1. TES URAIAN DAN TES OBJEKTIF
A. Tes Uraian
Tes uraian yang dalam literatur disebut juga (essay examination) merupakan alat penilaian hasil
belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian ini adalah pernyataan yang menuntut siswa
menjawabnya dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan,
memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan penyataan dengan
menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.
1. Jenis-jenis tes uraian
Jenis tes uraian dibedakan menjadi:
a. Uraian Bebas (Free Essay)
Dalam uraian bebas jawaban siswa tidak dibatasi, bergantung pada pandangan siswa itu sendiri.
Hal ini disebabkan oleh isi pernyataan uraian bebas sifatnya umum.
Contoh:
1. Bagaimana perkembangan komputer di Indonesia, Jelaskan dengan singkat !
2. Bagaimana peran komputer dalam pendidikan ?
2. b. Uraian Terbatas
Dalam uraian terbatas, dalam bentuk ini pernyaaan telah diarahkan kepada kepada hal -hal
tertentu atau ada pembatasan tertentu. Pembantasan bisa dari segi ruang lingkupnya, sudut padang
menjawabnya,serta indikator-indikatonya.
Contoh:
1. Jelaskan bagaimana prosedur operasional sebuah pesawat komputer !
2. Sebutkan 5 komponen dalam komputer ?
Jenis tes uraian yang disebut juga soal-soal berstuktur. Soal berstuktur merupakan serangkaian soal
jawaban singkat sekalipun bersifat terbuka dan bebas menjawabnya. Soal yang berstruktur berisi
unsur – unsur pengantar soal, seperangkat data, dan serangkaian sub soal.
Sehubungan dengan kedua bentuk uraian diatas, Depdikbut sering menyebutkan dengan istilah lain,
yaitu Bentuk Uraian Objektif (BUO) dan Bentuk Uraian Non Objektif (BNUO).
1. Bentuk Uraian Objektif (BUO)
Bentuk uraian seperti ini memiliki sehimpunan jawaban dengan rumusan yang relati lebih pasti
sehingga dapat dilakukan penskoran secara objektif.
Dalam penskoran bentuk soal uraian objektif, skor hanya dimungkinkan menggunakan dua kategori,
yaitu benar atau salah. Untuk setiap kata kunci yang benar diberi skor 1 (satu) dan untuk kata kunci
yang dijawab salah atau tidak dijawab diberi skor 0 (nol).
Adapun langkah-langkah pemberian skor soal bentuk uraian objektif adalah :
a. Tuliskan semua kata kunci atau kemungkinan jawaban benar secara jelas untuk setiap soal.
3. b. Setiap kata kunci yang dijawab benar diberi skor 1. Tidak ada skor setengah untuk jawaban yang
kurang sempurna. Jawaban yang diberi skor 1 adalah jawaban sempurna, jawaban lainya adalah 0.
c. Jika satu pertanyaan memiliki beberapa subpetanyaan, perincilah kata kun ci dari jawaban soal
tersebut menjadi beberapa kata kuunci subjawaban dan buatkan skornya.
d. Jumlahkan skor dari semua kata kunci yang telah ditetapkan pada soal tersebut. Jumlah skor ini
disebut skor maksimum.
Contoh :
Indikator : menghitung isi bangun ruang (balok) dan mengubah satuan
ukuranya.
Soal : sebuah bak penampung air berbentuk balok berukuran panjang 100
cm, lebar 70 cm dan tinggi 60 cm. Berapa liter isi bak penampung
mampu menyimpan air ?
Pedoman Penskoran Bentuk Uraian Objektif
Langkah
Kriteria Jawab
Skor
1
Rumus isi balok = panjang x lebar x tinggi
1
2
= 100 cm x 70 cm x 60 cm
1
4. 3
= 420.000 cm3
1
4
Isi balok dalam liter :
1
5
= 420 liter
1
Skor maksimum
5
2. Bentuk Uraian Non-Objektif (BUNO)
Bentuk soal seperti ini memiliki rumusan jawaban yang sama dengan rumusan jawaban uraian
bebas, yaitu menuntut peserta didik untuk mengigat dan mengorganisasikan (menguraikan dan
memadukan) gagasan – gagasan pribadi atau hal –hal yang telah dipelajarinya dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis sehingga
dalam penskorannya sangat memungkinkan adanya unsur subjektivitas.
