Efusi pleura adalah akumulasi cairan berlebih di dalam rongga pleura yang disebabkan oleh ketidakseimbangan produksi dan absorpsi cairan pleura. Efusi pleura merupakan penyakit pleura yang paling umum dengan prevalensi sekitar 320 kasus per 100.000 penduduk. Di Indonesia, etiologi efusi pleura yang paling umum adalah tuberkulosis dan keganasan.
1. Case Report Session
Preseptor:
Dr. dr . Tri Wahyu Murni
Sulisetyowati.,Sp.B.,Sp.BTKV(K).,MH.Kes.
Presentan :
Reynanda Fathanza Hizrian
PSPD Bedah Toraks Kelompok 4
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
RSUP dr. Hasan Sadikin
2. Nama : Ny.B
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 53 Tahun
Tempat asal : Pasarean, Kab.Indramayu
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status perkawinan : Sudah Menikah
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Tanggal Pemeriksaan : 13-01-2022
Identitas Pasien
3. Anamnesis
Keluhan Utama
Sesak Nafas
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung dengan keluhan utama sesak
nafas sejak 1 minggu lalu. Sesak nafas dirasakan semakin memberat sejak 5 hari yang lalu
sesak memberat terutama jika pasien menarik nafas dan memberat saat beraktifitas, berkurang
ketka istirahat. Pasien juga mengeluhkan jika tidur harus dengan bantal yang tinggi karena
sesak nafas. Keluhan pasien juga disertai dengan batuk, berdahak, darah (-). Pasien
menyangkal keluhan demam disangkal. Pasien mengeluhkan mual dan terkadang muntah,
nafsu makan menurun. Riwayat Buang Air Kecil dan Buang Air Besar dalam batas normal
Pasien menyangkal riwayat keringat di malam hari dan rtidak ada riwayat pengobatan
penyakit paru selama 6 bulan.Pasien menyangkal riwayat kontak dengan pasien TB. Riwayat
dirawat di Rumah sakit dalam waktu lama pada pasien disangkal. Pasien tidak memiliki riwayat
tekanan darah tinggi, kencing manis, dan riwayat penyakit jantung disangkal oleh pasien.
4. Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien dengan riwayat benjolan payudara kiri dimulai pada bulan desember tahun 2020.
Pada bulan februari 2021 pasien dilakukan biopsi di RS Bhayangkara Indramayu dengan hasil
keganasan namun pasien menolak operasi. Pasien baru dilakukan operasi pada bulan agustus
2021 yang dilanjutkan dengan kemoterapi. Setelah kemo 4 kali, ternyata respon kemoterapi
kurang baik dan pasien drujuk ke RSHS.
Pasien dibawa ke IGD RSHS di RSHS dan dikonsulkan ke ke TS Bedah Toraks untuk
dilakukan penanganan lebih lanjut.
.
5. Anamnesis
.
Riwayat Keluarga
Riwayat anggota keluarga dengan keluhan serupa disangkal pasien juga
menyangkal adanya riwayat Hipertensi, Diabetes melitus , dan penyakit jantung
pada keluarga.
Riwayat Alergi
Pasien menyangkal adanya alergi obat-obatan dan makanan.
6. Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda vital
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Suhu : 36,8 oC
Nadi : 89 x/menit
- tipe : equal
- isi : cukup
- Irama : regular
Frekuensi Pernafasan: 26x/menit
Pemeriksaan Fisik
SpO2 : 98% dengan nasal kanul 4 lpm
7. Status Lokalis
• Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor 3 mm, refleks pupil (+/+)
• Hidung : napas cuping hidung (-), krepitasi (-), sekret (-)
• Mulut : sianosis (-), lidah kotor (-)
• Telinga : sekret (-/-), serumen (-/-)
• Leher : nyeri tekan (-), peningkatan JPV (-)
KGB ar axilla dekstra : Pembesaran KGB (-)
KGB ar infraclavicula dekstra: Pembesaran KGB (-)
KGB ar supraclavicula dekstra : Pembesaran KGB (-)
Pemeriksaan Fisik
8. • Abdomen : Distensi(-), Supel, bising usus (+) normal Nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-),
Hepar dan Lien tidak teraba
• Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2’, Edema +/+
Pemeriksaan Fisik
• Toraks :
Inspeksi : bentuk dan gerak tidak simetris kiri<kanan,
Palpasi : massa(-), Vocal Fremitus kiri<kanan
Perkusi : dull setinggi ICS V hemitoraks sinistra kebawah
Auskultasi : VBS kiri<kanan, ronkhi -/-, wheezing -/-
tapping hemithoraks sinistra : (+)ringan, serousanguin
a/r mammae sinistra :
Inspeksi : massa (-), hiperemis (+), ulkus (+), pus (-), darah (-), peau de orange (-), discharge (-),
tampak lesi karsinomatosis pada luka post insisi dan sekitarnya
10. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium RSHS(17/01/2022)
Jenis Pemeriksaan Nilai normal Hasil Keterangan
Hb (g/dl) 11,7-15,5 12.3 Normal
Hematokrit (%) 35-47 37.4 Normal
Lekosit (rb/mm3) 3,6-11,0 12.74 High
Trombosit
(rb/mm3)
150-400 358.000 Normal
GDS (mg/dl) 70-115 133 High
Albumin 3.4-5.0 2.83 Low
Asam laktat 0.7-2.5 2.0 Normal
Ureum
Kreatinin
<30
<1.5
18
0.58
Normal
Normal
Natrium 135-145 132 Normal
Jenis Pemeriksaan Nilai normal Hasil Keterangan
pH 7.35-7.45 7.46 High
pCO2 35-45 27.1 Low
pO2 80-100 80.0 Normal
HCO3 22-26 19.6 Normal
tCO2 23-29 20.4 Normal
BE -2.0-2.0 -2.3 High
SaO2 95-100 96 Normal
12. Rontgen Toraks RSHS (21/12/2021)
Interpretasi
- Foto asimetris, inspirasi kurang
- Skeletal dan soft tissue yang tervisualisasi dalam batas
normal
- Trakea di tengah
- Cor sulit dinilai, batas kiri jantung tertutup perselubungan
- Sinuses dan diafragma dalam batas normal
- Pulmo:
- Hili dalam batas normal
- Corakan bronkovaskular normal
- Tidak tampak perbecakan di kedua lapang paru
- Tampak perselubungan opak homogen di
hemithorak lateral tengah sampai bawah kiri
- Tampak gambaran opak noduler di lapang tengah
sampai bawah paru kanan
- Tampak penebalan fissura minor
Kesan :
- Metastasis Intrapulmonal
- Efusi Pleura Sinistra
13. Diagnosis Banding
● Efusi pleura ec malignansi
● Efusi pleura ec tuberkulosis
● Efusi pleura ec pneumonia
• Gejala : sesak nafas sejak 1 minggu yang lalu
• Sejak 5 hari yang lalu pasien mengeluhkan sesak semakin memberat
terutama jika pasien menarik nafas dan memberat saat aktifitas,
berkurang ketika istirahat.
• Riwayat demam disangkal.
• Riwayat batuk lama & berkeringat malam hari disangkal.
• Riwayat kontak dengan penderita TB disangkal.
• Riwayat pengobatan penyakit paru selama 6 bulan
disangkal.
• Riwayat demam disangkal
• Riwayat dilakukan perawatan lama di rumah sakit
disangkal
14. Efusi pleura sinistra e.c malignancy pada pasien
ICNST grade II Mamae Sinistra T4bN0M0
Diagnosis Kerja
15. Diagnosis Kerja
Efusi pleura sinistra e.c malignancy pada pasien
ICNST grade II Mamae Sinistra T4bN0M0
ICNST/Invasive Breast Cancer (No Special
Type) :
• Invasif: sel kanker telah menyebar keluar
dari saluran menuju jaringan sekitara
payudara
• NST: sel kanker tidak memiliki fitur yang
terklasifikasi ke dalam sel kanker payudara
tipe spesial dibawah mikroskop
Gejala dari ICNST meliputi:
• Benjolan atau penebalan jaringan payudara
