SlideShare a Scribd company logo
Rancangan Materi
Presentasi
MATERI INISIASI 7
MATAKULIAH : PENGANTAR EKONOMI MAKRO
(ESPA 4110)
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TERBUKA
2018
* KURVA PENAWARAN AGREGAT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
Cakupan Isi Materi
(ESPA4110 Pengantar Ekonomi Makro, Dr. Sonny Harry B. Harmadi)
• Fungsi pemerintah
• Kebijakan fiskal
• Teori kebijakan fiskal
• Macam kebijakan fiskal
• Perangkat kebijakan fiskal
• Tujuan kebijakan fiskal
• Anggaran pemerintah
• Kebijakan fiskal dan anggaran belanja
• Efek pembatasan paksa
• Pengangguran dan kebijakan fiskal
• Defisit anggaran
Fungsi Pemerintah
Latar Belakang perlunya pemerintah dalam perekonomia:
• Kegagalan pasar  kondisi ketika pasar tidak dapat menghasilkan output
perekonomian secara pareto efisien merupakan hal yang menjadi latar
belakang perlunya intervensi pemerintah terlibat dalam perkeonomian.
• Pareto efisien  suatu kondisi alokasi sumber daya yang memiliki
karakteristik ‘tidak ada seorang pun yang kondisi kesejahteraannya dapat
menjadi lebih baik tanpa memperburuk kesejahteraan orang lain’  Jika
kesejahteraan seseorang masih dapat ditingkatkan tanpa memperburuk
kesejahteraan orang lain, maka kondisi pareto efisien masih belum tercapai
 muara dari tidak tercapainya efisiensi ini adalah terciptanya kegagalan
pasar
Fungsi Pemerintah
Terdapat 6 (enam) kondisi yang menciptakan kondisi
kegagalan pasar:
1. Terdapat kegagalan dalam bersaing  terbentuknya
monopoli
2. Adanya keberadaan barang publik  Tidak semua barang
dapat disediakan secara efisien oleh perusahaan swasta
3. Adanya eksternalitas yang diciptakan oleh pelaku ekonomi
4. Adanya kegagalan informasi/informasi yang tidak sempurna
5. Adanya ketidakstabilan makroekonomi
Fungsi Pemerintah
Terdapat kegagalan dalam bersaing  terbentuknya monopoli
Harga
Kuantitas
P1
P2
P*
MC
AC
D = AR
MR
Kehilangan laba yang
disebabkan
memproduksi terlalu
sedikit (Q1) dan menjual
pada harga yang terlalu
tinggi (P1)
Kehilangan laba
karena
memproduksi
terlalu banyak
(Q2) dan menjual
pada harga yang
terlalu rendah
(P2
)
0 Q0 Q3
Fungsi Pemerintah
Richard Musgrave (1980)  pemerintah memiliki tiga peran
dalam perekonomian:
1. Peran Stabilisasi  menjaga tingkat tingkat pengangguran
yang rendah dengan tingkat harga yang stabil.
2. Peran Redistribusi Pendapatan  menjamin agar pendapatan
dalam perekonomian dapat terdistribusi ke seluruh
masyarakat dalam perekonomian  pemerintah menjalankan
fungsi redistribusi pendapatan dengan menggunakan
instrumen pajak dan subsidi.
3. Peran Alokasi Sumber Daya
Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal langkah-langkah pemerintah untuk membuat perubahan-perubahan
dalam sistem pajak atau dalam sistem pembelanjaannya dengan maksud untuk
mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi.
Pada tahun 1936 Keynes menerbitkan bukunya “The General Theory of Employment
Interest and Money”  menjadi dasar dari perkembangan teori tentang kebijakan
fiskal.
Dasar pemikiran kebijakan fiskal ialah  pemerintah tidak dapat disamakan dengan
individu dalam pengaruh dari tindakan masing-masing terhadap masyarakat sebagai
keseluruhan.
(umumnya para individu akan mengurangi pengeluaran apabila penerimaannya
menurun. Sedangkan pemerintah tidak harus berbuat demikian, karena jika pemerintah
mengurangi pengeluarannya, maka tindakan ini justru akan lebih menyusahkan
jalannya perekonomian karena menurunnya pengeluaran pemerintah berarti akan
menurunkan pendapatan masyarakat sebagai obyek pajak yang pada akhirnya akan
memperkecil pendapatan pemerintah)
Macam Kebijakan Fiskal
1. Pembiayaan fungsional (functional finance)  A.P. Lerner.
Pengeluaran pemerintah ditentukan dengan melihat akibat-akibat tidak langsung
terhadap pendapatan nasional terutama guna meningkatkan kesempatan kerja
(employment). Sementara pajak dipakai untuk mengatur pengeluaran swasta dan
bukan untuk meningkatkan penerimaan pemerintah, sehingga dalam masa ada
pengangguran, pajak sama sekali tidak diperlukan.
2. Pengelolaan anggaran (the managed budget approach)  Alvin Hansen
“Masa depresi dimana ada banyak pengangguran, pengeluaran pemerintah yang
meningkat adalah satu-satunya obat”.
Dalam Pendekatan ini  hubungan langsung antara pengeluaran pemerintah dan
perpajakan selalu dipertahankan, tetapi penyesuaian dalam anggaran selalu dibuat
guna memperkecil ketidakstabilan ekonomi, sehingga pada suatu saat dapat terjadi
defisit maupun surplus.
Macam Kebijakan Fiskal
3. Stabilisasi anggaran otomatis (the stabilizing budget)
Dengan stabilisasi otomatis, pengeluaran pemerintah akan ditentukan berdasar atas
perkiraan manfaat dan biaya relatif dari berbagai macam program dan pajak akan
ditentukan sehingga menimbulkan surplus dalam periode kesempatan kerja penuh.
Peranan built in flexibility ini dapat ditingkatkan dengan penambahan pengeluaran
pemerintah pada proyek-proyek pekerjaan umum.
4. Anggaran belanja seimbang (balanced budget approach)
Suatu modifikasi dari pembelanjaan atas dasar anggaran yang disesuaikan dengan
keadaan adalah pembelanjaan secara seimbang dalam jangka panjang.
Perangkat Kebijakan Fiskal
1. Perangkat kebijakan fiskal otomatis: stabilisator terpasang
Stabilisator terpasang adalah segala sesuatu yang dapat menurunkan kecenderungan
membelanjakan marjinal dari pendapatan nasional sehingga dapat mengurangi
angka multiplier.
Terdapat tiga stabilisator utama:
• Pajak  Pajak langsung dapat mengurangi kecenderungan membelanjakan
marjinal dari pendapatan nasional, karena itu pajak langsung dapat bertindak
sebagai stabilisator terpasang.
• Pengeluaran pemerintah
• Pembayaran transfer pemerintah
2. Perangkat Kebijakan Fiskal Diskresioner
Kebijakan fiskal diskresioner perlu dilakukan bila stabilisator terpasang tidak bisa
menghilangkan fluktuasi kecil jangka pendek, bahkan kadang kadang muncul
kesenjangan yang lebih besar dan lebih lama.
Tujuan Kebijakan Fiskal
Tujuan umum kebijakan fiskal  kestabilan ekonomi yang lebih mantap  Artinya tetap
mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang layak tanpa adanya pengangguran yang berarti
disatu pihak atau adanya ketidakstabilan harga-harga umum di pihak lain.
Jurang deflasi, Jurang Inflasi dan Kebijakan Fiskal  Dengan menggunakan kebijakan fiskal
