Dokumen tersebut berisi tentang laporan kasus mola hidatidosa pada seorang pasien bernama Ny. IS berusia 27 tahun. Pasien mengeluh nyeri di bagian perut bawah selama dua minggu sebelum masuk rumah sakit. Berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium didiagnosis mula hidatidosa. Pasien kemudian dilakukan kuretase dan pemantauan pasca operasi.
1. Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/
click here for freelancing tutoring sites
Kepaniteraaan Klinik Ilmu Kebidanan dan
Penyakit Kandungan
SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan
RSUD Dr. Hi. Abdul Moeloek Bandar Lampung
Desember 2011
Mola Hidatidosa
LaporanKasus
Disusun oleh: Elfriska, S.Ked
Pembimbing: dr. Taufiqurrahman Rahim, Sp.OG (K)
2. 2 | P a g e
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mola hidatidosa adalah salah satu penyakit trofoblas gestasional (PTG), yang
meliputi berbagai penyakit yang berasal dari plasenta yakni mola hidatidosa
parsial dan komplit, koriokarsinoma, mola invasif dan placental site trophoblastic
tumors. Para ahli ginekologi dan onkologi sependapat untuk mempertimbangkan
kondisi ini sebagai kemungkinan terjadinya keganasan, dengan mola hidatidosa
berprognosis jinak, koriokarsinoma keganasan, sedangkan mola hidatidosa invasif
sebagai borderline keganasan.
Insidensi mola hidatidosa dilaporkan Moore dkk (2005) pada bagian barat
Amerika Serikat, terjadi 1 kejadian kehamilan mola dari 1000-1500 kehamilan.
Mola hidatidosa ditemukan kurang lebih 1 dari 600 kasus abortus terapetik. Di
Asia insidensi mola 15 kali lebih tinggi (1 per 120 kehamilan) daripada di
Amerika Serikat (1 per 2000 kehamilan), dengan Jepang yang melaporkan bahwa
terjadi 2 kejadian kehamilan mola dari 1000 kehamilan. Dilaporkan bahwa
prevalensi mola hidatidosa di Indonesia adalah1 per 100 kehamilan.
Frekuensi mola yang terjadi pada awal atau akhir usia subur relative lebih tinggi.
Efek paling berat dijumpai pada wanita usia lebih dari 45 tahun dengan frekuensi
lesi relative lebih dari sepuluh kali lipat dibandingkan dengan usia 20 – 40 tahun.
Kasus mola banyak dijumpai pada wanita berusia 50 tahun atau lebih.
Kekambuhan mola hidatidosa dijumpai pada sekitar 1-2 %. Dalam suatu kajian
terhadap penelitian pada hampir 5000 kelahiran, frekuensi mola rekuren adalah
1,3 %. Kim dkk mendapatkan angka kekambuhan 4,3 % pada 115 wanita di
Seoul, Korea. Tuncker dkk menyimpulkan dalam kejadian mola hidatidosa
berulang dari pasangan yang berbeda mungkin permasalahan terdapat pada oosit
primer.
3. 3 | P a g e
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari laporan kasus ini adalah:
- pembelajaran terkait alur penegakan diagnosis
- penatalaksanaan mola hidatidosa
4. 4 | P a g e
II. LAPORAN KASUS
Anamnesis dan pemeriksaan luar dilakukan pada hari Minggu, 28 November 2011
di kamar bersalin SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD Dr. Hi. Abdul
Moeloek Bandar Lampung.
2.1 Anamnesis
Identitas pasien
Nama : Ny. IS
Umur : 27 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Adi Sucipto Gg. Serumpun I, Kebun Jeruk,
Bandar Lampung
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Status : Menikah
Suku Bangsa : Jawa
Tgl masuk RS : 28 November 2011
Dirawat yang ke : 1
Keluhan utama : nyeri pada bagian perut bawah
Riwayat perjalanan penyakit
Os mengeluh nyeri di bagian perut bagian bawah sejak + dua minggu
sebelum masuk rumah sakit. Keluhan ini tidak disertai perdarahan.
Os mengaku tidak pernah mengeluarkan darah atau sesuatu seperti hati ayam
atau jaringan seperti mata ikan dari kemaluannya. Dua bulan yang lalu os
mengaku melakukan tes kehamilan dan hasilnya positif. Os mengaku
merasakan pergerakan janin. Hari terakhir os menstruasi adalah 30 Agustus
2011.
5. 5 | P a g e
Riwayat penyakit dahulu : riwayat mola hidatidosa (-)
Status reproduksi
Menarche : 12 tahun
Siklus : 30 hari
Lamanya : 5 hari
HPHT : 30 Agustus 2011
Riwayat perkawinan : perkawinan pertama
lama menikah + 2 tahun
Riwayat obstetri : G2P1A0
- 23 januari 2011, lahir dengan pertolongan bidan, meninggal 2 jam post
partum
- Hamil ini
Riwayat kontrasepsi (-)
Riwayat ANC (-)
2.2 PemeriksaanFisik
Status Present
Keadaan Umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Gizi : kesan kurang ideal (kurus)
Tanda – tanda vital :
- TD = 90/60 mmHg
- N = 72 x / menit
- RR = 16 x / menit
- Suhu = 36,3 oC
6. 6 | P a g e
Status Generalisata
- Rambut : hitam, lurus, dan tidak mudah dicabut.