Dalam penskoran soal bentuk uraian nonobjektif,skor di jabarkan dalam rentang. Besarnya
rentang. Besarnya rentang skor ditetapkan oleh kompleksitas jawaban, seperti 0-1, 0-4, 0-6, 0-8,0-10
dan lain-lain. Skor minimal harus 0, karena peserta didik yang tidak menjawab pun akan
memperoleh skor minimal tersebut, sedangkan skor maksimum ditentukan oleh penyusunan soal
dankeadaan jawaban yang ditentukan dalam soal tersebut.
Adapun langkah-langkah pemberian skor untuk soal bentuk uraian nonobjektif adalah sebagai
berikut:
5. a. Tulisan garis – garis besar jawaban sebagai kriteria jawaban untuk dijadikan pegangan dalam
pemberian skor.
b. Tetapkan rentang skor untuk setiap kriteria jawaban.
c. Pemberian skor pada setiap jawaban bergantung pada kualitas jawaban yang diberikan oleh
peserta didik
d. Jumlahkan skor-skor yang diperoleh dari setiap kriteria jawaban sebagai skor peserta didik.
Jumlah skor tertinggi dari setiap kriteria jawaban disebut skor maksimum dari suatu soal
e. Periksalah soal dari setiap nomor dari semua peserta didiksebelum pindah ke nomor soal yang
lain. Tujuannya untuk menghidari pemberian skor berbeda terhadap soal yang sama.
f. Jika setiap butiran soaltelah selesai diskor,hitung jumlah skor perolehan peserta didik untuk
setiap soal. Kemudian hitunglah nilai tiap soal dengan rumus
g. Jumlahkan semua nilai yang diperoleh dari semua soal. Jumlah nilai ini disebut nilai akhir dari
suatu perangkat tes yang di berikan.
Contoh:
Indikator : menjelaskan alasan yang membuat kita harus bangga sebagai bangsa
Indonesia.
Soal : Jelaskan alasan yang membuat kita perlu bangga sebagai bangsa
6. Indonesia.
Pedoman Penskoran Bentuk Uraian Non-Objektif
Kriteria Jawaban
Rentang Skor
Kebanggaan yang berkaitan dengan kekayaan alam Indonesia
0-2
Kebanggaan yang berkaitan dengan keindahan tanah air Indonesia (Pemandangan alam, Geografis,
dsb)
0-2
Kebanggaan yang berkaitan dengan keanekaragaman budaya, suku, adat-istiadat tetapi dapat
bersatu
0-3
Kebanggaan yang berkaitan dengan keramahtamahan masyarakat Indonesia
0-2
Skor Maksimum
9
7. Untuk meningkatkan objektivitas hasil pemeriksaan jawaban, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, antara lain :
1. Untuk memperoleh soal bentuk uraian yang baik harus disusun rencana yang baik pula. Untuk
itu , harus diingat kembali prinsip-prinsip penyusunan tes dan langkah-langkah pengembangan tes
secara umum
2. Dalam menulis soal bentuk uraian, guru harus mempunyai gambaran tentang ruang lingkup
materi yang ditanyakan dan lingkup jawaban yang diharapkan, kedalam dan panjang jawaban atau
perincian jawaban yang mungkin diberikan oleh peserta didik. Hal ini dimaksudkan agar dapat
menghindari kemungkinan terjadinya keracunan soal dan dapat mempermudah pembuatan
kriteriaatau pedoman penskoran
3. Setelah menulis soal, guru harus menyusun kunci jawaban atau pokok-pokok jawabandan
pedoman penskoran. Pedoman penskoran ini berisi tentang:
a. Batasan atau kata-kata kunci untuk melaksanakan penskoran terhadap soal bentuk uraian
objektif.
