SlideShare a Scribd company logo
1 of 88
PPOK
Tutorial Skenario 3
Kelompok 10 A
Kelompok 10
1. Dhaneswara Pradipta S. 1361050058
2. Mawar Suci 1361050067
3. Anastasia Basaria 1361050073
4. Jack Benjamin Nalle 1361050120
5. Iglesia Rawati 1361050160
6. Risky Wulandari 1361050181
7. Benedick Johanes Alvian 1361050223
8. Daniels 1361050243
9. Yeni Rosa Sitohang 1361050247
10. Cindy Fransisca Ticoalu 1361050284
Tujuan pembelajaran
1. Definisi & Epidemiologi
2. Klasifikasi PPOK
3. Etiologi & faktor resiko
4. Manifestasi klinis
5. Patofisiologi PPOK
6. Pemeriksaan
7. Penatalaksanaan PPOK
8. Komplikasi PPOK
PPOK
Definisi &
Epidemiologi
Etiologi dan
Faktor resiko
Patofisiologi
Manifestasi
Klinisi
Penatalaksanaan
Pemeriksaan
dan diagnosis
Pem. Fisik
Anamnesis
Mind Map
DEFINISI
1
Definisi PPOK
◦ Penyakit paru kronik, ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran nafas yang
progresif.
(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia)
◦ Penyakit kronis yang ditandai dengan batuk produktif, dispneu & obstruktif saluran
nafas
(Buku Ilmu Penyakit Paru (Rab
Tabrani))
Definisi Emfisema
Adalah penyakit yang ditandai dengan pelebaran
dari alveoli yang diikuti oleh destruksi dari dinding
alveoli.
Ilmu Penyakit Paru-Prof.dr.H.Tabrani Rab
Batuk berulang dan berdahak
selama lebih dari 3 bulan
setiap tahun dalam periode
paling sedikit 3tahun.
Hipersekresi dan tanda-
tanda adanya penyumbatan
saluran napas yg kronik
merupakan tanda dari
penyakit ini.
Ilmu Penyakit Paru-Prof.dr.H.Tabrani Rab
Definisi Bronkitis Kronik
EPIDEMIOLOGI PPOK
Epidemiologi
Epidemiologi
Epidemiologi
Epidemiologi
Epidemiologi
Epidemiologi
Epidemiologi
Epidemiologi
Epidemiologi
KLASIFIKASI PPOK
Klasifikasi PPOK berdasarkan Global Initiative for Chronic Lung Disease (GOLD, 2006)
Derajat
Karakteristik
0 : Beresiko Spirometri normal
Gejala kronik (batuk, produksi sputum)
1 : Ringan
FEV1/FVC <70% , FEV1 ≥ 80%
Dengan atau tanpa gejala kronik (batuk, produksi sputum)
2 : Sedang
FEV1/ FVC < 70%
FEV1 ≥30%-80%
(IIa) FEV1 ≥50%-80%
(Iib) FEV1 ≥ 30%-50%
Dengan atau tanpa gejala kronik (batuk, produksi sputum,
sesak)
3 : Berat
FEV1/FVC <70%
FEV1 <30% atau FEV1 <50% ditambah gejala gagal napas
atau gejala gagal jantung kanan10
Klasifikasi GOLD, 2008
Stage 1: PPOK ringan
Keterbatasan airflow ringan (FEV1/FVC < 70%, FEV1 ≥ 80% predicted), dan kadang, tapi tidak selalu, batuk dan produksi sputum
kronik.
Pada tahap ini individu tidak menyadari bahwa fungsi parunya abnormal.
Stage 2: PPOK Sedang
Keterbatasan airflow memburuk (FEV1/FVC < 70%, 50% ≤ FEV1 < 80% predicted), timbul sesak napas setelah aktivitas (exertion)
Pada tahap ini individu biasanya mulai mencari pengobatan karena gejala pernapasan kronik atau eksaserbasi.
Stage 3: PPOK berat
Keterbatasan airflow makin memburuk (FEV1/FVC < 70%, 30% ≤ FEV1 < 50% predicted), sesak napas makin berat, kemampuan
latihan menurun, dan eksaserbasi berulang yang berdampak pada kualitas hidup pasien.
Stage 4: PPOK sangat berat
Keterbatasan airflow sangat berat (FEV1/FVC < 70%, FEV1 < 30% predicted) atau FEV1<50% dengan gagal napas kronik.
Pada tahap ini kualitas hidup sangat berkurang dan eksaserbasi dapat menyancam jiwa.
KLASIFIKASI PPOK (COPD)
menurut GOLD 2010,
I : Gejala klinis : gejala batuk kronik dan sputum (+), tetapi tidak sering. pasien sering tidak
menyadari bahwa fungsi paru sudah menurun;
PFT : FEV1/FVC <70 %, DAN FEV1>= 80% predicted
II: Gejala klinis : sesak mulai dirasakan saat aktivitas dan kadang ditemukan gejla batuk dan
produksi sputum; pasien sudah mulai datang berobat
PFT : FEV1/FVC <70 %, 50%<FEV1<80%
III : Gejala klinis : gejala sesak lebih berat; penurunan aktivitas, rasa lelah dan serangan
eksaserbasi semakin sering (*) dan berdampak pada QOL.
