SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
Ramkita, N | Management Tinea Capitis Graypatch Ringworm Type On Toddler Ages 14 Month With Severe
Underwight
J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 72
[Laporan Kasus]
Management Tinea Capitis Graypatch Ringworm Type On Toddler Ages 14 Month
With Severe Underweight
Nora Ramkita
Faculty of Medicine, Universitas Lampung
Abstract
One of three childrens in the world die every year due to malnutrition. Status of immunology will be
affected easily by various diseases, including fungal infections. Application of holistic and comprehensive
family approach for intern and extern factors and patient centered problem solving based on Evident
Based Medicine. Primary data were obtained from allonamnesis, physical examination, and home visit.
Toddler A, male, 14 month, weight 6 kg, with tinea capitis graypatch ringworm type and severe
underweight, weight/age <-3SD, weight/height <-3SD. We look for the causes 3 kg weight loss in the last
2 months. Analysis of causes, such as underlying disease or other risk. Malnutrition has been successful
treated, as evidenced by the nutritional status prior before intervention is the Weight/Age -3.81 SD to -
1.51 SD. Itching of the scalp ringworm is reduced and treatment was continued for 6-8 weeks. In
addition, patients are impaired on aspects of gross motor development, while on the personal aspects
of social, fine motor adaptive, and normal language.
Keywords: Denver II, Malnutrition, Tinea capitis, Underlying Disease
Abstrak:
Satu dari tiga anak di dunia meninggal setiap tahun akibat gizi buruk. Status imunologi pada kasus gizi
buruk dapat dipengaruhi dengan mudah, sehingga mudah terkena berbagai macam penyakit, termasuk
infeksi jamur. Menerapkan pendekatan dokter keluarga yang holistik dan komprehensif dalam
mendeteksi faktor risiko internal dan eksternal dan menyelesaikan masalah berbasis Evident Based
Medicine yang bersifat family-approached dan patient-centered. Data primer diperoleh dari
alloanamnesis, pemeriksaan fisik, dan kunjungan rumah. Balita A, laki – laki, 14 bulan BB 6 kg, dengan
tinea kapitis tipe graypatch ringworm dan status gizi buruk BB/U<-3SD, BB/TB<-3SD. Kami mencari
penyebab penurunan berat badan sebanyak 3 kg dalam 2 bulan. Dilakukan analisa kasus seperti adanya
penyakit yang mendasari atau faktor risiko lain. Penatalaksaaan gizi buruk sudah berhasil, terbukti
dengan status gizi sebelum intervensi adalah BB/U -3,81 SD menjadi BB/U -1,51 SD. Gejala gatal pada
tinea kapitis berkurang dan pengobatan dilanjutkan selama 6-8 minggu. Pasien terdapat gangguan
perkembangan pada aspek motorik kasar, sedangkan pada aspek personal sosial, adaptif-motorik halus,
dan bahasa normal.
Kata kunci: Denver II, Gizi Buruk, Tinea Kapitis, Underlying Disease
...
Korespondensi : Nora Ramkita | noraramkita@yahoo.com
Pendahuluan
Pertumbuhan dan perkembangan
balita merupakan suatu hal yang perlu
mendapat perhatian besar. Masa balita
merupakan masa dengan pertumbuhan
yang sangat pesat dan kritis, biasanya
dikenal dengan istilah golden age.1
Golden age atau masa emas yang terjadi
selama usia balita ini merupakan suatu
masa yang sangat penting dalam fase
tumbuh kembang anak, karena
pembentukan kepribadian dan karakter
dimulai pada masa ini.2
Ramkita, N | Management Tinea Capitis Graypatch Ringworm Type On Toddler Ages 14 Month With Severe Underwight
J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 73
Masa pertumbuhan balita
merupakan suatu parameter sederhana
untuk menilai normal tidaknya status
kesehatan anak.2 Laju pertumbuhan balita
bisa terganggu bila asupan nutrisinya
salah.3 Masalah tersebut dapat berupa gizi
kurang (underweight) dan gizi buruk
(severely underweight).4
Kasus gizi buruk masih menjadi
masalah di beberapa negara. Tercatat satu
dari tiga anak di dunia meninggal setiap
tahun akibat buruknya kualitas gizi.3,5
Setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap
tahun karena masalah kekurangan gizi dan
buruknya kualitas makanan, didukung
pula oleh kekurangan gizi selama masih di
dalam kandungan. Hal ini dapat berakibat
kerusakan yang tidak dapat diperbaiki
pada saat anak beranjak dewasa. Dr.
Bruce Cogill, ahli gizi dari badan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) United
Nations Children's Fund (UNICEF)
mengatakan bahwa isu global tentang gizi
buruk saat ini merupakan problem yang
harus diatasi. 6
Soetjiningsih (1995) dalam
bukunya menjelaskan bahwa dampak
jangka pendek dari kasus gizi buruk adalah
anak menjadi apatis, mengalami gangguan
bicara serta gangguan perkembangan
yang lain.7 Sedangkan dampak jangka
panjang dari kasus gizi buruk adalah
penurunan skor IQ, penurunan
perkembangan kognitif, gangguan
pemusatan perhatian, serta gangguan
penurunan rasa percaya diri. Ini juga
berkaitan dengan status immunologi pada
anak. Ketika gizi anak kurang, maka status
imunologinya pun akan berpengaruh
sehingga mudah terkena berbagai macam
penyakit.2,3,5
Penyakit infeksi dapat menyerang
individu dengan imunitas yang rendah.
Salah satu penyakit infeksi pada anak
yaitu penyakit infeksi oleh jamur. Penyakit
infeksi jamur seperti tinea kapitis, sering
menyerang berbagai usia, termasuk anak
– anak.8
Insidensi tinea kapitis menyerang
berbagai populasi, termasuk menyerang
anak. Faktor yang mempengaruhi
transmisi penyakit ini diantaranya
higienitas personal, imunitas, dan status
sosial ekonomi.8,9 Masalah seperti inilah
yang kemudian perlu untuk ditelaah lebih
lanjut.
Kasus
Balita M, laki – laki, 14 bulan, berat
badan 6 kg, datang ke Puskesmas Rawat
Inap Kota Karang pada tanggal 17 Maret
2014. Ibu pasien menceritakan bahwa
sejak 1 tahun yang lalu ada bercak putih
sebesar koin di kepala bayi, bercak ini
membuat bayi sering menangis karena
gatal. Bercak tersebut sering digaruk oleh
bayi, sehingga bayi sering rewel. Lama
kelamaan bercak tersebut meluas, saat ini
bercak meluas hingga ke sebagian besar
kulit kepala dan bersisik halus. Rambut
anaknya juga menjadi kusam dan
gampang putus sejak bercak tersebut
muncul.
Ibu pasien menceritakan bahwa 2
bulan yang lalu berat badan anaknya
adalah 9 kg. Selama 2 bulan terakhir
anaknya sulit makan, nafsu makannya
menurun, sehingga mengalami penurunan
berat badan sebanyak 3 kg dalam 2 bulan.
Sehari – hari anak makan 2 kali namun
jarang habis. Biasanya pagi hari anak
hanya makan bubur nasi ½ piring dan
malam hari juga bubur nasi ½ piring
dengan lauk yang dilumatkan berupa ikan
dan tahu. Anak juga mengkonsumsi susu
sapi 1 gelas per hari sejak usia 3 bulan.
Tidak ada demam dalam 1 bulan terakhir
dan tidak ada anggota keluarga yang
menderita batuk lama. Tidak ada perut
buncit, rambut jagung, maupun BAB cair
dalam jangka waktu yang lama.
1 bulan yang lalu ibu pasien
mengantarkan pasien berobat ke bidan
setempat untuk memeriksa keadaan
pasien. Oleh bidan diberikan Miconazole
krim 2%. Krim tersebut sudah digunakan,
Ramkita, N | Management Tinea Capitis Graypatch Ringworm Type On Toddler Ages 14 Month With Severe Underwight
J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 74
namun tidak terjadi perubahan terhadap
pasien. Ibu pasien sempat bingung dan
juga ketakutan karena lama kelamaan
bercaknya meluas sehingga ibu pasien
memeriksakan anaknya ke puskesmas
Rawat Inap Kota Karang.
Pasien sehari – hari bermain
bersama ibunya dan neneknya. Pasien
hanya bermain dengan ayahnya siang hari
saat ayahnya pulang dari bekerja sebagai
nelayan. Anak saat ini sudah bisa
mengucapkan kata “mak” dan “pak”.
Pasien saat ini mampu berdiri selama 2
detik, namun belum bisa berdiri sendiri.
Ibu pasien menceritakan bahwa
sejak bayi lahir, ia sering mengusap kulit
kepala bayi dengan minyak goreng agar
lembab. Namun bercak putih di kepala
bayi semakin luas, sehingga saat ini
kebiasaan tersebut tidak lagi dilakukan.
Sejak lahir bayi tidak diberikan ASI
eksklusif. Riwayat imunisasi bayi lengkap
berupa BCG, polio, DPT, dan HepB.
Tidak ada anggota keluarga pasien
yang menderita penyakit gatal-gatal baik
di kepala maupun di badan. Tidak ada
anggota keluarga yang menderita alergi
makanan mapun penyakit asma. Ibu
pasien menderita hipertensi sejak 2 tahun
yang lalu, sementara kakek pasien juga
menderita hipertensi sejak 10 tahun yang
lalu, namun jarang kontrol ke Puskesmas.
Keluarga pasien jarang berobat ke
Puskesmas karena angota keluarga yang
laki – laki sebagian besar bekerja sebagai