pemerintah dapat mempengaruhi besarnya jurang deflasi atau inflasi yang ada dalam
perekonomian.
Jurang deflasi  tingkat kegiatan ekonomi belum mencapai potensinya yang maksimal dan
terwujud pengangguran  pengeluaran agregat perlu dinaikkan & pemerintah dapat pula
mengurangi pajak yang dipungut dari penerima pendapatan dan perusahaan-perusahaan
kebijakan anggaran belanja defisit  Kebijakan pemerintah tersebut akan menaikkan tingkat
kegiatan ekonomi dan mengurangi pengangguran
Jurang Inflasi  pengeluaran agregat melebihi kemampuan perekonomian untuk memproduksi
barang-barang dan jasa  pemerintah perlu mengurangi pengeluarannya dengan menaikkan
tingkat dan jumlah pajak yang dipungut kebijakan anggaran belanja surplus
Akibat Kebijakan Fiskal Terhadap
Kegiatan Ekonomi
“pengaruh kebijakan fiskal terhadap
naik turunnya tingkat kegiatan
ekonomi dalam jangka panjang”
Anggaran Pemerintah
• Anggaran pemerintah mencerminkan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah.
• Kebijakan fiskal seringkali dianggap sebagai kebijakan anggaran belanja
pemerintah
• Saldo anggaran belanja dapat dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah dan
penerimaan pemerintah yang menjadikannya menjadi tiga kondisi:
1) Anggaran Belanja Berimbang
Anggaran belanja berimbang bisa terjadi apabila penerimaan pemerintah sama
jumlahnya dengan pengeluaran pemerintah, atau dengan kata lain penerimaan seimbang
dengan pengeluarannya.
2) Surplus Anggaran Belanja
Jika penerimaan pemerintah lebih besar daripada pengeluarannya, maka keadaan yang
demikian yang disebut dengan surplus anggaran belanja.
3) Defisit Anggaran Belanja
Penerimaan pemerintah yang lebih kecil daripada pengeluarannya akan mengakibatkan
keadaan defisit anggaran belanja.
Anggaran Pemerintah
• Anggaran pemerintah mencerminkan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah.
• Kebijakan fiskal seringkali dianggap sebagai kebijakan anggaran belanja
pemerintah
• Saldo anggaran belanja dapat dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah dan
penerimaan pemerintah yang menjadikannya menjadi tiga kondisi:
1) Anggaran Belanja Berimbang
Anggaran belanja berimbang bisa terjadi apabila penerimaan pemerintah sama
jumlahnya dengan pengeluaran pemerintah, atau dengan kata lain penerimaan seimbang
dengan pengeluarannya.
2) Surplus Anggaran Belanja
Jika penerimaan pemerintah lebih besar daripada pengeluarannya, maka keadaan yang
demikian yang disebut dengan surplus anggaran belanja.
3) Defisit Anggaran Belanja
Penerimaan pemerintah yang lebih kecil daripada pengeluarannya akan mengakibatkan
keadaan defisit anggaran belanja.
Anggaran Pemerintah
Saldo anggaran belanja yang dipengaruhi oleh kebijakan pajak dapat
dibedakan menjadi dua kondisi:
1) Pembelanjaan Defisit  Pembelanjaan defisit terjadi apabila terjadi
peningkatan pada pengeluaran pemerintah tanpa diikuti oleh peningkatan
tarif pajak.
2) Perubahan Anggaran Belanja Berimbang dalam Pengeluaran  Jika
pemerintah menaikkan tarif pajak yang menghasilkan pendapatan
pemerintah sama besar jumlahnya dengan penambahan pengeluaran
pemerintah, maka keadaan yang demikian dinamakan perubahan anggaran
belanja berimbang dalam pengeluaran.
Jika pemerintah mengalami defisit anggaran belanja, maka salah satu cara
yang bisa ditempuh untuk menutupi kekurangan  melakukan peminjaman
(pemerintah dapat melakukan peminjaman melalui: melalui bank sentral dan
melalui sektor swasta)
Efek Pembatasan Paksa
Suku
bunga Jumlah uang yang
beredar
Jumlah uang
0
r2
r1
MD2
Permintaan uang, MD1
’’peningkatan suku bunga akibat ekspansi
fiskal yang menyebabkan terjadinya
penurunan permintan agregat disebut
dengan efek pembatasan paksa”
Pergeseran Permintaan Agregat
Tingkat
harga
Permintaan agregat, AD1
Jumlah output
$ 30 milyar
AD2
AD
3
“kenaikan suku bunga yang
mengakibatkan penurunan
pembelanjaan untuk investasi
menyebabkan permintaan agregat
juga menurun”.
Pengangguran dan Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal dapat digunakan untuk mengatasi masalah pengangguran atau inflasi.
Pada dasarnya terdapat tiga faktor yang menentukan besarnya perubahan dalam anggaran belanja
untuk mengatasi kedua masalah (pengangguran atau inflasi)
a)Besarnya perbedaan antara pendapatan nasional yang sebenarnya dicapai dengan pendapatan
nasional yang akan tercapai pada konsumsi tenaga kerja penuh,
b)Bentuk kebijakan fiskal diskresioner yang dilaksanakan,
c)Besarnya kecenderungan konsumsi marjinal pendapatan nasional (MPC).
Defisit adalah selisih antara pengeluaran dan penerimaan pemerintah
•Kebijakan fiskal bersifat ekspansif bila terjadi kenaikan defisit pada anggaran belanja pemerintah.
•Defisit anggaran belanja pemerintah mengalami penurunan, maka kebijakan fiskal bersifat
kontraktif.
Perkiraan saldo anggaran belanja pada tingkat pendapatan nasional tertentu mempunyai arti
pengendalian fluktuasi – fluktuasi siklis pada pengeluaran dan penerimaan pajak  hasil proses
tersebut adalah saldo anggaran belanja yang dikoreksi secara siklis atau defisit anggaran yang
dikoreksi secara siklis (CAD). Jadi dapat disimpulkan bahwasanya perubahan posisi kebijakan fiskal
dapat diindikasikan dengan perubahan defisit anggaran yang dikoreksi secara siklis.
Rancangan Materi
Presentasi
MATERI INISIASI
MATAKULIAH : PENGANTAR EKONOMI MAKRO
(ESPA 4110)
KURVA PENAWARAN AGREGAT DAN
DETERMINAN PENAWARAN AGREGAT
Ake Wihadanto, SE., MT
Cakupan Isi Materi
(ESPA4110 Pengantar Ekonomi Makro, Dr. Sonny Harry B. Harmadi)
• Kurva penawaran agregat
• Kurva penawaran agregat jangka panjang (LRAS)
• Kurva penawaran agregat jangka pendek (SRAS)
• Keseimbangan makroekonomi
• Faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi
• Perhitungan tingkat pertumbuham ekonomi
• Sumber-sumber pertumbuhan ekonomi
• Teori-teori pertumbuhan ekonomi
Kurva Penawaran Agregat
Kurva penawaran agregat (Aggregate Supply, AS)  jumlah total barang/jasa yang
dihasilkan dan dijual perusahaan pada tingkat harga tertentu.
Penawaran agregat bergantung pada tingkat harga, kapasitas produksi dan tingkat biaya
yang dikeluarkan selama proses produksi.
Tingkat Harga
LRAS SRAS
Jumlah Output
“dalam jangka pendek, kurva penawaran memiliki
kemiringan yang positif, sementara dalam jangka
panjang, kurva penawaran aggregat ini berbentuk
vertikal”.
Kurva Penawaran Agregat
Jangka Panjang (LRAS)
Dalam jangka panjang, produksi barang/jasa dalam suatu perekonomian (atau PDB riil
suatu negara) akan tergantung dari ketersediaan tenaga kerja, sumber daya modal,
sumber daya alam, dan teknologi yang digunakan untuk menghasilkan barang/jasa.
“Karena tingkat harga tidak mempengaruhi
kemampuan perekonomian untuk
menghasilkan barang/jasa dalam jangka
panjang, maka kurva penawaran aggregat
dalam jangka panjang akan berbentuk
vertikal.”
LRAS
Jumlah Output
P1
P2
Q*
Tingkat harga
Pergeseran Kurva Penawaran Agregat
Jangka Panjang (LRAS)
Faktor-faktor non harga dapat mempengaruhi pergeseran kurva penawaran agregat adalah:
1. Perubahan jumlah tenaga kerja  jika pekerja mengalami peningkatan, jumlah
output yang dapat diproduksi pun akan mengalami peningkatan  kurva penawaran
pun akan mengalami pergeseran ke kanan yang menandakan terjadinya peningkatan
jumlah penawaran output dalam perekonomian.
2. Perubahan modal  terjadinya peningkatan stok modal dalam perekonomian (modal
fisik dan modal manusia)  tentu akan mampu meningkatkan produktivitas
perekonomian sehingga output perekonomian pun akan terdorong untuk meningkat
peningkatan ini ditandai oleh pergeseran kurva penawaran ke kanan.
3. Perubahan sumber daya alam  ketika ketersediaan sumber daya alam yang menjadi
input produksi mengalami peningkatan karena ditemukannya ladang tambang yang
baru  kurva penawaran aggregat akan mengalami pergeseran ke kanan sehingga
output perekonomian pun akan mengalami peningkatan.
4. Perubahan teknologi  Peningkatan kemajuan teknologi suatu negara juga
merupakan faktor yang dapat menyebabkan peningkatan output potensial suatu negara
Pergeseran Kurva Penawaran Agregat
Jangka Panjang (LRAS)
LRAS
Tingkat harga
Jumlah OutputQ*
(1)
(2)
LRAS′LRAS′′
Kurva Penawaran Agregat
Jangka Pendek (SRAS)
Dalam jangka pendek, tingkat harga akan mempengaruhi tingkat output perekonomian 
terjadinya peningkatan harga dalam perekonomian akan mendorong terjadinya peningkatan output
barang/jasa yang diproduksi, sehingga dalam jangka pendek bentuk kurva penawaran aggregat
akan memiliki kemiringan positif yang bergerak dari kiri bawah ke kanan atas.
Terdapat tiga teori yang menjelaskan tentang kurva penawaran aggregat jangka pendek yang
memiliki kemiringan yang positif:
(a)teori kekakuan upah  teori ini mengungkapkan bahwa kemampuan penyesuaian upah
nominal terhadap perubahan perekonomian berlansung lambat, atau dengan kata lain, tingkat upah
bersifat ”kaku” dalam jangka pendek  kekakuan upah inilah yang membentuk hubungan positif
antara tingkat harga dan produksi output dalam jangka pendek.
(b)teori kekakuan harga  penyesuaian tingkat harga lah dikatakan bersifat kaku terhadap
perubahan perekonomian kekakuan harga ini terjadi karena adanya biaya menu untuk
melakukan perubahan harga, yaitu biaya untuk menentukan harga baru, yang dapat berupa biaya
untuk mencetak katalog baru, biaya pengiriman katalog kepada konsumen dan penyalur, serta
biaya iklan dari harga yang baru.
(c)teori kesalahpahaman perubahan harga yang terjadi dalam suatu perekonomian terkadang
menimbulkan kesalahpahaman perusahaan terkait apa yang sebenarnya terjadi dalam
perekonomian.
Pergeseran Kurva Penawaran Agregat
Jangka Pendek (SRAS)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kurva penawaran agregat jangka pendek:
Faktor Non-Harga Keterangan
1). Faktor Perubahan Tenaga
Kerja
terjadinya peningkatan jumlah tenaga kerja akan mendorong terjadinya peningkatan output
produksi. Hal ini ditandai dengan bergesernya kurva penawaran aggregat ke kanan. Sebaliknya,
ketika yang terjadi adalah penurunan jumlah tenaga kerja, maka output produksi pun akan
mengalami penurunan, yang ditandai dengan bergesernya kurva penawaran aggregat ke kiri
2) Perubahan Modal terjadi peningkatan modal, baik modal fisik maupun modal manusia, akan mendorong
meningkatnya produktifitas, yaitu perekonomian mampu menghasilkan output lebih banyak,
sehingga kurva penawaran pun akan bergeser ke kanan
3) Perubahan Sumber Daya
Alam
ketika ketersediaan sumber daya alam yang menjadi input produksi mengalami peningkatan,
peningkatan output produksi tentu akan semakin terdorong. Hal ini ditandai oleh pergeseran
kurva penawaran aggregat ke kanan sehingga output perekonomian teramati akan mengalami
peningkatan
4) Perubahan Teknologi terjadinya peningkatan teknologi yang digunakan dalam proses produksi tentu akan mendorong
terciptanya efisiensi dalam perusahaan, sehingga output produksi pun dapat didorong, seperti
yang ditandai oleh pergeseran ke kanan dari kurva penawaran aggregat
5) Ekspektasi Tingkat Harga Jika terjadi penurunan perkiraaan tingkat harga, maka kurva penawaran jangka pendek akan
bergeser ke kanan. Sementara itu, ketika terjadi peningkatan perkiraan tingkat harga, maka kurva
penawaran jangka pendek akan bergeser ke kiri.
Pergeseran Kurva Penawaran Agregat
Jangka Pendek(SRAS)
(1)
(2)
Tingkat harga SRAS''
Jumlah Output
SRAS
SRAS'
“ ketika tingkat harga diperkirakan akan
mengalami penurunan, maka kurva penawaran
jangka pendek akan bergeser ke kanan,
sementara ketika tingkat harga diperkirakan akan
mengalami peningkatan, maka kurva penawaran
aggregat jangka pendek akan mengalami
pergeseran ke kiri”
Keseimbangan Makroekonomi
(Jangka Pendek)
• kurva AD yang menggambarkan
keseluruhan entitas ekonomi, yaitu
konsumen, pengusaha, warga negara
asing dan pemerintah yang akan
membeli pada tingkat harga agregat
yang berbeda,
• kurva AS yang menggambarkan
hubungan antara harga yang dipatok
pengusaha dan banyaknya hasil
produksi yang akan mereka hasilkan
dan jual.
• Titik E ini mempunyai arti bahwa
permintaan agregat adalah sama
dengan penawaran agregat pada
pendapatan nasional riil sebanyak YE
dan pada tingkat harga Pe’.
TingkatHarga
Pendapatan Nasional Riil
A B
C D
E
Y
0
AD
AS
P0
Pe’
P1
Y2 Y1Y3 YE
Keseimbangan Makroekonomi
(Jangka Panjang)
• kurva AD yang menggambarkan
keseluruhan entitas ekonomi, yaitu
konsumen, pengusaha, warga
negara asing dan pemerintah yang
akan membeli pada tingkat harga
agregat yang berbeda,
• kurva AS yang menggambarkan
hubungan antara harga yang
dipatok pengusaha dan banyaknya
hasil produksi yang akan mereka
hasilkan dan jual.
• Terbentuknya titik keseimbangan di
titik E (perpotongan kurva
permintaan aggregat dan kurva
penawaran aggregat jangka pendek
dan jangka panjang) menandakan
bahwa keseimbangan berada dalam
jangka panjang.
TingkatHarga
Pendapatan Nasional Riil
A B
C D
E
Y
0
AD
AS
P0
Pe’
P1
Y2 Y1Y3 YE
LRA
S
SRA
S
Efek Pergeseran Kurva Permintaan dan
Penawaran Agregat
E0
E1
Q1 Q0
P0
P1
AD0
SRAS0
AD1
Tingkat
harga
Total Output
LRAS
SRAS1
Efek Pergeseran Kurva Permintaan dan
Penawaran Agregat
E0
E1
Q1 Q0
P0
P1
AD0
SRAS0
AD1
Tingkat
harga
Total Output
LRAS
SRAS1
“proses keseimbangan
jangka pendek bisa
bergerak menuju
keseimbangan jangka
panjang”
Tahap Perubahan Keseimbangan
Jangka Panjang
Kondisi: terjadinya penurunan pengeluaran dalam perekonomian yang disebabkan oleh
berkurangnya pengeluaran konsumsi, pengaluaran investasi, pengeluaran pemerintah, serta
pengeluaran untuk membeli barang luar negeri
Kurva yang terpengaruh Kurva permintaan aggregat
Kemana arah pergerakan kurva Ke kiri (kenapa?)
Bagaimana kondisi titik
keseimbangan yang baru
Keseimbangan yang baru terbentuk pada tingkat harga lebih
rendah dan tingkat output di bawah tingkat output optimalnya
Hubungkan dengan keseimbangan
jangka panjang yang akan
terbentuk
Karena tingkat harga yang terbentuk lebih rendah dari tingkat
harga ekspektasi, pembentukan ekspektasi harga selanjutnya
akan mengalami penurunan sehingga mendorong pergeseran
kurva penawaran ke kanan. Dengan bergesernya kurva
penawaran aggregat jangka pendek ke arah kanan,
keseimbangan yang terbentuk akan kembali ke tingkat
keseimbangan output jangka panjangnya, walaupun dengan
tingkat harga yang lebih rendah.
Efek Pergeseran Kurva Permintaan dan Penawaran
Agregat  Pergeseran Kurva Penawaran Aggregat
“perubahan
keseimbangan dalam
kegiatan ekonomi
sebagai efek dari
perubahan AS”
E0
E1
P0
P1
Q1 Q0
E3
SRAS0Tingkat
harga
Total Output
LRAS
SRAS1
Efek Pergeseran Kurva Permintaan dan Penawaran
Agregat  Pergeseran Kurva Penawaran Aggregat
“pemerintah sering
menggunakan
kemampuannya dalam
mempengaruhi kurva
permintaan aggregat,
melalui berbagai
kebijakan fiskal dan
moneter, untuk
mengembalikan
perekonomian ke tingkat
output optimalnya”
E0
E1
P0
P1
Q1 Q0
P2
E2
AD0
SRAS0
Tingkat
harga
Total Output
LRAS
SRAS1
AD1
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai  perkembangan kegiatan
perekonomian yang menyebabkan bertambahnya barang dan jasa yang
diproduksi dalam masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas suatu negara dalam rangka
menyediakan berbagai barang ekonomi kepada para penduduknya dalam
jangka panjang.
Faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi:
1. Tanah dan kekayaan alam
2. Jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja
3. Barang-barang modal dan tingkat teknologi
4. Sistem sosial dan sikap masyarakat
Sumber- Sumber Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan
jam kerja
Pertumbuhan
produktivitas
tenaga kerja
Pertumbuhan
GDP Riil
Pertumbuhan modal fisik
Pertumbuhan modal manusia
Penguasaan teknologi
Pertumbuhan populasi usia kerja
Perubahan rasio pekerja
terhadap populasi
Perubahan rata-rata jam kerja
Pertumbuhan
populasi
Pertumbuhan
GDP Riil per
kapita
Teori Pertumbuhan Ekonomi: Klasik
• Terdapat empat faktor yang menentukan dalam pertumbuhan ekonomi
yaitu, jumlah penduduk, jumlah stok barang, luas tanah dan kekayaan alam
yang dimiliki serta tingkat teknologi yang digunakan.
• Faktor yang lebih diutamakan adalah faktor pertambahan penduduk.
Menurut klasik “hukum hasil tambahan yang semakin berkurang” akan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yang artinya pertumbuhan ekonomi
pertumbuhan ekonomi tidak akan berlangsung terus menerus.
• Keterkaitan antara pendapatan per kapita dengan jumlah penduduk yang
dinamakan Teori Penduduk Optimum “ jika terdapat kekurangan
penduduk, produksi marjinal akan lebih tinggi, maka pertambahan
penduduk akan menaikkan pendapatan per kapita, akan tetapi apabila
penduduk sudah semakin banyak, hukum hasil tambahan yang semakin
berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi   produksi marjinal
akan mengalami penurunan   pendapatan per kapita dan pendapatan
nasional menjadi semakin lambat pertumbuhannya.
Teori Pertumbuhan Ekonomi:
Teori Schumpeter
• Menurut Schumpeter  investasi dibagi dalam dua golongan:
(i) penanaman modal otonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan ekonomi
yang timbul sebagai akibat kegiatan inovasi
(ii) penanaman modal terpengaruh
• Menurut Schumpeter  makin tinggi tingkat kemajuan suatu ekonomi
semakin terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi, sehingga
pertumbuhan ekonomi akan semakin lambat. Pada akhirnya tercapai
keadaan stationary state.
• Teori ini menekankan pentingnya peranan pengusaha, sebagai golongan
yang akan terus-menerus membuat pembaharuan atau inovasi dalam
kegiatan ekonomi.
• Inovasi ini meliputi : memperkenalkan barang-barang baru, mempertinggi
efisiensi produksi barang, memperluas pasar, mengembangkan sumber
bahan mentah baru dan mengadakan perubahan dalam organisasi dalam
rangka mempertinggi efisiensi kegiatan perusahaan.
Teori Pertumbuhan Ekonomi:
Teori Harrod – Domar
• Teori Harrod – Domar  syarat yang harus dipenuhi agar perekonomian dapat
mencapai pertumbuhan yang teguh dalam jangka panjang.
• Asumsi:
(i) barang modal telah mencapai kapasitas penuh,
(ii) tabungan adalah proporsional dengan pendapatan,
(iii) rasio modal-produksi tetap nilainya, dan
(iv) perekonomian terdiri dari dua sektor.
• untuk memacu pertumbuhan ekonomi, setiap perekonomian hendaknya menabung
sebagian tertentu dari pendapatan nasionalnya untuk menggantikan atau menambah
barang-barang modal yang sudah rusak karena diasumsikan ada hubungan langsung
antara stok modal (K) dengan GNP total (Y).
• Hubungan antara stok modal dengan GNP total dikenal sebagai rasio modal output
(k) sedangkan rasio tabungan nasional (s) merupakan bagian output nasional yang
selalu ditabung.
Teori Pertumbuhan Ekonomi:
Teori Harrod – Domar
Model Harod Domar:
• Hubungan yang menyatakan bahwa tabungan (S) merupakan bagian tertentu (s) dari
pendapatan nasional (Y) 
• Investasi neto (I) adalah perubahan modal (∆K) 
• Jumlah stok modal (K) memiliki hubungan langsung dengan jumlah pendapatan
nasional (Y)  dinyatakan dalam rasio modal output
atau maka
• Tabungan harus sama dengan investasi  , diformulasikan sbb:
 
Sehingga diperoleh :
(“ pertumbuhan PDB berbanding lurus dengan tingkat tabungan dan berbanding terbalik dengan
rasio modal-output”  agar sebuah perekonomian bisa tumbuh dengan pesat maka diperlukan
tabungan dan investasi sebanyak mungkin dari bagian GNP-nya   Semakin banyak
bagian GNP yang ditabung untuk kemudian diinvestasikan akan berdampak pada semakin
cepatnya laju pertumbuhan ekonomi)
Teori Pertumbuhan Ekonomi:
Neo Klasik
• Asumsi  tidak ada pertumbuhan teknologi.
• Perekonomian mencapai tingkat output dan modal jangka panjang pada kondisi
steady-state   pada saat perubahan PDB dan modal perkapitanya nol, ∆y = 0
dan ∆k = 0.
rasio modal-tenaga kerjak* k
y=f(k)
)
y
y*
Teori pertumbuhan neo-klasik yang dikembangkan
oleh Abramovitz dan Solow terdiri dari tiga tahap:
Pertama, melihat bagaimana berbagai variabel
ekonomi menentukan terjadinya kondisi steady-state.
Kedua, mempelajari transisi dari kondisi
perekonomian saat ini menjadi steady-state.
Ketiga, menambahkan kemajuan teknologi ke dalam
model
Teori Pertumbuhan Ekonomi:
Neo Klasik
• Steady State  perekonomian berada dalam kondisi steady-state ketika
pendapatan perkapita dan modalnya konstan  Nilai steady-state dari pendapatan
dan modal per kapita ditunjukkan dengan y* dan k*   nilai dimana investasi
diperlukan untuk menyediakan modal bagi tenaga kerja baru dan untuk
memperbaharui mesin yang telah terdepresiasi yang jumlahnya sama dengan
tabungan yang dihasilkan dalam perekonomian  Nilai steady-state y* dan k*
adalah tingkat output dan modal dimana jumlah tabungan dan investasi yang
dibutuhkan seimbang.
• Investasi dan Tabungan  Investasi dibutuhkan untuk mempertahankan tingkat
modal per kapita tertentu, k, yang besarnya dipengaruhi oleh pertumbuhan populasi
dan tingkat penyusutan
Teori Pertumbuhan Ekonomi:
Neo Klasik
• Proses penyesuaian perekonomian dari posisi rasio modal-tenaga kerja
awal hingga mencapai kondisi steady state.
y
y*
y0
sy0
y=f(k)
) (n+d)k
)sy
C
)
D
)
B
)
A
)
k0
)
k*
)
k
)
“kunci untuk memahami model
pertumbuhan neoklasik adalah ketika
tabungan, sy, melebihi kebutuhan
investasi maka modal per kapita akan
meningkat dan selama itu pula
perekonomian bergerak ke kanan”
Teori Pertumbuhan Ekonomi:
Endogen
• Model ini mengasumsikan constant marginal product of capital untuk
fungsi produksi
f(k)
sf(k)
(n+d)k
Modal perkapita
“ fungsi produksi pada model pertumbuhan
endogen berbentuk garis lurus”.
Selama kurva tabungan tidak lagi mendatar
maka jumlah tabungan selalu lebih besar
dari investasi yang dibutuhkan. Semakin
besar tingkat tabungan, semakin besar pula
gap antara tabungan dengan investasi yang
dibutuhkan sehingga pertumbuhannya
semakin cepat.
Teori Pertumbuhan Ekonomi:
Endogen
Secara matematis, model pertumbuhan endogen dapat diilustrasikan sebagai
berikut:
• Asumsi constant marginal product of capital dan kapital sebagai satu-satunya
faktor produksi 
(output berbanding lurus dengan stok kapital. Konstanta a adalah marginal product
of capital)
• Asumsikan bahwa tingkat tabungan adalah konstan yaitu sebesar s, tidak ada
pertumbuhan populasi ataupun penyusutan modal. Kemudian, semua tabungan
digunakan untuk meningkatkan stok modal 
• Tingkat pertumbuhan modal berbanding lurus dengan tingkat tabungan.  ketika
output berbanding lurus dengan modal maka tingkat pertumbuhan output  
(semakin tinggi tingkat tabungan maka semakin tinggi tingkat pertumbuhan output)
Teori Pertumbuhan Ekonomi:
Karakteristik Pertumbuhan Ekonomi Modern Menurut Kuznet
• Kenaikan kapasitas tersebut dipengaruhi oleh kemajuan-kemajuan teknologi,
institusional, dan ideologis terhadap tuntutan keadaan.
• Karakteristik atau ciri dari proses pertumbuhan ekonomi yang bisa ditemui pada
hampir semua negara maju :
– Tingkat pertumbuhan output perkapita dan pertumbuhan penduduk yang tinggi.
– Tingkat kenaikan produktivitas faktor total yang tinggi
– Tingkat transformasi struktural ekonomi yang tinggi
– Tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi
– Adanya kecenderungan negara-negara yang mulai atau yang sudah maju
perekonomiannya menjadikan negara lain sebagai daerah pemasaran dan sumber bahan
baku yang baru.
– Terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai sepertiga bagian
penduduk dunia.
• Menurut Kuznet, pada tahap awal pertumbuhan, distribusi pendapatan akan
cenderung memburuk, dan pada tahap lanjutan distribusi pendapatan akan membaik
 perubahan struktural

