarusia, Bosnia-Herzegovina, Kepulauan Faroe, Georgia,
Irlandia dan San Marino.
Benua Asia: India, Iran, Israel, Jepang, Korea Selatan, Filipina, Taiwan,
Thailand, Turki Myanmar, Kamboja, Hong Kong, Malaysia dan Singapura.
Kepulauan Oceania: Australia dan Selandia Baru.
Benua Afrika: Mesir, Senegal dan Afrika Selatan, Aljazair, Angola, Benin,
Burkina Faso, Mantol Verde, Côte D'Ivoire, Equatorial Guinea, Gambia, Ghana,
Kenya, Malawi, Maroko, Mozambik, Seychelles, Tanzania, Tunisia, Zambia dan
Zimbabwe.
8. Konservatsme
Konservatisme adalah sebuah filsafat politik yang mendukung nilai-nilai
tradisional. Istilah ini berasal dari kata dalam bahasa Latin, conservāre,
melestarikan; "menjaga, memelihara, mengamalkan". Karena berbagai budaya
memiliki nilai-nilai yang mapan dan berbeda-beda, kaum konservatif di berbagai
kebudayaan mempunyai tujuan yang berbeda-beda pula. Sebagian pihak
konservatif berusaha melestarikan status quo, sementara yang lainnya berusaha
kembali kepada nilai-nilai dari zaman yang lampau, Orang-orang konservatif
memusatkan konsentrasi mereka pada pembentukan institusi-institusi sosial dan
politis yang akan menghasilkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan yang
terdapat pada setiap kepribadian yang berbeda. Mereka memandang masyarakat
sebagai suatu jaringan rencana, otoritas dan keyakinan tertentu yang timbul dari
kebiasaan, perbedaan kemampuan, dan pembatasan pada rasionalitas manusia.
Daripada memandang individu-individu sebagai alat pemikiran kepentingan
17. 14
pribadi, orang-orang konservatif lebih berpendapat bahwa orang-orang telah
menghabiskan hidupnya untuk berjuang karena adanya dorongan kemauan yang
besar. Kebebasan akademis merupakan konsep yang relatif untuk orang-orang
konservatif, dan kebenaran yang utama tentang kebudayaan tidak boleh disangkal
dengan pengajaran “yang salah”.
9. Indivisualisme
Kaum individualis dikenal sejak jaman konservatif. Dalam masyarakat
yang ideal dari konservatif individualis, terdapat pajak yang kecil, kesejahteraan
yang minimal dan tidak ada wajib militer. Tidak ada keyakinan atau agama yang
dipaksakan. Milik pribadi tidak dapat diganggu gugat.
Mereka para konservatif individualis meyakini akan kebebasan secara individual.
Alasannya didasarkan karena menurutnya setiap individu sangat berbeda dan
unik. Karena pemahaman yang menempatkan kepentingan individu sebagai yang
utama, maka mereka cenderung menginginkan minimalisasi peran pemerintahan,
sebagai tujuan politik utama. Dengan demikian konservatif individualis lebih
memandang pemindahan bahwa kekuasaan pemerintahan harus memberikan
bantuan yang riil terhadap kepentingan pribadi sifat manusia.
Para Individualis akan benar-benar membatasi kemampuan pemerintah
dalam menggunakan kekuasaan politiknya. Mereka memandang pemerintah
sebagai sarana dimana bisnis yang besar bisa memperoleh suatu posisi. Mereka
akan memperkenalkan kompetisi kedalam sistem sekolah tingkat dasar dan
menengah. Mendorong kompetisi antara sekolah-sekolah akan menghasilkan
kualitas yang lebih tinggi. Konservatif individualis percaya pada
ketidaksempurnaan. Dan mereka percaya bahwa harapan terbaik untuk kehidupan
manusia terletak pada kebebasan individual.
10. Nasionalisme
Nasionalisme adalah satu paham yang menciptakan dan mempertahankan
kedaulat sebuah negara (“nation”) dengan mewujudkan satu konsep identitas
bersama untuk sekelompok manusia. Para kaum nasionalis berasumsi bahwa
negara adalah berdasarkan beberapa “kebenaran politik” (political legitimacy).
