Dokumen tersebut membahas tentang komunikasi dan model-model kepemimpinan. Komunikasi dijelaskan sebagai proses pertukaran informasi antar pihak untuk terhubung, yang dapat dilakukan secara lisan maupun nonverbal. Model kepemimpinan diantaranya teori trait, situasional, kontingensi, path-goal, dan sistem. Kepemimpinan didefinisikan sebagai proses memengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan melalui motivasi dan
Usaha, wanda soraya, hapzi ali, komunikasi dan mengetahui model kepemimpinan, universitas mercu buana, 2018
1. Komunikasi dan Mengetahui Model
Kepemimpinan
Nama : Wanda Soraya
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA
Mata Kuliah : Kewirausahaan I
2. KOMUNIKASI
Komunikasi adalah "suatu proses di mana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi,
dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan
orang lain". Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh
kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi
masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya
tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi
dengan bahasa nonverbal
1. Bentuk-Bentuk Komunikasi
a. Komunikasi Interpersonal
Bentuk komunikasi yang dilakukan suatu individu kepada individu lain. Bisa komunikasi secara lisan,
yakni komunikasi dengan menggunakkan lisan secara langsung bersamaan dengan berbagai faktor yang
mempengaruhinya, seperti emosi, situasi dan lain hal lainnya. Komunikasi lisan dapat berupa komunikasi
formal, misalnya pembicaraan di pertemuan atau rapat, maupun informal, misalnya berbicara di lift atau
cafetaria.
Komunikasi secara tertulis, yakni komunikasi yang menggunakan mediator sebagai penyampai
pesan. Dilakukan karena komunikasi lisan tidak dapat dilakukan, untuk mengingatkan sesuatu atau untuk
memperkuat komunikasi lisan.
b. Komunikasi Lintas Budaya ( cross-cultural communication )
Bentuk komunikasi yang dilakukan antar individu yang memiliki perbedaan budaya. Sehingga agar pesan
dapat dapat disampaikan, diterima, dan dimengerti. Perbedaan ini menimbulkan perbedaan karakter
antar individu, sehingga membutuhkan penyesuaian agar kegiatan komunikasi dapat berjalan efektif.
2. Pola Komunikasi
a.Faktor yang memengaruhi pola komunikasi dalam organisasi :
1) Jalur formal dari komunikasi, penggunaan legitimasi formal untuk melakukan komunikasi. Informasi
yang diberikan biasanya bersifat sangat penting · Otoritas dari hierarki organisasi, perbedaan tingkatan
manajemen akan menentukan pola komunikasi dalam suatu organisasi. Para bawahan akan
menyesuaikan diri dalam hal berkomunikasi.
2) Spesialisasi jabatan, adanya spesialisasi menyebabkan beberapa departemen tertentu yang
berbeda namun membutuhkan komunikasi, sehingga membentuk pola komunikasi.
3. 3) Kepemilikan informasi, mereka yang umumnya lebih mengetahui dan menguasai berbagai informasi
yang terkait dengan bagiannya, maka orang yang diajak berkomunikasi haruslah orang yang mengetahui
dan menguasai hal-hal yang terkait di bagian itu.
b. Komunikasi Vertikal
Komunikasi veritikal adalah bentuk komunikasi yang dilakukan seseorang yang berada pada tingkat atas
ke orang yang berada di bagian tingkat bawah atau sebaliknya. Komunikasi yang terjadi biasannya
mengenai pemberian tugas, pemberian arahan ataupun pelaporan dan pertanggung jawaban.
c. Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal adalah bentuk komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang lain yang
memiliki tingkatan organisasi yang setara. Komunikasi yang terjadi dalam rangka koordinasi, kerjasama,
dan lain sebagainya.
3. Membangun Komunikasi Yang Efektif
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan agar komunikasi yang dilakukan dapat berjalan dengan
efektif dalam pencapaian organisasi.
a.Meminimalkan hambatan komunikasi
Kadangkala, terdapat berbagai hambatan dalam berkomunikasi sehingga pesan atau informasi yang
ingin disampaikan mengalami kesalahan penerimaan, penafsiran dan pemahaman. Akibatnya reaksi
yang diharapkan tidak terjadi.
