Dokumen tersebut membahas mengenai fisiologi nyeri persalinan dan pendekatan untuk mengelola nyeri dan kenyamanan selama persalinan. Beberapa pendekatan yang dijelaskan adalah penggunaan analgesik, terapi non-farmasi seperti musik dan relaksasi, serta posisi yang tepat untuk mengurangi nyeri. Dokumen ini juga membahas dampak warna dan cahaya serta masalah psikososial selama kehamilan dan nifas.
2. 2
A . F I S I O L O G I N Y E R I P E R S A L I N A N
1. Definisi Nyeri
Nyeri adalah sebuah perasaan tidak menyenangkan
Nyeri persalinan adalah kombinasi dari nyeri fisik akibat kontraksi miometrium disertai regangan segmen bawah rahim
menyatu dengan kondisi psikologis sang ibu selama persalinan.
2.. Klasifikasi Nyeri
Nyeri Akut , terjadi karena adanya kerusakan jaringan yang akut dan tidak berlangsung lama, dan Nyeri Kronik, nyeri
yang berlanjut walaupun lesi sudah sembuh.
Nyeri Nosiseptif, nyeri inflamasi yang disebabkan oleh ransangan kimia, mekanik, dan suhu yang menyebabkan aktifasi
nosiseptor perifer, dan Nyeri Neuropatik, nyeri yang ditimbulkan rusaknya neural pada saraf perifer ataupun sistem
saraf pusat yang biasanya digambarkan dengan rasa terbakar dan menusuk.
3. 3
A . F I S I O L O G I N Y E R I P E R S A L I N A N
3. Faktor Yang Mempengaruhi Respon Nyeri
Usia
Jenis Kelamin
Etnis
Budaya
Pendidikan
4.. Proses Fisiologi Nyeri
a. Tranduksi nyeri > Proses ransangan yang mengganggu sehingga menimbulkan aktifitas listrik di reseptor nyeri.
b. Transmisi nyeri > Proses penyaluran impuls nyeri dan tempat tranduksi melewati saraf perifer sampai ke terminal
medulla spinalis dan jaringan-jaringan neuron pemancar yang naik dari medulla spinalis sampai ke otak.
c. Modulasi nyeri > Melibatkan aktifitas saraf melalui jalur-jalur saraf desenden dari otak yang dapat mempengaruhi
transmisi nyeri setinggi medulla spinalis.
d. Persepsi nyeri > Pengalaman subyektif nyeri yang bagaimanapun juga dihasilkan oleh aktifitas transmisi nyeri oleh
saraf.
4. 4
A . F I S I O L O G I N Y E R I P E R S A L I N A N
5. Teori Nyeri Kontrol Gerbang
Teori pengendalian gerbang untuk menjelaskan mengapa penggosokan atau pemijitan suatu bagian yang nyeri
setelah suatu cedera dapat menghilangkan nyeri, karena aktivitas di serat-serat besar dirangsang oleh tindakan ini,
sehingga gerbang untuk aktivitas serat berdiameter kecil (nyeri) tertutup. Teori ini diciptakan oleh Melzack dan Wall
untuk mengkompensasi kekurangan pada teori spesifitas dan teori pola. Teori kontrol gerbang nyeri berusaha
menjelaskan substansi gelatinosa (SG) pada medulla spinalis bekerja layaknya pintu gerbang yang memungkinkan
untuk menghalangi masuknya impuls nyeri menuju ke otak..
6.. Pengukuran Intensitas Nyeri
Secara Subjektif:
a. NRS (Numeric Rating Scale)
5. 5
A . F I S I O L O G I N Y E R I P E R S A L I N A N
b. Face Analog Scale
c. Deskriptif / Verbal Rating Scale ( VRS)
6. 6
A . F I S I O L O G I N Y E R I P E R S A L I N A N
d. Visual Analog Scale
Secara Objektif:
a. Behavioral Pain Scale (BPS)
BPS digunakan untuk menilai rasa sakit yang dialami pasien pada prosedur menyakitkan, seperti Tracheal
Suctioning ataupun mobilisasi tubuh. Terdapat 3 penilaian yaitu ekspresi wajah, pergerakan ekstrimitas, dan
komplains pada mesin ventilator.
7. 7
A . F I S I O L O G I N Y E R I P E R S A L I N A N
b. Critical Care Pain ObservationTool (CPOT)
CPOT dilakukan pada pasien dengan kondisi:
- Penurunan kesadaran dengan GCS > 4.
- Tidak mengalami brain injury.
-memiliki fungsi motorik yang baik.
Penilaian CPOT menggunakan skor 0-8, dengan total skor ≥ 2, menunjukan adanya nyeri.
7. Manajemen Nyeri
Manajemen nyeri adalah implementasi atau pelaksanaan dari perencanaan pelayanan pasien. Manajemen nyeri akan
dilakukan ketika pasien merasakan sakit yang signifikan dan berkepanjangan.
Tujuan manejemen nyeri:
Mengurangi rasa sakit pada pasien
Meningkatkan fungsi bagian tubuh yang sakit
Meningkatkan kualitas hidup
8. 8
B . P E N D E K A T A N F A R M A K O L O G I D A N N O N - M A R F A K O L O G I
U N T U K M E M P E R T A H A N K A N K E N Y A M A N A N D A N M A N A J E M E N
N Y E R I
1. Pendekatan Farmakologi
Metode yang paling umum digunakan untuk mengatasi nyeri adalah analgesic. Tiga jenis Analgesik yaitu:
– Non-Narkotik dan anti inflamasi nonsteroid (NSAID) > Menghilangkan nyeri ringan hingga sedang.
