SlideShare a Scribd company logo
Penilaian Prestasi Kerja
Penilaian prestasi kerja adalah sebagai penyedia informasi yang sangat membantu dalam
membuat dan menerapkan keputusan-keputusan seperti promosi jabatan, peningkatan gaji,
pemutusan hubungan kerja dan transfer (Flippo, 1996:84).
Sedangkan menurut T. Hani Handoko (1995:135) penilaian prestasi adalah proses melalui
mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Dimana
kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan
balik kepada karyawan tentang pelaksanaak kerja mereka.
Manfaat Penilaian Prestasi Kerja
Penilaian prestasi kerja mempunyai dasar yang sangat penting bagi perusahaan sebagai alat
untuk mengambil keputusan bagi karyawannya. Penilaian prestasi mempunyai banyak
kegunaan di dalam suatu organisasi.
Menurut T.Hani Handoko (1995:135) terdapat sepuluh manfaat yang dapat dipetik dari
penilaian prestasi kerja tersebut sebagai berikut:
1. Perbaikan Prestasi Kerja. Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan karyawan,
manajer dan departemen personalia dapat memperbaiki kegiatan-kegiatan mereka demi
perbaikan prestasi kerja.
2. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi. Evaluasi prestasi kerja membantu para
pengambil keputusan dalam menentukan kenaikan upah, pemberian bonus dan bentuk
kompensasi lainnya.
3. Keputusan-keputusan penempatan. Promosi, transfer dan demosi biasanya didasarkan
pada prestasi kerja masa lalu atau antisipasinya. Promosi sering merupakan bentuk
penghargaan prestasi kerja masa lalu.
4. Kebutuhan-kebutuhan latihan dan pengembangan. Prestasi kerja yang jelek mungkin
menunjukkan kebutuhan latihan. Demikian juga, prestasi yang baik mungkin
mencerminkan potensi yang harus dikembangkan.
5. Perencanaan dan pengembangan karir. Umpan balik prestasi kerja seseorang
karyawan dapat mengarahkan keputusan-keputusan karir, yaitu tentang jalur karir tertentu
yang harus diteliti.
6. Penyimpangan-penyimpangan proses staffing. Prestasi kerja yang baik atau jelek
mencerminkan kekuatan atau kelemahan prosedur staffing departemen personalia.
7. Ketidakakuratan informasional. Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan
kesalahan dalam informasi analisis jabatan, rencana sdm, atau komponen-komponen
sistem informasi manajemen personalia lainya. Menggantungkan diri pada informasi yang
tidak akurat dapat mengakibatkan keputusan-keputusan personalia yang diambil menjadi
tidak tepat.
8. Kesalahan-kesalahan desain pekerjaan. Prestasi kerja yang jelek mungkin merupakan
suatu tanda kesalahan dalam desain pekerjaan. Penilaian prestasi membantu diagnose
kesalahan-kesalahan tersebut.
9. Kesempatan kerja yang adil. Penilaian prestasi kerja secara akurat akan menjamin
keputusan-keputusan penempatan internal diambil tanpa diskriminasi.
10. Tantangan-tantangan eksternal. Kadang prestasi kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor di
luar lingkungan kerja, seperti; keluarga, kesehatan, kondisi financial atau masalah-
masalah pribadi lainya. departemen personalia dimungkinkan untuk menawarkan
bantuan kepada semua karyawan yang membutuhkan.
11.Metode Penilaian Prestasi Kerja
12. Menurut Robert Bacal (2002:116), ada tiga pendekatan yang paling sering dipakai dalam
penilaian prestasi kerja karyawan:
13. a. Sistem Penilaian (rating system)
14. Sistem ini terdiri dari dua bagian, yaitu suatu daftar karakteristik, bidang, ataupun
perilaku yang akan dinilai dan sebuah skala ataupun cara lain untuk menunjukkan tingkat
kinerja dari tiap halnya.
Perusahaan yang menggunakan sistem ini bertujuan untuk menciptakan keseragaman dan
konsistensi dalam proses penilaian prestasi kerja.
konsep dasar kompensasi
A. Pengertian
Kata Manajemen Kinerja merupakan penggabungan dari kata manajemen dan kinerja.
Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengatur. Menurut George R Terry
dalam bukunya Principles of Management, Manajemen merupakan suatu proses yang
menggunakan metode ilmu dan seni untuk menerapkan fungsi-fungsi perencanaan,
pengorganisasian,pengarahan dan pengendalian pada kegiatan-kegiatan dari
sekelompokmanusia yang dilengkapi dengan sumber daya/faktor produksi untuk mencapai
tujuan yang sudah ditetapkan lebih dahulu, secara efektif dan efisien. Sedangkan menurut
John R Schermerhorn Jr dalam bukunya Management, manajemen adalah proses yang
mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian terhadap
penggunaan sumber daya yang dimiliki, baik manusiadan material untuk mencapai tujuan.
Dari beberapa definisi manajemen yang diberikan oleh para ahli, dapat disimpulkan
manajemen mencakup tiga aspek, yaitu:
a. Pertama : manajemen sebagai proses
b. Kedua : adanya tujuan yang telah ditetapkan
c. Ketiga : mencapai tujuan secara efektif dan efisien
Kata kinerjamerupakansingkatandari kinetika energikerja yangpadanannyadalambahasaInggris
adalahperformance,yangseringdiindonesiakanmenjadi kata performa.(Wirawan,2009)
Pengertian Kinerja menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut: (Veithzal Rivai dan Ahmad
Fawzi, 2005)
1. Kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian
serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta (Stolovitch and Keeps, 1992)
2. Kinerja merupakan salah satu kumpulan total dari kerja yang ada pada diri pekerja
(Griffin, 1987)
3. Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan
tugas atau pekerjaan seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan
tertentu. Kesediaan dan ketrampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan
sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana
mengerjakannya (Hersey and Blanchard, 1993)
4. Kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta
kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan
sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik (Donelly, Gibson and
Ivancevich, 1994)
5. Kinerja sebagai kualitas dan kuantitas pencapaian tugas-tugas, baik yang dilakukan oleh
individu, kelompok maupun perusahaan (Schermerhorn, Hunt and Osborn, 1991)
1. membangun harapan yang jelas serta pemahaman mengenai pekerjaan yang akan
dilakukan (Bacal, 1994).
2. Manajemen kinerja sebagai sarana untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari
organisasi, tim dan individu dengan cara memahami dan mengelola kinerja dalam suatu
kerangka tujuan, standar, dan persyaratan-persyaratan atribut yang disepakati (Armstrong,
2004).
3. Manajemen kinerja merupakan gaya manajemen yang dasarnya adalah komunikasi
terbuka antara manajer dan karyawan yang menyangkut penetapan tujuan, memberikan
umpan balik baik dari manajer kepada karyawan maupun sebaliknya (Schwartz, 1999)
Manajemen kinerja merupakan dasar dan kekuatan pendiring yang berada di belakang semua
keputusan organisasi, usaha kerja dan alokasi sumberdaya (Costello, 1994)
Dengan memperhatikan pendapat para ahli, maka dapat dirumuskan bahwa pada dasarnya
manajemen kinerja merupakan gaya manajemen dalam mengelola sumberdaya yang
berorientasi pada kinerja yang melakukan proses komunikasi secara terbuka dan
berkelanjutan dengan menciptakan visi bersama dan pendekatan strategis serta terpadu
sebagai kekuatan pendorong untuk mencapai tujuan organisasi.
B. Mengapa Manajemen Kinerja Diperlukan?
Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan organisasi. Pencapaian tujuan organisasi
menunjukkan hasil kerja/prestasi organsisasi dan menunjukkan kinerja organisasi. Hasil kerja
organisasi diperoleh dari serangkaian aktivitas yang dijalankan. Aktivitas tersebut dapat
berupa pengelolaan sumberdaya organisasi maupun proses pelaksanaan kerja yang diperlukan
untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk menjamin agar aktivitas tersebut dapat mencapai
hasil yang diharapkan, diperlukan upaya manajemen dalam pelaksanaan aktivitasnya.
Dengan demikian, hakikat manajemen kinerja adalah bagaimana mengelola seluruh kegiatan
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Manajemen kinerja bukannya memberi manfaat kepada organisasi saja tetapi juga kepada
manajer dan individu. Bagi organisasi, manfaat manajemen kinerja adalah menyesuaikan
tujuan organisasi dengan tujuan tim dan individu, memperbaiki kinerja , memotivasi pekerja,
meningkatkan komitmen, mendukung nilai-nilai inti, memperbaiki proses pelatihan dan
pengembangan, meningkatkan dasar ketrampilan, mengusahakan perbaikan dan
pengembangan berkelanjutan, mengusahakan basis perencanaan karier, membantu menahan
pekerja terampil agar tidak pindah, mendukung inisiatif kualitas total dan pelayanan
pelanggan, mendukung program perubahan budaya.
Bagi manajer, manfaat manajemen kinerja antara lain: mengupayakan klarifikasi kinerja dan
harapan perilaku, menawarkan peluang menggunakan waktu secara berkualitas, memperbaiki
kinerja tim dan individual, mengusahakan penghargaan nonfinansial pada staf, membantu
karyawan yang kinerjanya rendah, digunakan untuk mengembangkan individu, mendukung
kepemimpinan, proses motivasi dan pengembangan tim, mengusahakan kerangka kerja untuk
meninjau ulang kinerja dan tingkat kompensasi.
Bagi individu, manfaat manajemen kinerja antara lain dalam bentuk: memperjelas peran dan
tujuan, mendorong dan mendukung untuk tampil baik, membantu pengembangan
kemampuan dan kinerja, peluang menggunakan waktu secara berkualitas, dasar objektivitas
dan kejujuran untuk mengukur kinerja, dan memformulasi tujuan dan rencana perbaikan cara
bekerja dikelola dan dijalankan.
Menurut Costello (1994) manajemen kinerja mendukung tujuan menyeluruh organisasi
dengan mengaitkan pekerjaan dari setiap pekerja dan manajer pada misi keseluruhan dari unit
kerjanya. Seberapa baik kita mengelola kinerja bawahan akan secara langsung mempengaruhi
tidak saja kinerja masing-masing pekerja secara individu dan unit kerjanya, tetapi juga
kinerja seluruh organisasi.
Apabila pekerja telah memahami tentang apa yang diharapkan dari mereka dan mendapat
dukungan yang diperlukan untuk memberikan kontribusi pada organisasi secara efisien dan
produktif, pemahaman akan tujuan , harga diri dan motivasinya akan meningkat. Dengan
demikian, manajemen kinerja memerlukan kerja sama, saling pengertian dan komunikasi
secara terbuka antara atasan dan bawahan.
C. Prinsip Dasar
Terdapat 10 prinsip dasar manajemen kinerja yang dapat menjadi pondasi yang kuat bagi
kinerja organisasi.
1. Menghargai Kejujuran
2. Memberikan Pelayanan
3. Tanggung jawab
4. Dirasakan seperti bermain
5. Adanya perasaan kasihan
6. Adanya perumusan tujuan
7. Terdapat konsensus dan kerja sama
8. Sifatnya berkelanjutan
9. Terjadi komunikasi dua arah
10. Mendapatkan umpan balik
D. Proses Manajemen Kinerja
Manajemen kinerja membutuhkan berbagai masukan yang harus dikelola agar dapat saling
bersinergi dalam mencapai tujuan organisasi. Masukan tersebut berupa: sumberdaya manusia
(SDM), modal, material, peralatan dan teknologi serta metode dan mekanisme kerja.
Manajemen Kinerja memerlukan masukan berupa tersedianya kapabilitas SDM, baik sebaga
perorangan maupun tim. Kapabilitas SDM diwujudkan dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan dan kompetensi. SDM yang memiliki pengetahuan dan keterampilan
diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses kinerja maupun hasil kerja. Sedangkan
kompetensi diperlukan agar SDM mempunyai kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan
organisasi sehingga dapat memberikan kinerja terbaiknya.
Proses
Manajemen kinerja diawali dengan perencanaan tentang bagaimana merencanakan tujuan
yang diharapkan di masa yang akan datang, dan menyusun semua sumberdaya dan kegiatan
yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Pelaksanaan rencana dimonitoring dan diukur
kemajuannya dalam mencapai tujuan. Penilaian dan peninjauan kembali dilakukan untuk
mengoreksi dan menentukan langkah-langkah yang diperlukan bila terdapat deviasi terhadap
rencana. Manajemen kinerja menjalin terjadinya saling menghargai kepentingan diantara
pihak-pihak yang terlibat dalam proses kinerja. Prosedur dalam manajemen kinerja
dijalankan secara jujur untuk membatasi dampak meerugikan pada individu. Proses
manajemen kinerja dijalankan secara transparan terutama terhadap orang yang terpengaruh
oleh keputusan yang timbul dan orang mendapatkan kesempatan melalui dasar dibuatnya
suatu keputusan.
Keluaran
Keluaran merupakan hasil langsung dari kinerja organisasi, baik dalam bentuk barang
maupun jasa. Hasil kerja yang dicapai organisasi harus dibandingkan dengan tujuan yang
diharapkan . Keluaran dapat lebih besar atau lebih rendah dari tujuan yang telah ditetapkan.
Bila terdapat deviasi akan menjadi umpan balik dalam perencanaan tujuan yang akan datang
dan impelementasi kinerja yang sudah dilakukan.
Manfaat
Selain memperhatikan keluaran, manajemen kinerja juga memperhatikan manfaat dari hasil
kerja. Dampak hasil kerja dapat bersifat positif bagi organisasi, misalnya karena keberhasilan