Bersumber dari teori romantisme yaitu “identitas budaya”, debat liberalisme yang
menganggap kebenaran politik adalah bersumber dari kehendak rakyat, atau
18. 15
gabungan kedua teori itu. Ikatan nasionalisme tumbuh di tengah masyarakat saat
pola pikirnya mulai merosot. Perasaan nasionalistik adalah kuat sehingga diberi
lebih keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan. Penyelenggaraan sebuah
“national state” adalah suatu argumen yang ulung, seolah-olah membentuk
kerajaan yang lebih baik dengan tersendiri. Contohnya nasionalisme Turki dan
Belgia.
11. Pancasila
Pancasila merupakan ideologi bangsa Indonesia yang dikumandangkan
pertama kali oleh Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945, yakni pada saat
berlangsungnya sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI).
Pada awal pidato dalam sidang tersebut, Soekarno menekankan
pentingnya sebuah dasar negara. Istilah dasar negara ini kemudian disamakan
dengan fundamen, filsafat, pemikiran yang mendalam, jiwa dan hasrat yang
mendalam. Sementara di bagian lain, Soekarno juga menyebut dasar negara
sebagai weltanschauung. Weltanschauung menurut Soekarno adalah dasar yang
mempersatukan seluruh perjuangan bangsa karena ia merupakan cita-cita dan
tujuan bersama, yaitu melawan imperialisme bangsa asing dan mencapai
kemerdekaan. Dan perjuangan suatu bangsa senantiasa memiliki karakter sendiri
yang berasal dari kepribadian bangsa. Sesuai dengan rumusan ini, maka sejak
pertama kali dikumandangkan, Pancasila diartikan sebagai ideologi (dalam
arti weltanschauung), yang mencerminkan identitas, kepribadian bangsa sekaligus
merupakan alat pemersatu seluruh bangsa untuk mencapai tujuan perjuangan
kemerdekaan. Tujuan kemerdekaan tersebut seperti tertuang dalam Pembukaan
UUD’45 adalah sebagai berikut : melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian dunia dan keadilan sosial.
Pancasila, secara etimologis berasal dari dua kata yaitu Panca yang berarti
lima dan Sila berarti dasar. Pancasila dari akar kata berarti lima dasar, tepatnya
adalah dasar bagi negara Indonesia yang merdeka.
19. 16
Semenjak dikumandangkan pada tanggal 1 Juni 1945, Pancasila
mengalami beberapakali perubahan urutan sila maupun kata. Dalam rumusan
Soekarno sebagai berikut: 1) Kebangsaan Indonesia, 2) Internasionalisme atau
peri kemanusiaan, 3) Mufakat atau demokrasi, 4) Kesejahteraan sosial dan 5)
Indonesia merdeka dengan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa atau prinsip
Ketuhanan.
Berikut dalam Piagam Jakarta 22 Juni 1945, terdapat perubahan kata
dalam Pancasila sebagai berikut , 1) Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan
syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya, 2) Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3) Persatuan Indonesia, 4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan dan 5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Perubahan berikutnya terlihat dalam Mukaddimah UUD RIS tahun 1950,
di mana kata-kata dalam Pancasila adalah 1) Ketuhanan Yang Maha Esa, 2) Peri
kemanusiaan, 3) Kebangsaan, 4) Kerakyatan dan 5) Keadilan sosial.
Adapun urutan dan kata-kata dalam Pancasila yang digunakan saat ini adalah
seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD’45 yakni 1) Ketuhanan yang Maha
Esa, 2) Kemanusiaan yang adil dan beradab, 3) Persatuan Indonesia, 4)
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijakasanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan 5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Penempatan sila Ketuhanan yang Maha Esa pada sila pertama
dimaksudkan agar tidak hanya menjadi dasar untuk saling menghormati antar
agama, melainkan juga menjadi dasar yang kuat untuk memimpin ke jalan
kebenaran, keadilan, kebaikan, kejujuran dan persaudaraan. Dengan penempatan
sila Ketuhanan di bagian atas dimaksudkan agar negara dan pemerintah mendapat
dasar moral.
Dasar kemanusiaan yang adil dan beradab merupakan kelanjutan dari
praktek hidup dari Ketuhanan Yang Maha Esa. Kedua sila ini bercorak universal,
tidak terikat oleh batas negara maupun bangsa. Dengan sila kedua, maka dalam
perundang-undangan, hak dan kewajiban warga negara diberi tempat seperti
dengan adanya jaminan hak hidup dan hak atas keselamatan seseorang.