PFT : FEV1/FVC<70%, 30%<FEV1<50%
IV :Gejala klinis : gejala di atas, ditambah dengan gejala-gejala GAGAL NAPAS atau GAGAL
JANTUNG KANAN dan ketergantungan oksigen. Pada derajat ini, QOL px memburuk, dan
pada eksaserbasi, pasien dapat meninggal (mengancam jiwa).
PFT : FEV1/FVC <70%, FEV1 <30 % atau FEV1<50 $ DENGAN GEJALA GAGAL NAPAS KRONIS.
Klasifikasi menurut PDPI, 2005
1. PPOK Ringan
Gejala klinis:
- Dengan atau tanpa batuk
- Dengan atau tanpa produksi sputum.
- Sesak napas derajat sesak 0 sampai derajat sesak 1
Spirometri:
- VEP1 • 80% prediksi (normal spirometri) atau
- VEP1 / KVP < 70%
2. PPOK Sedang
Gejala klinis:
- Dengan atau tanpa batuk
- Dengan atau tanpa produksi sputum.
- Sesak napas : derajat sesak 2 (sesak timbul pada saat aktivitas).
Spirometri:
- VEP1 / KVP < 70% atau
- 50% < VEP1 < 80% prediksi.
3. PPOK Berat
Gejala klinis:
- Sesak napas derajat sesak 3 dan 4 dengan gagal napas kronik.
- Eksaserbasi lebih sering terjadi
- Disertai komplikasi kor pulmonale atau gagal jantung kanan.
Spirometri:
- VEP1 / KVP < 70%,
- VEP1 30% dengan gagal napas kronik
Gagal napas kronik pada PPOK ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan
analisa
gas darah, dengan kriteria:
- Hipoksemia dengan normokapnia atau
- Hipoksemia dengan hiperkapnia
ETIOLOGI &
FAKTOR RESIKO
Bahan
iritan
penyebab
imflamasi
PPOK
Defiasi
protein
alfa 1-
antitripsin
Etiologi PPOK
Faktor Resiko PPOK
Kebiasaan merokok
Riwayat infeksi saluran pernapasan
Polusi udara
Usia
MANIFESTASI
KLINIS
Tujuan mengerutkan bibir
◦ Meningkatkan ventilasi
◦ Menjaga salran udara terbuka lebih lama dan mengurangi kerja
pernafasan
◦ Memperlambat laju pernafasan
◦ Menguangi sesak nafas
Hipoksia kronik vasodilatasi
Penambahan
jaringan ikat
Bagian jaringan
lunak di daar
kuku
PATOFISIOLOGI
(2)
PATOGENESIS PPOK
BLUE BLOATER VS PINK PUFFER
PEMERIKSAAN
Anamnesis
- Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau
tanpa gejala pernapasan
- Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat
kerja
- Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
- Terdapat faktor predisposisi pada masa
bayi/anak, mis berat badan lahir rendah (BBLR),
infeksi
saluran napas berulang, lingkungan asap rokok
dan polusi udara
- Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
- Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
Pemeriksaan fisik
inspeksi
1. Pursed - lips breathing
(mulut setengah terkatup
mencucu)
2. - Barrel chest (diameter
antero - posterior dan
transversal sebanding)
3. - Penggunaan otot bantu
napas
4. -
4. Hipertropi otot bantu napas
5. - Pelebaran sela iga
6. - Bila telah terjadi gagal
jantung kanan terlihat denyut
vena jugularis di leher dan
edema tungkai
palpasi
◦ Pada emfisema fremitus melemah
◦ sela iga melebar
perkusi
◦ hipersonor
◦ batas jantung mengecil,
◦ letak diafragma rendah,
◦ hepar terdorong kebawah
auskultasi
◦ suara napas vesikuler normal, atau melemah
◦ - terdapat ronki / mengi pada waktu bernapas biasa atau pada
ekspirasi paksa
◦ - ekspirasi memanjang
◦ - bunyi jantung terdengar jauh
PEMERIKSAAN
PENUNJANG COPD
Pemeriksaan Penunjang
Rutin
◦ Faal paru (spirometri dan uji
bronkodilator)
◦ Radiologi (foto toraks)
◦ Laboratorium darah
Tidak Rutin
◦ Faal paru
◦ Uji coba kortikosteroid
◦ Analisa gas darah
◦ EKG
◦ Mikrobiologi sputum
◦ Kadar alfa-1-antitripsin
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
(RUTIN)
Spirometri
u/ menilai beratnya PPOK dg menggunakan parameter FEV1, dan
memantau perjalan penyakit
◦ PPOK ringan (FEV1 > 80%)
◦ PPOK sedang (50% < FEV1 < 80%)
◦ PPOK berat (30% < FEV1 < 50%)
◦ PPOK sangat berat (FEV1 < 30%)
(GOLD,2009)
Uji Bronkodilator dengan
Spirometri
◦ Dilakukan pada PPOK stabil