b. Kriteria jawaban digunakan untuk melakukan penskoran terhadap soal bentuk uraian
nonobjektif
4. Semua identitas peserta didik harus disembunyikan agar tidak terlihat sebelum dan selama
memeriksa, Jika memungkinkan, identitas peserta didik cukup diganti dengan kode tertentu
5. Jauhkanlah hal-hal yang dapat mempengaruhi subjektivitas pemberian skor, seperti bentuk
tulisan/ huruf, ukuran kertas, ejaan, struktur kalimat, kerapian, dll
2. Metode Pengoreksian Soal Bentuk Uraian
a. Metode per nomor
8. b. Metode per lembar
c. Metode bersilang
3. Menyusun soal bentuk uraian
Agar diperoleh soal–soal bentuk yang dikatakan memadai sebagai alat penilaian hasil belajar,
hendaknya diperhatikan hal-hal berikut:
vDari segi isi yang diukur
Segi yang hendak diukur hendaknya ditentukan secara jelas abilitasnya misalnya pemahaman
konsep, aplikasi suatu konsep, analisi suatau permasalahan, dan aspek kongnitif lainnya.Setelah
abilitas yang hendak diukur cukup jelas, tetapkan materi yang ditanyakan.
vDari segi bahasa
Gunakan bahasa yang baik dan benar sehingga mudah diketahui makna yang terkadung dalam
rumusan pertanyaan.bahasanya sederhana, singkat tetapi jelas apa yang ditanyakan. Hindari bahas
yang berbelit-belit, membingungkan, atau mengecoh siswa.
vDari segi teknis penyajian soal
Hendaknya jangan mengulang-ulang pertanyaan terhadap materi yang sama sekalipun untuk abilitas
yang berbeda sehingga soal atau pertanyaan yang diajukan lebih komprehensif dari pada segi ingkup
materinya.
vDari segi jawaban
Jangan sekali-kali mengajukan pertanyaan yang jawabnnya belum pasti atau guru sendiri tidak tahu
jawabannya, atau mengharapkan kebenaran jawabannya tersebut diperoleh dari siswa.
9. 3. Kelebihan dan keunggulan tes uraian ini antara lain adalah :
a. Dapat mengukur proses mental yang tinggi atau aspek kognitif tingkat tinggi
b. Dapat mengembangkan kemampuan berbahasa,baik lisan maupun tulisan, dengan baik dan
benar sesuai dengan kaidah –kaidah bahasa ;
c. Dapat melatih kemampuan berpikir teratur atau penalaran, yakni berpikir logis, analitis, dan
sistematis.
d. Mengembangkan ketrampilan pemecahan masalah (problem solving);
e. Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga tanpa memakan waktu
yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berpiki siswa.
4. Kelemahan atau kekurangan tes uraian ini antara lain :
a. Sampel tes sangat terbatas sebab dengan tes ini tidak mungkin dapat menguji semua bahan
yang telah diberikan,tidak seperti pada tes objektif yang dapat menyenangkan banyak hal melalui
sejumlah pertanyaan;
b. Sifatnya sangat subjektif, baik dalam menanyakan,dalam membuat pertanyaan, maupun dalam
cara memeriksanya. Guru bisa saja bertanya tentang hal – hal yang menarik baginya, dan
jawabannya juga berdasarkan apa yang dikehendakinya;
c. Tes ini biasanya kurang reliabel, mengungkap aspek yang terbatas, pemeriksaanya memerlukan
waktu lama sehingga tidak praktis bagi kelas yang jumlah siswanya relatif besar.
5. Penggunaan Tes Uraian
Tes bentuk uraian digunakan apabila:
1. Kelompok yang akan dites kecil, dan tes itu tidak akan dilakukan berulang-ulang.
10. 2. Tester(guru) ingin menggunakan berbagai cara untuk mengetahui kemampuan siswadalam
bentuk tertulis.
3. Guru ingin menglebih mengetahui lebih banyak tentang sikap-sikap siswa dari pada hasil yang
telah dicapai.
4. Memiliki waktu yang cukup untuk menyusun tes.
B. Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. hal ini
memang dilakukan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai (uraian). Dalam
penggunaan tes objektif ini jumlah soal yag diajukan jauh lebih banyak dari tes uraian. Kadang-kadang
untuk tes yang berlangsung selama 60 menit dapat diberikan 30-40 buah soal.
1. Jenis- jenis tes objektif :
a. Tes Benar Salah (B-S)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan tes benar salah adalah:
1) Buatlah pernyataan secara jelas, benar atau salah. Butir tes benar salah ini harus dinyatakan
secara jelas dan bebas dari pengertian ganda. Ungkapan yang samar-samar hanya akan mengecoh
para siswa dan menimbulkan kebingungan.
2) Hindarilah penentu-penentu yang bersifat spesifik, misalnya semua, selalu, tidak, tidak pernah,
biasanya, kadang-kadang.
3) Hindari pernyataan-pernyataan negatif ganda.
4) Hindari petunjuk luar yang mengarah pada jawaban.
5) Bila mengukur hubungan sebab akibat gunakan satu proposisi yang benar.
6) Gunakan kalimat yang sederhana.
7) Hal-hal yang bersifat teknis lainnya perlu juga diperhatikan: jumlah soal hendaknya cukup
banyak, soal yang harus dijawab dengan benar dan yang harus dijawab dengan salah, jumlahnya
hendaknya seimbang, dan urutan soal-soal yang harus dijawab dengan benar dan harus dijawab
dengan salah hendaknya tidak merupakan pola yang tetap.
Kelebihan dan kelemahan Tes Benar Salah disajikan pada bagan berikut:
Kelebihan Tes Benar Salah
Kelemahan Tes Benar Salah
1. Soal ini baik untuk hasil-hasil dimana hanya ada dua alternatif jawaban
11. 2. Tuntutan kurang ditekankan pada kemampuan baca
3. Sejumlah soal relatif dapat dijawab dalam tipe tes secara berkala
4. Penilaian mudah, objektif dan dapat dipercaya.
1. Sulit menuliskan soal di luar tingkat pengetahuan yang bebas dari maksud ganda
2. Jawaban soal tidak memberikan bukti bahwa siswa mengetahui dengan baik
3.Tidak ada informasi diagnostik dari jawaban yang salah
4. Memungkinkan dan mendorong siswa untuk menerka-nerka.
b. Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice)
Tes pilihan ganda mengacu pada tes yang diujikan di mana siswa harus memilih salah satu dari
beberapa pilihan. Tes ini mempunyai dua bagian, yaitu:
Batang tubuh, yaitu yang mengikutsertakan semua informasi yang diperlukan untuk
memperkenalkan pertanyaan.
Pilihan-pilihan, yang terdiri dari jawaban yang benar dan distraktor.
Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dalam menulis butir tes pilihan ganda, adalah:
1) Hindari mengulangi kata-kata kunci.
2) Kalimat dalam tiap-tiap soal diusahakan dengan kalimat positif.
3) Jika mempergunakan kalimat negatif, hendaknya diberi penjelasan atau digarisbawahi.
4) Kalimat dari tiap-tiap butir soal harus jelas.
5) Hindari hubungan soal berikutnya dengan soal sebelumnya.
6) Selang-selinglah jawaban yang benar secara acak.
12. 7) Kontrol kesulitan dalam soal dengan merubah alternatif jawaban.
8) Pastikan satu soal bebas dari pengaruh soal yang lain.
9) Jumlah option (pilihan) jangan terlalu banyak.
