SlideShare a Scribd company logo
Seminar Keuangan Publik

KEBIJAKAN FISKAL

1.
2.
3.
4.

Andriyansyah Kurniawan Afdal (4)
Elizabeth Carolina Tri N (11)
Made Rahayu Indrayani (18)
Septian Wildan Mujaddid (25)

Sekolah Tinggi Akuntansi Negara
Diploma IV – Kelas 8B BPKP
Oktober 2013
A. PENDAHULUAN
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter saling berpengaruh satu sama lain
dalam

kegiatan

perekonomian

suatu

negara.

Jika

kebijakan

moneter

dipengaruhi beberapa variabel utama antara lain suku bunga, pertumbuhan
ekonomi (Gross Domestic Product/GDP), inflasi, dan kurs valuta asing, maka
dalam kebijakan fiskal dipengaruhi oleh dua variabel utama, yaitu pajak (tax)
dan pengeluaran pemerintah (goverment expenditure). Membahas mengenai
kebijakan fiskal dan kebijakan moneter tentu berkaitan erat dengan kegiatan
perekonomian empat sektor. Keempat sektor ini memiliki hubungan interaksi
masing-masing dalam menciptakan pendapatan dan pengeluaran. Keempat
sektor tersebut adalah (1) sektor rumah tangga; (2) sektor perusahaan;
(3) sektor pemerintah dan (4) sektor internasional/luar negeri.
B. PENGERTIAN KEBIJAKAN FISKAL
Terdapat beberapa pengertian tentang kebijakan fiskal yang dapat kita temui.
Definisi yang paling populer menyebutkan bahwa kebijakan fiskal adalah
kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mendapatkan dana
dan kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah untuk membelanjakan dananya
tersebut dalam rangka melaksanakan pembangunan. Singkatnya, kebijakan
fiskal adalah kebjakan pemerintah yang terkait dengan penerimaan atau
pengeluaran negara.
Samuel dan Nordhaus mendefinisikan kebijakan fiskal sebagai proses
pembentukan perpajakan dan pengeluaran masyarakat dalam upaya menekan
fluktuasi siklus bisnis, dan ikut berperan dalam menjaga pertumbuhan ekonomi,
penggunaan tenaga kerja yang tinggi, bebas dari laju inflasi yang tinggi dan
berubah-ubah.
Sementara menurut Tulus TH Tambunan, kebijakan fiskal memiliki dua prioritas,
priotitas pertama adalah mengatasi defisit anggaran pendapatan dan belanja
Negara (APBN) dan masalah-masalah APBN lainnya – defisit APBN terjadi
apabila penerimaan pemerintah lebih kecil dari pengeluarannya – serta prioritas
kedua untuk mengatasi stabilitas ekonomi makro, yang terkait dengan
pertumbuhan

ekonomi,

tingkat

inflasi,

kesempatan

kerja

dan

neraca

pembayaran.
Sedangkan menurut Nopirin, kebijakan fiskal terdiri dari perubahan pengeluaran
pemerintah atau perpajakan dengan tujuan untuk mempengaruhi besar serta
susunan permintaan agregat. Indikator yang biasa dipakai adalah budget defisit
yakni selisih antara pengeluaran pemerintah (dan juga pembayaran transfer)
dengan penerimaan terutama dari pajak.
Pengertian lainnya menyatakan bahwa kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan
ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih
baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Dari sisi
pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada
ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan
meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Sebaliknya
kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan
output industri secara umum.
Berdasarkan dari beberapa teori dan pendapat ahli di atas dapat kita simpulkan
bahwa kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh
pemerintah dalam pengelolaan keuangan negara untuk mengarahkan kondisi
perekonomian menjadi lebih baik yang terbatas pada sumber-sumber
penerimaan dan alokasi pengeluaran negara yang tercantum dalam APBN.
Tentu di luar beberapa pendapat di atas masih dapat kita temui berbagai definisi
lain tentang kebijakan fiskal, namun demikian konsep yang harus kita pahami
adalah bahwa kebijakan fiskal meliputi suatu kebijakan ekonomi dalam rangka
mengarahkan

kondisi

perekonomian

untuk

menjadi

lebih

baik

melalui

penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
C. TUJUAN KEBIJAKAN FISKAL
Secara umum, tujuan yang ingin dicapai melalui kebijakan fiskal adalah
stabilitas ekonomi yang lebih mantap. Artinya secara nasional laju pertumbuhan
ekonomi yang layak tetap dapat dipertahankan tanpa adanya angka
pengangguran yang signifikan serta tetap menjaga stabilitas harga.
Kebijakan ini bertujuan untuk memperbaiki keadaan ekonomi, mengusahakan
kesempatan kerja (mengurangi pengangguran), dan menjaga kestabilan hargaharga secara umum. Hal ini dilakukan dengan jalan memperbesar dan
memperkecil pengeluaran konsumsi pemerintah (G), jumlah transfer pemerintah
(Tr), dan jumlah pajak (Tx) yang diterima pemerintah sehingga dapat
mempengaruhi tingkat pendapatan nasional (Y) serta tingkat kesempatan kerja
(N).
Kebijakan fiskal juga merupakan salah satu paket tindakan pemerintah di bidang
pengeluaran dan penerimaan keuangan negara. Dengan kata lain kebijakan
fiskal mengusahakan peningkatan penerimaan pemerintah dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan cara menyesuaikan pengeluaran
dan penerimaan pemerintah. Pencegahan timbulnya pengangguran merupakan
tujuan yang paling utama dari kebijakan fiskal karena perekonomian suatu
negara dapat mencapai laju pertumbuhan yang dikehendaki melalui tingkat
penggunaan tenaga kerja penuh (full employment). Full employment dapat
diartikan sebagai suatu keadaan yang menunjukkan seluruh angkatan kerja
memperoleh pekerjaan. Kondisi ini dapat terwujud bila pemerintah mampu
menambah lapangan kerja melalui berbagai kebijakan sehingga dapat
menampung seluruh tenaga kerja yang tersedia. Kebijakan yang dilakukan
pemerintah untuk mencapai kondisi full employment antara lain dengan
mengundang investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Dari dalam negeri,
pemerintah menambah pengeluaran untuk membuka lapangan kerja padat
karya melalui proyek-proyek pembangunan infrastruktur fisik. Sementara di
bidang moneter, bank sentral dapat menerbitkan regulasi yang memudahkan
pengajuan kredit usaha dan penentuan suku bunga yang kondusif bagi dunia
usaha.
D. DEFLASI vs INFLASI
Kondisi penurunan yang tajam dari harga-harga umum (deflasi) dalam jangka
panjang dapat memicu timbulnya pengangguran karena sektor usaha swasta
akan kehilangan potensi untuk mendapat keuntungan. Sebaliknya, kondisi
harga-harga umum yang meningkat terus (inflasi) juga mempunyai akibat yang
tidak baik bagi perekonomian. Karena penghasilan yang diterima oleh
masyarakat tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang harganya terus
naik. Inflasi yang berkepanjangan akan melemahkan perekonomian karena para
memilik modal akan beralih dari investasi produktif ke investasi dalam bentuk
barang-barang tahan lama seperti rumah, tanah, dan gedung karena hal ini lebih
menguntungkan daripada investasi produktif.
Kedua kondisi tersebut tidak baik bagi iklim makroekonomi suatu negara, oleh
karenanya untuk mengatasi kondisi deflasi maupun inflasi dilaksanakan
kebijakan fiskal sebagai berikut :
a) Mengubah Pengeluaran Pemerintah.
Dalam kondisi inflasi, uang yang beredar melebihi dari yang diperlukan
dalam perekonomian. Untuk itu pemerintah mengurangi pengeluaran
sehingga mengakibatkan tabungan (pendapatan lebih besar daripada
pengeluaran).
b) Mengubah Tingkat Pajak.
Menaikkan tarif pajak pendapatan masyarakat sehingga mengakibatkan
turunnya tingkat konsumsi masyarakat.
c) Pinjaman Paksa.
Pemerintah memotong gaji pegawai negeri sebagai pinjaman pemerintah
untuk mengurangi jumlah uang yang beredar.

E. INSTRUMEN KEBIJAKAN FISKAL
Instrumen kebijakan fiskal yang paling utama adalah penerimaan dan
pengeluaran

pemerintah.

Pajak

merupakan

komponen

penting

dalam

menentukan kondisi makroekonomi suatu negara. Mengubah tarif pajak yang
berlaku akan berpengaruh pada ekonomi, jika pajak diturunkan maka
kemampuan/daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat
meningkatkan jumlah output. Sebaliknya kenaikan tarif pajak akan menurunkan
daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum. Diantara
beberapa pilihan instrumen kebijakan fiskal yang lazim dilakukan pemerintah
dalam menjaga stabilitas ekonomi makro antara lain:
a) Menaikkan atau menurunkan pajak rumah tangga
b) Mengatur pengeluaran pemerintah untuk pengusaha tertentu
c) Memberikan rangsangan fiskal (insentif atau subsidi) pada pengusaha
tertentu
F. HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN FISKAL DAN APBN
Dalam pengertian umum disebutkan bahwa kebijakan fiskal adalah kebijakan
yang dilaksanakan lewat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Benarkah
kebijakan di bidang perpajakan sebagai sumber utama pendapatan negara yang
tercantum di dalam APBN ? Pada bagian selanjutnya kita akan meneliti apakah
pengaruh dari suatu kebijaksanaan fiskal yang dicerminkan oleh suatu struktur
APBN tertentu terhadap perekonomian. Pengaruh kebijaksanaan fiskal terhadap
perekonomian dapat dianalisis dalam dua tahap yang berurutan yaitu
bagaimana suatu kebijaksanaan fiskal diterjemahkan ke dalam APBN serta
bagaimana APBN tersebut dapat mempengaruhi perekonomian.
Menerjemahkan kebijakan fiskal ke dalam APBN artinya dalam mengelola
sumber pendapatan – terutama pajak dan bea – pemerintah menyatakan
kemampuan

mengumpulkan

pendapatan

untuk

digunakan

mengelola

pemerintahan dalam anggaran pendapatan serta janji/komitmen pemerintah
menjalankan pemerintahan dan pembangunan dalam anggaran belanja.
APBN mempunyai dua sisi, sisi yang mencatat pengeluaran dan sisi yang
mencatat penerimaan. Sisi pengeluaran mencatat semua kegiatan pemerintah
yang memerlukan uang untuk pelaksanaannya. Dalam prakteknya, pos-pos
yang tercantum sangat beraneka ragam dan mencerminkan apa yang ingin
dilaksanakan

pemerintah

dalam

programnya.

Sebagai

contoh

program

pemerintah dapat berupa kegiatan yang mengakibatkan adanya pengeluaran
untuk belanja pegawai, belanja barang/jasa, belanja modal maupun transfer
serta berbagai pengeluaran lainnya.
Semua pos pada sisi pengeluaran tersebut memerlukan dana untuk
melaksanakannya. Sehingga diperlukan suatu objek untuk memperoleh
penerimaan negara guna melakukan pembayaran pengeluaran tersebut. Sisi
penerimaan menunjukkan dari mana dana yang diperlukan tersebut diperoleh.
Ada empat sumber utama untuk memperoleh dana yaitu dari pajak, pinjaman
bank sentral, pinjaman dalam negeri serta pinjaman luar negeri.
G. JENIS PEMBIAYAAN DALAM KEBIJAKAN FISKAL
Banyak kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi kelesuan
ekonomi negara. Dewasa ini pemerintah mengadakan deregulasi dan
debirokratisasi di berbagai bidang dengan tujuan memperbaiki keadaan ekonomi
agar tercapai tingkat pertumbuhan yang tinggi. Kebijakan deregulasi dan
debirokratisasi merupakan bagian dari kebijakan fiskal pemerintah. Secara
umum kebijakan fiskal dapat ditempuh dengan empat jenis pembiayaan, yaitu
sebagai berikut:
1. Pembiayaan Fungsional (functional finance)
Kebijakan anggaran pembiayaan fungsional (functional finance), adalah
kebijakan yang mengatur pengeluaran pemerintah dengan melihat berbagai
akibat tidak langsung terhadap pendapatan nasional dan bertujuan untuk
meningkatkan kesempatan kerja. Pembiayaan pengeuaran pemerintah
ditentukan sedemikian rupa sehingga tidak berpengaruh langsung terhadap
pendapatan

nasional.

Tujuan

utamanya

adalah

untuk

meningkatkan

kesempatan kerja (employement). Penerimaan pemerintah dari sektor pajak
bukan ditujukan untuk meningkatkan penerimaan pemerintah tetapi bertujuan
untuk mengatur pengeluaran pihak swasta. Oleh karena itu dalam hal terjadi
pengangguran, penerimaan pajak tidak terlalu diperlukan. Sedangkan untuk
menekan inflasi diatasi dengan kebijakan pinjaman. Jika sektor pajak dan
pinjaman tidak berhasil, tindakan lain yang dapat dilakukan pemerintah
adalah mencetak uang. Jadi dalam hal ini sektor pajak dengan pengeluaran
pemerintah menjadi satu hal yang terpisah.
2. Pengelolaan Anggaran (the finance budget approach)
Kebijakan pengelolaan anggaran (the finance budget approach), adalah
kebijakan untuk mengatur pengeluaran pemerintah, perpajakan, dan
pinjaman untuk mencapai stabilitas ekonomi yang mantap. Penerimaan dan
pengeluaran pemerintah dari perpajakan dan pinjaman adalah satu paket
yang tidak dapat dipisahkan dalam rangka menciptakan kestabilan ekonomi.
Kemudian dalam pengelolaan anggaran dibutuhkan anggaran berimbang
dengan perumusan jika terjadi depresi, maka ditempuh anggaran defisit. Jika
terjadi inflasi maka ditempuh anggaran surplus.
3. Stabilisasi Anggaran Otomatis (the stabilizing budget)
Kebijakan stabilisasi anggaran otomatis (the stabilizing budget), adalah
kebijakan yang mengatur pengeluaran pemerintah dengan melihat besarnya
biaya dan manfaat dari berbagai program. Tujuan kebijakan ini adalah agar
terjadi penghematan dalam pengeluaran pemerintah. Dalam stabilisasi
anggaran ini, diharapkan terdapat keeimbangan antara penerimaan dan
pengeluaran tanpa campur tangan pemerintah yang disengaja. Dengan
stabilisasi anggaran ini, pengeluaran pemerintah lebih ditekan pada asas
manfaat dan biaya relatif dari berbagi program. Pajak ditetapkan sedemikian
rupa sehingga terdapat anggaran belanja surplus dalam kesempatan kerja
penuh.
4. Anggaran Belanja Seimbang
Cara yang diberlakukan dalam hal ini adalah anggaran yang disesuaikan
dengan keadaan (managed budget). Tujuannya adalah tercapainya anggaran
berimbang dalam jangka panjang. Dalam keadaan terpaksa, seperti ketika
terjadi ketidakstabilan ekonomi, ditempuh anggaran defisit. Sedangkan pada
masa inflasi ditempuh anggaran surplus.
Kebijakan/Politik Anggaran
Kebijakan anggaran atau biasa disebut politik anggaran lazim digunakan
pemerintah suatu negara dalam menjalankan kebijakan fiskal. Kebijakan
masing-masing negara bisa berbeda tergantung pada keadaan dan arahyang
akan dicapai dalam jangka pendek maupun jangka panjangnya. Berikut
adalah macam-macam anggaran yang biasa ditempuh beberapa negara
dalam mencapai manfaat tertinggi dalam mengelola anggaran, antara lain:
 Anggaran Berimbang (Balanced Budget)
Anggaran

berimbang

terjadi

bilamana

pemerintah

menetapkan

pengeluaran sama besar dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran
berimbang yakni terjadinya kepastian anggaran serta meningkatkan
disiplin anggaran karena pengeluaran tidak boleh dilaksanakan melebihi
penerimaan.
Pada anggaran berimbang, diusahakan agar pengeluaran (belanja) dan
pendapatan

atau

penerimaan

sama.

Keadaan

seperti

ini

dapat

menstabilkan ekonomi dan anggaran. Dalam hal ini, pengeluaran
disesuaikan dengan kemampuan keuangan suatu negara.
Fokus kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan moneter, yang bertujuan
menstabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan
jumlah uang yang beredar. Jadi topik utama kebijakan fiskal adalah
pengeluaran dan pajak. Perubahan tingkat dan komposisi pajak serta
pengeluaran pemerintah dapat memengaruhi hal-hal seperti permintaan
agregat dan tingkat aktivitas ekonomi, pola persebaran sumber daya serta
distribusi pendapatan. Kebijakan ini kurang lebih serupa dengan kebijakan
moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal
menekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah.
 Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif
Pada anggaran surplus, tidak semua penerimaan dibelanjakan, sehingga
terdapat tabungan pemerintah. Asas ini tepat digunakan jika keadaan
ekonomi sedang mengalami inflasi. Pendekatan dalam anggaran surplus
adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukan lebih besar
daripada pengeluarannya. Politik anggaran surplus dilaksanakan ketika
perekonomian pada kondisi ekspansi yang mulai memanas (overheating)
untuk menurunkan tekanan permintaan.
 Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif
Anggaran

defisit

adalah

kebijakan

pemerintah

untuk

membuat

pengeluaran lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus
pada perekonomian. Umumnya sangat baik digunakan jika keaadaan
ekonomi sedang dalam kondisi resesi.
Pada anggaran defisit, anggaran disusun sedemikian rupa sehingga
pengeluaran lebih besar daripada penerimaan. Anggaran defisit dapat
memicu inflasi karena untuk menutup defisit harus dilakukan dengan
mengajukan pinjaman/ utang LN atau mencetak uang.
H.

JENIS KEBIJAKAN FISKAL
1.

Kebijakan Fiskal yang Disengaja (discretionary)
Kebijakan fiskal yang disengaja adalah kebijakan yang dilakukan oleh
pemerintah untuk menanggulangi tingkat naik turunnya kegiatan ekonomi
dari waktu ke waktu (gelombang konjungtur), dengan memanipulasi
anggaran belanja secara sengaja, baik melalui pengubahan perpajkaan
atau pengubahan pengeluaran pemerintah. Dengan usaha ini dapat
terlihat seberapa jauh peranan pemerintah dalam melakukan campur
tangannya dalam pengaturan jalannya roda perekonomian.

2.

Kebijakan Fiskal Pasif (automatic stabilizers atau built-in stabilizer)
Kebijakan pasif adalah kebijakan yang erat kaitannya dengan penerapan
berbagai pajak. Dalam realitaya sebagian besar dari pajak-pajak yang
dikenakan pada masyarakat, baik langsung maupun tak langsung,
berhubungan erat dengan tingginya arus pendapatan nasional. Semakin
tingi arus pendapatan nasional, semakin tinggi pula penerimanan yang
diperoleh dari sektor pajak, baik langsung maupun tak langsung. Pajak
pendapatan, pajak perseroan, pajak kekayaan dan sebagainya adalah
pajak langsung yang jelas sekali berhubungandengan tingkat pendapatan
negara.

Dari sudut ekonomi makro, kebijakan fiskal dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu kebijakan fiskal ekspansif dan kebijakan fiskal kontraktif.
1) Kebijakan fiskal ekspansif, adalah kebijakan menaikkan belanja negara
dan menurunkan tingkat pajak netto. Kebijakan ini untuk meningkatkan
daya beli masyarakat. Kebijakan fiskal ini dilakukan pada saat
perekonomian mengalami resesi/depresi dan pengangguran yang tinggi
2) Kebijakan fiskal kontraktif, adalah kebijakan untuk menurunkan belanja
negara dan menaikkan tingkat pajak. Kebijakan ini bertujuan untuk
menurunkan daya beli masyarakat dan mengatasi inflasi.

I.

PRAKTIK KEBIJAKAN FISKAL DI INDONESIA
Dalam mengatur perekonomian, pemerintah membuat suatu daftar anggaran
yang disebut APBN, yang memuat sumber penerimaan dan jenis-jenis
pengeluaran negara untuk pembayaran. Agar terjadi keseimbangan antara
jumlah penerimaan dan jumlah pengeluaran, pemerintah melaksanakan
kebijakan

fiskal,

yaitu

kebijakan

pemerintah

dalam

memengaruhi

perekonomian melalui perubahan pengeluaran dan penerimaan dalam APBN.
Penerimaan

dan

pengeluaran

pemerintah

merupakan

faktor

yang

memengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat. Perlu diketahui dalam
banyak hal bahwa rumah tangga negara tidak sama dengan rumah tangga
keluarga. Pada rumah tangga keluarga, jika penerimaan semakin menurun
maka tindakan yang akan dilakukan adalah menekan pengeluaran. Tindakan
demikian dapat menyelamatkan kemunduran ekonomi rumah tangga
keluarga.
Sebaliknya dalam rumah tangga negara, penurunan penerimaan tidak dapat
selalu diatasi dengan penurunan pengeluaran. Jika pengeluaran yang
ditekan, maka kegiatan ekonomi akan menjadi lesu karena rumah tangga
negara berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. Salah satu dampak
kelesuan ekonomi yaitu akan terjadinya pengangguran yang kemudian akan
mengakibatkan tingkat penerimaan negara menjadi menurun.
Adapun tindakan yang akan diambil oleh pemerintah adalah mengatur
pengeluaran agar pengeluaran tersebut berdampak positif pada perbaikan
ekonomi. Tindakan memperbaiki ekonomi juga dapat ditempuh dengan usaha
menaikkan pendapatan. Pemerintah merupakan faktor determinan (yang
menentukan)

dalam

upaya

peningkatan

kesejahteraan

masyarakat.

Pemerintah memiliki perangkat-perangkat kebijakan yang dapat digunakan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tindakan-tindakan dalam
mengatur pengeluaran dan penerimaan negara disebut sebagai tindakan
fiskal.