seseorang mewujudkan prestasinya berdampak meningkatkan motivasi sehingga semakin
meningkatkan kinerja organisasi. Tetapi dampak keberhasilan sesorang dapat bersifat negatif,
jika karena keberhasilannya ia menjadi sombong yang akan membuat suasana kerja menjadi
tidak kondusif.
E. Model Manajemen Kinerja
Model Deming
Manajemen kinerja Deming menggambarkan keseluruhan proses manajemen kinerja seperti
tampak pada gambar 2 di bawah ini:
Gambar 2. Siklus Manajemen Kinerja Deming (Armstrong and Baron, 1998)
Hasil kegiatan monitoring dan review dapat menyimpulkan bahwa kemajuan telah dicapai
sesuai dengan rencana. Tetapi jika terdapat deviasi antara rencana dengan kemajuan yang
telah dicapai. Dalam keadaan demikian perlu dilakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja
agar tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai pada waktunya. Bila hal itu tidak
memungkinkan, langkah yang dapat diambil adalah dengan melakukan penyesuaian kembali
terhadap rencana dan tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Demikian seterusnya proses
Model Torrington dan Hall
Torrington dan Hall menggambarkan proses manajemen kinerja dengan merumuskan terlebih
dahulu harapan terhadap kinerja atau hasil yang diharapkan dari suatu kinerja. Kemudia,
ditentukan dukungan yang diberikan terhadap kinerja untuk mencapai tujuan. Sementara
pelaksanaan kinerja berlangsung dilakukan peninjauan kembali (review) dan penilaian
kinerja. Langkah selanjutnya melakukan pengelolaan terhadap standar kinerja. Strandar
kinerja harus dijaga agar tujuan yang diharapkan dapat dicapai. Proses manajemen kinerja
Torrington dan Hall dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini.
Siklus Manajemen Kinerja Torrington dan Hall (Armstrong and Baron, 1998)
Model Costello
Model Costello digambarkan dalam bentuk siklus seperti pada Gambar 4. Siklus dimulai
dengan melakukan persiapan perencanaan sehingga dapat dibuat suatu rencana dalam bentuk
rencana kinerja dan pengembangan. Untuk meningkatkan kinerja, diberikan coaching pada
SDM dan dilakukan pengukuran kemajuan kinerja. Peninjauan kembali selalu dilakukan
terhadap kemajuan pekerjaan dan bila diperlukan dilakukan perubahan rencana. Coaching
dan review dilakukan secara berkala dan akhir tahun dilakukan penilaian kinerja tahunan dan
dipergunakan untuk meninjau kembali pengembangan. Akhirnya, hasil penilaian tersebut
digunakan untuk mempertimbangkan penggajian dan menjadi umpan balik untuk rencana
tahun berikutnya.
Model Manajemen Kinerja Costello (Costello, 1994)
Model Armstrong dan Baron
Proses manajemen kinerja dilihat sebagai suatu rangkaian aktivitas yang dilakukan secara
berurutan agar dapat mencapai hasil yang diharapkan. Urutan manajemen kinerja oleh
Armstrong dan Baron digambarkan sbb:
1. Misi Organisasi dan Tujuan Strategis; merupakan titik awal proses manajemen kinerja.
Misi dan tujuan strategis dijadikan acuan bagi tingkatan manajemen di bawahnya.
Perumusan misi dan tujuan strategis organisasi ditujukan untuk memastikan bahwa setiap
kegiatan selanjutnya harus sejalan dengan tujuan tersebut dan diharapkan dapat
memberikan kontribusi pada prestasi.
2. Rencana dan Tujuan Bisnis dan Departemen; merupakan penjabaran dari misi
organisasi dan tujuan strategis. Pada kasus tertentu rencana dan tujuan bisnis ditetapkan
lebih dahualu, kemudian dijabarkan dan dibebankan pada departemen yang
mendukungnya. Sebaliknya, dapat juga terjadi bahwa kemampuan departemen menjadi
faktor pembatas dalam menentapkan rencana dan tujuan bisnis. Bila hal ini terjadi, tujuan
departemen ditentukan lebih dahulu.
3. Kesepakatan Kinerja (Performance Contract/Kontrak Kinerja) dan Pengembangan;
merupakan kesepakatan yang dicapai antara individu dengan manajernya tentang sasaran
dan akuntabilitasnya, biasanya dicapai pada rapat formal. Proses kesepakatan kinerja
menjadi mudah jika kedua pihak menyiapkan pertemuan dengan mengkaji ulang progres
terhadap sasaran yang disetujui. Kontrak kinerja merupakan dasar untuk
mempertimbangkan rencana yang harus dibuat untuk memperbaiki kinerja. Kontrak
kinerja juga menjadi dasar dalam melakukan penilaian terhadap kinerja bawahan.
4. Rencana Kinerja dan Pengembangan; merupakan eksplorasi bersama tentang apa yang
perlu dilakukan dan diketahui individu untuk memperbaiki kinerja dan mengembangkan
ketrampilan dan kompetensinya dan bagaimana manajer dapat memberikan dukungan dan
bimbingan yang diperlukan.
5. Tindakan Kerja dan Pengembangan; manajemen kinerja membantu orang untuk siap
bertindak sehingga mereka dapat mencapai hasil seperti yang diharapkan.
6. Monitoring dan Umpan Balik berkelanjutan; konsep terpenting dan sering berulang
adalah proses mengelola dan mengembangkan standar kinerja. Dalama hal ini dibutuhkan
sikap keterbukaan, kejujuran, bersifat positif dan terjadinya komunikasi dua arah antara
supervisor dan pekerja sepanjang tahun.
7. Review Formal dan Umpan Balik; dalam melakukan review, pimpinan memberi
kesempatan kepada bawahan untuk memberi komentar tentang kepemimpinan. Review
mencakup tentang: pencapaian sasaran, tingkat kompetensi yang dicapai, kontribusi
terhadap nilai-nilai utama, pencapaian pelaksanaan rencana, pengembangan pribadi,
pertimbangan tentang masa depan, perasaan dan aspirasi tentang pekerjaan, dan komentar
terhadap dukungan manajer. Hasil review menjadi umpan balik bagi kontrak kinerja.
8. Penilaian Kinerja Menyeluruh; penilaian dilakukan dengan melihat hasil atau prestasi
kerja. Tingkatan penilaian dapat bervariasi tergantung pada jenis organisasi dan
pekerjaan yang dilakukan.
F. Kaidah-kaidah Manajemen Kinerja
Manajemen Kinerja yang baik untuk menuju organisasi berkinerja tinggi, harus mengikuti
kaidah-kaidah berikut ini (www. RiniSatria.net, 10 Jan 2010)
1. Terdapat suatu indikator kinerja (key performance indicator) yang terukur secara
kuantitatif, serta jelas batas waktu untuk mencapainya. Tentu saja ukuran ini harus
menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi oleh organisasi tersebut. Jika pada
organisasi bisnis atau komersial, maka indikator kinerjanya adalah berbagai aspek
finansial seperti laba, pertumbuhan penjualan, lalu indikator pemasaran seperti jumlah
pelanggan, dan sebagainya. Pada organisasi pemerintahan maka ukuran kinerja tentu
berbagai bentuk pelayanan kepada masyarakat (akuntabilitas eksternal atau publik).
Semuanya harus terukur secara kuantitatif dan dimengerti oleh berbagai pihak yang
terkait, sehingga nanti pada saat evaluasi kita bisa mengetahui, apakah kinerja sudah
mencapai target atau belum. Michael Porter, seorang profesor dari Harvard Business
School mengungkapkan bahwa kita tidak bisa memanajemeni sesuatu yang tidak dapat
kita ukur. Jadi, ukuran kuantitatif itu penting. Organisasi yang tidak memiliki indikator
kinerja , biasanya tidak bisa diharapkan mampu mencapai kinerja yang memuaskan para
pihak yang berkepentingan (stakeholders).
2. Semua ukuran kinerja tersebut biasanya dituangkan ke dalam suatu bentuk kesepakatan
antara atasan dan bawahan yang sering disebut sebagai kontrak kinerja (performance
contract). Dengan adanya kontrak kinerja, maka atasan bisa menilai apakah si bawahan
sudah mencapai kinerja yang diinginkan atau belum. Kontrak kinerja ini berisikan suatu
kesepakatan antara atasan dan bawahan mengenai indikator kinerja yang ingin dicapai,
baik sasaran pancapaiannya maupun jangka waktu pencapaiannya. Ada 2 (dua) hal yang
perlu dicantumkan dalam kontrak kinerja yaitu sasaran akhir yang ingin dicapai (lag)
serta program kerja untuk mencapainya (lead). Mengapa keduanya dicantumkan ? Supaya
pada saat evaluasi nanti berbagai pihak bisa bersikap fair, tidak melihat hasil akhir
semata, melainkan juga proses kerjanya. Adakalanya seorang bawahan belum mencapai
semua hasil akhir yang ditargetkan, tetapi dia sudah melaksanakan semua program kerja
yang sudah digariskan. Tentu saja atasan tetap harus memberikan reward untuk
dedikasinya, walaupun sasaran akhir belum tercapai. Ini juga bisa menjadi basis untuk
perbaikan di masa yang akan datang (continuous improvements).
3. Terdapat suatu proses siklus manajemen kinerja yang baku dan dipatuhi untuk dikerjakan
bersama, yaitu (1) perencanaan kinerja berupa penetapan indikator kinerja, lengkap
dengan berbagai strategi dan program kerja yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang
diinginkan, lalu (2) pelaksanaan, di mana organisasi bergerak sesuai dengan rencana yang
telah dibuat, jika ada perubahan akibat adanya perkembangan baru, maka lakukanlah
perubahan tersebut, dan terakhir (3) evaluasi kinerja, yaitu menganalisis apakah realisasi
kinerja sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan dulu ? Semuanya harus serba
kuantitatif.
4. Adanya suatu sistem reward dan punishment yang bersifat konstruktif dan konsisten
dijalankan. Konsep reward ini tidak melulu bersifat finansial, melainkan juga dalam
bentuk lain, seperti promosi, kesempatan pendidikan, dan sebagainya. Reward dan
punishment diberikan setelah melihat hasil realisasi kinerja, apakah sesuai dengan
indikator kinerja yang telah direncanakan atau belum. Tentu saja ada suatu performance
appraisal atau penilaian kinerja terlebih dahulu sebelum reward dan punishment
diberikan. Hati-hati dengan pemberian punishment, karena dalam banyak hal, pembinaan
jauh lebih bermanfaat.
5. Terdapat suatu mekanisme performance appraisal atau penilaian kinerja yang relatif
obyektif, yaitu dengan melibatkan berbagai pihak. Konsep yang sangat terkenal adalah
penilaian 360 derajat, di mana penilaian kinerja dilakukan oleh atasan, rekan sekerja,
pengguna jasa, serta bawahan. Pada prinsipnya manusia itu berpikir secara subyektif,
tetapi berpikir bersama mampu mengubah sikap subyektif itu menjadi sangat mendekati
obyektif. Dengan demikian, ternyata berpikir bersama jauh lebih obyektif daripada
berpikir sendiri-sendiri. Ini adalah semangat yang ingin dibawa oleh konsep penilaian 360
derajat. Walaupun banyak kritik yang diberikan terhadap konsep ini, tetapi cukup banyak
yang menggunakannya di berbagai organisasi. Tetapi dalam penerapannya mesti hati-hati,
karena aspek kematangan organisasi (organization maturity) sangat berpengaruh di sini.
6. Terdapat suatu gaya kepemimpinan (leadership style) yang mengarah kepada
pembentukan organisasi berkinerja tinggi. Inti dari kepemimpinan seperti ini adalah
adanya suatu proses coaching, counseling, dan empowerment kepada para bawahan atau
sumber daya manusia di dalam organisasi. Satu aspek lain yang sangat penting dalam
gaya kepemimpinan adalah, sikap followership, atau menjadi pengikut. Bayangkan jika
semua orang menjadi komandan di dalam organisasi, lantas siapakah yang menjadi
pelaksana ? Bukannya kinerja tinggi yang muncul, melainkan kekacauan di dalam
organsiasi (chaos). Sejatinya, pada kondisi tertentu seseorang harus memiliki jiwa
kepemimpinan, tetapi pada situasi yang lain, dia juga harus memahami bahwa dia juga
merupakan bagian dari sebuah sistem organisasi yang lebih besar, yang harus dia ikuti..
Menerapkan konsep manajemen SDM berbasis kompetensi. Umumnya organisasi
berkinerja tinggi memiliki kamus kompetensi dan menerapkan kompetensi tersebut
kepada hal-hal penting, seperti manajemen kinerja , rekruitmen dan seleksi, pendidikan
dan pengembangan, dan promosi. Seperti yang diuraikan pada awal makalah ini,
kompetensi tersebut setidaknya mencakup 3 (tiga) hal, yaitu kompetensi inti organsiasi,
kompetensi perilaku, serta kompetensi teknikal yang spesifik terhadap pekerjaan. Jika
kompetensi ini sudah dibakukan di dalam organisasi, maka kegiatan manajemen SDM
akan menjadi lebih transparan, dan pimpinan organisasi juga dengan mudah mengetahui
kompetensi apa saja yang perlu diperbaiki untuk membawa organisasi menjadi berkinerja
tinggi.
LANGKAH-LANGKAH MERUMUSKAN KEBIJAKAN DAN
MEMBUAT SISTEM KOMPENSASI
A. Pembatasan Lingkup Masalah
Mengetahui hakekat masalah mutu SDM yang sebenarnya lewat identifikasi
penyimpangan situasi yang diinginkan adalah penting. Hal ini untuk membedakan
apakah situasi baru yang timbul memang suatu masalah atau hanya gejala
saja.Lalu dari batasan masalah ini dapat diuraikan lebih lanjut lagi dalam tahap
pencarian fakta faktor penyebabdari masalah. Misalkanmasalah yang
menyangkut kinerja karyawan yang cenderung menurun dari waktu ke waktu.
Masalah ini dapat dibatasi lagi hanya dari segi motivasi, kepuasan kerja dan
produktivitas kerja.Manajer pasti tidaklahmudah mengenal masalah mutu SDM
karena tidak jarangmasalahyang sebenarnya terjadi terselubung dalam berbagai
bentuk dan lingkup yang kurang jelas.Oleh karena itu diperlukan keahlian,
keterampilan dan pengalamanuntuk dapat mendiagnosis secara tepat dan
kemudian memikirkan cara pendekatannya.
B. Pengumpulan Data dan Analisis Data
Langkah berikutnya adalah pengumpulan data dan atau informasi. Data