nelayan dan jarang tinggal di rumah.
Ketika mereka merasakan sakit, bisanya
anggota keluarga membeli obat warung,
baru kemudian ke Puskesmas jika tidak
mengalami perbaikan.
Ibu pasien adalah seorang ibu
rumah tangga, sementara ayah pasien
adalah seorang nelayan. Ia bekerja 21 jam
dalam sehari dan hanya berkumpul di
rumah 3 jam dalam sehari. Pendapatan
sebagai nelayan dirasakan ibu pasien
hanya cukup untuk makan sehari – hari
sehingga ia kurang memperhatikan
pengobatan anaknya dan kurang
memperhatikan higienitas serta jenis
makanan yang dikonsumsi anak.
Pasien tinggal bersama nenek,
kakek dan saudara ibunya, berjumlah 9
anggota keluarga dalam satu rumah.
Rumah berukuran 6x5m2. Kondisi rumah
padat dan kurang bersih, memiliki 2 buah
kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur dan 1
toilet. Penerangan dalam rumah dengan
listrik dan ventilasi kurang. Sumber air
minum dari air mineral, limbah dialirkan
ke got. Kondisi rumah secara keseluruhan
kurang baik.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan
keadaaan umum: Tampak sakit sedang,
terlihat lemas. Suhu: 36,5oC, Nadi:
64x/menit, Nafas: 20x/menit, Berat
Badan: 6 kg, Tinggi Badan: 73 cm, Lingkar
Kepala: 44 cm, LILA: 11 cm, BB/U<-3SD,
TB/U:-1SD, BB/TB<-3SD, LK/U 2SD, Status
Gizi: Gizi buruk.
Kepala terdapat lesi kulit. Status
Dermatologis: terdapat lesi di scalp (kulit
kepala), berbentuk bulat, berbatas tegas,
skuama putih sedang-kasar, tidak
berminyak, berukuran 11x12 cm.
Rambut kusam tidak mengkilat
dan rambut putus kurang lebih 1 cm di
atas permukaan kulit. Mata tak tampak
konjuntiva pucat, sklera anikterik. Telinga
dan hidung dan mulut dalam batas
normal. Leher tidak ada pembesaran KGB.
Suara paru vesikular kanan dan kiri. Bunyi
jantung pada pemeriksaan auskultasi
reguler. Abdomen dalam batas normal.
Ekstremitas superior dan inferior dalam
batas normal, tidak edema dan akral
hangat. Status neurologis : Reflek fisiologis
normal, Reflek patologis (-).
Ramkita, N | Management Tinea Capitis Graypatch Ringworm Type On Toddler Ages 14 Month With Severe Underwight
J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 75
Gambar 1. Status dermatologis pasien
Pembahasan
Diagnosa penyakit pada pasien ini
adalah tinea kapitis tipe gray patch
ringworm. Dasar diagnosis berupa
anamnesis bercak yang gatal di kulit
kepala yang sifatnya kronik selama 1
tahun. Pemeriksaan fisik didapatkan
rambut yang berwarna kusam tidak
mengkilat dan putus kurang lebih 1 cm di
atas permukaan kulit.9 Didapatkan lesi di
scalp (kulit kepala), berbentuk bulat,
berbatas tegas, skuama putih sedang-
kasar, tidak berminyak, berukuran 11x12
cm.9,10
Diagnosis laboratorium tinea
kapitis diambil dari rambut maupun
skuama.8,9 Untuk bahan dari skuama
dengan cara lesi dibersihkan dengan kapas
alkohol, mengerok tepi lesi dengan
skalpel, diletakkan di atas gelas objek dan
ditetesi dengan KOH 10-20%, ditutup
dengan gelas alas, dilewatkan di atas api
bunsen, kemudian diperiksa di bawah
mikroskop. Akan didapatkan hifa bersepta
dan bercabang.11 Namun pemeriksaan ini
tidak dapat dilakukan karena tidak
tersedianya preparat KOH di puskesmas.
Manajemen penatalaksanaan yang
diberikan adalah medikamentosa dan non
medikamentosa. Terapi medikamentosa
dengan Griseofulvin 125 mg 1x1 selama 6-
8 minggu dan shampo ketokonazol
2xseminggu.12 Tinea kapitis memerlukan
terapi sistemik karena obat harus
mengadakan penetrasi ke folikel rambut.
Telah beberapa dekade
griseofulvin menjadi drug of choice dan
hanya obat inilah yang disetujui oleh Food
and Drug Administration (FDA) untuk
mengobati tinea kapitis pada anak.9,10,11
Griseofulvin ditoleransi baik, aman, dan
dipakai di seluruh dunia. Dosis terbaik
adalah 25 mg/kg/hari. Obat dikonsumsi
setelah makan atau setelah minum susu
oleh karena absorbsinya menjadi lebih
baik. Terapi biasanya memakan waktu 6-8
pekan dan diteruskan 2 pekan setelah
klinis baik. 11,12,13
Terapi anti jamur oral diperlukan
untuk membasmi tinea capitis. Selain itu,
terapi anti jamur topikal (misalnya,
shampo) bermanfaat dalam mempercepat
respon klinis, mengurangi pertumbuhan
organisme jamur, serta mengurangi
penularan kepada orang lain. Ketoconazol
shampo yang digunakan yang digunakan
setiap hari selama 8 minggu terbukti
dapat menghambat perkembangan klinis
tinea kapitis yang disebabkan oleh
Trichophyton tonsurans pada 15 orang
anak usia 3-6 tahun dengan kultur negatif
sebanyak 6 dari 15 sampel.9
Diagnosis yang didapatkan
selanjutnya adalah gizi buruk. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TB/U:-1 SD,
artinya tinggi badan anak masih sesuai
dengan usianya. BB/U <-3 SD artinya berat
badan anak kurang dari normal. BB/TB <-3
SD artinya berat badan anak dibandingkan
dengan tinggi badan anak seusianya
adalah kurang dari normal.7,14 Dapat
disimpulkan bahwa penyebab gizi buruk
pada anak adalah akut, bukan kronik.
Pada pasien juga tidak didapatkan tanda –
tanda rambut jagung, perut buncit,
edema, diare, maupun anemia. Ini
menyingkirkan diagnosa banding
kwashiorkor dan marasmus.2,3,5,7
Terdapat penurunan berat badan
pasien sebesar 3 kg selama 2 bulan
terakhir. Berdasarkan grafik z-score WHO
didapatkan BB/U 0 SD, artinya pada 2
Ramkita, N | Management Tinea Capitis Graypatch Ringworm Type On Toddler Ages 14 Month With Severe Underwight
J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 76
bulan yang lalu status gizi anak masih baik
yaitu BB/U -0,06 SD (Gambar 2).
Gambar 2. Grafik BB/U anak 2 bulan yang
lalu4
Manajemen non farmakologi
berupa edukasi pada keluarga pasien
tentang penyakit tinea kapitis dan gizi
buruk, memberikan dukungan pada
keluarga untuk memperbaiki status gizi
pasien dengan membuat food record atau
daftar menu makanan yang dimakan
pasien selama 24 jam terakhir dan
kemudian dibuatkan menu anjurannya.
7,8,14,22
Berdasarkan pedoman tatalaksana
gizi buruk yang keluarkan oleh
Departemen Kesehatan (2009), sebaiknya
yang harus dilakukan mulai dari
penemuan kasus gizi buruk adalah
perlunya pengorganisasian yaitu adanya
tim asuhan gizi yang akan
mengidentifikasi sesuai tata cara yang
sudah ditetapkan sampai membuat
rencana tindak lanjut, kemudian
melakukan tindak lanjut dengan memberi
pengobatan sesuai diagnosa yang telah
ditegakkan, serta memberikan makanan
pemulihan sesuai dengan tingkat keadaan
gizi buruk yang diderita balita sampai
balita tersebut dinyatakan sembuh atau
mengalami perbaikan dari keadaannya
semula. Selanjutnya tetap dilakukan
pengawasan keadaan dan status gizinya
dengan melakukan pengukuran
antropometri (BB/TB) sampai balita
tersebut status gizinya kembali normal.
Dan apabila pada tahap identifikasi
ditemukan penyakit penyerta atau tanda-
tanda klinis berat pada balita, hendaknya
balita dengan gizi buruk tersebut dirujuk
ke tingkat perawatan lanjut seperti rumah
sakit.14,15
Pemeriksaan perkembangan anak
dengan menggunakan Denver II dilakukan
untuk menilai apakah ada pula gangguan
perkembangan selain status gizi anak yang
mengalami gangguan.15 Berdasarkan
grafik Denver II untuk usia anak 14 bulan,
aspek personal sosial, aspek motorik halus
dan bahasa didapatkan hasil yang normal.
Namun untuk aspek motorik kasar
mengalami keterlambatan atau delay.16,17
Seharusnya anak sudah bisa berdiri
sendiri, namun pada pasien baru bisa
berdiri selama 2 detik. Ini juga berkaitan
dengan pola asuh orang tua terhadap
anak.17 Keterlambatan untuk motorik
kasar dapat diperbaiki dengan pola asuh
dan latihan yang cukup pada anak
sehingga anak dapat memperbaiki
perkembangannya.7
Denver II adalah revisi utama dari
standardisasi ulang dari Denver
Development Screening Test (DDST) dan
Revisied Denver Developmental Screening
Test (DDST-R). Perkembangan biasanya
dibahas bersama pertumbuhan, karena
keduanya selalu berjalan beriringan.
Denver II terdiri atas 125 item tugas
perkembangan yang sesuai dengan usia
anak, mulai dari usia 0-6 tahun. Item-item
tersebut tersusun dalam formulir khusus
dan terbagi menjadi 4 sektor yaitu: sektor
personal-sosial, sektor motorik halus-
adaptif, sektor bahasa, dan sektor motorik
kasar.16, 17
Intervensi terhadap faktor internal
dan eksternal penting untuk dilakukan.
Edukasi kepada ibu dan anggota keluarga
pasien yang tinggal 1 rumah mengenai
penyakit pasien berupa tinea kapitis dan
gizi buruk. Intervensi dilakukan dengan
metode diskusi bersama anggota keluarga