◦ Pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15-20 menit
kemudian uji dg spirometri, lihat perubahan nilai FEV1 (<20%)
Radiologi
 u/ menyingkirkan diagnosis penyakit paru lainnya
◦ Pada bronkitis kronik:
◦ Normal
◦ Corakan bronkovaskuler
◦ Pada emfisema terlihat:
◦ Hiperinflasi
◦ Hiperlusen
◦ Ruang retrosternal melebar
◦ Diafragma mendatar
◦ Jantung menggantung (jantung pendulum / tear drop / eye drop appearance)
Laboratorium Darah
◦ u/ mendeteksi timbulnya polisitemia  telah terjadi hipoksia kronik
◦ Hematokrit ↑ (> 55%) : polisitemia
◦ ↑ PaCO2
◦ ↓ PaO2
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
(TIDAK RUTIN)
Faal Paru
◦ Volume residu (VR), Kapasitas Residu Fungsional (KRF), Kapasitas Paru
Total (KPT), VR/KRF, VR/KPT meningkat
◦ DLCO menurun pada emfisema (difusi karbon monoksida, 25-30ml
CO/mmHg/menit)
◦ Raw (airway resistance) meningkat ada bronkitis kronik
◦ Sgaw (specific airway conductance) meningkat
Uji Coba Kortikosteroid
 Menilai perbaikan paru setelah pemberian kortikosteroid
◦ Kortikosteroid oral (prednison / metilprednisolon) 30-50mg per hari
selama 2 minggu
◦ Uji dg spirometri: peningkatan FEV1 > 20%
◦ Pada PPOK: tidak terdapat kenaikan faal paru stlh pemberian
kortikosteroid
Analisa Gas Darah
Elektrokardiografi
◦ Mengetahui komplikasi pada jantung
◦ P pulmonal
◦ Deviasi axis ke kanan
◦ “Low voltage” pada emfisema
◦ Hipertrofi ventrikel kanan
Mikrobiologi Sputum
◦ Dg perwarnaan Gram dan kultur resistensi u/ mengetahui pola kuman
dan u/ memilih antibiotik yang tepat bila terjadi eksaserbasi
◦ Bakteri gram negatif: Klebsiella sp (paling sering ditemukan),
Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis
◦ Bakteri gram positf: Streptococcus alfa hemolitycus, Streptococcus
penumoniae, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis
◦ Resistensi tertinggi thd antibiotik: Ampicilin
◦ Kepekaan tertinggi thd antibiotik: Netilmicin
Kadar alfa-1-antitripsin
◦ Dilakukan dg pemeriksaan darah
◦ Pada emfisema herediter: kadar alfa-1-antitripsin rendah
PENATALAKSANAAN
Tujuan
Mengurangi
gejala
Mencegah
eksaserbasi
berulang
Memperbaiki dan
mencegah
penurunan faal
paru
Meningkatkan
kualiti hidup
penderita
Penatalaksanaan
6. Rehabilitasi
5. Nutrisi
4. Ventilasi mekanik
3. Terapi oksigen
2. Obat - obatan
1. Edukasi
Edukasi
1. Pengetahuan dasar tentang PPOK
2. Obat - obatan, manfaat dan efek sampingnya
3. Cara pencegahan perburukan penyakit
4. Menghindari pencetus (berhenti merokok)
5. Penyesuaian aktivitas
Obat
Bronkodilator
Anti Inflamasi
Antibiotika
Antioksidan
Mukolitik
Antitusif
Terapi Oksigen
Mengurangi
sesak
Memperbaiki
aktivitas
Mengurangi
hipertensi
pulmonal
Mengurangi
vasokonstriksi
Mengurangi
hematokrit
Memperbaiki
fungsi
neuropsikiatri
Meningkatkan
kualitas hidup
Ventilasi Mekanik
Ventilas
mekani
tanpa
intubasi
Ventilas
mekani
dengan
Intubasi
Nutrisi
Pemasukan
Kalori
Kebutuhan
Kalori
Rehabilitasi
1.Latihan Fisik
2.Psikososial
3. Latihan Pernapasan
KOMPLIKASI
• 1. Gagal napas
• a. Gagal napas
kronik
• b. Gagal napas akut
• 2. Infeksi berulang
• 3. Kor pulmonal
• 4. Pneumotoraks
Komplikasi
yang
dapat
terjadi
pada
penderita
PPOK :
Daftar Pustaka
1. Kuliah Pakar Tinjauan Fisiologis Sistim
Pernapasan oleh dr. Marwito
2. Ganong, W. F. 2005. Fisiologi Kedokteran
Edisi 22. Jakarta : EGC
Daftar Pustaka
◦ http://jurnal.fk.unand.ac.id/images/articles/vol3/no3/354-357.pdf
◦ Mark A. Graber, Peter P. Toth, Robert L. Herting, Jr. 2006. Buku Saku
Dokter Keluarga UNIVERSITY OF IOWA. Jakarta: EGC.
◦ Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF
KRONIK (PPOK) PEDOMAN DIAGNOSIS & PENATALAKSANAAN DI
INDONESIA.
◦ Robbins, Stanley L et al. 2007. Buku Ajar Patologi
Robbins. Edisi 7. Volume 2.EGC. Jakarta
Referensi

