3. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah
penyakit yang ditandai dengan hambatan aliran udara
di saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversibel.
Hambatan aliran udara ini bersifat progresif dan
berhubungan dengan respons inflamasi paru terhadap
partikel atau gas yang beracun atau berbahaya.
Dalam menilai gambaran klinis pada PPOK harus
memperhatikan hal-hal sebagaiberikut:
• Onset (awal terjadinya penyakit) biasanya pada usia
pertengahan,
• Perkembangan gejala bersifat progresif lambat
• Riwayat pajanan, seperti merokok, polusi udara (di
dalam ruangan, luar ruangandan tempat kerja)
• Sesak pada saat melakukan aktivitas
Hambatan aliran udara umumnya ireversibel (tidak
bisa kembali normal).
4. FAKTOR RESIKO
• Genetik,
• Paparan partikel,
• Pertumbuhan dan Perkembangan paru,
• Stres oksidatif,
• Jenis kelamin,
• Umur,
• Infeksi saluran nafas,
• Status sosioekonomi,
• Nutrisi dan komorbiditas.
8. DERAJAT PPOK
Penentuan klasifikasi (derajat) PPOK sesuai dengan ketentuan
Perkumpulan
Dokter Paru Indonesia (PDPI) / Gold tahun 2005 sebagai berikut :
PPOK Ringan
Gejala klinis:- Dengan atau tanpa batuk- Dengan atau tanpa produksi
sputum.- Sesak napas derajat sesak 0 sampai derajat sesak
1Spirometri:- VEP1 • 80% prediksi (normal spirometri) atau- VEP1 /
KVP < 70%
PPOK Sedang
Gejala klinis:- Dengan atau tanpa batuk- Dengan atau tanpa produksi
sputum.- Sesak napas : derajat sesak 2 (sesak timbul pada saat
aktivitas).Spirometri:- VEP1 / KVP < 70% atau- 50% < VEP1 < 80%
prediksi.
PPOK Berat
Gejala klinis:- Sesak napas derajat sesak 3 dan 4 dengan gagal napas
kronik.- Eksaserbasi lebih sering terjadi- Disertai komplikasi kor
pulmonale atau gagal jantung kanan.Spirometri:- VEP1 / KVP < 70%,-
VEP1 < 30% prediksi atau- VEP1 > 30% dengan gagal napas kronik
9. SKALA SESAK PADA PPOK
Skala SesakSkala sesak dan Keluhan sesak
berkaitan dengan aktivitass
• Skala 0 :Tidak ada sesak kecuali dengan
aktivitas berat
• skala 1 :Sesak mulai timbul bila berjalan cepat
atau naik tangga satu tingkat
• skala 2 : Berjalan lebih lambat karena merasa
sesak
• skala 3 : Sesak timbul bila berjalan 100 m atau
setelah beberapa menit
• skala 4 : Sesak bila mandi atau berpakaian
10. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Rutin
1. Faal paru
• Spirometri
• Uji bronkodilator
2. Darah rutin
Hb, Ht, leukosit
3. Radiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit
paru lain
Pemeriksaan Non Rutin
Analisis gas darah
Terutama untuk menilai :
- Gagal napas kronik stabil
- Gagal napas akut pada gagal napas kronik
12. Apakah Spirometri?
Pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengukur secara obyektif kapasitas/fungsi
paru (ventilasi) pada pasien dengan indikasi
medis. Alat yang digunakan disebut
spirometeri
Tujuan :
• Mengukur volume paru secara statis dan
dinamik
• Menilai perubahan atau gangguan pada faal
paru
13. PRINSIP SPIROMETRI
• Mengukur kecepatan perubahan volume
udara di paru-paru selama pernafasan yang
dipaksakan atau disebut forced volume
capacity (FVC).
• Subyek menarik nafas secara maksimal dan
menghembuskannya secepat dan selengkap
mungkin Nilai FVC dibandingkan terhadap
nilai normal dan nilai prediksi berdasarkan
usia, tinggi badan dan jenis kelamin
14. INDIKATOR SPIROMETRI
• Forced vital capacity (FVC)
Jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara paksa setelah
inspirasi secara maksimal, diukur dalam liter.
• Forced Expiratory volume in one second (FEV1)
Jumlah udara yang dapat dikeluarkan dalam waktu 1 detik,
diukur dalam liter.
