Potensi kelautan dan perikanan sangat besar namun Indonesia belum pernah makmur dan sejahtera dari sektor tersebut. Diperlukan peningkatan kemampuan berproduksi dan pemasaran produk-produk kelautan dan perikanan melalui modernisasi sistem produkski dan manajemen. Tujuannya adalah untuk meningkatkan produksi, produktivitas, nilai tambah dan daya saing tinggi dengan produk yang berkualitas agar mampu berkompetisi di pasar global. Untuk itu Industrialisasi di bidang kelautan dan perikanan adalah keniscayaan.
1. INDUSTRIALISASI
KELAUTAN
DAN
PERIKANAN
SUNOTO,
MES,
PHD
KEMENTERIAN
KELAUTAN
DAN
PERIKANAN
JAKARTA:
FEBRUARI,
2012
2. A.
TANTANGAN
Makro:
1. Luas
laut
Indonesia
5,8
juta
km2
atau
2/3
luas
wilayah
RI
dan
panjang
pantai
95.181
km,
tapi
PDB
perikanan
baru
3,46%,
2. Gejala
perubahan
iklim
makin
mengancam
sistem
produksi
kelautan
dan
perikanan,
sementara
itu
belum
ada
kebijakan
anXsipasi
Yg
perubahan
sistem
produksi.
Hulu
Perikanan
Tangkap:
1. Potensi
sumberdaya
perikanan
tangkap
di
laut
sekitar
6,5
juta
ton
per
tahun
dan
telah
dimanfaatkan
lebih
dari
5,3
juta,
namun
nelayan
masih
miskin,
2. Jumlah
nelayan
laut
dan
perairan
umum
2.755.794
orang,
tapi
lebih
dari
50%
atau
1.466.666
nelayan
berstatus
sambilan
utama
dan
sambilan
tambahan,
3. Jumlah
Rumah
Tangga
Perikanan
Tangkap/Usaha
Perikanan
Tangkap
958.499
buah,
naik
2,60%,
tapi
811.453
RTP
atau
85%
RTP
berskala
kecil
tanpa
perahu,
perahu
tanpa
motor,
dan
motor
tempel
4. Armada
perikanan
tangkap
di
laut
590.314
kapal,
tapi
94%
berukuran
kurang
dari
5
GT
dng
SDM
berkualitas
rendah
dan
kemampuan
produksi
rendah,
Hulu
Budidaya:
1. Potensi
tambak
1.224.076
ha,
tapi
realisasi
baru
612.530
ha
dengan
sistem
tradisional,
2. Potensi
budidaya
laut
8.363.501
ha,
tapi
realisasi
hanya
74.543
ha,
3. Tenaga
kerja
budidaya
ikan
2.916.000
orang,
tapi
kepemilikan
lahan
perkapita
rendah
dan
hidupnya
masih
memprihaXnkan,
3. TANTANGAN
lanjutan
Hilir:
1. Jumlah
industri
perikanan
lebih
dari
60
ribu
unit,
tapi
sebagian
besar
tradisional
berskala
mikro
,
kecil,
dan
menengah
2. Jumlah
industri
pengolahan
ikan
menengah
dan
besar
570
unit,
tapi
hanya
menyerap
tenaga
kerja
170
RIBU
orang,
3. Industri
pengalengan
ikan
yang
terdaar
lebih
dari
50
perusahaan,
tapi
yang
berproduksi
kurang
dari
60%
dengan
kapasitas
maksimum
sekitar
60%,
4. Total
produksi
perikanan
11,6
juta
ton
dengan
ekspor
produk
perikanan
1,1
juta
ton
dengan
nilai
US$
2.860.000.000,-‐
dimana
sekitar
80%
diekspor
berupa
bahan
baku.
5. Produksi
ikan
olahan
hasil
penangkapan
2009
sebesar
1.103.395
ton,
menurun
-‐6,13%
dari
tahun
2005.
Produksi
ikan
kalengan
hasil
penangkapan
di
laut
sebesar
40.238
ton
pada
tahun
2009
dan
menurun
-‐2,46%
dari
tahun
2005.
6. Volume
ekspor
hasil
perikanan
pada
tahun
2009
sebesar
881.413
ton,
naik
0,90%
dari
tahun
2005,
tapi
pada
periode
2008-‐2009
turun
-‐3,32%.
Volume
ekspor
jenis
udang
selama
tahun
2005
–
2009
turun
-‐0,04%,
sedangkan
periode
2008-‐2009
turun
-‐11.49%.
7. Nilai
ekspor
pada
tahun
2009
US$
2.466.202.000,-‐,
naik
7,05%
dari
tahun
2005.
Nilai
ekspor
udang
US$1.007.481
tahun
2009,
naik
2,40%
dari
tahun
2005,
namun
tahun
2008
–
2009
turun
-‐13,54%.
Garam:
Kebutuhan
garam
3.251.691
ton/tahun,
tapi
impor
garam
1.707.509
ton/tahun.
Seratus
persen
garam
industri
diimpor.
Dalam
beberapa
tahun
terakhir
sebagian
garam
konsumsi
masih
diimpor.
DIPERLUKAN
KEBIJAKAN
TEROBOSAN:
PERCEPATAN
INDUSTRIALISASI
KELAUTAN
DAN
PERIKANAN
4. B.
INDUSTRIALISASI
KELAUTAN
DAN
PERIKANAN
Industrialisasi
Kelautan
dan
Perikanan
adalah
proses
perubahan
sistem
produksi
hulu
dan
hilir
untuk
meningkatkan
nilai
tambah,
produkXvitas,
dan
skala
produksi
sumberdaya
kelautan
dan
perikanan,
melalui
modernisasi
yang
didukung
dengan
arah
kebijakan
terintegrasi
antara
kebijakan
ekonomi
makro,
pengembangan
infrastruktur,
sistem
usaha
dan
investasi,
IPTEK
dan
SDM
untuk
kesejahteraan
rakyat.
5. C.
ARAH
KEBIJAKAN
(USULAN)
VISI:
INDONESIA
PENGHASIL
PRODUK
KELAUTAN
DAN
PERIKANAN
BERNILAI
TAMBAH
DAN
BERDAYA
SAING
TERKEMUKA
TAHUN
2015
MISI:
MENSEJAHTERAKAN
MASYARAKAT
KELAUTAN
DAN
PERIKANAN
MELALUI:
1) PENINGKATAN
PRODUKTIVITAS,
NILAI
TAMBAH,
DAN
KESEJAHTERAAN
RAKYAT
2) PENINGKATAN
DAYA
SAING
DAN
MODERNISASI
BERORIENTASI
PASAR
3) SWASEMBADA
DAN
MANAJEMEN
KELAUTAN
DAN
PERIKANAN
BERKELANJUTAN:
INTEGRASI
HULU
DAN
HILIR
BERWAWASAN
LINGKUNGAN
6. D.
TUJUAN
INDUSTRIALISASI
KP
1) Meningkatkan
produksi,
produkXvitas,
dan
nilai
tambah
produk
kelautan
dan
perikanan
yang
berdaya
saing
Xnggi
berorientasi
pasar,
2) Mempercepat
pembangunan
ekonomi
berbasis
kelautan
dan
perikanan
melalui
modernisasi
sistem
produksi
dan
manajemen,
3) Meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
kelautan
dan
perikanan.
7. E.
KERANGKA
KONSEPTUAL:
PRINSIP-‐PRINSIP
INDUSTRIALISASI
1. MENINGKATKAN
NILAI
TAMBAH
DAN
DAYA
SAING:
Peningkatan
nilai
tambah
dan
daya
saing
produk
untuk
ekspor
dan
memenuhi
kebutuhan
dalam
negeri.
2. MODERNISASI
SISTEM
PRODUKSI:
Efisiensi
dan
modernisasi
sistem
produksi
hulu
dan
hilir.
3. PENGUATAN
PELAKU
INDUSTRI
KELAUTAN
DAN
PERIKANAN:
Peningkatan
jumlah,
kapasitas,
dan
kualitas
industri
kelautan
dan
perikanan
dan
pembinaan
hubungan
antar
enXtas
bisnis
dan
industri
pada
semua
tahapan
value
chain
untuk
memperkuat
struktur
industri
kelautan
dan
perikanan.
4. BERBASIS
KOMODITAS,
WILAYAH,
DAN
SISTEM
MANAJEMEN
KAWASAN:
Konsentrasi
pada
komoditas
unggulan,
potensi
wilayah
dan
manajemen
sentra-‐
sentra
produksi
potensial
sesuai
dengan
prospek
pertumbuhannya
di
masa
depan.
5. BERKELANJUTAN:
Prinsip
keseimbangan
antara
pemanfaatan
sumberdaya
alam
dan
perlindungan
lingkungan
berjangka
panjang.