dan informasi ini diperlukan manajer dalam usaha untuk mengantisipasi
keadaan dan masalah yang mungkin timbul lewat analisis data.
Data yang dikumpulkan perlu dibatasi sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
pengembangan mutu SDM. Fakta dan data yang telah terkumpul, terolahdengan
sistematis serta tersimpan hanyalahmerupakan alat.Yang lebih penting, apabila
fakta dan data tersebut diharapkan mampu menggambarkan potensi-potensi
yang sebenarnya.Dari situ dapat digambarkan kondisi dan situasi saat ini.
Dalam analisis data tersebut dapat dimunculkan pertanyaan-pertanyaan berikut
1. Situasi yang bagaimanakah yang menimbulkan masalah mutu SDM yang
pernah dihadapi? Jawaban dari pertanyaan ini akan memungkinkan fakta
/ data apa saja yang relevan atau diperlukanserta bagaimana urgensinya
bagi pendekatan masalah. Misalnya kinerja karyawan sangat terkait dengan
faktor intrinsik dan ekstrinsik karyawan.Lalu data yang dibutuhkan antara
lain faktor intrinsik berupa karakteristik (usia, pendidikan,pengalaman
kerja) , motivasi dan kepuasan kerja karyawan. Sementara faktor ekstrinsik
berupa data manajemen kompensasi, lingkungan kerja, dan manajemen
kepemimpinan.
2. Apa latar belakang timbulnya masalah mutu SDM dan masalah-masalah
lainnya yang pernah dihadapi perusahaan lain? Cara pendekatanyang
bagaimana yang pernah dibuat dan dilakukan? Siapa petugasnya? Apa
hasilnya dan faktor-faktor yang menyebabkannya? Apa persamaannya
dengan kondisi kini?
3. Apa pengaruh dan hubungan antara masalah mutu SDM yang dihadapi
kini dengan tujuan, rencana, kebijaksanaandan program bisnis dari pelaku
bisnis lainnya?
C. Identifikasi Kebutuhan
Dari analisis data manajer dapat merumuskan kebutuhan perusahaan misalnya
tentang mutu SDM. Identifikasi ini menyajikansuatu elaborasi dari model
perencanaan SDMyang telah ada. Penilaiankebutuhan khalayak mengacu kepada
penentuandan luasnya kondisi-kondisi yang diinginkan atau yang tidak
diinginkan. Identifikasi kebutuhan baik yang dirasakandan yang tidak dirasakan
ini juga tampak sebagai langkah yang paralel dari spesifikasi suatu tujuan
perencanaan mutu SDM.
D. Perumusan Tujuan
Tujuan adalah hasil yang ingin dicapai dari proses perencanaan mutu SDM.
Sasaran-sasaran khusus dapat dijabarkan dari tujuan umum dan biasanya
bersifat kuantitatif dan dapat dicapai dalam perspektif waktu tertentu.Perumusan
tujuan menyangkut berbagai segi yaitu : (a) realistis dan dapat dicapai, (b)
ditujukan pada populasi yang terbatas dalam kondisi yang tertentu, (c) adanya
kerangka waktu yang jelas, (d) dalam situasi tertentu dan (e) dapat diamati dan
diukur. Dalam perumusan tujuan tersebut, kendala-kendala yang membatasinya
perlu diperhitungkanseperti dana, SDM, perubahan produk yang diinginkan
pelanggan, dan pengetahuan teknisdalam perencanaan mutu SDM. Intinya suatu
penentuantujuan haruslah realistis. Dari perumusan ini maka kegiatan-kegiatan
apa yang akan dilakukan dapat dijabarkan.
E. Perancangan Tindakan Alternatif
Tahap ini mengacu pada pengembangan atau identifikasi dari berbagai cara untuk
mencapai tujuan. Masalah-masalah mutu yang sudah diidentifikasikan perlu
dicari cara pendekatannya.Dalam banyak cara yang berorientasi pada tujuan dan
jangka panjang, maka tindakan-tindakan yang telah lalu perlu dipertimbangkan
untuk pengembangan alternatif-alternatif baru.
F. Perkiraan Konsekuensi dari Tindakan Alternatif
Pada tahap ini manajer perlu merumuskan beberapa tindakan alternatif
berdasarkan analisis sebabakibat, dan positif negatifnya dari kemungkinan-
kemungkinanresiko yang muncul (minimum resiko). Pengaruh-pengaruhini dapat
diukur baik secara langsung (uji-coba) yaitu dalam kaitandengan peubah dari
tujuan yang akan dicapai atau secara tidak langsung yaitu dari pengaruhnya
terhadaptujuan lain. Konsekuensi-konsekuensi selalu diperkirakan dari
pengalaman-pengalamanempirisdan pengetahuan-pengetahuan yang ada tentang
gejala atau anggapan yang masuk akal.
G. Pemilihan Tindakan
Dari analisis konsekuensi tindakan alternatif manajer dapat menetapkan mana
tindakan alternatif yang kecenderungannya paling tepat untuk mencapai tujuan.
Misalnya pengembangan mutu SDM. Dalam pemilihan ini sering dilibatkan kriteria
khusus misalnya,waktu, biaya, kemudahan pelaksanaan dan persepsi
manajemen.
H. Penyusunan Rencana Kerja Operasional
Setelah tindakanalternatif diputuskan maka langkah manajer berikutnya adalah
penyusunan rencana operasional. Rencana ini merupakan uraian secara terinci
bagaimana cara kerja melaksanakantindakan alternatif tersebut, termasuk siapa
yang bertugas, dimana dan kapan akan dikerjakan. Mulailah dengan
mengidentifikasi prioritas berdasarkanisu paling penting, menetapkan output,
melibatkan orang, dan menetapkan skedul kerja termasuk batas waktu
pelaksanaankerja serta pola kordinasinya.
I. Pelaksanaan Rencana Kerja
Setelah rencana kerja dibuat maka langkah berikutnya adalah pelaksanaan
rencana kerja. Tahapini akan menjawabtujuan dari program rencana secara
operasional.Termasuk di dalamnya adalah kegiatan pengendalian dan pengarahan
pelaksanaanprogram sehingga mampu menciptakan suasana kerjasama yang
menggairahkan di antara tim pelaksana.
J. Evaluasi
Evaluasi mengacu kepada penetapan hasil-hasil nyata yang dicapai dengan
perangkat tindakan yang dipilih atau dengan rencana kerja tertentu.Dengan
evaluasi ingindiketahui sejauh mana hasil yang dicapai telahmemenuhi tujuan
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Selain itu diketahui seberapa jauh
situasi lain di sekitarnya terpengaruholeh palaksanaan program. Evaluasi dapat
dilaksanakan pada aspek proses maupun hasil, baik dalam segi teknis maupun
ekonomi dari pengembangan SDM.
K. Proses Umpan-balik
Akhirnya evaluasi menghasilkan proses umpan balik yang dituangkan dalam
proses rencana pendekatan masalahlagi. Hal demikian penting untuk mengetahui
seberapa luas tujuan pengembanganSDM telah dicapai, untuk menetapkan
apakah ada tambahan tujuan baru atau perubahan sasaran tujuan, dan untuk
mengetahui apakah ada perangkat tindakan alternatifyang baru serta masalah-
masalah apa yang telah muncul.
SURVEY BENCHMARKING KOMPENSASI
Ketika anda sedang mengerjakan suatu proses atau langkah aksi dimana baik input, proses
maupun outputnya sudah terukur dan anda mendapatkan nilainya. Hasilnya sudah sesuai jika
dibandingkan antara rencana dan aktual. Namun anda belum puas, dan menginginkan adanya
informasi bila proses ini dilakukan orang, bagian, unit, departemen atau organisasi lain,
apakah hasilnya sama, lebih baik atau bahkan lebih buruk. Untuk mengetahui informasi
tersebut anda dapat melakukan proses yang dinamakan benchmarking.
Apa itu benchmarking? apa kegunaannya? dan manfaatnya? Benchmarking adalah suatu proses yang biasa
digunakan dalammanajemen atau umumnya manajemen strategis, dimana suatu unit/bagian/organisasi
mengukurdan membandingkan kinerjanya terhadap aktivitas atau kegiatan serupa unit/bagian/organisasi lain
yang sejenis baik secara internal maupun eksternal. Dari hasil benchmarking,suatu organisasidapat
memperoleh gambaran dalam (insight)mengenai kondisi kinerja organisasisehingga dapat mengadopsi best
practice untukmeraih sasaran yang diinginkan.
Kegiatan benchmarking tidaklah harus peristiwa yang dilakukan satu kali waktu, namun bisa juga merupakan
kegiatan berkesinambungan sehingga organisasidapat memperoleh manfaat dalam meraih praktek aktifitas
organisasiyang terbaik untuk mereka.
Proses benchmarking memiliki beberapa metode. Salah satu metode yang paling terkenal dan banyak diadopsi
oleh organisasi adalah metode 12, yang diperkenalkan oleh Robert Camp, dalam bukunya The search for
industry best practicesthat lead to superior performance. Productivity Press .1989.
Langkah metode 12 terlalu luas untuk dijabarkan. Agar mudah, metode 12 tersebut bisa diringkas
menjadi 6 bagian utama yakni :
1. Identifikasi problem apa yang hendak dijadikan subyek. Bisa berupa proses, fungsi, output
dsb.
2. Identifikasi industri/organisasi/lembaga yang memiliki aktifitas/usaha serupa . Sebagai
contoh, jika anda menginginkan mengendalikan turnover karyawan sukarela di perusahaan,
carilah perusahaan-perusahaan sejenis yang memiliki informasi turnover karyawan sukarela.
3. Identifikasi industri yang menjadi pemimpin/leader di bidang usaha serupa . Anda bisa
melihat didalam asosiasi industri, survey, customer, majalah finansial yang mana industri yang
menjadi top leader di bidang sejenis.
4. Lakukan survey pada industri untuk pengukuran dan praktek yang dilakukan.Anda bisa
menggunakan survey kuantitatif atau kualitatif untuk mendapatkan data dan informasi yang
relevan sesuai problem yang diidentifikasi di langkah awal.
5. Kunjungi ’ best practice’ perusahaan untuk mengidentifikasi area kunci praktek usaha.
Beberapa perusahaan biasanya rela bertukar informasi dalam suatu konsorsium dan membagi
hasilnya didalam konsorsium tersebut.
6. Implementasikan praktek bisnis yang baru dan sudah diperbaiki prosesnya. Setelah
mendapatkan best practice perusahaan, dan mendapatkan metode/teknik cara pengelolaannya,
lakukan proyek peningkatan kinerja dan laksanakan program aksi untuk implementasinya.
Kompensasi Finansial Langsung
Pengertian Kompensasi
Kompensasi adalah total dari seluruh imbalan yang diterima para karyawan sebagai
pengganti atas layanan mereka. Tujuan umum pemberian kompensasi adalah untuk menarik,
mempertahankan, dan memotivasi para karyawan. Kompensasi dikelompokkan menjadi:
Kompensasi finansial langsung Kompensasi finansial tidak langsung Kompensasi
nonfinansial
Pengelompokan Kompensasi
Kompensasi finansial langsung meliputi bayaran diterima seseorang dalam bentuk upah, gaji,
komisi, dan bonus. Kompensasi finansial tidak langsung (tunjangan) meliputi seluruh
imbalan finansial yang tidak termasuk dalam kompensasi finansial langsung. Kompensasi
jenis ini meliputi sekumpulan besar imbalan yang biasanya diterima secara tidak langsung
oleh karyawan. Kompensasi nonfinansial meliputi kepuasan yang diterima seseorang dari
pekerjaan itu sendiri atau dari lingkungan psikologis dan/atau fisik di mana orang tersebut
bekerja.
KOMPONEN PROGRAM KOMPENSASI TOTAL
Keadilan dalam Kompensasi Finansial
Teori keadilan (equity theory) adalah teori motivasi di mana orang menilai kinerja dan sikap
mereka dengan membandingkan kontribusi mereka pada pekerjaan dan keuntungan yang
mereka peroleh dari situ dengan kontribusi dan keuntungan dari orang lain yang sebanding
(comparison others). Keadilan finansial (financial equity): Persepsi para karyawan mengenai
adil tidaknya pembayaran yang mereka terima.
Keadilan dalam Kompensasi Finansial
Keadilan eksternal (external equity): Terwujud ketika para karyawan sebuah perusahaan
menerima bayaran yang sebanding dengan para karyawan yang menjalankan jabatan yang
serupa di perusahaan-perusahaan lainnya. Survei kompensasi membantu organisasi-
organisasi menentukan sampai sejauh mana terwujud keadilan eksternal.
Keadilan dalam Kompensasi Finansial
Keadilan internal (internal equity): Terwujud ketika para karyawan menerima bayaran
menurut nilai relatif dari jabatan mereka dalam organisasi yang sama. Evaluasi jabatan adalah
adalah alat utama untuk menentukan keadilan internal. Keadilan karyawan (employee equity)
terwujud ketika orang-orang yang menjalankan jabatan yang serupa untuk perusahaan yang
sama menerima bayaran menurut faktor-faktor yang unik pada diri karyawan, seperti tingkat
kinerja atau senioritas.
Kompensasi Non Finansial
Bagi kebanyakan orang, suatu sistem imbalan berarti penghasilan berupa kompensasi
finansial yaitu gaji, upah, bonus, komisi dan hadiah. Diluar itu apapun yang diberikan oleh
pemakai tenaga kerja kepada para karyawannya dipandang sebagai tambahan atau
sampingan.
Berikut ini pendapat para ahli mengenai kompensasi non finansial, yaitu sebagai
berikut:
a.Tunjangan Hari Raya
Pemberian uang atau barang yang diberikan perusahaan atau organisasi kepada
karyawannya menjelang hari raya atau hari besar keagamaan.
b.Perumahan
Penyediaan rumah dinas, mess, atau asrama perumahan akan sangat membantu para
karyawan, terutama bagi mereka yang baru pindah dari lokasi lain, sehingga mereka dapat
bekerja dengan konsentrasi lebih besar.
c.Kafetaria
Perusahaan menyediakan kafetaria untuk memberikan pelayanan makan dan minum
bagi karyawan, atau hanya sekedar menyediakan ruang tempat duduk untuk makan dan
minum yang dibawa oleh karyawan sendiri.
D. Sarana olah raga
Peningkatan kesehatan karyawan yang selanjutnya secara tidak langsung diikuti
dengan kenaikan produktivitas, perbaikan semangat korps dan terutama membuat perusahaan
dipandang sebagai “Tempat yang baik untuk bekerja”.
E.Darmawisata
Perjalanan atau kunjungan singkat dengan tujuan bersenang-senang sambil mengenal
baik objek wisata dan lingkungannya.
Tugas framework

