SlideShare a Scribd company logo
ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL KOTA MEDAN
                      DI ERA OTONOMI DAERAH

                                         Kasyful Mahalli

                                              Abstract
       Fiscal decentralization is one of the big issues in regional development in
       Indonesia. Most regions depend on regional tax in pushing their economic
       growth. Along 2000-2003 the average tax ratio in Medan municipality is 0,40%
       which means that the authority could only taxing 0,4% of total output in the
       region. In other hand, the econometric calculation shows that regional tax has
       negative correlation with economic growth. The local government however has a
       contrary policy: growth oriented targeting or local revenue targeting. In the
       future, the leviathan model should be considered for local revenue targeting.

       Kata kunci: Desentralisasi fiskal, Tax ratio, Pendapatan asli daerah,
                  Pertumbuhan ekonomi

Pendahuluan                                          perubahan tingkat pelayanan masyarakat, tanda-
        Sejalan dengan berbagai tuntutan dan         tanda adanya disintegrasi di beberapa negara,
keperluan untuk mendorong desentralisasi dan         dan yang terakhir, banyaknya kegagalan yang
otonomi, telah diundangkan Undang-Undang             dialami oleh pemerintahan sentralistis dalam
No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan               memberikan pelayanan masyarakat yang efektif
Daerah sebagai pengganti Undang-Undang No.           (Sidik 2002).
22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan                Dengan telah diterbitkannya UU No. 32
Undang-Undang No. 25 tentang Perimbangan             tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.         terjadi berbagai perubahan mendasar dalam
Undang-Undang tersebut diharapkan dapat              pengaturan pemerintahan daerah di Indonesia.
dijadikan landasan yang cukup kuat dalam             Konsekuensinya adalah perlunya dilakukan
mengimplementasikan otonomi yang seluas-             penataan terhadap berbagai elemen yang
luasnya dan bertanggung jawab yang mampu             berkaitan dengan Pemerintah Daerah sebagai
mendukung penyelenggaraan pembangunan                manifestasi dari otonomi daerah.
daerah oleh pemerintah daerah sehingga sejalan               Berkaitan dengan hal tersebut di atas,
dengan aspirasi dan kebutuhan daerah.                kehadiran UU No. 32 Tahun 2004 memberikan
        Di sisi lain pembangunan yang                otonomi kepada daerah kabupaten dan kota
berkesinambungan harus dapat memberi tekanan         untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan
pada mekanisme ekonomi, sosial, politik, dan         menurut prakarsa dan aspirasi masyarakatnya.
kelembagaan, baik dari sektor swasta maupun          Kondisi ini mendorong upaya partisipasi
pemerintah, demi terciptanya suatu perbaikan         masyarakat      yang    akan     mempengaruhi
standar hidup masayarakat secara cepat. Untuk        komponen kualitas pemerintahan lainnya dan
itu pemerintah daerah dituntut untuk mampu           akhirnya menyebabkan terjadinya orientasi
mengalokasikan sejumlah besar anggaran               pemerintah pada tuntutan dan pelayanan publik.
pembangunan untuk membiayai program-                 Dalam kenyataannya, pemerintah sendiri perlu
program yang terkait dengan peningkatan              menstimulir pembangunan ekonomi melalui
kesejahteraan masyarakat.                            APBN.
        Dorongan desentralisasi yang terjadi di              Secara umum diyakini desentralisasi
berbagai negara di dunia terutama di negara-         fiskal akan meningkatkan kesejahteraan
negara berkembang, dipengaruhi oleh beberapa         masyarakat. Pendapat ini dilandasi oleh
faktor,   misalnya;    latar  belakang     atau      pandangan yang menyatakan kebutuhan
pengalaman suatu negara, peranannya dalam            masyarakat daerah terhadap pendidikan dan
globalisasi    dunia,    kemunduran      dalam       barang publik pada umumnya akan terpenuhi
pembangunan ekonomi, tuntutan terhadap               dengan lebih baik dibandingkan bila langsung



16                        Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah WAHANA HIJAU•Vol.1•No.1•Agustus 2005
diatur oleh pemerintah pusat. Namun                               Lapangan
                                                                                                         Rata-
kecenderungan ke arah tersebut tidak nampak                 No     Usaha/             Tahun
                                                                                                         Rata
                                                                   Sektor    2000   2001   2002   2003
karena hingga saat ini sebagian besar
                                                            9    Jasa        5,06   2,24   2,80   4,42   3,63
Pemerintah Daerah (Pemda dan DPRD) Kota                          PDRB        5,40   5,22   4,50   5,32   5,11
dan Kabupaten di Indonesia merespons
                                                           Sumber: Pendapatan Regional Kota Medan Tahun 1994-
desentralisasi fiskal dengan menggenjot                            2003
kenaikan PAD melalui pajak dan restribusi
tanpa diimbangi peningkatan efektivitas                            Pada tahun 2001, pertumbuhan ekonomi
pengeluaran APBD serta dampaknya terhadap                  Kota Medan mengalami penurunan sebesar 18%
pertumbuhan ekonomi (PDRB).                                dibanding tahun sebelumnya. Penurunan ini
        Beranjak dari pemikiran ini, patut                 disebabkan adanya penurunan di seluruh sektor
dipertanyakan sejauh mana Kabupaten/Kota                   ekonomi kecuali sektor industri dan sektor
melaksanakan kebijakan fiskal dikaitkan dengan             keuangan. Pada tahun ini sektor penggalian
pertumbuhan ekonomi dalam era otonomi                      mengalami penurunan yang sangat drastis
daerah.                                                    menjadi 8,82%.
        Tulisan ini bertujuan untuk:                               Pertumbuhan ekonomi Kota Medan
1. Mengevaluasi pola pengeluaran Pemerintah                pada tahun 2002 terus mengalami penurunan.
    kota Medan sejak berlakunya otonomi                    Sektor industri hanya mengalami pertumbuhan
    daerah.                                                sebesar 0,50% begitu juga dengan sektor
2. Menganalisis kebijakan fiskal utamanya                  bangunan dan angkutan yang mengalami
    pengeluaran pembangunan.                               penurunan yang sangat signifikan.
3. Merumuskan        kebijakan    fiskal  yang                     Di tahun 2003, pertumbuhan ekonomi
    seharusnya ditempuh oleh pemerintah kota               kota Medan kembali bangkit dengan tingkat
    Medan.                                                 pertumbuhan sebesar 5,32%, lebih tinggi 0,82%
                                                           dibanding tahun sebelumnya. Hal ini tidak
Perkembangan Ekonomi dan Desentralisasi                    terlepas dari dari dorongan kondisi ekonomi
Fiskal Kota Medan                                          makro terutama turunnya tingkat bunga yang
        Dalam kurun waktu 2000-2003,                       merangsang kegiatan sektor riil. Sektor yang
ekonomi kota Medan tumbuh rata-rata sebesar                mulai bergairah pada tahun 2003 ini adalah
5,11%% per tahun. Pertumbuhan ekonomi yang                 sektor industri, utilitas, bangunan, angkutan dan
dominan terjadi pada sektor penggalian                     jasa. Sementara sektor pertanian, penggalian,
(11,17%), sementara sektor industri mengalami              perdagangan       dan      keuangan    mengalami
pertumbuhan     yang     terendah     (3,20%).             pertumbuhann yang lebih rendah dari tahun
Pertumbuhan sektor penggalian yang tertinggi               sebelumnya.
terjadi pada tahun 2000 sebesar 24,87%,                            Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi
sementara pada tahun yang sama sektor                      kota Medan, APBD kota Medan mengalami
pertanian, bangunan dan angkutan mengalami                 peningkatan yang signifikan selama kurun
pertumbuhan      lebih    tinggi     dibanding             waktu Tahun 2000-2003. Selama periode ini
pertumbuhan ekonomi Kota Medan.                            APBD mengalami pertumbuhan sebesar
                                                           41,77%,      sedangkan        PAD      mengalami
Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan                    pertumbuhan rata-rata 40,18% per tahun dan
  Tahun 2000 s.d. 2003 Atas Dasar Harga                    dana perimbangan mengalami pertumbuhan
                 Konstan                                   sebesar 35,52%. Belanja rutin mengalami
       Lapangan                                            pertumbuhan rata-rata 38,70% per tahun
                                                   Rata-
 No     Usaha/                 Tahun
        Sektor
                                                   Rata    sementara belanja pembangunan tumbuh sebesar
                     2000    2001    2002   2003
 1    Pertanian      9,43    4,68    6,88   4,49    6,37   49,83% per tahun.
 2    Penggalian     24,87   8,83    9,60   1,38   11,17           Namun bila dilihat dari nilai kontribusi
 3    Industri       3,25    4,96    0,50   4,08   3,20    terhadap total APBD, PAD hanya menyumbang
      Listrik, Gas
 4
      & Air
                     4,92    5,42    6,67   7,98   6,25    sebesar rata-rata 21,60%, sedangkan dana
 5    Bangunan       15,36   14,13   4,05   5,65   9,80    perimbangan                           memberikan
 6    Perdagangan     3,82    2,01   3,90   3,61   3,34
 7    Angkutan       9,84    9,11    6,05   8,58   8,40
 8    Keuangan        1,41    6,31   7,24   5,32   5,07