Hambatan tersebut dapat bersifat individual yang berupa kesalahpahaman dalam memahami pesan
kesulitan berkomunikasi, kemampuan mendengar dan menyimak yang buruk dan lainnya. Ataupun
hambatan yang bersifat organisasional yang terjadi adalah kata-kata yang dipahami berbeda-oleh orang
orang yang berbeda, sehingga terjadi perbedaan persepsi.
b.Meningkatkan keefektifan dalam berkomunikasi
Setelah hambatan dalam berkomunikasi dapat diidentifikasi, perlu adanya upaya untuk meningkatkan
efektivitas komunikasi. Peningkatan keahlian komunikasi individu dengan dapat melalui cara: banyak
melakukan komunikasi, mendorong komunikasi yang bersifat dua arah, peningkatan kesadaran dalam
memahami pesan yang disampaikan dan pemeliharaan kredibilitas individu dengan membangun karakter
dan moralnya. Peningkatan keahlian komunikasi organisasional dapat melalui cara: pengaturan cara
berkomunikasi diantara berbagai pihak dalam organisasi dan peningkatan kesadaran dan
pemanfaatanberbagai media sdalam berkomunikasi.
4. KEPEMIMPINAN
1.Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi dalam menentukan
tujuan organisasi, memtivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,memengaruhi untuk memperbaiki k
elompok dan budayanya
Pengertian Kepemimpinan dari beberpa ahli :
1.Koontz& o'Donnel, mendefenisikan kepemimpinan sebagai prosesmemengaruhi sekelompok orang
sehingga mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompoknya.
2.john Piffner, kepemimpinan merupakan suatu seni dalammengkoordinasikan dan mengarahkan indi"idu
atau kelompok untukmencapai suatu tujuan yang dikehendaki.
3. Slamet Sentosa, mendefenisikan kepemimpinan adalah usaha untukmemengaruhi anggota kelompok
agar mereka bersedia
menyumbangkankemampuannya lebih banyak dalam mencapai tujuan kelompok yangtelah disepakati
2.Teori Kepemimpinan
The Traitist Theory of Leadership (Teori Sifat), teori ini mengemukakan sifat-sifat yang dimiliki seorang
pemimpin dianggap sebagai ukuran penting sebagai syarat-syarat untuk menentukan potensi
kepemimpinan sorang pemimpin.
The Situasional Theory of Leadership (Teori Situasioanl), teori ini mengemukakan kepemimpinan
dipengaruhi oleh keadaan pemimpin, pengikut organisasi, dan lingkungan sosial. Gaya kepemimpinan
seseorang dalam keadaan normal dan kritis akan berbeda. Keberhasilan karena pengaruh situasi, artinya
ada seorang pemimpin yang berhasil dalam keadaan normal, namun ada pula yang dapat berhasil
dengan baik dalam keadaan kritis. Bagi seorang pemimpin sejati keadaan-keadaan darurat justru
merupakan kesempatan baik untuk mengatasi keadaan kritis itu.
3. Tipe Kepemimpinan
Tipe kepemimpinan dalam mempengaruhi para bawahannya dapat berbeda-beda. Hal ini disebabkan
latar belakang pemimpin, organisasi, pengikut dan lingkungan.
1. Kepemimpinan Otoriter
Pemimpin menganggap dirinya yang paling berkuasa. Pengarahan pada bawahan dilakukan dengan cara
memberikan instruksi atau perintah. Tujuan kepemimpinannya hanya unutk meningkatkan produktivitas
5. kerja dan cenderung tidak memperhatikan kesejahteraan pekerja. Pimpinan menganut sistem
manajemen tertutup, sistemnya pun sentralisasi.
2. Kepemimpinan Partisipatif
Pemimpin melaksanakan kepemimpinannya dengan cara persuasif, menciptakan kerjasama yang
harmonis, menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi bawahannya. Pemimpin memotivasi bawahan agar
mempunyai rasa memiliki perusahaan. Falsafah pemimpin, pemimpin adalah untuk bawahan. Sistem
manajemen terbuka dan informasi pembinaan kaderisasi sangat diperhatikan.
3. Kepemimpinan Delegatif
Pemimpin memberikan kewenangan (delegasi) pada bawahan agar besar, sehingga bawahannya diberi
keleluasaan dalam mengambil keputusan dan menbuat kebijakan.
Pimpinan menyerahkan tanggung jawab agar bawahan dapat mengendalikan dirinya sendiri dan
menyelesaikan pekerjaanya. Para bawahan dituntut untuk memiliki kematangan kemampuan dalam
bekerja dan kematangan psikologis atau kemauan dalam bekerja.
