Dokumen tersebut merangkum tentang tutorial skenario 3 untuk kelompok 10A yang membahas tentang PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis). Dokumen tersebut menjelaskan tentang definisi, epidemiologi, klasifikasi, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan, dan penatalaksanaan PPOK.
7. Definisi PPOK
◦ Penyakit paru kronik, ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran nafas yang
progresif.
(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia)
◦ Penyakit kronis yang ditandai dengan batuk produktif, dispneu & obstruktif saluran
nafas
(Buku Ilmu Penyakit Paru (Rab
Tabrani))
8. Definisi Emfisema
Adalah penyakit yang ditandai dengan pelebaran
dari alveoli yang diikuti oleh destruksi dari dinding
alveoli.
Ilmu Penyakit Paru-Prof.dr.H.Tabrani Rab
9. Batuk berulang dan berdahak
selama lebih dari 3 bulan
setiap tahun dalam periode
paling sedikit 3tahun.
Hipersekresi dan tanda-
tanda adanya penyumbatan
saluran napas yg kronik
merupakan tanda dari
penyakit ini.
Ilmu Penyakit Paru-Prof.dr.H.Tabrani Rab
Definisi Bronkitis Kronik
21. Klasifikasi PPOK berdasarkan Global Initiative for Chronic Lung Disease (GOLD, 2006)
Derajat
Karakteristik
0 : Beresiko Spirometri normal
Gejala kronik (batuk, produksi sputum)
1 : Ringan
FEV1/FVC <70% , FEV1 ≥ 80%
Dengan atau tanpa gejala kronik (batuk, produksi sputum)
2 : Sedang
FEV1/ FVC < 70%
FEV1 ≥30%-80%
(IIa) FEV1 ≥50%-80%
(Iib) FEV1 ≥ 30%-50%
Dengan atau tanpa gejala kronik (batuk, produksi sputum,
sesak)
3 : Berat
FEV1/FVC <70%
FEV1 <30% atau FEV1 <50% ditambah gejala gagal napas
atau gejala gagal jantung kanan10
22. Klasifikasi GOLD, 2008
Stage 1: PPOK ringan
Keterbatasan airflow ringan (FEV1/FVC < 70%, FEV1 ≥ 80% predicted), dan kadang, tapi tidak selalu, batuk dan produksi sputum
kronik.
Pada tahap ini individu tidak menyadari bahwa fungsi parunya abnormal.
Stage 2: PPOK Sedang
Keterbatasan airflow memburuk (FEV1/FVC < 70%, 50% ≤ FEV1 < 80% predicted), timbul sesak napas setelah aktivitas (exertion)
Pada tahap ini individu biasanya mulai mencari pengobatan karena gejala pernapasan kronik atau eksaserbasi.
Stage 3: PPOK berat
Keterbatasan airflow makin memburuk (FEV1/FVC < 70%, 30% ≤ FEV1 < 50% predicted), sesak napas makin berat, kemampuan
latihan menurun, dan eksaserbasi berulang yang berdampak pada kualitas hidup pasien.
Stage 4: PPOK sangat berat
Keterbatasan airflow sangat berat (FEV1/FVC < 70%, FEV1 < 30% predicted) atau FEV1<50% dengan gagal napas kronik.
Pada tahap ini kualitas hidup sangat berkurang dan eksaserbasi dapat menyancam jiwa.
23. KLASIFIKASI PPOK (COPD)
menurut GOLD 2010,
I : Gejala klinis : gejala batuk kronik dan sputum (+), tetapi tidak sering. pasien sering tidak
menyadari bahwa fungsi paru sudah menurun;
PFT : FEV1/FVC <70 %, DAN FEV1>= 80% predicted
II: Gejala klinis : sesak mulai dirasakan saat aktivitas dan kadang ditemukan gejla batuk dan
produksi sputum; pasien sudah mulai datang berobat
PFT : FEV1/FVC <70 %, 50%<FEV1<80%
III : Gejala klinis : gejala sesak lebih berat; penurunan aktivitas, rasa lelah dan serangan
eksaserbasi semakin sering (*) dan berdampak pada QOL.
PFT : FEV1/FVC<70%, 30%<FEV1<50%
IV :Gejala klinis : gejala di atas, ditambah dengan gejala-gejala GAGAL NAPAS atau GAGAL
JANTUNG KANAN dan ketergantungan oksigen. Pada derajat ini, QOL px memburuk, dan
pada eksaserbasi, pasien dapat meninggal (mengancam jiwa).
PFT : FEV1/FVC <70%, FEV1 <30 % atau FEV1<50 $ DENGAN GEJALA GAGAL NAPAS KRONIS.
24. Klasifikasi menurut PDPI, 2005
1. PPOK Ringan
Gejala klinis:
- Dengan atau tanpa batuk
- Dengan atau tanpa produksi sputum.
- Sesak napas derajat sesak 0 sampai derajat sesak 1
Spirometri:
- VEP1 • 80% prediksi (normal spirometri) atau
- VEP1 / KVP < 70%
2. PPOK Sedang
Gejala klinis:
- Dengan atau tanpa batuk
- Dengan atau tanpa produksi sputum.