More Related Content

What's hot

Kelompok 2 neo atresia esopagus NRA/III
Kelompok 2 neo atresia esopagus NRA/IIIKelompok 2 neo atresia esopagus NRA/III
Kelompok 2 neo atresia esopagus NRA/III
Lilis c'Ben
 
Modul 4 kb1 pemeriksaan telinga hidung tenggorokan
Modul 4 kb1 pemeriksaan telinga hidung tenggorokanModul 4 kb1 pemeriksaan telinga hidung tenggorokan
Modul 4 kb1 pemeriksaan telinga hidung tenggorokan
Uwes Chaeruman
 
Pneumothorax powerpoint
Pneumothorax powerpointPneumothorax powerpoint
Pneumothorax powerpoint
Dwika Marbun
 

What's hot (20)

Otitis media akut
Otitis media akutOtitis media akut
Otitis media akut
 
Hemoroid
HemoroidHemoroid
Hemoroid
 
Polip nasal
Polip nasalPolip nasal
Polip nasal
 
Bronkopneumonia
BronkopneumoniaBronkopneumonia
Bronkopneumonia
 
Asma
AsmaAsma
Asma
 
Anatomi hidung
Anatomi hidungAnatomi hidung
Anatomi hidung
 
Lp pneumonia
Lp pneumoniaLp pneumonia
Lp pneumonia
 
Cara pembacaan audiometri
Cara pembacaan audiometriCara pembacaan audiometri
Cara pembacaan audiometri
 
OMA OMSK
OMA OMSKOMA OMSK
OMA OMSK
 
striktur uretra
striktur uretrastriktur uretra
striktur uretra
 
Asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia
Asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumoniaAsuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia
Asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopneumonia
 
PCI (Percutaneous Coronary Intervention
PCI (Percutaneous Coronary InterventionPCI (Percutaneous Coronary Intervention
PCI (Percutaneous Coronary Intervention
 
Kelompok 2 neo atresia esopagus NRA/III
Kelompok 2 neo atresia esopagus NRA/IIIKelompok 2 neo atresia esopagus NRA/III
Kelompok 2 neo atresia esopagus NRA/III
 
Modul 4 kb1 pemeriksaan telinga hidung tenggorokan
Modul 4 kb1 pemeriksaan telinga hidung tenggorokanModul 4 kb1 pemeriksaan telinga hidung tenggorokan
Modul 4 kb1 pemeriksaan telinga hidung tenggorokan
 
Laparotomy
LaparotomyLaparotomy
Laparotomy
 
Tia
TiaTia
Tia
 
Pneumothorax powerpoint
Pneumothorax powerpointPneumothorax powerpoint
Pneumothorax powerpoint
 
Pneumonia
PneumoniaPneumonia
Pneumonia
 
Diare Akut Non Dehidrasi
Diare Akut Non DehidrasiDiare Akut Non Dehidrasi
Diare Akut Non Dehidrasi
 
Lembar kuesioner
Lembar kuesionerLembar kuesioner
Lembar kuesioner
 

Similar to ppt_Blok_11_Respiratory_Penyakit_Paru_Ob (1).pptx

Gagal Nafas
Gagal NafasGagal Nafas
Gagal Nafas
Arif WR
 
Laporan pendahuluan dan askep ppok
Laporan pendahuluan dan askep ppokLaporan pendahuluan dan askep ppok
Laporan pendahuluan dan askep ppok
Eka Ferdianti
 

Similar to ppt_Blok_11_Respiratory_Penyakit_Paru_Ob (1).pptx (20)

