Dokumen tersebut membahas pentingnya koordinasi antar pemangku kepentingan dalam mengoptimalkan sumber daya alam dan jasa kemaritiman Indonesia untuk meningkatkan posisi ekonomi negara di era globalisasi. Dokumen ini menyoroti perlunya penguatan kerja sama antar lembaga pemerintah dan swasta dalam melestarikan sumber daya kelautan serta mengembangkan pariwisata berkelanjutan guna memberdayakan masyarakat pesisir.
1. AGUS SEDIADI TAMTANUS
PENGUATAN KOORDINASI ANTAR PEMEGANG
KEPENTINGAN DALAM MENGOPTIMALKAN SDA
DAN JASA KEMARITIMAN DALAM RANGKA
MENINGKATKAN POSISI EKONOMI INDONESIA
DALAM ERA GLOBALISASI
PENGUATAN KOORDINASI ANTAR PEMEGANG KEPENTINGAN
DALAM MENGOPTIMALKAN SDA DAN JASA KEMARITIMAN
DALAM RANGKA MENINGKATKAN POSISI EKONOMI
INDONESIA DALAM ERA GLOBALISASI
RM. AGUS SEDIADI TAMTANUS
PENGUATAN KOORDINASI ANTAR PEMEGANG KEPENTINGAN
DALAM MENGOPTIMALKAN SDA DAN JASA KEMARITIMAN
DALAM RANGKA MENINGKATKAN POSISI EKONOMI
INDONESIA DALAM ERA GLOBALISASI
2. OUT LINE
Pendahuluan
Potensi Sumberdaya Alam
- Kelautan
- Ekonomi
Permasalahan
- Implementasi CCRF
- Pembangunan Desa Pantai
- Kehutanan
Pemecahan Masalah
- Ekowisata (Pengembangan Produk Kelautan)
- Jasa Lingkungan
- Penelitian Global
REKOMENDASI
3. • potensi SDA
sangat besar
• Center of gravity
kawasan Asia
Pasifik
• Potensi Sumberdaya
Kelautan belum
tereksplorasi
Archipelagic State
5. POTENSI
SUMBERDAYA KELAUTAN
1. 17,499 pulau (13,466 pulau telah bernama dan dideposit di PBB.
2. Luas laut 5,8 juta km2
(ZEE: 2,55 jt km2
, tetorial 0,30 jt km2
.
Perairan Kepulauan2,95 jt km2
) dan panjang garis pantai mencapai
80,791 km.
3. Potensi Gas Hidrat Methan (CH4) sebesar TcF, cadangan energi
untuk 800 tahun.
4. Potensi industri garam (permintaan domestik 3,2 jt ton/tahun).
5. 70% dari 60 cekunan migas berada di laut dengan potensi 9,1 miliar
barrel.
6. Energi laut: arus, OTEC, gelombang, pasut dan angin.
7. Bioteknologi kelautan dan air laut dalam.
8. Estimasi nilai ekonomi ekosistem mangrove US$ 8000 Ha/tahun,
lamun US$ 2,287 ha/tahun dan terumbu karang Rp.2 miliar
km/tahun.
7. PERMASALAHAN SUMBERDAYA LAUT
A. Kerusakan Sumberdaya Laut
Terjadinya aktivitas penangkapan ikan yang tidak memperhatikan
kelestarian sumberdaya alam pesisir dan laut
Code of Conduct for Respobilities Fisheries (CCRF)
Tahun 1995 FAO telah mengeluarkan CCRF, dimana Indonesia telah
meretivikasi konvensi tersebut, dimana ditekankanperlunya alat
penangkapan ikan ramah lingkungan, yaitu:
1) Mempunyai selektivitas tinggi terhadap sasaran;
2) Tidak merusak habitat;
3) Menghasilkan ikan yang berkualitas tinggi;
4) Tidak membahayakan nelayan;
5) Produksi tidak membahayakan konsumen;
6) Hasil tangkapan sampingan (by-catch) rendah;
7) Dampak terhadap keanekaragaman hayati (biodiversity) rendah;
8) Tidak membahayakan ikan-ikan yang dilindungi, dan;
9) Tidak membahayakan nelayan
8.
9. B. Desa Pantai
Dengan meningkatnya jumlah penduduk, perekonomian harus banyak
menyediakan barang dan jasa. Peningkatan produksi barang dan jasa
menuntut lebih banyak produksi barang SDA yang harus digali dan
semakin menipisnya SDA dan pencemaran lingkungan semakin meningkat.