- Mata : sklera anikterik, konjungtiva anemis.
- Telinga : liang telinga lapang, tidak ada kelainan.
- Hidung : deviasi septum (-), sekret (-).
- Mulut : mukosa bibir kering, pucat kebiruan, lidah tidak kotor.
- Leher : tidak ditemukan adanya benjolan dan pembesaran
kelenjar.
- Thorax : tidak ditemukan adanya kelainan.
- Abdomen : datar, simetris, striae gravidarum (-)
- Extremitas : akral dingin dan pucat pada setiap ekstremitas.
Status ginekologi
Pemeriksaan luar : abdomen lemas, simetris, fundus uteri setinggi
dua jari di bawah pusat, nyeri tekan (-), tanda
cairan bebas (-), massa (-), ballotment eksterna (-),
DJJ (-).
Pemeriksaan dalam : portio lunak, OUE tertutup
Inspekulo : portio lividae, OUE tertutup, fluor (-), fluksus(+),
tidak tampak jaringan mola pada muara OUE.
Diagnosa : suspek mola hidatidosa.
Diagnosa banding : kehamilan ektopik terganggu
Usulan Pemeriksaan : USG, β-hCG, T3, T4, TSH
Penatalaksanaan :
- Informed consent
- Rencana USG
- Rencana Kuretase
- Crossmatch, sedia darah
- Konsul bagian SMF Ilmu Penyakit Dalam
- Konsul anestesi
7. 7 | P a g e
2.3 PemeriksaanLaboratorium
Darah Rutin
- Hb : 9,5 gr/dl
- Hematokrit : 28 %
- Leukosit : 5500 u/l
- LED : 15 mm/jam
- Trombosit : 216.000/ul
- Hitung Jenis : 0/1/0/56/38/5
- Masa perdarahan : 4’
- Masa pembekuan : 14”
Tes kehamilan : 26.214.400 mIU/mL
Imunologi dan Serologi
T3 : 7,5 nmol/L ( Normal 0,9-2,5 ng/dl)
T4 : < 24,9 ug/L ( Normal 4,65-9,3 ug/dl)
TSH : < 0,05 mIU/L ( Normal 0,25-5 mU/L)
PENATALAKSANAAN
• Obs TVI dan perdarahan
• Lab DR, Tes Kehamilan, T3,T4,TSH
• IVFD RLgtt xx/ menit
• R/ USG
• R/ konsul PDL
• R/ konsul anestesi
• R/ evakuasi dengan kuret hisap
• Persiapan tindakan (alat, izin, obat, dan darah)
8. 8 | P a g e
LAPORAN OPERASI
Konsulen : dr. Zulkarnaen, Sp.OG
Tanggal : 08 Desember 2011 Instrumen : Zr. Elly
Nama Pasien : Ny. IS Ahli anestesi : dr.Indra, SpAn
Umur : 26 tahun Narcose : Umum
Operator : dr. Juen Induksi : Propofol
Asisten I : Zr. Wayan Premedikasi : Pethidine
Maintenance : O2+N2O+Halothane
Pukul 10.00 WIB tindakan dimulai
- Penderita dalam posisi litotomi dan narkose umum
- Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada vulva dan sekitarnya
- Kandung kencing dikosongkan dengan kateter
- Dilakukan pemasangan sims atas dan bawah
- Portio ditampakkan secara avoe
- Dengan tenakulum dilakukan penjepitan portio pada ‘pukul 11’
- Dilakukan sondase, didapatkan kedalaman uterus + 14 cm
- Dilakukan kuretase pada endometrium dan didapatkan jaringan ± 1500cc
dan darah ±100 cc
- Dilanjutkan dengan kuretase dengan menggunakan sendok kuret tumpul
- Jaringan di PA-kan
- Setelah diyakini tidak ada lagi jaringan dan perdarahan, tenakulum
dilepaskan
- Portio dibersihkan dengan kassa betadine
Pukul 11.00 WIB tindakan selesai
Diagnosa Pre-Op : Mola Hidatidosa
Diagnosa Post Op : Post Kuret Hisap a.i. Mola Hidatidosa
Tindakan : Kuret Hisap
9. 9 | P a g e
Penatalaksanaan Post Operasi
Instruksi Post Operasi :
- Cek TTV dan perdarahan
- Cek Hb Post operasi jika <10 gr/dl tranfusi
- Puasa sampai bising usus (+)
- Inj. Vicillin 3 x 1gr (skin test)
- Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam (drip, 1 amp/flabot)
- Inj. Kalnex 1 amp/8 jam
- Gentamisin 2 x 1g/12 jam
- Metronidazole 2 x 1g/12 jam
10. 10 | P a g e
FOLLOW UP
Hari, Tanggal Perjalanan Penyakit Instruksi Dokter
Jumat,
28 Nov 2011
Kel : nyeri di perut bagian bawah, perdarahan (-)
KU : tampak sakit sedang
Tanda-tanda vital:
• TD : 90/60 mmHg
• N : 72 x / menit
• RR : 16 x / menit
• Suhu : 36,3 C
Pemeriksaan Luar
Abdomen : lemas, simetris, Fundus uteri
dua jari di bawah pusat, nyeri
tekan (+), Tanda Cairan bebas
(-), massa (-), ballotement