6. TRANSFORMASI
SOSIAL:
Perubahan
cara
berfikir
dan
perilaku
masyarakat
modern
8. UPAYA
• Perluasan
Pasar
Global
dan
nasional
• Revitalisasi
Pengolahan
• Penataan
Manajemen
Perikanan
Tangkap
• Revitalisasi
Perikanan
Budidaya
• Pembinaan
Mutu
dan
Pengawasan
• Sistem
Pengawasan
KP
• Pengembangan
Sentra
industri
dan
prod
BB
• KonekXvitas
Bisnis
dan
kawasan
• Pengembangan
Iklim
Usaha
dan
Investasi
• PeneliXan
dan
Teknologi
• Pengembangan
SDM
dan
Transformasi
Sosial
• Pengembangan
Sistem
Manajemen
• Revitalisasi
Garam
Rakyat
Kondisi
Saat
ini
POTENSI:
•
SDA
•
SDM
•
Peluang
Pasar
STRATEGI
1. MENGEMBANGKAN
KOMODITAS
DAN
PRODUK
BERBASIS
PASAR
2. MENGEMBANGKAN
KAWASAN
3. KONEKTIVITAS
4. MENGEMBANGKAN
IKLIM
USAHA
DAN
INVESTASI
5. MENGEMBANGKAN
TEKNOLOGI
DAN
SUMBERDAYA
MANUSIA
6. MENATA
SISTEM
MANAJEMEN
7. MENGEMBANGKAN
INDUSTRI
GARAM
KEBIJAKAN
PERCEPATAN
INDUSTRIALISASI
KELAUTAN
DAN
PERIKANAN
OUTCOME
Peningkatan
Kesejahteraan
Masyarakat
OUTPUT
• PRODUKSI
• NILAI
TAMBAH
• PENDAPATAN
• PASAR
Lingkungan
Strategis:
INTERNASIONAL
:
1. Globalisasi
2. Liberalisasi
Perdagangan
3. Perubahan
Iklim
dan
Lingkungan
NASIONAL
:
1. Kredit
investasi
dan
modal
kerja
2. Kemitraaan
Usaha
3. Teknologi
dan
inovasi
4. Standarisasi
dan
SerXfikasi
Produk
5. Lingkungan
dan
HAM
6. Otonomi
Daerah
F. ALUR PIKIR
INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN
ISU
dan
Permasalahan
:
Input,
Proses
dan
Output
yang
berbeda-‐beda
antar
komoditas
dan
kawasan
Instrumental
input:
Kerangka
Regulasi
dan
Anggaran
NAIK
9. No
Rincian Item
Nilai
Satuan
1
Luas Daratan Indonesia
1.910.931,32
Km2
(Kemendagri Mei 2010)
2
Luas Laut Indonesia
a
Luas Laut Teritorial
284.210,90
Km2
b
Luas Zone Ekonomi Eksklusif
2.981.211,00
Km2
c
Luas Laut 12 Mil
279.322,00
Km2
(UNCLOS 1992)
3
Panjang Garis Pantai Indonesia
104.000,00
Km
(Bakosurtanal, 2006)
4
Jumlah Pulau
17.504,00
pulau
(Kemendagri 2008)
a
Pulau Sudah Bernama
7.870
pulau
b
Pulau Belum Bernama
9.634
pulau
c
Pulau Berpenduduk
1.659
pulau
d
Pulau Tidak Berpenduduk
11.807
pulau
5
Pulau yang Telah Diverifikasi
13.466
pulau
Jumlah Pulau yang sudah
Didaftarkan ke PBB
4.981
pulau
6
Jumlah Kabupaten/Kota
497
pulau
7
Jumlah Kabupaten Pesisir
324
pulau
(Kemendagri Mei 2010)
1.
POTENSI
INDONESIA
11. 000’
TON
1959
1969
1979
1989
1999
2009
Total
Tangkap
32.370
57.899
67.579
89.565
92.713
89.837
Laut
29.408
53.504
62.680
83.345
84.437
79.513
Perairan
Umum
2.962
4.395
4.899
6.220
8.276
10.324
Total
Budidaya
1.893
3.238
6.715
16.483
39.603
73.045
Laut
845
1.886
4.255
8.127
19.958
34.799
Perairan
Umum
1.048
1.352
2.459
8.355
19.645
38.246
Grand
Total
34.263
61.137
74.294
106.048
132.316
162.882
3.
PRODUKSI
PERIKANAN
TANGKAP
DAN
BUDIDAYA
DUNIA
TAHUN
1959
-‐2009
12. 0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
140,000
160,000
180,000
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
Produksi
Ikan
Dunia
2002
-‐
2009
(1000
ton)
China
Indonesia
Thailand
Vietnam
Dunia
4.
PRODUKSI
IKAN
DUNIA
2002
–
2009
(1000
TON)
Sumber:
Infofish
2011
13. -‐
2,000,000
4,000,000
6,000,000
8,000,000
10,000,000
12,000,000
14,000,000
16,000,000
18,000,000
1950
1952
1954
1956
1958
1960
1962
1964
1966
1968
1970
1972
1974
1976
1978
1980
1982
1984
1986
1988
1990
1992
1994
1996
1998
2000
2002
2004
2006
2008
China
Peru
Indonesia
USA
India
Japan
Russian
FederaXon
Chile
Myanmar
Philippines
5.
PRODUKSI
PERIKANAN
TANGKAP
DUNIA
DAN
POSISI
INDONESIA
1950
-‐
2009
Sumber
:
Fishstat
2011,
FAO
14. 0
5000000
10000000
15000000
20000000
25000000
30000000
35000000
40000000
45000000
50000000
1950
1952
1954
1956
1958
1960
1962
1964
1966
1968
1970
1972
1974
1976
1978
1980
1982
1984
1986
1988
1990
1992
1994
1996
1998
2000
2002
2004
2006
2008
China
Indonesia
India
Viet
Nam
Philippines
Thailand
Korea,
Republic
of
Japan
Bangladesh
Norway
6.
PRODUKSI
PERIKANAN
BUDIDAYA
DUNIA
DAN
POSISI
INDONESIA
1950
-‐
2009
Sumber
:
Fishstat
2011,
FAO
15. 0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Nilai
Ekspor
Perikanan
Dunia
2003
–
2010
(x
1.000.000
US$)
China
Norwegia
Thailand
Kanada
Denmark
Indonesia
Dunia
Sumber:
Infofish,
Juli
2011
7.
NILAI
EKSPOR
PERIKANAN
DUNIA
2003
–
2010
(US$
MILLION)
16. Share
(%)
2006 2007 2008 2009 2010 2010
Total 81,397.35
87,994.67
96,171.67
91,436.68
103,696.01
100.00
Lainnya 31,216.59
34,175.08
37,679.35
34,546.97
37,288.07
35.96
1 China
9,162.11
9,508.86
10,364.12
10,500.16
13,539.77
13.06
2 Norway
5,379.80
6,089.74
6,722.43
6,923.22
8,660.35
8.35
3 Thailand
5,196.57
5,614.68
6,487.52
6,208.88
7,012.62
6.76
4 USA 4,337.28
4,387.76
4,364.02
4,075.66
4,544.43
4.38
5 Viet
Nam
3,359.70
3,764.00
4,510.57
4,253.37
4,368.40
4.21
6 Canada
3,629.53
3,657.84
3,672.86
3,211.09
3,804.87
3.67
7 Netherlands
2,381.88
2,713.90
2,865.08
2,627.14
3,439.00
3.32
8 Spain
2,834.89
3,285.14
3,490.64
3,131.11
3,293.28
3.18
9 Chile
3,080.35
3,166.16
3,409.71
3,010.62
2,846.10
2.74
10 Denmark
2,885.71
3,057.14
3,226.54
2,677.19
2,730.81
2.63
11 Sweden
1,539.78
1,623.84
1,869.81
2,012.25
2,632.68
2.54
12 Indonesia
* 1,985.90
2,127.76
2,503.84
2,285.89
2,611.58
2.52
13 Rusia 586.80
589.00
558.68
1,768.89
2,226.02
2.15
14 Japan
1,693.79
1,963.34
1,940.29
1,784.08
2,164.02
2.09
15 Germany
1,741.18
1,896.58
2,115.62
2,108.41
2,160.47
2.08
43 Singapore
385.47
373.85
390.61
311.78
373.57
0.36
No Negara
Nilai
(juta
US$)
8.