• Perubahan ukuran atau bentuk payudara
• Perubahan tekstur kulit (mengerut/dimpling)
• Benjolan atau pembengkakan di bawah
lengan
• Perubahan pada puting (inverted)
Laboratorium PA (22/02/2021)
• Invasive carcinoma mammae sinistra of no
special type grade 2
ICNST Grading :
• Nottingham Histologic Score system :
1. Jumlah kelenjar yang terbentuk (seberapa
baik sel-sel tumor mencoba menciptakan
kembali kelenjar normal)
2. Fitur nuklir (tingkat "pleomorfisme”/
seberapa ”buruk" sel tumor terlihat)
3. Aktivitas mitosis (berapa banyak sel
tumor membelah/berkembang biak)
• Tumor grade I memiliki skor total 3-5
• Tumor grade II memiliki skor total 6-7
• Tumor grade III memiliki skor total 8-9
Stadium (AJCC) 2010
T4bN0M0 :
TNM staging : staging ca mammae
TNM singkatan dari tumor, node,
metastasis
• T4b: Edema, ulserasi , nodul
satelit pada kulit yang terbatas
pada 1 payudara
• N0 : tidak terdapat metastasis
KGB regional
• M0 : tidak terdapat metastasis jauh
16. Tatalaksana
Farmakologi
● Rencana CTT sinistra
● Ceftriaxone 1x2gram IV
● O2 4 lpm nasal kanul
● Nebulisasi combivent per 8 jam
● IVFD RL 1500 cc/24 jam
● Omeprazole 2x40mg IV
● periksa analisa cairan pleura, cek sitologi cairan pleura
● Konsul TS onkologi untuk penilaian ca mammae sinistra
● Konsul TS onkologiradiasi untuk terapi radiasi
17. Quo ad Vitam : dubia ad malam
Quo ad Functionam : dubia ad malam
Quo ad Sanationam : dubia ad malam
Prognosis
20. Pleura
Setiap rongga paru (kanan dan kiri) dibatasi oleh membran pleura
(pleura) yang juga memantulkan dan menutupi permukaan luar
paru yang menempati rongga tersebut. Setiap paru ditampung oleh
dan diselubungi oleh kantung pleura serosa yang terdiri dari dua
membran kontinu:
● Pleura viseral: menempatkan semua permukaan paru-paru
membentuk permukaan luarnya yang mengkilap
● Pleura parietal: melapisi rongga paru-paru
Rongga pleura—ruang potensial di antara lapisan-lapisan pleura—
mengandung lapisan kapiler cairan serosa pleura → melumasi
permukaan pleura dan memungkinkan lapisan pleura meluncur
dengan mulus satu sama lain selama respirasi dan mencegah kolaps
paru (mempertahankan tekanan transpulmonal positif )
Pleura viseralis bersambungan dengan pleura parietal di hilum paru.
Komposisi pleura: cairan (10-20 mL), protein (<1,5 g/dL), Glukosa
mirip plasma, LDH <50% kadar plasma
22. Definisi
Efusi pleura adalah akumulasi cairan berlebih di dalam rongga
pleura
● Adanya ketidakseimbangan antara produksi dan absorpsi cairan
pleura.
● Normalnya: 10-20 mL untuk lubrikasi
● Tekanan onkotik dan hidrostatik diantara membrane pleura
yang mempertahankan jumlah tersebut.
● Keseimbangan tekanan di kapiler → aliran cairan dari
permukaan pleura parietal ke rongga pleura,
● Keseimbangan tekanan dalam sirkulasi paru → absorpsi melalui
pleura visceral.
D'Agostino HP, Edens MA. Physiology, Pleural Fluid. [Updated 2020 Sep 3]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2020 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513353/
23. Epidemiologi
● Efusi pleura adalah penyakit yang paling umum di antara semua penyakit pleura dan mempengaruhi 1,5
juta pasien per tahun di Amerika Serikat.
○ Berbagai penyakit dapat hadir dengan efusi pleura seperti penyakit yang terutama melibatkan paru-
paru seperti pneumonia, paparan asbes, atau manifestasi pleura dari penyakit yang terutama
mempengaruhi organ lain seperti gagal jantung kongestif, pankreatitis, atau penyakit lokal pada pleura
seperti infeksi pleura dan mesothelioma
● Estimasi prevalensi efusi pleura adalah 320 kasus per 100.000 di negara industri dengan distribusi etiologi
yang berhubungan dengan prevalensi penyakit yang mendasarinya.
● Surakarta, Indonesia (2014): 80,37% pasien dengan efusi pleura eksudatif, 19,63% dengan efusi pleura
transudatif. Efusi pleura umumnya disebabkan oleh keganasan (33,64%) dan diikuti oleh tuberkulosis
(30,84%).