eksterna (-), DJJ (-)
Pemeriksaan dalam
VT : Portio Lunak, OUE tertutup
Inspekulo : Portio Lividae,OUE
tertutup, Fluor (-), Fluksus(+)
Dx : Mola Hidatidosa
• Obs TTV dan perdarahan
• Lab DR, Tes Kehamilan,
T3,T4,TSH
• IVFD RLgtt xx/ menit
• R/ USG
• R/ konsul PDL
• R/ Roentgen Thorax
• R/ evakuasi dengan kuret
hisap
• Persiapan tindakan (alat,
izin, obat, dan
darah)
Sabtu,
29 Nov 2011
Kel : nyeri di perut bagian bawah, perdarahan (-)
KU : tampak sakit sedang
Tanda-tanda vital:
TD : 100/60 mmHg
N : 120 x / menit
RR : 16 x / menit
Suhu: 36 o
C
Pemeriksaan fisik
Tremor (-), takikardi (+), sesak (-)
Pemeriksaan Laboratorium
Tes kehamilan = 26.214.400 mIU/mL
T3 = 7,5 nmol/l
T4 = > 24,9 ug/dl
TSH = < 0,05 mIIU/mL
• Obs TTV dan perdarahan
• PTU 3 x 2 tab/hari
• Propanolol 3 x 1 tab/hari
• R/ Cek lab T3, T4, TSH
11. 11 | P a g e
Sabtu,
03 Des 2011
Kel : nyeri di perut bagian bawah, perdarahan (-)
KU : tampak sakit sedang
Tanda-tanda vital:
TD : 90/60 mmHg
N : 92 x / menit
RR : 16 x / menit
Suhu: 36 o
C
Pemeriksaan fisik
Tremor (-), takikardi (+), sesak (-)
Pemeriksaan Laboratorium
T3 = 3,9 nmol/l
T4 = > 22,1 ug/dl
TSH = < 0,05 mIU/mL
• Obs TTV dan perdarahan
• PTU 3 x 2 tab/hari
• Propanolol 3 x 1 tab/hari
• R/ konsul PDL
• R/ konsul anestesi
• R/ Cek lab T3, T4, TSH
Kamis,
08 Des 2011
Kel : nyeri di perut bagian bawah, perdarahan (-)
KU : tampak sakit sedang
Tanda-tanda vital:
TD : 100/60 mmHg
N : 92 x / menit
RR : 16 x / menit
Suhu: 36 o
C
Pemeriksaan fisik
Tremor (-), takikardi (+), sesak (-)
Os dipuasakan
Kuretase
Intruksi post tindakan
- Cek TTV dan perdarahan
- Cek Hb Post oprasi jika
<10 gr/dl tranfusi
- Puasa sampaibising usus
(+)
- Inj. Vicilin 3x1gr (skin
test)
- Inj. Ketorolac 1 amp/8
jam (drip, 1 amp/500cc)
- Inj Kalnex 1 amp/8 jam
- Gentamisin 2x1g/12 jam
- Metronidazol 2x1g/12jam
Jumat,
09 Des 2011
(Post kuret H-I)
Kel : nyeri di perut bagian bawah, flek darah (+),
sesak (+)
KU : tampak sakit sedang
Tanda-tanda vital:
TD : 90/40 mmHg
N : 92 x / menit
RR : 40 x / menit
Suhu: 38,2 o
C
Terapi diteruskan
Transfusi darah IV kolf
Paracetamol500 mg PO
O2
12. 12 | P a g e
Pemeriksaan fisik
Tremor (-), takikardi (+), sesak (+)
Pemeriksaan laboratorium
Hb post operasi = 7,3 gr/dl
Senin,
12 Des 2011
(Post kuret H-
IV)
Kel : nyeri di perut bagian bawah berkurang, flek
darah (-), sesak (-)
KU : baik
Tanda-tanda vital:
TD : 100/60 mmHg
N : 88 x / menit
RR : 24 x / menit
Suhu: 36,5 o
C
Os dipulangkan
R/ kontrol poliklinik
13. 13 | P a g e
III. ANALISIS KASUS
I. IDENTIFIKASI
Os mengeluh nyeri di bagian perut bagian bawah sejak + dua minggu
sebelum masuk rumah sakit. Keluhan ini tidak disertai perdarahan.
Os mengaku tidak pernah mengeluarkan darah atau sesuatu seperti hati
ayam atau jaringan seperti mata ikan dari kemaluannya. Dua bulan yang
lalu os mengaku melakukan tes kehamilan dan hasilnya positif. Rx mual
muntah (+). Os mengaku merasakan pergerakan janin. Hari terakhir os
menstruasi adalah 30 Agustus 2011.
II. PERMASALAHAN
1. Apakah penegakan diagnosis pada kasus ini sudah tepat?
2. Apakah penatalaksanaan penderita ini sudah adekuat?
III.ANALISA KASUS
1. Apakah penegakan diagnosis pada kasus ini sudah tepat?
Melalui anamnesa didapatkan:
amenorea 2 bulan, Rx. mual muntah
nyeri di daerah uterus
Melalui pemeriksaan fisik diperoleh:
KU : Tampak sakit sedang
Gizi : kesan kurang ideal (kurus)
Tanda-tanda vital: nadi = 108x / menit takikardi
Kemungkinan komplikasi mola dengan hipertiroid
Melalui pemeriksaan obstetri diperoleh:
14. 14 | P a g e
Pemeriksaan luar:
Abdomen : fundus uteri dua jari di bawah pusat, nyeri tekan (+),
Harusnya FUT sesuai HPHT adalah masih sebesar ‘telur angsa’.