PERKEMBANGAN
NILAI
EKSPOR
PERIKANAN
DUNIA
DAN
POSISI
INDONESIA
(2006
–
2010)
Sumber
:
FAO
*
INDONESIA
PADA
POSISI
12
23. PROVINSI
JUMLAH
UPI
JENIS PENGOLAHAN IKAN YANG UTAMA
PENGA-
LENGAN
PEM-
BEKU-AN
PENG-GARA-
MAN
PEMINDA-
NGAN
PENGA-
SAPAN
PERA-
GIAN
PERE-
DUK-SIAN
PENGO-
LAHAN
SURIMI
PRODUK
SEGAR
LAIN-
NYA
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
Aceh
2.955
10
26
2.375
28
276
62
32
-
108
38
Sumater Utara
2.233
7
30
1.374
33
16
128
20
3
50
572
Sumatera Barat
1.547
-
-
958
14
141
-
3
4
51
376
Riau
1.241
2
6
431
-
559
73
4
21
63
82
Jambi
517
-
3
116
1
5
49
33
8
1
301
Sumatera Selatan
2.070
-
6
127
-
120
15
98
29
10
1.665
Bengkulu
465
-
-
242
-
44
62
10
2
-
105
Lampung
1.361
-
3
740
8
101
51
91
32
16
319
Bangka Belitung
956
-
24
99
-
3
190
25
22
71
524
Kepulauan Riau
612
-
-
208
7
1
25
15
2
15
339
DKI Jakarta
1.069
1
19
505
77
15
5
79
39
22
307
Jawa Barat
5.966
4
13
657
4.018
38
384
274
11
93
474
Jawa Tengah
8.350
7
9
1.631
1.949
2.538
486
196
6
430
1.098
DI Yogyakarta
334
1
1
6
59
8
1
29
-
26
203
Jawa Timur
10.640
36
139
2.520
2.139
2.350
895
248
151
485
1.677
Banten
1.142
-
7
498
264
12
15
59
7
93
187
Bali
954
8
13
18
700
19
2
34
1
69
90
Nusa Tenggara Barat
3.550
1
10
1.186
1.450
471
35
20
3
275
99
Nusa Tenggara Timur
280
1
4
265
-
1
-
2
-
6
1
Kalimantan Barat
1.304
-
18
934
3
15
79
2
-
54
199
Kalimantan Tengah
1.011
-
1
872
2
-
24
2
-
29
81
Kalimantan Selatan
3.660
20
28
3.129
1
1
147
7
1
92
234
Kalimantan Timur
1.464
-
21
1.064
2
13
78
3
20
182
81
Sulawesi Utara
386
9
33
106
-
178
15
-
-
3
42
Sulawesi Tengah
802
2
15
482
20
222
-
3
2
36
20
Sulawesi Selatan
2.783
5
63
2.340
60
93
44
25
2
102
49
Sulawesi Tenggara
1.225
-
22
590
113
426
7
4
6
34
23
Gorontalo
361
-
16
97
-
25
-
-
1
222
-
Sulawesi Barat
205
-
-
114
-
59
-
4
4
20
4
Maluku
141
-
7
49
4
70
9
-
-
1
1
Maluku Utara
301
-
4
58
-
142
-
-
4
84
9
Papua Barat
65
-
9
21
-
4
28
1
-
-
2
Papua
165
-
6
64
-
90
3
-
-
2
-
Jumlah
60.117
114
556
23.876
10.952
8.056
2.912
1.323
381
2.745
9.202
15. JUMLAH UNIT PENGOLAHAN MENURUT JENIS PENGOLAHAN IKAN UTAMA
24. NO
PROPINSI
UNIT
PRODUK*)
NO
PROPINSI
UNIT
PRODUK
1
ACEH
1
1
16
KALBAR
7
1,2
2
SUMMUT
52
1,2,3,4,5
17
KALTIM
15
1
3
SUMBAR
2
2
18
KALSEL
10
1,5
4
KEPRI
1
2
19
KALTENG
1
1
5
SUMSEL
3
1,7
20
SULUT
34
2,3,6
6
BABEL
5
2
21
GORONTALO
3
1,2
7
LAMPUNG
6
1,7, 8,10
22
SULSEL
67
1,2,4,8,11
8
BANTEN
12
1,2,4,5,8,12
23
SULTRA
6
1,2,5
9
JABAR
31
1,2, 3, 4,5, 9,12
24
SULTENG
5
1,2,5
10
DKI
57
1,2,4,5
25
MALUKU
15
1,2
11
JATENG
25
1,2,3,4,8,9
26
MALUT
4
2,5
12
JATIM
126
1,2,3,4,5,8,10,12,
13
27
IRJABAR
8
1,2,3
13
BALI
57
2,3,4,5,6
28
PAPUA
4
2
14
NTB
1
2
Jumlah
570
15
NTT
16
1,2,4,6
16. JUMLAH UNIT PENGOLAHAN DAN JENIS PRODUK 2011
Sumber
KKP
25. Rincian
-‐
Item
Tahun
–
Year
Kenaikan
Rata-‐Rata
(%)
Increasing
Average
(%)
2007
2008
2009
2010
2011*)
2007
-‐
2011
2010
-‐
2011
Volume
-‐
Volume
(Ton)
854.329
911.674
881.413
1.103.575
1.028.000
5,44
-‐6,85
Udang
-‐
Shrimp
157.545
170.583
150.989
145.092
150.000
-‐0,93
3,38
Tuna,
Cakalang,
Tongkol
-‐
121.316
130.056
131.550
122.450
123.000
0,47
0,45
Tuna,
Skipkjack,
Little
Tuna
Ikan
Lainnya
-‐
Other
Fish
393.679
424.401
430.513
622.932
528.000
9,67
-‐15,24
Kepiting
-‐
Crab
21.510
20.713
18.673
21.537
23.000
2,14
6,79
Lainnya
-‐
Others
160.279
165.921
149.688
191.564
204.000
7,05
6,49
Nilai
-‐
Value
(US$
1.000)
2.258.920
2.699.683
2.466.201
2.863.830
3.199.000
9,67
11,70
Udang
-‐
Shrimp
1.029.935
1.165.293
1.007.481
1.056.399
1.229.000
5,20
16,34
Tuna,
Cakalang,
Tongkol
-‐
304.348
347.189
352.300
383.230
453.000
10,63
18,21
Tuna,
Skipkjack,
Little
Tuna
Ikan
Lainnya
-‐
Other
Fish
568.420
734.392
723.523
898.039
936.000
14,02
4,23
Kepiting
-‐
Crab
179.189
214.319
156.993
208.424
249.000
11,27
19,47
Lainnya
-‐
Others
177.028
238.490
225.904
317.738
332.000
18,65
4,49
17.
VOLUME
DAN
NILAI
EKSPOR
KOMODITAS
UTAMA
2007
-‐
2011
Sumber
KKP
26. No
Komoditas Utama
Total Produksi *)
Pasar Ekspor
Pasar Lokal
1
Udang Tidak Beku
3.344.975
3.177.726
167.249
2
Udang Beku
109.165.542
103.707.265
5.458.277
3
Udang Dalam Kaleng
40.218.049
38.207.147
2.010.902
4
Tuna Segar
18.893.657
17.948.974
944.683
5
Tuna/ Cakalang Beku
52.351.069
49.733.516
2.617.553
6
Tuna dalam kaleng
57.649.738
54.767.251
2.882.487
7
Ikan lainnya hidup/ segar
394.697.382
394.697.382
na
8
Ikan lainnya beku
181.589.241
172.509.779
9.079.462
9
Ikan kering/ asin/ asap
34.001.289
32.301.225
1.700.064
10
Ikan lainnya dalam kaleng
187.541.810
18.754.181
168.787.629
11
Kepiting segar/ dingin
6.171.580
5.863.001
308.579
12
Kepiting beku
4.707.180
4.471.821
235.359
13
Kepiting dalam kaleng
11.791.896
11.202.301
589.595
14
Kerupuk udang
8.360.638
7.942.606
418.032
15
Rumput laut kering
131.363.845
124.795.653
6.568.192
16
Ikan teri kering asin
2.664.813
2.531.572
133.241
17
Hasil perikanan lainnya
38.191.321
36.281.755
1.909.566
18.
PRODUKSI
DAN
PEMASARAN
IKAN
TAHUN
2010
(TON)
(Sumber:
KKP)
27. 0
20,000
40,000
60,000
80,000
100,000
120,000
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Nilai
Impor
Perikanan
Dunia
2003
–
2010
(x
1.000.000
US$)
Jepang
USA
Spanyol
Perancis
Jerman
Dunia
19.
NILAI
IMPOR
PERIKANAN
DUNIA
2003
–
2010
(X
1.000.000
US
$)
Sumber:
Infofish
2011
28. No
Negara
Nil:
Bil
US$
&
Vol:
000
Ton
JAN-‐AUG
2010
2010
2011
Nil
Vol
Nil
Vol
Nil
Vol
Total
2,748.61
1,042.63
1,771.68
687.21
2,105.00
654.99
Lainnya
522.68
207.22
333.58
140.77
438.74
138.98
1
USA
867.35
126.99
583.38
87.25
697.84
84.15
2
JAPAN
687.05
119.64
428.35
79.18
470.51
68.14
3
CHINA
144.17
200.60
76.71
113.52
119.63
136.02
4
HONG
KONG
117.96
26.56
80.61
17.55
65.58
14.46
5
THAILAND
97.61
193.17
67.07
135.29
59.89
93.30
6
VIET
NAM
71.10
54.68
45.11
36.37
56.77
36.52
7
SINGAPORE
79.17
44.15
50.32
29.34
53.17
27.79
8
UK
68.66
10.31
46.93
7.18
50.88
7.55
9
MALAYSIA
58.11
48.90
39.69
34.21
47.09
35.42
10
GERMANY
34.76
10.41
19.92
6.56
44.91
12.66
20.
NEGARA
TUJUAN
EKSPOR
INDONESIA
(10
BESAR)
TAHUN
2010
Sumber:
KKP)
31. G.
STRATEGI
1. PENGEMBANGAN
KOMODITAS
DAN
PRODUK
KP
BERBASIS
PASAR
Ruang
Lingkup:
– Peningkatan
produksi,
produkXvitas,
dan
kualitas
komoditas
dan
bahan
baku
– Peningkatan
produksi,
produkXvitas,
kualitas,
dan
ragam
produk
ikan
olahan
dan
produk
lain
berbasis
ikan
– Peningkatan
daya
saing
dan
penetrasi
produk-‐produk
perikanan
di
pasar
global
– Penataan
Kebijakan
ekspor-‐impor
komoditas
dan
produk
perikanan
2. PENGEMBANGAN
KAWASAN
Ruang
Lingkup:
– Pengembangan
sentra-‐sentra
produksi
potensial
sebagai
basis
industrialisasi
kelautan
dan
perikanan
– Pengembangan
sentra-‐sentra
produksi
hulu
sebagai
penyangga
sistem
produksi
hilir
3.
PENGEMBANGAN
KONEKTIVITAS
Pengembangan
konekXvitas
didalam
dan
antar
kawasan
melalui:
pembangunan
dan
manajemen
infrastruktur
dasar
dan
pelayanan
publik
terintegrasi.
32. STRATEGI
lanjutan
4. PENGEMBANGAN
IKLIM
USAHA
DAN
INVESTASI
Ruang
Lingkup:
– Integrasi
kebijakan
investasi
lintas
sektor
dan
daerah,
pusat
dan
daerah
– Pengembangan
sistem
investasi
inovaXf
kelautan
dan
perikanan
– Pelayanan
publik
dan
usaha
terintegrasi
5.
PENGEMBANGAN
TEKNOLOGI
DAN
SUMBERDAYA
MANUSIA
Ruang
Lingkup:
– Teknologi
Xnggi
dan
inovaXf
kelautan
dan
perikanan
– Teknologi
tepat
guna
kreaXf
untuk
industri
kecil
kelautan
dan
perikanan
– Peningkatan
kualitas
Sumberdaya
Manusia
berkompetensi
Xnggi
dan
berkarakter:
kesiapan
masyarakat
industri
kelautan
dan
perikanan
6.
PENATAAN
SISTEM
MANAJEMEN
Ruang
Lingkup:
– sistem
manajemen
kelembagaan
kelautan
dan
perikanan
– Struktur
dan
sistem
manajemen
birokrasi
dan
pelayanan
publik
33. 1.
PENGEMBANGAN
KOMODITAS
DAN
PRODUK
BERBASIS
PASAR
1.1
PERLUASAN
PASAR
GLOBAL
DAN
NASIONAL
1.2
REVITALISASI
PENGOLAHAN
1.3
PENATAAN
MANAJEMEN
PERIKANAN
TANGKAP
1.4
REVITALISASI
PERIKANAN
BUDIDAYA
1.5
REVITALISASI
BUDIDAYA
RUMPUT
LAUT
1.6
PENGENDALIAN
MUTU
1.7
SISTEM
PENGAWASAN
SUMBERDAYA
KP
34. 1.1
STRATEGI
1:
PERLUASAN
PASAR
GLOBAL
DAN
NASIONAL
Sasaran:
• Peningkatan
konsumsi
ikan
dalam
negeri.