1. Model Kepemimpinan Kontingensi (Fiedler)
Model kontingensi diciptakan oleh E. Fiedler. Model ini menjelaskan bahwa pemimpin akan berhasil
menjalankan kepemimpinannya apabila menerapkan gaya kepemimpinan yang berbeda dalam
menghadapi situasi yang berbeda. Tidak ada pemimpin yang berhasil dengan hanya menerapkan satu
macam gaya untuk segala situasi.
2. Model 3 Dimensi Kepemimpinan (Reddin)
Model 3 Dimensi Kepemimpinan atau yang juga dikenal dengan sebutan 3-D model karena
menghubungkan tiga kelompok gaya kepemimpinan, yaitu:
a. Kelompok gaya dasar, terdiri dari gaya pemisah, pengabdi, penghubung, dan terpadu.
b. Kelompok gaya efektif, terdiri dari gaya birokrat, otokrat bijak, pengembang, dan eksekutif.
c. Kelompok gaya tak efektif, terdiri dari gaya pelari, otokrat, penganjur, dan kompromis.
3. Model Kontinum Kepemimpinan (Tannenbaum dan Schmidt)
Model ini berpendapat bahwa ada tiga factor yang harus dipertimbangkan oleh pemimpin dalam memilh
gaya kepemimpinan yang akan dilakukan. Ketiga factor tersebut, yaitu:
a. Kekuatan pimpinan, misalnya latar belakang pendidikan, pengetahuan, latar belakang kehidupan
pribadi, pengalaman, kecerdasan, dsb.
6. b. Kekuatan bawahan, hal ini menyebabkan pimpinan memilih gaya demokratis apabila bawahan
sangat membutuhkan ketidaktergantungan dan kebebasan bertindak, ingin memiliki tanggung jawab
dalam pembuatan keputusan.
c. Kekuatan situasi, hal ini mempengaruhi pemilihan gaya kepemimpinan seperti suasana organisasi,
tekanan waktu, kelompok kerja khusus, dan faktor lingkungan lainnya.
4. Model Kontinum Kepemimpinan Berdasarkan Banyaknya Peran Serta Bawahan dalam Pembuatan
Keputusan (Vroom-Yetton)
Dalam model ini terdapat dua macam kondisi utama yang dapat dijadikan dasar bagi pemimpin untuk
mengikutsertakan bawahan atau tidak mengikutsertakan bawahan dalam pembuatan keputusan, antara
lain :
a. Tingkat efektivitas teknis diantara para bawahan
b. Tingkat motivasi serta dukungan para bawahan
5. Model Kontingensi Lima Faktor (Farris)
Dalam model ini, pengaruh terhadap perilaku pemimpin dapat datang dari pemimpin itu sendiri atau dari
bawahan dan dapat disalurkan secara berbeda antara kedua pihak tersebut. Ketepatan jenis perilaku
pemimpin tergantung pada 5 faktor, yaitu:
a. Wewenang pengawasan terhadap masalah yang ada
b. Wewenang anggota kelompok terhadap masalah
c. Pentingnya penerimaan dari pemberian keputusan terhadap pimpinan
d. Pentingnya penerimaan keputusan terhadap anggota kelompok
e. Tekanan waktu
6. Model Kepemimpinan Dinamika Kelompok (Dorwin Cartwright & Alvin Zander)
Menurut model ini, terdapat dua macam perilaku kepemimpinan, yaitu :
a. Pencapaian beberapa sasaran kelompok khusus, identik dengan perilaku pemimpin yang
mengutamakan tugas.
b. Pemeliharaan dan penguatan kelompok itu sendiri, identik dengan perilaku pemimpin yang
mengutamakan hubungan antar orang.
7. Model Kepemimpinan “path-goal” (Evans dan House)
7. Pendekatan model kepemimpinan “path-goal” berdasarkan pada model pengharapan yang menyatakan
bahwa motivasi individu berdasarkan pada pengharapannya atas imbalan yang menarik. Pendekatan ini
menitikberatkan pada pemimpin sebagai sumber imbalan dan mencoba memprediksi bagaimana
perbedaan tipe imbalan dan perbedaan gaya kepemimpinan mempengaruhi motivasi, prestasi, dan
kepuasan bawahan.