More Related Content

What's hot

Makalah 1 Evaluasi Kinerja dan Kompensasi
Makalah 1 Evaluasi Kinerja dan KompensasiMakalah 1 Evaluasi Kinerja dan Kompensasi
Makalah 1 Evaluasi Kinerja dan Kompensasi
fadnov14
 

What's hot (19)

Makalah 1 Evaluasi Kinerja dan Kompensasi
Makalah 1 Evaluasi Kinerja dan KompensasiMakalah 1 Evaluasi Kinerja dan Kompensasi
Makalah 1 Evaluasi Kinerja dan Kompensasi
 
Evaluasi Kinerja 3
Evaluasi Kinerja 3Evaluasi Kinerja 3
Evaluasi Kinerja 3
 
Evaluasi Kinerja 1
Evaluasi Kinerja 1Evaluasi Kinerja 1
Evaluasi Kinerja 1
 
Manajemen kinerja uas
Manajemen kinerja uasManajemen kinerja uas
Manajemen kinerja uas
 
PERFORMANCE APPRAISAL
PERFORMANCE APPRAISALPERFORMANCE APPRAISAL
PERFORMANCE APPRAISAL
 
Total framework (ady widiyatmoko 11150652)
Total framework (ady widiyatmoko 11150652)Total framework (ady widiyatmoko 11150652)
Total framework (ady widiyatmoko 11150652)
 
Penilaian kinerja guru nofita puji rahayu 143111210- 6g pai
Penilaian kinerja guru  nofita puji rahayu 143111210- 6g paiPenilaian kinerja guru  nofita puji rahayu 143111210- 6g pai
Penilaian kinerja guru nofita puji rahayu 143111210- 6g pai
 
Tugas 2 makalah yayaf firdaus 11140835
Tugas 2 makalah yayaf firdaus 11140835 Tugas 2 makalah yayaf firdaus 11140835
Tugas 2 makalah yayaf firdaus 11140835
 
Ppt evaluasi kinerja dan kompensasi hayyu
Ppt evaluasi kinerja dan kompensasi hayyuPpt evaluasi kinerja dan kompensasi hayyu
Ppt evaluasi kinerja dan kompensasi hayyu
 
Penerapan Sistem Manajemen Kinerja PT. Trikata Esa Karsa (TALKinc)
Penerapan Sistem Manajemen Kinerja PT. Trikata Esa Karsa (TALKinc)Penerapan Sistem Manajemen Kinerja PT. Trikata Esa Karsa (TALKinc)
Penerapan Sistem Manajemen Kinerja PT. Trikata Esa Karsa (TALKinc)
 
Frame work 1-14
Frame work 1-14Frame work 1-14
Frame work 1-14
 
Tugas makalah uts ririn purwanti 11011700696
Tugas makalah uts ririn purwanti 11011700696Tugas makalah uts ririn purwanti 11011700696
Tugas makalah uts ririn purwanti 11011700696
 
Power poin 8 produktifitas & prestasi kerja
Power poin 8 produktifitas & prestasi kerjaPower poin 8 produktifitas & prestasi kerja
Power poin 8 produktifitas & prestasi kerja
 
Pengurusan sumber manusia
Pengurusan sumber manusiaPengurusan sumber manusia
Pengurusan sumber manusia
 
Penilaian kinerja-msdm
Penilaian kinerja-msdmPenilaian kinerja-msdm
Penilaian kinerja-msdm
 
Makalah1(satu) evakinkom
Makalah1(satu) evakinkomMakalah1(satu) evakinkom
Makalah1(satu) evakinkom
 
Sistem manajemen kinerja PT DSI
Sistem manajemen kinerja PT DSISistem manajemen kinerja PT DSI
Sistem manajemen kinerja PT DSI
 
Kwh,juwanita,hapzi ali,quizdanforum11,universitasmercubuana,2019.
Kwh,juwanita,hapzi ali,quizdanforum11,universitasmercubuana,2019.Kwh,juwanita,hapzi ali,quizdanforum11,universitasmercubuana,2019.
Kwh,juwanita,hapzi ali,quizdanforum11,universitasmercubuana,2019.
 
penilaian kinerja pada SDM
penilaian kinerja pada SDMpenilaian kinerja pada SDM
penilaian kinerja pada SDM
 

Similar to Tugas framework

Similar to Tugas framework (20)

