SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
PENGAYAAN PRAKTIKUM
A. Pelayanan Pasien Dengan Sistem Triage di Unit Gawat Darurat
Didalam pelayanan di UGD harus ada organisasi yang baik dan lengkap baik
pembiayaan, SDM yang terlatih sarana yang standar baik sarana medis mmaupun sarana non
medis dan mengikuti teknologi pelayanan medis. Prinsip utama dalam pelayanan di UGD
adalah Respone Time baik standar nasional maupun standar internasional.
1. Triage
a. Triase (triage) adalah sistem untuk menentukan pasien yang diutamakan memperoleh
penanganan medis terlebih dulu di instalasi gawat darurat (IGD) berdasarkan tingkat
keparahan kondisinya.
b. Pasien yang mengalami cedera kepala, tidak sadarkan diri, dan dalam kondisi kritis
yang mengancam nyawa tentunya perlu diprioritaskan dari pasien lain dengan cedera
ringan.
c. Sistem triase gawat darurat (gadar) pertama kali diterapkan untuk menangani korban
perang di basis militer.
d. Triase (triage) gawat darurat (gadar) awalnya membagi pasien ke dalam 3 kategori
lengkap, yaitu immediate, urgent, dan non-urgent.
e. Hingga sekarang, sistem triase berguna untuk mengatasi kondisi yang menyebabkan
IGD rumah sakit kebanjiran pasien.
f. Contohnya adalah situasi bencana alam atau pandemi yang menyebabkan jumlah tenaga
kesehatan tidak sebanding dengan jumlah pasien saat itu.
g. Dalam kondisi pasien yang membludak, sistem triase IGD dapat membantu menyeleksi
pasien yang memerlukan pertolongan pertama secara medis sesegara mungkin.
h. Untuk mengetahui pasien yang lebih dipioritaskan, tenaga medis akan melakukan
klasifikasi gawat darurat setiap pasien sesuai dengan kondisinya.
2. Kategori Pasien dalam Triase IGD
Dalam mengategorikan pasien yang masuk ruang gawat darurat, tenaga medis
membedakan pasien berdasarkan kode warna, mulai dari merah, kuning, hijau, putih dan
hitam.
1) Merah
Warna merah dalam triase IGD menunjukkan pasien pioritas pertama yang
berada dalam kondisi kritis (mengancam nyawa) sehingga memerlukan pertolongan
medis sesegera mungkin. Jika tidak diberikan penanganan dengan cepat, kemungkinan
besar pasien akan meninggal.
Contoh dalam hal ini adalah pasien yang kesulitan bernapas, terkena serangan
jantung, menderita trauma kepala serius akibat kecelakaan lalu lintas, dan mengalami
perdarahan luar yang besar.
2) Kuning
Warna kuning menandakan pasien pioritas kedua yang memerlukan perawatan
segera, tetapi penanganan medis masih dapat ditunda beberapa saat karena pasien
dalam kondisi stabil. Meski kondisinya tidak kritis, pasien dengan kode warna kuning
masih memerlukan penanganan medis yang cepat. Kondisi pasien tetap bisa memburuk
dengan cepat dan berisiko menimbulkan kecacatan atau kerusakan organ.
Pasien yang termasuk kategori kode warna kuning contohnya adalah pasien
dengan patah tulang di beberapa tempat akibat jatuh dari ketinggian. luka bakar derajat
tinggi, dan trauma kepala ringan.
3) Hijau
Warna hijau menunjukkan pasien prioritas ketiga yang memerlukan perawatan di
rumah sakit, tetapi masih dapat ditunda lebih lama (maksimal 30 menit). Ketika tenaga
medis telah menangani pasien lain yang kondisinya lebih darurat (kategori warna merah
dan kuning), maka mereka akan langsung melakukan pertolongan pada pasien pioritas
ketiga.
Pasien yang cedera tetapi masih sadar dan bisa berjalan biasanya termasuk dalam
kategori triase gawat darurat ini. Contoh lain dalam kategori adalah pasien dengan patah
tulang ringan, luka bakar derajat rendah, atau luka ringan.
4) Putih
Pasien yang mengalami cedera minimal yang tidak memerlukan penanganan medis
secara khusus atau hanya membutuhkan obat-obatan masuk ke dalam kategori putih.
Pada kondisi ini gejala bisanya tidak berisiko bertambah parah jika pengobatan tidak
segera diberikan.
5) Hitam
Kode warna hitam menandakan pasien berada dalam kondisi yang sangat kritis,
tetapi sulit untuk diselamatkan nyawanya. Sekalipun segera ditangani, pasien tetap akan
meninggal. Kondisi ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami cedera parah yang
bisa menyulitkan pernapasan atau kehilangan banyak darah akibat luka tembak.
B. Bantuan Hidup Dasar (BHD)
2.1. Definisi BantuanHidup Dasar
Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah dasar untuk menyelamatkan nyawa
ketika terjadi henti jantung. Aspek dasar dari BHD meliputi pengenalan langsung
terhadap henti jantung mendadak dan aktivasi system tanggap darurat,
cardiopulmonary resuscitation (CPR) atau resusitasi jantung paru (RJP) dini, dan
defibrilasi cepat dengan defibrillator eksternal otomatis/ automated external
defibrillator (AED). Pengenalan dini dan respon terhadap serangan jantung dan
stroke juga dianggap sebagai bagian dari BHD. Resusitasi jantung paru (RJP)
sendiri adalah suatu tindakan darurat, sebagai usaha untuk mengembalikan
keadaan henti napas dan atau henti jantung (yang dikenal dengan kematian klinis)
ke fungsi optimal, guna mencegah kematian biologis. 6
2.2 Tujuan Bantuan Hidup Dasar
Tujuan utama dari BHD adalah suatu tindakan oksigenasi darurat untuk