Ramkita, N | Management Tinea Capitis Graypatch Ringworm Type On Toddler Ages 14 Month With Severe Underwight
J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 77
pasien menggunakan media gambar
terkait penyakit pasien dan demonstrasi
cara menggunakan shampo ketokonazol
pada anak. Ini dilakukan ketika anak
mandi pada sore hari.11,12
Selain itu, edukasi tentang diet
yang tepat untuk pasien sesuai dengan
usianya.22,24 Hal ini bertujuan untuk
memperbaiki status gizi pasien, sehingga
apabila berat badan dapat meningkat,
kemungkinan adanya underlying disease
dari gizi buruk pada pasien dapat
disingkirkan. 5,22 Yang juga penting adalah
memotivasi keluarga untuk memperbaiki
status gizi pasien dan mengobati tinea
kapitis pasien secara teratur.18,19,24
Evaluasi pembinaan diperoleh hasil
sebagai berikut: Pertama keluhan gatal di
kepala pasien berkurang. Sebelumnya,
saat hendak tidur anak sering rewel
dengan menggaruk – garuk kepalanya
yang gatal. Saat ini anak dapat tidur pulas
pada malam maupun siang hari. Kedua
pola makan anak sudah mengalami
perbaikan. Ibu pasien sudah memasak
sendiri makanan untuk anaknya di rumah.
Makan bubur nasi dan lauk pauk serta
sayur yang dilumatkan untuk anak. Nafsu
makan anak membaik. 18,22,23 Ketiga berat
badan pasien bertambah 2 kg selama 2
minggu. Berat badan anak saat ini menjadi
8 kg. Status gizi berdasarkan z-score WHO
tahun 2011 mengalami perubahan dari
BB/U:-3,81 menjadi BB/U:-1,51. Sehingga
saat ini status gizi anak tergolong gizi
cukup. Hal ini juga dapat menyingkirkan
penyakit akut atau underlying disease
yang menyebabkan perubahan status gizi
pada anak seperti TBC.6,22 Artinya,
penurunan berat badan yang terjadi pada
anak dalam 2 bulan terakhir disebabkan
oleh pola asuh yang kurang tepat
terutama mengenai pola makan oleh ibu
pasien. 14,15,24,45
Gambar 3. Grafik BB/U menggunakan z-
score WHO 2011 (setelah intervensi)4
Pada penelitian Pijot (2012)
diketahui bahwa gizi buruk merupakan
salah satu masalah gizi utama yang
banyak dijumpai pada balita di Indonesia
maupun negara-negara berkembang
lainnya. Dampaknya muncul terhadap
pertumbuhan, perkembanganintelektual
dan produktivitas antara 20-30%, selain
itu juga berdampak langsung terhadap
kesakitan dan kematian.26 Ini
menunjukkan apabila kasus gizi buruk
ditangani dan dilakukan penatalaksanaan
gizi secara baik dan bermutu sesuai
dengan pedoman dan prosedur
tatalaksana gizi buruk, akan menurunkan
angka kejadian kasus gizi buruk.4,6
Simpulan
1. Diagnosis tinea kapitis tipe graypatch
ringworm dan gizi buruk sudah sesuai
dengan beberapa teori dan telaah kritis
dari penelitian terkini.
2. Ada beberapa faktor risiko internal dan
eksternal yang memicu terjadinya tinea
kapitis dan gizi buruk dan hal ini telah
dinyatakan oleh beberapa teori yang
menjadi sumber acuan.
3. Manajemen tinea kapitis dan gizi buruk
dilakukan dengan tatalaksana
medikamentosa dan non-
medikamentosa.
4. Manajemen penatalaksaaan pada
pasien terkait gizi buruk sudah berhasil
terbukti dengan status gizi pasien
sebelum intervensi adalah BB/U -3,81
Ramkita, N | Management Tinea Capitis Graypatch Ringworm Type On Toddler Ages 14 Month With Severe Underwight
J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 78
SD dan setelah intervensi BB/U -1,51
SD.
5. Tinea kapitis sudah mengalami
perbaikan berupa pengurangan gejala
gatal dan pengobatan dilanjutkan
selama 6-8 minggu.
6. Pada pasien terdapat gangguan
perkembangan pada aspek motorik
kasar, sedangkan aspek personal sosial,
adaptif-motorik halus, dan bahasa
normal.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wengle JG, et al. The 'Golden Keys' to
health-a healthy lifestyle intervention
with randomized individual
mentorship for overweight and
obesity in adolescents. Pediatr Child
Health. 2011 Oct; 16(8):473-8.
2. Crookston BT, Schott W, et al.
Postinfancy growth, schooling, and
cognitive achievement: Young Lives.
Am J Clin Nutr. 2013 ;98(6):1555-63.
3. Palmer AC, Diaz T, Noordam
AC, Dalmiya N. Evolution of
the child health day strategy for the
integrated delivery of child health and
nutrition services. Food Nutr
Bull. 2013 Dec; 34(4):412-9.
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1995/Menkes/SK/XII/2010
tentang Standar Antropometri
Penilaian Status Gizi Anak.
5. Furlano RI, Sidler MA, Köhler H.
Failure to thrive in childhood.
German. Ther Umsch. 2013 Nov;
70(11):681-6.
6. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. 2008. Riset
Kesehatan Dasar 2007.
7. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang
Anak. Jakarta: EGC; 1995.
8. Pomeranz AJ and Sabins SS. Tinea
Capitis: epidemiology, diagnosis and
management stratiges. Pediatr Drugs.
2009; 4(12):779-83.
9. Brent, D., et al. Tinea Capitis in
Infants. Clinical Aeshetic and
Dermatology. 2012: Vol.2 Number 2.
10. Wollf K, Johnson RA. Fungal Infection
of The Skin and Hair. Fitzpatrick’s
Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology, 6th ed. New York:
McGrawHill Medicine; 2009: 692-741.
11. Bennasar, A. and Grimalt, R.
Management of Tinea Capitis in
Childhood. Clinical, Cosmetic and
Investigational Dermatology. 2010:
(3):89–98.
12. Bookstaver, P., et al. Prophylactic
Ketoconazole Shampoo for Tinea
Capitis in a High-Risk Pediatric
Population. J Pediatr Pharmacol Ther.
2011; 16(3):199–203.
13. Kartowigno, S. Sepuluh Besar
Kelompok Penyakit Kulit. Hal 43-65.
Palembang: Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya; 2012.
14. Chinnock, A. Validation of an
Estimated Food Record. Public Health
Nutrition. 2005: 9(7), 934-941.
15. Hager E, Candelaria M, Latta LW,
Hurley KM, Caulfield LE, et al.
Maternal Perceptions of Toddler Body
Size: Accuracy and Satisfaction Differ
by Toddler Weight Status. Arch
Pediatr Adolesc Med. 2012 May;
166(5):417-22.
16. Cadman D, Chambers L, Walter S,
Feldman W, Ferquson R. The
Usefulnes of the Denver
Developmental Screening Test to
Predict Kindergarten Problems in a
General Community Population. Am J
Public Health. 1984 Oct; 74(10):1093-
1097.
17. Drachler M, Marshall T, De Carpalho.
A Continous-Scale Measure of Child
Development for Population-Based
Epidemiological Surveys: A
Premilinary Study Using Item
Response Theory for the Denver Test.
Paediatr Perinat Epidemiol. 2007 Mar;
21(2):138-53.
Ramkita, N | Management Tinea Capitis Graypatch Ringworm Type On Toddler Ages 14 Month With Severe Underwight
J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 79
18. Nahar B, Hossain I, Hamdani JD, et al.
Effect of Food Supplementation and
Psychosocial Stimulation Trial for
Severely Malnourished Children on
the Level of Maternal Depressivee
Symptoms in Bangladesh. Child Care
Health Dev. 2014 Jul; 12176.
19. Stevens GA, Finucane MM, Paciorek
CJ, Flaxman SR, et al. Trends in Mild,
Moderate, and Severe Stunting and
Underweight, and Progress Towards
MDG 1 in 141 Developing Countries: a
Systematic Analysis of Population
Representative Data. Lancet. 2012
Sep; 380(9844):824-34.
20. Gaur S, Nayak R, Underweight in Low
Socioeconomic Status Preschool
Children With Severeearly Childhood
Caries. J Indian Soc Pedod Prev Dent.
2011 Dec; 29(4):305-9.
21. Nahar B, Ahmed T, Brown KH, Hossain
MI. Risk Factors Associated With
Severe Underweight Among Young
Chldren Reporting to a Diarrhoea
Treatment Facility in Bangladesh. J
Health Popul Nutr. 2010
Oct;28(5):476-83.
22. Lazzerini M, Rubert L, Pani P. Specially
Formulated Foods for Treating
Children with Moderat Acute
Malnutrition in Low and Middle-
Income Countries. Cochrane
Database Syst Rev. 2013 Jun;6.
23. Lenters LM, Wazny K, Webb P, Ahmed
T, Bhutta ZA. Treatment of Severe
and Moderate Acute Malnutrition in
Low and Middle Income Settings: a
Systematic Review. BMC Public
Health. 2013; 13.
24. Hossain MI, Nahar B, Hamadani JD,
Ahmed T, Brown KH. Effects of
Community Based Follow Up Care In
Managing Severely Underweight
Children. J Pediatr Gastroenterol Nutr.
2011 Sept; 53(3):310-9.
25. Nahar B, Hossain MI, Hamadani JD,
Ahmed T, Grantham M, Persson LA.
Effects of Psychososial Stimulation on
Improving Home Environment and
Child Rearing Practices: Results from a
Community-Based Trial Among
Severely Malnourished Children in
Bangladesh. BMC Public Health. 2012
Aug; 12:622.
26. Picot J, Hartwell D, Harris P, Mendes
D, Clegg AJ, Takeda A.The
effectiveness of interventions to treat
severe acute malnutrition in young
children: a systematic review. Health
Technol Assess. 2012;16(19):1-316.