8. Model Kepemimpinan “Vertical Dyad Linkage” (Graen)
Model kepemimpinan “Vertical Dyad Linkage” ini disebut juga dengan model “Vertical Dyadic
Theory” oleh Martin J. Gannon. Model kepemimpinan jenis ini menitikberatkan pada “dyad” yaitu
hubungan antara pemimpin dengan tiap bawahannya secara bebas. Pendekatan ini berusaha
memanfaatkan kelebihan ataupun kekurangan yang ada pada tiap bawahan. Tiap pemimpin harus
memperhatikan perbedaan-perbedaan yang ada pada bawahannya.
9. Model Kepemimpinan Sistem (Bass)
Model Kepemimpinan Sistem terdiri dari:
1. Input
a. Organisasi yang meliputi batasan, kehangatan, kejelasan, entrope, dan lingkungan luar.
b. Kelompok kerja yang meliputi pertentangan didalam, saling tergantung, dan tanggung jawab pada
kelompok.
c. Tugas yang meliputi umpan balik, rutin, memilih kesempatan, kerumitan, ciri-ciri manajerial.
d. Kepribadian bawahan yang meliputi kerjasama, kekuasaan, otoriter, dan memusatkan perhatian
dan pikiran pada diri sendiri.
2. Hubungan
a. Pembagian kekuasaan antara pimpinan dan bawahan
b. Penyebaran informasi antara atasan dan bawahan
c. Struktur ketat dan struktur longgar
d. Tujuan jangka pendek dan jangka panjang
3. Perilaku Pemimpin
a. Direktif, pemimpin memberitahukan kepada bawahannya apa yang mereka inginkan.
8. b. Manipulatif, pemimpin berbaik hati pada bawahan, merubah perilaku untuk memastikan
kesempatan, keyakinan, harapan, membuat mereka berlomba satu sama lain, menentukan kembali
tugas-tugas untuk menyeimbangkan beban kerja.
c. Konsultatif, pemimpin terus terang dan memberi kesempatan bertanya, mendengarkan bawahan,
mencoba ide mereka, memberikan perhatian kemajuan pada perubahan.
d. Partisipatif, pemimpin membuat keputusan bersama, menyusun pertemuan, memasukan saran
kelompok ke dalam operasi, memperlakukan bawahan sama, mudah didekati dan bersahabat.
e. Delegatif, pemimpin menunjukkan kepercayaan pada bawahan, memberikan kebebasan kepada
bawahan untuk mengikuti arah mereka sendiri, mengizinkan mereka membuat keputusan sendiri.
4. Output
a. Prestasi
b. Kepuasan yang meliputi pekerjaan dan pengawas
10. Model Kepemimpinan Situasional (Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard)
Dalam model ini, berdasarkan pendekatan situasional tiada satu jalan terbaik untuk mempengaruhi
seseorang atau tiada satu jalan terbaik untuk memimpin. Pendekatan berdasarkan atas hubungan antara
perilaku tugas, perilaku hubungan, serta tingkat kematangan bawahan. Kepemimpinan situasional
berdasarkan saling pengaruh antara:
1. sejumlah petunjuk dan pengarahan (perilaku tugas) yang pemimpin berikan
2. sejumlah pendukungan emosional (perilaku hubungan) yang pemimpin berikan
3. tingkat kematangan yang ditunjukan oleh bawahan dalam melaksanakan tugas khusus, fungsi,
atau sasaran.
2. Hubungan
a. Pembagian kekuasaan antara pimpinan dan bawahan
b. Penyebaran informasi antara atasan dan bawahan
c. Struktur ketat dan struktur longgar
d. Tujuan jangka pendek dan jangka panjang
3. Perilaku Pemimpin
a. Direktif, pemimpin memberitahukan kepada bawahannya apa yang mereka inginkan.
9. b. Manipulatif, pemimpin berbaik hati pada bawahan, merubah perilaku untuk memastikan
kesempatan, keyakinan, harapan, membuat mereka berlomba satu sama lain, menentukan kembali
tugas-tugas untuk menyeimbangkan beban kerja.
c. Konsultatif, pemimpin terus terang dan memberi kesempatan bertanya, mendengarkan bawahan,
mencoba ide mereka, memberikan perhatian kemajuan pada perubahan.
d. Partisipatif, pemimpin membuat keputusan bersama, menyusun pertemuan, memasukan saran
kelompok ke dalam operasi, memperlakukan bawahan sama, mudah didekati dan bersahabat.
e. Delegatif, pemimpin menunjukkan kepercayaan pada bawahan, memberikan kebebasan kepada
bawahan untuk mengikuti arah mereka sendiri, mengizinkan mereka membuat keputusan sendiri.
