SlideShare a Scribd company logo
1 of 37
SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD
WALED
FAKULTAS KEDOKTERAN UNSWAGATI
Pembimbing : dr. Irene
Sp.PD
Oleh
Coryna Frisqila
Noerlia
Penyakit Paru Obstruksi Kronik
• PPOK adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan
ditanggulangi, ditandai oleh hambatan aliran udara yang
bersifat progresif nonreversibel dan berhubungan dengan
respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang
beracun/ berbahaya, disertai efek ekstra paru yang
berkontribusi terhadap derajat berat peyakit. (PDPI,
2010)
• Bronkhitis Kronis dan Emfisema tidak dimasukan
kedalam definisi PPOK brokhitis kronis meruakan
diagnosis klinis, emfisema merupakan diagnosis
patologis  tidak selalu mencerminkan hambatan aliran
udara dalam saluran pernapasan (PDPI, 2010)
• PPOK merupakan penyakit respirasi kronis yang dapat
dicegah dan diobati, ditandai dengan adanya hambatan
aliran udara yang persisten dengan peningkatan respon
inflamasi kronis saluran napas yang disebabkan oleh gas
atau partikel iritan tertentu. (GOLD, 2014)
• Eksaserbasi dan komorbid berperan pada keseluruhan
beratnya penyakit pada seorang pasien (GOLD 2014)
• Definisi ini tidak lagi dimasukkan terminologi bronkhitis
kronis dan emfisema(GOLD, 2014)
Bronkhitis Kronis  keadaan
pengeluaran mukus secara
berlebihan ke batang
bronchial secara kronik atau
berulang dengan disertai
batuk, yang terjadi hampir
setiap hari selama
sekurangnya 3 bulan dalam 1
tahun selama 2 tahun
berturut-turut
(Diagnosis Klinis)
Emfisema  Kelainan paru-
paru yang ditandai dengan
pembesaran jalan nafas
yang sifatnya permanen
mulai dari terminal bronkhial
sampai bagian distal (alveoli
: ductus, saccus dan dinding
alveoli)
(diagnosis patologis)
• Menurut data Surkenas Th.2001, Penyakit pernafasan
(termasuk PPOK) adalah penyebab kematian ke 2 di
Indonesia
• WHO memperkirakan pada tahun 2020 prevalensi PPOK
meningkat dari urutan 6 menjadi ke 3 di dunia dan dari
peringkat ke 6 menjadi ke 3 penyebab kematian
tersering.
• Prevalensi PPOK meningkat dengan meningkatnya usia,
Laki-laki > Perempuan, meningkat pada perokok (90%
adalah perokok dan ex-smoker).
• NHANES III Study, prevalensi kejadian PPOK sebanyak
14,2% terjadi pada laki-laki perokok, 6,9% pada ex-
smokers dan 3,3% pada yang tidak merokok.
Host Factor Exposure***
Faktor genetik (deficiency α1-
antitrypsin)*
Jenis Kelamin
Hipersensitivitas Airway,
Imunoglobulin E dan Asma
Perokok
Status sosialekonomi
Pekerjaan**
Polusi lingkungan di luar maupun di
dalam****
Diet
Perinatal events and childhood ilness
Infeksi bronkhopulmunal berulang
• Pasien dengan gangguan pernapasan dan riwayat keluarga
memiliki penyakit paru (+) dengan usia relatif 40-50 tahun
harus evaluasi antitripsin defisiensi
** Debu, silika, emas, batu bara
*** Adanya pajanan yang lama
**** Menggunakan biomass dalam memasak  wanita >
Grading keparahan dan gejala menurut GOLD 2010
• Batuk kronis
• Produksi Sputum secara kronis
• Sesak napas (progresif
• Riwayat paparan faktor risiko : merokok, polutan,
senyawa kimia
Eksaserbasi Akut
Peningkatan Volume sputum
Perburukan nafas akut
Chest tightness
Peningkatan kebutuhan
bronkhodilator
Lelah, lesu
Penurunan toleransi terhadap
gerakan fisik (cepat lelah terengah-
Gejala Berat
Sianosis, Gagal jantung
dam oedem perifer,
Plethoric complexion
(polisitemia)
• Pursed-lips breathing (mulut
setengah terkatup/mencucu)
• Barrel Chest (diameter antero-
posterior dan transversal sebanding)
• Penggunaan otot bantu napas
• Hipertrofi otot bantu napas
• Pelebaran sela iga
• Suara napas vesikuler normal atau
melemah
• Terdapat ronki atau mengi pada
waktu bernapas biasa atau pada
ekspirasi paksa
• Ekspirasi memanjang
• Bunyi jantung terdengar jauh
Pulmonary Function Test
Gas Darah Arteri
Laboratory Test
Chest X-Ray
• Tujuan  menegakkan diagnosis PPOK atau restriksi,
campuran, menilai derajat keparahan, memeriksa respon
pengobatan (bronkhodilator).
• FEV1/FVC : 60-75%
(ringan)