– Narkotik atau Opiad > umumnya diresepkan untuk nyeri sedang sampai berat, seperti nyeri pasca operasi.
– Obat tambahan/Ajuvant (Koanalgesik) > sedative, anti cemas, dan relaksan otot, dan yang menghilangkan
gejala lain.
2. Pendekatan Non Farmakologi (Intervensi Keperawatan Mandiri)
Merupakan tindakan yang dapat dilakukan oleh perawat secara mandiri tanpa petugas medis lain. Pendekatan ini
diantaranya:
1. Masase dan stimulus kutaneus
2. Efflurage Massage
3. Distraksi
4. Terapi Musik
5. GIM (Guided Imageri Music)
6. Hidroterapi rendam air hangat
7. Teknik relaksasi napas dalam
8. Imajinasi Terbimbing (Guided Imagery)
9. Aromaterapi
10. Kompres dingin dan hangat
11. Teknik Akuplesur
9. 9
C . A N A S T E S I L O K A L D A N A N A L G E S I K
1. Analgesik Lokal
~ Obat yang bila diberikan secara lokal maupun suntikan dalam kadar yang cukup dapat menghambat impuls pada
saraf yang dikenai oleh obat tersebut. Menghilangkan rasa sakit pada area tersebut tanpa menghilangkan kesadaran.
2. Analgesik
~Obat penghilang nyeri yang mengandung zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa sakit tanpa menghilangkan
kesadaran. Analgesik terbagi atas Analgesik Perifer (non-Narkotik) dan Analgesik Narkotik.
10. 10
D . P E N G A R U H W A R N A D A N C A H A Y A P A D A
P E R S A L I N A N
~ Warna memiliki karakter energi yang berbeda-beda yang apabila diaplikasikan pada tubuh dan warna didefinisikan
sebagai spektrum yang terdapat pada cahaya. Terapi warna dapat mengurangi kecemasan seseorang yang mana dengan
meningkatkan hormon serotinin yang berfungsi untuk mengontrol perasaan seseorang.
Terapi warna hijau yang merangsang pelepasan hormon serotinin, sehingga meningkatkan perasaan
bahagia dan menurunkan tingkat kecemasan.
Terapi warna biru untuk menyingkirkan masalah depresi.
~ Kelebihan terapi warna adalah saraf-saraf dari indra visualisasi manusia ketika menangkap penampakan warna
tersebut langsung disalurkan ke otak dan manusia merefleksikan warna itu kedalam perilaku yang tenang atau rileks.
11. 11
E . P O S I S I E R G O N O M I K U N T U K B E R S A L I N
• KALA I
Posisi bersalin dimaksudkan untuk mengurangi rasa sakit akibat his dan membantu dalam meningkatkan kemajuan
persalinan (penipisan cerviks, pembukaan cerviks, dan penurunan bagian terendah). Pada kala I ibu diposisikan pada
posisi yang aman dan nyaman, seperti berjalan, berdiri, posisi berdansa, duduk, berbaring miring, atau merangkak.
Hindari posisi terlentang (untuk kala I dan kala II), jongkok, dorsal recumbant, maupun lithotomi.
o Posisi meneran:
• Duduk dan setengah duduk (membantu proses persalinan dan memperhatikan keadaan perineum).
• Merangkak (cocok untuk persalinan dengan rasa nyeri di punggung, mempermudah rotasi janin, serta
mengurangi peregangan perineum).
• Jongkok atau Berdiri (memperluas panggul sekitar 28% lebih besar pada pintu bawah panggul, dan
memperkuat dorongan meneran. Beresiko memperbesar terjadinya laserasi jalan lahir).
• Berbaring miring (Mengurangi penekanan pada Vena Inverior sehingga mengurangi resiko hipoksia
janin, memberikan sensasi rileks pada ibu yang kecapean, dan mencegah terjadinya laserasi jalan
lahir).
12. 12
F . M A S A L A H P S I K O S O S I A L D A L A M K E H A M I L A N
D A N N I F A S
~ Kehamilan merupakan krisis maturasi yang dapat menimbulkan stres pada setiap ibu. Jika dapat ditanggulani maka
sang ibu menjadi siap memasuki fase baru, mengemban tanggungjawab dan merawat kehamilannya. Dapat
dimungkinkan rasa takut muncul tidak mendapat perhatian dari pasangannya. Jika tidak diatasi maka hal ini dapat
mengakibatkan masalah psikologis serius, seperti stres, kecemasan, dan depresi.
~ Psikososial adalah keadaan berupa cemas, stres,dan depresi yang berkaitan dengan aspek sosial, budaya, dan
spiritual, serta dapat mempengaruhi kesejahteraaan individu. Faktor yang mempengaruhi psikososial ibu postpatrum
antara lain:
• Sosioodemografi (Usia ibu, tingkat pendidikan, status perkawinan, status paritas, tingkat pendapatan)
• Perencanaan kehamilan
• Dukungan sosial
• Parental distress
~ Tekanan psikologis yang berasal dari psikososial dapat berupa kondisi kehamilan yang buruk, pengalaman persalinan,
dan pengalaman pada masa periode postpatrum. Kondisi Psikosoial dapat mempengaruhi ikatan antara ibu dan bayinya
pada masa postpartum. Oleh karena itu dukungan yang didapat oleh sang ibu sangat dibutuhkan untuk menghadapi
tantangan proses kehidupan selanjutnya