● Riau, Indonesia (2017): Etiologi efusi pleura terbanyak adalah tuberkulosis (46,3%) diikuti keganasan
paru yaitu adenokarsinoma (42,9%).
● Jakarta, Indonesia (2012): 87,4% pasien dengan efusi pleura eksudatif, 12,6% dengan transudatif. Efusi
pleura umumnya disebabkan oleh keganasan (42,8%) dan diikuti oleh tuberkulosis (42%)
Mocelin HT, Fischer GB. Epidemiology, presentation and treatment of pleural effusion. Paediatr Respir Rev. 2002 Dec;3(4):292-7. PMID: 12457598.
Kookoolis AS, Puchalski JT, Murphy TE, Araujo KL, Pisani MA. Mortality of Hospitalized Patients with Pleural Effusions. J Pulm Respir Med. 2014;4(3):184. doi:10.4172/2161-
105X.1000184
24. Etiologi
●Penyebab tersering: Congestive heart failure, bacterial pneumonia, malignancy, dan pulmonary
emboli.
● Mekanisme:
○Ketidakseimbangan antara tekanan hidrostatik dan tekanan onkotik
- Peningkatan tekanan hidrostatik → Contoh: congestive heart failure
- Penurunan tekanan intravascular onkotik → Contoh: albuminemia karena nephrotic syndrome
dan sirosis
- Peningkatan permeabilitas mesothelial dan kapiler → Contoh: trauma, malignancy, inflamasi,
infeksi, pulmonary emboli, pulmonary infarct, uremia, pancreatitis
- Gangguan pada drainase limfatik termasuk obstruksi atau rupture pada thoracic duct →
Contoh: Malignancy, trauma
Jany, B., & Welte, T. (2019). Pleural Effusion in Adults-Etiology, Diagnosis, and Treatment. Deutsches Arzteblatt international, 116(21), 377–386.
https://doi.org/10.3238/arztebl.2019.0377
25.
26. Efusi Transudat
● Efusi Transudat
○ Cairan dihasilkan karena adanya peningkatan
tekanan hidrostatik atau penurunan tekanan
onkotik
○ Contoh : pada CHF (tekanan vena dan atrium kiri
meningkat)
○ pada gangguan ginjal atau liver yang dapat
menyebabkan hipoproteinemia (hipoproteinemia
menurunkan tekanan onkotik kapiler →
mendorong difusi air keluar dari kapiler )
○ Ec. sirosis, sindroma nefrotik, hidronefrosis
McCance Pathophysiology, The Biologic Basis for Disease in Adults and Children, 7th edition
27. Efusi Eksudat
● Efusi Eksudat
○ Efusi yang terjadi karena respon terhadap
inflamasi, infeksi atau malignansi yang
melibatkan proses inflamasi yang meningkatkan
permeabilitas kapiler
○ Ec. Keganasan, emboli paru, infeksi
● Tipe lain dari efusi pleura :
○ Pus (empyema)
○ Darah (hemothorax)
○ Chyle (chylothorax)
McCance Pathophysiology, The Biologic Basis for Disease in Adults and Children, 7th edition
29. Pathogenesis
● Terbentuknya efusi pleura dapat disebabkan oleh overproduksi pleural fluid atau
menurunnya reabsorpsi pleural fluid.
● Pleural fluid terakumulasi saat tekanan cairan intrapleura 30x dari normal.
Efusi pleura karena ↑ pembentukan pleural fluid
1. ↑ produksi cairan interstitial (CHF, renal failure, pneumonia, iatrogenic volume overload)
2. ↑ tekanan hidrostatik kapiler pleura (left ventricular failure, efusi perikardial, obstruksi
SVC)
3. ↑ permeabilitas kapiler (inflamasi pleura)
4. Peritoneal fluid berlebih (ascites/ peritoneal dialysis dengan adanya defek diafragma)
5. Terganggunya thoracic blood vessels/ thoracic duct (surgery, trauma, malignansi)
6. ↓ pleural pressure (bronchial obstruction)
30. Patofisiologi
Normalnya terdapat 15-20 mL cairan pleura
dalam satu waktu yang menandakan
keseimbangan antara tekanan hidrostatik dan
onkotik pada visceral dan parietal vessel.
