Triage adalah proses pemilahan pasien berdasarkan tingkat kegawatdaruratan untuk menentukan prioritas penanganan. Proses ini melibatkan penilaian kondisi A (Airway), B (Breathing), C (Circulation), D (Disability) untuk mengkategorikan pasien menjadi kelompok merah, kuning, hijau, atau hitam. Petugas triage meliputi dokter dan perawat yang terlatih khusus untuk menentukan tindapan medis tercepat bagi pasien.
TRIAGE SEBAGAI ALAT UTAMA PENGAMATAN KEBUTUHAN PASIEN
1. TRIAGE
Yaitu proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera
atau penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat
darurat. (Pusponegoro, 2010). Pengertian yang lain bahwa
triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus
dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber
daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien
dengan tujuan untuk memilih atau menggolongkan semua
pasien yang memerlukan pertolongan dan menetapkan
prioritas penangannya (Kathleen dkk, 2008). Jadi triage adalah
kegiatan pemilahan pasien berdasarkan tingkat
kegawatdaruratan trauma atau penyakit untuk menentukan
prioritas penanganan pasien tersebut berdasarkan penilaian
kondisi A (Airway), B (Brething), C (Circulation), D (Disability).
2. SIAPA YANG BERHAK MEN – TRIAGE ????????
• Petugas triage terdiri dari :
• Dokter triage yaitu dokter umum yang
mempunyai sertifikat Advanced Trauma Life
Support (ATLS) dan Advanced Cardiac Life
Support (ACLS) dan sertifikat pelatihan Triage.
• Perawat triage yaitu perawat yang bekerja di
IGD yang mempunyai sertifikat Basic Trauma
Life Support (BTLS) , Basic Cardiac Life Support
(BCLS) dan sertifikat pelatihan Triage.
3. TUJUAN
• Jadi tujuan triage adalah memilah dan
menilai pasien agar mendapatkan
pertolongan medis secara cepat dan
tepat sesuai dengan prioritas kategori
kegawatdaruratan dan sesuai dengan
penyakitnya.
4. • Triage dilakukan di :
• Pra rumah sakit, misalnya di tempat kejadian
kecelakaan atau bencana.
• Pada saat pasien di transportasi.
• Ruang triage IGD RSU PKU Muhammadiyah
Delanggu.
5. SIAPA YANG BERHAK MEN – TRIAGE ????????
• Petugas triage terdiri dari :
• Dokter triage yaitu dokter umum yang
mempunyai sertifikat Advanced Trauma Life
Support (ATLS) dan Advanced Cardiac Life
Support (ACLS) dan sertifikat pelatihan Triage.
• Perawat triage yaitu perawat yang bekerja di
IGD yang mempunyai sertifikat Basic Trauma
Life Support (BTLS) , Basic Cardiac Life Support
(BCLS) dan sertifikat pelatihan Triage.
6. Triage yang dilakukan di RSU PKU Muhammadiyah
Delanggu adalah :
1. Emergent/Immediate/Priority 1 : warna MERAH
• Pasien yang datang dengan keadaan gawat darurat
karena dapat mengakibatkan kerusakan organ
permanen dan pasien harus ditangani dalam waktu
maksimal 10 menit.
• Yang masuk ke dalam kelompok ini antara lain :
Cedera berat
Infark Miokard Akut
Gangguan airway
Syok
Anafilaksis
7. 2. Urgent.Priority 2 : warna KUNING
• Pasien yang datang dengan keadaan darurat
tidak gawat yang harus ditangani dalam waktu
maksimal 30 menit.
• Yang masuk ke dalam kelompok ini antara lain :
Cedera spinal
Stroke/Cerebral Vascular Accident
Appendiksitis
Cholesistitis
8. 3. Non urgent/Delayed/Priority 3 : warna HIJAU
• Pasien yang datang dengan kondisi tidak gawat
tidak darurat dengan keluhan ringan – sedang,
tetapi mempunyai kemungkinan atau dengan
riwayat penyakit serius yang harus mendapat
penanganan dalam waktu 60 menit.
• Yang masuk ke dalam kelompok ini antara lain :
Laserasi kulit
Kontusi
Abrasi dan luka lain
Fraktur tulang pendek dan sendi
Demam
9. 4. Priority 0 : warna HITAM
– Penderita yang mengalami cedera mematikan
dan tidak bisa dipertahankan lagi meskipun
dilakukan resusitasi, atau penderita yang sudah
meninggal (Death on Arrival / DOA). Tidak ada
respon pada semua rangsangan, tidak ada
respirasi spontan, tidak ada bukti aktivitas
jantung, tidak ada respon pupil terhadap cahaya.
10. PROSES TRIAGE
• Sebelum melakukan proses triage, petugas
triage harus memperkenalkan diri,
melakukan identifikasi pasien, kemudian
menanyakan anamnesis singkat dan
pemeriksaan cepat dan tepat. Pengumpulan
data subjektif dan objektif harus dilakukan
dengan cepat, tidak lebih dari 5 menit. Untuk
pemeriksaan dilakukan dengan menilai
kondisi A (Airway), B (Breathing), C
(Circulation), D (Disability).
11. • A (Airway) adalah penilaian jalan nafas apakah
ada sumbatan, ancaman, atau bebas melalui
metode look, listen, and feel.
• Lihat (Look) apakah pasien mengalami agitasi
atau kesadarannya menurun, agitasi memberi
kesan adanya hipoksia dan penurunan
kesadaran memberi kesan adanya hiperkarbia.