Taksiran kasar perbesaran uterus pada perabaan tinggi fundus :
- tidak hamil / normal : sebesar telur ayam (+ 30 g)
- kehamilan 8 minggu : telur bebek
- kehamilan 12 minggu : telur angsa
- kehamilan 16 minggu : pertengahan simfisis-pusat
- kehamilan 20 minggu : pinggir bawah pusat
- kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat
- kehamilan 28 minggu : sepertiga pusat-xyphoid
- kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat-xyphoid
- 36-42 minggu : 3 sampai 1 jari bawah xyphoid
Melalui pemeriksaan dalam diperoleh
VT : Portio Lunak, OUE tertutup
Inspekulo : Portio Lividae,OUE terbuka, Fluksus(+)
Melalui pemeriksaan laboratorium diperoleh
Tes kehamilan : + 26.214.400 mIU/mL
(Titer B-hCG meningkat pada kehamilan sekitar 90 hari, kemudian
menurun seperti awal kehamilan, bahkan dapat sampai tidak terdeteksi)
Imunologi dan Serologi
T3 : 7,5 nmol/L ( Normal 0,9-2,5 ng/dl)
T4 : < 24,9 ug/L ( Normal 4,65-9,3 ug/dl)
TSH : < 0,05 mIU/L ( Normal 0,25-5 mU/L)
Melalui pemeriksaan ultrasonografi diperoleh gambaran seperti badai salju
dan tidak ditemukan pertumbuhan janin.
15. 15 | P a g e
Berdasarkan Anamnesa dan pemeriksaan diatas dapat didiagnosa : MOLA
HIDATIDOSA. Cara penegakan diagnosis sudah tepat yaitu dari
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan obstetric, dan pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan penunjang dengan menggunakan
ultrasonografi.
2. Apakah penatalaksanaan penderita ini sudah adekuat?
Penatalaksanaan yang direncanakan adalah:
• Obs TVI dan perdarahan
• Lab DR, UR, Tes Kehamilan, T3,T4,TSH
• IVFD RLgtt xx/ menit
• R/ USG
• R/ konsul PDL
• R/ konsul anestesi
• R/ evakuasi dengan kuret hisap
• Persiapan tindakan (alat, izin, obat, dan darah)
Penatalaksanaan Post operasi
- Cek TVI dan perdarahan
- Cek Hb Post oprasi jika <10 gr/dl tranfusi
- Puasa sampai bising usus (+)
- Inj. Ampicilin 3x1gr (skin test)
- Gentamisin 2 x 1g/12 jam
- Metronidazole 2 x 1g/12 jam
- Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam (drip, 1 amp/flabot)
- Inj. Kalnex 1 amp/8 jam
a. Observasi TVI dan perdarahan
Observasi tanda vital ibu dan perdarahan perlu dilakukan pada kasus ini.
Kuretase dilakukan apabila kadar T3, T4, TSH pasien telah menurun mencapai
16. 16 | P a g e
kadar yang relatif normal. Namun, apabila terjadi pendarahan, perlu
dilakukan kuretase segera.
b. Pengecekan laboratorium berupa darah rutin, urine rutin, T3,T4,TSH dan tes
kehamilan (pengecekan kadar beta HCG). Pengecekan laboratorium pada
pasien mola yang terpenting adalah melakukan pemeriksaan terhadap salah
satu komplikasi dari mola hidatidosa yaitu tirotoksikosis dengan pengecekan
T3,T4,TSH dan pengecekan titer kehamilan (β-hCG) serum. Pada pasien
dengan mola hidatidosa dapat terjadi komplikasi berupa tirotoksikosis karena
terdapat tiroid like hormone yaitu peninggian kadar β-hCG yang akan
merangsang pelepasan T3 dan T4.
c. Perbaikan keadaan umum
Dalam hal ini pemasangan IVFD RL gtt xx /menit dimaksudkan untuk
rehidrasi/ terapi suportif pada pasien
d. Rencana evakuasi dengan kuret hisap serta persiapkan alat, izin, dan obat
Evakuasi pada pasien dengan mola hidatidosa dapat dilakukan dengan 2 cara
yaitu :
Vakum kuretase (kuret Hisap) dimana dilakukan kuret hisap dengan
peralatan AVM yang kemudian dilanjutkan dengan kuret tumpul
untuk membersihkan cavum uteri. Baru kemudian diberikan
uterotonika berupa oksitosin 10 IU dalam 500 RL drip 20-40 tetes
diberikan pasca kuret hisap. Penggunaan kuret hisap lebih dianjurkan
mengingat konsistensi uterus yang lunak sehingga lebih mudah terjadi
perforasi.
Histerektomi
Tindakan ini dilakukan pada wanita yang telah cukup umur dan cukup
mempunyai anak dimana dilakukan dengan alasan umur tua dan
paritas tinggi merupakan factor predisposisi untuk terjadinya
keganasan. Batasan yang dipakai adalah umur lebih dari 35 tahun
dengan anak hidup 3.