• Peningkatan
volume
dan
nilai
ekspor
komoditas
dan
produk-‐produk
perikanan
• Peningkatan
akses
pasar
dan
market
share
produk
perikanan
di
pasar
global
dan
jumlah
negara
tujuan
ekspor:
Amerika
Utara,
Jepang,
Eropa,
Asia
Timur,
Timur
Tengah
dan
Afrika
• Peningkatan
volume
dan
nilai
produk
perikanan
di
pasar
dalam
negeri
untuk
menangkal
produk
impor.
Kegiatan
Strategis:
Pemetaan
Potensi
Pasar
dan
Daya
Saing
Produk
Nasional:
• Pemetaan
kondisi
terkini,
potensi,
trend
pasar
global
,
gap
pasar,
dan
posisi
Indonesia
dalam
persaingan
internasional
• Pengukuran
kekuatan
daya
saing
produk-‐produk
perikanan
nasional
dan
perusahaan
perikanan
dalam
perdagangan
internasional
• IdenXfikasi
produk-‐produk
perikanan
inovaXf
dan
potensi
pemasaran
di
Xngkat
global
• Pemetaan
jaringan
perdagangan
produk-‐produk
perikanan
lintas
negara
dan
dalam
negeri
menurut
jenis
produk
dan
pelaku
usaha/perusahaan
• Penguatan
daya
tangkal
pasar
dalam
negeri
terhadap
produk-‐produk
perikanan
impor
• Penguatan
jaringan
pasar
dalam
negeri
lintas
daerah
sebagai
basis
pengembangan
kekuatan
penetrasi
pasar
global
35. 1.1
STRATEGI
1:
PERLUASAN
PASAR
GLOBAL
DAN
NASIONAL
LANJUTAN
• Pengembangan
Market
Intelegence:
– Pengembangan
kelembagaan
dan
sistem
kerja
pengamatan
dan
analisis
pergerakan
produk-‐produk
perikanan
dan
dinamika
pasar
dunia
– Pengembangan
Sistem
Informasi
Intelegensi
Pasar
bekerjasama
dengan
perusahaan-‐perusahaan
perikanan
terkait:
Public-‐Private
Partnership
on
MarkeAng
InformaAon
Systems
• Pengembangan
Jaringan
Eksporbr-‐Imporbr
Internasional:
– Penyelenggaraan
sistem
kerjasama
internasional
melalui:
business
gathering,
match
making,
dan
pameran
internasional
– Pengembangan
kerjasama
business
to
business
partnership
• Pengembangan
Kerjasama
Internasional
dalam
Penyelesaian
Hambatan
Perdagangan:
– Penyelesaian
hambatan
perdagangan
tariff
dan
non-‐tariff
– Peningkatan
peranan
negara
dalam
diplomasi
perdagangan
internasional
• Pembinaan
Usaha
Skala
Kecil
dan
Menengah
Inovabf:
– Melakukan
penguatan
usaha
kecil
dan
menengah
untuk
meningkatkan
peran
dalam
jaringan
perdagangan
produk-‐produk
perikanan
internasional
– Pengembangan
koperasi
usaha
sebagai
simpul-‐simpul
perdagangan
perikanan
internasional.
– Promosi
dan
branding
produk-‐produk
unggulan
di
dalam
dan
di
luar
negeri
• Penataan
Kebijakan
Perdagangan
Nasional:
– Review
kebijakan
terkait
sistem
perdagangan
komoditas
dan
produk-‐produk
perikanan
global
dan
nasional
– Penataan
ulang
kebijakan
perdagangan
untuk
mendukung
daya
saing
produk
dan
perusahaan
perikanan
dalam
sistem
pendagangan
internasional
– Standarisasi
kualitas
produk-‐produk
perikanan
sesuai
standar
perdagangan
internasional.
36. 1.2
STRATEGI
2:
REVITALISASI
PENGOLAHAN
Sasaran:
1)
Peningkatan
produksi
dan
nilai
tambah
produk
perikanan
2)
Peningkatan
uXlitas
dan
kapasitas
industri
pengolahan
nasional
3)
Pembinaan
industri
pengolahan
skala
UMKM
Kegiatan
Strategis:
• Penguatan
Rantai
Pasok
Bahan
Baku
Berkualitas:
– Kebijakan
sistem
jaminan
produksi
dan
distribusi
bahan
baku
pengolahan
memadai
dari
perikanan
tangkap
dan
budidaya
– Pemberdayaan
dan
pembinaan
UMKM
dalam
rangka
pengembangan
unit-‐unit
produksi
bahan
baku
sebagai
pemasok
andalan
bagi
industri
pengolahan
– SerXfikasi
kualitas
bahan
baku
– Kebijakan
nasional
tentang
sistem
jaminan
rantai
pasokan
memadai
(supply
chain)
– Pengembangan
Sistem
LogisXk
Ikan
Nasional
(SLIN)
dan
sarana
pemasaran
ikan
bergerak.
• Diversifikasi
Produk
Ikan
Olahan:
– Mendorong
peningkatan
produk
olahan
inovaXf
dan
beragam
– Pengembangan
jenis
produk
olahan
unggulan
bernilai
tambah
dan
berdaya
saing
Xnggi
– Pengembangan
industri
rumput
laut
di
kawasan
Xmur
Indonesia
– Paket
pengembangan
teknologi
pengolahan
inovaXf
untuk
jenis
produk
olahan
unggulan
untuk
UMKM
37. 1.2
STRATEGI
2:
REVITALISASI
PENGOLAHAN
LANJUTAN
• Revitalisasi
Industri
Pengolahan:
– Pelaksanaan
program
nasional
revitalisasi
industri
pengolahan
perikanan
– Pembangunan
industri
pengolahan
sesuai
kebutuhan
melalui
PMDN
dan
PMA
– Paket
bantuan
pengembangan
sarana
dan
prasarana
pengolahan
bagi
UMKM
di
sentra-‐sentra
produksi
– Pengembangan
sistem
rantai
dingin
(cold
chain
system)
– Penguatan
sentra
pengolahan
skala
kecil
dan
menengah
sebagai
bagian
dari
jaringan
industri
perikanan
secara
luas
– Kemitraan
usaha
besar
dan
UMKM:
industri
dan
pemasok
bahan
baku
– Sistem
jaminan
mutu
dan
bina
usaha
• Pemberdayaan
Usaha
Pengolahan:
– Pemberdayaan
pengolah
ikan
untuk
memperkuat
struktur
dan
sistem
pengadaan
bahan
baku
industri
perikanan
berjenjang
– Pembinaan
sistem
pananganan
ikan
di
tempat
pendaratan
ikan
– Penyediaan
bantuan
paket-‐paket
melalui
PNPM/PUMP
– PelaXhan,
penyuluhan,
dan
pendampingan
pengolah
ikan
di
sentra-‐sentra
produksi.
38. 1.3
STRATEGI
3:
PENATAAN
MANAJEMEN
PERIKANAN
TANGKAP
Sasaran:
1)
Peningkatan
produkXvitas
dan
kualitas
ikan
segar
dan
bahan
baku
2)
Penguatan
armada
penangkapan
ikan
di
seluruh
WPP
RI
dan
laut
lepas
3)
Peningkatan
investasi
dan
usaha
penangkapan
ikan,
baik
skala
besar
maupun
kecil
4)
Peningkatan
kualitas
manajemen
pelabuhan
perikanan
dan
pelayanan
publik
Kegiatan
Strategis:
• Penataan
Ulang
Sistem
Manajemen
Penangkapan
Ikan:
– Re-‐
registrasi
nasional
usaha
penangkapan
ikan
dan
kapal
perikanan
– Pemetaan
alokasi
perijinan
menurut
kewenangan
pusat
dan
daerah,
jenis
alat
tangkap,
jenis
ikan
yang
ditangkap
dan
sebaran
daerah
penangkapan
– Re-‐evaluasi
kondisi
Sumberdaya
Ikan
menurut
WPP,
pola
migrasi
ikan
menurut
jenisnya,
dan
pola
penangkapan
– Pengembangan
kebijakan
pengelolaan
perikanan
tangkap
dan
sistem
perijinan
terintegrasi:
pusat,
propinsi
dan
Kabupaten/Kota
39. 1.3
STRATEGI
3:
PENATAAN
MANAJEMEN
PERIKANAN
TANGKAP
LANJUTAN
Penataan
Ulang
Sistem
Manajemen
Penangkapan
Ikan
(lanjutan):
– Pengembangan
kebijakan
usaha
penangkapan
ikan
di
ZEEI,
laut
lepas
dan
ZEE
negara
lain
– Pengembangan
kebijakan
penangkapan
ikan
di
wilayah
perbatasan
dengan
negara
lain
– Kajian
dan
penataan
ulang
sistem
penangkapan
dan
pengangkutan
ikan
secara
ekonomi
dan
sistem
pengamanan
sumberdaya
ikan
yang
efekXf
– Kajian
sistem
perijinan
dan
pengoperasian
kapal
berdasarkan
riwayat
kepemilikannya
– Pengembangan
kebijakan
pengelolaan
dan
penangkapan
ikan
di
perairan
umum
– Penguatan
kebijakan
tentang
sistem
perijinan
dan
penangkapan
ikan
di
laut
lepas.