20. 17
Dalam sila Persatuan Indonesia, terkandung pengertian bahwa bangsa
Indonesia adalah satu, tak terpecah belah dan hal ini diperkuat dengan lambang
kesatuan Bhinneka Tunggal Ika. Indonesia merupakan kesatuan di tengah luasnya
wilayah dan keragaman suku bangsa, adat, bahasa daerah, agama dan bahasa.
Hanya dengan dasar persatuan ini bangsa dan negara tetap utuh dan bila persatuan
ini terpecah belah, Indonesia pun runtuh. Oleh sebab itu, persatuan Indonesia
merupakan syarat hidup bangsa dan negara Indonesia.
Sila berikutnya, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, menunjukan bahwa kerakyatan yang dianut
oleh bangsa Indonesia bukanlah kerakyatan yang mencari suara terbanyak tapi
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Dengan
sila Ketuhanan dan Kemanusiaan yang adil dan beradab, maka kerakyatan harus
berpijak pada kebenaran, keadilan, kebaikan dan kejujuran. Dasar moral ini akan
memelihara dasar kerakyatan dari bujukan korupsi dan anarki yang senantiasa
mengancam demokrasi. Sila kerakyatan ini juga terkait erat dengan sila kelima,
Keadilan sosial. Untuk mewujudkan tujuan ini, maka demokrasi yang tepat
bukanlah demokrasi liberal ataupun yang bercorak totaliter. Sila kerakyatan dan
keadilan sosial diharapkan mampu mewujudkan demokrasi dan keadilan di bidang
ekonomi bagi seluruh rakyat Indonesia.
Terakhir, sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila ini
merupakan salah satu tujuan negara yakni mencapai Indonesia yang adil dan
makmur, untuk itu menjadi jiwa bagi pasal-pasal dalam UUD’45, seperti dalam
pasal 27 disebutkan bahwa warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.
Dalam masyarakat Indonesia yang majemuk, Pancasila dapat diterima sebagai
ideologi nasional karena sifatnya yang menyatukan berbagai kelompok
masyarakat, memberi arah dan pedoman tingkah laku dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara serta menjadi prosedur penyelesaian konflik (Surbakti, 1992, 48).
21. 18
2.4 IDEOLOGI SEBAGAI DASAR DARI KESINAMBUNGAN HAK DAN
KEWAJIBAN
Makna Penting Ideologi bagi Sebuah Negara
• Ideologi menentukan eksistensi suatu bangsa dan negara
• Ideologi membimbing bangsa dan negara untuk mencapai tujuannya.
• Ideologi terkandung orientasi praksis untuk mewujudkan tujuannegara
• Ideologi menjadi sumber motivasi berbagai kehidupan suatu negara
• Ideologi menjadi realistis, karena bersifat dinamis antara bangsa dan ideologi,
terbuka dan antisipatif, serta adaptif terhadap perubahan sesuai aspirasi
bangsanya.
• Ideologi juga bisa menjadi alat legitimasi yang dogmatis, tertutup dan kaku
untuk menyesuaikan dengan perkembangan kepentingan bangsanya.
Melihat begitu pentingnya makna ideologi bagi sebuah negara maka ideologi juga
sangat penting dalam dasar kesinambungan antara hak dan kewajiban, jika
ideologi yang dipilih oleh suatu negara tidaklah sesuai dengan kondisi negara
tersebut maka proses hak dan kewajiban di negara tersebut tidak akan berjalan
dengan baik dan benar. Contohnya seperti jika Indonesia menerapkan sistem
ideologi liberisme yang mana sistem tersebut menganut makna kebabasan maka
pada proses hak dan kewajiban dalam mengeluaran pendapat tidak akan teratur
dan tidak terkontrol hal tersebut sangat bertolak belakang dengan kepribadian
bangsa Indonesia.
Maka dari itu dalam memilih sebuah ideologi harus di sesuaikan dengan
kehidupan warga negara tersebut dan kepribadian bangsanya agar proses hak dan
kewajiban dapat berjalan dengan baik dan benar sehingga ridak menimbulkan
masaah untuk negara tersebut.