17. 17 | P a g e
- Pada pasien ini dilakukan tindakan kuret hisap dimana didapatkan jaringan
± 1500cc dan darah ± 100 cc.
e. Rencana konsul PDL
Konsul pada ahli penyakit dalam dimaksudkan jika terdapat peningkatan titer
T3 dan T4 pada pasien ini untuk mendapatkan terapi terkait tirotoksikosisnya,
karna pada pasien pasien dengan peningkatan kadar T3 dan T4, pada
umumnya dilakukan pengobatan terlebih dahulu untuk menurunkan kadarnya
mendekati normal baru kemudian dilakukan tindakan evakuasi.
f. Terapi post tindakan kuret hisap
Pasien ini dilakukan kuret dibawah pengaruh anestesi umum, sehingga pasien
ini perlu menjalani puasa sampai BU +. Kombinasi gentamisin, penisilin, dan
metronidazol diberikan pada infeksi berat yang belum terdeteksi
mikroorganisme penyebabnya. Pemberian Kalnex yang merupakan golongan
asam tranexamat 1 amp/ 8 jam dimaksudkan untuk mencegah perdarahan
berlebihan yang mungkin terjadi pasca kuret hisap.
Dari terapi yang diberikan diatas cukup adekuat untuk menangani mola hidatidosa
karena pada dasarnya ada 4 tahapan terapi pada mola hidatidosa yang meliputi :
1. Perbaikan keadaan umum
Sudah dilakukan pada pasien ini, seharusnya pada pasien ini dilakukan
pemberian PTU sebelum tindakan evakuasi namun dikarenakan jaringan
mola sudah keluar disertai dengan perdarahan pervaginam maka tindakan
evakuasi harus segera dilakukan.
2. Pengeluaran jaringan mola
Yang dilakukan dengan kuret hisap yang dilanjutkan dengan kuret tumpul
dan kemudian jaringan mola di PA kan dilanjutkan drip 10 IU oksitosin
dalam 500 RL
3. Terapi profilaksis dengan sitostatika
Terapi ini dilakukan pada kasus mola dengan risiko tinggi akan terjadi
keganasan, missal pada umur > 35 th, paritas tinggi ataupun kadar beta
18. 18 | P a g e
HCG > 100.000 IU/L dilakukan pemberian Metrotrexat 3-5 mg/KgBB
atau 25 mg IM dosis tunggal.
Atau atas indikasi :
-Kadar hCG yang tinggi > 4 minggu pascaevakuasi (serum >20.000
IU/liter, urine >30.000 IU/24 jam)
-Kadar hCG yang meningkat progresif pascaevakuasi
-Kadar hCG berapapun juga yang terdeteksi pada 4 bulan pascaevakuasi
-Kadar hCG berapapun juga yang disertai tanda-tanda metastasis otak,
renal, hepar, traktus gastrointestinal, atau paru-paru.
Terapi ini tidak diperlukan pada pasien ini, karna tidak memenuhi kriteria
dimana umur pasien ini 26 tahun, dengan jumlah anak 1. Hanya saja, titer
beta HCG pasca tindakan tidak diperiksa.
19. 19 | P a g e
IV. SARAN
1. Dilakukan pengecekan ulang kadar T3, T4, dan TSH pre tindakan
2. Dilakukan pemeriksaan tindak lanjut
Hal ini perlu dilakukan mengingat dapat berkembangnya mola hidatidosa
menjadi arah keganasan. Lama pengawasan berkisar antara 1-2 tahun.
Pemeriksaan Trias Acosta Sisson yaitu HBEs (Having expelled a
product of conception, Bleeding, Enlargement and softeness of the
uterus)
Pemeriksaan kadar beta HCG setiap minggu sampai kadarnya negatif
selama 3 minggu berturut turut
Dilanjutkan pemeriksaan kadar beta HCG tiap bulan sampai bulan ke
enam
Dilanjutkan pemeriksaan kadar beta HCG setiap 2 bulan selama 6
bulan
Berikan kontrasepsi hormonal berupa pil, diafragma atau kondom
untuk mencegah kehamilan agar tidak terjadi kesalahan penilaian
peningkatan beta HCG karna kehamilan atau karna kegananasan.
Pasien boleh hamil setelah 6 bulan beta HCG normal
Jika kadar beta HCG mendatar atau justru meningkat dalam beberapa
kali pemeriksaan maka harus dicurigai berkembang ke arah keganasan
Pemeriksaan roentgen thorax jika dicurigai berkembang kearah
keganasan.
20. 20 | P a g e
MOLA HIDATIDOSA
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi
tidak berkembang menjadi embrio melainkan terjadi proliferasi dari villi korealis
disertai dengan degenerasi hidrofobik.