Gagal Nafas
Gagal NafasGagal Nafas
Gagal Nafas
 
Asuhan keperawatan penyakit paru obstruktif kronik
Asuhan keperawatan penyakit paru obstruktif kronikAsuhan keperawatan penyakit paru obstruktif kronik
Asuhan keperawatan penyakit paru obstruktif kronik
 
245883344 asma-pada-anak vina
245883344 asma-pada-anak vina245883344 asma-pada-anak vina
245883344 asma-pada-anak vina
 
Ppok
PpokPpok
Ppok
 
PPT Tutor Gagal napas kel 7 (1) (3).pptx
PPT Tutor Gagal napas kel 7 (1) (3).pptxPPT Tutor Gagal napas kel 7 (1) (3).pptx
PPT Tutor Gagal napas kel 7 (1) (3).pptx
 
PPOK
PPOKPPOK
PPOK
 
Pemeriksaan Spirometri untuk Kedokteran Penyakit Dalam
Pemeriksaan Spirometri untuk Kedokteran Penyakit DalamPemeriksaan Spirometri untuk Kedokteran Penyakit Dalam
Pemeriksaan Spirometri untuk Kedokteran Penyakit Dalam
 
[FIX NEW] PPOK STABIL dan EKSASERBASI.pptx
[FIX NEW] PPOK STABIL dan EKSASERBASI.pptx[FIX NEW] PPOK STABIL dan EKSASERBASI.pptx
[FIX NEW] PPOK STABIL dan EKSASERBASI.pptx
 
PPOK
PPOKPPOK
PPOK
 
COPD sibolga.pptx
COPD sibolga.pptxCOPD sibolga.pptx
COPD sibolga.pptx
 
Copd dr irene
Copd dr ireneCopd dr irene
Copd dr irene
 
Askep gagal nafas terbaru
Askep gagal nafas terbaruAskep gagal nafas terbaru
Askep gagal nafas terbaru
 
1.Gagal napas_ Sudarminto.pptx
1.Gagal napas_ Sudarminto.pptx1.Gagal napas_ Sudarminto.pptx
1.Gagal napas_ Sudarminto.pptx
 
PPT-PPOK.pptx
PPT-PPOK.pptxPPT-PPOK.pptx
PPT-PPOK.pptx
 
Asuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan EmfisemaAsuhan Keperawatan Emfisema
Asuhan Keperawatan Emfisema
 
Laporan pendahuluan dan askep ppok
Laporan pendahuluan dan askep ppokLaporan pendahuluan dan askep ppok
Laporan pendahuluan dan askep ppok
 
144395486 case-report-cad-omi
144395486 case-report-cad-omi144395486 case-report-cad-omi
144395486 case-report-cad-omi
 
ASKEP_PNEUMONIA_pptx atmoko.pptx
ASKEP_PNEUMONIA_pptx atmoko.pptxASKEP_PNEUMONIA_pptx atmoko.pptx
ASKEP_PNEUMONIA_pptx atmoko.pptx
 
PBL MODUL SESAK BLOK RESPIRASI
PBL MODUL SESAK BLOK RESPIRASIPBL MODUL SESAK BLOK RESPIRASI
PBL MODUL SESAK BLOK RESPIRASI
 
Asma
AsmaAsma
Asma
 

Recently uploaded

BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
NezaPurna
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
BagasTriNugroho5
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
Acephasan2
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
RekhaDP2
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
Zuheri
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RambuIntanKondi
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
nadyahermawan
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
khalid1276
 

Recently uploaded (20)

KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdfKOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
KOHORT balita 2015 DI PUSKESMAS HARUS DIBUAT.pdf
 
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdfJenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
Jenis-Jenis-Karakter-Pasien-Rumah-Sakit.pdf
 
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).pptMEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
MEMBERIKAN OBAT INJEKSI (KEPERAWATAN DASAR).ppt
 
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasiBLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
BLC PD3I, Surveilans Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
 
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONALIMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
IMPLEMENTASI FORNAS DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
 
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.pptANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM CARDIOVASKULER.ppt
 
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptxKONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
KONSEP DASAR KEGAWATDARURATAN MATERNAL NEONATAL.pptx
 
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.pptPAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
PAPARAN TENTANG PENYAKIT TUBERKULOSIS.ppt
 
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.pptpengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
pengertian mengenai BAKTERI dan segala bentuk bakteri.ppt
 
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptxKETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
KETIDAKBERDAYAAN DAN KEPUTUSASAAN (1).pptx
 
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptxFarmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
Farmakologi_Pengelolaan Obat pd Lansia.pptx
 
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanitapower point kesehatan reproduksi pria dan wanita
power point kesehatan reproduksi pria dan wanita
 
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdfPentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
Pentingnya-Service-Excellent-di-Rumah-Sakit.pdf
 
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
RTL PPI dr.Intan.docx puskesmas wairasa.
 