Penilaian kinerja
Penilaian kinerjaPenilaian kinerja
Penilaian kinerja
 
Makalah msdm
Makalah msdmMakalah msdm
Makalah msdm
 
Octano delian l
Octano delian lOctano delian l
Octano delian l
 
Makalah uts (fahmy nurdiansyah)
Makalah uts (fahmy nurdiansyah)Makalah uts (fahmy nurdiansyah)
Makalah uts (fahmy nurdiansyah)
 
MAKALAH, EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASI
MAKALAH, EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASIMAKALAH, EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASI
MAKALAH, EVALUASI KINERJA DAN KOMPENSASI
 
MAKALAH 2 EVALUASI DAN KOMPENSASI
MAKALAH 2 EVALUASI DAN KOMPENSASIMAKALAH 2 EVALUASI DAN KOMPENSASI
MAKALAH 2 EVALUASI DAN KOMPENSASI
 
Manajemen Kerjss
Manajemen KerjssManajemen Kerjss
Manajemen Kerjss
 
MAKALAH 1 EVALUASI KINERJA
MAKALAH 1 EVALUASI KINERJAMAKALAH 1 EVALUASI KINERJA
MAKALAH 1 EVALUASI KINERJA
 
Makalah evakinkom part 2
Makalah evakinkom part 2Makalah evakinkom part 2
Makalah evakinkom part 2
 
1.link slideshare frame w ork
1.link slideshare frame w ork 1.link slideshare frame w ork
1.link slideshare frame w ork
 
Framework evaluasi kinerja dan konpensasi
Framework  evaluasi kinerja dan konpensasiFramework  evaluasi kinerja dan konpensasi
Framework evaluasi kinerja dan konpensasi
 
Framework evaluasi kinerja dan kompensasi
Framework  evaluasi kinerja dan kompensasiFramework  evaluasi kinerja dan kompensasi
Framework evaluasi kinerja dan kompensasi
 
Makalah ke2 uas pk ade
Makalah ke2 uas pk adeMakalah ke2 uas pk ade
Makalah ke2 uas pk ade
 
Performance management
Performance managementPerformance management
Performance management
 
Proses Management Kinerja SDM.pdf
Proses Management Kinerja SDM.pdfProses Management Kinerja SDM.pdf
Proses Management Kinerja SDM.pdf
 
Makalah evaluasi kinerja uts
Makalah evaluasi kinerja utsMakalah evaluasi kinerja uts
Makalah evaluasi kinerja uts
 
Tugas 1 evaluasi kinerja & kompensasi
Tugas 1  evaluasi kinerja & kompensasiTugas 1  evaluasi kinerja & kompensasi
Tugas 1 evaluasi kinerja & kompensasi
 
Evaluasi kinerja dan kompensasi
Evaluasi kinerja dan kompensasiEvaluasi kinerja dan kompensasi
Evaluasi kinerja dan kompensasi
 
Evaluasi kinerja dan kompensasi 2
Evaluasi kinerja dan kompensasi 2 Evaluasi kinerja dan kompensasi 2
Evaluasi kinerja dan kompensasi 2
 
Framework tugas pak ade
Framework tugas pak adeFramework tugas pak ade
Framework tugas pak ade
 

Recently uploaded

CONTOH DOKUMEN TINDAK LANJUT_PENERAPAN DISIPLIN POSITIF.pdf
CONTOH DOKUMEN TINDAK LANJUT_PENERAPAN DISIPLIN POSITIF.pdfCONTOH DOKUMEN TINDAK LANJUT_PENERAPAN DISIPLIN POSITIF.pdf
CONTOH DOKUMEN TINDAK LANJUT_PENERAPAN DISIPLIN POSITIF.pdf
Pangarso Yuliatmoko
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
Hernowo Subiantoro
 

Recently uploaded (20)

Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfSusi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Susi Susanti_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
Teori Profetik Kuntowijoyo (Dosen Pengampu: Khoirin Nisai Shalihati)
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.comModul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka - abdiera.com
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
 
Naufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Naufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfNaufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Naufal Khawariz_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdfLK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
LK 1 - 5T Keputusan Berdampak (1). SDN 001 BU.pdf
 
CONTOH DOKUMEN TINDAK LANJUT_PENERAPAN DISIPLIN POSITIF.pdf
CONTOH DOKUMEN TINDAK LANJUT_PENERAPAN DISIPLIN POSITIF.pdfCONTOH DOKUMEN TINDAK LANJUT_PENERAPAN DISIPLIN POSITIF.pdf
CONTOH DOKUMEN TINDAK LANJUT_PENERAPAN DISIPLIN POSITIF.pdf
 
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdfNajwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
Najwa Qarina_2021 B_Analisis Kritis Jurnal.pdf
 
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisaiKonflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
Konflik dan Negosiasi dalam perilaku organisai
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docxRUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
RUBRIK OBSERVASI KINERJA KEPALA SEKOLAH.docx
 
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptxBUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
BUKTI DUKUNG RHK SEKOLAH DASAR NEGERI.pptx
 
Tugas 1 Statistik Pendidikan UT Tahun 2024
Tugas 1 Statistik Pendidikan UT Tahun 2024Tugas 1 Statistik Pendidikan UT Tahun 2024
Tugas 1 Statistik Pendidikan UT Tahun 2024
 
Dokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docx
Dokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docxDokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docx
Dokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docx
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERILAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
LAPORAN EKSTRAKURIKULER SEKOLAH DASAR NEGERI
 