Epidemiologi
Frekuensi mola umumnya pada wanita di Asia lebih tinggi (1 atas 20 kehamilan)
dari pada wanita di negara-negara Barat (1 atas 200 kehamilan). Soejones dkk
(1967) melaporkan 1 : 85 kehamilan, RS Dr. Cipto Mangunkusomo, Jakarta 1 : 31
persalinan dan 1 : 49 kehamilan, Luat A Siregar (Medan) 1982 : 11-16 per 1000
kehamilan, Soetomo (surabaya) 1 : 80 persalinan, Djamhoer M (Bandung) : 9-21
per 1000 kehamilan. Tidak ada ras atau etnis khusus yang menjadi predileksi bagi
suatu kehamilan mola, meskipun pada negara-negara Asia menunjukkan angka 15
kali lebih tinggi dibandingkan Amerika. Wanita Asia yang tinggal di Amerika
tidak menampakkan adanya perbedaan angka kehamilan mola dibandingkan
degan grup etnis lainnya. Mola Hidatidosa sering terjadi pada wanita usia
reproduktif. Wanita dewasa muda atau perimenopause berisiko tinggi untuk
kehamilan mola. Wanita dengan usia lebih dari 35 tahun 2 kali lipat lebih
beresiko. Dan wanita dengan usia lebih dari 40 tahun beresiko 7 kali lipat
dibandingkan dengan wanita yang usianya lebih muda.
Dalam suatu studi di Hawai, insiden mola lebih sedikit pada orang kulit putih dan
penduduk pribumi, dan insiden tertinggi pada populasi penduduk Jepang dan
Filipina. Insiden mola meningkat pada awal kehamilan dan akhir masa reproduksi.
Menurut kelompok penelitian Duke yang membandingkan sebanyak 2.202 pasien
mola hidatidosa dengan kelompok kontrol, didapati bahwa risiko menderita mola
hidatidosa lebih tinggi pada usia 15 tahun atau lebih muda dan pada usia 40 tahun
21. 21 | P a g e
atau lebih tua. Insiden yang lebih rendah secara signifikan pada rentang usia 20-29
tahun. Risiko relatif terbesar adalah pada usia 50 tahun atau lebih. Tampaknya
tidak ada perbedaan paritas antara kehamilanmola dengan kehamilan normal. Usia
dan paritas tidak mempengaruhi hasil kehamilan mola secara klinis. Usia
kehamilan saat diagnosis mola ditegakkan tidak mempengaruhi sekuele
selanjutnya. Insiden mola ulangan dilaporkan sebanyak 0,6-2% dari seluruh
kehamilan yang terjadi setelahnya di Asia dan Amerika Utara. Penderita dengan
kehamilan mola hidatidosa ulangan tersebut mempunyai risiko yang meningkat
menjadi penyakit trofoblas ganas yang persisten pada fase penyakit mola
berikutnya.2
Etiologi
Walaupun penyakit ini sudah dikenal sejak abad ke-6, tetapi sampai sekarang
belum diketahui dengan pasti penyebabnya. Teori yang paling cocok dengan
keadaan adalah teori dari Acosta Sison yaitu defisiensi protein, karena kenyataan
membuktikan bahwa penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita dari
golongan sosial ekonomi rendah.
Pada suatu studi case-control dari Baltimore, faktor-faktor yang didapati
berhubungan dengan Neoplasia Trophoblastic Gestational meliputi pekerjaan
profesional, riwayat abortus spontan terdahulu, dan rata-rata jumlah bulan dari
kehamilan yang lalu sampai kehamilan indeks. Sedangkan riwayat kontrasepsi,
radiasi, golongan darah ABO, dan faktor merokok tidak berhubungan dengan
kejadian mola hidatidosa.
Adapun kelompok-kelompok risiko tinggi yaitu usia kurang dari 20 tahun, sosial
ekonomi kurang, jumlah paritas tinggi, dan riwayat kehamilan mola sebelumnya.
Penyebab mola Hidatidosa sampai saat ini belum diketahui secara pasti.
22. 22 | P a g e
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya mola hidatidosa adalah:
1.Faktor ovum
2.Imunoselektif dari trofoblast
3.Keadaan sosio-ekonomi yang rendah sehingga mengakibatkan
rendahnya asupan protein, asam folat, dan beta karoten
4.Jumlah paritas yang tinggi
5.Usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun
6.Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
7.Penggunaan kontrasepsi oral untuk jangka waktu yang lama
8.Riwayat mola Hidatidosa sebelumnya
9.Riwayat abortus spontan.
Patogenesis
pada mola hidatidosa terjadi konsepsi terhadap ovum tanpa inti. Di Indonesia
kejadianya bervariasi, yaitu 1/120 – 200 kehamilan.
Ada beberapa teori yang dianjurkan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit
trofoblas. Pertama, missed abortion yaitu mudigah mati pada kehamilan 3-5
minggu, karena itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan
cairan dalam jaringan mesenkim dari vili dan akhirnya terbentuklah gelembung-
gelembung. Menurut Reynolds, kematian mudigah itu disebabkan kekurangan gizi
berupa asam folat dan histidin pada kehamilan hari ke 13 dan 21.
