Kesebangunan Segitiga matematika kelas 7 kurikulum merdeka.pptx
pengelompokkan alat ukur
1. PENGELOMPOKKAN ALAT UKUR
Disusun Oleh :
1. Harisman Nizar (06121008021)
2. Lulu Fajriatus R. (06121408019)
3. Suci Ariani (06121008017)
Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sriwijaya
1
2014
2. DAFTAR ISI
Halaman Judul……………..........…………………………………………..……..1
Daftar Isi……………...……...………………………………………………..…...2
Pendahuluan.............................................................................................................3
2
Isi
Kesimpulan............................................................................................................
Daftar Pustaka ……………………………….......................................................
3. Pendahuluan
Pengukuran adalah suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas
sesuatu dengan aturan tertentu. Kata “sesuatu” bisa berarti peserta didik, guru,
gedung sekolah, meja belajar, white board dan lain sebagainya. Mengukur adalah
membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif.
ISI
A. Pengelompokkan Alat Ukur Evaluasi
Secara umum alat penilaian dapat dikelompokan kedalam dua kelompok ,
alat penilaian bentuk tes dan alat penilaian bukan tes.
3
1. Bentuk Tes
Tes adalah suatu prosedur sistematis untuk mengukur sample perilaku
seseorang. Pada umumnya tes berupa sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab,
atau sekumpulan butir soal atau tugas yang harus dikerjakan oleh orang yang di
tes, atau pertanyaan-pertanyaan yang harus dipilih atau ditanggapi oleh seseorang
dengan tujuan untuk mengukur aspek perilaku tertentu dari orang yang di tes.
Dalam konteks pendidikan, hal yang hendak diukur itu adalah tingkat kemampuan
seseorang dalam menguasai bahan pelajaran atau kompetensi yang telah diajarkan
kepadanya. Tes adalah suatu teknik atau cara dalam rangka melaksanakan
kegiatan evaluasi, yang didalamnya terdapat berbagai item atau serangkaian tugas
yang harus dikerjakan atau dijawab oleh anak didik, kemudian pekerjaan dan
jawaban itu menghasilkan nilai tentang perilaku anak didik tersebut. Dalam
konteks ini ada dua istilah yang harus kita pahami dan harus kita bedakan, yaitu
istilah “prestasi belajar” (achievement) dan “hasil belajar” (learning outcome).
Hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak seseorang siswa, sedangkan
prestasi belajar lebih menekankan pada aspek kognitif. Dalam pembicaraan ini
kita akan lebih banyak membicarakan istilah “prestasi belajar” yang lebih
menekankan kepada aspek pengetahuan saja (Depdiknas, 2001).
Dari segi pelaksanaannya, tes dibagi kedalam tiga kategori, tes tulisan, tes
lisan dan tes tindakan. Dari segi bentuk soal dapat diklasifikasikan ke dalam lima
bentuk soal, yaitu (a) soal pilihan ganda, (b) soal benar salah, (c) soal
4. menjodohkan, (d) uraian /jawaban singkat, dan (e) soal bentuk uraian bebas (free
essay). Berdasarkan jumlah peserta, tes hasil belajar dapat dibedakan atas dua
jenis, yaitu tes kelompok dan tes perorangan. Dilihat dari sudut penyusunannya,
tes hasil belajar dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu tes buatan guru (teacher-made
test) dantes yang distandardisasi (standardized test). Dilihat dari segi cara
atau pola jawaban yang diberikan, soal dapat dibedakan ada soal yang telah
disediakan jawabannya, peserta tes tinggal memilih jawaban tersebut (pilihan
ganda, benar salah, menjodohkan) dan ada soal yang tidak disediakan jawabannya
(uraian). Kemudian dilihat dari segi cara pemberian skornya, dibedakan ke dalam
soal yang bersifat objektif dan soal yang bersifat subjektif. Pada makalah ini akan
lebih diperjelas mengenai tes uraian.