More Related Content

What's hot

Askep komunitas
Askep komunitasAskep komunitas
Askep komunitasnandonovri
 
askep komunitas
askep komunitasaskep komunitas
askep komunitasnandonovri
 
Asuhan keperawtan keluarga
Asuhan keperawtan keluarga Asuhan keperawtan keluarga
Asuhan keperawtan keluarga mario daton
 
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...Operator Warnet Vast Raha
 
FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI PERK...
FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI PERK...FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI PERK...
FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI PERK...Sii AQyuu
 
Fenomena Obesitas Pada Balita dan Anak
Fenomena Obesitas Pada Balita dan AnakFenomena Obesitas Pada Balita dan Anak
Fenomena Obesitas Pada Balita dan AnakSyarah Raditia
 
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balitaJurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balitanrukmana rukmana
 
Pemenuhan Gizi Terhadap Tumbuh Kembang Pada Balita
Pemenuhan Gizi Terhadap Tumbuh Kembang Pada BalitaPemenuhan Gizi Terhadap Tumbuh Kembang Pada Balita
Pemenuhan Gizi Terhadap Tumbuh Kembang Pada BalitaDesintha Nurfaddhella
 
Kb 2 pemberian pelayanan tindak lanjut
Kb 2 pemberian pelayanan tindak lanjutKb 2 pemberian pelayanan tindak lanjut
Kb 2 pemberian pelayanan tindak lanjutpjj_kemenkes
 
Tm 1 konsep dasar keperawatan anak
Tm 1 konsep dasar keperawatan anakTm 1 konsep dasar keperawatan anak
Tm 1 konsep dasar keperawatan anakTYASLARASATI
 

What's hot (19)

Askep komunitas
Askep komunitasAskep komunitas
Askep komunitas
 
askep komunitas
askep komunitasaskep komunitas
askep komunitas
 
Askeb qqqqq komunitas
Askeb qqqqq komunitasAskeb qqqqq komunitas
Askeb qqqqq komunitas
 
Ebp3 kh
Ebp3 khEbp3 kh
Ebp3 kh
 
Asuhan keperawtan keluarga
Asuhan keperawtan keluarga Asuhan keperawtan keluarga
Asuhan keperawtan keluarga
 
Giziburu
GiziburuGiziburu
Giziburu
 
Kiti askeb komunitas
Kiti askeb komunitasKiti askeb komunitas
Kiti askeb komunitas
 
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...
Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan imtu pada balita vegetarian la...
 
FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI PERK...
FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI PERK...FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI PERK...
FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN GIZI LEBIH PADA REMAJA DI PERK...
 
Fenomena Obesitas Pada Balita dan Anak
Fenomena Obesitas Pada Balita dan AnakFenomena Obesitas Pada Balita dan Anak
Fenomena Obesitas Pada Balita dan Anak
 
Gizi buruk
Gizi burukGizi buruk
Gizi buruk
 
1000 hari pertumbuhan yang menentukan
1000 hari pertumbuhan yang menentukan1000 hari pertumbuhan yang menentukan
1000 hari pertumbuhan yang menentukan
 
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balitaJurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
Jurnal perilaku ibu dalam pemberian makan balita
 
Pemenuhan Gizi Terhadap Tumbuh Kembang Pada Balita
Pemenuhan Gizi Terhadap Tumbuh Kembang Pada BalitaPemenuhan Gizi Terhadap Tumbuh Kembang Pada Balita
Pemenuhan Gizi Terhadap Tumbuh Kembang Pada Balita
 
Kb 2 pemberian pelayanan tindak lanjut
Kb 2 pemberian pelayanan tindak lanjutKb 2 pemberian pelayanan tindak lanjut
Kb 2 pemberian pelayanan tindak lanjut
 
Ppt ecc malnutrisi fix
Ppt ecc malnutrisi fixPpt ecc malnutrisi fix
Ppt ecc malnutrisi fix
 
Askep keluarga ispa
Askep keluarga ispaAskep keluarga ispa
Askep keluarga ispa
 
Stunting
StuntingStunting
Stunting
 
Tm 1 konsep dasar keperawatan anak
Tm 1 konsep dasar keperawatan anakTm 1 konsep dasar keperawatan anak
Tm 1 konsep dasar keperawatan anak
 

Similar to 428 835-1-sm

con lap hasil kunj rmh gizi kur.docx
con lap hasil kunj rmh gizi kur.docxcon lap hasil kunj rmh gizi kur.docx
con lap hasil kunj rmh gizi kur.docxholipah2
 
PPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT DR. HEKA.pptx
PPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT  DR. HEKA.pptxPPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT  DR. HEKA.pptx
PPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT DR. HEKA.pptxssuser6a7917
 
Langgeng pambudi_laporan kasus anak_Ahli gizi
Langgeng pambudi_laporan kasus anak_Ahli giziLanggeng pambudi_laporan kasus anak_Ahli gizi
Langgeng pambudi_laporan kasus anak_Ahli giziYakoovAbadi
 
INTERVENSI PENANGANAN STUNTING.pptx
INTERVENSI PENANGANAN STUNTING.pptxINTERVENSI PENANGANAN STUNTING.pptx
INTERVENSI PENANGANAN STUNTING.pptxPopyAprilina
 
PPT Referat Stunting LXI-AB.pptx
PPT Referat Stunting LXI-AB.pptxPPT Referat Stunting LXI-AB.pptx
PPT Referat Stunting LXI-AB.pptxRudiNardoyo
 
MODUL KESEHATAN KELUARGA BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS
MODUL KESEHATAN KELUARGA BLOK KEDOKTERAN KOMUNITASMODUL KESEHATAN KELUARGA BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS
MODUL KESEHATAN KELUARGA BLOK KEDOKTERAN KOMUNITASRindang Abas
 
127179612 case-anemia-aplastik
127179612 case-anemia-aplastik127179612 case-anemia-aplastik
127179612 case-anemia-aplastikhomeworkping8
 
STUNTING SEDERHANA. Pengertian Stunting, ciri, ciri, gejala(penyebab), pengob...
STUNTING SEDERHANA. Pengertian Stunting, ciri, ciri, gejala(penyebab), pengob...STUNTING SEDERHANA. Pengertian Stunting, ciri, ciri, gejala(penyebab), pengob...
STUNTING SEDERHANA. Pengertian Stunting, ciri, ciri, gejala(penyebab), pengob...SantiKartini1
 