Hal ini dirasakan diwilayah pesisir yang telah dikacaukan dan kualitas
lingkungannya telah dirusak oleh “ the abuse of coastal resources and
industrial pollution”.
Ekosistem pesisir terganggu karena selain wilayahnya menjadi
konsentrasi permukiman dan kegiatan bisnis, lautannyapun menjadi ajang
transportasi maritim dan pelayaran global, serta penangkapan ikan.
Limbah ditranspor melalui arus lautan dan dikonsumsi oleh plankton
(tumbuhan dan hewan) dan lalu dimakan oleh ikan, selanjutnya di
konsumsi manusia. Sisa plankton mengakibatkan kenaikan konsentrasi
nitrat dan fosfat dalam air laut (Daoed Joesoef, Kompas 26 Maret 2015).
10. Map of TSI in the Jakarta bay waters between 1970s – 2000s
(Sediadi, A., 2011)
11. C. Kehutanan
Kawasan pesisir menerima dampak negatif berupa pencemaran,
sedimentasi, dan perubahan regim hidrologi akibat aktivitas
manusia & pembangunan di daratan.
Aktivitas yang menonjol yang masih sangat dirasakan adalah disektor
kehutanan, dimana terindikasikan terjadinya deforestasi 5,7 juta hektar
bersumber dari konflik konsnesi dengan Peta Indikatif Penundaan
Pemberian Izin Baru (PIPPIB) revisi VII. Adanya tumpang tindih pada izin
bisnis kayu, hutan tanaman industri, pertambangan, dan perkebunan.
Adanya Inpres No. 10/2011, dua hari setelah inpres berakhir kemudian
keluar Inpres No.6/2013 yang memberlakukan moratorium sampai 13
Mei 2015, dimana luas moratorium 64 juta hektar, terdiri dari hutan
primer (APL & HP), hutan konservasi dan hutan lindung59 juta ha dan
lahan gambut 5 juta ha (Kompas, 22 Maret 2015).
Kerusakan di wilayah pesisir karena dampak tidak terkontrolnya
pembangunan di wilayah hulu, seperti yang terjadi di Teluk Jakarta.
13. PEMECAHAN PERMASALAHAN
EKOWISATA
Mendorong mempercepat terjadinya “Sustainability Tourism” melalui
Program Ekowisata di desa pantai yang berpotensi:
(1) Kegiatan ekowisata harus mampu mencegah dan menanggulangi
dampak dari aktivitas wisatawan terhadap alam, budaya lokal dan
masyarakat setempat;
(2) Harus memiliki makna konservasi, dimana upaya pengembangan
kawasan wisata (fasilitas, utilitas) harus sinergi dengan semangat
konservasi dan menjaga keaslian budaya dan kelestarian alam;
(3) Kegiatan ekowisata harus dapat memberikan keuntungan ekonomi
bagi penduduk setempat, dimana pemberdayaan masyarakat dapat
membuka dan memberikan lapangan pekerjaan sehingga masyarakat
lokal tidak hanya menjadi penonton atau obyek utama tetapi menjadi
bagian utama;
(4)Untuk desa pantai, masyarakat diberikan kemampuan untuk dapat
berkreatif dan mengembangkan produk hasil dan limbah kelautan;
(5)Standard ekowisata merujuk ke The International Ecotourism
Society (TIES).
15. PENELITIAN ASING
1) Kerja sama internasional dapat diusahakan oleh semua
unsur kelembagaan Iptek untuk meningkatkan alih
teknologi dari negara-negara lain serta meningkatkan
partisipasi dalam kehidupan masyarakat ilmiah internasional.
2) Kerja sama sebagaimana dimaksud harus dilaksanakan atas
dasar persamaan kedudukan yang saling menguntungkan
dengan tidak merugikan kepentingan nasional, serta tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
3) Pemerintah bertanggung jawab memberikan dukungan
bagi perguruan tinggi dan lembaga litbang dalam rangka
kerja sama internasional di bidang Iptek
4) Perguruan tinggi asing, lembaga litbang asing, badan usaha
asing, dan orang asing yang tidak berdomisili di Indonesia
yang akan melakukan kegiatan penelitian dan
pengembangan di Indonesia harus mendapatkan izin
tertulis dari instansi pemerintah yang berwenang.
1) Kerja sama internasional dapat diusahakan oleh semua
unsur kelembagaan Iptek untuk meningkatkan alih
teknologi dari negara-negara lain serta meningkatkan
partisipasi dalam kehidupan masyarakat ilmiah internasional.