23. 23 | P a g e
Ada pula teori sitogenetika, yaitu mola hidatidosa komplit berasal dari genom
paternal (genotype 46 XX sering, 46 XY jarang, namun 46 XX-nya bersal dari
reproduksi haploid sperma dan tanpa kromoson dari ovum). Mola parsial
mempunyai 69 kromoson terdiri dari kromoson 2 haploid paternal dan 1 haploid
maternal (triploid, 69 XXX atau 69 XXY dari 1 haploid ovum dan lainnya
reduplikasi haploid paternal dari satu sperma atau fertilisasi dispermia. 2,3
Secara ringkas patogenesisnya adalah
o Terjadi konsepsi terhadap ovum tanpa inti
o Bentuk morfologi sel mola hidatidosa adalah
Diploid 46 XX atau 46 XY
Parsial mola hidatidosa 69 XXX
o Plasenta berkembang dan terjadi hidropik degenerasi disertai hyperplasia
sel trofoblas dan tanpa janin
o Kedua degenerasi ini menimbulkan gejala klinis :
o Kejadian banyak pada masyarakat dengan ekonomi social menengah
kebawah, multipara dan defisiensi protein dan vitamin. 4
24. 24 | P a g e
Klasifikasi
a. Mola hidatidosa komplit
Mola hidatidosa komplit secara genetik adalah lesi yang diploid dengan
kromosom 46 XX, pada mola komplit tidak dijumpai elemen embrionik
atau fetus. Kelainan genetik ini disebabkan oleh karena fertilisasi ovum
yang kosong oleh dua sperma. Mola hidatidosa merupakan suatu
kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin
dan hampir seluruh vili khorialis berubah menjadi kumpulan gelembung
yang jernih yang mempunyai ukuran yang bervariasi mulai dari yang lebih
mudah terlihat sampai beberapa sentimeter dan bergantung dalam
beberapa sentimeter dan bergantung dalam beberapa kelompok dari
tangkai yang tipis. Massa tersebut dapat tumbuh cukup besar sehingga
memenuhi uterus yang besarnya biasa mencapai ukuran uterus kehamilan
normal lanjut. Gambaran histologi mola hidatidosa komplit adalah :
Terdapat Vili dalam berbagai ukuran.
Ditengah Vili yg besar menunjukkan edema dengan sentral kavitas
berisi cairan yang disebut cisterna.
Terdapat proliferasi trofoblas yg berlebihan.
Sinsitiotrofoblas berwarna ungu, sitotrofoblas jernih dan nukleus
Bizarre.
Tidak ada pembuluh darah fetal di mesenkim vili.
25. 25 | P a g e
b. Mola hidatidosa inkomplit (parsial)
Mola hidatidosa parsial kariotipenya triploid, yang terdiri dari 1 set
maternal dan 2 set paternal. Secara klinis dijumpai adanya fetus dan
perubahan pada plasenta berupa mola hidatidosa. Titer hCG yang
abnormal meningkat disertai tanda preeklamsia dan hiperplasia
trofoblas yang dijumpai lebih ringan daripada mola komplit.
Secara makroskopik tampak gelembung mola yang disertai janin atau
bagian dari janin. Umumnya janin mati pada bulan pertama. Perubahan
hidatidosa bersifat fokal serta belum begitu jauh dan masih terdapat
janin atau sedikitnya kantong amnion.
Diagnosis Mola Hidatidosa
Pemeriksaan klinik:
a. Terlambat haid disertai gejala-gejala kehamilan normal, kadang-
kadang gejala kehamilan tersebut berlebihan.
b. Uterus membesar, umumnya uterus membesar lebih besar dari usia
c. kehamilan.
d. Uterus lunak, kehamilan ini tidak disertai dengan janin atau selaput
janin (molahidatidosa komplit) tetapi dapat juga disertai dengan
adanya janin atau kantong janin (molahidatidosa parsial).
e. Tidak dijumpai gerakan janin, tidak dijumpai denyut jantung janin.
f. Pada sonde uterus tidak didapatkan tahanan kantong janin (perasat
Acosta sisson dan hanifa winkjosastro). 5
Perasat Acosta sisson yaitu menggunakan sonde uterus untuk
membedakan mola hidatidosa dengan kehamilan normal. Prinsipnya
bila pada kehamilan normal dala kavum uteri terdapat janin yang
dilindungi oleh selaput ketuban, sedangkan pada mola hidatidosa
hanya terdapat gelembung-gelembung yang lunak tanpa selaput
ketuban. Bila kita memasukkan sonde melalui kanalis servikalis
secara perlahan-lahan dan sonde dapat masuk lebih dari 10 cm ke
26. 26 | P a g e
tengah-tengah kavum uteri tanpa tahanan, maka diagnosis mola
hidatidosa hampir dapat dipastikan. Pada kehamilan normal, sonde
akan tertahan oleh ketuban. Syarat melakukan sondase ini adalah
uterus harus lebih besar dari kehamilan 20 minggu. Setelah sondase
masuk kemudian sonde diganti dengan cunam abortus dan jaringan
mola dijepit serta ditarik keluar.
Perasat hanifa winkjosastro dimana hampir sama dengan perasat
Acosta sisson, hanya saja setelah sonde uterus masuk tanpa tahanan,
kemudian sonde dapat diputar 360 derajat juga tanpa tahanan.
Pemeriksaan tambahan:
Ultrasonografi (USG) , tidak dijumpai janin, terlihat gambaran khas dari
molahidatidosa (snowstorm pattern) serta sering dijumpai kista lutein
dari ovarium.
Kadar HCG yang sangat tinggi ( ribuan internasional unit / l).5
Diagnosis pasti dari mola hidatidosa adalah melihat jaringan mola baik
secara ekspulsi spontan maupun dengan perasat Acosta sisson.