Konsep Tumbuh Kembang, Promosi Kesehatan, dan Masalah Kesehatan Pada Neonatus...
Konsep Tumbuh Kembang, Promosi Kesehatan, dan Masalah Kesehatan Pada Neonatus...Konsep Tumbuh Kembang, Promosi Kesehatan, dan Masalah Kesehatan Pada Neonatus...
Konsep Tumbuh Kembang, Promosi Kesehatan, dan Masalah Kesehatan Pada Neonatus...Nurona1
 
Makalah permasalahan pada anak usia dini
Makalah permasalahan pada anak usia diniMakalah permasalahan pada anak usia dini
Makalah permasalahan pada anak usia diniSeptian Muna Barakati
 
INOVASI KELANTING HALU.pptx
INOVASI KELANTING HALU.pptxINOVASI KELANTING HALU.pptx
INOVASI KELANTING HALU.pptxSariahUkin
 
book reading Gizi buruk.pptx
book reading Gizi buruk.pptxbook reading Gizi buruk.pptx
book reading Gizi buruk.pptxIisRicaMustika
 
GIZI DAN PENGASUHAN KELUARGA SEHAT (1).pptx
GIZI DAN PENGASUHAN KELUARGA SEHAT (1).pptxGIZI DAN PENGASUHAN KELUARGA SEHAT (1).pptx
GIZI DAN PENGASUHAN KELUARGA SEHAT (1).pptxImamMunandar38
 

Similar to 428 835-1-sm (20)

con lap hasil kunj rmh gizi kur.docx
con lap hasil kunj rmh gizi kur.docxcon lap hasil kunj rmh gizi kur.docx
con lap hasil kunj rmh gizi kur.docx
 
PPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT DR. HEKA.pptx
PPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT  DR. HEKA.pptxPPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT  DR. HEKA.pptx
PPT LAPKAS 1 DEMAM REUMATIK AKUT DR. HEKA.pptx
 
Langgeng pambudi_laporan kasus anak_Ahli gizi
Langgeng pambudi_laporan kasus anak_Ahli giziLanggeng pambudi_laporan kasus anak_Ahli gizi
Langgeng pambudi_laporan kasus anak_Ahli gizi
 
INTERVENSI PENANGANAN STUNTING.pptx
INTERVENSI PENANGANAN STUNTING.pptxINTERVENSI PENANGANAN STUNTING.pptx
INTERVENSI PENANGANAN STUNTING.pptx
 
PPT Referat Stunting LXI-AB.pptx
PPT Referat Stunting LXI-AB.pptxPPT Referat Stunting LXI-AB.pptx
PPT Referat Stunting LXI-AB.pptx
 
Ebp3 kh
Ebp3 khEbp3 kh
Ebp3 kh
 
MODUL KESEHATAN KELUARGA BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS
MODUL KESEHATAN KELUARGA BLOK KEDOKTERAN KOMUNITASMODUL KESEHATAN KELUARGA BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS
MODUL KESEHATAN KELUARGA BLOK KEDOKTERAN KOMUNITAS
 
Isi
IsiIsi
Isi
 
127179612 case-anemia-aplastik
127179612 case-anemia-aplastik127179612 case-anemia-aplastik
127179612 case-anemia-aplastik
 
Kasus Musculoskeletal
Kasus MusculoskeletalKasus Musculoskeletal
Kasus Musculoskeletal
 
edit.pptx
edit.pptxedit.pptx
edit.pptx
 
ppt malnutrisi fix.pptx
ppt malnutrisi  fix.pptxppt malnutrisi  fix.pptx
ppt malnutrisi fix.pptx
 
STUNTING SEDERHANA. Pengertian Stunting, ciri, ciri, gejala(penyebab), pengob...
STUNTING SEDERHANA. Pengertian Stunting, ciri, ciri, gejala(penyebab), pengob...STUNTING SEDERHANA. Pengertian Stunting, ciri, ciri, gejala(penyebab), pengob...
STUNTING SEDERHANA. Pengertian Stunting, ciri, ciri, gejala(penyebab), pengob...
 
ppt stunting.pptx
ppt stunting.pptxppt stunting.pptx
ppt stunting.pptx
 
Konsep Tumbuh Kembang, Promosi Kesehatan, dan Masalah Kesehatan Pada Neonatus...
Konsep Tumbuh Kembang, Promosi Kesehatan, dan Masalah Kesehatan Pada Neonatus...Konsep Tumbuh Kembang, Promosi Kesehatan, dan Masalah Kesehatan Pada Neonatus...
Konsep Tumbuh Kembang, Promosi Kesehatan, dan Masalah Kesehatan Pada Neonatus...
 
Makalah permasalahan pada anak usia dini
Makalah permasalahan pada anak usia diniMakalah permasalahan pada anak usia dini
Makalah permasalahan pada anak usia dini
 
INOVASI KELANTING HALU.pptx
INOVASI KELANTING HALU.pptxINOVASI KELANTING HALU.pptx
INOVASI KELANTING HALU.pptx
 
book reading Gizi buruk.pptx
book reading Gizi buruk.pptxbook reading Gizi buruk.pptx
book reading Gizi buruk.pptx
 
GIZI DAN PENGASUHAN KELUARGA SEHAT (1).pptx
GIZI DAN PENGASUHAN KELUARGA SEHAT (1).pptxGIZI DAN PENGASUHAN KELUARGA SEHAT (1).pptx
GIZI DAN PENGASUHAN KELUARGA SEHAT (1).pptx
 
Bayi dgn ibu dm AKPER PEMKAB MUNA
Bayi dgn ibu dm AKPER PEMKAB MUNA Bayi dgn ibu dm AKPER PEMKAB MUNA
Bayi dgn ibu dm AKPER PEMKAB MUNA
 

Recently uploaded

anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptRoniAlfaqih2
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptxrachmatpawelloi
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikSavitriIndrasari1
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.pptDesiskaPricilia1
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxrittafarmaraflesia
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfFatimaZalamatulInzan
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusiastvitania08
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALMayangWulan3
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxISKANDARSYAPARI
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxkaiba5
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANYayahKodariyah
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptRoniAlfaqih2
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptbekamalayniasinta
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...AdekKhazelia
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptika291990
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3smwk57khb29
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannandyyusrizal2
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfhsetraining040
 

Recently uploaded (18)

anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.pptanatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
anatomi fisiologi sistem penginderaan.ppt
 
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
414325562-Ppt- Keperawatan GawatDarurat Trauma-Abdomen.pptx
 
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensikPPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
PPT presentasi tentang ekshumasi stase forensik
 
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
456720224-1-Antenatal Care-Terpadu-10-T-ppt.ppt
 
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptxkonsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
konsep nutrisi pada pasien dengan gangguan kardiovaskuler.pptx
 
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdfSWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
SWAMEDIKASI ALERGI PRODI SARJANA FARMASI.pdf
 
materi tentang sistem imun tubuh manusia
materi tentang sistem  imun tubuh manusiamateri tentang sistem  imun tubuh manusia
materi tentang sistem imun tubuh manusia
 
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONALPPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
PPT KONTRASEPSI KB HORMONAL DAN NON HORMONAL
 
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptxMPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
MPI 3. Pengendalian Penyakit pada JH 2023 Kadar.pptx
 
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptxLaporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
Laporan Kasus - Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut.pptx
 
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATANSEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN EMULSI : DEFINISI, TIPE EMULSI, JENIS EMULGATOR DAN CARA PEMBUATAN
 
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.pptToksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
Toksikologi obat dan macam-macam obat yang toksik dan berbahaya.ppt
 
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.pptPERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
PERAN PERAWAT DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KELOMPOK 4.ppt
 
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
PANDUAN TUGAS AKHIR SKRIPSI PRODI KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI PROGRAM SARJANA T...
 