Sehingga

kebijakan

fiskal

dapat

disebut

sebagai

kebijakan

penyesuaian di bidang pengeluaran dan penerimaan pemerintah untuk
memperbaiki keadaan ekonomi.
Praktik yang umum dalam penerapan kebijakan fiskal adalah ketika
perekonomian nasional mengalami inflasi, pemerintah mengurangi kelebihan
permintaan masyarakat dengan cara menekan pembelanjaan (consumption)
melalui peningkatan tarif pajak dan bea agar tercipta kestabilan lagi. Cara
demikian disebut dengan pengelolaan anggaran
Contoh :
Pemberitaan di media massa mengenai kenaikan harga bahan bakar
minyak (BBM) sudah sering terjadi. Harga BBM dari waktu ke waktu
senantiasa naik. Apa pengaruh kenaikan harga BBM ini terhadap
keuangan negara? Apakah diuntungkan atau dirugikan? Sebagai negara
penghasil minyak bumi tentu akan diuntungkan dengan adanya kenaikan
harga minyak bumi di dunia. Namun, kenyataannya negara tetap
dirugikan dengan adanya kenaikan harga tersebut. Mengapa? Karena
jumlah konsumsi minyak dalam negeri lebih besar daripada jumlah yang
diproduksi

sehingga

negara

harus

mengimpor

untuk

memenuhi

kebutuhan konsumsi dalam negeri. Di satu sisi, harga BBM di dalam
negeri lebih rendah dibanding harga di pasar internasional. Ini karena
adanya subsidi BBM. Subsidi merupakan pengeluaran pemerintah.
Sehingga kenaikan harga minyak bumi justru akan meningkatkan
pengeluaran pemerintah untuk subsidi BBM. Tingginya subsidi yang
harus dibayarkan akan membebani APBN. Kemudian, apa yang
dilakukan pemerintah untuk menekan pengeluaran subsidi tersebut, agar
keuangan negara (APBN) tetap aman? Pemerintah perlu mengubah
pengeluaran dan penerimaan dalam APBN untuk menyesuaikan dengan
kondisi pada waktu itu. Kebijakan yang dilakukan dengan cara mengubah
pengeluaran dan penerimaan negara yang bertujuan untuk menciptakan
stabilitas ekonomi, kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi, serta
keadilan dalam distribusi pendapatan yang kita kenal dengan kebijakan
fiskal atau politik fiskal.
Isu selanjutnya yang sedang marak adalah BLSM (Bantuan Langsung
Sementara Masyarakat) atau BLT (Bantuan Langsung Tunai). Banyak
orang melihat BLSM/BLT hanya bantuan pemberian uang tunai kepada
orang yang kurang mampu. sebenarnya di balik itu ada tujuan khusus
dari

pemerintah

secara

makroekonomi.

BLT

diharapkan

mampu

meningkatkan pendapatan masyarakat secara agregat. Dengan adanya
peningkatan pendapatan masyarakat, daya beli masyarakat juga
meningkat. Dengan demikian maka permintaan dari masyarakat juga
meningkat.

Sehingga

dampak

selanjutnya

adalah

meningkatnya

permintaan dari masyarakat yang mendorong produksi sehingga pada
akhirnya diharapkan akan dapat memperbaiki kondisi perekonomian
Indonesia.
Contoh lain dari kebijakan fiskal adalah proyek-proyek yang diadakan
oleh

pemerintah.

Katakanlah

pemerintah

mengadakan

proyek

membangun jalan raya. Dalam proyek ini pemerintah membutuhkan
buruh dan pekerja lain untuk menyelesaikannya. dengan kata lain proyek
ini menyerap SDM sebagai tenaga kerja. hal ini membuat pendapatan
orang yang bekerja di situ bertambah. dengan bertambahnya pendapatan
mereka akan terjadi efek yang sama dengan BLT tadi.
Kebijakan fiskal juga dapat berupa kustomisasi APBN oleh pemerintah.
Misalnya melalui deficit financing. Deficit financing atau anggaran defisit
adalah

anggaran

yang

menetapkan

pengeluaran

lebih

besar

dibandingkan penerimaan. Deficit Financing dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Dulunya Orde Lama pernah menerapkannya dengan cara
memperbanyak utang dengan meminjam dari Bank Indonesia. Dampak
lanjutan yang terjadi kemudian adalah inflasi besar-besaran (hyper
inflation) karena uang yang beredar di masyarakat sangat banyak.
Sehingga untuk menutup anggaran yang defisit dipinjamlah uang dari
rakyat. Sayangnya, rakyat tidak mempunyai cukup uang untuk memberi
pinjaman pada pemerintah. akhirnya, pemerintah terpaksa meminjam
uang dari luar negeri.
J.

STUDI KASUS : KEBIJAKAN FISKAL RRC MENDUKUNG INDUSTRI LOKAL
Menurut

Ketua

mencontoh

Asosiasi

China

dalam

Pertekstilan

Indonesia

perlindungan

dan

(API) Indonesia
keberpihakan

harus

terhadap

pengusahanya. Tidak mengherankan jika China bisa menguasai pertumbuhan
ekonomi dunia terutama tekstil. China yang sukses membangun industri dalam
negerinya dengan menerapkan konsep China Incorporated. Dalam konsep
tersebut, pemerintah dan pengusaha memiliki tindakan yang sama untuk
mengembangkan pertumbuhan ekonominya. Ini berarti, setiap kebijakan yang
dikeluarkan seiring dengan keinginan dan kebutuhan para pengusaha.
Pemerintah China mengeluarkan kebijakan yang membantu pengusaha
menekan biaya produksinya agar barang-barang mereka bisa bersaing di pasar
internasional.
Saat

ini

pemerintah

China

memberlakukan

kebijakan

fiskal

berupa

pengembalian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 13,5 persen dari nilai
ekspor yang dilakukan pengusaha. Kondisi sebaliknya justru terjadi di Indonesia.
Pengusaha justru diperberat dengan banyak aturan dan pajak. Berdasarkan
kenyataan ini maka tidak heran jika barang-barang China sekarang bisa
menguasai dunia. Untuk produk tekstil dan produk tekstil (TPT) saja saat ini nilai
ekspor China sudah mencapai US$300 miliar per tahun dengan market share
mencapai 38 persen. Jumlah tersebut tentu tidak sebanding dengan nilai ekspor
TPT Indonesia yang hanya mencapai US$ 13 miliar.

K. STUDI KASUS: KEBIJAKAN FISKAL DI ERA KRISIS EKONOMI 1998
Pemerintah RI pernah menghadapi krisis moneter yang selanjutnya merembet
ke krisis ekonomi dan politik pada tahun 1997-1998. Kebijakan yang diambil
pemerintah – sebagaimana disarikan dari paparan Menko Bidang Ekonomi,
Keuangan dan Industri (Ekuin) yang menjabat saat itu yaitu Ginandjar
Kartasasmita dapat diperoleh gambaran mengenai langkah yang diambil
pemerintah periode tersebut dalam mengatasi krisis sbb:
Kebijaksanaan ekonomi makro dalam upaya menekan laju inflasi dan
memperkuat

nilai

tukar

rupiah

terhadap

valuta

asing

adalah

melalui

kebijaksanaan moneter yang ketat disertai anggaran berimbang, dengan
membatasi defisit anggaran sampai pada tingkat yang dapat diimbangi dengan
tambahan dana dari luar negeri.
Kebijaksanaan moneter yang ketat dengan tingkat bunga yang tinggi selain
dimaksudkan untuk menekan laju inflasi dan memperkuat nilai tukar rupiah
terhadap valuta asing, dengan menahan naiknya permintaan agregat, juga
untuk mendorong masyarakat meningkatkan tabungan di sektor perbankan.
Meskipun demikian pemerintah menyadari sepenuhnya bahwa tingkat bunga
tinggi dapat menjadi salah satu faktor terpenting yang akan berdampak negatif
terhadap kegiatan ekonomi atau bersifat kontraktif terhadap perkembangan
PDB. Oleh karena itu tingkat bunga yang tinggi tidak akan selamanya
dipertahankan, tetapi secara bertahap akan diturunkan pada tingkat yang wajar
seiring dengan menurunnya laju inflasi
menyehatkan sistem perbankan dan memulihkan kepercayaan masyarakat
terhadap keberadaan lembaga perbankan;
merestrukturisasi hutang luar negeri;
mereformasi struktural di sektor riil; dan
mendorong ekspor.
Kebijaksanaan ekonomi mikro yang ditempuh pemerintah, ditujukan untuk
mengurangi dampak negatif dari krisis ekonomi terhadap kelompok penduduk
berpendapatan

rendah,

untuk

menekan

pengangguran

dan

menjaga

keberlangsungan ekonomi sbb:
Jaring Pengaman Sosial, meliputi program penyediaan kebutuhan pokok
dengan harga terjangkau, mempertahankan tingkat pelayanan pendidikan
dan kesehatan pada tingkat sebelum krisis serta penanganan pengangguran
Penyehatan Sistem Perbankan
program peningkatan permodalan, penyempurnaan peraturan perundangundangan, antara lain, mencakup:
a) perizinan bank yang semula merupakan wewenang Departemen Keuangan
dialihkan kepada Bank Indonesia.
b) investor asing diberikan kesempatan yang lebih besar untuk menjadi
pemegang saham bank.
c) rahasia bank yang semula mencakup sisi aktiva dan pasiva diubah menjadi
hanya mencakup nasabah penyimpan dan simpanannya
d) penyempurnaan dan penegakkan ketentuan kehati-hatian
e) Bank-bank

diwajibkan

untuk

menyediakan

modal

minimum

(Capital

Adequacy Ratio) sebesar 4% pada akhir tahun 1998, 8% pada akhir tahun
1999, dan 10% pada akhir tahun 2000, sebagaimana telah diumumkan
pemerintah pada bulan Juni 1998.

More Related Content

What's hot

Kebijakan fiskal
Kebijakan fiskalKebijakan fiskal
Kebijakan fiskal
Ferdi Ozom
 
Kebijakan moneter
Kebijakan moneterKebijakan moneter
Kebijakan moneter
Irma Asyatun
 
Kebijakan moneter dan fiskal
Kebijakan moneter dan fiskalKebijakan moneter dan fiskal
Kebijakan moneter dan fiskal
miftakhulkhoiroh
 
Permintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregatPermintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregatRizki Prisandi
 
Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)
Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)
Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)
19091997sovi
 
Teori Konsumsi
Teori Konsumsi Teori Konsumsi
Teori Konsumsi
Mirza Syah
 
pengaruh kebijakan moneter dan fiskal terhadap permintaan agregat
pengaruh kebijakan moneter dan fiskal terhadap permintaan agregatpengaruh kebijakan moneter dan fiskal terhadap permintaan agregat
pengaruh kebijakan moneter dan fiskal terhadap permintaan agregat
Hasnah Rhiriesad
 
Analisa kurva IS-LM
Analisa kurva IS-LMAnalisa kurva IS-LM
Analisa kurva IS-LM
gadis sriyamti
 
Permintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregatPermintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregat
Haidar Bashofi
 
(5) PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
(5) PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI(5) PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
(5) PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
Bakhrul Ulum
 
Inflasi, Pengangguran, dan Kurva Phillips
Inflasi, Pengangguran, dan Kurva PhillipsInflasi, Pengangguran, dan Kurva Phillips
Inflasi, Pengangguran, dan Kurva Phillips
Muhammad Rafi Kambara
 
Kemiskinan, ketimpangan, dan pembangunan
Kemiskinan, ketimpangan, dan pembangunanKemiskinan, ketimpangan, dan pembangunan
Kemiskinan, ketimpangan, dan pembangunanArief Anzarullah
 
Ilmu Ekonomi Makro Permintaan agregat
Ilmu Ekonomi Makro Permintaan agregatIlmu Ekonomi Makro Permintaan agregat
Ilmu Ekonomi Makro Permintaan agregat
Yesica Adicondro
 
Efek substitusi dan pendapatan
Efek substitusi dan pendapatanEfek substitusi dan pendapatan
Efek substitusi dan pendapatan
yunisarosa
 
Pengeluaran Konsumsi Masyarakat
Pengeluaran Konsumsi MasyarakatPengeluaran Konsumsi Masyarakat
Pengeluaran Konsumsi Masyarakat
widya adhy
 
peran pemerintah dalam penyediaan barang publik
peran pemerintah dalam penyediaan barang publikperan pemerintah dalam penyediaan barang publik
peran pemerintah dalam penyediaan barang publik
Badrotuz Zahro
 
Makalah Kebijakan Ekonomi Moneter dan Fiskal
Makalah Kebijakan Ekonomi Moneter dan FiskalMakalah Kebijakan Ekonomi Moneter dan Fiskal
Makalah Kebijakan Ekonomi Moneter dan Fiskal
shafirahany22
 
MATERI PEREKONOMIAN INDONESIA
MATERI PEREKONOMIAN INDONESIAMATERI PEREKONOMIAN INDONESIA
MATERI PEREKONOMIAN INDONESIA
Wiandita Handayani
 
Kebijakan Pemerintah Dalam Prekonomian
Kebijakan Pemerintah Dalam PrekonomianKebijakan Pemerintah Dalam Prekonomian
Kebijakan Pemerintah Dalam Prekonomian
Junik DM Laricomone
 
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat SektorMakalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat SektorDwi Andriyanto
 

What's hot (20)

Kebijakan fiskal
Kebijakan fiskalKebijakan fiskal
Kebijakan fiskal
 
Kebijakan moneter
Kebijakan moneterKebijakan moneter
Kebijakan moneter
 
Kebijakan moneter dan fiskal
Kebijakan moneter dan fiskalKebijakan moneter dan fiskal
Kebijakan moneter dan fiskal
 
Permintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregatPermintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregat
 
Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)
Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)
Keseimbangan pasar tenaga_kerja (2)
 
Teori Konsumsi
Teori Konsumsi Teori Konsumsi
Teori Konsumsi
 
pengaruh kebijakan moneter dan fiskal terhadap permintaan agregat
pengaruh kebijakan moneter dan fiskal terhadap permintaan agregatpengaruh kebijakan moneter dan fiskal terhadap permintaan agregat
pengaruh kebijakan moneter dan fiskal terhadap permintaan agregat
 
Analisa kurva IS-LM
Analisa kurva IS-LMAnalisa kurva IS-LM
Analisa kurva IS-LM
 
Permintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregatPermintaan dan penawaran agregat
Permintaan dan penawaran agregat
 
(5) PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
(5) PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI(5) PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
(5) PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI
 
Inflasi, Pengangguran, dan Kurva Phillips
Inflasi, Pengangguran, dan Kurva PhillipsInflasi, Pengangguran, dan Kurva Phillips
Inflasi, Pengangguran, dan Kurva Phillips
 
Kemiskinan, ketimpangan, dan pembangunan
Kemiskinan, ketimpangan, dan pembangunanKemiskinan, ketimpangan, dan pembangunan
Kemiskinan, ketimpangan, dan pembangunan
 
Ilmu Ekonomi Makro Permintaan agregat
Ilmu Ekonomi Makro Permintaan agregatIlmu Ekonomi Makro Permintaan agregat
Ilmu Ekonomi Makro Permintaan agregat
 
Efek substitusi dan pendapatan
Efek substitusi dan pendapatanEfek substitusi dan pendapatan
Efek substitusi dan pendapatan
 
Pengeluaran Konsumsi Masyarakat
Pengeluaran Konsumsi MasyarakatPengeluaran Konsumsi Masyarakat
Pengeluaran Konsumsi Masyarakat
 
peran pemerintah dalam penyediaan barang publik
peran pemerintah dalam penyediaan barang publikperan pemerintah dalam penyediaan barang publik
peran pemerintah dalam penyediaan barang publik
 
Makalah Kebijakan Ekonomi Moneter dan Fiskal
Makalah Kebijakan Ekonomi Moneter dan FiskalMakalah Kebijakan Ekonomi Moneter dan Fiskal
Makalah Kebijakan Ekonomi Moneter dan Fiskal
 
MATERI PEREKONOMIAN INDONESIA
MATERI PEREKONOMIAN INDONESIAMATERI PEREKONOMIAN INDONESIA
MATERI PEREKONOMIAN INDONESIA
 
Kebijakan Pemerintah Dalam Prekonomian
Kebijakan Pemerintah Dalam PrekonomianKebijakan Pemerintah Dalam Prekonomian
Kebijakan Pemerintah Dalam Prekonomian
 
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat SektorMakalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
 

Viewers also liked

Analisis kebijakan fiskal
Analisis kebijakan fiskalAnalisis kebijakan fiskal
Analisis kebijakan fiskalArief H
 
[Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja indus...
[Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja indus...[Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja indus...
[Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja indus...Ramadhani Pratama
 
(15hal) kebijakan pemerintah
(15hal) kebijakan pemerintah(15hal) kebijakan pemerintah
(15hal) kebijakan pemerintah
Ririie
 
Bab 07 Kebijakan Moneter & Kebijakan Fiskal
Bab 07 Kebijakan Moneter & Kebijakan FiskalBab 07 Kebijakan Moneter & Kebijakan Fiskal
Bab 07 Kebijakan Moneter & Kebijakan Fiskal
Yuni Tri Retnani Sardi, S.Pd
 
Paper pajak
Paper pajakPaper pajak
Paper pajak
ade_syahroni
 
Kebijakan Moneter
Kebijakan MoneterKebijakan Moneter
Kebijakan Moneter
Rifda Nadifah
 
Perekonomian indonesia
Perekonomian indonesiaPerekonomian indonesia
Perekonomian indonesiaRere Mimi
 
Sejarah sistem perekonomian islam dari masa ke masa
Sejarah sistem perekonomian islam dari masa ke masaSejarah sistem perekonomian islam dari masa ke masa
Sejarah sistem perekonomian islam dari masa ke masa
ogie nirwan
 
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintas
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintasKebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintas
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintas
bramantiyo marjuki
 
Ekonomi Pembangunan dan Perekonomian Indonesia
Ekonomi Pembangunan dan Perekonomian IndonesiaEkonomi Pembangunan dan Perekonomian Indonesia
Ekonomi Pembangunan dan Perekonomian Indonesia
Dadang Solihin
 
Bab. 1 Pembangunan Ekonomi & Pertumbuhan Ekonomi (Kelas XI, Kurikulum 2013)
Bab. 1 Pembangunan Ekonomi & Pertumbuhan Ekonomi (Kelas XI, Kurikulum 2013)Bab. 1 Pembangunan Ekonomi & Pertumbuhan Ekonomi (Kelas XI, Kurikulum 2013)
Bab. 1 Pembangunan Ekonomi & Pertumbuhan Ekonomi (Kelas XI, Kurikulum 2013)
Yuni Tri Retnani Sardi, S.Pd
 
1. kebijakan fiscal
1. kebijakan fiscal1. kebijakan fiscal
1. kebijakan fiscal
ratna trenggalek
 
Kebijakan moneter & fiskal
Kebijakan moneter & fiskalKebijakan moneter & fiskal
Kebijakan moneter & fiskal
Wahono Diphayana
 

Viewers also liked (15)

Analisis kebijakan fiskal
Analisis kebijakan fiskalAnalisis kebijakan fiskal
Analisis kebijakan fiskal
 
[Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja indus...
[Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja indus...[Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja indus...
[Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja indus...
 
(15hal) kebijakan pemerintah
(15hal) kebijakan pemerintah(15hal) kebijakan pemerintah
(15hal) kebijakan pemerintah
 
Bab 07 Kebijakan Moneter & Kebijakan Fiskal
Bab 07 Kebijakan Moneter & Kebijakan FiskalBab 07 Kebijakan Moneter & Kebijakan Fiskal
Bab 07 Kebijakan Moneter & Kebijakan Fiskal
 
Paper pajak
Paper pajakPaper pajak
Paper pajak
 
Paper pajak
Paper pajakPaper pajak
Paper pajak
 
Kebijakan Moneter
Kebijakan MoneterKebijakan Moneter
Kebijakan Moneter
 
Perekonomian indonesia
Perekonomian indonesiaPerekonomian indonesia
Perekonomian indonesia
 
Sejarah sistem perekonomian islam dari masa ke masa
Sejarah sistem perekonomian islam dari masa ke masaSejarah sistem perekonomian islam dari masa ke masa
Sejarah sistem perekonomian islam dari masa ke masa
 
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintas
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintasKebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintas
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintas
 
Perekonomian indonesia
Perekonomian indonesiaPerekonomian indonesia
Perekonomian indonesia
 
Ekonomi Pembangunan dan Perekonomian Indonesia
Ekonomi Pembangunan dan Perekonomian IndonesiaEkonomi Pembangunan dan Perekonomian Indonesia
Ekonomi Pembangunan dan Perekonomian Indonesia
 
Bab. 1 Pembangunan Ekonomi & Pertumbuhan Ekonomi (Kelas XI, Kurikulum 2013)
Bab. 1 Pembangunan Ekonomi & Pertumbuhan Ekonomi (Kelas XI, Kurikulum 2013)Bab. 1 Pembangunan Ekonomi & Pertumbuhan Ekonomi (Kelas XI, Kurikulum 2013)
Bab. 1 Pembangunan Ekonomi & Pertumbuhan Ekonomi (Kelas XI, Kurikulum 2013)
 
1. kebijakan fiscal
1. kebijakan fiscal1. kebijakan fiscal
1. kebijakan fiscal
 
Kebijakan moneter & fiskal
Kebijakan moneter & fiskalKebijakan moneter & fiskal
Kebijakan moneter & fiskal
 

Similar to paper kebijakan fiskal

Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agre...
Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agre...Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agre...
Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agre...
turah11
 
Aplikasi kebijakan fiskal dalam bisnis
Aplikasi kebijakan fiskal dalam bisnisAplikasi kebijakan fiskal dalam bisnis
Aplikasi kebijakan fiskal dalam bisnisWahono Diphayana
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
AthoillahEconomi
 
Bab 5 kebijakan moneter dan kebijakan fiskal(2)
Bab 5 kebijakan moneter dan kebijakan fiskal(2)Bab 5 kebijakan moneter dan kebijakan fiskal(2)
Bab 5 kebijakan moneter dan kebijakan fiskal(2)
MaritaDamanik1
 
06 PERANAN PEMERINTAH rev.pdf
06 PERANAN PEMERINTAH rev.pdf06 PERANAN PEMERINTAH rev.pdf
06 PERANAN PEMERINTAH rev.pdf
TanMeilan
 
Adm Keuangan Ari.docx
Adm Keuangan Ari.docxAdm Keuangan Ari.docx
Adm Keuangan Ari.docx
FadhielAchmad
 
SPKN-Pengelolaan Kebijakan Fiskal Dan Kerangka Ekonomi Makro.pptx
SPKN-Pengelolaan Kebijakan Fiskal Dan Kerangka Ekonomi Makro.pptxSPKN-Pengelolaan Kebijakan Fiskal Dan Kerangka Ekonomi Makro.pptx
SPKN-Pengelolaan Kebijakan Fiskal Dan Kerangka Ekonomi Makro.pptx
AdityaNugroho97
 
PIE-Pertemuan 12 dan 13.ppt
PIE-Pertemuan 12 dan 13.pptPIE-Pertemuan 12 dan 13.ppt
PIE-Pertemuan 12 dan 13.ppt
DrAbdulKadirJaelaniS
 
Kebijakan Fiskal di Indonesia
Kebijakan Fiskal di IndonesiaKebijakan Fiskal di Indonesia
Kebijakan Fiskal di Indonesia
Aryansa Dewi
 
Kebijakan pempemerintah makro & mikro
Kebijakan pempemerintah makro & mikroKebijakan pempemerintah makro & mikro
Kebijakan pempemerintah makro & mikrosam kempo
 
Kebijakan Fiskal dan Keseimbangan Pendapatan Nasional.pdf
Kebijakan Fiskal dan Keseimbangan Pendapatan Nasional.pdfKebijakan Fiskal dan Keseimbangan Pendapatan Nasional.pdf
Kebijakan Fiskal dan Keseimbangan Pendapatan Nasional.pdf
Zukét Printing
 
Kebijakan Fiskal dan Keseimbangan Pendapatan Nasional.docx
Kebijakan Fiskal dan Keseimbangan Pendapatan Nasional.docxKebijakan Fiskal dan Keseimbangan Pendapatan Nasional.docx
Kebijakan Fiskal dan Keseimbangan Pendapatan Nasional.docx
Zukét Printing
 
ADM KEUANGAN 1.docx
ADM KEUANGAN 1.docxADM KEUANGAN 1.docx
ADM KEUANGAN 1.docx
FadhielAchmad
 
Presentasi ekonomi kebijakan anggaran dan fiskal
Presentasi ekonomi kebijakan anggaran dan fiskalPresentasi ekonomi kebijakan anggaran dan fiskal
Presentasi ekonomi kebijakan anggaran dan fiskal
Talitha Lintang Pertiwi
 
Kebijakan Fiskal
Kebijakan FiskalKebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal
Siti Sahati
 
Bagian v-teori-pengeluaran-pemerintah
Bagian v-teori-pengeluaran-pemerintahBagian v-teori-pengeluaran-pemerintah
Bagian v-teori-pengeluaran-pemerintahBrawijaya University
 
ppt kelompok 5.pptx
ppt kelompok 5.pptxppt kelompok 5.pptx
ppt kelompok 5.pptx
NenaWatson1
 
Kebijakan-Fiskal-dan-Moneter-pertemuan-1.pptx
Kebijakan-Fiskal-dan-Moneter-pertemuan-1.pptxKebijakan-Fiskal-dan-Moneter-pertemuan-1.pptx
Kebijakan-Fiskal-dan-Moneter-pertemuan-1.pptx
DioArdiansyah3
 
Paper kel 3 dilema dana pensiun
Paper kel 3 dilema dana pensiunPaper kel 3 dilema dana pensiun
Paper kel 3 dilema dana pensiunReza Yudhalaksana
 

Similar to paper kebijakan fiskal (20)

Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agre...
Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agre...Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agre...
Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agre...
 
Aplikasi kebijakan fiskal dalam bisnis
Aplikasi kebijakan fiskal dalam bisnisAplikasi kebijakan fiskal dalam bisnis
Aplikasi kebijakan fiskal dalam bisnis
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
 
Bab 5 kebijakan moneter dan kebijakan fiskal(2)
Bab 5 kebijakan moneter dan kebijakan fiskal(2)Bab 5 kebijakan moneter dan kebijakan fiskal(2)
Bab 5 kebijakan moneter dan kebijakan fiskal(2)
 
Ekonomi Publik
Ekonomi PublikEkonomi Publik
Ekonomi Publik
 
06 PERANAN PEMERINTAH rev.pdf
06 PERANAN PEMERINTAH rev.pdf06 PERANAN PEMERINTAH rev.pdf
06 PERANAN PEMERINTAH rev.pdf
 
Adm Keuangan Ari.docx
Adm Keuangan Ari.docxAdm Keuangan Ari.docx
Adm Keuangan Ari.docx
 
SPKN-Pengelolaan Kebijakan Fiskal Dan Kerangka Ekonomi Makro.pptx
SPKN-Pengelolaan Kebijakan Fiskal Dan Kerangka Ekonomi Makro.pptxSPKN-Pengelolaan Kebijakan Fiskal Dan Kerangka Ekonomi Makro.pptx
SPKN-Pengelolaan Kebijakan Fiskal Dan Kerangka Ekonomi Makro.pptx
 
PIE-Pertemuan 12 dan 13.ppt
PIE-Pertemuan 12 dan 13.pptPIE-Pertemuan 12 dan 13.ppt
PIE-Pertemuan 12 dan 13.ppt
 
Kebijakan Fiskal di Indonesia
Kebijakan Fiskal di IndonesiaKebijakan Fiskal di Indonesia
Kebijakan Fiskal di Indonesia
 
Kebijakan pempemerintah makro & mikro
Kebijakan pempemerintah makro & mikroKebijakan pempemerintah makro & mikro
Kebijakan pempemerintah makro & mikro
 
Kebijakan Fiskal dan Keseimbangan Pendapatan Nasional.pdf
Kebijakan Fiskal dan Keseimbangan Pendapatan Nasional.pdfKebijakan Fiskal dan Keseimbangan Pendapatan Nasional.pdf
Kebijakan Fiskal dan Keseimbangan Pendapatan Nasional.pdf
 
Kebijakan Fiskal dan Keseimbangan Pendapatan Nasional.docx
Kebijakan Fiskal dan Keseimbangan Pendapatan Nasional.docxKebijakan Fiskal dan Keseimbangan Pendapatan Nasional.docx
Kebijakan Fiskal dan Keseimbangan Pendapatan Nasional.docx
 
ADM KEUANGAN 1.docx
ADM KEUANGAN 1.docxADM KEUANGAN 1.docx
ADM KEUANGAN 1.docx
 
Presentasi ekonomi kebijakan anggaran dan fiskal
Presentasi ekonomi kebijakan anggaran dan fiskalPresentasi ekonomi kebijakan anggaran dan fiskal
Presentasi ekonomi kebijakan anggaran dan fiskal
 
Kebijakan Fiskal
Kebijakan FiskalKebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal
 
Bagian v-teori-pengeluaran-pemerintah
Bagian v-teori-pengeluaran-pemerintahBagian v-teori-pengeluaran-pemerintah
Bagian v-teori-pengeluaran-pemerintah
 
ppt kelompok 5.pptx
ppt kelompok 5.pptxppt kelompok 5.pptx
ppt kelompok 5.pptx
 
Kebijakan-Fiskal-dan-Moneter-pertemuan-1.pptx
Kebijakan-Fiskal-dan-Moneter-pertemuan-1.pptxKebijakan-Fiskal-dan-Moneter-pertemuan-1.pptx
Kebijakan-Fiskal-dan-Moneter-pertemuan-1.pptx
 
Paper kel 3 dilema dana pensiun
Paper kel 3 dilema dana pensiunPaper kel 3 dilema dana pensiun
Paper kel 3 dilema dana pensiun
 

More from Mulyadi Yusuf

Paper seminar akuntansi pemerintah kel 1--sap berbasis akrual
Paper seminar akuntansi pemerintah kel 1--sap berbasis akrualPaper seminar akuntansi pemerintah kel 1--sap berbasis akrual
Paper seminar akuntansi pemerintah kel 1--sap berbasis akrual
Mulyadi Yusuf
 
Mckinsey kominfo
Mckinsey kominfoMckinsey kominfo
Mckinsey kominfo
Mulyadi Yusuf
 
Paper mssp analisis renstra dan capaian kinerja kemenhub (1)
Paper mssp   analisis renstra dan capaian kinerja kemenhub (1)Paper mssp   analisis renstra dan capaian kinerja kemenhub (1)
Paper mssp analisis renstra dan capaian kinerja kemenhub (1)
Mulyadi Yusuf
 
Paper mssp analisis renstra dan capaian kinerja kemenpan rb
Paper mssp   analisis renstra dan capaian kinerja kemenpan rb Paper mssp   analisis renstra dan capaian kinerja kemenpan rb
Paper mssp analisis renstra dan capaian kinerja kemenpan rb
Mulyadi Yusuf
 
Paper menstra kemenkes final-sapce
Paper menstra kemenkes final-sapcePaper menstra kemenkes final-sapce
Paper menstra kemenkes final-sapce
Mulyadi Yusuf
 
Peta strategi kementan
Peta strategi kementanPeta strategi kementan
Peta strategi kementan
Mulyadi Yusuf
 
Mssp analisis renstra ditjen ppi
Mssp analisis renstra ditjen ppiMssp analisis renstra ditjen ppi
Mssp analisis renstra ditjen ppi
Mulyadi Yusuf
 
Manstrapem bina upaya kesehatan final
Manstrapem bina upaya kesehatan finalManstrapem bina upaya kesehatan final
Manstrapem bina upaya kesehatan final
Mulyadi Yusuf
 
Paper mssp analisis renstra dan capaian kinerja ditjen perhubungan udara
Paper mssp   analisis renstra dan capaian kinerja ditjen perhubungan udaraPaper mssp   analisis renstra dan capaian kinerja ditjen perhubungan udara
Paper mssp analisis renstra dan capaian kinerja ditjen perhubungan udara
Mulyadi Yusuf
 
Balanced scorecard amin subiyakto
Balanced scorecard   amin subiyaktoBalanced scorecard   amin subiyakto
Balanced scorecard amin subiyakto
Mulyadi Yusuf
 
10. kertas kerja it audit
10. kertas kerja it audit10. kertas kerja it audit
10. kertas kerja it auditMulyadi Yusuf
 
09.2 audit siklus pembelian dan pembayaran
09.2 audit siklus pembelian dan pembayaran09.2 audit siklus pembelian dan pembayaran
09.2 audit siklus pembelian dan pembayaranMulyadi Yusuf
 
09.1 audit siklus penjualan dan penerimaan
09.1 audit siklus penjualan dan penerimaan09.1 audit siklus penjualan dan penerimaan
09.1 audit siklus penjualan dan penerimaanMulyadi Yusuf
 
05.2 auditing procedure application controls
05.2 auditing procedure   application controls05.2 auditing procedure   application controls
05.2 auditing procedure application controlsMulyadi Yusuf
 
05.1 auditing procedure general controls
05.1 auditing procedure   general controls05.1 auditing procedure   general controls
05.1 auditing procedure general controlsMulyadi Yusuf
 
03.2 application control
03.2 application control03.2 application control
03.2 application controlMulyadi Yusuf
 
03.1 general control
03.1 general control03.1 general control
03.1 general controlMulyadi Yusuf
 
02. cobit5 introduction
02. cobit5 introduction02. cobit5 introduction
02. cobit5 introductionMulyadi Yusuf
 
02. cobit 41 dan iso 17799
02. cobit 41 dan iso 1779902. cobit 41 dan iso 17799
02. cobit 41 dan iso 17799Mulyadi Yusuf
 

More from Mulyadi Yusuf (20)

Paper seminar akuntansi pemerintah kel 1--sap berbasis akrual
Paper seminar akuntansi pemerintah kel 1--sap berbasis akrualPaper seminar akuntansi pemerintah kel 1--sap berbasis akrual
Paper seminar akuntansi pemerintah kel 1--sap berbasis akrual
 
Mckinsey kominfo
Mckinsey kominfoMckinsey kominfo
Mckinsey kominfo
 
Paper mssp analisis renstra dan capaian kinerja kemenhub (1)
Paper mssp   analisis renstra dan capaian kinerja kemenhub (1)Paper mssp   analisis renstra dan capaian kinerja kemenhub (1)
Paper mssp analisis renstra dan capaian kinerja kemenhub (1)
 
Paper mssp analisis renstra dan capaian kinerja kemenpan rb
Paper mssp   analisis renstra dan capaian kinerja kemenpan rb Paper mssp   analisis renstra dan capaian kinerja kemenpan rb
Paper mssp analisis renstra dan capaian kinerja kemenpan rb
 
Paper menstra kemenkes final-sapce
Paper menstra kemenkes final-sapcePaper menstra kemenkes final-sapce
Paper menstra kemenkes final-sapce
 
Peta strategi kementan
Peta strategi kementanPeta strategi kementan
Peta strategi kementan
 
Mssp analisis renstra ditjen ppi
Mssp analisis renstra ditjen ppiMssp analisis renstra ditjen ppi
Mssp analisis renstra ditjen ppi
 
Manstrapem bina upaya kesehatan final
Manstrapem bina upaya kesehatan finalManstrapem bina upaya kesehatan final
Manstrapem bina upaya kesehatan final
 
Paper mssp analisis renstra dan capaian kinerja ditjen perhubungan udara
Paper mssp   analisis renstra dan capaian kinerja ditjen perhubungan udaraPaper mssp   analisis renstra dan capaian kinerja ditjen perhubungan udara
Paper mssp analisis renstra dan capaian kinerja ditjen perhubungan udara
 
Balanced scorecard amin subiyakto
Balanced scorecard   amin subiyaktoBalanced scorecard   amin subiyakto
Balanced scorecard amin subiyakto
 
10. kertas kerja it audit
10. kertas kerja it audit10. kertas kerja it audit
10. kertas kerja it audit
 
09.2 audit siklus pembelian dan pembayaran
09.2 audit siklus pembelian dan pembayaran09.2 audit siklus pembelian dan pembayaran
09.2 audit siklus pembelian dan pembayaran
 
09.1 audit siklus penjualan dan penerimaan
09.1 audit siklus penjualan dan penerimaan09.1 audit siklus penjualan dan penerimaan
09.1 audit siklus penjualan dan penerimaan
 
05.2 auditing procedure application controls
05.2 auditing procedure   application controls05.2 auditing procedure   application controls
05.2 auditing procedure application controls
 
05.1 auditing procedure general controls
05.1 auditing procedure   general controls05.1 auditing procedure   general controls
05.1 auditing procedure general controls
 
03.2 application control
03.2 application control03.2 application control
03.2 application control
 
03.1 general control
03.1 general control03.1 general control
03.1 general control
 
02. cobit5 introduction
02. cobit5 introduction02. cobit5 introduction
02. cobit5 introduction
 
02. cobit 41 dan iso 17799
02. cobit 41 dan iso 1779902. cobit 41 dan iso 17799
02. cobit 41 dan iso 17799
 
Erm tm 12
Erm tm 12Erm tm 12
Erm tm 12
 

Recently uploaded

RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
SurosoSuroso19
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
DataSupriatna
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
adolfnuhujanan101
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
agusmulyadi08
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
smp4prg
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Galang Adi Kuncoro
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
mohfedri24
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
Nur afiyah
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Fathan Emran
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
mattaja008
 

Recently uploaded (20)

RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptxRANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4.pptx
 
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdfNUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
NUMERASI KOMPETENSI PENDIDIK TAHAP CAKAP DAN MAHIR.pdf
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
 
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum MerdekaModul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 5 Fase C Kurikulum Merdeka
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagjaPi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
Pi-2 AGUS MULYADI. S.Pd (3).pptx visi giru penggerak dan prakrsa perubahan bagja
 
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdfPENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
PENGUMUMAN PPDB SMPN 4 PONOROGO TAHUN 2024.pdf
 
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 BandungBahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
Bahan Sosialisasi PPDB_1 2024/2025 Bandung
 
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
ppt materi aliran aliran pendidikan pai 9
 
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdfppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
ppt profesionalisasi pendidikan Pai 9.pdf
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar PAI dan Budi Pekerti Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptxJuknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
Juknis Pengisian Blanko Ijazah 2024 29 04 2024 Top.pptx
 

paper kebijakan fiskal

  • 1. Seminar Keuangan Publik KEBIJAKAN FISKAL 1. 2. 3. 4. Andriyansyah Kurniawan Afdal (4) Elizabeth Carolina Tri N (11) Made Rahayu Indrayani (18) Septian Wildan Mujaddid (25) Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Diploma IV – Kelas 8B BPKP Oktober 2013
  • 2. A. PENDAHULUAN Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter saling berpengaruh satu sama lain dalam kegiatan perekonomian suatu negara. Jika kebijakan moneter dipengaruhi beberapa variabel utama antara lain suku bunga, pertumbuhan ekonomi (Gross Domestic Product/GDP), inflasi, dan kurs valuta asing, maka dalam kebijakan fiskal dipengaruhi oleh dua variabel utama, yaitu pajak (tax) dan pengeluaran pemerintah (goverment expenditure). Membahas mengenai kebijakan fiskal dan kebijakan moneter tentu berkaitan erat dengan kegiatan perekonomian empat sektor. Keempat sektor ini memiliki hubungan interaksi masing-masing dalam menciptakan pendapatan dan pengeluaran. Keempat sektor tersebut adalah (1) sektor rumah tangga; (2) sektor perusahaan; (3) sektor pemerintah dan (4) sektor internasional/luar negeri. B. PENGERTIAN KEBIJAKAN FISKAL Terdapat beberapa pengertian tentang kebijakan fiskal yang dapat kita temui. Definisi yang paling populer menyebutkan bahwa kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka mendapatkan dana dan kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah untuk membelanjakan dananya tersebut dalam rangka melaksanakan pembangunan. Singkatnya, kebijakan fiskal adalah kebjakan pemerintah yang terkait dengan penerimaan atau pengeluaran negara. Samuel dan Nordhaus mendefinisikan kebijakan fiskal sebagai proses pembentukan perpajakan dan pengeluaran masyarakat dalam upaya menekan fluktuasi siklus bisnis, dan ikut berperan dalam menjaga pertumbuhan ekonomi, penggunaan tenaga kerja yang tinggi, bebas dari laju inflasi yang tinggi dan berubah-ubah. Sementara menurut Tulus TH Tambunan, kebijakan fiskal memiliki dua prioritas, priotitas pertama adalah mengatasi defisit anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN) dan masalah-masalah APBN lainnya – defisit APBN terjadi apabila penerimaan pemerintah lebih kecil dari pengeluarannya – serta prioritas kedua untuk mengatasi stabilitas ekonomi makro, yang terkait dengan
  • 3. pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, kesempatan kerja dan neraca pembayaran. Sedangkan menurut Nopirin, kebijakan fiskal terdiri dari perubahan pengeluaran pemerintah atau perpajakan dengan tujuan untuk mempengaruhi besar serta susunan permintaan agregat. Indikator yang biasa dipakai adalah budget defisit yakni selisih antara pengeluaran pemerintah (dan juga pembayaran transfer) dengan penerimaan terutama dari pajak. Pengertian lainnya menyatakan bahwa kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum. Berdasarkan dari beberapa teori dan pendapat ahli di atas dapat kita simpulkan bahwa kebijakan fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah dalam pengelolaan keuangan negara untuk mengarahkan kondisi perekonomian menjadi lebih baik yang terbatas pada sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran negara yang tercantum dalam APBN. Tentu di luar beberapa pendapat di atas masih dapat kita temui berbagai definisi lain tentang kebijakan fiskal, namun demikian konsep yang harus kita pahami adalah bahwa kebijakan fiskal meliputi suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik melalui penerimaan dan pengeluaran pemerintah. C. TUJUAN KEBIJAKAN FISKAL Secara umum, tujuan yang ingin dicapai melalui kebijakan fiskal adalah stabilitas ekonomi yang lebih mantap. Artinya secara nasional laju pertumbuhan ekonomi yang layak tetap dapat dipertahankan tanpa adanya angka pengangguran yang signifikan serta tetap menjaga stabilitas harga.
  • 4. Kebijakan ini bertujuan untuk memperbaiki keadaan ekonomi, mengusahakan kesempatan kerja (mengurangi pengangguran), dan menjaga kestabilan hargaharga secara umum. Hal ini dilakukan dengan jalan memperbesar dan memperkecil pengeluaran konsumsi pemerintah (G), jumlah transfer pemerintah (Tr), dan jumlah pajak (Tx) yang diterima pemerintah sehingga dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional (Y) serta tingkat kesempatan kerja (N). Kebijakan fiskal juga merupakan salah satu paket tindakan pemerintah di bidang pengeluaran dan penerimaan keuangan negara. Dengan kata lain kebijakan fiskal mengusahakan peningkatan penerimaan pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan cara menyesuaikan pengeluaran dan penerimaan pemerintah. Pencegahan timbulnya pengangguran merupakan tujuan yang paling utama dari kebijakan fiskal karena perekonomian suatu negara dapat mencapai laju pertumbuhan yang dikehendaki melalui tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment). Full employment dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang menunjukkan seluruh angkatan kerja memperoleh pekerjaan. Kondisi ini dapat terwujud bila pemerintah mampu menambah lapangan kerja melalui berbagai kebijakan sehingga dapat menampung seluruh tenaga kerja yang tersedia. Kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mencapai kondisi full employment antara lain dengan mengundang investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Dari dalam negeri, pemerintah menambah pengeluaran untuk membuka lapangan kerja padat karya melalui proyek-proyek pembangunan infrastruktur fisik. Sementara di bidang moneter, bank sentral dapat menerbitkan regulasi yang memudahkan pengajuan kredit usaha dan penentuan suku bunga yang kondusif bagi dunia usaha. D. DEFLASI vs INFLASI Kondisi penurunan yang tajam dari harga-harga umum (deflasi) dalam jangka panjang dapat memicu timbulnya pengangguran karena sektor usaha swasta akan kehilangan potensi untuk mendapat keuntungan. Sebaliknya, kondisi harga-harga umum yang meningkat terus (inflasi) juga mempunyai akibat yang tidak baik bagi perekonomian. Karena penghasilan yang diterima oleh
  • 5. masyarakat tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang harganya terus naik. Inflasi yang berkepanjangan akan melemahkan perekonomian karena para memilik modal akan beralih dari investasi produktif ke investasi dalam bentuk barang-barang tahan lama seperti rumah, tanah, dan gedung karena hal ini lebih menguntungkan daripada investasi produktif. Kedua kondisi tersebut tidak baik bagi iklim makroekonomi suatu negara, oleh karenanya untuk mengatasi kondisi deflasi maupun inflasi dilaksanakan kebijakan fiskal sebagai berikut : a) Mengubah Pengeluaran Pemerintah. Dalam kondisi inflasi, uang yang beredar melebihi dari yang diperlukan dalam perekonomian. Untuk itu pemerintah mengurangi pengeluaran sehingga mengakibatkan tabungan (pendapatan lebih besar daripada pengeluaran). b) Mengubah Tingkat Pajak. Menaikkan tarif pajak pendapatan masyarakat sehingga mengakibatkan turunnya tingkat konsumsi masyarakat. c) Pinjaman Paksa. Pemerintah memotong gaji pegawai negeri sebagai pinjaman pemerintah untuk mengurangi jumlah uang yang beredar. E. INSTRUMEN KEBIJAKAN FISKAL Instrumen kebijakan fiskal yang paling utama adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Pajak merupakan komponen penting dalam menentukan kondisi makroekonomi suatu negara. Mengubah tarif pajak yang berlaku akan berpengaruh pada ekonomi, jika pajak diturunkan maka kemampuan/daya beli masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Sebaliknya kenaikan tarif pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan output industri secara umum. Diantara beberapa pilihan instrumen kebijakan fiskal yang lazim dilakukan pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi makro antara lain: a) Menaikkan atau menurunkan pajak rumah tangga b) Mengatur pengeluaran pemerintah untuk pengusaha tertentu
  • 6. c) Memberikan rangsangan fiskal (insentif atau subsidi) pada pengusaha tertentu F. HUBUNGAN ANTARA KEBIJAKAN FISKAL DAN APBN Dalam pengertian umum disebutkan bahwa kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilaksanakan lewat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Benarkah kebijakan di bidang perpajakan sebagai sumber utama pendapatan negara yang tercantum di dalam APBN ? Pada bagian selanjutnya kita akan meneliti apakah pengaruh dari suatu kebijaksanaan fiskal yang dicerminkan oleh suatu struktur APBN tertentu terhadap perekonomian. Pengaruh kebijaksanaan fiskal terhadap perekonomian dapat dianalisis dalam dua tahap yang berurutan yaitu bagaimana suatu kebijaksanaan fiskal diterjemahkan ke dalam APBN serta bagaimana APBN tersebut dapat mempengaruhi perekonomian. Menerjemahkan kebijakan fiskal ke dalam APBN artinya dalam mengelola sumber pendapatan – terutama pajak dan bea – pemerintah menyatakan kemampuan mengumpulkan pendapatan untuk digunakan mengelola pemerintahan dalam anggaran pendapatan serta janji/komitmen pemerintah menjalankan pemerintahan dan pembangunan dalam anggaran belanja. APBN mempunyai dua sisi, sisi yang mencatat pengeluaran dan sisi yang mencatat penerimaan. Sisi pengeluaran mencatat semua kegiatan pemerintah yang memerlukan uang untuk pelaksanaannya. Dalam prakteknya, pos-pos yang tercantum sangat beraneka ragam dan mencerminkan apa yang ingin dilaksanakan pemerintah dalam programnya. Sebagai contoh program pemerintah dapat berupa kegiatan yang mengakibatkan adanya pengeluaran untuk belanja pegawai, belanja barang/jasa, belanja modal maupun transfer serta berbagai pengeluaran lainnya. Semua pos pada sisi pengeluaran tersebut memerlukan dana untuk melaksanakannya. Sehingga diperlukan suatu objek untuk memperoleh penerimaan negara guna melakukan pembayaran pengeluaran tersebut. Sisi penerimaan menunjukkan dari mana dana yang diperlukan tersebut diperoleh. Ada empat sumber utama untuk memperoleh dana yaitu dari pajak, pinjaman bank sentral, pinjaman dalam negeri serta pinjaman luar negeri.
  • 7. G. JENIS PEMBIAYAAN DALAM KEBIJAKAN FISKAL Banyak kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi kelesuan ekonomi negara. Dewasa ini pemerintah mengadakan deregulasi dan debirokratisasi di berbagai bidang dengan tujuan memperbaiki keadaan ekonomi agar tercapai tingkat pertumbuhan yang tinggi. Kebijakan deregulasi dan debirokratisasi merupakan bagian dari kebijakan fiskal pemerintah. Secara umum kebijakan fiskal dapat ditempuh dengan empat jenis pembiayaan, yaitu sebagai berikut: 1. Pembiayaan Fungsional (functional finance) Kebijakan anggaran pembiayaan fungsional (functional finance), adalah kebijakan yang mengatur pengeluaran pemerintah dengan melihat berbagai akibat tidak langsung terhadap pendapatan nasional dan bertujuan untuk meningkatkan kesempatan kerja. Pembiayaan pengeuaran pemerintah ditentukan sedemikian rupa sehingga tidak berpengaruh langsung terhadap pendapatan nasional. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesempatan kerja (employement). Penerimaan pemerintah dari sektor pajak bukan ditujukan untuk meningkatkan penerimaan pemerintah tetapi bertujuan untuk mengatur pengeluaran pihak swasta. Oleh karena itu dalam hal terjadi pengangguran, penerimaan pajak tidak terlalu diperlukan. Sedangkan untuk menekan inflasi diatasi dengan kebijakan pinjaman. Jika sektor pajak dan pinjaman tidak berhasil, tindakan lain yang dapat dilakukan pemerintah adalah mencetak uang. Jadi dalam hal ini sektor pajak dengan pengeluaran pemerintah menjadi satu hal yang terpisah. 2. Pengelolaan Anggaran (the finance budget approach) Kebijakan pengelolaan anggaran (the finance budget approach), adalah kebijakan untuk mengatur pengeluaran pemerintah, perpajakan, dan pinjaman untuk mencapai stabilitas ekonomi yang mantap. Penerimaan dan pengeluaran pemerintah dari perpajakan dan pinjaman adalah satu paket yang tidak dapat dipisahkan dalam rangka menciptakan kestabilan ekonomi. Kemudian dalam pengelolaan anggaran dibutuhkan anggaran berimbang dengan perumusan jika terjadi depresi, maka ditempuh anggaran defisit. Jika terjadi inflasi maka ditempuh anggaran surplus.
  • 8. 3. Stabilisasi Anggaran Otomatis (the stabilizing budget) Kebijakan stabilisasi anggaran otomatis (the stabilizing budget), adalah kebijakan yang mengatur pengeluaran pemerintah dengan melihat besarnya biaya dan manfaat dari berbagai program. Tujuan kebijakan ini adalah agar terjadi penghematan dalam pengeluaran pemerintah. Dalam stabilisasi anggaran ini, diharapkan terdapat keeimbangan antara penerimaan dan pengeluaran tanpa campur tangan pemerintah yang disengaja. Dengan stabilisasi anggaran ini, pengeluaran pemerintah lebih ditekan pada asas manfaat dan biaya relatif dari berbagi program. Pajak ditetapkan sedemikian rupa sehingga terdapat anggaran belanja surplus dalam kesempatan kerja penuh. 4. Anggaran Belanja Seimbang Cara yang diberlakukan dalam hal ini adalah anggaran yang disesuaikan dengan keadaan (managed budget). Tujuannya adalah tercapainya anggaran berimbang dalam jangka panjang. Dalam keadaan terpaksa, seperti ketika terjadi ketidakstabilan ekonomi, ditempuh anggaran defisit. Sedangkan pada masa inflasi ditempuh anggaran surplus. Kebijakan/Politik Anggaran Kebijakan anggaran atau biasa disebut politik anggaran lazim digunakan pemerintah suatu negara dalam menjalankan kebijakan fiskal. Kebijakan masing-masing negara bisa berbeda tergantung pada keadaan dan arahyang akan dicapai dalam jangka pendek maupun jangka panjangnya. Berikut adalah macam-macam anggaran yang biasa ditempuh beberapa negara dalam mencapai manfaat tertinggi dalam mengelola anggaran, antara lain:  Anggaran Berimbang (Balanced Budget) Anggaran berimbang terjadi bilamana pemerintah menetapkan pengeluaran sama besar dengan pemasukan. Tujuan politik anggaran berimbang yakni terjadinya kepastian anggaran serta meningkatkan disiplin anggaran karena pengeluaran tidak boleh dilaksanakan melebihi penerimaan.
  • 9. Pada anggaran berimbang, diusahakan agar pengeluaran (belanja) dan pendapatan atau penerimaan sama. Keadaan seperti ini dapat menstabilkan ekonomi dan anggaran. Dalam hal ini, pengeluaran disesuaikan dengan kemampuan keuangan suatu negara. Fokus kebijakan fiskal berbeda dengan kebijakan moneter, yang bertujuan menstabilkan perekonomian dengan cara mengontrol tingkat bunga dan jumlah uang yang beredar. Jadi topik utama kebijakan fiskal adalah pengeluaran dan pajak. Perubahan tingkat dan komposisi pajak serta pengeluaran pemerintah dapat memengaruhi hal-hal seperti permintaan agregat dan tingkat aktivitas ekonomi, pola persebaran sumber daya serta distribusi pendapatan. Kebijakan ini kurang lebih serupa dengan kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal menekankan pada pengaturan pendapatan dan belanja pemerintah.  Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif Pada anggaran surplus, tidak semua penerimaan dibelanjakan, sehingga terdapat tabungan pemerintah. Asas ini tepat digunakan jika keadaan ekonomi sedang mengalami inflasi. Pendekatan dalam anggaran surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukan lebih besar daripada pengeluarannya. Politik anggaran surplus dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi ekspansi yang mulai memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan.  Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif Anggaran defisit adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih besar dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian. Umumnya sangat baik digunakan jika keaadaan ekonomi sedang dalam kondisi resesi. Pada anggaran defisit, anggaran disusun sedemikian rupa sehingga pengeluaran lebih besar daripada penerimaan. Anggaran defisit dapat memicu inflasi karena untuk menutup defisit harus dilakukan dengan mengajukan pinjaman/ utang LN atau mencetak uang.
  • 10. H. JENIS KEBIJAKAN FISKAL 1. Kebijakan Fiskal yang Disengaja (discretionary) Kebijakan fiskal yang disengaja adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi tingkat naik turunnya kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu (gelombang konjungtur), dengan memanipulasi anggaran belanja secara sengaja, baik melalui pengubahan perpajkaan atau pengubahan pengeluaran pemerintah. Dengan usaha ini dapat terlihat seberapa jauh peranan pemerintah dalam melakukan campur tangannya dalam pengaturan jalannya roda perekonomian. 2. Kebijakan Fiskal Pasif (automatic stabilizers atau built-in stabilizer) Kebijakan pasif adalah kebijakan yang erat kaitannya dengan penerapan berbagai pajak. Dalam realitaya sebagian besar dari pajak-pajak yang dikenakan pada masyarakat, baik langsung maupun tak langsung, berhubungan erat dengan tingginya arus pendapatan nasional. Semakin tingi arus pendapatan nasional, semakin tinggi pula penerimanan yang diperoleh dari sektor pajak, baik langsung maupun tak langsung. Pajak pendapatan, pajak perseroan, pajak kekayaan dan sebagainya adalah pajak langsung yang jelas sekali berhubungandengan tingkat pendapatan negara. Dari sudut ekonomi makro, kebijakan fiskal dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kebijakan fiskal ekspansif dan kebijakan fiskal kontraktif. 1) Kebijakan fiskal ekspansif, adalah kebijakan menaikkan belanja negara dan menurunkan tingkat pajak netto. Kebijakan ini untuk meningkatkan daya beli masyarakat. Kebijakan fiskal ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami resesi/depresi dan pengangguran yang tinggi 2) Kebijakan fiskal kontraktif, adalah kebijakan untuk menurunkan belanja negara dan menaikkan tingkat pajak. Kebijakan ini bertujuan untuk menurunkan daya beli masyarakat dan mengatasi inflasi. I. PRAKTIK KEBIJAKAN FISKAL DI INDONESIA Dalam mengatur perekonomian, pemerintah membuat suatu daftar anggaran yang disebut APBN, yang memuat sumber penerimaan dan jenis-jenis pengeluaran negara untuk pembayaran. Agar terjadi keseimbangan antara jumlah penerimaan dan jumlah pengeluaran, pemerintah melaksanakan
  • 11. kebijakan fiskal, yaitu kebijakan pemerintah dalam memengaruhi perekonomian melalui perubahan pengeluaran dan penerimaan dalam APBN. Penerimaan dan pengeluaran pemerintah merupakan faktor yang memengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat. Perlu diketahui dalam banyak hal bahwa rumah tangga negara tidak sama dengan rumah tangga keluarga. Pada rumah tangga keluarga, jika penerimaan semakin menurun maka tindakan yang akan dilakukan adalah menekan pengeluaran. Tindakan demikian dapat menyelamatkan kemunduran ekonomi rumah tangga keluarga. Sebaliknya dalam rumah tangga negara, penurunan penerimaan tidak dapat selalu diatasi dengan penurunan pengeluaran. Jika pengeluaran yang ditekan, maka kegiatan ekonomi akan menjadi lesu karena rumah tangga negara berkaitan dengan hajat hidup orang banyak. Salah satu dampak kelesuan ekonomi yaitu akan terjadinya pengangguran yang kemudian akan mengakibatkan tingkat penerimaan negara menjadi menurun. Adapun tindakan yang akan diambil oleh pemerintah adalah mengatur pengeluaran agar pengeluaran tersebut berdampak positif pada perbaikan ekonomi. Tindakan memperbaiki ekonomi juga dapat ditempuh dengan usaha menaikkan pendapatan. Pemerintah merupakan faktor determinan (yang menentukan) dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah memiliki perangkat-perangkat kebijakan yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tindakan-tindakan dalam mengatur pengeluaran dan penerimaan negara disebut sebagai tindakan fiskal. Sehingga kebijakan fiskal dapat disebut sebagai kebijakan penyesuaian di bidang pengeluaran dan penerimaan pemerintah untuk memperbaiki keadaan ekonomi. Praktik yang umum dalam penerapan kebijakan fiskal adalah ketika perekonomian nasional mengalami inflasi, pemerintah mengurangi kelebihan permintaan masyarakat dengan cara menekan pembelanjaan (consumption) melalui peningkatan tarif pajak dan bea agar tercipta kestabilan lagi. Cara demikian disebut dengan pengelolaan anggaran Contoh :
  • 12. Pemberitaan di media massa mengenai kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sudah sering terjadi. Harga BBM dari waktu ke waktu senantiasa naik. Apa pengaruh kenaikan harga BBM ini terhadap keuangan negara? Apakah diuntungkan atau dirugikan? Sebagai negara penghasil minyak bumi tentu akan diuntungkan dengan adanya kenaikan harga minyak bumi di dunia. Namun, kenyataannya negara tetap dirugikan dengan adanya kenaikan harga tersebut. Mengapa? Karena jumlah konsumsi minyak dalam negeri lebih besar daripada jumlah yang diproduksi sehingga negara harus mengimpor untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Di satu sisi, harga BBM di dalam negeri lebih rendah dibanding harga di pasar internasional. Ini karena adanya subsidi BBM. Subsidi merupakan pengeluaran pemerintah. Sehingga kenaikan harga minyak bumi justru akan meningkatkan pengeluaran pemerintah untuk subsidi BBM. Tingginya subsidi yang harus dibayarkan akan membebani APBN. Kemudian, apa yang dilakukan pemerintah untuk menekan pengeluaran subsidi tersebut, agar keuangan negara (APBN) tetap aman? Pemerintah perlu mengubah pengeluaran dan penerimaan dalam APBN untuk menyesuaikan dengan kondisi pada waktu itu. Kebijakan yang dilakukan dengan cara mengubah pengeluaran dan penerimaan negara yang bertujuan untuk menciptakan stabilitas ekonomi, kesempatan kerja, pertumbuhan ekonomi, serta keadilan dalam distribusi pendapatan yang kita kenal dengan kebijakan fiskal atau politik fiskal. Isu selanjutnya yang sedang marak adalah BLSM (Bantuan Langsung Sementara Masyarakat) atau BLT (Bantuan Langsung Tunai). Banyak orang melihat BLSM/BLT hanya bantuan pemberian uang tunai kepada orang yang kurang mampu. sebenarnya di balik itu ada tujuan khusus dari pemerintah secara makroekonomi. BLT diharapkan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat secara agregat. Dengan adanya peningkatan pendapatan masyarakat, daya beli masyarakat juga meningkat. Dengan demikian maka permintaan dari masyarakat juga meningkat. Sehingga dampak selanjutnya adalah meningkatnya permintaan dari masyarakat yang mendorong produksi sehingga pada
  • 13. akhirnya diharapkan akan dapat memperbaiki kondisi perekonomian Indonesia. Contoh lain dari kebijakan fiskal adalah proyek-proyek yang diadakan oleh pemerintah. Katakanlah pemerintah mengadakan proyek membangun jalan raya. Dalam proyek ini pemerintah membutuhkan buruh dan pekerja lain untuk menyelesaikannya. dengan kata lain proyek ini menyerap SDM sebagai tenaga kerja. hal ini membuat pendapatan orang yang bekerja di situ bertambah. dengan bertambahnya pendapatan mereka akan terjadi efek yang sama dengan BLT tadi. Kebijakan fiskal juga dapat berupa kustomisasi APBN oleh pemerintah. Misalnya melalui deficit financing. Deficit financing atau anggaran defisit adalah anggaran yang menetapkan pengeluaran lebih besar dibandingkan penerimaan. Deficit Financing dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dulunya Orde Lama pernah menerapkannya dengan cara memperbanyak utang dengan meminjam dari Bank Indonesia. Dampak lanjutan yang terjadi kemudian adalah inflasi besar-besaran (hyper inflation) karena uang yang beredar di masyarakat sangat banyak. Sehingga untuk menutup anggaran yang defisit dipinjamlah uang dari rakyat. Sayangnya, rakyat tidak mempunyai cukup uang untuk memberi pinjaman pada pemerintah. akhirnya, pemerintah terpaksa meminjam uang dari luar negeri. J. STUDI KASUS : KEBIJAKAN FISKAL RRC MENDUKUNG INDUSTRI LOKAL Menurut Ketua mencontoh Asosiasi China dalam Pertekstilan Indonesia perlindungan dan (API) Indonesia keberpihakan harus terhadap pengusahanya. Tidak mengherankan jika China bisa menguasai pertumbuhan ekonomi dunia terutama tekstil. China yang sukses membangun industri dalam negerinya dengan menerapkan konsep China Incorporated. Dalam konsep tersebut, pemerintah dan pengusaha memiliki tindakan yang sama untuk mengembangkan pertumbuhan ekonominya. Ini berarti, setiap kebijakan yang dikeluarkan seiring dengan keinginan dan kebutuhan para pengusaha. Pemerintah China mengeluarkan kebijakan yang membantu pengusaha menekan biaya produksinya agar barang-barang mereka bisa bersaing di pasar internasional.
  • 14. Saat ini pemerintah China memberlakukan kebijakan fiskal berupa pengembalian Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 13,5 persen dari nilai ekspor yang dilakukan pengusaha. Kondisi sebaliknya justru terjadi di Indonesia. Pengusaha justru diperberat dengan banyak aturan dan pajak. Berdasarkan kenyataan ini maka tidak heran jika barang-barang China sekarang bisa menguasai dunia. Untuk produk tekstil dan produk tekstil (TPT) saja saat ini nilai ekspor China sudah mencapai US$300 miliar per tahun dengan market share mencapai 38 persen. Jumlah tersebut tentu tidak sebanding dengan nilai ekspor TPT Indonesia yang hanya mencapai US$ 13 miliar. K. STUDI KASUS: KEBIJAKAN FISKAL DI ERA KRISIS EKONOMI 1998 Pemerintah RI pernah menghadapi krisis moneter yang selanjutnya merembet ke krisis ekonomi dan politik pada tahun 1997-1998. Kebijakan yang diambil pemerintah – sebagaimana disarikan dari paparan Menko Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri (Ekuin) yang menjabat saat itu yaitu Ginandjar Kartasasmita dapat diperoleh gambaran mengenai langkah yang diambil pemerintah periode tersebut dalam mengatasi krisis sbb: Kebijaksanaan ekonomi makro dalam upaya menekan laju inflasi dan memperkuat nilai tukar rupiah terhadap valuta asing adalah melalui kebijaksanaan moneter yang ketat disertai anggaran berimbang, dengan membatasi defisit anggaran sampai pada tingkat yang dapat diimbangi dengan tambahan dana dari luar negeri. Kebijaksanaan moneter yang ketat dengan tingkat bunga yang tinggi selain dimaksudkan untuk menekan laju inflasi dan memperkuat nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, dengan menahan naiknya permintaan agregat, juga untuk mendorong masyarakat meningkatkan tabungan di sektor perbankan. Meskipun demikian pemerintah menyadari sepenuhnya bahwa tingkat bunga tinggi dapat menjadi salah satu faktor terpenting yang akan berdampak negatif terhadap kegiatan ekonomi atau bersifat kontraktif terhadap perkembangan PDB. Oleh karena itu tingkat bunga yang tinggi tidak akan selamanya dipertahankan, tetapi secara bertahap akan diturunkan pada tingkat yang wajar seiring dengan menurunnya laju inflasi
  • 15. menyehatkan sistem perbankan dan memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap keberadaan lembaga perbankan; merestrukturisasi hutang luar negeri; mereformasi struktural di sektor riil; dan mendorong ekspor. Kebijaksanaan ekonomi mikro yang ditempuh pemerintah, ditujukan untuk mengurangi dampak negatif dari krisis ekonomi terhadap kelompok penduduk berpendapatan rendah, untuk menekan pengangguran dan menjaga keberlangsungan ekonomi sbb: Jaring Pengaman Sosial, meliputi program penyediaan kebutuhan pokok dengan harga terjangkau, mempertahankan tingkat pelayanan pendidikan dan kesehatan pada tingkat sebelum krisis serta penanganan pengangguran Penyehatan Sistem Perbankan program peningkatan permodalan, penyempurnaan peraturan perundangundangan, antara lain, mencakup: a) perizinan bank yang semula merupakan wewenang Departemen Keuangan dialihkan kepada Bank Indonesia. b) investor asing diberikan kesempatan yang lebih besar untuk menjadi pemegang saham bank. c) rahasia bank yang semula mencakup sisi aktiva dan pasiva diubah menjadi hanya mencakup nasabah penyimpan dan simpanannya d) penyempurnaan dan penegakkan ketentuan kehati-hatian e) Bank-bank diwajibkan untuk menyediakan modal minimum (Capital Adequacy Ratio) sebesar 4% pada akhir tahun 1998, 8% pada akhir tahun 1999, dan 10% pada akhir tahun 2000, sebagaimana telah diumumkan pemerintah pada bulan Juni 1998.