Tugas framework

  • 1. Penilaian Prestasi Kerja Penilaian prestasi kerja adalah sebagai penyedia informasi yang sangat membantu dalam membuat dan menerapkan keputusan-keputusan seperti promosi jabatan, peningkatan gaji, pemutusan hubungan kerja dan transfer (Flippo, 1996:84). Sedangkan menurut T. Hani Handoko (1995:135) penilaian prestasi adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Dimana kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada karyawan tentang pelaksanaak kerja mereka. Manfaat Penilaian Prestasi Kerja Penilaian prestasi kerja mempunyai dasar yang sangat penting bagi perusahaan sebagai alat untuk mengambil keputusan bagi karyawannya. Penilaian prestasi mempunyai banyak kegunaan di dalam suatu organisasi. Menurut T.Hani Handoko (1995:135) terdapat sepuluh manfaat yang dapat dipetik dari penilaian prestasi kerja tersebut sebagai berikut: 1. Perbaikan Prestasi Kerja. Umpan balik pelaksanaan kerja memungkinkan karyawan, manajer dan departemen personalia dapat memperbaiki kegiatan-kegiatan mereka demi perbaikan prestasi kerja. 2. Penyesuaian-penyesuaian kompensasi. Evaluasi prestasi kerja membantu para pengambil keputusan dalam menentukan kenaikan upah, pemberian bonus dan bentuk kompensasi lainnya. 3. Keputusan-keputusan penempatan. Promosi, transfer dan demosi biasanya didasarkan pada prestasi kerja masa lalu atau antisipasinya. Promosi sering merupakan bentuk penghargaan prestasi kerja masa lalu. 4. Kebutuhan-kebutuhan latihan dan pengembangan. Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan kebutuhan latihan. Demikian juga, prestasi yang baik mungkin mencerminkan potensi yang harus dikembangkan. 5. Perencanaan dan pengembangan karir. Umpan balik prestasi kerja seseorang karyawan dapat mengarahkan keputusan-keputusan karir, yaitu tentang jalur karir tertentu yang harus diteliti. 6. Penyimpangan-penyimpangan proses staffing. Prestasi kerja yang baik atau jelek mencerminkan kekuatan atau kelemahan prosedur staffing departemen personalia. 7. Ketidakakuratan informasional. Prestasi kerja yang jelek mungkin menunjukkan kesalahan dalam informasi analisis jabatan, rencana sdm, atau komponen-komponen sistem informasi manajemen personalia lainya. Menggantungkan diri pada informasi yang tidak akurat dapat mengakibatkan keputusan-keputusan personalia yang diambil menjadi tidak tepat.
  • 2. 8. Kesalahan-kesalahan desain pekerjaan. Prestasi kerja yang jelek mungkin merupakan suatu tanda kesalahan dalam desain pekerjaan. Penilaian prestasi membantu diagnose kesalahan-kesalahan tersebut. 9. Kesempatan kerja yang adil. Penilaian prestasi kerja secara akurat akan menjamin keputusan-keputusan penempatan internal diambil tanpa diskriminasi. 10. Tantangan-tantangan eksternal. Kadang prestasi kerja dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar lingkungan kerja, seperti; keluarga, kesehatan, kondisi financial atau masalah- masalah pribadi lainya. departemen personalia dimungkinkan untuk menawarkan bantuan kepada semua karyawan yang membutuhkan. 11.Metode Penilaian Prestasi Kerja 12. Menurut Robert Bacal (2002:116), ada tiga pendekatan yang paling sering dipakai dalam penilaian prestasi kerja karyawan: 13. a. Sistem Penilaian (rating system) 14. Sistem ini terdiri dari dua bagian, yaitu suatu daftar karakteristik, bidang, ataupun perilaku yang akan dinilai dan sebuah skala ataupun cara lain untuk menunjukkan tingkat kinerja dari tiap halnya. Perusahaan yang menggunakan sistem ini bertujuan untuk menciptakan keseragaman dan konsistensi dalam proses penilaian prestasi kerja.
  • 3. konsep dasar kompensasi A. Pengertian Kata Manajemen Kinerja merupakan penggabungan dari kata manajemen dan kinerja. Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengatur. Menurut George R Terry dalam bukunya Principles of Management, Manajemen merupakan suatu proses yang menggunakan metode ilmu dan seni untuk menerapkan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian,pengarahan dan pengendalian pada kegiatan-kegiatan dari sekelompokmanusia yang dilengkapi dengan sumber daya/faktor produksi untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan lebih dahulu, secara efektif dan efisien. Sedangkan menurut John R Schermerhorn Jr dalam bukunya Management, manajemen adalah proses yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian terhadap penggunaan sumber daya yang dimiliki, baik manusiadan material untuk mencapai tujuan. Dari beberapa definisi manajemen yang diberikan oleh para ahli, dapat disimpulkan manajemen mencakup tiga aspek, yaitu: a. Pertama : manajemen sebagai proses b. Kedua : adanya tujuan yang telah ditetapkan c. Ketiga : mencapai tujuan secara efektif dan efisien Kata kinerjamerupakansingkatandari kinetika energikerja yangpadanannyadalambahasaInggris adalahperformance,yangseringdiindonesiakanmenjadi kata performa.(Wirawan,2009) Pengertian Kinerja menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut: (Veithzal Rivai dan Ahmad Fawzi, 2005) 1. Kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta (Stolovitch and Keeps, 1992) 2. Kinerja merupakan salah satu kumpulan total dari kerja yang ada pada diri pekerja (Griffin, 1987) 3. Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan ketrampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya (Hersey and Blanchard, 1993) 4. Kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik (Donelly, Gibson and Ivancevich, 1994) 5. Kinerja sebagai kualitas dan kuantitas pencapaian tugas-tugas, baik yang dilakukan oleh individu, kelompok maupun perusahaan (Schermerhorn, Hunt and Osborn, 1991) 1. membangun harapan yang jelas serta pemahaman mengenai pekerjaan yang akan dilakukan (Bacal, 1994).
  • 4. 2. Manajemen kinerja sebagai sarana untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari organisasi, tim dan individu dengan cara memahami dan mengelola kinerja dalam suatu kerangka tujuan, standar, dan persyaratan-persyaratan atribut yang disepakati (Armstrong, 2004). 3. Manajemen kinerja merupakan gaya manajemen yang dasarnya adalah komunikasi terbuka antara manajer dan karyawan yang menyangkut penetapan tujuan, memberikan umpan balik baik dari manajer kepada karyawan maupun sebaliknya (Schwartz, 1999) Manajemen kinerja merupakan dasar dan kekuatan pendiring yang berada di belakang semua keputusan organisasi, usaha kerja dan alokasi sumberdaya (Costello, 1994) Dengan memperhatikan pendapat para ahli, maka dapat dirumuskan bahwa pada dasarnya manajemen kinerja merupakan gaya manajemen dalam mengelola sumberdaya yang berorientasi pada kinerja yang melakukan proses komunikasi secara terbuka dan berkelanjutan dengan menciptakan visi bersama dan pendekatan strategis serta terpadu sebagai kekuatan pendorong untuk mencapai tujuan organisasi. B. Mengapa Manajemen Kinerja Diperlukan? Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan organisasi. Pencapaian tujuan organisasi menunjukkan hasil kerja/prestasi organsisasi dan menunjukkan kinerja organisasi. Hasil kerja organisasi diperoleh dari serangkaian aktivitas yang dijalankan. Aktivitas tersebut dapat berupa pengelolaan sumberdaya organisasi maupun proses pelaksanaan kerja yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk menjamin agar aktivitas tersebut dapat mencapai hasil yang diharapkan, diperlukan upaya manajemen dalam pelaksanaan aktivitasnya. Dengan demikian, hakikat manajemen kinerja adalah bagaimana mengelola seluruh kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Manajemen kinerja bukannya memberi manfaat kepada organisasi saja tetapi juga kepada manajer dan individu. Bagi organisasi, manfaat manajemen kinerja adalah menyesuaikan tujuan organisasi dengan tujuan tim dan individu, memperbaiki kinerja , memotivasi pekerja, meningkatkan komitmen, mendukung nilai-nilai inti, memperbaiki proses pelatihan dan pengembangan, meningkatkan dasar ketrampilan, mengusahakan perbaikan dan pengembangan berkelanjutan, mengusahakan basis perencanaan karier, membantu menahan pekerja terampil agar tidak pindah, mendukung inisiatif kualitas total dan pelayanan pelanggan, mendukung program perubahan budaya. Bagi manajer, manfaat manajemen kinerja antara lain: mengupayakan klarifikasi kinerja dan harapan perilaku, menawarkan peluang menggunakan waktu secara berkualitas, memperbaiki kinerja tim dan individual, mengusahakan penghargaan nonfinansial pada staf, membantu karyawan yang kinerjanya rendah, digunakan untuk mengembangkan individu, mendukung kepemimpinan, proses motivasi dan pengembangan tim, mengusahakan kerangka kerja untuk meninjau ulang kinerja dan tingkat kompensasi. Bagi individu, manfaat manajemen kinerja antara lain dalam bentuk: memperjelas peran dan tujuan, mendorong dan mendukung untuk tampil baik, membantu pengembangan kemampuan dan kinerja, peluang menggunakan waktu secara berkualitas, dasar objektivitas dan kejujuran untuk mengukur kinerja, dan memformulasi tujuan dan rencana perbaikan cara bekerja dikelola dan dijalankan.
  • 5. Menurut Costello (1994) manajemen kinerja mendukung tujuan menyeluruh organisasi dengan mengaitkan pekerjaan dari setiap pekerja dan manajer pada misi keseluruhan dari unit kerjanya. Seberapa baik kita mengelola kinerja bawahan akan secara langsung mempengaruhi tidak saja kinerja masing-masing pekerja secara individu dan unit kerjanya, tetapi juga kinerja seluruh organisasi. Apabila pekerja telah memahami tentang apa yang diharapkan dari mereka dan mendapat dukungan yang diperlukan untuk memberikan kontribusi pada organisasi secara efisien dan produktif, pemahaman akan tujuan , harga diri dan motivasinya akan meningkat. Dengan demikian, manajemen kinerja memerlukan kerja sama, saling pengertian dan komunikasi secara terbuka antara atasan dan bawahan. C. Prinsip Dasar Terdapat 10 prinsip dasar manajemen kinerja yang dapat menjadi pondasi yang kuat bagi kinerja organisasi. 1. Menghargai Kejujuran 2. Memberikan Pelayanan 3. Tanggung jawab 4. Dirasakan seperti bermain 5. Adanya perasaan kasihan 6. Adanya perumusan tujuan 7. Terdapat konsensus dan kerja sama 8. Sifatnya berkelanjutan 9. Terjadi komunikasi dua arah 10. Mendapatkan umpan balik D. Proses Manajemen Kinerja Manajemen kinerja membutuhkan berbagai masukan yang harus dikelola agar dapat saling bersinergi dalam mencapai tujuan organisasi. Masukan tersebut berupa: sumberdaya manusia (SDM), modal, material, peralatan dan teknologi serta metode dan mekanisme kerja. Manajemen Kinerja memerlukan masukan berupa tersedianya kapabilitas SDM, baik sebaga perorangan maupun tim. Kapabilitas SDM diwujudkan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan kompetensi. SDM yang memiliki pengetahuan dan keterampilan diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses kinerja maupun hasil kerja. Sedangkan kompetensi diperlukan agar SDM mempunyai kemampuan yang sesuai dengan kebutuhan organisasi sehingga dapat memberikan kinerja terbaiknya. Proses Manajemen kinerja diawali dengan perencanaan tentang bagaimana merencanakan tujuan yang diharapkan di masa yang akan datang, dan menyusun semua sumberdaya dan kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Pelaksanaan rencana dimonitoring dan diukur kemajuannya dalam mencapai tujuan. Penilaian dan peninjauan kembali dilakukan untuk mengoreksi dan menentukan langkah-langkah yang diperlukan bila terdapat deviasi terhadap rencana. Manajemen kinerja menjalin terjadinya saling menghargai kepentingan diantara pihak-pihak yang terlibat dalam proses kinerja. Prosedur dalam manajemen kinerja
  • 6. dijalankan secara jujur untuk membatasi dampak meerugikan pada individu. Proses manajemen kinerja dijalankan secara transparan terutama terhadap orang yang terpengaruh oleh keputusan yang timbul dan orang mendapatkan kesempatan melalui dasar dibuatnya suatu keputusan. Keluaran Keluaran merupakan hasil langsung dari kinerja organisasi, baik dalam bentuk barang maupun jasa. Hasil kerja yang dicapai organisasi harus dibandingkan dengan tujuan yang diharapkan . Keluaran dapat lebih besar atau lebih rendah dari tujuan yang telah ditetapkan. Bila terdapat deviasi akan menjadi umpan balik dalam perencanaan tujuan yang akan datang dan impelementasi kinerja yang sudah dilakukan. Manfaat Selain memperhatikan keluaran, manajemen kinerja juga memperhatikan manfaat dari hasil kerja. Dampak hasil kerja dapat bersifat positif bagi organisasi, misalnya karena keberhasilan seseorang mewujudkan prestasinya berdampak meningkatkan motivasi sehingga semakin meningkatkan kinerja organisasi. Tetapi dampak keberhasilan sesorang dapat bersifat negatif, jika karena keberhasilannya ia menjadi sombong yang akan membuat suasana kerja menjadi tidak kondusif. E. Model Manajemen Kinerja Model Deming Manajemen kinerja Deming menggambarkan keseluruhan proses manajemen kinerja seperti tampak pada gambar 2 di bawah ini: Gambar 2. Siklus Manajemen Kinerja Deming (Armstrong and Baron, 1998) Hasil kegiatan monitoring dan review dapat menyimpulkan bahwa kemajuan telah dicapai sesuai dengan rencana. Tetapi jika terdapat deviasi antara rencana dengan kemajuan yang telah dicapai. Dalam keadaan demikian perlu dilakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja agar tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai pada waktunya. Bila hal itu tidak memungkinkan, langkah yang dapat diambil adalah dengan melakukan penyesuaian kembali terhadap rencana dan tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Demikian seterusnya proses Model Torrington dan Hall Torrington dan Hall menggambarkan proses manajemen kinerja dengan merumuskan terlebih dahulu harapan terhadap kinerja atau hasil yang diharapkan dari suatu kinerja. Kemudia, ditentukan dukungan yang diberikan terhadap kinerja untuk mencapai tujuan. Sementara pelaksanaan kinerja berlangsung dilakukan peninjauan kembali (review) dan penilaian kinerja. Langkah selanjutnya melakukan pengelolaan terhadap standar kinerja. Strandar kinerja harus dijaga agar tujuan yang diharapkan dapat dicapai. Proses manajemen kinerja Torrington dan Hall dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini. Siklus Manajemen Kinerja Torrington dan Hall (Armstrong and Baron, 1998)
  • 7. Model Costello Model Costello digambarkan dalam bentuk siklus seperti pada Gambar 4. Siklus dimulai dengan melakukan persiapan perencanaan sehingga dapat dibuat suatu rencana dalam bentuk rencana kinerja dan pengembangan. Untuk meningkatkan kinerja, diberikan coaching pada SDM dan dilakukan pengukuran kemajuan kinerja. Peninjauan kembali selalu dilakukan terhadap kemajuan pekerjaan dan bila diperlukan dilakukan perubahan rencana. Coaching dan review dilakukan secara berkala dan akhir tahun dilakukan penilaian kinerja tahunan dan dipergunakan untuk meninjau kembali pengembangan. Akhirnya, hasil penilaian tersebut digunakan untuk mempertimbangkan penggajian dan menjadi umpan balik untuk rencana tahun berikutnya. Model Manajemen Kinerja Costello (Costello, 1994) Model Armstrong dan Baron Proses manajemen kinerja dilihat sebagai suatu rangkaian aktivitas yang dilakukan secara berurutan agar dapat mencapai hasil yang diharapkan. Urutan manajemen kinerja oleh Armstrong dan Baron digambarkan sbb: 1. Misi Organisasi dan Tujuan Strategis; merupakan titik awal proses manajemen kinerja. Misi dan tujuan strategis dijadikan acuan bagi tingkatan manajemen di bawahnya. Perumusan misi dan tujuan strategis organisasi ditujukan untuk memastikan bahwa setiap kegiatan selanjutnya harus sejalan dengan tujuan tersebut dan diharapkan dapat memberikan kontribusi pada prestasi. 2. Rencana dan Tujuan Bisnis dan Departemen; merupakan penjabaran dari misi organisasi dan tujuan strategis. Pada kasus tertentu rencana dan tujuan bisnis ditetapkan lebih dahualu, kemudian dijabarkan dan dibebankan pada departemen yang mendukungnya. Sebaliknya, dapat juga terjadi bahwa kemampuan departemen menjadi faktor pembatas dalam menentapkan rencana dan tujuan bisnis. Bila hal ini terjadi, tujuan departemen ditentukan lebih dahulu. 3. Kesepakatan Kinerja (Performance Contract/Kontrak Kinerja) dan Pengembangan; merupakan kesepakatan yang dicapai antara individu dengan manajernya tentang sasaran dan akuntabilitasnya, biasanya dicapai pada rapat formal. Proses kesepakatan kinerja menjadi mudah jika kedua pihak menyiapkan pertemuan dengan mengkaji ulang progres terhadap sasaran yang disetujui. Kontrak kinerja merupakan dasar untuk mempertimbangkan rencana yang harus dibuat untuk memperbaiki kinerja. Kontrak kinerja juga menjadi dasar dalam melakukan penilaian terhadap kinerja bawahan. 4. Rencana Kinerja dan Pengembangan; merupakan eksplorasi bersama tentang apa yang perlu dilakukan dan diketahui individu untuk memperbaiki kinerja dan mengembangkan ketrampilan dan kompetensinya dan bagaimana manajer dapat memberikan dukungan dan bimbingan yang diperlukan. 5. Tindakan Kerja dan Pengembangan; manajemen kinerja membantu orang untuk siap bertindak sehingga mereka dapat mencapai hasil seperti yang diharapkan. 6. Monitoring dan Umpan Balik berkelanjutan; konsep terpenting dan sering berulang adalah proses mengelola dan mengembangkan standar kinerja. Dalama hal ini dibutuhkan sikap keterbukaan, kejujuran, bersifat positif dan terjadinya komunikasi dua arah antara supervisor dan pekerja sepanjang tahun. 7. Review Formal dan Umpan Balik; dalam melakukan review, pimpinan memberi kesempatan kepada bawahan untuk memberi komentar tentang kepemimpinan. Review
  • 8. mencakup tentang: pencapaian sasaran, tingkat kompetensi yang dicapai, kontribusi terhadap nilai-nilai utama, pencapaian pelaksanaan rencana, pengembangan pribadi, pertimbangan tentang masa depan, perasaan dan aspirasi tentang pekerjaan, dan komentar terhadap dukungan manajer. Hasil review menjadi umpan balik bagi kontrak kinerja. 8. Penilaian Kinerja Menyeluruh; penilaian dilakukan dengan melihat hasil atau prestasi kerja. Tingkatan penilaian dapat bervariasi tergantung pada jenis organisasi dan pekerjaan yang dilakukan. F. Kaidah-kaidah Manajemen Kinerja Manajemen Kinerja yang baik untuk menuju organisasi berkinerja tinggi, harus mengikuti kaidah-kaidah berikut ini (www. RiniSatria.net, 10 Jan 2010) 1. Terdapat suatu indikator kinerja (key performance indicator) yang terukur secara kuantitatif, serta jelas batas waktu untuk mencapainya. Tentu saja ukuran ini harus menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi oleh organisasi tersebut. Jika pada organisasi bisnis atau komersial, maka indikator kinerjanya adalah berbagai aspek finansial seperti laba, pertumbuhan penjualan, lalu indikator pemasaran seperti jumlah pelanggan, dan sebagainya. Pada organisasi pemerintahan maka ukuran kinerja tentu berbagai bentuk pelayanan kepada masyarakat (akuntabilitas eksternal atau publik). Semuanya harus terukur secara kuantitatif dan dimengerti oleh berbagai pihak yang terkait, sehingga nanti pada saat evaluasi kita bisa mengetahui, apakah kinerja sudah mencapai target atau belum. Michael Porter, seorang profesor dari Harvard Business School mengungkapkan bahwa kita tidak bisa memanajemeni sesuatu yang tidak dapat kita ukur. Jadi, ukuran kuantitatif itu penting. Organisasi yang tidak memiliki indikator kinerja , biasanya tidak bisa diharapkan mampu mencapai kinerja yang memuaskan para pihak yang berkepentingan (stakeholders). 2. Semua ukuran kinerja tersebut biasanya dituangkan ke dalam suatu bentuk kesepakatan antara atasan dan bawahan yang sering disebut sebagai kontrak kinerja (performance contract). Dengan adanya kontrak kinerja, maka atasan bisa menilai apakah si bawahan sudah mencapai kinerja yang diinginkan atau belum. Kontrak kinerja ini berisikan suatu kesepakatan antara atasan dan bawahan mengenai indikator kinerja yang ingin dicapai, baik sasaran pancapaiannya maupun jangka waktu pencapaiannya. Ada 2 (dua) hal yang perlu dicantumkan dalam kontrak kinerja yaitu sasaran akhir yang ingin dicapai (lag) serta program kerja untuk mencapainya (lead). Mengapa keduanya dicantumkan ? Supaya pada saat evaluasi nanti berbagai pihak bisa bersikap fair, tidak melihat hasil akhir semata, melainkan juga proses kerjanya. Adakalanya seorang bawahan belum mencapai semua hasil akhir yang ditargetkan, tetapi dia sudah melaksanakan semua program kerja yang sudah digariskan. Tentu saja atasan tetap harus memberikan reward untuk dedikasinya, walaupun sasaran akhir belum tercapai. Ini juga bisa menjadi basis untuk perbaikan di masa yang akan datang (continuous improvements). 3. Terdapat suatu proses siklus manajemen kinerja yang baku dan dipatuhi untuk dikerjakan bersama, yaitu (1) perencanaan kinerja berupa penetapan indikator kinerja, lengkap dengan berbagai strategi dan program kerja yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang diinginkan, lalu (2) pelaksanaan, di mana organisasi bergerak sesuai dengan rencana yang telah dibuat, jika ada perubahan akibat adanya perkembangan baru, maka lakukanlah perubahan tersebut, dan terakhir (3) evaluasi kinerja, yaitu menganalisis apakah realisasi kinerja sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan dulu ? Semuanya harus serba kuantitatif.
  • 9. 4. Adanya suatu sistem reward dan punishment yang bersifat konstruktif dan konsisten dijalankan. Konsep reward ini tidak melulu bersifat finansial, melainkan juga dalam bentuk lain, seperti promosi, kesempatan pendidikan, dan sebagainya. Reward dan punishment diberikan setelah melihat hasil realisasi kinerja, apakah sesuai dengan indikator kinerja yang telah direncanakan atau belum. Tentu saja ada suatu performance appraisal atau penilaian kinerja terlebih dahulu sebelum reward dan punishment diberikan. Hati-hati dengan pemberian punishment, karena dalam banyak hal, pembinaan jauh lebih bermanfaat. 5. Terdapat suatu mekanisme performance appraisal atau penilaian kinerja yang relatif obyektif, yaitu dengan melibatkan berbagai pihak. Konsep yang sangat terkenal adalah penilaian 360 derajat, di mana penilaian kinerja dilakukan oleh atasan, rekan sekerja, pengguna jasa, serta bawahan. Pada prinsipnya manusia itu berpikir secara subyektif, tetapi berpikir bersama mampu mengubah sikap subyektif itu menjadi sangat mendekati obyektif. Dengan demikian, ternyata berpikir bersama jauh lebih obyektif daripada berpikir sendiri-sendiri. Ini adalah semangat yang ingin dibawa oleh konsep penilaian 360 derajat. Walaupun banyak kritik yang diberikan terhadap konsep ini, tetapi cukup banyak yang menggunakannya di berbagai organisasi. Tetapi dalam penerapannya mesti hati-hati, karena aspek kematangan organisasi (organization maturity) sangat berpengaruh di sini. 6. Terdapat suatu gaya kepemimpinan (leadership style) yang mengarah kepada pembentukan organisasi berkinerja tinggi. Inti dari kepemimpinan seperti ini adalah adanya suatu proses coaching, counseling, dan empowerment kepada para bawahan atau sumber daya manusia di dalam organisasi. Satu aspek lain yang sangat penting dalam gaya kepemimpinan adalah, sikap followership, atau menjadi pengikut. Bayangkan jika semua orang menjadi komandan di dalam organisasi, lantas siapakah yang menjadi pelaksana ? Bukannya kinerja tinggi yang muncul, melainkan kekacauan di dalam organsiasi (chaos). Sejatinya, pada kondisi tertentu seseorang harus memiliki jiwa kepemimpinan, tetapi pada situasi yang lain, dia juga harus memahami bahwa dia juga merupakan bagian dari sebuah sistem organisasi yang lebih besar, yang harus dia ikuti.. Menerapkan konsep manajemen SDM berbasis kompetensi. Umumnya organisasi berkinerja tinggi memiliki kamus kompetensi dan menerapkan kompetensi tersebut kepada hal-hal penting, seperti manajemen kinerja , rekruitmen dan seleksi, pendidikan dan pengembangan, dan promosi. Seperti yang diuraikan pada awal makalah ini, kompetensi tersebut setidaknya mencakup 3 (tiga) hal, yaitu kompetensi inti organsiasi, kompetensi perilaku, serta kompetensi teknikal yang spesifik terhadap pekerjaan. Jika kompetensi ini sudah dibakukan di dalam organisasi, maka kegiatan manajemen SDM akan menjadi lebih transparan, dan pimpinan organisasi juga dengan mudah mengetahui kompetensi apa saja yang perlu diperbaiki untuk membawa organisasi menjadi berkinerja tinggi.