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.pptPERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
PERHITUNGAN_DAN_KATEGORI_STATUS_GIZI.ppt
 
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3spenyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
penyuluhan terkait kanker payudara oleh mahasiswa k3s
 
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinannPelajaran Distosia Bahu pada persalinann
Pelajaran Distosia Bahu pada persalinann
 
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdfStrategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
Strategi_Pengendalian_RisikoZSFADXSCFQ.pdf
 

428 835-1-sm

  • 1. Ramkita, N | Management Tinea Capitis Graypatch Ringworm Type On Toddler Ages 14 Month With Severe Underwight J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 72 [Laporan Kasus] Management Tinea Capitis Graypatch Ringworm Type On Toddler Ages 14 Month With Severe Underweight Nora Ramkita Faculty of Medicine, Universitas Lampung Abstract One of three childrens in the world die every year due to malnutrition. Status of immunology will be affected easily by various diseases, including fungal infections. Application of holistic and comprehensive family approach for intern and extern factors and patient centered problem solving based on Evident Based Medicine. Primary data were obtained from allonamnesis, physical examination, and home visit. Toddler A, male, 14 month, weight 6 kg, with tinea capitis graypatch ringworm type and severe underweight, weight/age <-3SD, weight/height <-3SD. We look for the causes 3 kg weight loss in the last 2 months. Analysis of causes, such as underlying disease or other risk. Malnutrition has been successful treated, as evidenced by the nutritional status prior before intervention is the Weight/Age -3.81 SD to - 1.51 SD. Itching of the scalp ringworm is reduced and treatment was continued for 6-8 weeks. In addition, patients are impaired on aspects of gross motor development, while on the personal aspects of social, fine motor adaptive, and normal language. Keywords: Denver II, Malnutrition, Tinea capitis, Underlying Disease Abstrak: Satu dari tiga anak di dunia meninggal setiap tahun akibat gizi buruk. Status imunologi pada kasus gizi buruk dapat dipengaruhi dengan mudah, sehingga mudah terkena berbagai macam penyakit, termasuk infeksi jamur. Menerapkan pendekatan dokter keluarga yang holistik dan komprehensif dalam mendeteksi faktor risiko internal dan eksternal dan menyelesaikan masalah berbasis Evident Based Medicine yang bersifat family-approached dan patient-centered. Data primer diperoleh dari alloanamnesis, pemeriksaan fisik, dan kunjungan rumah. Balita A, laki – laki, 14 bulan BB 6 kg, dengan tinea kapitis tipe graypatch ringworm dan status gizi buruk BB/U<-3SD, BB/TB<-3SD. Kami mencari penyebab penurunan berat badan sebanyak 3 kg dalam 2 bulan. Dilakukan analisa kasus seperti adanya penyakit yang mendasari atau faktor risiko lain. Penatalaksaaan gizi buruk sudah berhasil, terbukti dengan status gizi sebelum intervensi adalah BB/U -3,81 SD menjadi BB/U -1,51 SD. Gejala gatal pada tinea kapitis berkurang dan pengobatan dilanjutkan selama 6-8 minggu. Pasien terdapat gangguan perkembangan pada aspek motorik kasar, sedangkan pada aspek personal sosial, adaptif-motorik halus, dan bahasa normal. Kata kunci: Denver II, Gizi Buruk, Tinea Kapitis, Underlying Disease ... Korespondensi : Nora Ramkita | noraramkita@yahoo.com Pendahuluan Pertumbuhan dan perkembangan balita merupakan suatu hal yang perlu mendapat perhatian besar. Masa balita merupakan masa dengan pertumbuhan yang sangat pesat dan kritis, biasanya dikenal dengan istilah golden age.1 Golden age atau masa emas yang terjadi selama usia balita ini merupakan suatu masa yang sangat penting dalam fase tumbuh kembang anak, karena pembentukan kepribadian dan karakter dimulai pada masa ini.2
  • 2. Ramkita, N | Management Tinea Capitis Graypatch Ringworm Type On Toddler Ages 14 Month With Severe Underwight J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 73 Masa pertumbuhan balita merupakan suatu parameter sederhana untuk menilai normal tidaknya status kesehatan anak.2 Laju pertumbuhan balita bisa terganggu bila asupan nutrisinya salah.3 Masalah tersebut dapat berupa gizi kurang (underweight) dan gizi buruk (severely underweight).4 Kasus gizi buruk masih menjadi masalah di beberapa negara. Tercatat satu dari tiga anak di dunia meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas gizi.3,5 Setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena masalah kekurangan gizi dan buruknya kualitas makanan, didukung pula oleh kekurangan gizi selama masih di dalam kandungan. Hal ini dapat berakibat kerusakan yang tidak dapat diperbaiki pada saat anak beranjak dewasa. Dr. Bruce Cogill, ahli gizi dari badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) United Nations Children's Fund (UNICEF) mengatakan bahwa isu global tentang gizi buruk saat ini merupakan problem yang harus diatasi. 6 Soetjiningsih (1995) dalam bukunya menjelaskan bahwa dampak jangka pendek dari kasus gizi buruk adalah anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara serta gangguan perkembangan yang lain.7 Sedangkan dampak jangka panjang dari kasus gizi buruk adalah penurunan skor IQ, penurunan perkembangan kognitif, gangguan pemusatan perhatian, serta gangguan penurunan rasa percaya diri. Ini juga berkaitan dengan status immunologi pada anak. Ketika gizi anak kurang, maka status imunologinya pun akan berpengaruh sehingga mudah terkena berbagai macam penyakit.2,3,5 Penyakit infeksi dapat menyerang individu dengan imunitas yang rendah. Salah satu penyakit infeksi pada anak yaitu penyakit infeksi oleh jamur. Penyakit infeksi jamur seperti tinea kapitis, sering menyerang berbagai usia, termasuk anak – anak.8 Insidensi tinea kapitis menyerang berbagai populasi, termasuk menyerang anak. Faktor yang mempengaruhi transmisi penyakit ini diantaranya higienitas personal, imunitas, dan status sosial ekonomi.8,9 Masalah seperti inilah yang kemudian perlu untuk ditelaah lebih lanjut. Kasus Balita M, laki – laki, 14 bulan, berat badan 6 kg, datang ke Puskesmas Rawat Inap Kota Karang pada tanggal 17 Maret 2014. Ibu pasien menceritakan bahwa sejak 1 tahun yang lalu ada bercak putih sebesar koin di kepala bayi, bercak ini membuat bayi sering menangis karena gatal. Bercak tersebut sering digaruk oleh bayi, sehingga bayi sering rewel. Lama kelamaan bercak tersebut meluas, saat ini bercak meluas hingga ke sebagian besar kulit kepala dan bersisik halus. Rambut anaknya juga menjadi kusam dan gampang putus sejak bercak tersebut muncul. Ibu pasien menceritakan bahwa 2 bulan yang lalu berat badan anaknya adalah 9 kg. Selama 2 bulan terakhir anaknya sulit makan, nafsu makannya menurun, sehingga mengalami penurunan berat badan sebanyak 3 kg dalam 2 bulan. Sehari – hari anak makan 2 kali namun jarang habis. Biasanya pagi hari anak hanya makan bubur nasi ½ piring dan malam hari juga bubur nasi ½ piring dengan lauk yang dilumatkan berupa ikan dan tahu. Anak juga mengkonsumsi susu sapi 1 gelas per hari sejak usia 3 bulan. Tidak ada demam dalam 1 bulan terakhir dan tidak ada anggota keluarga yang menderita batuk lama. Tidak ada perut buncit, rambut jagung, maupun BAB cair dalam jangka waktu yang lama. 1 bulan yang lalu ibu pasien mengantarkan pasien berobat ke bidan setempat untuk memeriksa keadaan pasien. Oleh bidan diberikan Miconazole krim 2%. Krim tersebut sudah digunakan,