• FEV1/FVC : 40-59%
(sedang)
• FEV1/FVC : <40%
(berat)
• Obstruksi  %FEV1
prediksi <80%
FEV1/FVC < 75%
Pengukuran Gas Darah Simbol Nilai normal
Tekanan karbondioksida PaCO2 34-45 mmHg
>45 : hipoventilasi
<35 : hiperventilasi
Tekanan Oksigen PaO2 80-100 mmHg
60-80 mmHg : hipoksemia
ringan
40-60 mmHg : hipoksemia
sedang
<40 mmHg : hipoksia berat
Saturasi O2 SaO2 95-97%
Konsentrasi ion H pH 7,35-7,45
Bikarbonat HCO3 22-26 mEq/L
Menilai gagal napas kronik stabil, gagal napas akut pada gagal napas
kronik
• Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, Eritrosit, Limfosit, monosit
• Emfisema : hiperinflasi, hiperlusen,
ruang retrosternal melebar, diafragma
datar, Jantung menggantung (jantung
pendulum/eye drop)
• Bronkhitis kronis : Normal, corakan
bronkovaskular meningkat
• Spirometri post bronchodilator FEV1/FVC < 0,70  confirms
menunjukkan adanya Hambatan jalan udara oleh COPD (Gold,
2015)
• Validasi questioner CAT (COPD assessment test) atau
CCQ (Clinical COPD Questioners)
• mMRC  menilai derajat sesaknya
Non farmakologi
• Hentikan merokok
• Rehabilitasi paru-paru dengan
OR dan latihan pernapasan
• Perbaikan nutrisi
Farmakologi
• Antikolinergik  1st therapy
• Simpatomimetik  2nd therapy
(terbutalin, salbutamol)
• Kombinasi antikolinergik dan
simpatomimetik
• Metil ksantin
• Mukolitik
• Kortikosteroid
• O2
• Antibiotik
• Vaksinasi
• Α1-proteinase inhibitor (prolastin)
 u/ defisiensi saja
• Tidak dalam kondisi gagal napas akut pada gagal napas
kronik
• Dapat dalam kondisi gagal napas kronik stabil (PaCO2 < 45
mmHg dan PaO2 > 60 mmHg)
• Dahak jernih tidak berwarna
• Aktivitas terbatas tidak disertai sesak sesuai derajat PPOK
(Hasil spirometri)
• Penggunaan bronkodilator sesuai rencana pengobatan
• Tidak ada penggunaan bronkodilator tambahan
Tahap 1 : Ipratropium bromida (MDI) atau nebulizer, 2-6
puff 4 x sehari, tunjukkan cara penggunaan yang tepat,
advis pasien tentang pentingnya penggunaan teratur
dan efek samping yang mungkin timbul (mulut kering
dan rasa pahit), jika hasil trial : perbaikan FEV1 < 20%
 step 2
Tahap 2 : Tambahkan β-agonis MDI atau nebulizer, tunjukkan
cara penggunaan yang tepat, advis pasien tentang pentingnya
penggunaan teratur dan efek samping yang mungkin timbul
(takikardi, tremor)  jika tidak ada perkembangan: hentikan
β-agonis, jika ada perbaikan tapi kecil  step 3
Tahap 3 : tambah teofilin, mulai dari 400 mg/hari dalam
bentuk sustained released, sesuaikan dosis setiap
interval 3 hari untuk menjaga serum level antara 10-
15 μg/ml, pantau ESO takikardi, tremor, nervous, efek GI,
jika tidak ada perbaikan  hentikan teofilin dan  go to
step 4
Tahap 4 : coba dengan kortikosteroid : prednison 30-40 mg/hari
selama 2-4 minggu, cek dengan spirometer (perbaikan ≥
20%), titrasi dosis ke dosis efektif terkecil (< 10 μg
sehari), pertimbangkan penggunaan kortikosteroid
inhalasi  jika pasien tidak berespon baik  kembali ke
steroid oral
• Sesak bertambah
• Produksi Sputum meningkat
• Perubahan warna sputum
• E/ Primer  infeksi trakeobronkial (virus),
Sekunder  Decom kanan, kiri, aritmia. Emboli paru,
pneumothoraks spontan, penggunaan O2 tidak tepat,
obat (obat penenang, diuretik) yang tidak tepat, Penyakit
metabolik (DM, gangguan elektrolit), nutrisi buruk.
Eksaserbasi
Berat
• Memiliki 3
gejala dari
kriteria
eksaserbasi
Eksaserbasi
Sedang
• Memiliki 2
gejala dari
kriteria
eksaserbasi
Eksaserbasi
Ringan
• Memiliki 1
gejala dari
kriteria
eksaserbasi
+ ISPA > 5
hari,
demam,
mengi, or
RR > 20%
baseline,
Nadi > 20%
baseline
• Evidence terbaru yang tersedia, Ab harus diberikan pada
pasien-pasien PPOK yang :
1. Pasien dengan eksaserbasi akut dengan 3 tanda utama
yaitu : peningkatan dyspnea, volume sputum, sputum
purulensi (Evidence B) atau
2. Pasien dengan eksaserbasi akut dengan 2 tanda
utama, jika oeningkatan purulensi sputum merupakan
salah satunya (Evidence C)
3. Pasien dengan eksaserbasi parah yang membutuhkan
ventilasi mekanik, baik invasif maupun non invasif
(Evidence B)
TERIMA KASIH

More Related Content

What's hot

17291060 modul-batuk-pbl
17291060 modul-batuk-pbl17291060 modul-batuk-pbl
17291060 modul-batuk-pbl
Ryryy Part II
 
Askep kegawatdaruratan akiba1
Askep kegawatdaruratan akiba1Askep kegawatdaruratan akiba1
Askep kegawatdaruratan akiba1
sharklasers22
 

What's hot (15)

Laporan kasus ppok
Laporan kasus ppokLaporan kasus ppok
Laporan kasus ppok
 
Optimalisasi Peran Perawat dalam Manajemen Pasien ARDS di masa Pandemi COVID 19
Optimalisasi Peran Perawat dalam Manajemen Pasien ARDS di masa Pandemi COVID 19Optimalisasi Peran Perawat dalam Manajemen Pasien ARDS di masa Pandemi COVID 19
Optimalisasi Peran Perawat dalam Manajemen Pasien ARDS di masa Pandemi COVID 19
 
Preskes anak
Preskes anakPreskes anak
Preskes anak
 
Prescil paru
Prescil paruPrescil paru
Prescil paru
 
Presentasi kasus TB dan pneumonia
Presentasi kasus TB dan pneumoniaPresentasi kasus TB dan pneumonia
Presentasi kasus TB dan pneumonia
 
17291060 modul-batuk-pbl
17291060 modul-batuk-pbl17291060 modul-batuk-pbl
17291060 modul-batuk-pbl
 
Lapsus tbc rossy
Lapsus tbc rossyLapsus tbc rossy
Lapsus tbc rossy
 
Askep kegawatdaruratan akiba1
Askep kegawatdaruratan akiba1Askep kegawatdaruratan akiba1
Askep kegawatdaruratan akiba1
 
Modul 2 merokok
Modul 2 merokokModul 2 merokok
Modul 2 merokok
 
Pemeriksaan bga
Pemeriksaan bgaPemeriksaan bga
Pemeriksaan bga
 
PBL MODUL SESAK BLOK RESPIRASI
PBL MODUL SESAK BLOK RESPIRASIPBL MODUL SESAK BLOK RESPIRASI
PBL MODUL SESAK BLOK RESPIRASI
 
Managemen Kasus Hipoglikemia
Managemen Kasus HipoglikemiaManagemen Kasus Hipoglikemia
Managemen Kasus Hipoglikemia
 
Pbl 7 a modul sesak batuk
Pbl 7 a modul sesak batukPbl 7 a modul sesak batuk
Pbl 7 a modul sesak batuk
 
Farmasi klinik kasus
Farmasi klinik kasus Farmasi klinik kasus
Farmasi klinik kasus
 
PBL MODUL BATUK BLOK RESPIRASI
PBL MODUL BATUK BLOK RESPIRASIPBL MODUL BATUK BLOK RESPIRASI
PBL MODUL BATUK BLOK RESPIRASI
 

Similar to Copd dr irene

ppt_Blok_11_Respiratory_Penyakit_Paru_Ob (1).pptx
ppt_Blok_11_Respiratory_Penyakit_Paru_Ob (1).pptxppt_Blok_11_Respiratory_Penyakit_Paru_Ob (1).pptx
ppt_Blok_11_Respiratory_Penyakit_Paru_Ob (1).pptx
ssusera02307
 
Presentasi PPOK dr RINA.pptx
Presentasi PPOK dr RINA.pptxPresentasi PPOK dr RINA.pptx
Presentasi PPOK dr RINA.pptx
EkaArtha1
 
ASMA-PPOK-KEGAWATAN-MEDIK-Suradi.pdf
ASMA-PPOK-KEGAWATAN-MEDIK-Suradi.pdfASMA-PPOK-KEGAWATAN-MEDIK-Suradi.pdf
ASMA-PPOK-KEGAWATAN-MEDIK-Suradi.pdf
nugraha65
 
Webinar PDPI 11 June - Dr Amira - COPD Management in COVID-19-era.pdf
Webinar PDPI 11 June - Dr Amira - COPD Management in COVID-19-era.pdfWebinar PDPI 11 June - Dr Amira - COPD Management in COVID-19-era.pdf
Webinar PDPI 11 June - Dr Amira - COPD Management in COVID-19-era.pdf
MbakRocker
 
PPT ASKEP PASIEN PPOK,Kel 1.pptx
PPT ASKEP PASIEN PPOK,Kel 1.pptxPPT ASKEP PASIEN PPOK,Kel 1.pptx
PPT ASKEP PASIEN PPOK,Kel 1.pptx
eko adi purnomo
 
PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK.pptx
PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK.pptxPENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK.pptx
PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK.pptx
VJPex
 
174989355-power-point-TB-paru.ppt
174989355-power-point-TB-paru.ppt174989355-power-point-TB-paru.ppt
174989355-power-point-TB-paru.ppt
AndrewHukom1
 

Similar to Copd dr irene (20)

PPT-PPOK.pptx
PPT-PPOK.pptxPPT-PPOK.pptx
PPT-PPOK.pptx
 
PPOK
PPOKPPOK
PPOK
 
Ppok
PpokPpok
Ppok
 
[FIX NEW] PPOK STABIL dan EKSASERBASI.pptx
[FIX NEW] PPOK STABIL dan EKSASERBASI.pptx[FIX NEW] PPOK STABIL dan EKSASERBASI.pptx
[FIX NEW] PPOK STABIL dan EKSASERBASI.pptx
 
COPD sibolga.pptx
COPD sibolga.pptxCOPD sibolga.pptx
COPD sibolga.pptx
 
ppt_Blok_11_Respiratory_Penyakit_Paru_Ob (1).pptx
ppt_Blok_11_Respiratory_Penyakit_Paru_Ob (1).pptxppt_Blok_11_Respiratory_Penyakit_Paru_Ob (1).pptx
ppt_Blok_11_Respiratory_Penyakit_Paru_Ob (1).pptx
 
Presentasi PPOK dr RINA.pptx
Presentasi PPOK dr RINA.pptxPresentasi PPOK dr RINA.pptx
Presentasi PPOK dr RINA.pptx
 
ASMA-PPOK-KEGAWATAN-MEDIK-Suradi.pdf
ASMA-PPOK-KEGAWATAN-MEDIK-Suradi.pdfASMA-PPOK-KEGAWATAN-MEDIK-Suradi.pdf
ASMA-PPOK-KEGAWATAN-MEDIK-Suradi.pdf
 