Sianosis menunjukkan hipoksemia yang
disebabkan oleh kurangnya oksigenasi dan
dapat dilihat dengan melihat pada kuku dan
kulit sekitar mulut. Tidak adanya retraksi dan
penggunaan otot-otot napas tambahan yang
apabila ada, merupakan bukti tambahan
adanya gangguan airway.
12. • Dengar (Listen) adanya suara-suara
abnormal pernafasan yang berbunyi
(suara, nafas berisik) adalah pernafasan
yang tersumbat. Suara mendengkur
(Snoring) berkumur (gurgling) dan bersiul
(crowing sound, stridor) mungkin
berhubungan dengan sumbatan parsial
pada farinks atau larinks. Suara parau
(hoarseness, dysphnia) menunjukkan
sumbatan pada larinks. Pasien yang
melawan dan berkata-kata kasar (gaduh,
gelisah) mungkin mengalami hipoksia dan
tidak boleh dianggap karena keracunan/
mabuk
13. • Feel : rasakan pergerakan udara ekspresi,
dan tentukan apakah trakea terletak di
garis tengah.
14. • B (Breathing) adalah penilaian terhadap
pernafasan apakah henti nafas, bradipnoe,
takipnoe, sianosis, mengi melalui metode look,
listen, and feel.
• Lihat (Look) naik turunya dada yang simetris
dan pergerakan dinding dada yang adequate.
Asimetri menunjukkan pembelatan (splinting)
atau fail chest dan tiap pernapasan yang
dilakukan dengan susah (labored breathing)
sebaiknya harus dianggap sebagai ancaman
ventilasi pasien.
15. • Dengar (Listen) : auskultasi kedua lapangan
paru. Penurunan atau tidak terdengarnya
suara napas pada satu atau kedua
hemitoraks merupakan tanda akan adanya
kelainan intra thorakal. Hati-hati terhadap
adanya laju pernapasan yang cepat,
takhipnu mungkin menunjukkan kekurangan
oksigen (respiratory distress).
16. • Feel : lakukan perkusi. Seharusnya sonor dan
sama kedua lapang paru. Misalnya : bila
hipersonor berarti ada pneumthoraks, bila
pekak ada darah (hematothoraks).
17. • C (Circulation) : penilaian sirkulasi secara
cepat dapat dilakukan dengan menilai nadi
tidak teraba, nadi teraba lemah, bradikardia,
takikardia), akral (akral dingin, akral hangat),
tekanan darah, suhu/temperature, warna kulit
(pucat, merah, sianosis).
18. • D (Disability) : pemeriksaan neurologis singkat
yang dilakukan adalah menentukan tingkat
kesadaran dan tanda lateralisasi.
20. 1. Pasien datang ke IGD RSU PKU Muhammadiyah Delanggu,
diterima oleh petugas/ paramedis IGD dan dibawa ke
ruang triage.
2. Keluarga pasien/ pengantar pasien melakukan registrasi di
bagian pendaftaran pasien IGD.
3. Petugas triage memakai alat proteksi diri kemudian
melakukan proses triage dengan menilai kondisi A
(Airway), B (Breathing), C (Circulation), D (Disability) untuk
menentukan derajat kegawatannya.
4. Petugas triage melakukan anamnesis singkat, jika pasien
tidak sadar maka dilakukan heteroanamnesis kepada
keluarga pasien/ pengantar pasien.
5. Bila jumlah penderita/ korban yang ada lebih dari 50
orang, maka triage dapat dilakukan di luar ruang triase (di
depan gedung IGD).
6. Penderita dibedakan menurut kegawatdaruratannya
dengan memberi kode warna
21. • Emergent/Immediate/Priority 1 : warna
MERAH
• Urgent/Priority 2 : warna
KUNING
• Non Urgetn/Delayed/Priority 3 : warna HIJAU
• Expectant/Priority 0 : warna HITAM
22. 8) Penderita/ korban dipindahkan dari ruang triage
ke :
– Penderita kategori triage merah dapat langsung
diberikan pengobatan di ruang P1 atau zona merah.
Tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih lanjut,
penderita/ korban dapat dipindahkan ke ruang
perawatan intensif, ruang operasi atau dirujuk ke
rumah sakit lain.
– Penderita dengan kategori triage kuning yang
memerlukan tindakan medis lebih lanjut dapat
dipindahkan ke ruang P2 atau zona kuning.
– Penderita dengan kategori triage hijau dapat
dipindahkan ke rawat jalan, atau bila sudah
memungkinkan dapat dipulangkan, maka penderita/
korban dapat diperbolehkan untuk pulang.
– Penderita kategori triage hitam dapat langsung
dipindahkan ke kamar jenazah.
23. 9. Pasien dengan kondisi mengancam nyawa
dilakukan pemeriksaan triage dengan cara Walk
in Triage, sambil mengantar pasien ke dalam
ruang P1.
10.Di ruang P1 dan P2, dokter jaga IGD harus
melakukan re-triage atau triage ulang.
11.Hasil pemeriksaan oleh petugas triage harus
didokumentasikan tertulis dalam Formulir Triage
Pasien yang merupakan bagian dari rekam
medis pasien.
25. • Hasil triage pasien didokumentasikan tertulis
dalam Formulir Triage Pasien yang merupakan
bagian dari rekam medis pasien.
• Hasil re-triage pasien didokumentasikan
tertulis dalam lembar status rekam medis
pasien IGD yang merupakan bagian dari rekam
medis pasien.