More Related Content

What's hot

Penawaran Agregat dan Tradeoff Jangka Pendek antara Inflasi dan Pengangguran
Penawaran Agregat dan Tradeoff Jangka Pendek antara Inflasi dan PengangguranPenawaran Agregat dan Tradeoff Jangka Pendek antara Inflasi dan Pengangguran
Penawaran Agregat dan Tradeoff Jangka Pendek antara Inflasi dan Pengangguran
Muhammad Rafi Kambara
 
Ilmu Ekonomi Makro Permintaan agregat
Ilmu Ekonomi Makro Permintaan agregatIlmu Ekonomi Makro Permintaan agregat
Ilmu Ekonomi Makro Permintaan agregat
Yesica Adicondro
 
MEMAKSIMASI PROFIT PADA PASAR PERSAINGAN SEMPURNA, ANALISIS JANGKA PENDEK DAN...
MEMAKSIMASI PROFIT PADA PASAR PERSAINGAN SEMPURNA, ANALISIS JANGKA PENDEK DAN...MEMAKSIMASI PROFIT PADA PASAR PERSAINGAN SEMPURNA, ANALISIS JANGKA PENDEK DAN...
MEMAKSIMASI PROFIT PADA PASAR PERSAINGAN SEMPURNA, ANALISIS JANGKA PENDEK DAN...
Altina Hanum
 
Akuntansi Biaya 5#5
Akuntansi Biaya 5#5Akuntansi Biaya 5#5
Akuntansi Biaya 5#5
Judianto Nugroho
 
perekonomian 3 sektor
perekonomian 3 sektorperekonomian 3 sektor
perekonomian 3 sektor
Sucifitria
 
8. manajemen-persediaan
8. manajemen-persediaan8. manajemen-persediaan
8. manajemen-persediaanLambok_siregar
 
Jelaskan efek substitusi dan efek pendapatan
Jelaskan efek substitusi dan efek pendapatanJelaskan efek substitusi dan efek pendapatan
Jelaskan efek substitusi dan efek pendapatan
Maria Khusuma
 
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat SektorMakalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat SektorDwi Andriyanto
 
PPT MIKRO (Teori Perilaku Konsumen)
PPT MIKRO (Teori Perilaku Konsumen)PPT MIKRO (Teori Perilaku Konsumen)
PPT MIKRO (Teori Perilaku Konsumen)
Indra Jaya
 
Analisis leverage
Analisis leverageAnalisis leverage
Analisis leveragetitikefnita
 
TEORI PERUSAHAAN / THEORY OF THE FIRM : KAJIAN TENTANG TEORI BAGI HASIL PERUS...
TEORI PERUSAHAAN / THEORY OF THE FIRM : KAJIAN TENTANG TEORI BAGI HASIL PERUS...TEORI PERUSAHAAN / THEORY OF THE FIRM : KAJIAN TENTANG TEORI BAGI HASIL PERUS...
TEORI PERUSAHAAN / THEORY OF THE FIRM : KAJIAN TENTANG TEORI BAGI HASIL PERUS...
bennyagussetiono
 
Teori Permintaan akan Uang Klasik dan Keynes (Ekonomi Moneter - BAB 4)
Teori Permintaan akan Uang Klasik dan Keynes (Ekonomi Moneter - BAB 4)Teori Permintaan akan Uang Klasik dan Keynes (Ekonomi Moneter - BAB 4)
Teori Permintaan akan Uang Klasik dan Keynes (Ekonomi Moneter - BAB 4)
Bagus Cahyo Jaya Pratama Pratama
 
Tugas makro
Tugas makroTugas makro
Tugas makro
taufik anggoro
 
Strategi pembangunan & pertumbuhan ekonomi
Strategi pembangunan & pertumbuhan ekonomiStrategi pembangunan & pertumbuhan ekonomi
Strategi pembangunan & pertumbuhan ekonomiNamirah Namirah
 
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)Kristalina Dewi
 
Bab VI Teori Produksi dan Biaya Produksi Terlengkap
Bab VI Teori Produksi dan Biaya Produksi TerlengkapBab VI Teori Produksi dan Biaya Produksi Terlengkap
Bab VI Teori Produksi dan Biaya Produksi TerlengkapAditya Panim
 
Teori Konsumsi
Teori Konsumsi Teori Konsumsi
Teori Konsumsi
Mirza Syah
 

What's hot (20)

Penawaran Agregat dan Tradeoff Jangka Pendek antara Inflasi dan Pengangguran
Penawaran Agregat dan Tradeoff Jangka Pendek antara Inflasi dan PengangguranPenawaran Agregat dan Tradeoff Jangka Pendek antara Inflasi dan Pengangguran
Penawaran Agregat dan Tradeoff Jangka Pendek antara Inflasi dan Pengangguran
 
Materi 8 (perilaku produsen)
Materi 8 (perilaku produsen)Materi 8 (perilaku produsen)
Materi 8 (perilaku produsen)
 
Suku bunga
Suku bungaSuku bunga
Suku bunga
 
Ilmu Ekonomi Makro Permintaan agregat
Ilmu Ekonomi Makro Permintaan agregatIlmu Ekonomi Makro Permintaan agregat
Ilmu Ekonomi Makro Permintaan agregat
 
MEMAKSIMASI PROFIT PADA PASAR PERSAINGAN SEMPURNA, ANALISIS JANGKA PENDEK DAN...
MEMAKSIMASI PROFIT PADA PASAR PERSAINGAN SEMPURNA, ANALISIS JANGKA PENDEK DAN...MEMAKSIMASI PROFIT PADA PASAR PERSAINGAN SEMPURNA, ANALISIS JANGKA PENDEK DAN...
MEMAKSIMASI PROFIT PADA PASAR PERSAINGAN SEMPURNA, ANALISIS JANGKA PENDEK DAN...
 