Webinar PDPI 11 June - Dr Amira - COPD Management in COVID-19-era.pdf
Webinar PDPI 11 June - Dr Amira - COPD Management in COVID-19-era.pdfWebinar PDPI 11 June - Dr Amira - COPD Management in COVID-19-era.pdf
Webinar PDPI 11 June - Dr Amira - COPD Management in COVID-19-era.pdf
 
Intensif Covid.pptx
Intensif Covid.pptxIntensif Covid.pptx
Intensif Covid.pptx
 
Asma_PPOK Pandu PTM.ppt
Asma_PPOK  Pandu PTM.pptAsma_PPOK  Pandu PTM.ppt
Asma_PPOK Pandu PTM.ppt
 
Asuhan keperawatan penyakit paru obstruktif kronik
Asuhan keperawatan penyakit paru obstruktif kronikAsuhan keperawatan penyakit paru obstruktif kronik
Asuhan keperawatan penyakit paru obstruktif kronik
 
PPT ASKEP PASIEN PPOK,Kel 1.pptx
PPT ASKEP PASIEN PPOK,Kel 1.pptxPPT ASKEP PASIEN PPOK,Kel 1.pptx
PPT ASKEP PASIEN PPOK,Kel 1.pptx
 
PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK.pptx
PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK.pptxPENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK.pptx
PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK.pptx
 
Asma terkontrol meningkatkan kualitas hidup anak
Asma terkontrol meningkatkan kualitas hidup anakAsma terkontrol meningkatkan kualitas hidup anak
Asma terkontrol meningkatkan kualitas hidup anak
 
RESPIROLOGI.pptx
RESPIROLOGI.pptxRESPIROLOGI.pptx
RESPIROLOGI.pptx
 
lapsus ppok .pptx
lapsus ppok .pptxlapsus ppok .pptx
lapsus ppok .pptx
 
Modul PPOK dan Kakeksia Pulmoner - SD Mitha.pptx
Modul PPOK dan Kakeksia Pulmoner - SD Mitha.pptxModul PPOK dan Kakeksia Pulmoner - SD Mitha.pptx
Modul PPOK dan Kakeksia Pulmoner - SD Mitha.pptx
 
174989355-power-point-TB-paru.ppt
174989355-power-point-TB-paru.ppt174989355-power-point-TB-paru.ppt
174989355-power-point-TB-paru.ppt
 
Yanuar surya saputra poedjijo ipd universitas andalas-case report_pneumocysti...
Yanuar surya saputra poedjijo ipd universitas andalas-case report_pneumocysti...Yanuar surya saputra poedjijo ipd universitas andalas-case report_pneumocysti...
Yanuar surya saputra poedjijo ipd universitas andalas-case report_pneumocysti...
 