2) Kerja sama sebagaimana dimaksud harus dilaksanakan atas
dasar persamaan kedudukan yang saling menguntungkan
dengan tidak merugikan kepentingan nasional, serta tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
3) Pemerintah bertanggung jawab memberikan dukungan
bagi perguruan tinggi dan lembaga litbang dalam rangka
kerja sama internasional di bidang Iptek
4) Perguruan tinggi asing, lembaga litbang asing, badan usaha
asing, dan orang asing yang tidak berdomisili di Indonesia
yang akan melakukan kegiatan penelitian dan
pengembangan di Indonesia harus mendapatkan izin
tertulis dari instansi pemerintah yang berwenang.
17. Penilaian Kondisi Pengelolaan Perikanan dan
Sumber daya Laut Pesisir (Right Base Management)
Masalah
(1)
Pertanyaan
(2)
Kunci Utama
(3)
Hukum Apakah Undang-
undang
pengelolaan
perikanan sudah
sesuai?
Apakah Hukum
Adat sudah
diakui?
Apakah hukum/
sistem yang ada
mengamankan
hak penggunaan
eksklusif secara
benar?
Apakah ada
peraturan untuk
melakukan usaha
secara moderat?
Apakah Undang-
undang yang ada
untuk dapat
melindungi
kawasan lindung?
Saat ini sudah ada peraturan pengelolaan sumberdaya pesisir
tetapi masih jauh dari pendekatan RBM (Right Base Management),
dimana sumber daya alam umumnya diperlakukan sebagai sumber
akses terbuka walaupun ada peraturan-peraturan dalam beberapa
kasus yang tidak mungkin dirubah dalam waktu jangka pendek
● Pemberian izin dan pendaftaran penggunaan perahu diberbagai
tingkat (nasional, provinsi, dan kabupaten), sehingga dapat
dilakukan pengawasan dalam penggunaannya seperti jarak operasi
dan bobotnya.
●Beberapa peraturan saat ini belum jelas wewenangnya di tingkat
otoritas provinsi atau kabupaten utuk pemeberian izinnya.
●Undang-undang kawasan lindung ada untuk pembentukan
berbagai kawasan lindung dari KKL nasional (yaitu, KKPN) ke KKL
Kabupaten (Yaitu, KKPDs), namun masih tumpang tindih,
mengenai pelaksanaan tanggung jawab dan pedoman peraturan.
●Sistem manajemen masih tradisional di beberapa
provinsi, dimana tidak ada model umum.
18. (1) (2) (3)
Institusi &
Implementasi
Apakah penegakan
dan
otoritas manajemen
digambarkan dengan
jelas?
Apakah pihak
penegakhukum
memiliki cukup staf
terampil, dan
peralatan?
Apakah otoritas
manajemen
memiliki staf yang
terampil dan
peralatan?
Undang-undang
yang relevan yang
ditegakkan?
Penegakan hukum pengelolaan perikanan dekat pantai dan
sumberdaya pesisir terutama tanggung jawab subnasional
pemerintah, meskipun tumpang tindih yurisdiksi nasional
tetapi masih efektif pelaksanaannya.
Kabupaten memiliki kontrol manajemen lebih 0-4 nm,
provinsi 4-12 nm, dan nasional 12-200 nm, namun beberapa
yurisdiksi tumpang tindih.
Otoritas mendukung adanya peningkatan produksi
perikanan daripada pengaturan manajemen, dan
pengembangan regulasi sering didorong oleh adanya
kepentingan lembaga kepentingan.
Penegakan hukum terbatas di semua tingkatan (nasional,
provinsi, dan Kabupaten) karena kurangnya sumber daya,
koordinasi yang terbatas, kurangnya pemahaman hukum,
dan kejaksaan amasih kurang membeckup.
Secara nasional (provinsi dan kabupaten) masih sangat
terkendala karena keterbatasan kelembagaan dan
infrastruktur.
19. (1) (2) (3)
Pendanaan Apakah ada sistem
yang jelas untuk
pengalokasikan
anggaran dalam
mendukung undang-
undang pengelolaan
perikanan?
Apakah ada aliran
dana publik yang
dialokasikan untuk
pengelolaan sumber
daya pesisir?
Apakah mungkin
penegak hukum dan
manajemen
mengumpulkan dan
mempertahankan
pendapatan?
Apakah pihak yang
berwenang memiliki
kapasitas untuk
meminta, menyerap,
dan menggunakan
dana?