mempertahankan ventilasi paru dan mendistribusikan darah-oksigenasi ke
jaringan tubuh. Selain itu, ini merupakan usaha pemberian bantuan sirkulasi
sistemik, beserta ventilasi dan oksigenasi tubuh secara efektif dan optimal sampai
didapatkan kembali sirkulasi sistemik spontan atau telah tiba bantuan dengan
peralatan yang lebih lengkap untuk melaksanakan tindakan bantuan hidup jantung
lanjutan.7
Langkah-LangkahBantuanHidup Dasar
1. Pada saat tiba di lokasi kejadian
Tahap ini merupakan tahapan umum pada saat tiba di suatu lokasi kejadian,
baik pada kasus trauma ataupun kasus medis.3
Pada saat tiba di tempat kejadian, kenali dan pelajari segala situasi dan potensi
bahaya yang ada. Sebelum melakukan pertolongan, pastikan keadaan aman bagi si
penolong.3
a. Amankan keadaan
Perhatikan dahulu segala yang berpotensi menimbulkan bahaya sebelum
menolong pasien, seperti lalu lintas kendaraan, jalur listrik, asap, cuaca ekstrim,
atau emosi dari orang di sekitar lokasi kejadian. Lalu menggunakan alat
perlindungan diri (APD) yang sesuai.3,4
b. Evaluasi ancaman bahaya
Bila tidak ada ancaman bahaya jangan memindahkan korban, misalnya api
atau gas beracun. Jika penolong harus memindahkan korban, maka harus dilakukan
secepat mungkin dan seaman mungkin dengan sumber daya yang tersedia.3,4
c. Evaluasi penyebab cedera atau mekanisme cedera
Evaluasi petunjuk yang mungkin menjadi pertanda penyebab terjadinya
kegawatan dan bagaimana korban mendapatkan cederanya, misalnya terjatuh dari
tangga, tabrakan antar kendaraan, atau adanya tumpahan obat dari botolnya. Gali
informasi melalui saksi mata apa yang terjadi dan menggunakan informasi
tersebut untuk menilai apa yang terjadi. Penolong juga harus memikirkan
kemungkinan korban telah dipindahkan dari tempat kejadian, baik oleh orang di
sekitar lokasi atau oleh si korban sendiri.3,4
d. Jumlah korban
Evaluasi pula keadaan sekitar bilamana terdapat korban lain. Jangan sekali-kali
berpikir hanya ada satu korban, oleh sebab itu sangat penting untuk segera
mengamati keadaan sekitar kejadian. 3
e. Meminta pertolongan
Minta bantuan ke orang sekitar tempat kejadian. Hal ini sangat penting karena
akan sangat sulit menolong pasien seorang diri, apabila ada lebih dari satu
penolong maka akan lebih efektif menangani korban, seperti pengaktivan EMS
dan mengamankan lokasi. 3
f. Evaluasi kesan awal Anda
Evaluasi gejala dan tanda yang mengindikasikan kedaruratan yang mengancam
nyawa korban, seperti adanya sumbatan jalan nafas, perdarahan dan sebagainya. 3
2. Penilaianawalpada korban tidak sadarkandiri
a. Level of Conciousness (Tingkat kesadaran)3
Pedoman berikut digunakan secara bertahap untuk menilai tingkat kesadaran si
korban:
A - Alert/Awas: Kondisi dimana korban sadar, meskipun mungkin masih
dalam keadaan bingung terhadap apa yang terjadi.
V - Verbal/Suara: Kondisi dimana korban merespon terhadap rangsang
suara yang diberikan. Oleh karena itu, si penolong harus memberikan
rangsang suara yang nyaring ketika melakukan penilaian pada tahap ini.
P - Pain/Nyeri: Kondisi dimana korban merespon terhadap rangsang
nyeri yang diberikan oleh penolong. Rangsang nyeri dapat diberikan melalui
penekanan dengan keras di pangkal kuku atau penekanan dengan
menggunakan sendi jari tangan yang dikepalkan pada tulang sternum/tulang
dada. Namun, pastikan bahwa tidak ada tanda cidera di daerah tersebut
sebelum melakukannya.
U - Unresponsive/tidak respon: Kondisi dimana korban tidak merespon
semua tahapan yang ada di atas.
b. Airway – Breathing – Circulations (Jalan napas - Pernapasan - Sirkulasi)3,4
Apabila korban dalam keadaan tidak respon, segera evaluasi keadaan jalan
napas korban. Pastikan bahwa korban dalam posisi telentang. Jika korban
tertelungkup, penolong harus menelentangkannya dengan hati-hati dan jangan
sampai membuat atau memperparah cidera korban. Pada korban yang tidak
sadarkan diri dengan mulut yang menutup terdapat metode untuk membuka jalan
napas, yaitu Head-tilt/chin-lift technique (Teknik tekan dahi/angkat dagu) dengan
menekan dahi sambil menarik dagu hingga melewati posisi netral tetapi jangan
sampai menyebabkan hiperekstensi leher dan Jaw-thrust maneuver (manuver
dorongan rahang) yang dilakukan bila dicurigai terjadi cedera pada kepala, leher
atau tulang belakang pada korban. Lalu membuka mulut korban. Metode ini yang
biasa dikenal dengan Triple Airway Manuever.
Gambar 1. Triple airway manuever (Head-tilt, chin-lift, jaw-thrust)
Cara melakukannya dengan berlutut di atas kepala pasien, lalu menumpukan
siku pada lantai, meletakkan tangan pada tiap sisi kepala, meletakkan jari-jari di
sekitar sudut tulang rahang dengan ibu jari berada di sekitar mulut, lalu angkat
rahang ke atas dengan jari-jari dan ibu jari membuka mulut dengan mendorong
dagu ke arah depan sambil mengangkat rahang. Pastikan tidak menggerakkan
kepala atau leher korban ketika melakukannya.
Evaluasi napas dan nadi karotis (nadi leher) korban secara bersamaan/simultan