• FEV1/FVC merupakan rasio FEV1/FVC. Pada orang dewasa
sehat nilainya sekitar 75% - 80%
• FEF 25-75% (forced expiratory flow), optional
• Peak Expiratory Flow (PEF)
Kecepatan pergerakan udara keluar dari paru-paru pada awal
ekspirasi, diukur dalam liter/detik.
• FEF 50% dan FEF 75%, optional, merupakan rata-rata aliran
(kecepatan) udara keluar dari paru-paru selama pertengahan
pernafasan (sering disebut juga sebagai MMEF(maximal mid-
expiratory flow)
15. KLASIFIKASI PENILAIAN SPIROMETRI
• Gangguan restriksi : Vital Capacity (VC)
< 80% nilai prediksi; FVC < 80% nilai
prediksi
• Gangguan obstruksi : FEV1 < 80% nilai
prediksi; FEV1/FVC < 75% nilai prediksi
• Gangguan restriksi dan obstruksi : FVC
< 80% nilai prediksi; FEV1/FVC < 75%
nilai prediksi.
17. • Dilakukan dengan menggunakan
spirometri, bila tidak ada gunakan APE
meter.
• Setelah pemberian bronkodilator
inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 - 20
menit kemudian dilihat perubahan nilai
VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau
APE < 20% nilai awal dan < 200 ml
• Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK
stabil
20. PENATALAKSANAAN MEDIKAMENTOSA
• Bronkodilator
Dianjurkan penggunaan dalam bentuk
inhalasi kecuali pada eksaserbasi
digunakan oral atau sistemik
• Anti inflamasi
Metilprednisolon atau Prednison. Pada
eksaserbasi dapat digunakan dalam bentuk
oral atau sistemikc.
21. • Mukolitik
Digunakan sebagai pengobatan
simtomatik bila tedapat dahak yang
lengket dan kental
• Antitusif
Diberikan hanya bila terdapat batuk
yang sangat mengganggu.
23. TERAPI OKSIGEN
• Harus berdasarkan analisa gas darah baik
pada penggunaan jangka panjang atau
pada eksaserbasi.
• Pemberian yang tidak berhati hati dapat
menyebabkan hiperkapnia dan
memperburuk keadaan.
• Penggunaan jangka panjang pada PPOK
stabil derajat berat dapat memperbaiki
kualitas hidup
24. VENTALASI MEKANIK
• Ventilasi mekanik invasif digunakan di ICU
pada eksaserbasi berat.
• Ventilasi mekanik noninvasif digunakan di
ruang rawat atau di rumah sebagai
perawatan lanjutan setelah eksaserbasi
pada PPOK berat
25. PROGNOSIS
Tergantung pada:
• Beratnya obstruksi
• Adanya kor pulmonale
• Kegagalan jantung kongestif
• Derajat gangguan analisa gas darah
Prognosis penyakit ini bervariasi. Bila pasien tidak berhenti
merokok, penurunan fungsi paru akan lebih cepat dari pada bila
pasien berhenti merokok.Prognosis jangka pendek maupun jangka
panjang bergantung pada umur dan gejala klinis pada waktu
berobat. Penderita dengan penyakit emfisema paru akan lebih baik
daripada penderita yang penyakitnya bronkitis kronik. Penderita
dengan sesak nafas ringan (<50 tahun), 5 tahun kemudian akan
terlihat ada perbaikan. Tetapi bila penderita datang dengan sesak
sedang, maka 5 tahun kemudian 42% penderita akan sesak lebih
berat dan meninggal.
26. DAFTAR PUSTAKA
• Penyakit Paru obstruktif dan penumonia. Available at:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/33132/4/
Chapter%20II.pdf. Update ; Nov 31 2013. Accessed On:
29 January 2014.
• Niederman MS, Sarosi GA. Respiratory infection. In:
George RB, Light RW, Matthay MA, 2nd eds. Chest
medicine essentials of pulmonary and critical care
medicine. Baltimore: Williams & Wilkins, 307, 1990.
• Bartlett JG, Breiman RF, Mandell LA, File TM Jr:
Community Acquired Pneumonia in adults: Guidelines
for management. Clin Infect Dis 26:811-838, 1998
• Fishman : Pulmonary disease and disorders, fourth
edition, volume two, United States, 119:2097-2114, 2008