40. 1.3
STRATEGI
3:
PENATAAN
MANAJEMEN
PERIKANAN
TANGKAP
LANJUTAN
• Opbmalisasi
Penangkapan
Ikan
dan
Pengkayaan
SDI:
– Konsolidasi
sistem
manajemen
WPP
untuk
menjamin
keamanan
Sumberdaya
Ikan
(SDI)
– Pengembangan
kegiatan
penangkapan
ikan
di
ZEEI,
laut
lepas
dan
ZEE
negara-‐negara
lain
– Peningkatan
penggunaan
teknologi
produkXf
untuk
meningkatkan
produksi,
dan
produkXvitas,
dan
kualitas
perikanan
tangkap
untuk
komoditas
unggulan
– Peningkatan
kualitas
hasil
penangkapan
ikan
melalui
penerapan
penanganan
ikan
dengan
sistem
rantai
dingin
– Restrukturisasi
dan
redistribusi
armada
penangkapan
ikan
sesuai
perkembangan
kondisi
dan
potensi
SDI
di
seluruh
WPP
dan
laut
lepas
– Paket
bantuan
teknologi
kepada
nelayan
berbasis
pelabuhan
perikanan
– Sistem
moratorium
dan
pemulihan
habitat
SDI
– Modernisasi
teknik
penangkapan
ikan
dengan
teknologi
terkini
dan
sistem
pendingin
di
atas
kapal
perikanan
41. 1.3
STRATEGI
3:
PENATAAN
MANAJEMEN
PERIKANAN
TANGKAP
LANJUTAN
• Penataan
Sistem
Manajemen
Pelabuhan
Perikanan:
– Penataan
sistem
pembangunan
infrastruktur,
fasilitas,
dan
pemeliharaan
pelabuhan
perikanan
– Penataan
sistem
manajemen
administrasi,
perawatan
fasilitas,
sanitasi,
dan
kebersihan
pelabuhan
perikanan
– Penyusunan
standarisasi
sistem
pengelolaan
pelabuhan
perikanan
nasional
– Penataan
sistem
pengawasan
sumberdaya
perikanan
dan
pengawasan
mutu
– Pengembangan
sistem
logisXk
manajemen
pelabuhan
perikanan
– Evaluasi
dan
penataan
penyelenggaraan
manajemen
pelabuhan
yang
melibatkan
perangkangkat
pelabuhan,
Perum
Pelabuhan,
koperasi,
dan
daerah
– Penyediaan
BBM
memadai
untuk
nelayan
dan
sistem
distribusi
dengan
insenXf
– Revitalisasi
Sistem
Informasi
Manajemen
Pelabuhan:
Pendaratan,
Produksi,
Pemasaran,
dan
Pelayanan
Publik
42. 1.3
STRATEGI
3:
PENATAAN
MANAJEMEN
PERIKANAN
TANGKAP
LANJUTAN
• Penataan
Sistem
Pendaratan
Ikan:
– Sistem
insenXf
bagi
nelayan
yang
mendaratkan
ikan
di
pelabuhan:
BBM,
air
bersih,
dan
es
– MengefekXkan
pemanfaatan
Log
Book
dalam
sistem
pencataan
pendaratan
ikan
– Penyusunan
norma,
standar,
prosedur
dan
kriteria
pendaratan
ikan
di
pelabuhan
perikanan.
• Pengembangan
Pelabuhan
Perikanan
sebagai
Kawasan
Penggerak
Ekonomi
di
Daerah:
– Pengembangan
pelabuhan
sebagai
basis
industrialisiasi
perikanan
– Pengembangan
pelabuhan
perikanan
potensial
sebagai
pusat
bisnis
dan
koridor
perdagangan
internasional
dan
nasional
komoditas
dan
produk
perikanan
– Pengembangan
konekXvitas
antar
pelabuhan
perikanan
melalui
infrastruktur
transportasi
dan
komunikasi
• Pemberdayaan
Usaha
Nelayan:
– Pemberdayaan
nelayan
untuk
memperkuat
struktur
dan
sistem
pengadaan
bahan
baku
industri
perikanan
– Pembinaan
sistem
pananganan
ikan
di
atas
kapal
– Penyediaan
bantuan
paket-‐paket
permodalan,
asuransi
dan
lainnya
melalui
PNPM/PUMP
– PelaXhan,
penyuluhan,
dan
pendampingan
nelayan
di
pelabuhan.
43. 1.4
STRATEGI
4:
REVITALISASI
PERIKANAN
BUDIDAYA
Sasaran:
1) Peningkatan
produksi,
produkXvitas,
dan
kualitas
perikanan
budidaya
unggulan
sebagai
bahan
baku
industri
pengolahan:
target
kecukupan
bahan
baku
2) Berkembangnya
sentra-‐sentra
produksi
perikanan
budidaya
dengan
prasarana
memadai
untuk
meingkatkan
efisiensi
sistem
produksi
3) Berkembangnya
investasi
dan
usaha
budidaya
inovaXf
sebagai
bagian
dari
jejaring
industri
perikanan
Kegiatan
Strategis:
• Pengembangan
Induk
dan
Benih
Unggul:
– Produksi
induk
dan
benih
unggul
berkualitas,
murah,
dan
distribusi
merata
– Pengembangan
unit-‐unit
produksi
benih
secara
nasional
berbasis
sebaran
sentra-‐sentar
produksi
– SerXfikasi
benih
dan
usaha
pembenihan
rakyat
– Pengembangan
teknologi
pembenihan
inovaXf
– Pengembangan
benih
unggulan
berkualitas:
cepat
tumbuh,
tahan
penyakit
dan
andalan
pasar
44. 1.4
STRATEGI
4:
REVITALISASI
PERIKANAN
BUDIDAYA
LANJUTAN
• Pengembangan
Pakan
Ikan
Nasional:
– Pengembangan
sistem
penyangga
ikan
melalui
pengoperasian
industri
pakan
nasional
untuk
memenuhi
kebutuhan
pakan
berkualitas
dan
murah
– Pengembangan
formula
pakan
berkualitas
dan
murah
untuk
produksi
pakan
ikan
berbasis
masyarakat
– Pengembangan
bahan
subsXtusi
protein
pengganX
tepung
ikan
– Kerjasama
perdagangan
dengan
negara
produsen
tepung
ikan
untuk
mereduksi
harga
tepung
ikan
impor
– Paket
bantuan
teknologi
pembuatan
pakan
ikan
untuk
rakyat
• Penanggulangan
Hama
dan
Penyakit
Ikan:
– Penerapan
sistem
faksinasi
nasional
terprogram
– Sistem
penanggulangan
penyakit
ikan
secara
nasional
terprogram
• Inovasi
Sistem
Produksi:
– Pengembangan
paket
teknologi
untuk
mendukung
intensifikasi
– Pengembangan
kebijakan
inovaXf
untuk
paket
program
ekstensifikasi
– Modernisasi
dan
bantuan
paket
teknologi
tepat
guna
untuk
rakyat
45. 1.4
STRATEGI
4:
REVITALISASI
PERIKANAN
BUDIDAYA
LANJUTAN
• Pengembangan
Sarana
dan
Prasarana:
– Revitalisasi
sarana/lahan
produksi
– Intensifikasi
dan
ekstensifikasi
di
kawasan
atau
wilayah
potensial
– Pengembangan
program
pembangunan
sistem
dan
saluran
pengairan
perikanan
– Pembangunan
dan
pengelolaan
jaringan
jalan
produksi
dan
akses.
• Pemberdayaan
Usaha
Budidaya:
– Pemberdayaan
pembudidaya
untuk
memperkuat
struktur
dan
sistem
pengadaan
bahan
baku
industri
perikanan
– Pembinaan
sistem
pananganan
ikan
yang
baik
– Penyediaan
bantuan
paket-‐paket
permodalan,
asuransi
dan
lainnya
melalui
PNPM/PUMP
– PelaXhan,
penyuluhan,
dan
pendampingan
pembudidaya.
46. 1.5
STRATEGI
5:
REVITALISASI
BUDIDAYA
RUMPUT
LAUT
Sasaran:
1) Peningkatan
produksi,
produkXvitas,
dan
kualitas
rumput
laut
sebagai
bahan
baku
industri
pengolahan
2) Berkembangnya
sentra-‐sentra
produksi
budidaya
rumput
laut
dengan
prasarana
memadai
untuk
meningkatkan
efisiensi
sistem
produksi
3) Berkembangnya
investasi
dan
usaha
budidaya
rumput
laut
inovaXf
sebagai
bagian
dari
jejaring
industri
berbasis
rumput
laut
Langkah
Strategis:
• Pengembangan
Bibit
Unggul:
– Produksi
bibit
unggul
berkualitas,
murah,
dan
distribusi
merata
– Pengembangan
unit-‐unit
produksi
bibit
secara
nasional
berbasis
sebaran
sentra-‐sentar
produksi
– Pengembangan
teknologi
pembibitan
inovaXf
– Pengembangan
bibit
berkualitas:
cepat
tumbuh,
tahan
penyakit
dan
andalan
pasar
47. 1.5
STRATEGI
5:
REVITALISASI
BUDIDAYA
RUMPUT
LAUT
LANJUTAN
• Penanggulangan
Hama
Rumput
Laut:
– Sistem
penanggulangan
hama
rumput
laut
secara
nasional
terprogram
• Inovasi
Sistem
Produksi:
– Pengembangan
paket
teknologi
untuk
mendukung
ekstensifikasi
– Pengembangan
kebijakan
inovaXf
untuk
paket
program
ekstensifikasi
– Modernisasi
dan
bantuan
paket
teknologi
tepat
guna
budidaya
rumput
laut
untuk
rakyat
– Pembinaan
dan
bantuan
teknis
sistem
penanganan
rumput
laut
pasca
panen
dan
sistem
produksi
setengah
jadi.
48. 1.5
STRATEGI
5:
REVITALISASI
BUDIDAYA
RUMPUT
LAUT
LANJUTAN
• Pengembangan
Sarana
dan
Prasarana:
– Revitalisasi
sarana/lahan
produksi
– Intensifikasi
dan
ekstensifikasi
di
kawasan
atau
wilayah
potensial
– Pembangunan
dan
pengelolaan
jaringan
jalan
produksi
dan
akses.
• Pemberdayaan
Usaha
Budidaya
Rumput
Laut:
– Pemberdayaan
pembudidaya
untuk
memperkuat
struktur
dan
sistem
pengadaan
bahan
baku
industri
berbahan
baku
rumput
laut
– Penyediaan
bantuan
paket-‐paket
permodalan,
asuransi
dan
lainnya
melalui
PNPM/PUMP
– PelaXhan,
penyuluhan,
dan
pendampingan
pembudidaya.
49. 1.6
STRATEGI
6:
PENGENDALIAN
MUTU
Sasaran:
1) Pengendalian
hama
penyakit
ikan
melalui
penerapan
In
Line
InspecAon
2) Penjaminan
mutu
dan
keamanan
hasil
perikanan:
SerXfikasi
HACCP
dan
sistem
manajemen
mutu
produkXf
dan
konsistensi
hulu-‐hilir
(traceability)
3) Sistem
pelayanan
berkualitas
karanXna
ikan,
mutu,
dan
keamanan
hasil
perikanan
Kegiatan
Strategis:
• Penataan
ulang
kebijakan
sistem
perkaranXnaan
melalui
monitoring
status
kesehatan
ikan
karanXna
pengawalan
tersebarnya
penyakit
ikan
dari
hulu
sampai
hilir
• Penyusunan
jejaring
kerja
dan
harmonisasi
penerapan
in
line
inspecXon
dengan
pihak
terkait
• Standarisasi
dan
serXfikasi
instalasi
karanXna
milik
para
pihak
terkait
• SerXfikasi
industri
pengolahan
• Harmonisasi
sistem
mutu
dengan
negara
mitra:
Uni
Eropa,
China,
Canada,
Korea,
Vietnam
dan
Rusia
• Kerjasama
sistem
mutu
dengan
negara
tujuan
ekspor:
USA,
Singapura,
Malaysia,
dan
Australia
• Penyiakpan
kebijakan
pengendalian
mutu
dan
keamanan
hasil
perikanan
lalu
lintas
antar
area
• Pengembangan
jejaring
laboratorium
referensi
nasional
dan
internasional
• Pengembangan
sistem
traceability
produk
perikanan
• Pengembangan
sistem
namajemen
data
elektronik
on
line
untuk
pelayanan
kelancaran
ekspor-‐impor
dan
domesXk
• Pengembangan
pelayanan
bisnis
untuk
ekpor-‐impor
dalam
rangka
Indonesia
Single
Window
(NSW)
50. 1.7
STRATEGI
7:
SISTEM
PENGAWASAN
SUMBERDAYA
KP
Sasaran:
1) Perlindungan
usaha
dan
investasi
2) Pengamanan
sumberdaya
perikanan
dari
IUU
fishing
3) Kepatuhan
hukum
usaha
penangkapan
ikan,
budidaya
dan
pengolahan
ikan
Kegiatan
Strategis:
– Pengembangan
Sistem
Pengawasan
dan
Perlindungan
Investasi
dan
Usaha
– Pengembangan
dan
penajaman
sistem
pengawasan
regional
strategis
di
WPP
RI:
registered
and
unregistered
fishing
vessels
– Peningkatan
efekXvitas
pengawasan
kapal-‐kapal
perikanan
di
pelabuhan
perikanan
– Pengembangan
pengawasan
tangkahan
dan
pelabuhan
perikanan
skala
kecil
– Pergelaran
operasi
kapal
pengawas
didaerah-‐daerah
rawan
IUU
fishing
– Pembinaan
forum
koordinasi
antar
aparat
penegak
hukum
bidang
kelautan
dan
perikanan
melalui
pertemuan-‐pertemuan
dan
kegiatan
bersama
dilaut
– Pengembangan
dan
pemantapan
rancang
bangun
sarana
dan
prasarana
pengawasan
sesuai
dengan
kebutuhan
berdasarkan
konsXlasi
geografis
dan
daerah-‐daerah
rawan
strategis
– Mengembangkan
sistem
pengawasan
untuk
perlindungan
lingkungan
di
laut,
sentra-‐sentra
produksi
budidaya
dan
kawasan
industri
perikanan
– Meningkatkan
peran
Indonesia
di
forum
CC
RPOA
untuk
memerangi
IUU
fishing
dan
penguatan
MCS
51. 2.
PENGEMBANGAN
KAWASAN
Sasaran:
1) Peningkatan
efisiensi
ekonomi
di
dalam
kawasan
dan
lintas
kawasan
2) Integrasi
pembangunan
dan
pemanfaatan
infrastruktur:
jalan,
pengairan,
listrik,
dan
sistem
transportasi
3) Percepatan
perluasan
skala
ekonomi:
mulAplier
effect
4) Pengembangan
pusat-‐pusat
pertumbuhan
ekonomi
berbasis
KP
untuk
menggerakkan
kegiatan
ekonomi
di
daerah
Kegiatan
Strategis:
– Pemetaan
sentra-‐sentra
produksi
perikanan
dan
pengolahan
potensial
secara
nasional
dan
konekXvitas
antar
sentra-‐sentra
produksi
– Penetapan
Kawasan
Industri
Percontohan
– Penyusunan
Rencana
Strategis
Pengembangan
Kawasan
Industri
Percontohan
– Penyusunan
Rencana
Pembangunan
Prasarana
Dasar
Kawasan:
Jalan,
air
bersih,
energi,
transportasi,
dan
instalasi
pengolah
air
limbah
(IPAL)
– Penyusunan
Rencana
Tata
Ruang
Kawasan
– Memobilisasi
pengembangan
kawasan
industri
kepada
pemerintah,
propinsi,
Kabupaten/Kota
dan
pelaku
usaha
52. 3.
PENGEMBANGAN
KONEKTIVITAS
• Sasaran:
– Peningkatan
konekXvitas
antar
pelaku
usaha:
hilir
hulu,
hilir-‐hilir,
dan
hulu-‐
hulu
(link
and
match)
– Berkembangnya
hubungan
antar
sentra-‐sentra
produksi
sebagai
jaringan
perekonomian
kawasan
dengan
infrastruktur
dan
pelayanan
publik:
jalan
dan
transportasi,
pengairan,
air
bersih,
energi,
dan
pusat
pelayanan
publik
• Langkah
Strategis:
– Konsolidasi
stakeholders
dan
idenXfikasi
kondisi,
permasalahan
dan
solusi
sesuai
dengan
jenis
kepenXngan
bisnis
dan
usaha
rakyat
– Pemanfaatan
jaringan
komunikasi
websites
dan
forum-‐forum
bisnis
untuk
meningkatkan
intensitas
komunikasi
bisnis
dan
usaha
rakyat
– Pemetaan
kebutuhan
infrastruktur
dan
penyusunan
perencanaan
bersama
pengembangan
infrastruktur
dengan
instansi
terkait
dunia
usaha
dan
masyarakat
– Mengembangkan
jaringan
infrastruktur
antar
industri,
sentra
produksi
,
dan
antara
industri
dengan
sentra
produksi
bahan
baku
– Penguatan
keterkaitan
industri
pada
semua
Xngkatan
rantai
nilai
(value
chain)
dari
industri
hulunya
53. 4.PENGEMBANGAN
IKLIM
USAHA
DAN
INVESTASI
Sasaran:
1) Meningkatnya
pertumbuhan
investasi
di
sektor
KP
2) Meningkatnya
area
atau
kawasan
usaha
3) Meningkatnya
kapasitas
usaha
dan
jumlah
pelaku
usaha
4) Meningkatnya
jaminan
dan
kepasXan
usaha
Kegiatan
Strategis:
– Melakukan
review
dan
penyesuaian
kebijakan
berkaitan
dengan
perpajakan,
kepabeanan,
perdagangan,
pertanahan,
keemigrasian,
dan
ketenagakerjaan,
serta
Peraturan
Daerah
– Review
dan
penataan/penyesuaian
sistem
perijinan,
perbankan,
permodalan,
dan
kepelabuhanan.
– Regulasi
dan
Deregulasi
yang
pro-‐bisnis
54. 5.
PENELITIAN
DAN
TEKNOLOGI
Sasaran:
• Berkembangnya
teknologi
terkini
pemulyaan
induk,
benih
dan
produksi
komoditas
unggulan
• Berkem
bangnya
teknologi
penangkapan,
penanganan,
dan
pengolahan
komoditas
unggulan
• Berkembangnya
manajemen
dan
teknologi
penanganan
hasil
sejak
penangkapan
dan
atau
pembudidayaan,
sampai
dengan
teknologi
pengolahan.
Kegiatan
Strategis:
• Reorientasi
arah
kebijakan
peneliXan
untuk
mendukung
kebijakan
industrialisasi
KP
• PeneliXan
berorientasi
pada
pengembangan
komoditas
dan
produk
unggulan
untuk
memenangkan
kompeXsi
di
pasar
global
• PeneliXan
pemulyaan
induk
dan
benih
unggulan
produkXf,
cepat
tumbuh,
dan
tahan
penyakit
• Pengembangan
teknologi
produksi
dan
formula
pakan
ikan
berkualitas
dan
murah,
vaksin
dan
obat-‐
obatan
dan
sistem
pemberantasan
hama
dan
penyakit
ikan
• PeneliXan
stok
dan
pola
migrasi
ikan,
habitat
dan
trend
perubahannya
akibat
climate
change
• Pengembangan
kelembagaan
dan
sistem
Klinik
IPTEK
untuk
mendukung
industrialisasi
perikanan
• Pengembangan
teknologi
rantai
dingin
dengan
sistem
CSW/RSW
• PeneliXan
teknologi
produkXf
penangkapan
ikan,
budidaya,
dan
pengolahan
ikan
• Pengembangan
teknologi
peralatan
penangkapan
ikan,
budidaya
dan
pengolahan
ikan.
• Menyiapkan
paket-‐paket
teknologi
untuk
nelayan,
pembudidaya,
dan
pengolah
ikan
untuk
peningkatan
produksi
perikanan
berkualitas.
55. 6.
PENGEMBANGAN
SDM
DAN
TRANSFORMASI
SOSIAL
Sasaran:
1) Peningkatan
kompetensi
generasi
muda
nelayan,
pembudidaya
ikan,
dan
pengolah
ikan
melalui
pendidikan;
2) Peningakatn
ketrampilan
dan
kompetensi
nelayan,
pembudidaya
ikan
dan
pengolah
ikan
melalui
pelaXhan;
3) Peningkatan
kesadaran
dan
ketrampilan
pelaku
utama
dan
pelaku
usaha
perikanan
melalui
penyuluhan;
dan
4) Terbentuknya
masyarakat
industri
kelautan
dan
perikanan
MADANI.
Kegiatan
Strategis:
– Penyelenggaraan
pendidikan
kelautan
dan
perikanan
berkualitas
berstandar
internasional
pada
Xngkat
SLTA,
Akademi
dan
Perguruan
Tinggi
– Pengembangan
sistem
pendidikan
terapan
melalui
factory
teaching
– Pengembangan
kelembagaan
pendidikan
inovaXf
– Mengembangkan
jaringan
usaha
antar
alumni
dengan
industri
– Penyelenggaraan
pelaXhan
dengan
standar
kompetensi
yang
dibutuhkan
untuk
peningkatan
produksi
perikanan
– Penyelenggaraan
penyuluhan
di
sentra-‐sentra
produksi
dan
lokasi
potensial
lainnya
untuk
meningkatkan
kinerja
produksi
para
pelaku
utama
dan
pelaku
usaha
– Meningkatkan
kapasitas
penyuluh
dan
kualitas
materi
penyuluhan
sesuai
dengan
standar
kebutuhan.
56. 7.
PENGEMBANGAN
SISTEM
MANAJEMEN
Sasaran:
1) Perbaikan
sistem
dan
manajemen
kelembagaan
internal
Kementerian
Kelautan
dan
Perikanan
dan
SKPD
2) Peningkatan
efekXvitas
manajemen
melalui
perumusan
kebijakan,
perencanaan,
pelaksanaan,
dan
pengawasan
terintegrasi
3) Peningkatan
kapasitas
kelembagaan
dan
SDM
aparatur
kelautan
dan
perikanan
yang
inovaXf
Kegiatan
Strategis:
— Penataan
Sistem
Perencanaan
dan
Anggaran
terintegrasi
— Penyusunan
Road
Map
dan
Rencana
Induk
Industrialisasi
Kelautan
dan
Perikanan
— Penataan
Struktur
Organisasi
danTata-‐kelola
Birokrasi
— Peningkatan
Kualitas
Sistem
Pelayanan
Publik
— Pengembangan
Sistem
Monitoring
dan
Pengawasan
Strategis
— Pengembangan
sistem
pendataan
dan
manajemen
data
— Pengembangan
Sistem
Informasi
Manajemen
dan
Sistem
Informasi
Geografis.
57. 8.
INDUSTRIALISASI
USAHA
GARAM
RAKYAT
1.
Pengembangan
Produk
Produk
industri
usaha
garam
rakyat
dikembangkan
dalam
beberapa
tahapan
pengolahan
garam.Tahap
awal
hasil
panen
garam
rakyat
diolah
untuk
meningkatkan
kualitas
produksinya
melalui
pencucian
dari
kualitas
produksi
(KP)
III
menjadi
KP
I
atau
garam
premium.
Selanjutnya
garam-‐garam
yang
akan
dijual
untuk
menjadi
garam
dapur
diforXfikasi/diiodisasi
untuk
memenuhi
persyaratan
garam
konsumsi
masyarakat.
Pengembangan
produk
mencakup:
1)
garam
konsumsi
dan
2)
garam
industri.
Pengembangan
garan
konsumsi
melipuX
peningkatan
produksi
dan
kualitas
beryodium
sesuai
dengan
standar
yang
ditetapkan,
sedangkan
produksi
garam
industri
ditarget
dapat
mencukupi
kebutuhan
industri
dengan
kualitas
dan
kandungan
NaCl
minimal
94,7%.
2.
Pengembangan
Kawasan:
1) Lokasi
industri
usaha
garam
rakyat
perlu
dikembangkan
dalam
skala
kawasan
untuk
mencapai
skala
industri
sehingga
produksi
primer
dari
kawasan
tersebut
cukup
untuk
mencapai
kebutuhan
industri
pengolahan
garam
serta
industri
ikutannya.
2) Pengembangan
kawasan
produksi
garam
dilakukan
melalui
penataan
ruang,
konsolidasi
lahan,
dan
penataan
saluran
air.
Penataan
ruang
dilakukan
untuk
menetapkan
kawasan
tersebut
sebagai
kawasan
budidaya
dengan
peruntukkan
usaha
garam
rakyat.
Lahan-‐lahan
yang
bersifat
parsial
dan
terfregmentasi
dalam
luasan
yang
kecil
akan
dikonsolidasikan
menjadi
suatu
hamparan
yang
mempunyai
system
produksi
garam
yang
sama.
3) Dalam
kawasan
yang
telah
dikonsolidasikan
tersebut
akan
dibangun
jaringan
irigasi,
khususnya
saluran
tersier
untuk
menyalurkan
air
laut
ke
bak
penampung
air
tua
untuk
selanjutnya
diproses
menjadi
garam.
58.
8.1
STRATEGI
INDUSTRIALISASI
USAHA
GARAM
RAKYAT
1).
PENYIAPAN
DAN
PENGEMBANGAN
KAWASAN
GARAM:
— Penyiapan
Kawasan
Produksi
Garam
— Pengembangan
Kawasan
Garam
Intensifikasi/Revitalisasi
— Ektensifikasi
Lahan
Tambak
Garam.
2).
PENINGKATAN
PRODUKSI
GARAM
RAKYAT:
— Klustering
Pemusatan
Produksi
— Penyediaan
Sarana
dan
Prasarana
Dasar
— Pengembangan
Inovasi
Teknologi
Produksi
— Pengembangan
Kawasan
Produksi
Garam
59.
8.1
STRATEGI
INDUSTRIALISASI
USAHA
GARAM
RAKYAT
LANJUTAN
3).
INDUSTRI
PENGOLAHAN
GARAM
RAKYAT:
― Pengembangan
Industri
Skala
Kecil
dan
Menengah
― Pengembangan
Inovasi
Teknologi
Pengolahan
― Pembinaan
Manajerial
dan
Keterampilan
Pelaku
Usaha
Garam
― Pengembangan
Produksi
Industri
Garam
4).
KEBIJAKAN
HARGA
DASAR
DAN
TATA
NIAGA
GARAM:
— Regulasi
dan
Penataan
Importasi
Garam
— IdenXfikasi
dan
Analisis
Mata
Rantai
— Penetapan
Kuota
Produksi
Garam
60.
8.2
LANGKAH-‐LANGKAH
STRATEGIS:
a.
PENYIAPAN
DAN
PENGEMBANGAN
KAWASAN
GARAM
MELALUI
INTENSIFIKASI
DAN
EKSTENSIFIKASI
1) Melakukan
Penataan
ruang
dan
zonasi,
konsolidasi
lahan
dan
penataan
saluran
irigasi
air
laut
menjadi
air
tua
2) Melakukan
Penataan
ruang
dan
zonasi,
konsolidasi
lahan
dan
penataan
saluran
irigasi
air
laut
3) Melakukan
Intensifikasi
dan
atau
revitalisasi
lahan
garam
yang
dibagi
menjadi
4
(empat)
kluster
4) Melakukan
pengembangan
kawasan
Industri
Garam
berbasis
teknologi
modern
5) Bekerjasama
dengan
Pemda
Kab.
Kupang
(6000),
Sampang
(5000)
Bima
(3000),
dan
Janeponto
(1000),
menyusun
perencanaan
dan
detail
engineering
design
untuk
15.000
ha
lahan
garam
ekstensifikasi
6) Mengembangkan
kemitraan
dengan
perusahaan
Swasta
Nasional,
PT
Garam,
Cheetam,
dan/atau
Mitsubisi
untuk
membangun
industri
garam
yang
melibatkan
masyarakat
sekitar.
7) Bermitra
dengan
Pemda
dan
Kementerian
PU
membanguan
prasarana
dasar,
saluran
air
laut,
waduk
air
tua,
jalan
produksi
dan
mendorong
pembangunan
pelabuhan
pengankutan
garam
8) Mendorong
investasi
perusahaan
untuk
produk
ikutan
dari
hasil
produksi
garam
dan
pengembangan
produksi
ikan
sampingan
61. LANGKAH
STRATEGIS:
b.
PENINGKATAN
PRODUKSI
USAHA
GARAM
RAKYAT
1) Melakukan
intensifikasi
dan
revitalisasi
dari
10.967
ha
(2011)
menjadi
16.500
ha
(2012)
lahan
produksi
garam
rakyat
2) Melakukan
rekayasa
sosial,
pendampingan
dan
penyuluhan
petambak
garam
rakyat
(KUGAR)
melalui
>
2000
kelompok
usaha
garam
rakyat
3) Memberikan
bantuan
langsung
masyarakat
(BLM)
untuk
membeli
bahan,
alat
dan
input
produksi,
perbaikan
tambak
garam,
dan
prasarana
dasar
pendukung
4) Bekerjasama
dengan
PEMDA
dan
Kemen
PU
mebangun
sarana
prasarana
dasar
seperX
saluran
air
laut,
akses
jalan
produksi,
gudang
penampungan
garam,
dan
waduk
air
tua
62. LANGKAH
STRATEGIS:
c.
PENGEMBANGAN
INDUSTRI
PENGOLAHAN
GARAM
RAKYAT
1) Meningkatkan
kualitas
garam
hasil
produksi,
dari
KP3/KP2
menjadi
KP1
atau
Premium
melalui
pencucian
dan
pengolahan
lanjutan
2) Memfasilitasi
diversififikasi
hasil
produksi
garam
rakyat
untuk
memenuhi
konsumen
dari
berbagai
segment
dengan
kriteria
produk
tertentu
3) Membina/fasilitasi
300
industri
rumah
tangga
atau
menengahuntuk
melakukan
forXfikasi/iodisasi
bagi
garam
dapur
dan
memperbaiki
kualitas
packaging
4) Memfasilitasi
proses
sorXfikasi
dan
pengembangan
produk
turunan
garam
seperX
garam
cair
untuk
konsumsi,
biYen
dan
bahan
baku
farmasi,
SPA
dll
63. LANGKAH
STRATEGIS:
d.
PENETAPAN
HARGA
DASAR
DAN
TATA
NIAGA
USAHA
GARAM
RAKYAT
1) Menetapkan
harga
dasar
pemerintah
KP1
Rp
750/kg,
KP2
Rp
550/kg
dan
memantaunya
untuk
2012-‐1015
2) Menetapkan
satu
insXtusi
sebagai
buffer
stock,
lalu
insXtusi
ini
menggalang
dana
dan
melakukan
operasi
pasar
menyangga
harga
ketetapan
Pemerintah
3) Bermitra
dengan
koperasi
primer
dan
sekunder
nelayan
sebagai
mitra
lembaga
buffer
stock,
untuk
membeli,
menyimpan
dan
memasarkan
produk
pada
saatnya
4) Memperbaiki
mata
rantai
kegiatan
ekonomi
mulai
petambak
sampai
konsumen
sehingga
petambak
garam
dapat
menikmaX
rente
ekonomi
yang
lebih
baik
64. 9.
IMPLEMENTASI
INDUSTRIALISASI
KP
TAHAP
I
Tujuan
MerinXs
pelaksanaan
industrialisasi
perikanan
dan
garam
dengan
komoditas
unggulan
dan
lokasi
potensial
dan
strategis
untuk
mendorong
perubahan
orientasi
kebijakan
dan
kegiatan
dalam
rangka
percepatan
pembangunan
ekonomi
berbasis
perikanan
dan
kelautan
Komoditas
Unggulan
• Perikanan:
Tuna,
Udang,
dan
Rumput
Laut
• Garam:
Garam
Konsumsi
65. 10.
LOKASI
Perikanan
Tangkap:
• Lokasi
program
percontohan
terkait
dengan
komoditas
hasil
penangkapan
akan
dilaksanakan
di
5
lokasi:
1)
Pelabuhan
Perikanan
Samodera
Nizam
Zaman,
Jakarta,
2)
Pelabuhan
Samodera
Pelabuhanratu,
Jawa
Barat,
3)
Pelabuhan
Perikanan
Nusantara
Bitung,
Sulawesi
Utara,
Pelabuhan
Perikanan
Samodera
Bungus,
Sumatera
Barat,
dan
5)
PPN
Ambon,
Maluku.
Perikanan
Budidaya:
• Lokasi
program
percontohan
berbasis
perikanan
budidaya
mencakup:
» Udang:
22
Kabupaten
Pantai
Utara
Jawa
» Rumput
laut:
Sulawesi
Selatan,
Sulawesi
Tengah,
Sulawesi
Utara,
dan
NTB
» PaXn:
14
Kabupaten,
Sumatera
» Bandeng:
12
Kabupaten
Pantai
Utara
Jawa
» Pindang:
Pantai
Utara
Jawa
Garam:
• Pengembangan
industrialisasi
usaha
garam
rakyat
berbasis
intensifikasi
difokuskan
pada
7
Kabupaten,
yaitu:
i.)
Indramayu
(1.995
ha);
ii.)
Cirebon
(1.504
ha);
iii.)
PaX
(2.776
ha);
iv.)
Rembang
(1.584
ha):
v.)
Sampang
(4.200
ha);
vi.)
Pamekasan
(891
ha)
dan
vii.)
Sumenep
(2.088
ha).
Selain
itu
masih
ada
di
33
kabupaten/kota
dalam
skala
lebih
kecil
lahan
produksi
garam,
sehingga
total
potensi
dan
produksi
lahan
garam
rakyat
yang
bisa
dikembangkan
secara
intensifikasi
mencapai
24.116
ha.
66. 11.
INDIKATOR
KINERJA
INDUSTRIALISASI
KELAUTAN
DAN
PERIKANAN
• PERENCANAAN:
– Terumuskannya
RenStra
KKP
yang
melandasi
industrialisasi
kelautan
dan
perikanan
– Tersusunnya
Rencana
Kegiatan
yang
langsung
berkaitan
dengan
industrialisasi
kelautan
dan
perikanan
dengan
dukungan
anggaran
sekurang-‐kurangnya
50%
dari
anggaran
total
– Terselenggaranya
sistem
perencanaan
terintegrasi
yang
mengaitkan
langsung
antara
beberapa
faktor
sebagai
berikut:
• potensi
dan
daya
serap
pasar,
• peningkatan
kapasitas
industri
pengolahan,
• peningkatan
produksi
bahan
baku
dan
ikan
segar
budidaya,
• peningkatan
produkXvitas
dan
kualitas
perikanan
tangkap,
manajemen
perijinan
dan
usaha
penangkapan
ikan,
kualitas
manajemen
pelabuhan,
• pengembangan
wilayah,
serta
• peneliXan,
tehnologi,
sumberdaya
manusia,
mutu
dan
pengawasan.
67. 11.
INDIKATOR
KINERJA
(lanjutan
1)
• PELAKSANAAN:
– Sistem
manajemen
administrasi
KKP:
• Terselenggaranya
sistem
manajemen
data
dan
informasi
yang
langsung
mendukung
kegiatan
industrialisasi
kelautan
dan
perikanan
• Terselenggaranya
monitoring
dan
evaluasi
kegiatan
industrialisasi
KP
secara
periodik
3
bulanan
• Tersedianya
peraturan
perundang-‐undangan
yang
langsung
mendukung
kegiatan
industrialisasi
kelautan
dan
perikanan
68. 11.
INDIKATOR
KINERJA
(lanjutan
2)
– Perluasan
Pasar
Nasional
dan
Global
• TeridenXfikasinya
potensi,
daya
serap,
dan
trend
pasar
komoditas
dan
produk
perikanan
nasional
dan
global
• Meningkatnya
volume
dan
nilai
ekspor
komoditas
dan
produk
perikanan
• Meningkatnya
konsumsi
ikan
di
dalam
negeri
dan
serapan
pasar
nasional
• Meningkatnya
jumlah
negara
tujuan
ekspor
dan
market
share
komoditas
dan
produk
perikanan
• Terkendalinya
impor
ikan
sesuai
dengan
keseimbangan
kebutuhan
bahan
baku
industri
dan
produksi
bahan
baku
nasional
• Terkendalikannya
gejolak
harga
komoditas
dan
produk
perikanan
nasional
69. 11.
INDIKATOR
KINERJA
(lanjutan
3)
– Revitalisasi
Pengolahan:
• Meningkatnya
jumlah
dan
kapasitas
industri
pengolahan
berbasis
ikan
• Meningkatnya
diversifikasi
produk-‐produk
perikanan
• Meningkatnya
kapasitas
dan
kualitas
usaha
pengolahan
UMKM
• Meningkatnya
kualiatas
produk-‐produk
pengolahan
sesuai
dengan
standar
nasional
dan
inernasional
• Meningkatnya
prosentasi
pemenuhan
bahan
baku
industri
pengolahan.
70. 11.
INDIKATOR
KINERJA
(lanjutan
4)
– Penangkapan
Ikan
(1):
Penataan
Ulang
Sistem
Manajemen
Penangkapan
ikan
• Meningkatnya
produksi
dan
kualitas
hasil
tangkapan
untuk
memenuhi
bahan
baku
yang
dibutuhkan
industri
• Keberadaan
data
dan
informasi
terkini
tentang
status
armada
penangkapan
ikan,
perijinan
dan
alokasi
penangkapan
ikan
• Terselenggaranya
sistem
administrasi
pengelolaan
perijinan
dan
pengalokasian
kapal
penangkapan
secara
nasional
terintegrasi,
pusat,
propinsi,
dan
kabupaten/kota,
• Perubahan
kebijakan
tentang
penangkapan
ikan
di
ZEEI,
laut
lepas,
dan
ZEE
negara
lain,
• Penataan
ulang
sistem
pengelolaan
potensi
perikanan
tangkap
(SDI)
secara
berkelanjutan
untuk
mendukung
industrialisasi
kelautan
dan
perikanan
71. 11.
INDIKATOR
KINERJA
(lanjutan
5)
– Penangkapan
Ikan(2):
OpXmalisasi
Penangkapan
Ikan
dan
Pengkayaan
SDI
• Ketersediaan
sistem
pendataan,
data,
dan
sistem
informasi
manajemen
sumberdaya
ikan
(SDI),
• Meningkatnya
kinerja
kegiatan
penangkapan
ikan
di
ZEEI,
laut
lepas
dan
ZEE
negara
lain.
• Meningkatnya
produkXvitas
dan
kualitas
hasil
tangkapan
• Redistribusi
armada
penangkapan
ikan
berimbang
sesuai
dengan
potensi
WPP
• Peningkatan
jumlah
kapal
penangkap
ikan
berskala
besar
untuk
beroperasi
di
ZEEI
dan
laut
lepas.
72. 11.
INDIKATOR
KINERJA
(lanjutan
6)
– Penangkapan
Ikan
(3):
Penataan
Sistem
Manajemen
Pelabuhan
Perikanan:
• Terselenggaranya
manajemen
pelabuhan
yang
terXb,
dan
efisien
sebagai
pusat
kendali
manajemen
penangkapan
ikan
di
wilayah,
• Terselenggaranya
sistem
manajemen
pelabuhan
sesuai
standar
keamanan,
kebersihan,
dan
pelayanan
secara
nasional,
• Terselenggaranya
sistem
pengawasan
dan
pengendalian
mutu
sesuai
yang
diharapkan,
• Tersedianya
fasilitas
pendukung
kegiatan
nelayan
dan
industri
pengolahan
di
wilayah
pelabuhan,
seperX
BBM,
air
bersih
dan
listrik,
• Terselenggaranya
sistem
pendaratan
ikan
sesuai
standar
nasional,
termasuk
sistem
pencatatan
(log
book)
dan
pengawasan
mutu.
– Pemberdayaan
Nelayan:
• Meningkatnya
pendapatan
nelayan,
• Meningkatnya
produkXvitas
nelayan.