  • 3. Ramkita, N | Management Tinea Capitis Graypatch Ringworm Type On Toddler Ages 14 Month With Severe Underwight J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 74 namun tidak terjadi perubahan terhadap pasien. Ibu pasien sempat bingung dan juga ketakutan karena lama kelamaan bercaknya meluas sehingga ibu pasien memeriksakan anaknya ke puskesmas Rawat Inap Kota Karang. Pasien sehari – hari bermain bersama ibunya dan neneknya. Pasien hanya bermain dengan ayahnya siang hari saat ayahnya pulang dari bekerja sebagai nelayan. Anak saat ini sudah bisa mengucapkan kata “mak” dan “pak”. Pasien saat ini mampu berdiri selama 2 detik, namun belum bisa berdiri sendiri. Ibu pasien menceritakan bahwa sejak bayi lahir, ia sering mengusap kulit kepala bayi dengan minyak goreng agar lembab. Namun bercak putih di kepala bayi semakin luas, sehingga saat ini kebiasaan tersebut tidak lagi dilakukan. Sejak lahir bayi tidak diberikan ASI eksklusif. Riwayat imunisasi bayi lengkap berupa BCG, polio, DPT, dan HepB. Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit gatal-gatal baik di kepala maupun di badan. Tidak ada anggota keluarga yang menderita alergi makanan mapun penyakit asma. Ibu pasien menderita hipertensi sejak 2 tahun yang lalu, sementara kakek pasien juga menderita hipertensi sejak 10 tahun yang lalu, namun jarang kontrol ke Puskesmas. Keluarga pasien jarang berobat ke Puskesmas karena angota keluarga yang laki – laki sebagian besar bekerja sebagai nelayan dan jarang tinggal di rumah. Ketika mereka merasakan sakit, bisanya anggota keluarga membeli obat warung, baru kemudian ke Puskesmas jika tidak mengalami perbaikan. Ibu pasien adalah seorang ibu rumah tangga, sementara ayah pasien adalah seorang nelayan. Ia bekerja 21 jam dalam sehari dan hanya berkumpul di rumah 3 jam dalam sehari. Pendapatan sebagai nelayan dirasakan ibu pasien hanya cukup untuk makan sehari – hari sehingga ia kurang memperhatikan pengobatan anaknya dan kurang memperhatikan higienitas serta jenis makanan yang dikonsumsi anak. Pasien tinggal bersama nenek, kakek dan saudara ibunya, berjumlah 9 anggota keluarga dalam satu rumah. Rumah berukuran 6x5m2. Kondisi rumah padat dan kurang bersih, memiliki 2 buah kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur dan 1 toilet. Penerangan dalam rumah dengan listrik dan ventilasi kurang. Sumber air minum dari air mineral, limbah dialirkan ke got. Kondisi rumah secara keseluruhan kurang baik. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaaan umum: Tampak sakit sedang, terlihat lemas. Suhu: 36,5oC, Nadi: 64x/menit, Nafas: 20x/menit, Berat Badan: 6 kg, Tinggi Badan: 73 cm, Lingkar Kepala: 44 cm, LILA: 11 cm, BB/U<-3SD, TB/U:-1SD, BB/TB<-3SD, LK/U 2SD, Status Gizi: Gizi buruk. Kepala terdapat lesi kulit. Status Dermatologis: terdapat lesi di scalp (kulit kepala), berbentuk bulat, berbatas tegas, skuama putih sedang-kasar, tidak berminyak, berukuran 11x12 cm. Rambut kusam tidak mengkilat dan rambut putus kurang lebih 1 cm di atas permukaan kulit. Mata tak tampak konjuntiva pucat, sklera anikterik. Telinga dan hidung dan mulut dalam batas normal. Leher tidak ada pembesaran KGB. Suara paru vesikular kanan dan kiri. Bunyi jantung pada pemeriksaan auskultasi reguler. Abdomen dalam batas normal. Ekstremitas superior dan inferior dalam batas normal, tidak edema dan akral hangat. Status neurologis : Reflek fisiologis normal, Reflek patologis (-).
  • 4. Ramkita, N | Management Tinea Capitis Graypatch Ringworm Type On Toddler Ages 14 Month With Severe Underwight J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 75 Gambar 1. Status dermatologis pasien Pembahasan Diagnosa penyakit pada pasien ini adalah tinea kapitis tipe gray patch ringworm. Dasar diagnosis berupa anamnesis bercak yang gatal di kulit kepala yang sifatnya kronik selama 1 tahun. Pemeriksaan fisik didapatkan rambut yang berwarna kusam tidak mengkilat dan putus kurang lebih 1 cm di atas permukaan kulit.9 Didapatkan lesi di scalp (kulit kepala), berbentuk bulat, berbatas tegas, skuama putih sedang- kasar, tidak berminyak, berukuran 11x12 cm.9,10 Diagnosis laboratorium tinea kapitis diambil dari rambut maupun skuama.8,9 Untuk bahan dari skuama dengan cara lesi dibersihkan dengan kapas alkohol, mengerok tepi lesi dengan skalpel, diletakkan di atas gelas objek dan ditetesi dengan KOH 10-20%, ditutup dengan gelas alas, dilewatkan di atas api bunsen, kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Akan didapatkan hifa bersepta dan bercabang.11 Namun pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan karena tidak tersedianya preparat KOH di puskesmas. Manajemen penatalaksanaan yang diberikan adalah medikamentosa dan non medikamentosa. Terapi medikamentosa dengan Griseofulvin 125 mg 1x1 selama 6- 8 minggu dan shampo ketokonazol 2xseminggu.12 Tinea kapitis memerlukan terapi sistemik karena obat harus mengadakan penetrasi ke folikel rambut. Telah beberapa dekade griseofulvin menjadi drug of choice dan hanya obat inilah yang disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk mengobati tinea kapitis pada anak.9,10,11 Griseofulvin ditoleransi baik, aman, dan dipakai di seluruh dunia. Dosis terbaik adalah 25 mg/kg/hari. Obat dikonsumsi setelah makan atau setelah minum susu oleh karena absorbsinya menjadi lebih baik. Terapi biasanya memakan waktu 6-8 pekan dan diteruskan 2 pekan setelah klinis baik. 11,12,13 Terapi anti jamur oral diperlukan untuk membasmi tinea capitis. Selain itu, terapi anti jamur topikal (misalnya, shampo) bermanfaat dalam mempercepat respon klinis, mengurangi pertumbuhan organisme jamur, serta mengurangi penularan kepada orang lain. Ketoconazol shampo yang digunakan yang digunakan setiap hari selama 8 minggu terbukti dapat menghambat perkembangan klinis tinea kapitis yang disebabkan oleh Trichophyton tonsurans pada 15 orang anak usia 3-6 tahun dengan kultur negatif sebanyak 6 dari 15 sampel.9 Diagnosis yang didapatkan selanjutnya adalah gizi buruk. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TB/U:-1 SD, artinya tinggi badan anak masih sesuai dengan usianya. BB/U <-3 SD artinya berat badan anak kurang dari normal. BB/TB <-3 SD artinya berat badan anak dibandingkan dengan tinggi badan anak seusianya adalah kurang dari normal.7,14 Dapat disimpulkan bahwa penyebab gizi buruk pada anak adalah akut, bukan kronik. Pada pasien juga tidak didapatkan tanda – tanda rambut jagung, perut buncit, edema, diare, maupun anemia. Ini menyingkirkan diagnosa banding kwashiorkor dan marasmus.2,3,5,7 Terdapat penurunan berat badan pasien sebesar 3 kg selama 2 bulan terakhir. Berdasarkan grafik z-score WHO didapatkan BB/U 0 SD, artinya pada 2
  • 5. Ramkita, N | Management Tinea Capitis Graypatch Ringworm Type On Toddler Ages 14 Month With Severe Underwight J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 76 bulan yang lalu status gizi anak masih baik yaitu BB/U -0,06 SD (Gambar 2). Gambar 2. Grafik BB/U anak 2 bulan yang lalu4 Manajemen non farmakologi berupa edukasi pada keluarga pasien tentang penyakit tinea kapitis dan gizi buruk, memberikan dukungan pada keluarga untuk memperbaiki status gizi pasien dengan membuat food record atau daftar menu makanan yang dimakan pasien selama 24 jam terakhir dan kemudian dibuatkan menu anjurannya. 7,8,14,22 Berdasarkan pedoman tatalaksana gizi buruk yang keluarkan oleh Departemen Kesehatan (2009), sebaiknya yang harus dilakukan mulai dari penemuan kasus gizi buruk adalah perlunya pengorganisasian yaitu adanya tim asuhan gizi yang akan mengidentifikasi sesuai tata cara yang sudah ditetapkan sampai membuat rencana tindak lanjut, kemudian melakukan tindak lanjut dengan memberi pengobatan sesuai diagnosa yang telah ditegakkan, serta memberikan makanan pemulihan sesuai dengan tingkat keadaan gizi buruk yang diderita balita sampai balita tersebut dinyatakan sembuh atau mengalami perbaikan dari keadaannya semula. Selanjutnya tetap dilakukan pengawasan keadaan dan status gizinya dengan melakukan pengukuran antropometri (BB/TB) sampai balita tersebut status gizinya kembali normal. Dan apabila pada tahap identifikasi ditemukan penyakit penyerta atau tanda- tanda klinis berat pada balita, hendaknya balita dengan gizi buruk tersebut dirujuk ke tingkat perawatan lanjut seperti rumah sakit.14,15 Pemeriksaan perkembangan anak dengan menggunakan Denver II dilakukan untuk menilai apakah ada pula gangguan perkembangan selain status gizi anak yang mengalami gangguan.15 Berdasarkan grafik Denver II untuk usia anak 14 bulan, aspek personal sosial, aspek motorik halus dan bahasa didapatkan hasil yang normal. Namun untuk aspek motorik kasar mengalami keterlambatan atau delay.16,17 Seharusnya anak sudah bisa berdiri sendiri, namun pada pasien baru bisa berdiri selama 2 detik. Ini juga berkaitan dengan pola asuh orang tua terhadap anak.17 Keterlambatan untuk motorik kasar dapat diperbaiki dengan pola asuh dan latihan yang cukup pada anak sehingga anak dapat memperbaiki perkembangannya.7 Denver II adalah revisi utama dari standardisasi ulang dari Denver Development Screening Test (DDST) dan Revisied Denver Developmental Screening Test (DDST-R). Perkembangan biasanya dibahas bersama pertumbuhan, karena keduanya selalu berjalan beriringan. Denver II terdiri atas 125 item tugas perkembangan yang sesuai dengan usia anak, mulai dari usia 0-6 tahun. Item-item tersebut tersusun dalam formulir khusus dan terbagi menjadi 4 sektor yaitu: sektor personal-sosial, sektor motorik halus- adaptif, sektor bahasa, dan sektor motorik kasar.16, 17 Intervensi terhadap faktor internal dan eksternal penting untuk dilakukan. Edukasi kepada ibu dan anggota keluarga pasien yang tinggal 1 rumah mengenai penyakit pasien berupa tinea kapitis dan gizi buruk. Intervensi dilakukan dengan metode diskusi bersama anggota keluarga