  • 10. LANGKAH-LANGKAH MERUMUSKAN KEBIJAKAN DAN MEMBUAT SISTEM KOMPENSASI A. Pembatasan Lingkup Masalah Mengetahui hakekat masalah mutu SDM yang sebenarnya lewat identifikasi penyimpangan situasi yang diinginkan adalah penting. Hal ini untuk membedakan apakah situasi baru yang timbul memang suatu masalah atau hanya gejala saja.Lalu dari batasan masalah ini dapat diuraikan lebih lanjut lagi dalam tahap pencarian fakta faktor penyebabdari masalah. Misalkanmasalah yang menyangkut kinerja karyawan yang cenderung menurun dari waktu ke waktu. Masalah ini dapat dibatasi lagi hanya dari segi motivasi, kepuasan kerja dan produktivitas kerja.Manajer pasti tidaklahmudah mengenal masalah mutu SDM karena tidak jarangmasalahyang sebenarnya terjadi terselubung dalam berbagai bentuk dan lingkup yang kurang jelas.Oleh karena itu diperlukan keahlian, keterampilan dan pengalamanuntuk dapat mendiagnosis secara tepat dan kemudian memikirkan cara pendekatannya. B. Pengumpulan Data dan Analisis Data Langkah berikutnya adalah pengumpulan data dan atau informasi. Data dan informasi ini diperlukan manajer dalam usaha untuk mengantisipasi keadaan dan masalah yang mungkin timbul lewat analisis data. Data yang dikumpulkan perlu dibatasi sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pengembangan mutu SDM. Fakta dan data yang telah terkumpul, terolahdengan sistematis serta tersimpan hanyalahmerupakan alat.Yang lebih penting, apabila fakta dan data tersebut diharapkan mampu menggambarkan potensi-potensi yang sebenarnya.Dari situ dapat digambarkan kondisi dan situasi saat ini. Dalam analisis data tersebut dapat dimunculkan pertanyaan-pertanyaan berikut 1. Situasi yang bagaimanakah yang menimbulkan masalah mutu SDM yang pernah dihadapi? Jawaban dari pertanyaan ini akan memungkinkan fakta / data apa saja yang relevan atau diperlukanserta bagaimana urgensinya bagi pendekatan masalah. Misalnya kinerja karyawan sangat terkait dengan faktor intrinsik dan ekstrinsik karyawan.Lalu data yang dibutuhkan antara lain faktor intrinsik berupa karakteristik (usia, pendidikan,pengalaman kerja) , motivasi dan kepuasan kerja karyawan. Sementara faktor ekstrinsik berupa data manajemen kompensasi, lingkungan kerja, dan manajemen kepemimpinan. 2. Apa latar belakang timbulnya masalah mutu SDM dan masalah-masalah lainnya yang pernah dihadapi perusahaan lain? Cara pendekatanyang bagaimana yang pernah dibuat dan dilakukan? Siapa petugasnya? Apa hasilnya dan faktor-faktor yang menyebabkannya? Apa persamaannya dengan kondisi kini? 3. Apa pengaruh dan hubungan antara masalah mutu SDM yang dihadapi kini dengan tujuan, rencana, kebijaksanaandan program bisnis dari pelaku bisnis lainnya?
  • 11. C. Identifikasi Kebutuhan Dari analisis data manajer dapat merumuskan kebutuhan perusahaan misalnya tentang mutu SDM. Identifikasi ini menyajikansuatu elaborasi dari model perencanaan SDMyang telah ada. Penilaiankebutuhan khalayak mengacu kepada penentuandan luasnya kondisi-kondisi yang diinginkan atau yang tidak diinginkan. Identifikasi kebutuhan baik yang dirasakandan yang tidak dirasakan ini juga tampak sebagai langkah yang paralel dari spesifikasi suatu tujuan perencanaan mutu SDM. D. Perumusan Tujuan Tujuan adalah hasil yang ingin dicapai dari proses perencanaan mutu SDM. Sasaran-sasaran khusus dapat dijabarkan dari tujuan umum dan biasanya bersifat kuantitatif dan dapat dicapai dalam perspektif waktu tertentu.Perumusan tujuan menyangkut berbagai segi yaitu : (a) realistis dan dapat dicapai, (b) ditujukan pada populasi yang terbatas dalam kondisi yang tertentu, (c) adanya kerangka waktu yang jelas, (d) dalam situasi tertentu dan (e) dapat diamati dan diukur. Dalam perumusan tujuan tersebut, kendala-kendala yang membatasinya perlu diperhitungkanseperti dana, SDM, perubahan produk yang diinginkan pelanggan, dan pengetahuan teknisdalam perencanaan mutu SDM. Intinya suatu penentuantujuan haruslah realistis. Dari perumusan ini maka kegiatan-kegiatan apa yang akan dilakukan dapat dijabarkan. E. Perancangan Tindakan Alternatif Tahap ini mengacu pada pengembangan atau identifikasi dari berbagai cara untuk mencapai tujuan. Masalah-masalah mutu yang sudah diidentifikasikan perlu dicari cara pendekatannya.Dalam banyak cara yang berorientasi pada tujuan dan jangka panjang, maka tindakan-tindakan yang telah lalu perlu dipertimbangkan untuk pengembangan alternatif-alternatif baru. F. Perkiraan Konsekuensi dari Tindakan Alternatif Pada tahap ini manajer perlu merumuskan beberapa tindakan alternatif berdasarkan analisis sebabakibat, dan positif negatifnya dari kemungkinan- kemungkinanresiko yang muncul (minimum resiko). Pengaruh-pengaruhini dapat diukur baik secara langsung (uji-coba) yaitu dalam kaitandengan peubah dari tujuan yang akan dicapai atau secara tidak langsung yaitu dari pengaruhnya terhadaptujuan lain. Konsekuensi-konsekuensi selalu diperkirakan dari pengalaman-pengalamanempirisdan pengetahuan-pengetahuan yang ada tentang gejala atau anggapan yang masuk akal. G. Pemilihan Tindakan Dari analisis konsekuensi tindakan alternatif manajer dapat menetapkan mana tindakan alternatif yang kecenderungannya paling tepat untuk mencapai tujuan. Misalnya pengembangan mutu SDM. Dalam pemilihan ini sering dilibatkan kriteria khusus misalnya,waktu, biaya, kemudahan pelaksanaan dan persepsi manajemen. H. Penyusunan Rencana Kerja Operasional
  • 12. Setelah tindakanalternatif diputuskan maka langkah manajer berikutnya adalah penyusunan rencana operasional. Rencana ini merupakan uraian secara terinci bagaimana cara kerja melaksanakantindakan alternatif tersebut, termasuk siapa yang bertugas, dimana dan kapan akan dikerjakan. Mulailah dengan mengidentifikasi prioritas berdasarkanisu paling penting, menetapkan output, melibatkan orang, dan menetapkan skedul kerja termasuk batas waktu pelaksanaankerja serta pola kordinasinya. I. Pelaksanaan Rencana Kerja Setelah rencana kerja dibuat maka langkah berikutnya adalah pelaksanaan rencana kerja. Tahapini akan menjawabtujuan dari program rencana secara operasional.Termasuk di dalamnya adalah kegiatan pengendalian dan pengarahan pelaksanaanprogram sehingga mampu menciptakan suasana kerjasama yang menggairahkan di antara tim pelaksana. J. Evaluasi Evaluasi mengacu kepada penetapan hasil-hasil nyata yang dicapai dengan perangkat tindakan yang dipilih atau dengan rencana kerja tertentu.Dengan evaluasi ingindiketahui sejauh mana hasil yang dicapai telahmemenuhi tujuan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Selain itu diketahui seberapa jauh situasi lain di sekitarnya terpengaruholeh palaksanaan program. Evaluasi dapat dilaksanakan pada aspek proses maupun hasil, baik dalam segi teknis maupun ekonomi dari pengembangan SDM. K. Proses Umpan-balik Akhirnya evaluasi menghasilkan proses umpan balik yang dituangkan dalam proses rencana pendekatan masalahlagi. Hal demikian penting untuk mengetahui seberapa luas tujuan pengembanganSDM telah dicapai, untuk menetapkan apakah ada tambahan tujuan baru atau perubahan sasaran tujuan, dan untuk mengetahui apakah ada perangkat tindakan alternatifyang baru serta masalah- masalah apa yang telah muncul.
  • 13. SURVEY BENCHMARKING KOMPENSASI Ketika anda sedang mengerjakan suatu proses atau langkah aksi dimana baik input, proses maupun outputnya sudah terukur dan anda mendapatkan nilainya. Hasilnya sudah sesuai jika dibandingkan antara rencana dan aktual. Namun anda belum puas, dan menginginkan adanya informasi bila proses ini dilakukan orang, bagian, unit, departemen atau organisasi lain, apakah hasilnya sama, lebih baik atau bahkan lebih buruk. Untuk mengetahui informasi tersebut anda dapat melakukan proses yang dinamakan benchmarking. Apa itu benchmarking? apa kegunaannya? dan manfaatnya? Benchmarking adalah suatu proses yang biasa digunakan dalammanajemen atau umumnya manajemen strategis, dimana suatu unit/bagian/organisasi mengukurdan membandingkan kinerjanya terhadap aktivitas atau kegiatan serupa unit/bagian/organisasi lain yang sejenis baik secara internal maupun eksternal. Dari hasil benchmarking,suatu organisasidapat memperoleh gambaran dalam (insight)mengenai kondisi kinerja organisasisehingga dapat mengadopsi best practice untukmeraih sasaran yang diinginkan. Kegiatan benchmarking tidaklah harus peristiwa yang dilakukan satu kali waktu, namun bisa juga merupakan kegiatan berkesinambungan sehingga organisasidapat memperoleh manfaat dalam meraih praktek aktifitas organisasiyang terbaik untuk mereka. Proses benchmarking memiliki beberapa metode. Salah satu metode yang paling terkenal dan banyak diadopsi oleh organisasi adalah metode 12, yang diperkenalkan oleh Robert Camp, dalam bukunya The search for industry best practicesthat lead to superior performance. Productivity Press .1989. Langkah metode 12 terlalu luas untuk dijabarkan. Agar mudah, metode 12 tersebut bisa diringkas menjadi 6 bagian utama yakni : 1. Identifikasi problem apa yang hendak dijadikan subyek. Bisa berupa proses, fungsi, output dsb. 2. Identifikasi industri/organisasi/lembaga yang memiliki aktifitas/usaha serupa . Sebagai contoh, jika anda menginginkan mengendalikan turnover karyawan sukarela di perusahaan, carilah perusahaan-perusahaan sejenis yang memiliki informasi turnover karyawan sukarela. 3. Identifikasi industri yang menjadi pemimpin/leader di bidang usaha serupa . Anda bisa melihat didalam asosiasi industri, survey, customer, majalah finansial yang mana industri yang menjadi top leader di bidang sejenis. 4. Lakukan survey pada industri untuk pengukuran dan praktek yang dilakukan.Anda bisa menggunakan survey kuantitatif atau kualitatif untuk mendapatkan data dan informasi yang relevan sesuai problem yang diidentifikasi di langkah awal. 5. Kunjungi ’ best practice’ perusahaan untuk mengidentifikasi area kunci praktek usaha. Beberapa perusahaan biasanya rela bertukar informasi dalam suatu konsorsium dan membagi hasilnya didalam konsorsium tersebut. 6. Implementasikan praktek bisnis yang baru dan sudah diperbaiki prosesnya. Setelah mendapatkan best practice perusahaan, dan mendapatkan metode/teknik cara pengelolaannya, lakukan proyek peningkatan kinerja dan laksanakan program aksi untuk implementasinya.
  • 14. Kompensasi Finansial Langsung Pengertian Kompensasi Kompensasi adalah total dari seluruh imbalan yang diterima para karyawan sebagai pengganti atas layanan mereka. Tujuan umum pemberian kompensasi adalah untuk menarik, mempertahankan, dan memotivasi para karyawan. Kompensasi dikelompokkan menjadi: Kompensasi finansial langsung Kompensasi finansial tidak langsung Kompensasi nonfinansial Pengelompokan Kompensasi Kompensasi finansial langsung meliputi bayaran diterima seseorang dalam bentuk upah, gaji, komisi, dan bonus. Kompensasi finansial tidak langsung (tunjangan) meliputi seluruh imbalan finansial yang tidak termasuk dalam kompensasi finansial langsung. Kompensasi jenis ini meliputi sekumpulan besar imbalan yang biasanya diterima secara tidak langsung oleh karyawan. Kompensasi nonfinansial meliputi kepuasan yang diterima seseorang dari pekerjaan itu sendiri atau dari lingkungan psikologis dan/atau fisik di mana orang tersebut bekerja. KOMPONEN PROGRAM KOMPENSASI TOTAL Keadilan dalam Kompensasi Finansial Teori keadilan (equity theory) adalah teori motivasi di mana orang menilai kinerja dan sikap mereka dengan membandingkan kontribusi mereka pada pekerjaan dan keuntungan yang mereka peroleh dari situ dengan kontribusi dan keuntungan dari orang lain yang sebanding (comparison others). Keadilan finansial (financial equity): Persepsi para karyawan mengenai adil tidaknya pembayaran yang mereka terima. Keadilan dalam Kompensasi Finansial Keadilan eksternal (external equity): Terwujud ketika para karyawan sebuah perusahaan menerima bayaran yang sebanding dengan para karyawan yang menjalankan jabatan yang serupa di perusahaan-perusahaan lainnya. Survei kompensasi membantu organisasi- organisasi menentukan sampai sejauh mana terwujud keadilan eksternal. Keadilan dalam Kompensasi Finansial Keadilan internal (internal equity): Terwujud ketika para karyawan menerima bayaran menurut nilai relatif dari jabatan mereka dalam organisasi yang sama. Evaluasi jabatan adalah adalah alat utama untuk menentukan keadilan internal. Keadilan karyawan (employee equity) terwujud ketika orang-orang yang menjalankan jabatan yang serupa untuk perusahaan yang sama menerima bayaran menurut faktor-faktor yang unik pada diri karyawan, seperti tingkat kinerja atau senioritas.
  • 15. Kompensasi Non Finansial Bagi kebanyakan orang, suatu sistem imbalan berarti penghasilan berupa kompensasi finansial yaitu gaji, upah, bonus, komisi dan hadiah. Diluar itu apapun yang diberikan oleh pemakai tenaga kerja kepada para karyawannya dipandang sebagai tambahan atau sampingan. Berikut ini pendapat para ahli mengenai kompensasi non finansial, yaitu sebagai berikut: a.Tunjangan Hari Raya Pemberian uang atau barang yang diberikan perusahaan atau organisasi kepada karyawannya menjelang hari raya atau hari besar keagamaan. b.Perumahan Penyediaan rumah dinas, mess, atau asrama perumahan akan sangat membantu para karyawan, terutama bagi mereka yang baru pindah dari lokasi lain, sehingga mereka dapat bekerja dengan konsentrasi lebih besar. c.Kafetaria Perusahaan menyediakan kafetaria untuk memberikan pelayanan makan dan minum bagi karyawan, atau hanya sekedar menyediakan ruang tempat duduk untuk makan dan minum yang dibawa oleh karyawan sendiri. D. Sarana olah raga Peningkatan kesehatan karyawan yang selanjutnya secara tidak langsung diikuti dengan kenaikan produktivitas, perbaikan semangat korps dan terutama membuat perusahaan dipandang sebagai “Tempat yang baik untuk bekerja”. E.Darmawisata Perjalanan atau kunjungan singkat dengan tujuan bersenang-senang sambil mengenal baik objek wisata dan lingkungannya.