● Berkurangnya tekanan onkotik intravaskular
● Meningkatnya permeabilitas pembuluh darah atau
kerusakan pembuluh darah
● Meningkatnya tekanan hidrostatik pembuluh darah
pada sirkulasi sistemik dan atau sirkulasi paru
● Berkurangnya sebagian kemampuan drainase
limfatik atau bahkan dapat terjadi blokade total
31. Efusi pleura karena ↓ absorpsi pleural fluid
1. ↑ systemic venous pressure (intravascular volume overload)
2. Kompresi/ disfungsi pada pulmonary lymphatic (malignansi, lymphadenopathy, atau
primary lymphatic disorder)
32. Diagnosis Efusi Pleura
ANAMNESIS
● Keluhan utama: sesak nafas, nyeri dada, batuk kering
● Keluhan lainnya :
○ Demam (infeksi)
○ Penurunan berat badan (efusi pleura malignant)
○ Batuk berdarah (tuberculosis)
○ Keringat malam (tuberculosis)
○ Bengkak di tungkai (pulmonary emboli , CHF)
● Riwayat penyakit penyerta
○ Keganasan, hepatitis kronik, gagal jantung, penyakit ginjal, penyakit pernafasan
● Riwayat trauma (hemothorax atau chylothorax)
Karkhanis VS, Joshi JM. Pleural effusion: diagnosis, treatment, and management. Open Access Emerg Med. 2012;4:31-52. Published 2012 Jun 22.
doi:10.2147/OAEM.S29942
33. Diagnosis Efusi Pleura
ANAMNESIS
● Riwayat operasi
● Riwayat Penggunaan obat-obatan (methotrexate, phenytoin, nitrofurantoin, amiodarone, beta blocker)
**bukan obat-obatan ini yang secara langsung mengakibatkan efusi pleura. Tapi pasien ditanyakan adanya
penggunaan obat-obatan tersebut terkait indikasi pasien mengkonsumsi obat-obatan, seperti mtx yang
diindikasikan untuk keganasan, dimana keganasan ini bisa menjadi penyebab dari terjadinya efusi pleura
● Faktor Risiko
○ merokok, kontak dengan pasien TB, riwayat eksposur ke asbestos, alkohol
Karkhanis VS, Joshi JM. Pleural effusion: diagnosis, treatment, and management. Open Access Emerg Med. 2012;4:31-52. Published 2012 Jun 22.
doi:10.2147/OAEM.S29942
34. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis:
Bervariasi bergantung penyebab dan ukuran efusi.
1. Asymptomatic pada small effusions (< 300 mL, sering terjadi)
2. Dyspnea
3. Pleuritic pain (tajam, memburuk saat inspirasi)
4. Batuk kering (dry cough)
5. Compression atelectasis dengan terganggunya ventilasi
6. Mediastinal shift (pada rapidly developing effusion)/ contralateral tracheal
shift
7. Cardiovascular manifestations (pada rapidly developing effusion)
8. Pemeriksaan fisik: menurunnya pergerakan dinding dada, ↓ breath sound,
dull saat perkusi, ↓ traktil fremitus.
9. Pleural friction rub pada pleura yang inflamasi.
35. Diagnosis Efusi Pleura-Pemeriksaan Fisik
● Tanda-tanda vital
○ RR ↑ , Temperature , Nadi, Tekanan Darah
● Status lokalis
○ Inspeksi :
■ tachypnea, pergerakan dada tidak simetris, sela iga
melebar, retraksi sela iga, massa/jejas, bekas
operasi/scarring
○ Palpasi :
■ tactile vocal fremitus menurun , trakea deviasi
kontralateral
Karkhanis VS, Joshi JM. Pleural effusion: diagnosis, treatment, and management. Open Access Emerg Med. 2012;4:31-52. Published 2012 Jun 22. doi:10.2147/OAEM.S29942
36. ○ Perkusi :
■ dullness , shifting dullness
○ Auskultasi :
■ menurun atau hilangnya suara pernafasan pada area
yang terkena efusi, dapat ditemukan crackles
Pemeriksaan fisik juga difokuskan berdasarkan penyebab dari efusi
○ CHF : jugular venous distension, S3, edema tungkai
○ Cirrhosis : asites dan stigmata cirrhosis
Karkhanis VS, Joshi JM. Pleural effusion: diagnosis, treatment, and management. Open Access Emerg Med. 2012;4:31-52. Published 2012 Jun 22. doi:10.2147/OAEM.S29942
37. Diagnosis
Chest X Ray
● Pemeriksaan chest radiographs berguna
untuk konfirmasi adanya efusi
● Tampak perselubungan opak homogen
● Sudut kostofrenikus dan kardiofrenikus
tumpul
● Meniscus sign (+)
Subpulmonic effusion (PA), dikonfirmasi dengan posisi
lateral decubitus. Small volume (>50 ml dan <75 mL)
38. > 75 mL, membentuk meniscus sign
pada hemithorax kiri dan juga
costophrenic angle yang tumpul pada
hemithorax kanan.