4. Output
a. Prestasi
b. Kepuasan yang meliputi pekerjaan dan pengawas
5. Wewenang Pemimpin
Wewenang Resmi ( Formal Authority )
Wewenang resmi adalah wewenang yang sah dan legal yang dimiliki seorang pemimpin, kerena
kedudukannya dalam suatu perusahaan. Dengan wewenang resmi pemimpin dapat memerintah.
Memotivasi dan mempengaruhi tingkah laku bawahannya. Wewenang ini dapat didelegasikan pada
bawahan.
Kewibawaan ( Personality Authority )
Kewibawaan adalah wewenang yang didapat karena wibawa yang dimiliki seorang pemimpin. Bisa
karena kecakapannya, pendidikan, kepribadian, kharisma, sehingga ia bisa mempengaruhi bawahannya.
Pemimpin yang efektif pada umumnya memiliki kemampuan komunikasi yang efektif,
sehingga sedikit banyak akan mampu merangsang partisipasi orang-orang yang dipimpinnya. Dia juga
harus piawai dalam melakukan komunikasi baik komunikasi verbal maupun non verbal. Komunikasi
verbal yang baik dapat dilakukan dengan menggunakan tutur kata yang ramah, sopan,dan lembut.
Komunikasi non verbal dapat dilakukan dengan mengkomunikasikan konsep-konsep yang abstrak
misalnya kebenaran, keadilan, etika, dan agama secara non verbal misal menggunakan bahasa tubuh.
6. Fungsi Komunikasi Kepemimpinan
Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, komunikasi dalam organisasi
atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu:
10. 1. Fungsi informatif
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information-processing
system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi
yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota
organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti, informasi pada dasarnya dibutuhkan
oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam
tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna
mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan
informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya.
2. Fungsi Regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada
semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini, yaitu:
· Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki
kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Disamping itu mereka juga
mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur organisasi
kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas (position of authority) supaya perintah-perintahnya
dilaksanakan sebagaimana semestinya.
· Berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada
kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan-peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan
tidak boleh untuk dilaksanakan.
3. Fungsi Persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai
dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk
mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela
oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering
memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.
4. Fungsi Integratif
Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan
tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam
organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi
informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun
11. kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang
lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.
Bagaimana perilaku orang-orang dalam suatu organisasi ketika mereka melaksanakan tindak berbagi
informasi dan gagasan. Untuk itu kita perlu memahami style atau gaya seseorang ketika ia
berkomunikasi. Gaya komunikasi (communication style) didefinisikan sebagai seperangkat perilaku
antarpribadi yang terspesialisasi yang digunakan dalam suatu situasi tertentu(a specialized set of
interpersonal behaviors that are used in a given situation). Masing-masing gaya komunikasi terdiri dari
sekumpulan perilaku komunikasi yang dipakai untuk mendapatkan respon atau tanggapan tertentu dalam
situasi yang tertentu pula. Kesesuaian dari satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada
maksud dari pengirim (sender) dan harapan dari penerima (receiver).
Mengimplementasikan Komunikasi kepemimpinan yang baik pada Perusahaan
1. Teliti tujuan sebenarnya dalam setiap berkomunikasi
2. Pertimbangkan keadaan fisik dan fisikhis orang lain dalam berkomunikasi
3. Konsultasikan dengan berbagai pihak setiap proses manejemen mulai dari merencanakan sampai
evaluasi.
4. Perhatikan tekanan nada dan eksperesi wajah sesuai dengan isi pesan yang disampaikan.
5. Perhatikan konsistensi dalam berkomunikasi
6. Menjadi pendengar yang baik dalam berkomunikasi.
7. Memastikan tiap anggota organisasi bisa mengerjakan tugasnya dengan baik
Daftar Pustaka :
Veithzal Rivai, dkk., Pemimpin dan Kepemimpin dalam Organisasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo,
Persada 2014), him 3.
Imam Moedjiono,”Kepemimpinan dan Keorganisasian”(Yogyakarta:UII Press,2002),hal165
Moedjiono Imam. 2002. Kepemimpinan dan Keorganisasian. (Yogyakarta : UII. Press.
Effendy, Onong Uchjana, Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya