Komunikasi kepemimpinan adalah proses komunikasi pemimpin kepada bawahan untuk mempengaruhi mereka mencapai tujuan organisasi. Terdapat dua gaya kepemimpinan utama yaitu transformasional yang memberdayakan dan inspirasi serta transaksional yang berbasis reward dan hukuman. Gaya kepemimpinan bermanfaat untuk meningkatkan motivasi kerja dan kinerja bawahan.
bahwa kepemimpinan adalah kemampuan dan kesiapan seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, mengarahkan dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
Kewirausahaan,Alfina Rolitasari, Hapzi Ali, Komunikasi dan mengetahui model k...AlfinaRltsr
kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok. Dan satu hal yang perlu diingat bahwa kepemimpinan tidak harus dibatasi oleh aturan-aturan atau tata karma birokrasi. Kepemimpinan bisa terjadi dimana saja, asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya mempengaruhi perilaku orang lain kearah tercapainya suatu tujuan tertentu.
bahwa kepemimpinan adalah kemampuan dan kesiapan seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, mengarahkan dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
Kewirausahaan,Alfina Rolitasari, Hapzi Ali, Komunikasi dan mengetahui model k...AlfinaRltsr
kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok. Dan satu hal yang perlu diingat bahwa kepemimpinan tidak harus dibatasi oleh aturan-aturan atau tata karma birokrasi. Kepemimpinan bisa terjadi dimana saja, asalkan seseorang menunjukkan kemampuannya mempengaruhi perilaku orang lain kearah tercapainya suatu tujuan tertentu.
Kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
14, KWH, Nelda Ratna Pratiwi, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Permodalan, BEP dan N...nelda pratiwi
Dengan ini, Saya Nelda Ratna P. membuat artikel berjudul "Pemodalan, BEP dan NPV" untuk memenuhi Tugas 14 - Kewirausahaan 1 dengan Dosen Pengampu Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA., Universitas Mercu Buana , 2018.
12, KWH, Nelda Ratna Pratiwi, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Manajemen Pemasaran, ...nelda pratiwi
Dengan ini, Saya Nelda Ratna P. membuat artikel berjudul "Manajemen Pemasaran" untuk memenuhi Tugas 12 - Kewirausahaan 1 dengan Dosen Pengampu Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA., Universitas Mercu Buana , 2018.
11, KWH, Nelda Ratna Pratiwi, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, MSDM, Manajemen Opera...nelda pratiwi
Dengan ini, Saya Nelda Ratna P. membuat artikel berjudul "Manajemen Sumber Daya Manusia, Manajemen Operasi dan Produksi" untuk memenuhi Tugas 11 - Kewirausahaan 1 dengan Dosen Pengampu Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA., Universitas Mercu Buana , 2018.
10, KWH, Nelda Ratna Pratiwi, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Manajemen Fungsional,...nelda pratiwi
Dengan ini, Saya Nelda Ratna P. membuat artikel berjudul "Manajemen Fungsional" untuk memenuhi Tugas 10 - Kewirausahaan 1 dengan Dosen Pengampu Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA., Universitas Mercu Buana , 2018.
8, KWH, Nelda Ratna Pratiwi, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Dasar Manajemen dan Fu...nelda pratiwi
Dengan ini, Saya Nelda Ratna P. membuat artikel berjudul "8, Kewirausahaan 1 dengan Dosen Pengampu Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA.,Dasar Manajemen dan Fungsi Manajemen dalam Organisasi Bisnis, Universitas Mercu Buana, 2018
5, KWH, Nelda Ratna Pratiwi, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Model Bisnis Konvensio...nelda pratiwi
Dengan ini, Saya Nelda Ratna P. membuat artikel berjudul "5, Kewirausahaan 1 dengan Dosen Pengampu Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA.,Model Bisnis Konvensional, Waralaba dan E-commerce, Universitas Mercu Buana, 2018.
4, KWH, Nelda Ratna Pratiwi, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Berfikir Kreativitas da...nelda pratiwi
Dengan ini, Saya Nelda Ratna P. membuat artikel berjudul "4, Kewirausahaan 1 dengan Dosen Pengampu Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA.,Berfikir Kreatifitas dan Inovasi, Universitas Mercu Buana, 2018.
3, KWH, Nelda Ratna Pratiwi, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Pola Pikir dan Motivas...nelda pratiwi
Dengan ini, Saya Nelda Ratna P. membuat artikel berjudul "3, Kewirausahaan 1 dengan Dosen Pengampu Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA.,Pola Pikir dan Motivasi Berprestasi, Universitas Mercu Buana, 2018.
1, Kewirausahaan, Nelda Ratna Pratiwi, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Pemahaman Ke...nelda pratiwi
Dengan ini, Saya Nelda Ratna P. membuat artikel berjudul "Kewirausahaan: Meningkatkan Ekonomi Nasional" untuk memenuhi Tugas 1 - Kewirausahaan 1 dengan Dosen Pengampu Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA., Universitas Mercu Buana , 2018.
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfNur afiyah
Pembelajaran landasan pendidikan yang membahas tentang profesionalisasi pendidikan. Semoga dengan adanya materi ini dapat memudahkan kita untuk memahami dengan baik serta menambah pengetahuan kita tentang profesionalisasi pendidikan.
6, KWH, Nelda Ratna Pratiwi, Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA, Komunikasi dab Gaya Kepemimpinan, Universitas Mercu Buana, 2018
1. K
E
OMUNIK
Un
Mata K
Dosen
Ne
FA
JURU
TUGA
EXECUTI
KASI DAN
ntuk Memen
Kuliah Kew
Pengampu P
elda Ratna P
AKULTAS I
USAN MARK
JA
AS INDIVIDU
IVE SUM
N GAYA K
nuhi Salah S
wirausahaan
Prof. Dr. Ha
Oleh:
Pratiwi (4431
ILMU KOM
KETING KO
AKARTA
2018
U
MARRY
KEPEMIM
Satu Tugas
1 (2A4164E
apzi Ali, CM
173120020)
MUNIKASI
OMUNIKA
MPINAN
EL)
MA.
ASI
2. ABSTRAK
Gaya kepemimpinan merupakan salah satu cara yang di lakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan
motivasi kerja karyawan ,perusahaan tidak mungkin mencapai tujuan dengan baik apabila karyawan
tidak mendapatkan gaya kepemimpinan yang baik.Gaya kepemimpinan dapat terwujud dengan adanya
kerjasama yang baik antara pemimpin dengan karyawan.Oleh karena itu ,perusahaan harus dapat
meningkatkan sebuah aturan yang dapat meningkatkan motivasi kerja karyawan,dengan adanya aturan
yang di tetapkan,dengan adanya aturan dan gaya kepemimpinan yang baik karyawan akan mentaati
peraturan yang di tetapkan,karyawan akan mentaati peraturan dan tidak melakukan kegiatan di luar
aktivitas pekerjaan nya,sehingga dengan ada nya gaya kepemimpinan dapat meningkatkan motivasi
kerja..
Kata kunci : Komunikasi, Gaya Kepemimpinan, Komunikai Kepemimpinan
3. PENDAHULUAN
Terjadinya perubahan dalam sistem organisasi serta paradigma dalam organisasi dan
kepemimpinan telah mendorong isu kepemimpinan dan komunikasi sebagai salah satu faktor
yang penting untuk dikembangkan. Kemampuan untuk melakukan advokasi, komunikasi dan
mobilisasi orang menjadi sangat penting untuk dikuasai oleh para pemimpin.
Pemimpin adalah Seseorang yang membantu orang lain untuk memperoleh hasilhasil yang
diinginkan. Pemimpin bertindak dengan cara-cara yang memperlancar produktivitas, moral
terpuji, respons yang bersemangat, kerja berkualitas, komitmen yang jelas dan tegas, efisien
dalam bertindak, sedikit kelemahan, kepuasan, kehadiran, dan kesinambungan dalam organisasi.
Kepemimpinan diwujudkan melalui gaya komunikasi (coomunication style) atau cara melakukan
relasi dengan orang lain yang konsisten. Konsepsi gaya menunjukkan bahwa kita berurusan
dengan kombinasi bahasa dan tindakan, yang nampak menggambarkan suatu pola yang
konsisten. Gaya komunikasi yang dapat digunakan seseorang untuk membantu orang lainnya
mencapai hasil yang diinginkan.
PERMASALAHAN
1. Apa yang itu komunikasi?
2. Apa itu komunikasi kepemimpinan?
3. Apa itu gaya kepemimpinan?
4. Manfaat dari gaya kepemimpinan?
4. PEMBAHASAN
Komunikasi
Komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin
communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya
adalah sama makna. Hal yang senada diungkapkan oleh Hafied Cangara, komunikasi berpangkal
pada perkataan Latin communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun
kebersamaan antara dua orang atau lebih.
Secara terminologi, para ahli komunikasi memberikan pengertian komunikasi menurut
sudut pandang dan pendapat mereka masing-masing diantaranya: Danil Vardiasnyah
mengungkapkan beberapa definisi komunikasi secara istilah yang dikemukakan para ahli :1
1. Jenis & Kelly menyebutkan “Komunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang
(komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan
mengubah atau membentuk perilaku orang lainnya (khalayak)”.
2. Berelson & Stainer “Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan,
emosi, keahlian, dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-
gambar, angka-angka, dan lainlain”
3. Gode “Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula yang
dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki dua orang atau lebih”
4. Brandlun “Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa
ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego”
5. Resuch “Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dengan bagian
lainnya dalam kehidupan”
6. Weaver “Komunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat
mempengaruhi pikiran orang lainnya”
Selain itu Deddy Mulyana juga memberikan beberapa definisi komunikasi secara istilah
yang dikemukakan beberapa pendapat para ahli antara lain :2
1. Theodore M.Newcomb, “Komunikasi merupakan setiap tindakan komunikasi dipandang
sebagai suatu transmisi informasi, terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber
kepada penerima.”
5. 2. Carl.I.Hovland, “Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator)
menyampaikan rangsangan (biasanya lambanglambang verbal) untuk mengubah prilaku
orang lain (komunikate).”
3. Gerald R.Miller, “Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan suatu
penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.”
4. Everett M.Rogers, “Komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber
kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk merubah tingkah laku mereka.”
5. Raymond S.Ross, “Komunikasi (internasional) adalah suatu proses menyortir, memilih dan
mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar
membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan
komunikator.”
6. Mary B. Cassata dan Molefi K. Asante, “(Komunikasi adalah) transmisi informasi dengan
tujuan mempengaruhi khalayak”
7. Harold Laswell, “(cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut) Who says what and with channel to whom with
what effect? atau siapa yang mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan
pengaruh bagaimana.
Komunikasi kepemimpinan adalah proses komunikasi yang dilakukan pemimpin (sebagai
komunikator) kepada bawahan organisasinya (sebagai komunikan). Dalam penerapannya,
pemimpin dapat menggunakan berbagai macam jenis komunikasi kepemimpinan sesuai dengan
gaya masing masing yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Jenis komunikasi kepemimpinan atau
gaya komunikasi kepemimpinan wajib dimiliki oleh seorang pemimpin. Gaya komunikasi
kepemimpinan ini harus digunakan pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya untuk
mencapai target organisasi.
Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan sendiri terbagi menjadi dua yaitu:
a. Transformasional
Pillai (2003) mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional memiliki karakteristik
penting yaitu: menampilkan karakteristik yang menunjukkan perilaku karismatik, memunculkan
motivasi inspirasional, memberikan stimulasi intelektual dan memperlakukan karyawan dengan
memberi perhatian terhadap individu.3
6. Bass dan Avolio (1993), mengemukan bahwa faktor-faktor gaya kepemimpinan transformasional
adalah sebagai berikut:4
1. Idealized influence
2. Inspirational motivation
3. Intellecctual simulation
4. Individual consideration
b. Transaksional
Kepemimpinan transaksional menurut Burns (1978) adalah kepemimpinan yang memotivasi
bawahan atau pengikut dengan minat-minat pribadinya. Kepemimpinan transaksional juga
melibatkan nilai-nilai akan tetapi nilai-nilai itu relevan sebatas proses pertukaran (exchange
process), tidak langsung menyentuh substansi perubahan yang dikehendaki.5
Pada hubungan transaksional, pemimpin menjanjikan dan memberikan penghargaan kepada
bawahannya yang berkinerja baik, serta mengancam dan mendisiplinkan bawahannya yang
berkinerja buruk. Kepemimpinan transaksional menurut Bass memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1. Contigent reward
2. Management by exception
Pada dasarnya di dalam setiap gaya kepemimpinan terdapat 2 unsur utama, yaitu unsur
pengarahan (directive behavior) dan unsur bantuan (supporting behavior). Sedangkan
berdasarkan kepribadian maka gaya kepemimpinan dibedakan menjadi (Robert Albanese, David
D. Van Fleet, 1994) :
1. Gaya Kepemimpinan Kharismatis
Gaya kepemimpinan kharismatis adalah gaya kepemimpinan yang mampu menarik atensi
banyak orang, karena berbagai faktor yang dimiliki oleh seorang pemimpin yang merupakan
anugerah dari Tuhan. Kepribadian dasar pemimpin model ini adalah kuning. Kelebihan gaya
kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik orang. Mereka terpesona dengan cara
berbicaranya yang membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin dengan kepribadian kuning ini
visionaris. Mereka sangat menyenangi perubahan dan tantangan. Namun, kelemahan terbesar
tipe kepemimpinan model ini bisa saya analogikan dengan peribahasa “ Tong Kosong Nyaring
Bunyinya ”. Mereka mampu menarik orang untuk datang kepada mereka. Setelah beberapa lama,
orang – orang yang datang ini akan kecewa karena ketidak-konsistenan pemimpin tersebut. Apa
7. yang diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta pertanggungjawabannya, si pemimpin
akan memberikan alasan, permintaan maaf dan janji. Gaya kepemimpinan kharismatis bisa
efektif jika :
a. Mereka belajar untuk berkomitmen, sekalipun seringkali mereka akan gagal.
b. Mereka menempatkan orang-orang untuk menutupi kelemahan mereka, dimana kepribadian
ini berantakan dan tidak sistematis.
2. Gaya Kepemimpinan Otoriter
Gaya kepemimpinan otoriter adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan
kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung
jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya
melaksanakan tugas yang telah diberikan. Dalam gaya kepemimpinan otoriter, pemimpin
mengendalikan semua aspek kegiatan. Pemimpin memberitahukan sasaran apa saja yang ingin
dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut, baik itu sasaran utama maupun sasaran
minornya.
Pemimpin yang menjalankan gaya kepemimpinan ini juga berperan sebagai pengawas terhadap
semua aktivitas anggotanya dan pemberi jalan keluar bila anggota mengalami masalah. Dengan
kata lain, anggota tidak perlu pusing memikirkan apappun. Anggota cukup melaksanakan apa
yang diputuskan pemimpin.
Kepribadian dasar pemimpin model ini adalah merah. Kelebihan model kepemimpinan otoriter
ini ada pada pencapaian prestasinya. Tidak ada satupun tembok yang mampu menghalangi
langkah pemimpin ini. Ketika dia memutuskan suatu tujuan, itu adalah harga mati, tidak ada
alasan, yang ada adalah hasil. Langkah - langkahnya penuh perhitungan dan sistematis. Dingin
dan sedikit kejam adalah kelemahan pemimpin dengan kepribadian merah ini. Mereka sangat
mementingkan tujuan, sehingga tidak pernah peduli dengan cara. Makan atau dimakan adalah
prinsip hidupnya. Gaya kepemimpinan ini menganggap bahwa semua orang adalah musuh, entah
itu bawahannya atau rekan kerjanya. Gaya kepemimpinan otoriter ini kadang kala menekankan
kepada bawahannya supaya tidak menjadi ancaman, dengan kedisiplinan yang tidak masuk akal
atau dengan target yang tak mungkin dicapai. Gaya kepemimpinan otoriter ini bisa efektif bila
ada keseimbangan antara disiplin yang diberlakukan kepada bawahan serta ada kompromi
terhadap bawahan.
8. 3. Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas
kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu
tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi
tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya. Kepribadian dasar pemimpin model ini
adalah putih.
Pada gaya kepemimpinan demokrasi, anggota memiliki peranan yang lebih besar. Pada
kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya menunjukkan sasaran yang ingin dicapai saja,
tentang cara untuk mencapai sasaran tersebut, anggota yang menentukan. Selain itu, anggota
juga diberi keleluasaan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Kelebihan gaya kepemimpinan demokratis ini ada di penempatan perspektifnya. Banyak orang
seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi keuntungan dirinya. Sisanya, melihat dari sisi
keuntungan lawannya. Hanya pemimpin dengan kepribadian putih ini yang bisa melihat kedua
sisi, dengan jelas. Apa yang menguntungkan dirinya, dan juga menguntungkan lawannya. Dalam
bahasa sederhana, seorang pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan jenis ini merupakan
diplomator yang ulung, atau win-win solution. Kesabaran dan kepasifan adalah kelemahan
pemimpin dengan gaya demokratis ini. Umumnya, mereka sangat sabar dan sanggup menerima
tekanan. Namun kesabarannya ini bisa sangat – sangat keterlaluan. Mereka bisa menerima
perlakuan yang tidak menyengangkan tersebut, tetapi pengikut-pengikutnya tidak. Dan seringkali
hal inilah yang membuat para pengikutnya meninggalkan si pemimpin. Gaya kepemimpinan
demokratis ini akan efektif bila :
a. Pemimpin mau berjuang untuk berubah ke arah yang lebih
b. Punya semangat bahwa hidup ini tidak selalu win-win solution, ada kalanya terjadi win-loss
solution. Pemimpin harus mengupayakan agar dia tidak selalu kalah, tetapi ada kalanya
menjadi pemenang.
4. Gaya Kepemimpinan Moralis
Gaya kepemimpinan moralis adalah gaya kepemimpinan yang paling menghargai bawahannya.
Kepribadian dasar pemimpin model ini adalah biru. Biasanya seorang pemimpin bergaya moralis
sifatnya hangat dan sopan kepada semua orang. Pemimpin bergaya moralis pada dasarnya
9. memiliki empati yang tinggi terhadap permasalahan para bawahannya. Segala bentuk kebajikan
ada dalam diri pemimpin ini. Orang – orang datang karena kehangatannya akan terlepas dari
segala kekurangannya. Pemimpin bergaya moralis adalah sangat emosinal. Dia sangat tidak
stabil, kadang bisa tampak sedih dan mengerikan, kadang pula bisa sangat menyenangkan dan
bersahabat. Gaya kepemimpinan moralis ini efektif bila :
a. Keberhasilan seorang pemimpin moralis dalam mengatasi kelabilan emosionalnya seringkali
menjadi perjuangan seumur hidupnya.
b. Belajar mempercayai orang lain atau membiarkan melakukan dengan cara mereka, bukan
dengan cara anda.
Teori komunikasi kepemimpinan ini banyak digunakan untuk menganalisis pengaruh
gaya komunikasi kepemimpinan terhadap perubahan kinerja dari pegawai atau bawahannya.
Dalam teori Likert Likert (dalam O'Hair, Friedrich & Dixon, 2005, h.152-153), komunikasi
kepemimpinan dibedakan oleh 4 hal berikut:
a. Gaya Penguasa Mutlak atau Authoritarian
Dalam jenis sistem 1 Likert ini, pemimpin dideskripsikan memiliki sifat yang otoriter,
berfokus pada tugas semata dan sangat terstruktur. Bagi pemimpin jenis ini, hubungan
interpersonal antar pemimpin dan bawahan atau antar bawahan dianggap tidak penting
dan tidak mempengaruhi kinerja dari pegawai. Pemimpin di tipe 1 ini tidak akan
memberikan kepercayaan yang besar kepada bawahannya.
Pemimpin ini juga tidak akan melibatnya pegawai lain dalam mengambil keputusan. Bagi
pegawai, mereka akan merasa takut dan selalu terintimidasi dalam melakukan kerja.
Komunikasi kepemimpinan yang terjadi dalam sistem 1 ini hanya terjadi satu arah yakni
komunikasi dari atasan ke bawahan. Komunikasi jenis ini berdasarkan pada struktur
organisasi dan kepemimpina.
b. Gaya Penguasa Semi Mutlak atau Benevolent Authoritative
Pemimpin dengan gaya kepemimpinan seperti ini masih memiliki sifat otoritarian namun
sudah mulai terbuka dan memberikan kepercayaan pada bawahannya. Dalam sistem 2 ini,
pemimpin memiliki sifat task oriented namun menjalankan fungsi controlling untuk
mengawasi kinerja pegawainya. Gaya kepemimpinan ini juga sering disebut sebagai
sistem controlling.
10. Di sistem ini, bawahan sudah diberikan kepercayaan dan ruang untuk memberikan
pendapat dalam proses pengambilan keputusan. Pemimpin sudah memberikan
kesempatan untuk terjadinya komunikasi dari bawahan ke atasan, meskipun mayoritas
komunikasi yang terjadi dilakukan dari atasan ke bawahan. Komunikasi kepemimpinan
yang berlangsung pada sistem jenis ini juga masih terjadi dalam suasana formal sesuai
dengan jabatan ataupun struktur organisasi.
c. Gaya Pemimpin Penasihat atau Consultative
Pemimpin pada sistem 3 ini lebih bersifat terbuka dan sudah memberikan kepercayaan
lebih kepada bawahannya. Pemimpin tetap melakukan fungsi controlling namun dengan
proses negoisasi dan kolaborasi. Dalam sistem ini, bawahan memiliki hak dalam
mengemukakan pendapat dalam pengambilan keputusan, terutama keputusan yang
langsung berhubungan dengan tugas yang mereka kerjakan. Disini, komunikasi yang
terjadi sudah dua arah yakni dari atasan ke bawahan dan sebaliknya. Interaksi antar
pribadi sudah lebih sering dibandingkan dengan sistem 1 dan 2.
d. Gaya Kepemimpinan Partisipatif
Pemimpin dalam sistem 4 ini berkeyakinan bahwa organisasi akan berjalan lebih baik
dengan adanya partisipasi aktif dari pegawainya. Disini pemimpin sudah memiliki
kepercayaan dan keyakinan terhadap pegawainya. Pemimpin memberikan kepercayaan
kepada bawahannya untuk bisa mengambil keputusan. Komunikasi yang terjadi pun lebih
cair dengan alur atasan ke bawahan, bawahan ke atasan maupun bawahan ke bawahan.
Pemimpin juga memberikan motivasi kepada pegawainya dengan cara memberikan ruang
bagi mereka untuk berpartisipasi aktif dalam mewujudkan target organisasi. Proses
komunikasi dan pertukaran ide berlangsung dengan terbuka dari atasan ke bawahan
maupun sebaliknya.
Menurut Effendy, macam – macam gaya komunikasi yang akan kita pelajari adalah
sebagai berikut :7
1. The Controlling style
Gaya komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, ditandai dengan adanya satu kehendak
atau maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan
orang lain. Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama
11. komunikator satu arah atau one-way communications. Pihak-pihak yang memakai
controlling style of communication ini, lebih memusatkan perhatian kepada pengiriman
pesan dibanding upaya mereka untuk berharap pesan. Mereka tidak mempunyai rasa
ketertarikan dan perhatian untuk berbagi pesan. Mereka tidak mempunyai rasa
ketertarikan dan perhatian pada umpan balik, kecuali jika umpan balik atau feedback
tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi mereka. Para komunikator satu arah
tersebut tidak khawatir dengan pandangan negatif orang lain, tetapi justru berusaha
menggunakan kewenangan dan kekuasaan untuk memaksa orang lain mematuhi
pandangan-pandangannya. Pesan-pesan yag berasal dari komunikator satu arah ini, tidak
berusaha „menjual‟ gagasan agar dibicarakan bersama namun lebih pada usaha
menjelaskan kepada orang lain apa yang dilakukannya. The controlling style of
communication ini sering dipakai untuk mempersuasi orang lain supaya bekerja dan
bertindak secara efektif, dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Namun demkian, gaya
komunikasi yang bersifat mengendalikan ini, tidak jarang bernada negatif sehingga
menyebabkan orang lain memberi respons atau tanggapan yang negatif pula.
2. The Equalitarian style
Aspek penting gaya komunikasi ini ialah adanya landasan kesamaan. The equalitarian
style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus penyebaran pesan-pesan
verbal secara
lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah (two-way traffic of communication). Dalam
gaya komunikasi ini, tindak komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota
organisasi dapat mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks,
santai dan informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota
organisasi mencapai kesepakatan dan pengertian bersama.
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi yang bermakna kesamaan ini, adalah
orang-orang yang memiliki sikap kepedulian yang tinggi serta kemampuan membina
hubungan yang
baik dengan orang lain baik dalam konteks pribadi maupun dalam
lingkup hubungan kerja. The equalitarian style ini akan memudahkan tindak komunikasi
dalam organisasi, sebab gaya ini efektif dalam memelihara empati dan kerja sama,
khususnya dalam
12. situasi untuk mengambil keputusan terhadap suatu permasalahan yang kompleks. Gaya
komunikasi ini pula yang menjamin berlangsungnya tindakan share/berbagi informasi di
antara para anggota dalam suatu organisasi.
3. The Structuring style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini, ditandai dengan berlakunya arus penyebaran
pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua arah Pengirim pesan
(sender) lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk mempengaruhi orang lain
dengan jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan
prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut. Stogdill dan Coons dari The Bureau of
Business Research of Ohio State University, menemukan dimensi dari kepemimpinan
yang efektif, yang mereka beri nama Struktur Inisiasi atau Initiating Structure. Stogdill
dan Coons menjelaskan mereka bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah
orangorang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan
tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan yang muncul.
4. The Dynamic style
Gaya komunikasi yang dinamis ini memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim
pesan atau sender memahami bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan
(action-oriented). The dynamic style of communication ini sering dipakai oleh para juru
kampanye ataupun supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen atau
saleswomen). Tujuan utama gaya komunikasi yang agresif ini adalah mestimulasi atau
merangsang pekerja/karyawan untuk bekerja dengan lebih cepat dan lebih baik. Gaya
komunikasi ini cukup efektif digunakan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang
bersifat kritis, namun dengan persyaratan bahwa karyawan atau bawahan mempunyai
kemampuan yang cukup untuk mengatasi masalah yang kritis tersebut.
5. The Relinguishing style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan kesediaan untuk menerima saran, pendapat
ataupun gagasan orang lain, daripada keinginan untuk memberi perintah, meskipun
pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang
lain. Pesan-pesan dalam gaya komunikasi ini akan efektif ketika pengirim pesan atau
sender sedang bekerja sama dengan orangorang yang berpengetahuan luas,
13. berpengalaman, teliti serta bersedia untuk bertanggung jawab atas semua tugas atau
pekerjaan yang dibebankannya.
6. The Withdrawal style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah melemahnya tindak komunikasi,
artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang memakai gaya ini untuk
berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan ataupun kesulitan antar
pribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut. Dalam deskripsi yang kongkrit adalah
ketika seseorang mengatakan: “Saya tidak ingin dilibatkan dalam persoalan ini”.
Pernyataan ini bermakna bahwa ia mencoba melepaskan diri dari tanggung jawab, tetapi
juga mengindikasikan suatu keinginan untuk menghindari berkomunikasi dengan orang
lain. Oleh karena itu, gaya ini tidak layak dipakai dalam konteks komunikasi organisasi.
Gambaran umum yang diperoleh dari uraian di atas adalah bahwa the equalitarian style of
communication merupakan gaya komunikasi yang ideal. Sementara tiga gaya komunikasi
lainnya: structuring, dynamic dan relinguishing dapat digunakan secara strategis untuk
menghasilkan efek yang bermanfaat bagi organisasi. Dan dua gaya komunikasi terakhir:
controlling dan withdrawal mempunyai kecenderungan menghalangi berlangsungnya
interaksi yang bermanfaat.
Manfaat Gaya Kepemimpinan
Sebagaimana yang disebutkan sebelumnya, komunikasi kepemimpinan sangat
bermanfaat untuk diterapkan dalam ruang lingkup komunikasi organisasi. Teori
komunikasi kepemimpinan bisa menjadi acuan bagi pemimpin dalam menerapkan gaya
komunikasi kepemimpinannya dalam menjalankan organisasinya. Secara umum,
komunikasi kepemimpinan memiliki beberapa fungsi seperti fungsi informatif, fungsi
regulatif, fungsi persuasif dan fungsi integratif. Berikut adalah manfaat dari mempelajari
komunikasi kepeminpinan.
1. Meningkatkan alur informasi
Komunikasi kepemimpinan memiliki fungsi informatif yang artinya proses pertukaran
informasi atau ide antara atasan dan bawahan harus terlaksana dengan baik. Bagi atasan,
komunikasi kepemimpinan dibutuhkan agar atasan mengetahui kondisi organisasi dan
dapat menentukan kebijakan dalam organisasi. Bagi bawahan, komunikasi kepemimpinan
bermanfaat untuk memperoleh informasi seperti benefits yang didapat karyawan, izin
14. cuti, jaminan sosial & kesehatan dan informasi lainnya. (baca juga: Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Komunikasi)
2. Melancarkan regulasi
Komunikasi kepemimpinan juga berfungsi dalam menjalankan regulasi dalam perusahaan
atau organisasi. Atasan memiliki wewenang dalam mengatur alur komunikasi. Atasan
berhak memberikan instrusi kerja kepada bawahan. Dengan adanya komunikasi
kepemimpinan, proses penyampaian instruksi pekerjaan beserta regulasinya bisa berjalan
lebih baik. (baca juga: Macam-macam Komposisi Fotografi)
3. Meningkatkan fungsi persuasif
Salah satu fungsi komunikasi kepemimpinan adalah membuat pemimpin bisa
memberikan pengaruh kepada bawahannya untuk mengikuti arahan pemimpin tersebut.
Pemimpin yang baik harus memiliki kemampuan persuasif, karena dengan ini maka
bawahannya bisa bekerja lebih baik dan tidak sekadar mengerjakan instruksi kerja atasan.
(baca juga: Model Komunikasi)
4. Membuat integrasi komunikasi organisasi
Adanya sistem komunikasi kepemimpinan yang baik juga bisa memperlancar proses
komunikasi antar pegawai maupun pegawai dengan atasan dalam suatu organisasi.
Dengan mempelajari komunikasi kepemimpinan, atasan bisa menerapkan sistem maupun
sarana komunikasi yang bisa mengintegrasikan proses komunikasi di dalam organisasi.
(baca juga: Teori Komunikasi Organisasi – Pola Komunikasi Organisasi)
demikian penjelasan terkait pengertian dari komunikasi kepemimpinan. Semoga bisa
menjadi manfaat untuk menambah wawasan anda tentang jenis – jenis komunikasi.
15. DAFTAR PUSTAKA
1. Dani Vardiansyah, Filsafat Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Cet. II (Jakarta: PT
Indeks, 2008) h. 25-26.
2. Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Cet. XIV (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 68-69.
3. Pillai, R., Williams, E. A., Lowe, K. B. & Jung, D. (2003). "Personality,
Transformational Leadership, Trust, and the 2000 U.S. Presidential Election". The
Leadership Quarterly, 14(2), 161-192.
4. Bass, B. M., & Avolio, B. J. (1993). "Transformational Leadership and Organizational
Culture". Public Administration Quarterly. 17(1), 112-121.
5. Burns, J. M. (1978). Leadership, Harper & Row, New York.
6. Robert Albanese, David D. Van Fleet, 1994. Organizational Behavior: A Managerial
Viewpoint, Dryden Press, Texas
7. Effendy.O.U, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rodakarya.1992)