Loculated pleural effusion. Mirip
dengan massa. Pleural fluid pada
interlobar fissure.
39. CT-scan sangat sensitif, dapat
memvisualisasikan efusi pleura mulai dari
2-10 mL.
USG dapat digunakan untuk menyingkirkan
penyebab opasifikasi lainnya seperti atelectasis,
konsolidasi, massa, atau elevasi diafragma.
40. Diagnosis
(Thoracentesis)
● Setelah identifikasi lewat pencitraan, segera
lakukan thoracentesis (jika signifikan, paling tidak
10 mm pada lateral decubitus)
● Assesmen inisial → warna, bau, dan turbiditas.
➔ Gross bloody fluid → tes konsentrasi Hb dan
Ht (>50%)→ hemothorax
➔ Frank purulence, supernatant jernih→
empyema
➔ Turbiditas cloudy pada supernatant
cyclothorac/ pseudocyclothorax
Jika posisi supine di midaxillary line, jika
berdiri atau duduk di posterior
midscapular line. Diambil ~50 mL atau
lebih besar jika ingin meringankan
dyspnea.
41. Thoracocentesis (Transudat & Eksudat)
Goal: mengetahui etiologi, jadi klasifikasikan
menjadi transudat atau eksudat.
Untuk mengklasifikasikannya menggunakan
Light’s criteria:
Jika 1 atau lebih kriteria terpenuhi,
diklasifikasikan sebagai eksudat.
● Eksudat bisa dikonfirmasi lagi dengan
pleural fluid cholesterol level (> 60 mg/dL)
atau serum-pleural fluid albumin difference
(< 1,2 eksudat)
● Pneumonia, keganasan, dan TB adalah
penyebab eksudatif yang membutuhkan
extensive testing.
40% exudate pleural effusion → bacterial
pneumonia.
Fishman’s Respiratory Disease and Disorder 4th Edition
AARON SAGUIL, MD, MPH; KRISTEN WYRICK, MD; and JOHN HALLGREN, MD, Uniformed Services University of the Health Sciences, Bethesda, Maryland Am Fam Physician. 2014 Jul
44. Tatalaksana
Tujuan:
● Mengeluarkan cairan dari rongga pleura
● Mencegah berulangnya penumpukan cairan kembali
● Mengatasi penyakit yang mendasari efusi pleura
Melalui:
1. Tatalaksana spesifik
2. Drainase cairan
3. Pleurodesis
4. Tindakan bedah
45. Tatalaksana Umum
● CHF : diuretic, e.g : furosemide
● Connective tissue disorders → rheumatoid arthritis dan systemic lupus erythematosus:
steroids, dan resolusi dapat terjadi dalam 2 minggu.
● Pleuritis TB : OAT (2 bulan isoniazid, rifampicin, pyrazinamide, dan ethambutol, diikuti 4
bulan isoniazid dan rifampicin)
● Amebic pleural effusions: metronidazole 800 untuk 5–10 hari + diloxanide furoate 500
mg 3x/hari selama 10 hari. Dan drainse
● Empyema : antibiotic, drainage
● Chylothorax : Octreotide. Malignant chylothorax : radiotherapy dan/atau chemotherapy.
● Malignant pleural effusions:
Chemotherapy, radiotherapy, jarang pembedahan.
Pleurodesis
Jany B and Welte T. Pleural effusion in adults: etiology, diagnosis, and treatment. Deutsches Arzteblatt International. 2019
Aaron Saguil et al. Diagnostic approach to pleural effusion. American Academy of Family physician (AAFP). 2014
46. Tatalaksana Drainase
● Indikasi: terdapat gangguan pernapasan akibat
pembentukan cairan yang terjadi terus menerus,
misalnya pada keganasan.