  • 6. Ramkita, N | Management Tinea Capitis Graypatch Ringworm Type On Toddler Ages 14 Month With Severe Underwight J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 77 pasien menggunakan media gambar terkait penyakit pasien dan demonstrasi cara menggunakan shampo ketokonazol pada anak. Ini dilakukan ketika anak mandi pada sore hari.11,12 Selain itu, edukasi tentang diet yang tepat untuk pasien sesuai dengan usianya.22,24 Hal ini bertujuan untuk memperbaiki status gizi pasien, sehingga apabila berat badan dapat meningkat, kemungkinan adanya underlying disease dari gizi buruk pada pasien dapat disingkirkan. 5,22 Yang juga penting adalah memotivasi keluarga untuk memperbaiki status gizi pasien dan mengobati tinea kapitis pasien secara teratur.18,19,24 Evaluasi pembinaan diperoleh hasil sebagai berikut: Pertama keluhan gatal di kepala pasien berkurang. Sebelumnya, saat hendak tidur anak sering rewel dengan menggaruk – garuk kepalanya yang gatal. Saat ini anak dapat tidur pulas pada malam maupun siang hari. Kedua pola makan anak sudah mengalami perbaikan. Ibu pasien sudah memasak sendiri makanan untuk anaknya di rumah. Makan bubur nasi dan lauk pauk serta sayur yang dilumatkan untuk anak. Nafsu makan anak membaik. 18,22,23 Ketiga berat badan pasien bertambah 2 kg selama 2 minggu. Berat badan anak saat ini menjadi 8 kg. Status gizi berdasarkan z-score WHO tahun 2011 mengalami perubahan dari BB/U:-3,81 menjadi BB/U:-1,51. Sehingga saat ini status gizi anak tergolong gizi cukup. Hal ini juga dapat menyingkirkan penyakit akut atau underlying disease yang menyebabkan perubahan status gizi pada anak seperti TBC.6,22 Artinya, penurunan berat badan yang terjadi pada anak dalam 2 bulan terakhir disebabkan oleh pola asuh yang kurang tepat terutama mengenai pola makan oleh ibu pasien. 14,15,24,45 Gambar 3. Grafik BB/U menggunakan z- score WHO 2011 (setelah intervensi)4 Pada penelitian Pijot (2012) diketahui bahwa gizi buruk merupakan salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita di Indonesia maupun negara-negara berkembang lainnya. Dampaknya muncul terhadap pertumbuhan, perkembanganintelektual dan produktivitas antara 20-30%, selain itu juga berdampak langsung terhadap kesakitan dan kematian.26 Ini menunjukkan apabila kasus gizi buruk ditangani dan dilakukan penatalaksanaan gizi secara baik dan bermutu sesuai dengan pedoman dan prosedur tatalaksana gizi buruk, akan menurunkan angka kejadian kasus gizi buruk.4,6 Simpulan 1. Diagnosis tinea kapitis tipe graypatch ringworm dan gizi buruk sudah sesuai dengan beberapa teori dan telaah kritis dari penelitian terkini. 2. Ada beberapa faktor risiko internal dan eksternal yang memicu terjadinya tinea kapitis dan gizi buruk dan hal ini telah dinyatakan oleh beberapa teori yang menjadi sumber acuan. 3. Manajemen tinea kapitis dan gizi buruk dilakukan dengan tatalaksana medikamentosa dan non- medikamentosa. 4. Manajemen penatalaksaaan pada pasien terkait gizi buruk sudah berhasil terbukti dengan status gizi pasien sebelum intervensi adalah BB/U -3,81
  • 7. Ramkita, N | Management Tinea Capitis Graypatch Ringworm Type On Toddler Ages 14 Month With Severe Underwight J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 78 SD dan setelah intervensi BB/U -1,51 SD. 5. Tinea kapitis sudah mengalami perbaikan berupa pengurangan gejala gatal dan pengobatan dilanjutkan selama 6-8 minggu. 6. Pada pasien terdapat gangguan perkembangan pada aspek motorik kasar, sedangkan aspek personal sosial, adaptif-motorik halus, dan bahasa normal. DAFTAR PUSTAKA 1. Wengle JG, et al. The 'Golden Keys' to health-a healthy lifestyle intervention with randomized individual mentorship for overweight and obesity in adolescents. Pediatr Child Health. 2011 Oct; 16(8):473-8. 2. Crookston BT, Schott W, et al. Postinfancy growth, schooling, and cognitive achievement: Young Lives. Am J Clin Nutr. 2013 ;98(6):1555-63. 3. Palmer AC, Diaz T, Noordam AC, Dalmiya N. Evolution of the child health day strategy for the integrated delivery of child health and nutrition services. Food Nutr Bull. 2013 Dec; 34(4):412-9. 4. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1995/Menkes/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. 5. Furlano RI, Sidler MA, Köhler H. Failure to thrive in childhood. German. Ther Umsch. 2013 Nov; 70(11):681-6. 6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Riset Kesehatan Dasar 2007. 7. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC; 1995. 8. Pomeranz AJ and Sabins SS. Tinea Capitis: epidemiology, diagnosis and management stratiges. Pediatr Drugs. 2009; 4(12):779-83. 9. Brent, D., et al. Tinea Capitis in Infants. Clinical Aeshetic and Dermatology. 2012: Vol.2 Number 2. 10. Wollf K, Johnson RA. Fungal Infection of The Skin and Hair. Fitzpatrick’s Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology, 6th ed. New York: McGrawHill Medicine; 2009: 692-741. 11. Bennasar, A. and Grimalt, R. Management of Tinea Capitis in Childhood. Clinical, Cosmetic and Investigational Dermatology. 2010: (3):89–98. 12. Bookstaver, P., et al. Prophylactic Ketoconazole Shampoo for Tinea Capitis in a High-Risk Pediatric Population. J Pediatr Pharmacol Ther. 2011; 16(3):199–203. 13. Kartowigno, S. Sepuluh Besar Kelompok Penyakit Kulit. Hal 43-65. Palembang: Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya; 2012. 14. Chinnock, A. Validation of an Estimated Food Record. Public Health Nutrition. 2005: 9(7), 934-941. 15. Hager E, Candelaria M, Latta LW, Hurley KM, Caulfield LE, et al. Maternal Perceptions of Toddler Body Size: Accuracy and Satisfaction Differ by Toddler Weight Status. Arch Pediatr Adolesc Med. 2012 May; 166(5):417-22. 16. Cadman D, Chambers L, Walter S, Feldman W, Ferquson R. The Usefulnes of the Denver Developmental Screening Test to Predict Kindergarten Problems in a General Community Population. Am J Public Health. 1984 Oct; 74(10):1093- 1097. 17. Drachler M, Marshall T, De Carpalho. A Continous-Scale Measure of Child Development for Population-Based Epidemiological Surveys: A Premilinary Study Using Item Response Theory for the Denver Test. Paediatr Perinat Epidemiol. 2007 Mar; 21(2):138-53.
  • 8. Ramkita, N | Management Tinea Capitis Graypatch Ringworm Type On Toddler Ages 14 Month With Severe Underwight J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1 | September 2014 | 79 18. Nahar B, Hossain I, Hamdani JD, et al. Effect of Food Supplementation and Psychosocial Stimulation Trial for Severely Malnourished Children on the Level of Maternal Depressivee Symptoms in Bangladesh. Child Care Health Dev. 2014 Jul; 12176. 19. Stevens GA, Finucane MM, Paciorek CJ, Flaxman SR, et al. Trends in Mild, Moderate, and Severe Stunting and Underweight, and Progress Towards MDG 1 in 141 Developing Countries: a Systematic Analysis of Population Representative Data. Lancet. 2012 Sep; 380(9844):824-34. 20. Gaur S, Nayak R, Underweight in Low Socioeconomic Status Preschool Children With Severeearly Childhood Caries. J Indian Soc Pedod Prev Dent. 2011 Dec; 29(4):305-9. 21. Nahar B, Ahmed T, Brown KH, Hossain MI. Risk Factors Associated With Severe Underweight Among Young Chldren Reporting to a Diarrhoea Treatment Facility in Bangladesh. J Health Popul Nutr. 2010 Oct;28(5):476-83. 22. Lazzerini M, Rubert L, Pani P. Specially Formulated Foods for Treating Children with Moderat Acute Malnutrition in Low and Middle- Income Countries. Cochrane Database Syst Rev. 2013 Jun;6. 23. Lenters LM, Wazny K, Webb P, Ahmed T, Bhutta ZA. Treatment of Severe and Moderate Acute Malnutrition in Low and Middle Income Settings: a Systematic Review. BMC Public Health. 2013; 13. 24. Hossain MI, Nahar B, Hamadani JD, Ahmed T, Brown KH. Effects of Community Based Follow Up Care In Managing Severely Underweight Children. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2011 Sept; 53(3):310-9. 25. Nahar B, Hossain MI, Hamadani JD, Ahmed T, Grantham M, Persson LA. Effects of Psychososial Stimulation on Improving Home Environment and Child Rearing Practices: Results from a Community-Based Trial Among Severely Malnourished Children in Bangladesh. BMC Public Health. 2012 Aug; 12:622. 26. Picot J, Hartwell D, Harris P, Mendes D, Clegg AJ, Takeda A.The effectiveness of interventions to treat severe acute malnutrition in young children: a systematic review. Health Technol Assess. 2012;16(19):1-316.