Agar informasi tentang karakteristik tingkah laku individu yang dinilai
akurat atau mencerminkan mendekati keadaan yang sebenarnya, sehingga
informasi itu dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat keputusan penting
dalam pendidikan dan pengajaran, maka tes yang digunakan harus memenuhi
persyaratan teknis sebagai alat ukur yang baik. Karakteristik tes yang baik
menurut Hopkins dan Antes adalah tes tersebut memiliki keseimbangan, spesifik
dan objektif. Keseimbangan dan kekhususan (spesifikasi) berkaitan langsung
dengan validitas, objektivitas berkaitan langsung dengan reliabilitas dan berkaitan
tidak langsung dengan validitas, yaitu melalui keterkaitan antara validitas dan
reliabilitas. Untuk memperoleh prangkat tes yang seimbang (proporsional) , dapat
dilakukan dengan cara membuat tabel spesifikasi (kisi-kisi) mengenai topik-topik
yang akan dimasukan ke dalam perangkat tes. Untuk memperoleh butir-butir soal
yang spesifik dapat dilakukan melalui identifikasi kompetensi dan tujuan-tujuan
khusus pembelajaran, selanjutnya dijadikan dasar perumusan butir soal. Dengan
cara-cara di atas, dapat diharapkan butir-butir soal yang dirumuskan dapat
menjadi sampel yang representatif dalam perangkat tes itu.
4
5. Ebel mengemukakan lebih terinci lagi, ada 10 kriteria perangkat tes yang
5
baik yaitu
(1) relevansi, yaitu kesesuaian antara tes yang dikembangkan dengan
kurikulum yang telah ditentukan,
(2) keseimbangan antara tujuan pembelajaran khusus dengan jumlah butir
soal yang mewakilinya,
(3) efisien baik dalam pelaksanaan tes, pemberian skor dan
pengadministrasiannya,
(4) objektif dalam pemberian skor dan penafsiran hasilnya,
(5) spesifikasi, yaitu tes hanya mengukur hal-hal khusus yang telah
diajarkan,
(6) tingkat kesukaran butir soal berada disekitar indeks 0,50
(7) memiliki kemampuan untuk membedakan antara kelompok siswa yang
pandai dengan kelompok siswa yang assor,
(8) memiliki tingkat reliabilitas yang cukup tinggi,
(9) kejujuran dan keadilan dalam pelaksanaan evaluasinya,
(10) memiliki kecepatan (speed) yang wajar dalam penyelesaian tesnya
2. Bentuk Non Tes
a. Wawancara dan Quistioner
Sebagai alat penilaian, wawancara dan quistioner sangat efektif untuk
menilai hasil belajar siswa yang berkaitan dengan pendapat, keyakikan, aspirasi,
harapan, prestasi, keinginan dan lain-lain. Sebagai alat penilaian, wawancara
memiliki kelebihan yaitu dapat berkomunikasi langsung dengan siswa, sehingga
siswa dapat mengungkapkan jawaban dengan lebih bebas dan mendalam.
Disamping itu, melalui wawancara dapat dibina hubungan yang lebih baik. Ada
dua macam wawancara, pertama wawancara yang berstruktur dan yang kedua
wawancara tidak berstruktur/bebas.
Seperti halnya wawancara, quistioner juga memiliki kelebihan yaitu
bersifat praktis, hemat waktu dan tenaga. Namun demikian, questioner memiliki
kelemahan yang mendasar, yaitu seringkali jawaban yang diberikan tidak
6. objektif, siswa memberi jawaban yang pura-pura. Wawancara juga ada dua
macam, yang berstruktur dan tidak berstruktur. Yang berstruktu setiap pertanyaan
sudah disediakan jawabannya, siswa tinggal memilih/mencocokannya. Sedangkan
yang tidak berstruktur siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan
jawabannya sendiri.
b. Skala
Skala adalah alat untuk mengukur nilai, sikap, minat atau perhatian, yang
disusun dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden yang hasilnya
dalam bentuk rentangan nilai sesuai dengan kriteria yang digunakan.
Ada dua jenis sekala yang sering digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar
siswa, yaitu sekala sikap dan sekala penilaian.
1) Skala sikap
Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan seseorang berprilaku. Sikap
juga dapat diartikan reaksi seseorang terhadap stimulus yang datang pada dirinya.
Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu.
Hasilnya berupa katagori sikap, yakni mendukung, menolak atau netral.
Ada tiga komponen sikap yakni kognisi (berkenaan dengan pengetahuan
tentang objek), afeksi (berkaitan dengan perasaan terhadap objek), dan konasi
(berkaitan dengan kecenderungan berprilaku terhadap objek itu).
Ada beberapa bentuk skala yang biasa digunakan untuk menilai derajat sifat
nilai sikap seseorang terhadap suatu objek , antara lain :
a) Menggunakan bilangan , untuk menunjukan tingkat-tingkat dari sifat (objek )
yang dinilai. Misalnya, 1, 2, 3, 4 dan seterusnya.
b) Menggunakan frekuensi terjadinya/timbulnya sikap itu. Misalnya; selalu,
seringkali, kadang-kadang, pernah, dan tidak pernah.
c) Menggunakan istilah-istilah yang bersifat kualitatif. Misalnya; bagus sekali,
baik, sedang, dan kurang. Atau istilah-istilah; sangat setuju, stuju, tidak punya
pendapat, tidak stuju, dan sangat tidak setuju.
d) Menggunakan istilah-istilah yang menunjukan status/ kedudukan. Misalnya;
paling rendah, di bawah rata-rata, di atas rata-rata, dan paling tinggi.
6
7. e) Menggunakan kode bilangan atau huruf. Misalnya; selalu diberi kode 5,
kadang-kadang 4, jarang, 3, jarang sekali 2, dan tidak pernah diberi kode
bilangan 1.
2) Skala penilaian,
Skala penilaian mengukur penampilan atau prilaku siswa melalui pernyataan
prilaku pada sutu titik kontinum atau suatu katagori yang bermakna nilai. Titik
atau kategori itu diberi rentangan nilai dari yang tertinggi sampai yang terendah.
Rentangan ini bisa berupa hurup abjad (A, B, C, D) atau angka (1,2,3 4). Hal
yang harus diperhatikan adalah kriteria sekala nilai, yakni penjelasan oprasional
untuk setiap alternatif jawaban.
Skala penilaian lebih tepat digunakan untuk mengukur suatu proses, misalnya
proses belajar pada siswa, atau hasil belajar yang berbentuk prilaku
(performance), seperti hubungan sosial diantara siswa atau cara-cara memecahkan
masalah.
7
c. Observasi
Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur
tingkah laku individu atau terjadinya suatu proses kegiatan yang dapat diamati,
baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situsi buatan. Observasi dapat
mengukur atau menilai hasil dan proses belajar seperti:tingkah laku siswa pada
waktu belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas dan lain-lain.
Ada tiga jenis observasi yaitu observasi langsung, observasi dengan
menggunakan alat (tidak langsung) dan observasi partisipasi. Ketiga jenis
observasi itu digunakan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan dari kegiatan
observasi tersebut.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam mengembangkan penilaian
dengan menggunakan teknik observasi adalah sebagai berikut:
a) Tentukan aspek kegiatan yang akan diobservasi. Aspek kegiatan ini mungkin
berkaitan dengan kegiatan siswa secara individu, kegiatan siswa secara
kelompok, interaksi guru dengan siswa, interaksi antara siswa dengan siswa
dan lain sebagainya.
8. b) Menentukan pedoman observasi yang akan digunakan. Tentukan bentuk
pedoman observasi yang akan digunakan, apakah bentuk bebas (tidak perlu
ada jawaban, tetapi mencatat apa yang nampak) atau pedoman yang
berstruktur (memakai alternatif jawaban). Bila dipakai bentuk yang
berstruktur, tetapkan pilihan jawaban serta indikator-indikator setiap jawaban
sebagai pedoman dalam pelaksanaanya nanti.
c) Melaksanakan observasi, yaitu mencatat tingkah laku yang terjadi pada saat
kegiatan berlangsung. Cara dan teknik pencatatannya sesuai dengan format
atau bentuk pedoman observasi yang digunakan.
8
d) Mengolah hasil observasi.
d. Studi kasus
Studi kasus pada dasarnya mempelajari individu secara intensif yang
dipandang memiliki kasus tertentu. Misalnya mempelajari anak yang sangat
bandel/nakal, sangat rajin, sangat pintar, atau sangat lamban dalam belajar. Kasus-kasus
tersebut dipelajari secara mendalam, yaitu mengungkap segala variabel
yang diduga menjadi penyebab timbulnya prilaku atau keadaan khusus tadi dalam
kurun waktu tertentu. Tekanan utama dalam studi kasus adalah mencari tahu
mengapa individu melakukan sesuatu dan apa pengaruhnya terhadap lingkungan.
Kelebihan studi kasus sebagai alat penilaian adalah subjek dipelajari
secara mendalam dan menyeluruh, sehingga karakter individu tersebut dapat
diketahui dengan selengkap-lengkapnya. Namun demikian, studi kasus sifatnya
sangat subjektif, artinya informasi yang diperoleh hanya berlaku untuk individu
itu saja, tidak dapat digeneralisir untuk individu lain sekalipun memiliki kasus
yang hampir sama.
e. Sosiometri
Banyak ditemukan di lingkungan sekolah siswa yang kurang mampu
menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya. Ia nampak murung,
mengasingkan diri, mudah tersinggung, atau bahkan over acting. Hal ini bisa
dilihat ketika siswa sedang bermain atau sedang mengerjakan tugas-tugas
kelompok. Gejala-gejala tersebut menunjukan adanya kekurang mampuan siswa
9. dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kondisi ini perlu diketahui oleh
guru dan dicarikan upaya untuk memperbaikinya, karena kondisi seperti itu dapat
mengganggu proses belajarnya. Salah satu cara untuk mengetahui kemampuan
siswa dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya adalah dengan teknik
sosiometri. Dengan teknik ini dapat diketahui posisi siswa dalam hubungan
sosialnya dengan siswa lainnya. Misalnya ada siswa yang terisolasi dari
kelompoknya, siswa yang paling disukai oleh teman-temannya, siswa yang
memiliki hubungan mata rantai, dan sebagainya.
Sosiometri dapat dilakukan dengan cara menyuruh siswa di kelas untuk
memilih satu atau dua teman yang paling disukainya. Usahakan tidak terjadi
kompromi untuk saling memilih diantara siswa. Atau dapat pula siswa disuruh
memilih siswa yang kurang disukainya. Dengan cara di atas, dapat diketahui
siswa-siswa mana yang menghadapi kesulitan dalam penyesuaian diri dengan
lingkungannya, kemudian diberi bantuan.
9
B. Tes Uraian
Tes uraian adalah tes (seperangkat soal yang berupa tugas, pertanyaan)
yang menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan dan menyatakan
jawabannya menurut kata-kata (kalimat) sendiri. Jawaban tersebut dapat
berbentuk mengingat kembali, menyusun, mengorganisasikan atau memadukan
pengetahuan yang telah dipelajarinya dalam rangkaian kalimat atau kata-kata yang
tersusun secara baik. Oleh karena itu tes uraian sering juga dikatakan sebagai tes
essay. Walau pun sebenarnya antara tes uraian dan essay memiliki perbedaan,
yaitu dalam hal kedalaman dan keluasan materi yang diukur atau diungkap.
Sebenarnya tes uraian lebih tepat digunakan untuk mengukur prestasi
belajar yang lebih kompleks, walaupun tidak dipungkiri masih banyak para guru
yang menggunakan jenis tes ini hanya untuk mengukur pengetahuan yang bersifat
faktual dan dangkal.
a. Jenis-Jenis Tes Uraian
Dilihat dari luas-sempitnya (scope) materi/masalah yang ditanyakan, soal tes
bentuk essay atau uraian memiliki dua bentuk, yaitu essay atau uraian terbatas
10. (restricted response items) dan essay atau uraian bebas (extended respons items).
Beberapa tahun ke belakang, Depdikbud menyebut kedua jenis soal ini dengan
istilah tes uraian objektif dan tes uraian non-objektif. Walau pun sebenarnya jika
dilihat lebih dalam, kedua jenis tes terakhir ini (uraian objektif dan uraian non-objektif)
merupakan bagian dari tes essay terbatas, karena pengelompokkan tes
uraian menjadi uraian objektif dan uraian non-objektif hanya didasarkan kepada
pendekatan pemberian skor saja.
Perbedaan antara soal bentuk uraian objektif dengan uraian non-objektif
terletak pada kepastian pemberian skor. Pada soal bentuk uraian objektif, kunci
jawaban dan pedoman penskorannya lebih pasti (diuraikan secara jelas)
komponen yang di skor dan berapa skor untuk masing-masing komponen tersebut.
Sedangkan pada soal uraian non-objektif pedoman penskoran dinyatakan dalam
rentangan (0 – 4 atau 0 – 10), sehingga pemberian skor (penentuan kualitas
jawaban) sedikit banyak akan dipengaruhi oleh unsur subjektif si pemberi skor.
Untuk mengurangi subjektifitas ini, dapat dilakukan dengan cara membuat
pedoman penskoran secara rinci dan jelas, sehingga pemberian skor dapat relatif
sama. Jenis-Jenis tes uraian yaitu sebagai berikut.
1. Tes Uraian Objektif
Tes uraian objektif adalah bentuk tes uraian yang butir soalnya memiliki
sehimpunan jawaban dengan rumusan yang relatif lebih pasti, sehingga dapat
dilakukan penskoran secara objektif (walaupun pemeriksa berbeda namun dapat
menghasilkan skor yang relatif sama). Artinya model tes ini memiliki kunci
jawaban yang pasti, sehingga jawaban benar bisa diberi skor 1 dan jawaban salah
0.
Anthony J. Nitko (1996) mengatakan bahwa tes essay terbatas tepat
dipergunakan untuk mengevaluasi hasil belajar kompleks yang berupa
kemampuan-kemampuan:
a. Menjelaskan hubungan sebab akibat
b. Melukiskan pengaplikasian prinsip-prinsip
c. Mengajukan argumentasi-argumentasi yang relevan
d. Merumuskan hipotesis-hipotesis dengan tepat
10
11. e. Merumuskan asumsi-asumsi yang tepat
f. Melukiskan keterbatasan-keterbatasan data
g. Merumuskan kesimpulan-kesimpulan secara tepat
h. Menjelaskan metoda dan prosedur
i. Dan hal-hal sejenis yang menuntut kemampuan siswa untuk melengkapi
jawabannya.
Tes objektif terdiri atas beberapa bentuk, yaitu benar-salah, pilihan ganda,
menjodohkan, dan melengkapi atau jawaban singkat.
11
2. Tes Uraian Non-Objektif
Tes Uraian Non-objektif adalah bentuk tes uraian yang butir soalnya
memiliki sehimpunan jawaban dengan rumusan jawaban yang bebas, menuntut
siswa untuk mengingat dan mengorganisasikan gagasan-gagasan (menguraikan
dan memadukan gagasan- gagasan) pribadi atau hal-hal yang telah dipelajarinya
dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk
uraian tertulis sehingga dalam penskorannya mengandung unsur subjektifitas
(sukar dilakukan secara objektif)
Tes essay bebas tepat dipergunakan untuk mengevaluasi hasil belajar yang
bersifat kompleks yang berupa kemampuan-kemampuan:
a. Menghasilkan, menyusun dan menyatakan ide-ide
b. Memadukan berbagai hasil belajar dari berbagai bidang studi
c. Merekayasa bentuk-bentuk orisinal, seperti mendisain sebuah eksperimen
d. Mengevaluasi nilai suatu ide.
Adapun keunggulan tes uraian yaitu sebagai berikut.
1. Mudah dalam penyusunan pertanyaannya
2. Waktu yang diperlukan singkat
3. Baik untuk mengukur pengertian, aplikasi, analisis dan paling baik untuk
sintetis dan evaluasi
4. Mendorong siswa untuk mengorganisasi, menghubungkan dan menyatakan
idenya sendiri.
Adapun kelemahan tes uraian yaitu sebagai berikut.
12. 1. Tes uraian mempunyai keterbatasan mengenai lingkup materi yang dapat
dinyatakan dalam satu perangkat tes.
2. Jawaban siswa pada tes uraian sering tidak menggambarkan tujuan yang ingin
12
diukur oleh tes tersebut.
3. Pemeriksaannya lebih dari satu, memakan waktu dan cenderung hasil
penilaiannya tidak tetap.
4. Kurang baik untuk mengukur pengetahuan
5. Hanya dapat menanyakan beberapa pertanyaan sehingga kurang mewakili
materi yang diajarkan.
6. Pengolahan sangat subyektif, sukar, dan ketepatannya kurang.
7. Hasil kemampuan siswa dapat terganggu oleh kemampuan manulis dan
mendongeng.
8. Hanya sedikit materi yang dapat ditanyakan dalam satu kali waktu ujian.
9. Sukar memeriksa jawaban
10. Pemberian skor yang kurang obyektif dan kurang konsisten dapat disebabkan
karena beberapa hal, antara lain adanya Hallo Effect dan Carry Over Effect.
Efek dari butir soal ke butir soal yang lain (item to item carry over efect) dan
efek dari satu siswa ke siswa yang lain (test to test carry over effect).
11. Adanya Order Effect (Urutan Pemeriksaan).
12. Pengaruh penggunaan bahasa.
13. Pengaruh tulisan tangan.
Beberapa upaya yang dapat ditempuh untuk meminimalkan kelemahan tes uraian
antara lain:
1. Memperbanyak jumlah materi yang diteskan (validitas isi), gunakan tes uraian
terbatas sehingga untuk mengerjakan satu butir soal bisa lebih cepat (waktu
terbatas).
2. Upaya mengurangi unsur subyektivitas pemeriksa, dengan ujian tanpa nama.
3. Upaya untuk mengatasi kesulitan dalam memeriksa hasil tes siswa (kesulitan
dalam pemberian skor yang obyektif dan konsisten ): (i) gunakan tes uraian
terbatas, (ii) gunakan dua pemeriksa, unsur subyektivitas dapat diminimalkan
(adanya pedoman pemberian skor).
13. 4. Upaya untuk mengurangi Hallo Effect dengan menghilangkan atau menutup
peserta tes (tidak mengenal hasil tes siapa yang sedang diperiksa).
5. Upaya untuk menghindari Carry Over Effect dengan memeriksa soal nomor 1
untuk seluruh siswa, kemudian soal nomor 2 untuk seluruh siswa begitu
seterusnya sampai jawaban butir soal terakhir.
6. Upaya untuk mengatasi Order Effect dengan berhentilah memeriksa jika
13
sudah merasa lelah (ditunda dulu).
Bagaimana Menulis Tes Uraian?
1. Tulislah tes uraian berdasarkan perencanaan tes yang telah dibuat.
2. Gunakan tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang tidak tepat jika diukur
dengan tes objektif.
3. Untuk membantu mempermudah dalam membuat tes uraian agar dapat
mengukur jenjang berpikir tinggi, kembangkanlah butir soal itu dari suatu
kasus kemudian tulislah beberapa pertanyaan yang diinginkan.
4. Gunakan tes uraian terbatas, (i) memperkecil kemungkinan salah penafsiran
pertanyaan soal, (ii) sample materi bisa lebih banyak,(iii) lebih mudah
memeriksa jawaban siswa, (iv) pemberian skor dapat lebih objektif dan
konsisten.
5. Usahakan agar pertanyaan yang diberikan mengungkap pendapat siswa bukan
sekedar menyebutkan rumus, definisi atau teorema (dalil).