● Kontraindikasi : Pasien tidak kooperatif,
hemodinnamik tidak stabil
● Prosedur:
○ Torakosentesis dengan atau tanpa bantuan
USG
○ Pemasangan chest tube
48. Thoracocentesis
● Merupakan operasi pungsi dinding dada untuk mengeluarkan
cairan di dalam cavum pleura.
● Lokasi punksi: satu sela iga di bawah perubahan suara sonor
menjadi redup pada perkusi (tanpa/dengan panduan USG)
● Jumlah cairan yang diambil tidak dianjurkan melebihi 1,500
mL/punksi --> mencegah syok hipovolemik dan pemutaran
organ mediastinum seperti jantung.
● Pengosongan secara tiba-tiba akan meningkatkan
permeabilitas kapiler → edema paru
● Indikasi : pada kasus baru efusi pleura atau jika etiologinya
tidak jelas dimana cairan yang terkumpul telah cukup untuk
diaspirasi (ketebalan 10 mm pada USG toraks atau foto lateral
decubitus)
Karkhanis VS, Joshi JM. Pleural effusion: diagnosis, treatment, and management. 2012
Brunicardi, F. C. et al. (2014) Schwartz’s Principles of Surgery, 10th edition. McGraw-Hill Education.
49. 3. Pleurodesis
❏ Menggunakan Water-sealed drainage (WSD)
❏ Merupakan suatu sistem drainase yang menggunakan
water-sealed untuk mengalirkan udara atau cairan dari
rongga pleura.
❏ Tujuannya adalah untuk mempertahankan tekanan
negatif pada rongga pleura dan mempertahankan
sedikit cairan pada rongga tersebut.
❏ Awalnya pengaliran dilakukan secara bertahap yaitu
100-300 mL/jam sampai terjadi produksi harian yang
stabil. Pemasangan WSD biasa dilakukan pada ICS 5
sebelah anterior dari linea midaksilaris.
Karkhanis VS, Joshi JM. Pleural effusion: diagnosis, treatment, and management. 2012
Brunicardi, F. C. et al. (2014) Schwartz’s Principles of Surgery, 10th edition. McGraw-Hill Education.
50. Pleurodesis
Umumnya dilakukan dengan cara:
mengosongkan cairan atau udara pada rongga pleura (pemasangan chest tube) → prosedur mekanik
atau memasukkan agen iritan ke rongga pleura → iritasi, inflamasi, dan fibrosis → adhesi membran
pleura.
Menurut Sudduth dan Sahn, kriteria ini harus terpenuhi:
- Efusi yang bersifat simtomatik
- Tidak boleh ada trapped lung
- Ketika tidak ada pilihan terapi lain, atau yang lain sudah gagal
51. 4. Tindakan bedah
Modalitas: decortication, pleurectomy,
pleuropneumonectomy, closure of
bronchopleural fistula with or without grafting,
window operation, fenestration surgery,
thoracostomy, dan thoracoplasty.
Indikasi: keganasan, empyema dengan/tanpa
bronchopleural fistula, fibrothorax, efusi
berulang.
52. Follow up dan Edukasi
★ Pasien stabil dengan etiologi jelas → setelah torakosentesis dapat
dipulangkan (setelah di observasi 3-6 jam)
★ Pasien dengan volume evakuasi tinggi/efusi eksudatif, atau yang memerlukan
evaluasi dan stabilisasi tambahan → harus dirawat
★ Direkomendasikan untuk follow-up → semua pasien efusi pleura (plain
radiografi, CT untuk memastikan clearing)
★ Edukasi pasien:
★ Minum obat-obatan yang diberikan
★ Hentikan penggunaan produk yang mengandung nikotin atau tembakau
★ Melakukan follow-up
★ Kontak layanan kesehatan bila terdapat: kemampuan olahraga ringan
berkurang, demam.
**Bila sesak napas, nyeri dada, batuk-batuk → SEGERA KE FASKES
53. Komplikasi
● Efusi pleura berulang
● Pneumotoraks (biasanya karena thoracocentesis atau drainase)
● Empyema
● Pleural thickening (pembentukan jaringan parut)
54. Prognosis
● Bergantung pada etiologi yang mendasari.
● Efusi pleura akibat keganasan memiliki prognosis yang buruk.
● Lupus, uremia, RA → rekurensi.
● Jika tidak dilakukan drainase → dispnea, empyema.