22. 19
2.5 REFLEKSI KRITIS TERHADAP IDEOLOGI
Dari bahasan-bahasan tentang ideologi, baik itu pengertian, bentuk-bentuk
maupun macam-macam ideologi kita dapat memahami bahwa ideologi dapat
ditinjau dari berbagai sudut. Ideologi dapat menjadi sistem pemikiran yang
terbuka dan tertutup, ideologi dapat dimengerti sebagai ilusi, dan beroritntasi pada
kekuasaan di mana dalam bentuk ini, ideologi bersifat menindas. Namun di sisi
lain, ideologi juga dapat menjadi world view, pandangan hidup. Bertolak dari
seluruh pengertian tersebut, maka diperlukan upaya kritis tepatnya refleksi kritis
terhadap ideologi mengingat adanya satu ciri penting yang melekat pada ideologi,
yakni sifatnya yang futuristik (berisi cita-cita tentang tatanan masyarakat yang
baik di masa depan dan merupakan acuan untuk melakukan perubahan politik).
Ideologi berfungsi memberikan harapan akan dunia baru yang lebih baik dari
keadan masa lampau yang kurang ideal, serta memberikan langkah-langkah
strategis untuk mencapai tujuan yang ideal tersebut, maka ideologi sangat menarik
baik rakyat, baik secara rasional maupun emosional. Sering ada kecenderungan
ideologi dikeramatkan, dimitoskan sebagai yang mampu membawa keselamatan
bagi bangsa seluruh umat manusia. Dengan demikian, ideologi diterima sebagai
ajaran suci yang tidak bisa dibantah, tertutup bagi ide dan realitas baru, sehingga
menjadi steril, kaku dan tidak berkembang. Pengaruh ideologi yang sedemikian
besar terhadap masyarakat, sebagai eksesnya bisa terjadi manusia dikorbankan
untuk ideologi, dan bukan ideologi untuk manusia. Dan karena ideologi
menyangkut masalah strategi bernegara, tidak jarang kelompok-kelompok
masyarakat mengunakan ideologi sebagai alat untuk mempertahankan dan
memperoleh kepentingan diri secara sepihak dengan merugikan pihak-pihak
lainnya. Mengatasnamakan serta memperalat ideologi untuk mempertahankan dan
memperoleh kepentingan diri secara sepihak itu akan berakibat terjadinya suatu ”
pengkhianatan” terhadap ilmu dan kebenaran. Misalnya dalam ilmu sejarah
seringkali terjadi ”penggelapan” kebenaran fakta historis, bahkan sering pula
pemutarbalikan kenyataan demi kepentingan pihak tertentu dalam membenarkan
ideologinya.( Paulus Wahana, 1993 : 81-84 )
23. 20
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ideologi berarti ide-ide atau gagasan yang menjadi akar atau pondasi suatu
kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat luas di berbagai bidang kehidupan. Bisa
diartikan juga ideologi sebagai arah dasar suatu sistem atau aturan yang ada atau
berlaku. Dan ada beberap macam ideologi dunia, diantaranya; Kapitalisme,
Marxisme, Sosialisme, Komunisme, Anarkisme,Fasisme, Liberalisme,
Konservatsme, Individualisme, Nasionalisme, dan Pancasila.
Terkait dengan Pancasila, dapat dilihat bahwa nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila merupakan nilai-nilai yang dapat mewujudkan masyarakat
Indonesia yang adil dan makmur. Sisi futuristik yang melekat pada Pancasila
sebagai ideologi ini di satu pihak dapat membawa orang pada harapan yang
kurang realistik. Oleh karenanya perlu untuk selalu berdialog dengan kenyataan
yang ada. Dalam hal ini ilmu pengetahuan dapat berperan. Di pihak lain, sifat
futuristik dari ideologi mengimplikasikan bahwa kenyataan yang ada ( sistem
ekonomi, politik, budaya ) tidak dapat dipandang sebagai perwujudan yang telah
tuntas dari ideologi, dalam hal ini ideologi Pancasila. Apabila sistem yang ada
telah dianggap perwujudan yang tuntas, maka fungsi ideologi hanya menjadi
legitimasi atau pembenaran saja dari status quo. Padahal ideologi harus mampu
berfungsi menyoroti kenyataan yang ada dan berfungsi kritis terhadap
perwujudannya yang selalu belum sempurna. Dengan kata lain ideologi Pancasila
dapat menjadi titik referensi bagi kritik sosial (Sastrapratedja, 1993: 143-144).
3.2 SARAN
Saat ini banyak sekali orang menyalahgunakan ideologi. Banyak ideologi
yang digunakan untuk menghasut masyarakat luas agar mendukung seseorang
untuk menjadi pemimpin atau penguasa. Maka dari itu janganlah begitu mudah
menerima sebuah ideologi, namun berpikirlah terlebih dahulu apakah ideologi itu
sesuai dengan keadaan masyarakat saat itu atau tidak.