Terapi atau tahap pengelolaan mola hidatidosa
I. Perbaikan keadaan umum
Yang termasuk dalam hal ini adalah usaha pemberian transfusi
darah untuk memperbaiki syok atau anemia dan menghilangkan
penyulit seperti preeclampsia atau tirotoksikosis. 3
II. Pengeluaran jaringan mola
Sebelum pengeluaran jaringan mola jika pasien dating bukan
dalam keadaan perdarahn aktif dengan disertai pengeluaran
jaringan mola maka dilakukan persiapan dahulu yaitu dengan foto
thorax serta pemeriksaan laboratorium.4
Evakuasi pada pasien dengan mola hidatidosa dapat dilakukan
dengan 2 cara yaitu :
27. 27 | P a g e
Vakum kuretase (kuret Hisap) dimana dilakukan kuret hisap
dengan peralatan AVM yang kemudian dilanjutkan dengan
kuret tumpul untuk membersihkan cavum uteri. Baru
kemudian diberikan uterotonika berupa oksitosin 10 IU dalam
500 RL drip 20-40 tetes diberikan pasca kuret hisap.
Penggunaan kuret hisap lebih dianjurkan mengingat
konsistensi uterus yang lunak sehingga lebih mudah terjadi
perforasi.
Beberapa teori menyebutkan dilakukan kuret hisap sebanyak
2x dengan selang 7-10 hari. Hal ini dilakukan dengan indikasi
yaitu apabila setelah 7 hari pasca kuret hisap didapatkan tinggi
fundus uteri masih sebesar kehamilan 20 minggu.
Histerektomi
Tindakan ini dilakukan pada wanita yang telah cukup umur
dan cukup mempunyai anak dimana dilakukan dengan alasan
umur tua dan paritas tinggi merupakan factor predisposisi
untuk terjadinya keganasan. Batasan yang dipakai adalah umur
lebih dari 35 tahun dengan anak hidup 3.2,3,4
Atau jika kecurigaan degenerasi ganas dengan beta HCG
mendatar atau meningkat setelah minggu ke-4, anak cukup
atau lebih dari 2, usia maternal diatas 30-35 tahun.4
III. Terapi profilaksis dengan sitostatika
Terapi ini dilakukan pada kasus mola dengan risiko tinggi akan
terjadi keganasan, missal pada umur > 35 th, paritas tinggi
ataupun kadar beta HCG > 100.000 IU/L dilakukan pemberian
Metrotrexat 3-5 mg/KgBB atau 25 mg IM dosis tunggal.
Atau atas indikasi :
28. 28 | P a g e
-Kadar hCG yang tinggi > 4 minggu pascaevakuasi (serum
>20.000 IU/liter, urine >30.000 IU/24 jam)
-Kadar hCG yang meningkat progresif pascaevakuasi
-Kadar hCG berapapun juga yang terdeteksi pada 4 bulan
pascaevakuasi
-Kadar hCG berapapun juga yang disertai tanda-tanda metastasis
otak, renal, hepar, traktus gastrointestinal, atau paru-paru. 2,4
IV. Pemeriksaan tindak lanjut
Pada pasien pasien dengan anemia sedang cukup berikan sulfas
ferosus 600 mg/hari untuk anemia berat lakukan tranfusi.1
Hal ini perlu dilakukan mengingat dapat berkembangnya mola
hidatidosa menjadi arah keganasan. Lama pengawasan berkisar
antara 1-2 tahun.
Pemeriksaan Trias Acosta Sisson yaitu HBEs (Having expelled a
product of conception, Bleeding, Enlargement and softeness of
the uterus)
Pemeriksaan kadar beta HCG setiap minggu sampai kadarnya
negative selama 3 minggu berturut turut
Dilanjutkan pemeriksaan kadar beta HCG tiap bulan sampai bulan
ke enam
Dilanjutkan pemeriksaan kadar beta HCG setiap 2 bulan selama 6
bulan
Berikan kontrasepsi hormonal berupa pil, diafragma atau kondom
untuk mencegah kehamilan agar tidak terjadi kesalahan penilaian
peningkatan beta HCG karna kehamilan atau karna kegananasan.
Pasien boleh hamil setelah 6 bulan beta HCG normal
Jika kadar beta HCG mendatar atau justru meningkat dalam
beberapa kali pemeriksaan maka harus dicurigai berkembang ke
arah keganasan
Pemeriksaan roentgen thorax jika dicurigai berkembang kearah
keganasan.2,3,4
29. 29 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Gentamisin. http://milissehat.web.id
Gentamisin. http://dinkes.tasikmalayakota.go.id
Metronidazole. http://milissehat.web.id
Mola Hidatidosa. ast3arthtree.files.wordpress.com
Mola Hitam. www.scribd.com
Mola. www.scribd.com
Rochmatratih. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Wanita Hamil.
http://asuhankebidanan.wordpress.com
Homework Help
https://www.homeworkping.com/
Math homework help
https://www.homeworkping.com/
Research Paper help
https://www.homeworkping.com/
Algebra Help
https://www.homeworkping.com/
Calculus Help
https://www.homeworkping.com/
Accounting help
https://www.homeworkping.com/
Paper Help
https://www.homeworkping.com/
Writing Help
https://www.homeworkping.com/
30. 30 | P a g e
Online Tutor
https://www.homeworkping.com/
Online Tutoring
https://www.homeworkping.com/