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOAPROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA PROTOZOA
 
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasanasuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
asuhan keperawatan jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan
 
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase NeurologiReferat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
Referat Penurunan Kesadaran_Stase Neurologi
 
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
399557772-Penyakit-Yang-Bersifat-Simptomatis.pptx PENYAKIT SIMTOMP ADALAH PEN...
 
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
sosialisasi lomba inovasi daerah tahun 2024 kementrian kesehatan republik ind...
 
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.pptPPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Kesehatan-Jiwa-I-Pertemuan-13.ppt
 

ppt_Blok_11_Respiratory_Penyakit_Paru_Ob (1).pptx

  • 2. Kelompok 10 1. Dhaneswara Pradipta S. 1361050058 2. Mawar Suci 1361050067 3. Anastasia Basaria 1361050073 4. Jack Benjamin Nalle 1361050120 5. Iglesia Rawati 1361050160 6. Risky Wulandari 1361050181 7. Benedick Johanes Alvian 1361050223 8. Daniels 1361050243 9. Yeni Rosa Sitohang 1361050247 10. Cindy Fransisca Ticoalu 1361050284
  • 3. Tujuan pembelajaran 1. Definisi & Epidemiologi 2. Klasifikasi PPOK 3. Etiologi & faktor resiko 4. Manifestasi klinis 5. Patofisiologi PPOK 6. Pemeriksaan 7. Penatalaksanaan PPOK 8. Komplikasi PPOK
  • 4. PPOK Definisi & Epidemiologi Etiologi dan Faktor resiko Patofisiologi Manifestasi Klinisi Penatalaksanaan Pemeriksaan dan diagnosis Pem. Fisik Anamnesis Mind Map
  • 6.
  • 7. Definisi PPOK ◦ Penyakit paru kronik, ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran nafas yang progresif. (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia) ◦ Penyakit kronis yang ditandai dengan batuk produktif, dispneu & obstruktif saluran nafas (Buku Ilmu Penyakit Paru (Rab Tabrani))
  • 8. Definisi Emfisema Adalah penyakit yang ditandai dengan pelebaran dari alveoli yang diikuti oleh destruksi dari dinding alveoli. Ilmu Penyakit Paru-Prof.dr.H.Tabrani Rab
  • 9. Batuk berulang dan berdahak selama lebih dari 3 bulan setiap tahun dalam periode paling sedikit 3tahun. Hipersekresi dan tanda- tanda adanya penyumbatan saluran napas yg kronik merupakan tanda dari penyakit ini. Ilmu Penyakit Paru-Prof.dr.H.Tabrani Rab Definisi Bronkitis Kronik
  • 21. Klasifikasi PPOK berdasarkan Global Initiative for Chronic Lung Disease (GOLD, 2006) Derajat Karakteristik 0 : Beresiko Spirometri normal Gejala kronik (batuk, produksi sputum) 1 : Ringan FEV1/FVC <70% , FEV1 ≥ 80% Dengan atau tanpa gejala kronik (batuk, produksi sputum) 2 : Sedang FEV1/ FVC < 70% FEV1 ≥30%-80% (IIa) FEV1 ≥50%-80% (Iib) FEV1 ≥ 30%-50% Dengan atau tanpa gejala kronik (batuk, produksi sputum, sesak) 3 : Berat FEV1/FVC <70% FEV1 <30% atau FEV1 <50% ditambah gejala gagal napas atau gejala gagal jantung kanan10
  • 22. Klasifikasi GOLD, 2008 Stage 1: PPOK ringan Keterbatasan airflow ringan (FEV1/FVC < 70%, FEV1 ≥ 80% predicted), dan kadang, tapi tidak selalu, batuk dan produksi sputum kronik. Pada tahap ini individu tidak menyadari bahwa fungsi parunya abnormal. Stage 2: PPOK Sedang Keterbatasan airflow memburuk (FEV1/FVC < 70%, 50% ≤ FEV1 < 80% predicted), timbul sesak napas setelah aktivitas (exertion) Pada tahap ini individu biasanya mulai mencari pengobatan karena gejala pernapasan kronik atau eksaserbasi. Stage 3: PPOK berat Keterbatasan airflow makin memburuk (FEV1/FVC < 70%, 30% ≤ FEV1 < 50% predicted), sesak napas makin berat, kemampuan latihan menurun, dan eksaserbasi berulang yang berdampak pada kualitas hidup pasien. Stage 4: PPOK sangat berat Keterbatasan airflow sangat berat (FEV1/FVC < 70%, FEV1 < 30% predicted) atau FEV1<50% dengan gagal napas kronik. Pada tahap ini kualitas hidup sangat berkurang dan eksaserbasi dapat menyancam jiwa.