kurang lebih selama 5 detik atau tidak lebih dari 10 detik. Lakukan pengecekan
napas dengan melihat naik-turunnya dada korban, dengarkan dan rasakan dengan
pipi udara yang dihembuskan oleh korban. Lakukan pengecekan nadi dengan
meraba arteri karotis yang ada di leher dengan meletakkan 2 jari di bawah sudut
rahang yang ada di sisi penolong.
3. Hasil pemeriksaanawal
Dari penilaian awal ini, dapat diperoleh informasi tentang korban apakah si
korban hanya mengalami pingsan, henti napas atau bahkan henti jantung.
a. Henti napas
Jika korban tidak bernapas tetapi didapati nadi yang adekuat, maka pasien
dapat dikatakan mengalami henti napas. Maka langkah awal yang harus dilakukan
adalah mengaktifkan sistem tanggapan darurat, kemudian penolong dapat
memberikan bantuan napas. Pastikan jalan napas bersih dari sumbatan, berikan 1
kali bantuan napas setiap 5-6 detik, dengan durasi sekitar 1 detik untuk tiap
pemberian napas. Terdapat 3 cara memberikan ventilasi yaitu dengan mouth-to-
mouth ventilation, pocket mask ventilation dan bag valve mask resuscitation.3,4
Gambar 2. Pocket Mask Ventilation
Pastikan dada korban mengembang pada setiap pemberian napas. Periksa nadi
setiap 2 menit. Pemberian napas harus dilanjutkan hingga korban mulai bernapas
dengan spontan, penolong terlatih tiba, nadi korban menghilang dimana pada
kasus ini penolong harus memulai RJP dan pasangkan AED bila tersedia serta
apabila keadaan lingkungan menjadi tidak aman. 3,4
b. Henti Jantung
Jika korban tidak bernapas, nadi tidak ada dan tidak ada respon, maka pasien
dapat dikatakan mengalami henti jantung. Pada keadaan ini, langkah-langkah
yang harus dilakukan adalah mengaktifkan sistem tanggapan darurat dan
menghubungi pusat layanan kesehatan darurat terdekat.3,4 Kemudian segera
melakukan RJP yang benar dengan langkah-langkah sebagai berikut:
- Letakkan korban pada permukaan datar dan keras untuk memastikan bahwa
korban mendapat penekanan yang adekuat.
- Pastikan bagian dada korban terbuka untuk meyakinkan penempatan tangan
yang benar dan untuk melihat rekoil dada.
- Letakkan tangan di tengah dada korban, tupukan salah satu pangkal tangan
pada daerah separuh bawah tulang dada dan tangan yang lain di atas tangan
yang bertumpu tersebut.
- Lengan harus lurus 90 derajat terhadap dada korban, dengan bahu penolong
sebagai tumpuan atas.
- Tekan dada dengan kecepatan 100-120 kali per menit, dengan kedalaman
minimal 5 cm tetapi tidak boleh lebih dari 6 cm.
- Selama melakukan penekanan, pastikan bahwa dinding dada diberikan
kesempatan untuk mengembang kembali ke bentuknya semula (rekoil penuh).
- Berikan 2 kali bantuan napas setiap selesai melakukan 30 kali penekanan
dada, dengan durasi selama 1 detik untuk tiap pemberian napas. Pastikan dada
mengembang untuk tiap pemberian bantuan napas.
- Untuk penolong yang tidak terlatih dalam melakukan RJP, disarankan untuk
melakukan penekanan dada saja secara terus-menerus.
Gambar 3. Teknik Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Apabila perangkat automated external defibrilator (AED) telah tersedia, maka
segera dipasangkan. AED adalah alat elektronik portabel yang secara otomatis
dapat menganalisis ritme jantung pasien dan dapat melakukan defibrilasi. AED
dapat mengindikasikan pemberikan defibrilasi pada dua keadaan disritmia
jantung, yaitu ventricular fibrilasi (VF) dan ventricular tachycardi (VT). Cara
menggunakan AED dijelaskan sebagai berikut.
- Nyalakan alat AED.
- Pastikan dada pasien terbuka dan kering.
- Letakkan pad pada dada korban. Gunakan pad dewasa untuk korban dewasa
dan anak dengan usia di atas 8 tahun atau dengan berat di atas 55 pound (di
atas 25 kg). Tempatkan satu pad di dada kanan atas di bawah tulang selangka
kanan, dan tempatkan pad yang lain di dada kiri pada garis tengah ketiak,
beberapa inci di bawah ketiak kiri.
- Hubungkan konektor, dan tekan tombol analyze.
- Beritahukan pada semua orang dengan menyebutkan "clear" sebagai tanda
untuk tidak menyentuh korban selama AED menganalisis. Hal ini dilakukan
agar analisis yang didapatkan akurat.
- Ketika "clear" disebutkan, penolong yang bertugas untuk melakukan RJP
harus menghentikan penekanan dada dan mengangkat tangannya beberapa inci
di atas dada, tapi masih berada pada posisi untuk bersiap melanjutkan
penekanan dada segera setelah kejut listrik diberikan atau AED menyarankan
bahwa kejut listrik tidak diindikasikan.
- Amati analisis AED dan siapkan untuk pemberian kejut listrik bila
diperlukan. Pastikan tidak ada seorangpun yang kontak dengan pasien. Siapkan
penolang pada posisi untuk siap melanjutkan penekanan dada segera setelah
kejut listrik diberikan.
- Berikan kejut listrik dengan menekan tombol "shock" bila ada indikasi.
- Setelah kejut listrik diberikan, segera lanjutkan penekanan dada dan lakukan
selama 2 menit (sekitar 5 siklus) hingga AED menyarankan untuk melakukan
analisis ulang, adanya tanda kembalinya sirkulasi spontan, atau Anda
diperintahkan oleh ketua tim atau anggota terlatih untuk berhenti.
Diagram 1. Alur Bantuan Hidup Dasar 4

More Related Content

Similar to PENGAYAAN PRAKTIKUM.docx

Keperawatan kegawat daruratan iii
Keperawatan kegawat daruratan iiiKeperawatan kegawat daruratan iii
Keperawatan kegawat daruratan iiipjj_kemenkes
 
Triage Bencana, Stabilisasi, Transportasi dan Evakuasi pada Bencana.pptx
Triage Bencana, Stabilisasi, Transportasi dan Evakuasi pada Bencana.pptxTriage Bencana, Stabilisasi, Transportasi dan Evakuasi pada Bencana.pptx
Triage Bencana, Stabilisasi, Transportasi dan Evakuasi pada Bencana.pptxAlva Cherry Mustamu
 
Sop pelayanan kegawat daruratan copy
Sop pelayanan kegawat daruratan   copySop pelayanan kegawat daruratan   copy
Sop pelayanan kegawat daruratan copyasjulina
 
3. BHD DAN RJP ok.pptx
3. BHD DAN RJP ok.pptx3. BHD DAN RJP ok.pptx
3. BHD DAN RJP ok.pptxRafaKhan7
 
Konsep keperawatan gawat darurat
Konsep keperawatan gawat daruratKonsep keperawatan gawat darurat
Konsep keperawatan gawat daruratdedy ari
 
KELOMPOK_2_SPGDT fixx.phhhhhhhhhhhhhhhhhhhptx
KELOMPOK_2_SPGDT  fixx.phhhhhhhhhhhhhhhhhhhptxKELOMPOK_2_SPGDT  fixx.phhhhhhhhhhhhhhhhhhhptx
KELOMPOK_2_SPGDT fixx.phhhhhhhhhhhhhhhhhhhptxanangkuniawan
 
Pertolongan korban banyak
Pertolongan korban banyakPertolongan korban banyak
Pertolongan korban banyakKharistya Amaru
 
Pertolongan pertama pmi
Pertolongan pertama pmiPertolongan pertama pmi
Pertolongan pertama pmiAntoMinerg
 
TRIASE_KEL_1_pptx.pptx
TRIASE_KEL_1_pptx.pptxTRIASE_KEL_1_pptx.pptx
TRIASE_KEL_1_pptx.pptxyukeputri1
 
Pedoman pelayanan gawat darurat rumah sakit
Pedoman pelayanan gawat darurat rumah sakitPedoman pelayanan gawat darurat rumah sakit
Pedoman pelayanan gawat darurat rumah sakitSangidYahya
 
P3 k (pertolongan pertama pada kecelakaan) ke 1
P3 k (pertolongan pertama pada kecelakaan) ke 1P3 k (pertolongan pertama pada kecelakaan) ke 1
P3 k (pertolongan pertama pada kecelakaan) ke 1Agus Tri
 
372012721 pedoman-internal-pelayanan-igd-sukses
372012721 pedoman-internal-pelayanan-igd-sukses372012721 pedoman-internal-pelayanan-igd-sukses
372012721 pedoman-internal-pelayanan-igd-suksesambariyanto02
 
Notaringkasp 131026205220-phpapp02
Notaringkasp 131026205220-phpapp02Notaringkasp 131026205220-phpapp02
Notaringkasp 131026205220-phpapp02leena leena
 
Kasus sistem-triage
Kasus sistem-triageKasus sistem-triage
Kasus sistem-triagejohanadi2
 
RWAT3311_PRAKTEK-KLINIK-KEPERAWATAN-GAWAT-DARURAT_BAB-1-5_FINAL.pdf
RWAT3311_PRAKTEK-KLINIK-KEPERAWATAN-GAWAT-DARURAT_BAB-1-5_FINAL.pdfRWAT3311_PRAKTEK-KLINIK-KEPERAWATAN-GAWAT-DARURAT_BAB-1-5_FINAL.pdf
RWAT3311_PRAKTEK-KLINIK-KEPERAWATAN-GAWAT-DARURAT_BAB-1-5_FINAL.pdfedipurwanto81
 
Latar Belakang Gadar
Latar Belakang GadarLatar Belakang Gadar
Latar Belakang GadarQueen Lea
 

Similar to PENGAYAAN PRAKTIKUM.docx (20)

Keperawatan kegawat daruratan iii
Keperawatan kegawat daruratan iiiKeperawatan kegawat daruratan iii
Keperawatan kegawat daruratan iii
 
Triage Bencana, Stabilisasi, Transportasi dan Evakuasi pada Bencana.pptx
Triage Bencana, Stabilisasi, Transportasi dan Evakuasi pada Bencana.pptxTriage Bencana, Stabilisasi, Transportasi dan Evakuasi pada Bencana.pptx
Triage Bencana, Stabilisasi, Transportasi dan Evakuasi pada Bencana.pptx
 
Sop pelayanan kegawat daruratan copy
Sop pelayanan kegawat daruratan   copySop pelayanan kegawat daruratan   copy
Sop pelayanan kegawat daruratan copy
 
3. BHD DAN RJP ok.pptx
3. BHD DAN RJP ok.pptx3. BHD DAN RJP ok.pptx
3. BHD DAN RJP ok.pptx
 
Konsep keperawatan gawat darurat
Konsep keperawatan gawat daruratKonsep keperawatan gawat darurat
Konsep keperawatan gawat darurat
 
KELOMPOK_2_SPGDT fixx.phhhhhhhhhhhhhhhhhhhptx
KELOMPOK_2_SPGDT  fixx.phhhhhhhhhhhhhhhhhhhptxKELOMPOK_2_SPGDT  fixx.phhhhhhhhhhhhhhhhhhhptx
KELOMPOK_2_SPGDT fixx.phhhhhhhhhhhhhhhhhhhptx
 
Pertolongan korban banyak
Pertolongan korban banyakPertolongan korban banyak
Pertolongan korban banyak
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Pertolongan pertama pmi
Pertolongan pertama pmiPertolongan pertama pmi
Pertolongan pertama pmi
 
TRIASE_KEL_1_pptx.pptx
TRIASE_KEL_1_pptx.pptxTRIASE_KEL_1_pptx.pptx
TRIASE_KEL_1_pptx.pptx
 
Bhd awam
Bhd awamBhd awam
Bhd awam
 
Pedoman pelayanan gawat darurat rumah sakit
Pedoman pelayanan gawat darurat rumah sakitPedoman pelayanan gawat darurat rumah sakit
Pedoman pelayanan gawat darurat rumah sakit
 
P3 k (pertolongan pertama pada kecelakaan) ke 1
P3 k (pertolongan pertama pada kecelakaan) ke 1P3 k (pertolongan pertama pada kecelakaan) ke 1
P3 k (pertolongan pertama pada kecelakaan) ke 1
 
Manajemen star
Manajemen starManajemen star
Manajemen star
 
372012721 pedoman-internal-pelayanan-igd-sukses
372012721 pedoman-internal-pelayanan-igd-sukses372012721 pedoman-internal-pelayanan-igd-sukses
372012721 pedoman-internal-pelayanan-igd-sukses
 
Notaringkasp 131026205220-phpapp02
Notaringkasp 131026205220-phpapp02Notaringkasp 131026205220-phpapp02
Notaringkasp 131026205220-phpapp02
 
Kasus sistem-triage
Kasus sistem-triageKasus sistem-triage
Kasus sistem-triage
 
RWAT3311_PRAKTEK-KLINIK-KEPERAWATAN-GAWAT-DARURAT_BAB-1-5_FINAL.pdf
RWAT3311_PRAKTEK-KLINIK-KEPERAWATAN-GAWAT-DARURAT_BAB-1-5_FINAL.pdfRWAT3311_PRAKTEK-KLINIK-KEPERAWATAN-GAWAT-DARURAT_BAB-1-5_FINAL.pdf
RWAT3311_PRAKTEK-KLINIK-KEPERAWATAN-GAWAT-DARURAT_BAB-1-5_FINAL.pdf
 
Latar Belakang Gadar
Latar Belakang GadarLatar Belakang Gadar
Latar Belakang Gadar
 
Makalah pms
Makalah pmsMakalah pms
Makalah pms
 

Recently uploaded

444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt
444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt
444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.pptMUHAMMADHASINUDDIN
 
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...MAKSIPUASA1
 
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatankebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatanMeiRianitaElfridaSin
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptssuser940815
 
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfestidiyah35
 
ppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptx
ppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptxppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptx
ppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptxmarnitahm32
 
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfAlanRahmat
 
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdfLAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdfNurlianiNurliani4
 
kelompok rentan pada perempuan dan a.ppt
kelompok rentan pada perempuan dan a.pptkelompok rentan pada perempuan dan a.ppt
kelompok rentan pada perempuan dan a.pptssuser8a13d21
 
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatanMetode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatanMeiRianitaElfridaSin
 
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anak
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anakKIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anak
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anakelin560994
 
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan ContohUji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan ContohARDS5
 
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypi
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypipersentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypi
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypianisaEndrasari
 

Recently uploaded (13)

444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt
444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt
444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt
 
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
1. BHD PERKI.pptx, materi tentang bagaimana melakukan bhd pada korban dengan ...
 
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatankebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
 
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.pptPENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
PENGORGANISASIAN dan struktur organisasi.ppt
 
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdfMATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
MATERI PRESENTASI IPE IPC (kelompok 1).pdf
 
ppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptx
ppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptxppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptx
ppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptx
 
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
 
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdfLAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
 
kelompok rentan pada perempuan dan a.ppt
kelompok rentan pada perempuan dan a.pptkelompok rentan pada perempuan dan a.ppt
kelompok rentan pada perempuan dan a.ppt
 
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatanMetode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
Metode dan media pendidikan dan promosi kesehatan
 
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anak
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anakKIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anak
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anak
 
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan ContohUji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
 
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypi
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypipersentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypi
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypi
 

PENGAYAAN PRAKTIKUM.docx

  • 1. PENGAYAAN PRAKTIKUM A. Pelayanan Pasien Dengan Sistem Triage di Unit Gawat Darurat Didalam pelayanan di UGD harus ada organisasi yang baik dan lengkap baik pembiayaan, SDM yang terlatih sarana yang standar baik sarana medis mmaupun sarana non medis dan mengikuti teknologi pelayanan medis. Prinsip utama dalam pelayanan di UGD adalah Respone Time baik standar nasional maupun standar internasional. 1. Triage a. Triase (triage) adalah sistem untuk menentukan pasien yang diutamakan memperoleh penanganan medis terlebih dulu di instalasi gawat darurat (IGD) berdasarkan tingkat keparahan kondisinya. b. Pasien yang mengalami cedera kepala, tidak sadarkan diri, dan dalam kondisi kritis yang mengancam nyawa tentunya perlu diprioritaskan dari pasien lain dengan cedera ringan. c. Sistem triase gawat darurat (gadar) pertama kali diterapkan untuk menangani korban perang di basis militer. d. Triase (triage) gawat darurat (gadar) awalnya membagi pasien ke dalam 3 kategori lengkap, yaitu immediate, urgent, dan non-urgent. e. Hingga sekarang, sistem triase berguna untuk mengatasi kondisi yang menyebabkan IGD rumah sakit kebanjiran pasien. f. Contohnya adalah situasi bencana alam atau pandemi yang menyebabkan jumlah tenaga kesehatan tidak sebanding dengan jumlah pasien saat itu. g. Dalam kondisi pasien yang membludak, sistem triase IGD dapat membantu menyeleksi pasien yang memerlukan pertolongan pertama secara medis sesegara mungkin. h. Untuk mengetahui pasien yang lebih dipioritaskan, tenaga medis akan melakukan klasifikasi gawat darurat setiap pasien sesuai dengan kondisinya. 2. Kategori Pasien dalam Triase IGD Dalam mengategorikan pasien yang masuk ruang gawat darurat, tenaga medis membedakan pasien berdasarkan kode warna, mulai dari merah, kuning, hijau, putih dan hitam.
  • 2. 1) Merah Warna merah dalam triase IGD menunjukkan pasien pioritas pertama yang berada dalam kondisi kritis (mengancam nyawa) sehingga memerlukan pertolongan medis sesegera mungkin. Jika tidak diberikan penanganan dengan cepat, kemungkinan besar pasien akan meninggal. Contoh dalam hal ini adalah pasien yang kesulitan bernapas, terkena serangan jantung, menderita trauma kepala serius akibat kecelakaan lalu lintas, dan mengalami perdarahan luar yang besar. 2) Kuning Warna kuning menandakan pasien pioritas kedua yang memerlukan perawatan segera, tetapi penanganan medis masih dapat ditunda beberapa saat karena pasien dalam kondisi stabil. Meski kondisinya tidak kritis, pasien dengan kode warna kuning masih memerlukan penanganan medis yang cepat. Kondisi pasien tetap bisa memburuk dengan cepat dan berisiko menimbulkan kecacatan atau kerusakan organ. Pasien yang termasuk kategori kode warna kuning contohnya adalah pasien dengan patah tulang di beberapa tempat akibat jatuh dari ketinggian. luka bakar derajat tinggi, dan trauma kepala ringan. 3) Hijau Warna hijau menunjukkan pasien prioritas ketiga yang memerlukan perawatan di rumah sakit, tetapi masih dapat ditunda lebih lama (maksimal 30 menit). Ketika tenaga medis telah menangani pasien lain yang kondisinya lebih darurat (kategori warna merah dan kuning), maka mereka akan langsung melakukan pertolongan pada pasien pioritas ketiga. Pasien yang cedera tetapi masih sadar dan bisa berjalan biasanya termasuk dalam kategori triase gawat darurat ini. Contoh lain dalam kategori adalah pasien dengan patah tulang ringan, luka bakar derajat rendah, atau luka ringan.
  • 3. 4) Putih Pasien yang mengalami cedera minimal yang tidak memerlukan penanganan medis secara khusus atau hanya membutuhkan obat-obatan masuk ke dalam kategori putih. Pada kondisi ini gejala bisanya tidak berisiko bertambah parah jika pengobatan tidak segera diberikan. 5) Hitam Kode warna hitam menandakan pasien berada dalam kondisi yang sangat kritis, tetapi sulit untuk diselamatkan nyawanya. Sekalipun segera ditangani, pasien tetap akan meninggal. Kondisi ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami cedera parah yang bisa menyulitkan pernapasan atau kehilangan banyak darah akibat luka tembak. B. Bantuan Hidup Dasar (BHD) 2.1. Definisi BantuanHidup Dasar Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah dasar untuk menyelamatkan nyawa ketika terjadi henti jantung. Aspek dasar dari BHD meliputi pengenalan langsung terhadap henti jantung mendadak dan aktivasi system tanggap darurat, cardiopulmonary resuscitation (CPR) atau resusitasi jantung paru (RJP) dini, dan defibrilasi cepat dengan defibrillator eksternal otomatis/ automated external defibrillator (AED). Pengenalan dini dan respon terhadap serangan jantung dan stroke juga dianggap sebagai bagian dari BHD. Resusitasi jantung paru (RJP) sendiri adalah suatu tindakan darurat, sebagai usaha untuk mengembalikan keadaan henti napas dan atau henti jantung (yang dikenal dengan kematian klinis) ke fungsi optimal, guna mencegah kematian biologis. 6 2.2 Tujuan Bantuan Hidup Dasar Tujuan utama dari BHD adalah suatu tindakan oksigenasi darurat untuk mempertahankan ventilasi paru dan mendistribusikan darah-oksigenasi ke jaringan tubuh. Selain itu, ini merupakan usaha pemberian bantuan sirkulasi sistemik, beserta ventilasi dan oksigenasi tubuh secara efektif dan optimal sampai didapatkan kembali sirkulasi sistemik spontan atau telah tiba bantuan dengan peralatan yang lebih lengkap untuk melaksanakan tindakan bantuan hidup jantung lanjutan.7 Langkah-LangkahBantuanHidup Dasar 1. Pada saat tiba di lokasi kejadian