Kelebihan dan kelemahan Tes Pilihan Ganda sebagai berikut:
Kelebihan Tes Pilihan Ganda
Kelemahan Tes Pilihan Ganda
1. Hasil belajar dari yang sederhana sampai yang komplek dapat diukur
2. Terstruktur dan petunjuknya jelas
3. Alternatif jawaban yang salah dapat memberikan informasi diagnostik
4. Tidak dimungkinkan untuk menerka jawaban
5. Penilaian mudah, objektif dan dapat dipercaya
1. Menyusunnya membutuhkan waktu yang lama
2. Sulit menemukan pengacau
3. Kurang efektif mengukur beberapa tipe pemecahan masalah, kemampuan untuk mengorganisir
dan mengekspresikan ide
4. Nilai dapat dipengaruhi dengan kemampuan baca yang baik
c. Tes Menjodohkan
Tes menjodohkan merupakan variasi dari tes pilihan ganda. Dengan mengubah ke dalam bentuk
menjodohkan dapat dihindari pengulangan dari jawaban alternatif dan menyajikan soal -soal sama
dalam bentuk yang lebih komplek. Tes menjodohkan terdiri dari serangkaian pernyataan yang
13. disebut premis dan serangkaian jawaban alternatif yang disebut respons. Ini semua disusun dalam
kolom dengan petunjuk-petunjuk yang mengatur aturan-aturan untuk memasangkan/menjodohkan.
Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan dalam menulis tes menjodohkan:
a. Diusahakan hanya materi-materi yang homogen dalam serangkaian soal.
b. Diusahakan urutan-urutan soal singkat dan tempatkan jawaban secara singkat di sebelah kanan.
c. Jumlah respon lebih banyak dari premis.
d. Petunjuk harus jelas, apakah satu respon hanya dipakai satu kali atau lebih dari satu kali.
e. Serangkaian soal menjodohkan ditulis dalam halaman yang sama.
Kelebihan dan kelemahan tes menjodohkan sebagai berikut:
Kelebihan Tes Menjodohkan
Kelemahan Tes Menjodohkan
1.Suatu bentuk yang efisien diberikan di mana sekelompok respon sama menyesuaikan dengan
rangkaian isi soal
2.Waktu membaca dan merespon relatif singkat
3.Mudah untuk dibuat
4. Penilaian mudah, objektif dan dapat dipercaya
1. Materi soal dibatasi oleh faktor ingatan/pengetahuan yang sederhana dan kurang dapat dipakai
untuk mengukur penguasaan yang bersifat pengertian dan kemampuan membuat tafsiran
2. Sulit menyusun soal yang mengandung sejumlah respons yang homogen
3.Mudah terpengaruh dengan
petunjuk yang tidak relevan
d. Tes Isian Singkat dan Jawaban Pendek ( Melengkapi)
Tes bentuk isian singkat dan jawaban pendek keduanya hampir sama, hanya berbeda dalam bentuk
persoalan yang disajikan. Jika masalah yang disajikan dalam bentuk pertanyaan, maka tes itu
14. menjadi bentuk jawaban pendek, dan apabila disajikan dalam bentuk pernyataan yang belum
selesai, maka tes itu menjadi bentuk isian singkat.
Dalam mempersiapkan soal-soal bentuk ini perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a) Hati-hati terhadap soal-soal isian yang terbuka. Jawaban yang diinginkan harus benar-benar
dibatasi.
b) Titik-titik lebih baik diletakkan pada ujung pernyataan dari pada di depan.
c) Di dalam satu pernyataan janganlah terlalu banyak yang dikosongkan.
d) Jika masalahnya memerlukan jawaban yang berupa angka, nyatakanlah satuan-satuan tertentu
dari perhitungan itu.
Kelebihan dan kelemahan tes isian singkat/jawaban pendek sebagai berikut:
Kelebihan Tes Isian Singkat/Jawaban Pendek
Kelemahan Tes Isian Singkat/Jawaban Pendek
1. Mudah dalam pembuatan
2. Kemungkinan menebak jawaban sangat sulit
3. Cocok untuk soal-soal hitungan
4. Hasil-hasil pengetahuan dapat diukur secara luas
1. Sulit menyusun kata-kata yang jawabannya hanya satu
2. Tidak cocok untuk mengukur hasil-hasil belajar yang komplek
3. Penilaian menjemukan dan memakan waktu banyak