Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. PPOK adalah penyakit paru kronis yang ditandai dengan hambatan aliran udara yang progresif dan berhubungan dengan respons inflamasi akibat paparan partikel atau gas berbahaya.
2. PPOK merupakan penyebab kematian nomor dua di Indonesia dan prevalensinya diperkirakan akan meningkat.
3. Diagnosis PPOK didasarkan pada gejala klinis dan hasil spirometri yang menunj
3. • PPOK adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan
ditanggulangi, ditandai oleh hambatan aliran udara yang
bersifat progresif nonreversibel dan berhubungan dengan
respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang
beracun/ berbahaya, disertai efek ekstra paru yang
berkontribusi terhadap derajat berat peyakit. (PDPI,
2010)
• Bronkhitis Kronis dan Emfisema tidak dimasukan
kedalam definisi PPOK brokhitis kronis meruakan
diagnosis klinis, emfisema merupakan diagnosis
patologis tidak selalu mencerminkan hambatan aliran
udara dalam saluran pernapasan (PDPI, 2010)
4. • PPOK merupakan penyakit respirasi kronis yang dapat
dicegah dan diobati, ditandai dengan adanya hambatan
aliran udara yang persisten dengan peningkatan respon
inflamasi kronis saluran napas yang disebabkan oleh gas
atau partikel iritan tertentu. (GOLD, 2014)
• Eksaserbasi dan komorbid berperan pada keseluruhan
beratnya penyakit pada seorang pasien (GOLD 2014)
• Definisi ini tidak lagi dimasukkan terminologi bronkhitis
kronis dan emfisema(GOLD, 2014)
5. Bronkhitis Kronis keadaan
pengeluaran mukus secara
berlebihan ke batang
bronchial secara kronik atau
berulang dengan disertai
batuk, yang terjadi hampir
setiap hari selama
sekurangnya 3 bulan dalam 1
tahun selama 2 tahun
berturut-turut
(Diagnosis Klinis)
6. Emfisema Kelainan paru-
paru yang ditandai dengan
pembesaran jalan nafas
yang sifatnya permanen
mulai dari terminal bronkhial
sampai bagian distal (alveoli
: ductus, saccus dan dinding
alveoli)
(diagnosis patologis)
7. • Menurut data Surkenas Th.2001, Penyakit pernafasan
(termasuk PPOK) adalah penyebab kematian ke 2 di
Indonesia
• WHO memperkirakan pada tahun 2020 prevalensi PPOK
meningkat dari urutan 6 menjadi ke 3 di dunia dan dari
peringkat ke 6 menjadi ke 3 penyebab kematian
tersering.
• Prevalensi PPOK meningkat dengan meningkatnya usia,
Laki-laki > Perempuan, meningkat pada perokok (90%
adalah perokok dan ex-smoker).
• NHANES III Study, prevalensi kejadian PPOK sebanyak
14,2% terjadi pada laki-laki perokok, 6,9% pada ex-
smokers dan 3,3% pada yang tidak merokok.
8. Host Factor Exposure***
Faktor genetik (deficiency α1-
antitrypsin)*
Jenis Kelamin
Hipersensitivitas Airway,
Imunoglobulin E dan Asma
Perokok
Status sosialekonomi
Pekerjaan**
Polusi lingkungan di luar maupun di
dalam****
Diet
Perinatal events and childhood ilness
Infeksi bronkhopulmunal berulang
• Pasien dengan gangguan pernapasan dan riwayat keluarga
memiliki penyakit paru (+) dengan usia relatif 40-50 tahun
harus evaluasi antitripsin defisiensi
** Debu, silika, emas, batu bara
*** Adanya pajanan yang lama
**** Menggunakan biomass dalam memasak wanita >
13. • Batuk kronis
• Produksi Sputum secara kronis
• Sesak napas (progresif
• Riwayat paparan faktor risiko : merokok, polutan,
senyawa kimia
Eksaserbasi Akut
Peningkatan Volume sputum
Perburukan nafas akut
Chest tightness
Peningkatan kebutuhan
bronkhodilator
Lelah, lesu
Penurunan toleransi terhadap
gerakan fisik (cepat lelah terengah-
Gejala Berat
Sianosis, Gagal jantung
dam oedem perifer,
Plethoric complexion
(polisitemia)
14. • Pursed-lips breathing (mulut
setengah terkatup/mencucu)
• Barrel Chest (diameter antero-
posterior dan transversal sebanding)
• Penggunaan otot bantu napas
• Hipertrofi otot bantu napas
• Pelebaran sela iga
• Suara napas vesikuler normal atau
melemah
• Terdapat ronki atau mengi pada
waktu bernapas biasa atau pada
ekspirasi paksa
• Ekspirasi memanjang
• Bunyi jantung terdengar jauh
18. Pengukuran Gas Darah Simbol Nilai normal
Tekanan karbondioksida PaCO2 34-45 mmHg
>45 : hipoventilasi
<35 : hiperventilasi
Tekanan Oksigen PaO2 80-100 mmHg
60-80 mmHg : hipoksemia
ringan
40-60 mmHg : hipoksemia
sedang
<40 mmHg : hipoksia berat
Saturasi O2 SaO2 95-97%
Konsentrasi ion H pH 7,35-7,45
Bikarbonat HCO3 22-26 mEq/L
Menilai gagal napas kronik stabil, gagal napas akut pada gagal napas
kronik
25. Non farmakologi
• Hentikan merokok
• Rehabilitasi paru-paru dengan
OR dan latihan pernapasan
• Perbaikan nutrisi
Farmakologi
• Antikolinergik 1st therapy
• Simpatomimetik 2nd therapy
(terbutalin, salbutamol)
• Kombinasi antikolinergik dan
simpatomimetik
• Metil ksantin
• Mukolitik
• Kortikosteroid
• O2
• Antibiotik
• Vaksinasi
• Α1-proteinase inhibitor (prolastin)
u/ defisiensi saja
26.