6. Pertanyaan harus jelas dan tegas sehingga tidak menimbulkan salah tafsir bagi
siswa.
7. Rancanglah sejumlah pertanyaan yang dapat dikerjakan oleh siswa dalam satu
waktu ujian yang ditentukan (mempertimbangkan kemampuan dan kecepatan
menulis siswa).
8. Hindari penggunaan pertanyaan pilihan (jika siswa mengerjakan tes yang
berbeda berarti kemampuan siswa diukur dengan alat ukur yang berbeda,
dengan demikian kesamaan alat ukur untuk menilai hasil belajar siswa tidak
sama).
9. Pada setiap butir soal, tuliskan skor maksimal yang dapat diperoleh siswa
apabila dapat mengerjakan butir soal tersebut dengan benar (siswa dapat
14. memprediksi skor yang diperoleh setelah ia mengerjakan keseluruhan soal
tersebut).
Sebelum butir soal digunakan untuk mengukur belajar siswa, butir soal
tersebut harus ditelaah dahulu. Berikut ini adalah daftar cek yang dapat digunakan
sebagai pedoman dalam menelaah butir tes uraian.
No. Pertanyaan Penelaahan Ya Tidak
1 Apakah tipe tes ini paling tepat digunakan untuk
mengukur tujuan pembelajaran yang diinginkan?
2 Apakah tes ini sudah digunakan untuk mengukur
14
jenjang berpikir tinggi?
3 Apakah pertanyaan yang dirumuskan dapat mengukur
tujuan pembelajaran yang diinginkan?
4 Apakah pertanyaan sudah dirumuskan dengan jelas
sehingga siswa tahu apa yang harus dijawab?
5 Apakah jumlah butir soal tersebut dapat dikerjakan
dalam satu waktu ujian yang telah ditetapkan?
6 Apakah setiap siswa diberi kesempatan yang sama
untuk mengerjakan tes yang sama?
7 Jika butir tes tersebut direvisi, apakah masih tetap
dapat mengukur tujuan yang sama?
8 Apakah jumlah skor maksimal pada setiap butir soal
sudah tepat dan dicantumkan?
9 Apakah butir soal tersebut sudah ditulis berdasarkan
kisi-kisi?
Bagaimana Membuat Perencanaan Tes Uraian?
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam membuat perencanaan tes
uraian adalah:
1. Menentukan tujuan pembelajaran yang ingin diukur (penerapan,
analisis,sintesis atau evaluasi), diambil dari Satuan Pembelajaran (SP) atau
Rencana Pembelajaran (RP).
15. 2. Menentukan sampel yang representatif (pokok bahasan dan sub pokok
bahasan yang akan diujikan), semakin representatif materi yang diujikan
maka validitas isi semakin baik.
3. Menentukan jenis tes yang akan digunakan (tes uraian terbatas atau tes
uraian terbuka) terkait dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai,
untuk memperbanyak sampel materi disarankan menggunakan tes uraian
terbatas.
4. Menentukan tingkat kesukaran butir soal, terkait dengan interpretasi skor
yang akan digunakan untuk memberikan nilai kepada siswa (PAN atau
PAP).
5. Menentukan waktu ujian (mempertimbangkan jumlah soal dan
15
kompleksitas proses berpikir).
6. Menentukan jumlah butir soal (terkait dengan jenis tes uraian,
kompleksitas proses berpikir dan tingkat kesukaran butir soal).
Bagaimana Memeriksa Hasil Tes Uraian?
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat pedoman penskoran adalah:
1. Tulislah jawaban terbaik dari soal tersebut.
2. Jika ada alternative jawaban yang lain dari pertanyaan tersebut maka harus
ditulis.
3. Kata kunci apa yang harus ada pada jawaban tersebut.
4. Berikan skor pada setiap kata kunci yang diharapkan ada pada jawaban siswa.
5. Kata kunci yang dianggap mempunyai bobot lebih dari yang lain dapat diberi
skor lebih tinggi.