Akuntansi Biaya 5#5
Akuntansi Biaya 5#5Akuntansi Biaya 5#5
Akuntansi Biaya 5#5
 
perekonomian 3 sektor
perekonomian 3 sektorperekonomian 3 sektor
perekonomian 3 sektor
 
8. manajemen-persediaan
8. manajemen-persediaan8. manajemen-persediaan
8. manajemen-persediaan
 
Jelaskan efek substitusi dan efek pendapatan
Jelaskan efek substitusi dan efek pendapatanJelaskan efek substitusi dan efek pendapatan
Jelaskan efek substitusi dan efek pendapatan
 
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat SektorMakalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
Makalah Pendapatan Nasional Keseimbangan Empat Sektor
 
PPT MIKRO (Teori Perilaku Konsumen)
PPT MIKRO (Teori Perilaku Konsumen)PPT MIKRO (Teori Perilaku Konsumen)
PPT MIKRO (Teori Perilaku Konsumen)
 
Analisis leverage
Analisis leverageAnalisis leverage
Analisis leverage
 
Bab 8 multiplier
Bab 8   multiplierBab 8   multiplier
Bab 8 multiplier
 
TEORI PERUSAHAAN / THEORY OF THE FIRM : KAJIAN TENTANG TEORI BAGI HASIL PERUS...
TEORI PERUSAHAAN / THEORY OF THE FIRM : KAJIAN TENTANG TEORI BAGI HASIL PERUS...TEORI PERUSAHAAN / THEORY OF THE FIRM : KAJIAN TENTANG TEORI BAGI HASIL PERUS...
TEORI PERUSAHAAN / THEORY OF THE FIRM : KAJIAN TENTANG TEORI BAGI HASIL PERUS...
 
Teori Permintaan akan Uang Klasik dan Keynes (Ekonomi Moneter - BAB 4)
Teori Permintaan akan Uang Klasik dan Keynes (Ekonomi Moneter - BAB 4)Teori Permintaan akan Uang Klasik dan Keynes (Ekonomi Moneter - BAB 4)
Teori Permintaan akan Uang Klasik dan Keynes (Ekonomi Moneter - BAB 4)
 
Tugas makro
Tugas makroTugas makro
Tugas makro
 
Strategi pembangunan & pertumbuhan ekonomi
Strategi pembangunan & pertumbuhan ekonomiStrategi pembangunan & pertumbuhan ekonomi
Strategi pembangunan & pertumbuhan ekonomi
 
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)
Matematika ekonomi (Keuntungan Maksimum)
 
Bab VI Teori Produksi dan Biaya Produksi Terlengkap
Bab VI Teori Produksi dan Biaya Produksi TerlengkapBab VI Teori Produksi dan Biaya Produksi Terlengkap
Bab VI Teori Produksi dan Biaya Produksi Terlengkap
 
Teori Konsumsi
Teori Konsumsi Teori Konsumsi
Teori Konsumsi
 

Similar to Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agregat, maka akan mengkombinasikan konsep penawaran agregat dan permintaan agregat untuk mewujudkan kondisi keseimbangan ekonomi

06 PERANAN PEMERINTAH rev.pdf
06 PERANAN PEMERINTAH rev.pdf06 PERANAN PEMERINTAH rev.pdf
06 PERANAN PEMERINTAH rev.pdf
TanMeilan
 
paper kebijakan fiskal
paper kebijakan fiskalpaper kebijakan fiskal
paper kebijakan fiskalMulyadi Yusuf
 
PIE-Pertemuan 12 dan 13.ppt
PIE-Pertemuan 12 dan 13.pptPIE-Pertemuan 12 dan 13.ppt
PIE-Pertemuan 12 dan 13.ppt
DrAbdulKadirJaelaniS
 
Kebijakan fiskal
Kebijakan fiskalKebijakan fiskal
Kebijakan fiskal
Ferdi Ozom
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
AthoillahEconomi
 
PIE-Pertemuan 12 dan 13.ppt
PIE-Pertemuan 12 dan 13.pptPIE-Pertemuan 12 dan 13.ppt
PIE-Pertemuan 12 dan 13.ppt
padlah1984
 
Kebijakan Fiskal di Indonesia
Kebijakan Fiskal di IndonesiaKebijakan Fiskal di Indonesia
Kebijakan Fiskal di Indonesia
Aryansa Dewi
 
Aplikasi kebijakan fiskal dalam bisnis
Aplikasi kebijakan fiskal dalam bisnisAplikasi kebijakan fiskal dalam bisnis
Aplikasi kebijakan fiskal dalam bisnisWahono Diphayana
 
(15hal) kebijakan pemerintah
(15hal) kebijakan pemerintah(15hal) kebijakan pemerintah
(15hal) kebijakan pemerintah
Ririie
 
Presentasi ekonomi kebijakan anggaran dan fiskal
Presentasi ekonomi kebijakan anggaran dan fiskalPresentasi ekonomi kebijakan anggaran dan fiskal
Presentasi ekonomi kebijakan anggaran dan fiskal
Talitha Lintang Pertiwi
 
Kebijakan fiskal
Kebijakan fiskalKebijakan fiskal
Kebijakan fiskal
Siti Sahati
 
Kebijakan pempemerintah makro & mikro
Kebijakan pempemerintah makro & mikroKebijakan pempemerintah makro & mikro
Kebijakan pempemerintah makro & mikrosam kempo
 
Kebijakan fiskal. moneter dan investasi
Kebijakan fiskal. moneter dan  investasiKebijakan fiskal. moneter dan  investasi
Kebijakan fiskal. moneter dan investasi
Sugeng Budiharsono
 
Bab 5 kebijakan moneter dan kebijakan fiskal(2)
Bab 5 kebijakan moneter dan kebijakan fiskal(2)Bab 5 kebijakan moneter dan kebijakan fiskal(2)
Bab 5 kebijakan moneter dan kebijakan fiskal(2)
MaritaDamanik1
 
Kebijakan Pemerintah Dalam Prekonomian
Kebijakan Pemerintah Dalam PrekonomianKebijakan Pemerintah Dalam Prekonomian
Kebijakan Pemerintah Dalam Prekonomian
Junik DM Laricomone
 
ADM KEUANGAN 1.docx
ADM KEUANGAN 1.docxADM KEUANGAN 1.docx
ADM KEUANGAN 1.docx
FadhielAchmad
 
ppt kelompok 5.pptx
ppt kelompok 5.pptxppt kelompok 5.pptx
ppt kelompok 5.pptx
NenaWatson1
 
Kebijakan Fiskal
Kebijakan FiskalKebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal
Siti Sahati
 
Kebijakan fiskal presentasi
Kebijakan fiskal presentasiKebijakan fiskal presentasi
Kebijakan fiskal presentasi
Ferdi Ozom
 

Similar to Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agregat, maka akan mengkombinasikan konsep penawaran agregat dan permintaan agregat untuk mewujudkan kondisi keseimbangan ekonomi (20)

06 PERANAN PEMERINTAH rev.pdf
06 PERANAN PEMERINTAH rev.pdf06 PERANAN PEMERINTAH rev.pdf
06 PERANAN PEMERINTAH rev.pdf
 
paper kebijakan fiskal
paper kebijakan fiskalpaper kebijakan fiskal
paper kebijakan fiskal
 
PIE-Pertemuan 12 dan 13.ppt
PIE-Pertemuan 12 dan 13.pptPIE-Pertemuan 12 dan 13.ppt
PIE-Pertemuan 12 dan 13.ppt
 
Kebijakan fiskal
Kebijakan fiskalKebijakan fiskal
Kebijakan fiskal
 
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskalKELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
KELOMPOK 17-PEREKONOMIAN INDO moneter dan fiskal
 