Copd dr irene

  • 1. SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSUD WALED FAKULTAS KEDOKTERAN UNSWAGATI Pembimbing : dr. Irene Sp.PD Oleh Coryna Frisqila Noerlia
  • 3. • PPOK adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan ditanggulangi, ditandai oleh hambatan aliran udara yang bersifat progresif nonreversibel dan berhubungan dengan respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang beracun/ berbahaya, disertai efek ekstra paru yang berkontribusi terhadap derajat berat peyakit. (PDPI, 2010) • Bronkhitis Kronis dan Emfisema tidak dimasukan kedalam definisi PPOK brokhitis kronis meruakan diagnosis klinis, emfisema merupakan diagnosis patologis  tidak selalu mencerminkan hambatan aliran udara dalam saluran pernapasan (PDPI, 2010)
  • 4. • PPOK merupakan penyakit respirasi kronis yang dapat dicegah dan diobati, ditandai dengan adanya hambatan aliran udara yang persisten dengan peningkatan respon inflamasi kronis saluran napas yang disebabkan oleh gas atau partikel iritan tertentu. (GOLD, 2014) • Eksaserbasi dan komorbid berperan pada keseluruhan beratnya penyakit pada seorang pasien (GOLD 2014) • Definisi ini tidak lagi dimasukkan terminologi bronkhitis kronis dan emfisema(GOLD, 2014)
  • 5. Bronkhitis Kronis  keadaan pengeluaran mukus secara berlebihan ke batang bronchial secara kronik atau berulang dengan disertai batuk, yang terjadi hampir setiap hari selama sekurangnya 3 bulan dalam 1 tahun selama 2 tahun berturut-turut (Diagnosis Klinis)
  • 6. Emfisema  Kelainan paru- paru yang ditandai dengan pembesaran jalan nafas yang sifatnya permanen mulai dari terminal bronkhial sampai bagian distal (alveoli : ductus, saccus dan dinding alveoli) (diagnosis patologis)
  • 7. • Menurut data Surkenas Th.2001, Penyakit pernafasan (termasuk PPOK) adalah penyebab kematian ke 2 di Indonesia • WHO memperkirakan pada tahun 2020 prevalensi PPOK meningkat dari urutan 6 menjadi ke 3 di dunia dan dari peringkat ke 6 menjadi ke 3 penyebab kematian tersering. • Prevalensi PPOK meningkat dengan meningkatnya usia, Laki-laki > Perempuan, meningkat pada perokok (90% adalah perokok dan ex-smoker). • NHANES III Study, prevalensi kejadian PPOK sebanyak 14,2% terjadi pada laki-laki perokok, 6,9% pada ex- smokers dan 3,3% pada yang tidak merokok.
  • 8. Host Factor Exposure*** Faktor genetik (deficiency α1- antitrypsin)* Jenis Kelamin Hipersensitivitas Airway, Imunoglobulin E dan Asma Perokok Status sosialekonomi Pekerjaan** Polusi lingkungan di luar maupun di dalam**** Diet Perinatal events and childhood ilness Infeksi bronkhopulmunal berulang • Pasien dengan gangguan pernapasan dan riwayat keluarga memiliki penyakit paru (+) dengan usia relatif 40-50 tahun harus evaluasi antitripsin defisiensi ** Debu, silika, emas, batu bara *** Adanya pajanan yang lama **** Menggunakan biomass dalam memasak  wanita >
  • 9.
  • 10.
  • 11.
  • 12. Grading keparahan dan gejala menurut GOLD 2010
  • 13. • Batuk kronis • Produksi Sputum secara kronis • Sesak napas (progresif • Riwayat paparan faktor risiko : merokok, polutan, senyawa kimia Eksaserbasi Akut Peningkatan Volume sputum Perburukan nafas akut Chest tightness Peningkatan kebutuhan bronkhodilator Lelah, lesu Penurunan toleransi terhadap gerakan fisik (cepat lelah terengah- Gejala Berat Sianosis, Gagal jantung dam oedem perifer, Plethoric complexion (polisitemia)
  • 14. • Pursed-lips breathing (mulut setengah terkatup/mencucu) • Barrel Chest (diameter antero- posterior dan transversal sebanding) • Penggunaan otot bantu napas • Hipertrofi otot bantu napas • Pelebaran sela iga • Suara napas vesikuler normal atau melemah • Terdapat ronki atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa • Ekspirasi memanjang • Bunyi jantung terdengar jauh
  • 15.
  • 16. Pulmonary Function Test Gas Darah Arteri Laboratory Test Chest X-Ray
  • 17. • Tujuan  menegakkan diagnosis PPOK atau restriksi, campuran, menilai derajat keparahan, memeriksa respon pengobatan (bronkhodilator). • FEV1/FVC : 60-75% (ringan) • FEV1/FVC : 40-59% (sedang) • FEV1/FVC : <40% (berat) • Obstruksi  %FEV1 prediksi <80% FEV1/FVC < 75%