  • 23. KLASIFIKASI PPOK (COPD) menurut GOLD 2010, I : Gejala klinis : gejala batuk kronik dan sputum (+), tetapi tidak sering. pasien sering tidak menyadari bahwa fungsi paru sudah menurun; PFT : FEV1/FVC <70 %, DAN FEV1>= 80% predicted II: Gejala klinis : sesak mulai dirasakan saat aktivitas dan kadang ditemukan gejla batuk dan produksi sputum; pasien sudah mulai datang berobat PFT : FEV1/FVC <70 %, 50%<FEV1<80% III : Gejala klinis : gejala sesak lebih berat; penurunan aktivitas, rasa lelah dan serangan eksaserbasi semakin sering (*) dan berdampak pada QOL. PFT : FEV1/FVC<70%, 30%<FEV1<50% IV :Gejala klinis : gejala di atas, ditambah dengan gejala-gejala GAGAL NAPAS atau GAGAL JANTUNG KANAN dan ketergantungan oksigen. Pada derajat ini, QOL px memburuk, dan pada eksaserbasi, pasien dapat meninggal (mengancam jiwa). PFT : FEV1/FVC <70%, FEV1 <30 % atau FEV1<50 $ DENGAN GEJALA GAGAL NAPAS KRONIS.
  • 24. Klasifikasi menurut PDPI, 2005 1. PPOK Ringan Gejala klinis: - Dengan atau tanpa batuk - Dengan atau tanpa produksi sputum. - Sesak napas derajat sesak 0 sampai derajat sesak 1 Spirometri: - VEP1 • 80% prediksi (normal spirometri) atau - VEP1 / KVP < 70% 2. PPOK Sedang Gejala klinis: - Dengan atau tanpa batuk - Dengan atau tanpa produksi sputum. - Sesak napas : derajat sesak 2 (sesak timbul pada saat aktivitas). Spirometri: - VEP1 / KVP < 70% atau - 50% < VEP1 < 80% prediksi.
  • 25. 3. PPOK Berat Gejala klinis: - Sesak napas derajat sesak 3 dan 4 dengan gagal napas kronik. - Eksaserbasi lebih sering terjadi - Disertai komplikasi kor pulmonale atau gagal jantung kanan. Spirometri: - VEP1 / KVP < 70%, - VEP1 30% dengan gagal napas kronik Gagal napas kronik pada PPOK ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan analisa gas darah, dengan kriteria: - Hipoksemia dengan normokapnia atau - Hipoksemia dengan hiperkapnia
  • 28. Faktor Resiko PPOK Kebiasaan merokok Riwayat infeksi saluran pernapasan Polusi udara Usia
  • 30.
  • 31.
  • 32.
  • 33.
  • 34. Tujuan mengerutkan bibir ◦ Meningkatkan ventilasi ◦ Menjaga salran udara terbuka lebih lama dan mengurangi kerja pernafasan ◦ Memperlambat laju pernafasan ◦ Menguangi sesak nafas
  • 35.
  • 36. Hipoksia kronik vasodilatasi Penambahan jaringan ikat Bagian jaringan lunak di daar kuku
  • 39.
  • 40.
  • 41.
  • 42.
  • 43.
  • 44.
  • 45. BLUE BLOATER VS PINK PUFFER
  • 46.
  • 47.
  • 48.
  • 49.
  • 51. Anamnesis - Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan - Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja - Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
  • 52. - Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara - Batuk berulang dengan atau tanpa dahak - Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
  • 53. Pemeriksaan fisik inspeksi 1. Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu) 2. - Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding) 3. - Penggunaan otot bantu napas 4. - 4. Hipertropi otot bantu napas 5. - Pelebaran sela iga 6. - Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis di leher dan edema tungkai
  • 54.
  • 55.
  • 56.
  • 57. palpasi ◦ Pada emfisema fremitus melemah ◦ sela iga melebar
  • 58. perkusi ◦ hipersonor ◦ batas jantung mengecil, ◦ letak diafragma rendah, ◦ hepar terdorong kebawah
  • 59. auskultasi ◦ suara napas vesikuler normal, atau melemah ◦ - terdapat ronki / mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa ◦ - ekspirasi memanjang ◦ - bunyi jantung terdengar jauh
  • 61. Pemeriksaan Penunjang Rutin ◦ Faal paru (spirometri dan uji bronkodilator) ◦ Radiologi (foto toraks) ◦ Laboratorium darah Tidak Rutin ◦ Faal paru ◦ Uji coba kortikosteroid ◦ Analisa gas darah ◦ EKG ◦ Mikrobiologi sputum ◦ Kadar alfa-1-antitripsin
  • 63. Spirometri u/ menilai beratnya PPOK dg menggunakan parameter FEV1, dan memantau perjalan penyakit ◦ PPOK ringan (FEV1 > 80%) ◦ PPOK sedang (50% < FEV1 < 80%) ◦ PPOK berat (30% < FEV1 < 50%) ◦ PPOK sangat berat (FEV1 < 30%) (GOLD,2009)
  • 64. Uji Bronkodilator dengan Spirometri ◦ Dilakukan pada PPOK stabil ◦ Pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15-20 menit kemudian uji dg spirometri, lihat perubahan nilai FEV1 (<20%)
  • 65. Radiologi  u/ menyingkirkan diagnosis penyakit paru lainnya ◦ Pada bronkitis kronik: ◦ Normal ◦ Corakan bronkovaskuler ◦ Pada emfisema terlihat: ◦ Hiperinflasi ◦ Hiperlusen ◦ Ruang retrosternal melebar ◦ Diafragma mendatar ◦ Jantung menggantung (jantung pendulum / tear drop / eye drop appearance)
  • 66. Laboratorium Darah ◦ u/ mendeteksi timbulnya polisitemia  telah terjadi hipoksia kronik ◦ Hematokrit ↑ (> 55%) : polisitemia ◦ ↑ PaCO2 ◦ ↓ PaO2
  • 68. Faal Paru ◦ Volume residu (VR), Kapasitas Residu Fungsional (KRF), Kapasitas Paru Total (KPT), VR/KRF, VR/KPT meningkat ◦ DLCO menurun pada emfisema (difusi karbon monoksida, 25-30ml CO/mmHg/menit) ◦ Raw (airway resistance) meningkat ada bronkitis kronik ◦ Sgaw (specific airway conductance) meningkat
  • 69. Uji Coba Kortikosteroid  Menilai perbaikan paru setelah pemberian kortikosteroid ◦ Kortikosteroid oral (prednison / metilprednisolon) 30-50mg per hari selama 2 minggu ◦ Uji dg spirometri: peningkatan FEV1 > 20% ◦ Pada PPOK: tidak terdapat kenaikan faal paru stlh pemberian kortikosteroid
  • 71. Elektrokardiografi ◦ Mengetahui komplikasi pada jantung ◦ P pulmonal ◦ Deviasi axis ke kanan ◦ “Low voltage” pada emfisema ◦ Hipertrofi ventrikel kanan
  • 72. Mikrobiologi Sputum ◦ Dg perwarnaan Gram dan kultur resistensi u/ mengetahui pola kuman dan u/ memilih antibiotik yang tepat bila terjadi eksaserbasi ◦ Bakteri gram negatif: Klebsiella sp (paling sering ditemukan), Pseudomonas aeruginosa, Proteus mirabilis ◦ Bakteri gram positf: Streptococcus alfa hemolitycus, Streptococcus penumoniae, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis ◦ Resistensi tertinggi thd antibiotik: Ampicilin ◦ Kepekaan tertinggi thd antibiotik: Netilmicin
  • 73. Kadar alfa-1-antitripsin ◦ Dilakukan dg pemeriksaan darah ◦ Pada emfisema herediter: kadar alfa-1-antitripsin rendah
  • 76. Penatalaksanaan 6. Rehabilitasi 5. Nutrisi 4. Ventilasi mekanik 3. Terapi oksigen 2. Obat - obatan 1. Edukasi
  • 77. Edukasi 1. Pengetahuan dasar tentang PPOK 2. Obat - obatan, manfaat dan efek sampingnya 3. Cara pencegahan perburukan penyakit 4. Menghindari pencetus (berhenti merokok) 5. Penyesuaian aktivitas
  • 79.
  • 85. • 1. Gagal napas • a. Gagal napas kronik • b. Gagal napas akut • 2. Infeksi berulang • 3. Kor pulmonal • 4. Pneumotoraks Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita PPOK :
  • 86. Daftar Pustaka 1. Kuliah Pakar Tinjauan Fisiologis Sistim Pernapasan oleh dr. Marwito 2. Ganong, W. F. 2005. Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta : EGC
  • 87. Daftar Pustaka ◦ http://jurnal.fk.unand.ac.id/images/articles/vol3/no3/354-357.pdf ◦ Mark A. Graber, Peter P. Toth, Robert L. Herting, Jr. 2006. Buku Saku Dokter Keluarga UNIVERSITY OF IOWA. Jakarta: EGC. ◦ Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) PEDOMAN DIAGNOSIS & PENATALAKSANAAN DI INDONESIA.
  • 88. ◦ Robbins, Stanley L et al. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 7. Volume 2.EGC. Jakarta Referensi