27. • Tidak dalam kondisi gagal napas akut pada gagal napas
kronik
• Dapat dalam kondisi gagal napas kronik stabil (PaCO2 < 45
mmHg dan PaO2 > 60 mmHg)
• Dahak jernih tidak berwarna
• Aktivitas terbatas tidak disertai sesak sesuai derajat PPOK
(Hasil spirometri)
• Penggunaan bronkodilator sesuai rencana pengobatan
• Tidak ada penggunaan bronkodilator tambahan
28.
29.
30. Tahap 1 : Ipratropium bromida (MDI) atau nebulizer, 2-6
puff 4 x sehari, tunjukkan cara penggunaan yang tepat,
advis pasien tentang pentingnya penggunaan teratur
dan efek samping yang mungkin timbul (mulut kering
dan rasa pahit), jika hasil trial : perbaikan FEV1 < 20%
step 2
Tahap 2 : Tambahkan β-agonis MDI atau nebulizer, tunjukkan
cara penggunaan yang tepat, advis pasien tentang pentingnya
penggunaan teratur dan efek samping yang mungkin timbul
(takikardi, tremor) jika tidak ada perkembangan: hentikan
β-agonis, jika ada perbaikan tapi kecil step 3
31. Tahap 3 : tambah teofilin, mulai dari 400 mg/hari dalam
bentuk sustained released, sesuaikan dosis setiap
interval 3 hari untuk menjaga serum level antara 10-
15 μg/ml, pantau ESO takikardi, tremor, nervous, efek GI,
jika tidak ada perbaikan hentikan teofilin dan go to
step 4
Tahap 4 : coba dengan kortikosteroid : prednison 30-40 mg/hari
selama 2-4 minggu, cek dengan spirometer (perbaikan ≥
20%), titrasi dosis ke dosis efektif terkecil (< 10 μg
sehari), pertimbangkan penggunaan kortikosteroid
inhalasi jika pasien tidak berespon baik kembali ke
steroid oral
32. • Sesak bertambah
• Produksi Sputum meningkat
• Perubahan warna sputum
• E/ Primer infeksi trakeobronkial (virus),
Sekunder Decom kanan, kiri, aritmia. Emboli paru,
pneumothoraks spontan, penggunaan O2 tidak tepat,
obat (obat penenang, diuretik) yang tidak tepat, Penyakit
metabolik (DM, gangguan elektrolit), nutrisi buruk.
33. Eksaserbasi
Berat
• Memiliki 3
gejala dari
kriteria
eksaserbasi
Eksaserbasi
Sedang
• Memiliki 2
gejala dari
kriteria
eksaserbasi
Eksaserbasi
Ringan
• Memiliki 1
gejala dari
kriteria
eksaserbasi
+ ISPA > 5
hari,
demam,
mengi, or
RR > 20%
baseline,
Nadi > 20%
baseline
34. • Evidence terbaru yang tersedia, Ab harus diberikan pada
pasien-pasien PPOK yang :
1. Pasien dengan eksaserbasi akut dengan 3 tanda utama
yaitu : peningkatan dyspnea, volume sputum, sputum
purulensi (Evidence B) atau
2. Pasien dengan eksaserbasi akut dengan 2 tanda
utama, jika oeningkatan purulensi sputum merupakan
salah satunya (Evidence C)
3. Pasien dengan eksaserbasi parah yang membutuhkan
ventilasi mekanik, baik invasif maupun non invasif
(Evidence B)