                                                                                                            17
Tabel 2. APBD Kota Medan Tahun 2000 s.d. 2003

No                    Item                                             Tahun Anggaran
                                              2000                   2001          2002                    2003
1    Sisa Anggaran Tahun Lalu             12.242.061.000        3.341.389.000       30.586.687.000     10.160.617.000
2    PAD                                  58.033.917.000          80.967.590.000   129.103.734.000    224.098.694.000
3    Dana Perimbangan                    171.174.701.000        322.283.646.000    451.316.101.000    577.334.229.000
4    Pinjaman Pemerintah Daerah                         -                      -                  -                  -
6    Bagian Lain Penerimaan yang Sah                                           -    52.500.000.000    163.697.663.000
6    Belanja Rutin                       180.436.184.000        328.324.516.000    524.653.679.000    667.822.588.000
7    Belanja Pembangunan                  61.014.495.000          78.268.109.000   138.852.843.000    307.468.615.000
               APBD                      241.450.679.000         406.592.625.000   663.506.522.000    975.291.203.000


                      0,70
                      0,60

                      0,50
                      0,40
                (%)




                      0,30
                      0,20
                      0,10
                      0,00
                               2000            2001                 2002              2003

                                                       T ahun




                             Gambar 1. Perkembangan Tax Ratio Kota Medan

kontribusi rata-rata 69,34%. Sementara belanja              sumber pendapatan asli daerah yang lainnya.
rutin menyerap rata-rata 75,76% dari total                  Retribusi daerah memberikan kontribusi sebesar
belanja daerah.                                             39,38% sedang lain-lain PAD yang sah dan laba
         Untuk melaksanakan pembangunan kota                perusahaan daerah memberikan kontribusi
yang terstandardisasi dengan menjadikan kota                masing-masing 3,60% dan 0,46%.
medan sebagai kota metropolitan, dengan
fisiknya yang modern, yang didukung oleh                    Kontroversi Antara Pajak dan Pertumbuhan
infrastruktur ekonomi dan sosial yang lengkap               Ekonomi
dan handal, dengan masyakarat yang menguasai                         Salah satu fenomena menarik dalam
iptek, imtaq, dan diwarnai oleh adanya mobilitas            melihat perkembangan ekonomi daerah adalah
orang, produksi, dan perdagangan yang tinggi                dengan melihat seberapa besar kemampuan
dan berskala besar, serta memiliki daya tarik,              daerah dalam menarik pajak atas produksi
kekayaan, dan kekuatan kebudayaan yang                      daerah pada tahun tertentu. Selama periode
tinggi, sekaligus merupakan pusat kegiatan                  tahun 2000 s.d. 2003 terlihat bahwa tax ratio
pemerintahan, kegiatan ekonomi regional                     kota Medan hanya sebesar rata-rata 0,40% per
maupun internasional, pemerintah kota Medan                 tahun. Hal ini berarti bahwa pemerintah kota
membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk                   Medan hanya mampu menarik pajak sebesar
dapat mewujudkan rencana yang telah                         0,4% dari total produksi yang dihasilkan. Angka
ditetapkan dalam Rencana Stratejik Pemerintah               ini jelas sangat kecil dibanding dengan normal
Kota Medan tahun 2001-2005. Sumber                          tax ratio bagi negara sedang berkembang
pendapatan pemerintah kota Medan salah                      sekalipun yaitu 16 persen. Dengan perkataan
satunya adalah melalui Pendapatan Asli Daerah               lain bila produksi yang dihasilkan oleh
yang salah satu komponennya bersumber dari                  keseluruhan sektor berjumlah Rp 1.000 pajak
Pajak Daerah.                                               yang mampu di tarik hanya sebesar Rp 40.
         Pada tahun 2003, pajak daerah                      Kondisi ini juga menunjukkan masih banyaknya
menyumbang sebesar 56,56% ke dalam                          potensi pajak yang selayaknya dapat digali oleh
Pendapatan Asli Daerah dan merupakan sumber                 pemerintah kota Medan di masa yang akan
pendapatan yang tertinggi dibandingkan dengan               datang.



18                             Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah WAHANA HIJAU•Vol.1•No.1•Agustus 2005
Tabel 3. Hasil Estimasi Fungsi Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) terhadap Pengeluaran
                          Pemerintah (Gov) dan Pajak Daerah (Tax)

           Variable                 Coefficient        Std. Error          t-Statistic      Prob.
              C                       2536199.         112523.2            22.53933        0.0000
            GOV                       2.74E-05         3.98E-06            6.894663        0.0000
            TAX                      -0.000112         2.78E-05           -4.020028        0.0015
R-squared                             0.970565    Mean dependent var                     4364277.
Adjusted R-squared                    0.966037    S.D. dependent var                     781872.6
S.E. of regression                    144091.7    Akaike info criterion                  26.76165
Sum squared resid                    2.70E+11     Schwarz criterion                      26.90651
Log likelihood                       -211.0932    F-statistic                            214.3286
Durbin-Watson stat                    2.189867    Prob(F-statistic)                      0.000000

         Dengan menggunakan data tahun 2000             respons wajib pajak, permintaan dan penawaran
s.d. 2003, hasil kajian empiris atas hubungan           barang yang dikenakan tarif pajak lebih tinggi.
antara PDRB dengan belanja pemerintah dan                        Formulasi model ini dikenal sebagai
pajak daerah menunjukkan adanya hubungan                Model Leviathan. Dengan asumsi bahwa biaya
yang positif antara perkembangan ekonomi                administrasi     perpajakan    dianggap     tidak
(PDRB) dengan belanja pemerintah, namun                 signifikan dan ceteris-paribus level pelayanan
PDRB berhubungan negatif dengan pajak daerah            publik yang dibiayai dari penerimaan pajak, dan
sebagaimana terlihat pada Tabel 3.                      hanya kegiatan ekonomi saja yang dipengaruhi
         Dari hal di atas dapat ditarik kesimpulan      oleh besaran pajak, maka Gambar 2
bahwa pajak daerah yang pada era otonomi                menunjukkan hubungan antara tarif pajak
daerah merupakan sumber andalan pemerintah              proporsional atas basis pajak tertentu. Bentuk
kota Medan memberikan dampak negatif                    kurva (“Laffer”) yang berbentuk parabola
terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan kata               menghadap sumbu Y (tarif pajak), menghasilkan
lain bila pajak daerah naik, maka akan                  Total Penerimaan Pajak Maksimum yang
berdampak pada penurunan ekonomi daerah.                ditentukan oleh kemampuan wajib pajak untuk
Pemerintah daerah umumnya keliru dalam                  menghindari beban pajak baik legal maupun
menjalankan otonomi daerah utamanya bila                ilegal dengan mengubah “economic behavior”
dikaitkan dengan peningkatan Pendapatan Asli            dari wajib pajak. Gambar 2 juga mengasumsikan
Daerah.       Pemerintah        daerah       selalu     bahwa penyesuaian wajib pajak terhadap
mengedepankan pengutipan pajak daerah namun             pengenaan tarif pajak tertentu adalah
mengabaikan         pertumbuhan          eknonomi.      independen terhadap jenis pajak dan tarif pajak
Seyogianya, pemerintah daerah memacu                    lainnya. Model Leviathan akan mencapai total
pertumbuhan ekonomi terlebih dahulu baru                penerimaan pajak maksimum (T*) pada tarif t*.
melakukan pengutipan pajak daerah. Dengan               Pada tarif t*, menunjukkan bukanlah tarif
cara ini, investor akan tertarik menanamkan             tertinggi, tetapi dapat dicapai total penerimaan
modalnya.                                               pajak maksimum. Pada kondisi ini dikenal
         Penggalian sumber-sumber keuangan              sebagai Revenue Maximizing Tax Rate. Model
daerah khususnya yang berasal dari pajak daerah         Leviathan ini memberikan pelajaran kepada kita
pada dasarnya perlu memperhatikan 2 (dua) hal,          bahwa peningkatan penerimaan pajak daerah
yaitu: (i) dasar pengenaan pajak dan (ii) tarif         tidak harus dicapai dengan mengenakan tarif
pajak. Pemerintah daerah cenderung untuk                pajak yang terlalu tinggi, tetapi dengan
menggunakan tarif yang tinggi agar diperoleh            pengenaan tarif pajak yang lebih rendah
total penerimaan pajak daerah yang maksimal.            dikombinasikan dengan struktur pajak yang
Pengenaan tarif pajak yang lebih tinggi, secara         meminimalkan penghindaran pajak dan respons
teoretis tidak selalu menghasilkan total                harga dan kuantitas barang terhadap pengenaan
penerimaan maksimum. Hal ini tergantung pada            pajak sedemikian rupa, maka akan dicapai Total
                                                        Penerimaan Maksimum. Model Leviatan ini




                            Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah WAHANA HIJAU•Vol.1•No.1•Agustus 2005
                                                                                                         2
Gambar 2. Model Leviatan

dapat dikembangkan untuk menganalisis                                 dialihkan menjadi pajak Daerah dan Pemerintah
hubungan lebih lanjut antara tarif dan dasar                          Kabupaten/Kota diberikan wewenang untuk
pengenaan pajak untuk mencapai Total                                  menetapkan dasar pengenaan pajak (tax-base)
Penerimaan Pajak Maksimal.                                            dan tarif sampai dengan batas tertentu atas
                                                                      kedua jenis pajak tersebut.
Penutup                                                                       Penggalian sumber-sumber keuangan
         Otonomi         daerah        memberikan                     daerah yang berasal dari pajak daerah ditentukan
kewenangan kepada daerah untuk mengatur                               oleh 2 (dua) hal, yaitu: dasar pengenaan pajak
rumah tangganya sendiri. Sejalan dengan itu                           dan tarif pajak. Model Leviathan mengatakan
pemerintah daerah seringkali mengeluarkan                             bahwa pengenaan tarif pajak yang lebih tinggi
peraturan daerah dengan dalih peningkatan                             secara teoretis tidak selalu menghasilkan total
PAD. Peraturan daerah yang diperlukan daerah                          penerimaan yang maksimal. Kondisi ini
adalah yang mampu meningkatkan kinerja                                tergantung oleh respons wajib pajak, permintaan
ekonomi, sosial dan politik daerah itu sendiri.                       dan penawaran barang yang dikenakan tarif
Tetapi perlu diingat, bahwa munculnya Perda                           pajak lebih tinggi. Teori ini seyogianya dapat
yang ada jangan sampai mematikan kegiatan                             dijadikan pertimbangan utama bagi pemerintah
ekonomi itu sendiri (diseconomic) atau bahkan                         daerah dalam upaya menggali sumber-sumber
menimbulkan        restriksi    (trade   barriers)                    keuangan yang berasal dari pajak daerah yang
perdagangan antar-daerah sendiri yang akhirnya                        tidak selalu berorientasi pada pengenaan tarif
menurunkan kesejahteraan daerah itu sendiri.                          yang lebih tinggi untuk mencapai total
Untuk itu, daerah perlu mengembangkan                                 penerimaan yang maksimal.
kerjasama horizontal dan vertikal (horizontal
and vertical integration) dengan daerah maupun                        Daftar Pustaka
pemerintahan di tingkat yang lebih tinggi. Oleh                       Anonymous, Undang-Undang No 22 Tahun
karena      itu,     sebenarnya      implementasi                           1999 Tentang Otonomi Daerah.
desentralisasi fiskal ini memerlukan tuntutan                         Anonymous, 2004, Undang-Undang No 32
perubahan yang mendesak di berbagai sektor                                  Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
baik dari eksekutif, legislatif maupun yudikatif.                           Daerah,     Medai     Grafika     Utama,
Dengan kata lain, dalam pengelolaan                                         Yogyakarta.
manejemen daerah masih diperlukan waktu dan                           Asryad, Lincoln, 1999, Pengantar Perencanaan
keseriusan dari segala pihak.                                               dan Pembangunan Ekonomi Daerah,
         Upaya untuk meningkatkan PAD di                                    PT.BPFE, Yokyakarta, Cetakan Pertama,
masa mendatang seyogianya dilakukan melalui                                 Yokyakarta.
peningkatan taxing power antara lain melalui                          Departemen Dalam Negeri RI Keputusan
penyerahan beberapa pajak Pusat kepada                                      Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun
Daerah, penyerahan sebagian PNBP kepada                                     2002, Otonomi Daerah Tahun 2002,
Daerah dan lain-lain kebijakan sharing tax atau                             Direktorat Pengelolaan Kekayaan Daerah
piggy backing system. Bagi Kabupaten/Kota                                   Direktorat Jenderal.
perlu diberikan tambahan pendapatan dengan                            Ebel, Robert D. and Yilmaz, Serdar, 2002, On
memberikan       kewenangan        penuh    untuk                           the Measurement and Impact of Fiscal
memungut pajak sampai dengan besaran                                        Decentralization, World Bank Institute,
tertentu. Untuk itu, PBB dan BPHTB disarankan                               Washington DC, USA




Kasyful Mahalli: Analisis Kebijakan Fiskal Kota Medan di Era Otonomi Daerah                                        19
Musgrave, Richard. A and Musgrave, Peggy. B,
       1989, Public Finance in Theory and
       Practice, Fifth Edition, McGraw Hill
       International, Singapore.
Morris, Nick, 2002, Fiscal Capacity and
       Expenditure at Different Level of
       Governments, Asian Development Bank,
       Tasman Economics, Australia.
Prakoso, Kesit Bambang, 2003, Pajak dan
       Retribusi Daerah, Tim Ull Press, Cetakan
       Pertama.
Sidik,    Machfud,       2002(a),   Perimbangan
       Keuangan Pusat dan Daerah Sebagai
       Pelaksanaan       Desentralisasi  Fiskal;
       Antara Teori dan Aplikasinya di
       Indonesia, Makalah yang disampaikan
       pada Seminar “Setahun Implementasi
       Kebijakan Otonomi Daerah di Indonesia,
       13 Maret, Jogjakarta
Sidik, Machfud, 2002(b), Optimalisasi Pajak
       Daerah dan Retribusi Daerah dalam
       Rangka      Meningkatkan      Kemampuan
       Keuangan Daerah, Makalah yang
       disampaikan dalam Acara Orasi Ilmiah
       dengan Tema “Strategi Meningkatkan
       Kemampuan Keuangan Daerah Melalui
       Penggalian Potensi Daerah dalam Rangka
       Otonomi Daerah” Acara Wisuda XXI
       STIA LAN Bandung Tahun Akademik
       2001/2002 - di Bandung, 10 April 2002
Sidik, Machfud, 2002(c), Format Keuangan
       Pemerintah Pusat dan Daerah yang
       Mengacu pada Pencapaian Tujuan
       Nasional, Makalah yang disampaikan
       pada Seminar “Public Sector Scorecard,
       17-18 April, Jakarta
Usman, Syaikhu, 2002, Regional Autonomy in
       Indonesia; Field Experiences and
       Emerging Challenges, Makalah yang
       disampaikan pada The 7th PRSCO
       Summer       Institute/The    4th   IRSA
       International                  Conference
       “Decentralization, Natural Resources and
       Regional Development in Pacific Rim,
       20-21 Juni, Bali.




20                        Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah WAHANA HIJAU•Vol.1•No.1•Agustus 2005

More Related Content

What's hot

1. kebijakan fiscal
1. kebijakan fiscal1. kebijakan fiscal
1. kebijakan fiscal
ratna trenggalek
 
Kebijakan fiskal
Kebijakan fiskalKebijakan fiskal
Kebijakan fiskal
Asiani Asshamsy
 
Bab 5 kebijakan moneter dan kebijakan fiskal(2)
Bab 5 kebijakan moneter dan kebijakan fiskal(2)Bab 5 kebijakan moneter dan kebijakan fiskal(2)
Bab 5 kebijakan moneter dan kebijakan fiskal(2)
MaritaDamanik1
 
Kebijakan fiskal dan moneter
Kebijakan fiskal dan moneterKebijakan fiskal dan moneter
Kebijakan fiskal dan moneter
Yesica Adicondro
 
Presentasi ekonomi kebijakan anggaran dan fiskal
Presentasi ekonomi kebijakan anggaran dan fiskalPresentasi ekonomi kebijakan anggaran dan fiskal
Presentasi ekonomi kebijakan anggaran dan fiskal
Talitha Lintang Pertiwi
 
Kebijakan Fiskal dan Moneter
Kebijakan Fiskal dan MoneterKebijakan Fiskal dan Moneter
Kebijakan Fiskal dan Moneter
iwayandk
 
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintas
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintasKebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintas
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintas
bramantiyo marjuki
 
Kebijakan moneter & fiskal
Kebijakan moneter & fiskalKebijakan moneter & fiskal
Kebijakan moneter & fiskal
Wahono Diphayana
 
(15hal) kebijakan pemerintah
(15hal) kebijakan pemerintah(15hal) kebijakan pemerintah
(15hal) kebijakan pemerintah
Ririie
 
Soal kebijakan moneter dan fiskal lampiran soal tes pengetahuan
Soal kebijakan moneter dan fiskal lampiran soal tes pengetahuanSoal kebijakan moneter dan fiskal lampiran soal tes pengetahuan
Soal kebijakan moneter dan fiskal lampiran soal tes pengetahuan
T'Janross Ingiend
 
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneterKebijakan fiskal dan kebijakan moneter
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneterSakim Tangadji
 
Kebijakan Fiskal
Kebijakan FiskalKebijakan Fiskal
Kebijakan FiskalAngie Putri
 
Aplikasi kebijakan fiskal dalam bisnis
Aplikasi kebijakan fiskal dalam bisnisAplikasi kebijakan fiskal dalam bisnis
Aplikasi kebijakan fiskal dalam bisnisWahono Diphayana
 
09 kebijakan moneter dan fiskal
09 kebijakan moneter dan fiskal09 kebijakan moneter dan fiskal
09 kebijakan moneter dan fiskalEmelda Annisa
 
Bab 7 apbn & uln
Bab 7 apbn & ulnBab 7 apbn & uln
Bab 7 apbn & ulnxNet8
 
Sistem keuangan internasional dan kebijakan moneter
Sistem keuangan internasional dan kebijakan moneterSistem keuangan internasional dan kebijakan moneter
Sistem keuangan internasional dan kebijakan moneter
emiliaruthclaudia
 
Kebijakan pemerintah dalam perekonomian
Kebijakan pemerintah dalam perekonomianKebijakan pemerintah dalam perekonomian
Kebijakan pemerintah dalam perekonomian
muhammad firdaus
 
Kebijakan fiskal
Kebijakan fiskalKebijakan fiskal
Kebijakan fiskal
Siti Sahati
 
Kebijakan pempemerintah makro & mikro
Kebijakan pempemerintah makro & mikroKebijakan pempemerintah makro & mikro
Kebijakan pempemerintah makro & mikrosam kempo
 
Faktor faktor pendukung kebijakan fiskal
Faktor faktor pendukung kebijakan fiskalFaktor faktor pendukung kebijakan fiskal
Faktor faktor pendukung kebijakan fiskal
Bazari Azhar Azizi
 

What's hot (20)

1. kebijakan fiscal
1. kebijakan fiscal1. kebijakan fiscal
1. kebijakan fiscal
 
Kebijakan fiskal
Kebijakan fiskalKebijakan fiskal
Kebijakan fiskal
 
Bab 5 kebijakan moneter dan kebijakan fiskal(2)
Bab 5 kebijakan moneter dan kebijakan fiskal(2)Bab 5 kebijakan moneter dan kebijakan fiskal(2)
Bab 5 kebijakan moneter dan kebijakan fiskal(2)
 
Kebijakan fiskal dan moneter
Kebijakan fiskal dan moneterKebijakan fiskal dan moneter
Kebijakan fiskal dan moneter
 
Presentasi ekonomi kebijakan anggaran dan fiskal
Presentasi ekonomi kebijakan anggaran dan fiskalPresentasi ekonomi kebijakan anggaran dan fiskal
Presentasi ekonomi kebijakan anggaran dan fiskal
 
Kebijakan Fiskal dan Moneter
Kebijakan Fiskal dan MoneterKebijakan Fiskal dan Moneter
Kebijakan Fiskal dan Moneter
 
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintas
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintasKebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintas
Kebijakan Fiskal dan Moneter dalam Pengurangan Kemacetan lalu lintas
 
Kebijakan moneter & fiskal
Kebijakan moneter & fiskalKebijakan moneter & fiskal
Kebijakan moneter & fiskal
 
(15hal) kebijakan pemerintah
(15hal) kebijakan pemerintah(15hal) kebijakan pemerintah
(15hal) kebijakan pemerintah
 
Soal kebijakan moneter dan fiskal lampiran soal tes pengetahuan
Soal kebijakan moneter dan fiskal lampiran soal tes pengetahuanSoal kebijakan moneter dan fiskal lampiran soal tes pengetahuan
Soal kebijakan moneter dan fiskal lampiran soal tes pengetahuan
 
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneterKebijakan fiskal dan kebijakan moneter
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter
 
Kebijakan Fiskal
Kebijakan FiskalKebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal
 
Aplikasi kebijakan fiskal dalam bisnis
Aplikasi kebijakan fiskal dalam bisnisAplikasi kebijakan fiskal dalam bisnis
Aplikasi kebijakan fiskal dalam bisnis
 
09 kebijakan moneter dan fiskal
09 kebijakan moneter dan fiskal09 kebijakan moneter dan fiskal
09 kebijakan moneter dan fiskal
 
Bab 7 apbn & uln
Bab 7 apbn & ulnBab 7 apbn & uln
Bab 7 apbn & uln
 
Sistem keuangan internasional dan kebijakan moneter
Sistem keuangan internasional dan kebijakan moneterSistem keuangan internasional dan kebijakan moneter
Sistem keuangan internasional dan kebijakan moneter
 
Kebijakan pemerintah dalam perekonomian
Kebijakan pemerintah dalam perekonomianKebijakan pemerintah dalam perekonomian
Kebijakan pemerintah dalam perekonomian
 
Kebijakan fiskal
Kebijakan fiskalKebijakan fiskal
Kebijakan fiskal
 
Kebijakan pempemerintah makro & mikro
Kebijakan pempemerintah makro & mikroKebijakan pempemerintah makro & mikro
Kebijakan pempemerintah makro & mikro
 
Faktor faktor pendukung kebijakan fiskal
Faktor faktor pendukung kebijakan fiskalFaktor faktor pendukung kebijakan fiskal
Faktor faktor pendukung kebijakan fiskal
 

Viewers also liked

[Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja indus...
[Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja indus...[Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja indus...
[Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja indus...Ramadhani Pratama
 
Cba dlm sektor publik
Cba dlm sektor publikCba dlm sektor publik
Cba dlm sektor publikArief H
 
Bab 07 Kebijakan Moneter & Kebijakan Fiskal
Bab 07 Kebijakan Moneter & Kebijakan FiskalBab 07 Kebijakan Moneter & Kebijakan Fiskal
Bab 07 Kebijakan Moneter & Kebijakan Fiskal
Yuni Tri Retnani Sardi, S.Pd
 
Sessie 4: Eenmaal, andermaal, totaal! Herbekijk je business model om totaalop...
Sessie 4: Eenmaal, andermaal, totaal! Herbekijk je business model om totaalop...Sessie 4: Eenmaal, andermaal, totaal! Herbekijk je business model om totaalop...
Sessie 4: Eenmaal, andermaal, totaal! Herbekijk je business model om totaalop...
researchvlerick
 
Kebijakan Moneter
Kebijakan MoneterKebijakan Moneter
Kebijakan Moneter
Rifda Nadifah
 
Analisis dampak-kebijakan-1422852872
Analisis dampak-kebijakan-1422852872Analisis dampak-kebijakan-1422852872
Analisis dampak-kebijakan-1422852872
Garnis Yuni
 
Evaluasi kebijakan perizinan pertambangan mineral dan batubara1(pusat han)
Evaluasi kebijakan perizinan pertambangan mineral dan batubara1(pusat han)Evaluasi kebijakan perizinan pertambangan mineral dan batubara1(pusat han)
Evaluasi kebijakan perizinan pertambangan mineral dan batubara1(pusat han)
Researcher Syndicate68
 

Viewers also liked (9)

[Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja indus...
[Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja indus...[Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja indus...
[Jurnal] analisis pengaruh kebijakan fiskal pemerintah terhadap kinerja indus...
 
Cba dlm sektor publik
Cba dlm sektor publikCba dlm sektor publik
Cba dlm sektor publik
 
Bab 07 Kebijakan Moneter & Kebijakan Fiskal
Bab 07 Kebijakan Moneter & Kebijakan FiskalBab 07 Kebijakan Moneter & Kebijakan Fiskal
Bab 07 Kebijakan Moneter & Kebijakan Fiskal
 
Makalah filsafat ilmu
Makalah filsafat ilmuMakalah filsafat ilmu
Makalah filsafat ilmu
 
Kebijakan Tarif
Kebijakan TarifKebijakan Tarif
Kebijakan Tarif
 
Sessie 4: Eenmaal, andermaal, totaal! Herbekijk je business model om totaalop...
Sessie 4: Eenmaal, andermaal, totaal! Herbekijk je business model om totaalop...Sessie 4: Eenmaal, andermaal, totaal! Herbekijk je business model om totaalop...
Sessie 4: Eenmaal, andermaal, totaal! Herbekijk je business model om totaalop...
 
Kebijakan Moneter
Kebijakan MoneterKebijakan Moneter
Kebijakan Moneter
 
Analisis dampak-kebijakan-1422852872
Analisis dampak-kebijakan-1422852872Analisis dampak-kebijakan-1422852872
Analisis dampak-kebijakan-1422852872
 
Evaluasi kebijakan perizinan pertambangan mineral dan batubara1(pusat han)
Evaluasi kebijakan perizinan pertambangan mineral dan batubara1(pusat han)Evaluasi kebijakan perizinan pertambangan mineral dan batubara1(pusat han)
Evaluasi kebijakan perizinan pertambangan mineral dan batubara1(pusat han)
 

Similar to Analisis kebijakan fiskal

Pad kota medan
Pad kota medanPad kota medan
Pad kota medan
Adek Tanjung
 
Hubungan antara pertumbuhan ekonomi daerah
Hubungan antara pertumbuhan ekonomi daerahHubungan antara pertumbuhan ekonomi daerah
Hubungan antara pertumbuhan ekonomi daerah
Priyo Hari Adi
 
Dampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakat
Dampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakatDampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakat
Dampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakatOperator Warnet Vast Raha
 
PPT PEMBANGUNAN Natasya Ummayra 21102012.pptx
PPT PEMBANGUNAN Natasya Ummayra 21102012.pptxPPT PEMBANGUNAN Natasya Ummayra 21102012.pptx
PPT PEMBANGUNAN Natasya Ummayra 21102012.pptx
NatasyaUmmayra
 
Potensi ekonomi Aceh
Potensi ekonomi AcehPotensi ekonomi Aceh
Potensi ekonomi Aceh
Achmad Ridha
 
Tubes Pengek Smt 2
Tubes Pengek Smt 2Tubes Pengek Smt 2
Tubes Pengek Smt 2
Laras Kun Rahmanti Putri
 
Peningkatan Kinerja dan Penyerapan Anggaran Daerah sebagai Stimulus Pertumbuh...
Peningkatan Kinerja dan Penyerapan Anggaran Daerah sebagai Stimulus Pertumbuh...Peningkatan Kinerja dan Penyerapan Anggaran Daerah sebagai Stimulus Pertumbuh...
Peningkatan Kinerja dan Penyerapan Anggaran Daerah sebagai Stimulus Pertumbuh...
Dadang Solihin
 
ADM KEUANGAN LENA.docx
ADM KEUANGAN LENA.docxADM KEUANGAN LENA.docx
ADM KEUANGAN LENA.docx
FadhielAchmad
 
PUBLIC-HEARING_3-NOVEMBER-2020-tambah.ppt
PUBLIC-HEARING_3-NOVEMBER-2020-tambah.pptPUBLIC-HEARING_3-NOVEMBER-2020-tambah.ppt
PUBLIC-HEARING_3-NOVEMBER-2020-tambah.ppt
exis3376
 
Tugas zidan
Tugas zidanTugas zidan
Tugas zidan
AlbertMatondang1
 
Abdul ajid 11140963
Abdul ajid 11140963Abdul ajid 11140963
Abdul ajid 11140963
abdul ajid
 
Bahan-Sosialisasi-HKPD.pptx
Bahan-Sosialisasi-HKPD.pptxBahan-Sosialisasi-HKPD.pptx
Bahan-Sosialisasi-HKPD.pptx
SasonoSatryo2
 
Fiskal
FiskalFiskal
Fiskal
Ary Efendi
 
Charisma 1140935 pembangunan ekonomi
Charisma 1140935 pembangunan ekonomiCharisma 1140935 pembangunan ekonomi
Charisma 1140935 pembangunan ekonomi
Charisma Al-ma'arij
 
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDUKUNG PEMULIHAN EKONOMI DAN RE...
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDUKUNG PEMULIHAN EKONOMI DAN RE...IMPLEMENTASI KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDUKUNG PEMULIHAN EKONOMI DAN RE...
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDUKUNG PEMULIHAN EKONOMI DAN RE...
BappedaLampungUtara
 
PPT_optimalisasi_PAD_PDRB_19Jul22.pdf
PPT_optimalisasi_PAD_PDRB_19Jul22.pdfPPT_optimalisasi_PAD_PDRB_19Jul22.pdf
PPT_optimalisasi_PAD_PDRB_19Jul22.pdf
AsepSuparman21
 
(Fiscally distressed) municipal merger
(Fiscally distressed) municipal merger(Fiscally distressed) municipal merger
(Fiscally distressed) municipal mergerBeta Uliansyah
 

Similar to Analisis kebijakan fiskal (20)

Pad kota medan
Pad kota medanPad kota medan
Pad kota medan
 
Hubungan antara pertumbuhan ekonomi daerah
Hubungan antara pertumbuhan ekonomi daerahHubungan antara pertumbuhan ekonomi daerah
Hubungan antara pertumbuhan ekonomi daerah
 
Dampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakat
Dampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakatDampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakat
Dampak pemekaran wilayah terhadap kesejahteraan masyarakat
 
PPT PEMBANGUNAN Natasya Ummayra 21102012.pptx
PPT PEMBANGUNAN Natasya Ummayra 21102012.pptxPPT PEMBANGUNAN Natasya Ummayra 21102012.pptx
PPT PEMBANGUNAN Natasya Ummayra 21102012.pptx
 
Potensi ekonomi Aceh
Potensi ekonomi AcehPotensi ekonomi Aceh
Potensi ekonomi Aceh
 
Uu 19 2001 Pjls
Uu 19 2001 PjlsUu 19 2001 Pjls
Uu 19 2001 Pjls
 
Tubes Pengek Smt 2
Tubes Pengek Smt 2Tubes Pengek Smt 2
Tubes Pengek Smt 2
 
Peningkatan Kinerja dan Penyerapan Anggaran Daerah sebagai Stimulus Pertumbuh...
Peningkatan Kinerja dan Penyerapan Anggaran Daerah sebagai Stimulus Pertumbuh...Peningkatan Kinerja dan Penyerapan Anggaran Daerah sebagai Stimulus Pertumbuh...
Peningkatan Kinerja dan Penyerapan Anggaran Daerah sebagai Stimulus Pertumbuh...
 
ADM KEUANGAN LENA.docx
ADM KEUANGAN LENA.docxADM KEUANGAN LENA.docx
ADM KEUANGAN LENA.docx
 
PUBLIC-HEARING_3-NOVEMBER-2020-tambah.ppt
PUBLIC-HEARING_3-NOVEMBER-2020-tambah.pptPUBLIC-HEARING_3-NOVEMBER-2020-tambah.ppt
PUBLIC-HEARING_3-NOVEMBER-2020-tambah.ppt
 
Uu 02 2000 Pjls
Uu 02 2000 PjlsUu 02 2000 Pjls
Uu 02 2000 Pjls
 
Tugas zidan
Tugas zidanTugas zidan
Tugas zidan
 
Abdul ajid 11140963
Abdul ajid 11140963Abdul ajid 11140963
Abdul ajid 11140963
 
Bahan-Sosialisasi-HKPD.pptx
Bahan-Sosialisasi-HKPD.pptxBahan-Sosialisasi-HKPD.pptx
Bahan-Sosialisasi-HKPD.pptx
 
Bab iii rkpd 2012
Bab iii   rkpd 2012Bab iii   rkpd 2012
Bab iii rkpd 2012
 
Fiskal
FiskalFiskal
Fiskal
 
Charisma 1140935 pembangunan ekonomi
Charisma 1140935 pembangunan ekonomiCharisma 1140935 pembangunan ekonomi
Charisma 1140935 pembangunan ekonomi
 
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDUKUNG PEMULIHAN EKONOMI DAN RE...
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDUKUNG PEMULIHAN EKONOMI DAN RE...IMPLEMENTASI KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDUKUNG PEMULIHAN EKONOMI DAN RE...
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN FISKAL DALAM RANGKA MENDUKUNG PEMULIHAN EKONOMI DAN RE...
 
PPT_optimalisasi_PAD_PDRB_19Jul22.pdf
PPT_optimalisasi_PAD_PDRB_19Jul22.pdfPPT_optimalisasi_PAD_PDRB_19Jul22.pdf
PPT_optimalisasi_PAD_PDRB_19Jul22.pdf
 
(Fiscally distressed) municipal merger
(Fiscally distressed) municipal merger(Fiscally distressed) municipal merger
(Fiscally distressed) municipal merger
 

Recently uploaded

BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptxBAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
arda89
 
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDFJasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Rajaclean
 
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptxPOWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
EchaNox
 
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke KlojenGrass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
PavingBlockBolong
 
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdfPPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
MuhammadIqbal24956
 
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
RahmanAnshari3
 
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdekaMateri Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
13FitriDwi
 
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baikkinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
HalomoanHutajulu3
 
ppt metodologi penelitian bisnis digital Al faiz
ppt metodologi penelitian bisnis digital Al faizppt metodologi penelitian bisnis digital Al faiz
ppt metodologi penelitian bisnis digital Al faiz
Alfaiz21
 
pph pasal 4 ayat 2 belajar ( pph Final ).ppt
pph pasal 4 ayat 2  belajar ( pph Final ).pptpph pasal 4 ayat 2  belajar ( pph Final ).ppt
pph pasal 4 ayat 2 belajar ( pph Final ).ppt
mediamandirinusantar
 
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
helenenolaloren
 
SUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWIN
SUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWINSUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWIN
SUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWIN
SUNDABET
 
PPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptx
PPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptxPPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptx
PPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptx
MiscoTamaela1
 
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioningbauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
wear7
 
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
GalihHardiansyah2
 
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaanStrategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
fatamorganareborn88
 
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptxAUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
indrioktuviani10
 
hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...
hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...
hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...
hanhan140379
 
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).pptstudi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
SendowoResiden
 
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
aciambarwati
 

Recently uploaded (20)

BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptxBAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
BAB 8 Teori Akuntansi dan Konsekuensi Ekonomi.pptx
 
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDFJasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
Jasa Cuci Sofa Terdekat Bogor Barat Bogor.PDF
 
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptxPOWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
POWER POIN MATERI KELAS XI BAB IV (3).pptx
 
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke KlojenGrass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
Grass Block Untuk Carport Pengiriman ke Klojen
 
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdfPPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
PPT METODOLOGI PENELITIAN MUHAMMAD IQBAL.pdf
 
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
10. Bab tentang Anuitas - Matematika ekonomi.pptx
 
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdekaMateri Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
Materi Pemasaran Kelas 11 kurikulum merdeka
 
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baikkinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
kinerja penyusunan anggaran organisasi yang baik
 
ppt metodologi penelitian bisnis digital Al faiz
ppt metodologi penelitian bisnis digital Al faizppt metodologi penelitian bisnis digital Al faiz
ppt metodologi penelitian bisnis digital Al faiz
 
pph pasal 4 ayat 2 belajar ( pph Final ).ppt
pph pasal 4 ayat 2  belajar ( pph Final ).pptpph pasal 4 ayat 2  belajar ( pph Final ).ppt
pph pasal 4 ayat 2 belajar ( pph Final ).ppt
 
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
PENGARUH PERCEIVED USEFULNESS, PERCEIVED EASE OF USE, DAN PERCEIVED RISK TERH...
 
SUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWIN
SUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWINSUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWIN
SUNDABET DAFTAR SLOT ONLINE GACOR MAXWIN
 
PPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptx
PPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptxPPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptx
PPT BIMTEK STRATEGI PEMBELAJARAN EFEKTIF.pptx
 
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioningbauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
bauran pemasaran- STP-segmen pasar-positioning
 
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
Khutbah Jum'at, RASULULLAH BERANGKAT BERUMRAH DAN BERHAJI MULAI BULAN DZULQA'...
 
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaanStrategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
Strategi pemasaran dalam bisnis ritel diperusahaan
 
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptxAUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
AUDIT II KELOMPOK 9_indrioktuvianii.pptx
 
hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...
hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...
hubungan-perusahaan-dengan-stakeholder-lintas-budaya-dan-pola-hidup-audit-sos...
 
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).pptstudi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
studi kelayakan bisnis (desaian studi kelayakan).ppt
 
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
17837355 pemantauan dan pengendalian.ppt
 

Analisis kebijakan fiskal

  • 1. ANALISIS KEBIJAKAN FISKAL KOTA MEDAN DI ERA OTONOMI DAERAH Kasyful Mahalli Abstract Fiscal decentralization is one of the big issues in regional development in Indonesia. Most regions depend on regional tax in pushing their economic growth. Along 2000-2003 the average tax ratio in Medan municipality is 0,40% which means that the authority could only taxing 0,4% of total output in the region. In other hand, the econometric calculation shows that regional tax has negative correlation with economic growth. The local government however has a contrary policy: growth oriented targeting or local revenue targeting. In the future, the leviathan model should be considered for local revenue targeting. Kata kunci: Desentralisasi fiskal, Tax ratio, Pendapatan asli daerah, Pertumbuhan ekonomi Pendahuluan perubahan tingkat pelayanan masyarakat, tanda- Sejalan dengan berbagai tuntutan dan tanda adanya disintegrasi di beberapa negara, keperluan untuk mendorong desentralisasi dan dan yang terakhir, banyaknya kegagalan yang otonomi, telah diundangkan Undang-Undang dialami oleh pemerintahan sentralistis dalam No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan memberikan pelayanan masyarakat yang efektif Daerah sebagai pengganti Undang-Undang No. (Sidik 2002). 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Dengan telah diterbitkannya UU No. 32 Undang-Undang No. 25 tentang Perimbangan tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. terjadi berbagai perubahan mendasar dalam Undang-Undang tersebut diharapkan dapat pengaturan pemerintahan daerah di Indonesia. dijadikan landasan yang cukup kuat dalam Konsekuensinya adalah perlunya dilakukan mengimplementasikan otonomi yang seluas- penataan terhadap berbagai elemen yang luasnya dan bertanggung jawab yang mampu berkaitan dengan Pemerintah Daerah sebagai mendukung penyelenggaraan pembangunan manifestasi dari otonomi daerah. daerah oleh pemerintah daerah sehingga sejalan Berkaitan dengan hal tersebut di atas, dengan aspirasi dan kebutuhan daerah. kehadiran UU No. 32 Tahun 2004 memberikan Di sisi lain pembangunan yang otonomi kepada daerah kabupaten dan kota berkesinambungan harus dapat memberi tekanan untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan pada mekanisme ekonomi, sosial, politik, dan menurut prakarsa dan aspirasi masyarakatnya. kelembagaan, baik dari sektor swasta maupun Kondisi ini mendorong upaya partisipasi pemerintah, demi terciptanya suatu perbaikan masyarakat yang akan mempengaruhi standar hidup masayarakat secara cepat. Untuk komponen kualitas pemerintahan lainnya dan itu pemerintah daerah dituntut untuk mampu akhirnya menyebabkan terjadinya orientasi mengalokasikan sejumlah besar anggaran pemerintah pada tuntutan dan pelayanan publik. pembangunan untuk membiayai program- Dalam kenyataannya, pemerintah sendiri perlu program yang terkait dengan peningkatan menstimulir pembangunan ekonomi melalui kesejahteraan masyarakat. APBN. Dorongan desentralisasi yang terjadi di Secara umum diyakini desentralisasi berbagai negara di dunia terutama di negara- fiskal akan meningkatkan kesejahteraan negara berkembang, dipengaruhi oleh beberapa masyarakat. Pendapat ini dilandasi oleh faktor, misalnya; latar belakang atau pandangan yang menyatakan kebutuhan pengalaman suatu negara, peranannya dalam masyarakat daerah terhadap pendidikan dan globalisasi dunia, kemunduran dalam barang publik pada umumnya akan terpenuhi pembangunan ekonomi, tuntutan terhadap dengan lebih baik dibandingkan bila langsung 16 Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah WAHANA HIJAU•Vol.1•No.1•Agustus 2005
  • 2. diatur oleh pemerintah pusat. Namun Lapangan Rata- kecenderungan ke arah tersebut tidak nampak No Usaha/ Tahun Rata Sektor 2000 2001 2002 2003 karena hingga saat ini sebagian besar 9 Jasa 5,06 2,24 2,80 4,42 3,63 Pemerintah Daerah (Pemda dan DPRD) Kota PDRB 5,40 5,22 4,50 5,32 5,11 dan Kabupaten di Indonesia merespons Sumber: Pendapatan Regional Kota Medan Tahun 1994- desentralisasi fiskal dengan menggenjot 2003 kenaikan PAD melalui pajak dan restribusi tanpa diimbangi peningkatan efektivitas Pada tahun 2001, pertumbuhan ekonomi pengeluaran APBD serta dampaknya terhadap Kota Medan mengalami penurunan sebesar 18% pertumbuhan ekonomi (PDRB). dibanding tahun sebelumnya. Penurunan ini Beranjak dari pemikiran ini, patut disebabkan adanya penurunan di seluruh sektor dipertanyakan sejauh mana Kabupaten/Kota ekonomi kecuali sektor industri dan sektor melaksanakan kebijakan fiskal dikaitkan dengan keuangan. Pada tahun ini sektor penggalian pertumbuhan ekonomi dalam era otonomi mengalami penurunan yang sangat drastis daerah. menjadi 8,82%. Tulisan ini bertujuan untuk: Pertumbuhan ekonomi Kota Medan 1. Mengevaluasi pola pengeluaran Pemerintah pada tahun 2002 terus mengalami penurunan. kota Medan sejak berlakunya otonomi Sektor industri hanya mengalami pertumbuhan daerah. sebesar 0,50% begitu juga dengan sektor 2. Menganalisis kebijakan fiskal utamanya bangunan dan angkutan yang mengalami pengeluaran pembangunan. penurunan yang sangat signifikan. 3. Merumuskan kebijakan fiskal yang Di tahun 2003, pertumbuhan ekonomi seharusnya ditempuh oleh pemerintah kota kota Medan kembali bangkit dengan tingkat Medan. pertumbuhan sebesar 5,32%, lebih tinggi 0,82% dibanding tahun sebelumnya. Hal ini tidak Perkembangan Ekonomi dan Desentralisasi terlepas dari dari dorongan kondisi ekonomi Fiskal Kota Medan makro terutama turunnya tingkat bunga yang Dalam kurun waktu 2000-2003, merangsang kegiatan sektor riil. Sektor yang ekonomi kota Medan tumbuh rata-rata sebesar mulai bergairah pada tahun 2003 ini adalah 5,11%% per tahun. Pertumbuhan ekonomi yang sektor industri, utilitas, bangunan, angkutan dan dominan terjadi pada sektor penggalian jasa. Sementara sektor pertanian, penggalian, (11,17%), sementara sektor industri mengalami perdagangan dan keuangan mengalami pertumbuhan yang terendah (3,20%). pertumbuhann yang lebih rendah dari tahun Pertumbuhan sektor penggalian yang tertinggi sebelumnya. terjadi pada tahun 2000 sebesar 24,87%, Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi sementara pada tahun yang sama sektor kota Medan, APBD kota Medan mengalami pertanian, bangunan dan angkutan mengalami peningkatan yang signifikan selama kurun pertumbuhan lebih tinggi dibanding waktu Tahun 2000-2003. Selama periode ini pertumbuhan ekonomi Kota Medan. APBD mengalami pertumbuhan sebesar 41,77%, sedangkan PAD mengalami Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan pertumbuhan rata-rata 40,18% per tahun dan Tahun 2000 s.d. 2003 Atas Dasar Harga dana perimbangan mengalami pertumbuhan Konstan sebesar 35,52%. Belanja rutin mengalami Lapangan pertumbuhan rata-rata 38,70% per tahun Rata- No Usaha/ Tahun Sektor Rata sementara belanja pembangunan tumbuh sebesar 2000 2001 2002 2003 1 Pertanian 9,43 4,68 6,88 4,49 6,37 49,83% per tahun. 2 Penggalian 24,87 8,83 9,60 1,38 11,17 Namun bila dilihat dari nilai kontribusi 3 Industri 3,25 4,96 0,50 4,08 3,20 terhadap total APBD, PAD hanya menyumbang Listrik, Gas 4 & Air 4,92 5,42 6,67 7,98 6,25 sebesar rata-rata 21,60%, sedangkan dana 5 Bangunan 15,36 14,13 4,05 5,65 9,80 perimbangan memberikan 6 Perdagangan 3,82 2,01 3,90 3,61 3,34 7 Angkutan 9,84 9,11 6,05 8,58 8,40 8 Keuangan 1,41 6,31 7,24 5,32 5,07 17
  • 3. Tabel 2. APBD Kota Medan Tahun 2000 s.d. 2003 No Item Tahun Anggaran 2000 2001 2002 2003 1 Sisa Anggaran Tahun Lalu 12.242.061.000 3.341.389.000 30.586.687.000 10.160.617.000 2 PAD 58.033.917.000 80.967.590.000 129.103.734.000 224.098.694.000 3 Dana Perimbangan 171.174.701.000 322.283.646.000 451.316.101.000 577.334.229.000 4 Pinjaman Pemerintah Daerah - - - - 6 Bagian Lain Penerimaan yang Sah - 52.500.000.000 163.697.663.000 6 Belanja Rutin 180.436.184.000 328.324.516.000 524.653.679.000 667.822.588.000 7 Belanja Pembangunan 61.014.495.000 78.268.109.000 138.852.843.000 307.468.615.000 APBD 241.450.679.000 406.592.625.000 663.506.522.000 975.291.203.000 0,70 0,60 0,50 0,40 (%) 0,30 0,20 0,10 0,00 2000 2001 2002 2003 T ahun Gambar 1. Perkembangan Tax Ratio Kota Medan kontribusi rata-rata 69,34%. Sementara belanja sumber pendapatan asli daerah yang lainnya. rutin menyerap rata-rata 75,76% dari total Retribusi daerah memberikan kontribusi sebesar belanja daerah. 39,38% sedang lain-lain PAD yang sah dan laba Untuk melaksanakan pembangunan kota perusahaan daerah memberikan kontribusi yang terstandardisasi dengan menjadikan kota masing-masing 3,60% dan 0,46%. medan sebagai kota metropolitan, dengan fisiknya yang modern, yang didukung oleh Kontroversi Antara Pajak dan Pertumbuhan infrastruktur ekonomi dan sosial yang lengkap Ekonomi dan handal, dengan masyakarat yang menguasai Salah satu fenomena menarik dalam iptek, imtaq, dan diwarnai oleh adanya mobilitas melihat perkembangan ekonomi daerah adalah orang, produksi, dan perdagangan yang tinggi dengan melihat seberapa besar kemampuan dan berskala besar, serta memiliki daya tarik, daerah dalam menarik pajak atas produksi kekayaan, dan kekuatan kebudayaan yang daerah pada tahun tertentu. Selama periode tinggi, sekaligus merupakan pusat kegiatan tahun 2000 s.d. 2003 terlihat bahwa tax ratio pemerintahan, kegiatan ekonomi regional kota Medan hanya sebesar rata-rata 0,40% per maupun internasional, pemerintah kota Medan tahun. Hal ini berarti bahwa pemerintah kota membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk Medan hanya mampu menarik pajak sebesar dapat mewujudkan rencana yang telah 0,4% dari total produksi yang dihasilkan. Angka ditetapkan dalam Rencana Stratejik Pemerintah ini jelas sangat kecil dibanding dengan normal Kota Medan tahun 2001-2005. Sumber tax ratio bagi negara sedang berkembang pendapatan pemerintah kota Medan salah sekalipun yaitu 16 persen. Dengan perkataan satunya adalah melalui Pendapatan Asli Daerah lain bila produksi yang dihasilkan oleh yang salah satu komponennya bersumber dari keseluruhan sektor berjumlah Rp 1.000 pajak Pajak Daerah. yang mampu di tarik hanya sebesar Rp 40. Pada tahun 2003, pajak daerah Kondisi ini juga menunjukkan masih banyaknya menyumbang sebesar 56,56% ke dalam potensi pajak yang selayaknya dapat digali oleh Pendapatan Asli Daerah dan merupakan sumber pemerintah kota Medan di masa yang akan pendapatan yang tertinggi dibandingkan dengan datang. 18 Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah WAHANA HIJAU•Vol.1•No.1•Agustus 2005