- Sesak napas : derajat sesak 2 (sesak timbul pada saat aktivitas).
Spirometri:
- VEP1 / KVP < 70% atau
- 50% < VEP1 < 80% prediksi.
25. 3. PPOK Berat
Gejala klinis:
- Sesak napas derajat sesak 3 dan 4 dengan gagal napas kronik.
- Eksaserbasi lebih sering terjadi
- Disertai komplikasi kor pulmonale atau gagal jantung kanan.
Spirometri:
- VEP1 / KVP < 70%,
- VEP1 30% dengan gagal napas kronik
Gagal napas kronik pada PPOK ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan
analisa
gas darah, dengan kriteria:
- Hipoksemia dengan normokapnia atau
- Hipoksemia dengan hiperkapnia
34. Tujuan mengerutkan bibir
◦ Meningkatkan ventilasi
◦ Menjaga salran udara terbuka lebih lama dan mengurangi kerja
pernafasan
◦ Memperlambat laju pernafasan
◦ Menguangi sesak nafas
51. Anamnesis
- Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau
tanpa gejala pernapasan
- Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat
kerja
- Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
52. - Terdapat faktor predisposisi pada masa
bayi/anak, mis berat badan lahir rendah (BBLR),
infeksi
saluran napas berulang, lingkungan asap rokok
dan polusi udara
- Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
- Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
53. Pemeriksaan fisik
inspeksi
1. Pursed - lips breathing
(mulut setengah terkatup
mencucu)
2. - Barrel chest (diameter
antero - posterior dan
transversal sebanding)
3. - Penggunaan otot bantu
napas
4. -
4. Hipertropi otot bantu napas
5. - Pelebaran sela iga
6. - Bila telah terjadi gagal
jantung kanan terlihat denyut
vena jugularis di leher dan
edema tungkai
59. auskultasi
◦ suara napas vesikuler normal, atau melemah
◦ - terdapat ronki / mengi pada waktu bernapas biasa atau pada
ekspirasi paksa
◦ - ekspirasi memanjang
◦ - bunyi jantung terdengar jauh
61. Pemeriksaan Penunjang
Rutin
◦ Faal paru (spirometri dan uji
bronkodilator)
◦ Radiologi (foto toraks)
◦ Laboratorium darah
Tidak Rutin
◦ Faal paru
◦ Uji coba kortikosteroid
◦ Analisa gas darah
◦ EKG
◦ Mikrobiologi sputum
◦ Kadar alfa-1-antitripsin
63. Spirometri
u/ menilai beratnya PPOK dg menggunakan parameter FEV1, dan
memantau perjalan penyakit
◦ PPOK ringan (FEV1 > 80%)
◦ PPOK sedang (50% < FEV1 < 80%)
◦ PPOK berat (30% < FEV1 < 50%)
◦ PPOK sangat berat (FEV1 < 30%)
(GOLD,2009)
64. Uji Bronkodilator dengan
Spirometri
◦ Dilakukan pada PPOK stabil
◦ Pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15-20 menit
kemudian uji dg spirometri, lihat perubahan nilai FEV1 (<20%)
65. Radiologi
u/ menyingkirkan diagnosis penyakit paru lainnya
◦ Pada bronkitis kronik:
◦ Normal
◦ Corakan bronkovaskuler
◦ Pada emfisema terlihat:
◦ Hiperinflasi
◦ Hiperlusen
◦ Ruang retrosternal melebar
◦ Diafragma mendatar
◦ Jantung menggantung (jantung pendulum / tear drop / eye drop appearance)
66. Laboratorium Darah
◦ u/ mendeteksi timbulnya polisitemia telah terjadi hipoksia kronik
◦ Hematokrit ↑ (> 55%) : polisitemia
◦ ↑ PaCO2
◦ ↓ PaO2
85. • 1. Gagal napas
• a. Gagal napas
kronik
• b. Gagal napas akut
• 2. Infeksi berulang
• 3. Kor pulmonal
• 4. Pneumotoraks
Komplikasi
yang
dapat
terjadi
pada
penderita
PPOK :
86. Daftar Pustaka
1. Kuliah Pakar Tinjauan Fisiologis Sistim
Pernapasan oleh dr. Marwito
2. Ganong, W. F. 2005. Fisiologi Kedokteran
Edisi 22. Jakarta : EGC
87. Daftar Pustaka
◦ http://jurnal.fk.unand.ac.id/images/articles/vol3/no3/354-357.pdf
◦ Mark A. Graber, Peter P. Toth, Robert L. Herting, Jr. 2006. Buku Saku
Dokter Keluarga UNIVERSITY OF IOWA. Jakarta: EGC.
◦ Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF
KRONIK (PPOK) PEDOMAN DIAGNOSIS & PENATALAKSANAAN DI
INDONESIA.
88. ◦ Robbins, Stanley L et al. 2007. Buku Ajar Patologi
Robbins. Edisi 7. Volume 2.EGC. Jakarta
Referensi