6. Cantumkan skor maksimal pada setiap butir soal.
Berikut ini adalah kaidah-kaidah untuk mengembangkan butir tes uraian dan
pedoman penilaiannya.
a. Pengembangan Butir Tes Uraian
Sebelum menuliskan butir pertanyaan ditentukan dulu tingkat proses berfikir
yang harus digunakan siswa untuk menjawab pertanyaan tersebut.
16. Tes uraian hendaknya mengungkapkan permasalahan yang menyangkut proses
berfikir dan pemahaman karena kedua aspek ini lebih sessuai untuk pertanyaan
obyektif.
Pertanyaan biasa menggunakan kata : perbandingkan, pertentangan, berikan
alasan, jelaskan bagaimana, apakah yang akan terjadi jika, berikan kritik, bedakan,
dan lain-lain. Buatkan pertanyaan uraian yang jelas rumusannya sehingga tidak
meragukan siswa. Usahakan agar pertanyaan uraian mengungkapkan pendapat
bukan untuk menyampaikan fakta.
b. Pedoman Penilaian
Butir soal bentuk obyektif dapat diperiksa dengan mudah, cepat dan hasil
penilaiannya obyektif, untuk mendapatkan penilaian yang lebih obyektif perlu
diperhatikan :
a) Apakah jawaban yang paling baik untuk satu butir pertanyaan uraian.
b) Butir-butir apa saja yang harus terdapat dalam jawaban pertanyaan uraian.
c) Apakah ada butir yang lebih penting diantara butir-butir jawaban yang
16
diharapkan.
17. KESIMPULAN
Secara umum alat penilaian dapat dikelompokan kedalam dua kelompok ,
alat penilaian bentuk tes dan alat penilaian bukan tes. Tes adalah suatu teknik atau
cara dalam rangka melaksanakan kegiatan evaluasi, yang didalamnya terdapat
berbagai item atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh
anak didik. Dari segi pelaksanaannya, tes dibagi kedalam tiga kategori, tes tulisan,
tes lisan dan tes tindakan. Bentuk penilaian Non tes dapat berupa (1) wawancara
dan quistioner, untuk menilai hasil belajar siswa yang berkaitan dengan pendapat,
keyakikan, aspirasi, harapan, prestasi, keinginan dan lain-lain; (2) Skala yaitu alat
untuk mengukur nilai, sikap, minat atau perhatian, yang disusun dalam bentuk
pernyataan untuk dinilai oleh responden yang hasilnya dalam bentuk rentangan
nilai sesuai dengan kriteria yang digunakan; (3) observasi sebagai alat penilaian
banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu atau terjadinya suatu
proses kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun
dalam situsi buatan; (4) Studi kasu, yang pada dasarnya mempelajari individu
secara intensif yang dipandang memiliki kasus tertentu ; (5) sosiometri.
Tes uraian adalah tes (seperangkat soal yang berupa tugas, pertanyaan)
yang menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan dan menyatakan
jawabannya menurut kata-kata (kalimat) sendiri. Dilihat dari luas-sempitnya
(scope) materi/masalah yang ditanyakan, soal tes bentuk essay atau uraian
memiliki dua bentuk, yaitu essay atau uraian terbatas dan essay atau uraian bebas
Depdikbud menyebut kedua jenis soal ini dengan istilah tes uraian objektif dan tes
uraian non-objektif
Jenis-Jenis tes uraian yaitu Tes uraian objektif dan Tes Uraian Non-objektif.
Tes uraian objektif adalah bentuk tes uraian yang butir soalnya memiliki
sehimpunan jawaban dengan rumusan yang relatif lebih pasti, sehingga dapat
dilakukan penskoran secara objektif. Tes Uraian Non-objektif adalah bentuk tes
uraian yang butir soalnya memiliki sehimpunan jawaban dengan rumusan jawaban
yang bebas.
17
18. DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zaenal. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
http://derainbowmath.blogspot.com/2011/03/pengelompokkan-alat-ukur.html
(diakses pada tanggal 16 Agustus 2014)
18