  • 4. Tabel 3. Hasil Estimasi Fungsi Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) terhadap Pengeluaran Pemerintah (Gov) dan Pajak Daerah (Tax) Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 2536199. 112523.2 22.53933 0.0000 GOV 2.74E-05 3.98E-06 6.894663 0.0000 TAX -0.000112 2.78E-05 -4.020028 0.0015 R-squared 0.970565 Mean dependent var 4364277. Adjusted R-squared 0.966037 S.D. dependent var 781872.6 S.E. of regression 144091.7 Akaike info criterion 26.76165 Sum squared resid 2.70E+11 Schwarz criterion 26.90651 Log likelihood -211.0932 F-statistic 214.3286 Durbin-Watson stat 2.189867 Prob(F-statistic) 0.000000 Dengan menggunakan data tahun 2000 respons wajib pajak, permintaan dan penawaran s.d. 2003, hasil kajian empiris atas hubungan barang yang dikenakan tarif pajak lebih tinggi. antara PDRB dengan belanja pemerintah dan Formulasi model ini dikenal sebagai pajak daerah menunjukkan adanya hubungan Model Leviathan. Dengan asumsi bahwa biaya yang positif antara perkembangan ekonomi administrasi perpajakan dianggap tidak (PDRB) dengan belanja pemerintah, namun signifikan dan ceteris-paribus level pelayanan PDRB berhubungan negatif dengan pajak daerah publik yang dibiayai dari penerimaan pajak, dan sebagaimana terlihat pada Tabel 3. hanya kegiatan ekonomi saja yang dipengaruhi Dari hal di atas dapat ditarik kesimpulan oleh besaran pajak, maka Gambar 2 bahwa pajak daerah yang pada era otonomi menunjukkan hubungan antara tarif pajak daerah merupakan sumber andalan pemerintah proporsional atas basis pajak tertentu. Bentuk kota Medan memberikan dampak negatif kurva (“Laffer”) yang berbentuk parabola terhadap pertumbuhan ekonomi. Dengan kata menghadap sumbu Y (tarif pajak), menghasilkan lain bila pajak daerah naik, maka akan Total Penerimaan Pajak Maksimum yang berdampak pada penurunan ekonomi daerah. ditentukan oleh kemampuan wajib pajak untuk Pemerintah daerah umumnya keliru dalam menghindari beban pajak baik legal maupun menjalankan otonomi daerah utamanya bila ilegal dengan mengubah “economic behavior” dikaitkan dengan peningkatan Pendapatan Asli dari wajib pajak. Gambar 2 juga mengasumsikan Daerah. Pemerintah daerah selalu bahwa penyesuaian wajib pajak terhadap mengedepankan pengutipan pajak daerah namun pengenaan tarif pajak tertentu adalah mengabaikan pertumbuhan eknonomi. independen terhadap jenis pajak dan tarif pajak Seyogianya, pemerintah daerah memacu lainnya. Model Leviathan akan mencapai total pertumbuhan ekonomi terlebih dahulu baru penerimaan pajak maksimum (T*) pada tarif t*. melakukan pengutipan pajak daerah. Dengan Pada tarif t*, menunjukkan bukanlah tarif cara ini, investor akan tertarik menanamkan tertinggi, tetapi dapat dicapai total penerimaan modalnya. pajak maksimum. Pada kondisi ini dikenal Penggalian sumber-sumber keuangan sebagai Revenue Maximizing Tax Rate. Model daerah khususnya yang berasal dari pajak daerah Leviathan ini memberikan pelajaran kepada kita pada dasarnya perlu memperhatikan 2 (dua) hal, bahwa peningkatan penerimaan pajak daerah yaitu: (i) dasar pengenaan pajak dan (ii) tarif tidak harus dicapai dengan mengenakan tarif pajak. Pemerintah daerah cenderung untuk pajak yang terlalu tinggi, tetapi dengan menggunakan tarif yang tinggi agar diperoleh pengenaan tarif pajak yang lebih rendah total penerimaan pajak daerah yang maksimal. dikombinasikan dengan struktur pajak yang Pengenaan tarif pajak yang lebih tinggi, secara meminimalkan penghindaran pajak dan respons teoretis tidak selalu menghasilkan total harga dan kuantitas barang terhadap pengenaan penerimaan maksimum. Hal ini tergantung pada pajak sedemikian rupa, maka akan dicapai Total Penerimaan Maksimum. Model Leviatan ini Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah WAHANA HIJAU•Vol.1•No.1•Agustus 2005 2
  • 5. Gambar 2. Model Leviatan dapat dikembangkan untuk menganalisis dialihkan menjadi pajak Daerah dan Pemerintah hubungan lebih lanjut antara tarif dan dasar Kabupaten/Kota diberikan wewenang untuk pengenaan pajak untuk mencapai Total menetapkan dasar pengenaan pajak (tax-base) Penerimaan Pajak Maksimal. dan tarif sampai dengan batas tertentu atas kedua jenis pajak tersebut. Penutup Penggalian sumber-sumber keuangan Otonomi daerah memberikan daerah yang berasal dari pajak daerah ditentukan kewenangan kepada daerah untuk mengatur oleh 2 (dua) hal, yaitu: dasar pengenaan pajak rumah tangganya sendiri. Sejalan dengan itu dan tarif pajak. Model Leviathan mengatakan pemerintah daerah seringkali mengeluarkan bahwa pengenaan tarif pajak yang lebih tinggi peraturan daerah dengan dalih peningkatan secara teoretis tidak selalu menghasilkan total PAD. Peraturan daerah yang diperlukan daerah penerimaan yang maksimal. Kondisi ini adalah yang mampu meningkatkan kinerja tergantung oleh respons wajib pajak, permintaan ekonomi, sosial dan politik daerah itu sendiri. dan penawaran barang yang dikenakan tarif Tetapi perlu diingat, bahwa munculnya Perda pajak lebih tinggi. Teori ini seyogianya dapat yang ada jangan sampai mematikan kegiatan dijadikan pertimbangan utama bagi pemerintah ekonomi itu sendiri (diseconomic) atau bahkan daerah dalam upaya menggali sumber-sumber menimbulkan restriksi (trade barriers) keuangan yang berasal dari pajak daerah yang perdagangan antar-daerah sendiri yang akhirnya tidak selalu berorientasi pada pengenaan tarif menurunkan kesejahteraan daerah itu sendiri. yang lebih tinggi untuk mencapai total Untuk itu, daerah perlu mengembangkan penerimaan yang maksimal. kerjasama horizontal dan vertikal (horizontal and vertical integration) dengan daerah maupun Daftar Pustaka pemerintahan di tingkat yang lebih tinggi. Oleh Anonymous, Undang-Undang No 22 Tahun karena itu, sebenarnya implementasi 1999 Tentang Otonomi Daerah. desentralisasi fiskal ini memerlukan tuntutan Anonymous, 2004, Undang-Undang No 32 perubahan yang mendesak di berbagai sektor Tahun 2004 Tentang Pemerintahan baik dari eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Daerah, Medai Grafika Utama, Dengan kata lain, dalam pengelolaan Yogyakarta. manejemen daerah masih diperlukan waktu dan Asryad, Lincoln, 1999, Pengantar Perencanaan keseriusan dari segala pihak. dan Pembangunan Ekonomi Daerah, Upaya untuk meningkatkan PAD di PT.BPFE, Yokyakarta, Cetakan Pertama, masa mendatang seyogianya dilakukan melalui Yokyakarta. peningkatan taxing power antara lain melalui Departemen Dalam Negeri RI Keputusan penyerahan beberapa pajak Pusat kepada Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun Daerah, penyerahan sebagian PNBP kepada 2002, Otonomi Daerah Tahun 2002, Daerah dan lain-lain kebijakan sharing tax atau Direktorat Pengelolaan Kekayaan Daerah piggy backing system. Bagi Kabupaten/Kota Direktorat Jenderal. perlu diberikan tambahan pendapatan dengan Ebel, Robert D. and Yilmaz, Serdar, 2002, On memberikan kewenangan penuh untuk the Measurement and Impact of Fiscal memungut pajak sampai dengan besaran Decentralization, World Bank Institute, tertentu. Untuk itu, PBB dan BPHTB disarankan Washington DC, USA Kasyful Mahalli: Analisis Kebijakan Fiskal Kota Medan di Era Otonomi Daerah 19
  • 6. Musgrave, Richard. A and Musgrave, Peggy. B, 1989, Public Finance in Theory and Practice, Fifth Edition, McGraw Hill International, Singapore. Morris, Nick, 2002, Fiscal Capacity and Expenditure at Different Level of Governments, Asian Development Bank, Tasman Economics, Australia. Prakoso, Kesit Bambang, 2003, Pajak dan Retribusi Daerah, Tim Ull Press, Cetakan Pertama. Sidik, Machfud, 2002(a), Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Sebagai Pelaksanaan Desentralisasi Fiskal; Antara Teori dan Aplikasinya di Indonesia, Makalah yang disampaikan pada Seminar “Setahun Implementasi Kebijakan Otonomi Daerah di Indonesia, 13 Maret, Jogjakarta Sidik, Machfud, 2002(b), Optimalisasi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah, Makalah yang disampaikan dalam Acara Orasi Ilmiah dengan Tema “Strategi Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah Melalui Penggalian Potensi Daerah dalam Rangka Otonomi Daerah” Acara Wisuda XXI STIA LAN Bandung Tahun Akademik 2001/2002 - di Bandung, 10 April 2002 Sidik, Machfud, 2002(c), Format Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah yang Mengacu pada Pencapaian Tujuan Nasional, Makalah yang disampaikan pada Seminar “Public Sector Scorecard, 17-18 April, Jakarta Usman, Syaikhu, 2002, Regional Autonomy in Indonesia; Field Experiences and Emerging Challenges, Makalah yang disampaikan pada The 7th PRSCO Summer Institute/The 4th IRSA International Conference “Decentralization, Natural Resources and Regional Development in Pacific Rim, 20-21 Juni, Bali. 20 Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah WAHANA HIJAU•Vol.1•No.1•Agustus 2005