  • 4. Tahap ini merupakan tahapan umum pada saat tiba di suatu lokasi kejadian, baik pada kasus trauma ataupun kasus medis.3 Pada saat tiba di tempat kejadian, kenali dan pelajari segala situasi dan potensi bahaya yang ada. Sebelum melakukan pertolongan, pastikan keadaan aman bagi si penolong.3 a. Amankan keadaan Perhatikan dahulu segala yang berpotensi menimbulkan bahaya sebelum menolong pasien, seperti lalu lintas kendaraan, jalur listrik, asap, cuaca ekstrim, atau emosi dari orang di sekitar lokasi kejadian. Lalu menggunakan alat perlindungan diri (APD) yang sesuai.3,4 b. Evaluasi ancaman bahaya
  • 5. Bila tidak ada ancaman bahaya jangan memindahkan korban, misalnya api atau gas beracun. Jika penolong harus memindahkan korban, maka harus dilakukan secepat mungkin dan seaman mungkin dengan sumber daya yang tersedia.3,4 c. Evaluasi penyebab cedera atau mekanisme cedera Evaluasi petunjuk yang mungkin menjadi pertanda penyebab terjadinya kegawatan dan bagaimana korban mendapatkan cederanya, misalnya terjatuh dari tangga, tabrakan antar kendaraan, atau adanya tumpahan obat dari botolnya. Gali informasi melalui saksi mata apa yang terjadi dan menggunakan informasi tersebut untuk menilai apa yang terjadi. Penolong juga harus memikirkan kemungkinan korban telah dipindahkan dari tempat kejadian, baik oleh orang di sekitar lokasi atau oleh si korban sendiri.3,4 d. Jumlah korban Evaluasi pula keadaan sekitar bilamana terdapat korban lain. Jangan sekali-kali berpikir hanya ada satu korban, oleh sebab itu sangat penting untuk segera mengamati keadaan sekitar kejadian. 3 e. Meminta pertolongan Minta bantuan ke orang sekitar tempat kejadian. Hal ini sangat penting karena akan sangat sulit menolong pasien seorang diri, apabila ada lebih dari satu penolong maka akan lebih efektif menangani korban, seperti pengaktivan EMS dan mengamankan lokasi. 3 f. Evaluasi kesan awal Anda Evaluasi gejala dan tanda yang mengindikasikan kedaruratan yang mengancam nyawa korban, seperti adanya sumbatan jalan nafas, perdarahan dan sebagainya. 3 2. Penilaianawalpada korban tidak sadarkandiri a. Level of Conciousness (Tingkat kesadaran)3 Pedoman berikut digunakan secara bertahap untuk menilai tingkat kesadaran si korban: A - Alert/Awas: Kondisi dimana korban sadar, meskipun mungkin masih dalam keadaan bingung terhadap apa yang terjadi. V - Verbal/Suara: Kondisi dimana korban merespon terhadap rangsang suara yang diberikan. Oleh karena itu, si penolong harus memberikan rangsang suara yang nyaring ketika melakukan penilaian pada tahap ini.
  • 6. P - Pain/Nyeri: Kondisi dimana korban merespon terhadap rangsang nyeri yang diberikan oleh penolong. Rangsang nyeri dapat diberikan melalui penekanan dengan keras di pangkal kuku atau penekanan dengan menggunakan sendi jari tangan yang dikepalkan pada tulang sternum/tulang dada. Namun, pastikan bahwa tidak ada tanda cidera di daerah tersebut sebelum melakukannya. U - Unresponsive/tidak respon: Kondisi dimana korban tidak merespon semua tahapan yang ada di atas. b. Airway – Breathing – Circulations (Jalan napas - Pernapasan - Sirkulasi)3,4 Apabila korban dalam keadaan tidak respon, segera evaluasi keadaan jalan napas korban. Pastikan bahwa korban dalam posisi telentang. Jika korban tertelungkup, penolong harus menelentangkannya dengan hati-hati dan jangan sampai membuat atau memperparah cidera korban. Pada korban yang tidak sadarkan diri dengan mulut yang menutup terdapat metode untuk membuka jalan napas, yaitu Head-tilt/chin-lift technique (Teknik tekan dahi/angkat dagu) dengan menekan dahi sambil menarik dagu hingga melewati posisi netral tetapi jangan sampai menyebabkan hiperekstensi leher dan Jaw-thrust maneuver (manuver dorongan rahang) yang dilakukan bila dicurigai terjadi cedera pada kepala, leher atau tulang belakang pada korban. Lalu membuka mulut korban. Metode ini yang biasa dikenal dengan Triple Airway Manuever. Gambar 1. Triple airway manuever (Head-tilt, chin-lift, jaw-thrust) Cara melakukannya dengan berlutut di atas kepala pasien, lalu menumpukan siku pada lantai, meletakkan tangan pada tiap sisi kepala, meletakkan jari-jari di sekitar sudut tulang rahang dengan ibu jari berada di sekitar mulut, lalu angkat rahang ke atas dengan jari-jari dan ibu jari membuka mulut dengan mendorong dagu ke arah depan sambil mengangkat rahang. Pastikan tidak menggerakkan kepala atau leher korban ketika melakukannya. Evaluasi napas dan nadi karotis (nadi leher) korban secara bersamaan/simultan kurang lebih selama 5 detik atau tidak lebih dari 10 detik. Lakukan pengecekan napas dengan melihat naik-turunnya dada korban, dengarkan dan rasakan dengan