Ada sumber daya yang signifikan untuk belanja publik, dan
besar transfer fiskal yang dibuat untuk tingkat subnasional,
namun karena masih minimal, sehingga di prioritaskan untuk
perikanan dekat pantai dan pengelolaan sumber daya pesisir
saja,.
➔Sistem penganggaran di tingkat nasional dan subnasional
cukup kompleks, dimana yang sudah diprioritaskanpun dapat
berubah selama proses tersebut, danpada umumnya kaku
(yaitu, uang yang harus dikeluarkan untuk tujuan awal bahkan
jika perlu bergeser)
➔Pemerintah provinsi dan kabupaten, terlepas dari prioritas
untuk perikanan dekat pantai dan pengelolaan sumber daya
pesisir, sering tidak memiliki kapasitas untuk meminta anggaran
yang memadai..
➔Adanya status Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), dapat
menyediakan anggaran pada unit pelayanan publik kabupaten-
tingkat (yaitu, yang bertugas mengelola KKPDs) dengan
keuangan dan fleksibilitas manajemen, tetapi tidak akan
memastikan (dan benar-benar dapat mencegah) meningkatkan
alokasi dana pemerintah.
➔Kasus untuk meningkatkan alokasi untuk perikanan dekat
pantai dan pengelolaan sumber daya pesisir untuk memastikan
mata pencaharian dan makanan keamanan belum dibuat.
20. (1) (2) (3)
Politik
Ekonomi
Pengambil
Keputusan
Apakah ada
Rencana Nasional
dalaml jangka
panjang untuk
prioritas
pembangunan
pemanfaatan
berkelanjutan
sumber daya alam?
Apakah pemerintah
saat ini
mengutamakan
pembangnuan
manajemen
perikanan dan
pesisir secara
berkelanjutan?
Pertumbuhan ekonomi Indonesia telah dan terus mengandalkan
ekstraksi sumber daya alam, dengan fokus pada pertambangan,
penebangan,pertanian, dan perikanan; pengakuan untuk
keberlanjutan ekstraksi disebutkan dalam rencana
pembangunan, tetapi fokus pada tanah adalah untuk
meningkatkan produksi daripada manajemen
●Rencana Lima Tahun 2010-2014 Pembangunan Jangka
Menengah menyoroti perikanan sebagai sumber potensi
pertumbuhan, tetapi sedikit perhatian diberikan kepada perikanan
dekat pantai dan sumber daya pesisir.
●Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Rencana Induk '
Percepatan dan Perluasan Ekonomi Indonesia Pembangunan
2011-2025 menyoroti perikanan berkelanjutan sektor prioritas di
beberapa daerah (koridor ekonomi), tetapi rincian minimal
diberikan tentang bagaimana meningkatkan perikanan dan upaya
produksi akan dilakukan secara berkelanjutan.
Assessment of the Enabling Conditions
for Rights-Based Management of Fisheries
and Coastal Marine Resources, by CCIF
(Conservation and Community Investmen Forum
J U LY 2013
22. (1) Tindak lanjut dalam mewujudkan program ini adalah, meningkatkan koordinasi
secara sistematis dan berkelanjutan dengan 4 aspek yang disebut diatas
(Hukum, Kelembagaan & Implementasi, Anggaran dan Politik Nasional) sesuai
dengan fungsi masing kelembagaan yang ada;
(2)Melanjutkan upaya pengembangan peran serta masyarakat dalam pengelolaan
sumber daya alam, peningkatan koordinasi dan melaksanakan kegiatan secara
berkelanjutan, melanjutkan pelaksanaan pengelolaan kawasan konservasi
dengan pola kemitraan secara berkelanjutan, serta penanaman kepercayaan
terhadap masyarakat melalui kegiatan nyata dan bermanfaat bagi masyarakat;
(3)Mengingat peran serta masyarakat (DN/LN), cukup signifikan di dalam
pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup, maka dalam tahun
mendatang perlu dilakukan pemberdayaan terhadap LSM yang memiliki
perhatian cukup tinggi terhadap pelestarian sumber daya alam dan lingkungan
hidup;
(4)Meningkatkan kemitraan dengan masyarakat untuk melakukan perbaikan
lingkungan, melalui ekowisata dan jasa lingkungan bekerjasama dengan
Perguruan Tinggi. Selain itu, perlu pula melakukan upaya penegakan hukum
secara lebih konsisten agar tidak ada keraguan di masyarakat untuk
berpartisipasi aktif menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan
hidup.
REKOMENDASI