  • 18. Pengukuran Gas Darah Simbol Nilai normal Tekanan karbondioksida PaCO2 34-45 mmHg >45 : hipoventilasi <35 : hiperventilasi Tekanan Oksigen PaO2 80-100 mmHg 60-80 mmHg : hipoksemia ringan 40-60 mmHg : hipoksemia sedang <40 mmHg : hipoksia berat Saturasi O2 SaO2 95-97% Konsentrasi ion H pH 7,35-7,45 Bikarbonat HCO3 22-26 mEq/L Menilai gagal napas kronik stabil, gagal napas akut pada gagal napas kronik
  • 19. • Hb, Ht, Leukosit, Trombosit, Eritrosit, Limfosit, monosit • Emfisema : hiperinflasi, hiperlusen, ruang retrosternal melebar, diafragma datar, Jantung menggantung (jantung pendulum/eye drop) • Bronkhitis kronis : Normal, corakan bronkovaskular meningkat
  • 20. • Spirometri post bronchodilator FEV1/FVC < 0,70  confirms menunjukkan adanya Hambatan jalan udara oleh COPD (Gold, 2015)
  • 21.
  • 22.
  • 23. • Validasi questioner CAT (COPD assessment test) atau CCQ (Clinical COPD Questioners) • mMRC  menilai derajat sesaknya
  • 24.
  • 25. Non farmakologi • Hentikan merokok • Rehabilitasi paru-paru dengan OR dan latihan pernapasan • Perbaikan nutrisi Farmakologi • Antikolinergik  1st therapy • Simpatomimetik  2nd therapy (terbutalin, salbutamol) • Kombinasi antikolinergik dan simpatomimetik • Metil ksantin • Mukolitik • Kortikosteroid • O2 • Antibiotik • Vaksinasi • Α1-proteinase inhibitor (prolastin)  u/ defisiensi saja
  • 26.
  • 27. • Tidak dalam kondisi gagal napas akut pada gagal napas kronik • Dapat dalam kondisi gagal napas kronik stabil (PaCO2 < 45 mmHg dan PaO2 > 60 mmHg) • Dahak jernih tidak berwarna • Aktivitas terbatas tidak disertai sesak sesuai derajat PPOK (Hasil spirometri) • Penggunaan bronkodilator sesuai rencana pengobatan • Tidak ada penggunaan bronkodilator tambahan
  • 28.
  • 29.
  • 30. Tahap 1 : Ipratropium bromida (MDI) atau nebulizer, 2-6 puff 4 x sehari, tunjukkan cara penggunaan yang tepat, advis pasien tentang pentingnya penggunaan teratur dan efek samping yang mungkin timbul (mulut kering dan rasa pahit), jika hasil trial : perbaikan FEV1 < 20%  step 2 Tahap 2 : Tambahkan β-agonis MDI atau nebulizer, tunjukkan cara penggunaan yang tepat, advis pasien tentang pentingnya penggunaan teratur dan efek samping yang mungkin timbul (takikardi, tremor)  jika tidak ada perkembangan: hentikan β-agonis, jika ada perbaikan tapi kecil  step 3
  • 31. Tahap 3 : tambah teofilin, mulai dari 400 mg/hari dalam bentuk sustained released, sesuaikan dosis setiap interval 3 hari untuk menjaga serum level antara 10- 15 μg/ml, pantau ESO takikardi, tremor, nervous, efek GI, jika tidak ada perbaikan  hentikan teofilin dan  go to step 4 Tahap 4 : coba dengan kortikosteroid : prednison 30-40 mg/hari selama 2-4 minggu, cek dengan spirometer (perbaikan ≥ 20%), titrasi dosis ke dosis efektif terkecil (< 10 μg sehari), pertimbangkan penggunaan kortikosteroid inhalasi  jika pasien tidak berespon baik  kembali ke steroid oral
  • 32. • Sesak bertambah • Produksi Sputum meningkat • Perubahan warna sputum • E/ Primer  infeksi trakeobronkial (virus), Sekunder  Decom kanan, kiri, aritmia. Emboli paru, pneumothoraks spontan, penggunaan O2 tidak tepat, obat (obat penenang, diuretik) yang tidak tepat, Penyakit metabolik (DM, gangguan elektrolit), nutrisi buruk.
  • 33. Eksaserbasi Berat • Memiliki 3 gejala dari kriteria eksaserbasi Eksaserbasi Sedang • Memiliki 2 gejala dari kriteria eksaserbasi Eksaserbasi Ringan • Memiliki 1 gejala dari kriteria eksaserbasi + ISPA > 5 hari, demam, mengi, or RR > 20% baseline, Nadi > 20% baseline
  • 34. • Evidence terbaru yang tersedia, Ab harus diberikan pada pasien-pasien PPOK yang : 1. Pasien dengan eksaserbasi akut dengan 3 tanda utama yaitu : peningkatan dyspnea, volume sputum, sputum purulensi (Evidence B) atau 2. Pasien dengan eksaserbasi akut dengan 2 tanda utama, jika oeningkatan purulensi sputum merupakan salah satunya (Evidence C) 3. Pasien dengan eksaserbasi parah yang membutuhkan ventilasi mekanik, baik invasif maupun non invasif (Evidence B)
  • 35.
  • 36.