  • 7. pipi udara yang dihembuskan oleh korban. Lakukan pengecekan nadi dengan meraba arteri karotis yang ada di leher dengan meletakkan 2 jari di bawah sudut rahang yang ada di sisi penolong. 3. Hasil pemeriksaanawal Dari penilaian awal ini, dapat diperoleh informasi tentang korban apakah si korban hanya mengalami pingsan, henti napas atau bahkan henti jantung. a. Henti napas Jika korban tidak bernapas tetapi didapati nadi yang adekuat, maka pasien dapat dikatakan mengalami henti napas. Maka langkah awal yang harus dilakukan adalah mengaktifkan sistem tanggapan darurat, kemudian penolong dapat memberikan bantuan napas. Pastikan jalan napas bersih dari sumbatan, berikan 1 kali bantuan napas setiap 5-6 detik, dengan durasi sekitar 1 detik untuk tiap pemberian napas. Terdapat 3 cara memberikan ventilasi yaitu dengan mouth-to- mouth ventilation, pocket mask ventilation dan bag valve mask resuscitation.3,4 Gambar 2. Pocket Mask Ventilation Pastikan dada korban mengembang pada setiap pemberian napas. Periksa nadi setiap 2 menit. Pemberian napas harus dilanjutkan hingga korban mulai bernapas dengan spontan, penolong terlatih tiba, nadi korban menghilang dimana pada kasus ini penolong harus memulai RJP dan pasangkan AED bila tersedia serta apabila keadaan lingkungan menjadi tidak aman. 3,4 b. Henti Jantung Jika korban tidak bernapas, nadi tidak ada dan tidak ada respon, maka pasien dapat dikatakan mengalami henti jantung. Pada keadaan ini, langkah-langkah yang harus dilakukan adalah mengaktifkan sistem tanggapan darurat dan menghubungi pusat layanan kesehatan darurat terdekat.3,4 Kemudian segera melakukan RJP yang benar dengan langkah-langkah sebagai berikut:
  • 8. - Letakkan korban pada permukaan datar dan keras untuk memastikan bahwa korban mendapat penekanan yang adekuat. - Pastikan bagian dada korban terbuka untuk meyakinkan penempatan tangan yang benar dan untuk melihat rekoil dada. - Letakkan tangan di tengah dada korban, tupukan salah satu pangkal tangan pada daerah separuh bawah tulang dada dan tangan yang lain di atas tangan yang bertumpu tersebut. - Lengan harus lurus 90 derajat terhadap dada korban, dengan bahu penolong sebagai tumpuan atas. - Tekan dada dengan kecepatan 100-120 kali per menit, dengan kedalaman minimal 5 cm tetapi tidak boleh lebih dari 6 cm. - Selama melakukan penekanan, pastikan bahwa dinding dada diberikan kesempatan untuk mengembang kembali ke bentuknya semula (rekoil penuh). - Berikan 2 kali bantuan napas setiap selesai melakukan 30 kali penekanan dada, dengan durasi selama 1 detik untuk tiap pemberian napas. Pastikan dada mengembang untuk tiap pemberian bantuan napas. - Untuk penolong yang tidak terlatih dalam melakukan RJP, disarankan untuk melakukan penekanan dada saja secara terus-menerus. Gambar 3. Teknik Resusitasi Jantung Paru (RJP) Apabila perangkat automated external defibrilator (AED) telah tersedia, maka segera dipasangkan. AED adalah alat elektronik portabel yang secara otomatis dapat menganalisis ritme jantung pasien dan dapat melakukan defibrilasi. AED dapat mengindikasikan pemberikan defibrilasi pada dua keadaan disritmia jantung, yaitu ventricular fibrilasi (VF) dan ventricular tachycardi (VT). Cara menggunakan AED dijelaskan sebagai berikut. - Nyalakan alat AED.
  • 9. - Pastikan dada pasien terbuka dan kering. - Letakkan pad pada dada korban. Gunakan pad dewasa untuk korban dewasa dan anak dengan usia di atas 8 tahun atau dengan berat di atas 55 pound (di atas 25 kg). Tempatkan satu pad di dada kanan atas di bawah tulang selangka kanan, dan tempatkan pad yang lain di dada kiri pada garis tengah ketiak, beberapa inci di bawah ketiak kiri. - Hubungkan konektor, dan tekan tombol analyze. - Beritahukan pada semua orang dengan menyebutkan "clear" sebagai tanda untuk tidak menyentuh korban selama AED menganalisis. Hal ini dilakukan agar analisis yang didapatkan akurat. - Ketika "clear" disebutkan, penolong yang bertugas untuk melakukan RJP harus menghentikan penekanan dada dan mengangkat tangannya beberapa inci di atas dada, tapi masih berada pada posisi untuk bersiap melanjutkan penekanan dada segera setelah kejut listrik diberikan atau AED menyarankan bahwa kejut listrik tidak diindikasikan. - Amati analisis AED dan siapkan untuk pemberian kejut listrik bila diperlukan. Pastikan tidak ada seorangpun yang kontak dengan pasien. Siapkan penolang pada posisi untuk siap melanjutkan penekanan dada segera setelah kejut listrik diberikan. - Berikan kejut listrik dengan menekan tombol "shock" bila ada indikasi. - Setelah kejut listrik diberikan, segera lanjutkan penekanan dada dan lakukan selama 2 menit (sekitar 5 siklus) hingga AED menyarankan untuk melakukan analisis ulang, adanya tanda kembalinya sirkulasi spontan, atau Anda diperintahkan oleh ketua tim atau anggota terlatih untuk berhenti.
  • 10. Diagram 1. Alur Bantuan Hidup Dasar 4