PIE-Pertemuan 12 dan 13.ppt
PIE-Pertemuan 12 dan 13.pptPIE-Pertemuan 12 dan 13.ppt
PIE-Pertemuan 12 dan 13.ppt
 
Kebijakan Fiskal di Indonesia
Kebijakan Fiskal di IndonesiaKebijakan Fiskal di Indonesia
Kebijakan Fiskal di Indonesia
 
Aplikasi kebijakan fiskal dalam bisnis
Aplikasi kebijakan fiskal dalam bisnisAplikasi kebijakan fiskal dalam bisnis
Aplikasi kebijakan fiskal dalam bisnis
 
(15hal) kebijakan pemerintah
(15hal) kebijakan pemerintah(15hal) kebijakan pemerintah
(15hal) kebijakan pemerintah
 
Presentasi ekonomi kebijakan anggaran dan fiskal
Presentasi ekonomi kebijakan anggaran dan fiskalPresentasi ekonomi kebijakan anggaran dan fiskal
Presentasi ekonomi kebijakan anggaran dan fiskal
 
Ekonomi Publik
Ekonomi PublikEkonomi Publik
Ekonomi Publik
 
Kebijakan fiskal
Kebijakan fiskalKebijakan fiskal
Kebijakan fiskal
 
Kebijakan pempemerintah makro & mikro
Kebijakan pempemerintah makro & mikroKebijakan pempemerintah makro & mikro
Kebijakan pempemerintah makro & mikro
 
Kebijakan fiskal. moneter dan investasi
Kebijakan fiskal. moneter dan  investasiKebijakan fiskal. moneter dan  investasi
Kebijakan fiskal. moneter dan investasi
 
Bab 5 kebijakan moneter dan kebijakan fiskal(2)
Bab 5 kebijakan moneter dan kebijakan fiskal(2)Bab 5 kebijakan moneter dan kebijakan fiskal(2)
Bab 5 kebijakan moneter dan kebijakan fiskal(2)
 
Kebijakan Pemerintah Dalam Prekonomian
Kebijakan Pemerintah Dalam PrekonomianKebijakan Pemerintah Dalam Prekonomian
Kebijakan Pemerintah Dalam Prekonomian
 
ADM KEUANGAN 1.docx
ADM KEUANGAN 1.docxADM KEUANGAN 1.docx
ADM KEUANGAN 1.docx
 
ppt kelompok 5.pptx
ppt kelompok 5.pptxppt kelompok 5.pptx
ppt kelompok 5.pptx
 
Kebijakan Fiskal
Kebijakan FiskalKebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal
 
Kebijakan fiskal presentasi
Kebijakan fiskal presentasiKebijakan fiskal presentasi
Kebijakan fiskal presentasi
 

Recently uploaded

ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
setiatinambunan
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
Indah106914
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
ozijaya
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
erlita3
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
NurSriWidyastuti1
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Rima98947
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
SEMUELSAMBOKARAENG
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
setiatinambunan
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
MirnasariMutmainna1
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
lindaagina84
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
muhammadRifai732845
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
d2spdpnd9185
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
asyi1
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
agusmulyadi08
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
MuhammadBagusAprilia1
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
gloriosaesy
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
gloriosaesy
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
widyakusuma99
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
adolfnuhujanan101
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
ssuser289c2f1
 

Recently uploaded (20)

ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
ppt landasan pendidikan Alat alat pendidikan PAI 9_
 
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
0. PPT Juknis PPDB TK-SD -SMP 2024-2025 Cilacap.pptx
 
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
SOAL SBDP KELAS 3 SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2023 2024
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdfINDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
INDIKATOR KINERJA DAN FOKUS PERILAKU KS.pdf
 
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya PositifKoneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
Koneksi Antar Materi modul 1.4 Budaya Positif
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdfppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
ppt landasan pendidikan pai 9 revisi.pdf
 
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...Modul Projek  - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
Modul Projek - Modul P5 Kearifan Lokal _Menampilkan Tarian Daerah Nusantara_...
 
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docxINSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
INSTRUMEN PENILAIAN PRAKTIK KINERJA KS Dok Rating Observasi (1).docx
 
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdfTugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
Tugas Mandiri 1.4.a.4.3 Keyakinan Kelas.pdf
 
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptxtugas  modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
tugas modul 1.4 Koneksi Antar Materi (1).pptx
 
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdfRHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
RHK Jabatan Kep Sekolah dan Bukti Dukung.pdf
 
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
PI 2 - Ratna Haryanti, S. Pd..pptx Visi misi dan prakarsa perubahan pendidika...
 
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docxSOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
SOAL SHB PKN SEMESTER GENAP TAHUN 2023-2024.docx
 
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdfLaporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
Laporan Piket Guru untuk bukti dukung PMM.pdf
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
LAPORAN TUGAS TAMBAHAN PEMBINA PRAMUKA..
 
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptxKarier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
Karier-Dan-Studi-Lanjut-Di-Bidang-Informatika.pptx
 
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdfMATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
MATERI SOSIALISASI PPDB JABAR- 4PAN052024.pdf
 

Pembentukan keseimbangan ekonomi makro juga melibatkan konsep permintaan agregat, maka akan mengkombinasikan konsep penawaran agregat dan permintaan agregat untuk mewujudkan kondisi keseimbangan ekonomi

  • 1. Rancangan Materi Presentasi MATERI INISIASI 7 MATAKULIAH : PENGANTAR EKONOMI MAKRO (ESPA 4110) PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TERBUKA 2018 * KURVA PENAWARAN AGREGAT DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
  • 2. Cakupan Isi Materi (ESPA4110 Pengantar Ekonomi Makro, Dr. Sonny Harry B. Harmadi) • Fungsi pemerintah • Kebijakan fiskal • Teori kebijakan fiskal • Macam kebijakan fiskal • Perangkat kebijakan fiskal • Tujuan kebijakan fiskal • Anggaran pemerintah • Kebijakan fiskal dan anggaran belanja • Efek pembatasan paksa • Pengangguran dan kebijakan fiskal • Defisit anggaran
  • 3. Fungsi Pemerintah Latar Belakang perlunya pemerintah dalam perekonomia: • Kegagalan pasar  kondisi ketika pasar tidak dapat menghasilkan output perekonomian secara pareto efisien merupakan hal yang menjadi latar belakang perlunya intervensi pemerintah terlibat dalam perkeonomian. • Pareto efisien  suatu kondisi alokasi sumber daya yang memiliki karakteristik ‘tidak ada seorang pun yang kondisi kesejahteraannya dapat menjadi lebih baik tanpa memperburuk kesejahteraan orang lain’  Jika kesejahteraan seseorang masih dapat ditingkatkan tanpa memperburuk kesejahteraan orang lain, maka kondisi pareto efisien masih belum tercapai  muara dari tidak tercapainya efisiensi ini adalah terciptanya kegagalan pasar
  • 4. Fungsi Pemerintah Terdapat 6 (enam) kondisi yang menciptakan kondisi kegagalan pasar: 1. Terdapat kegagalan dalam bersaing  terbentuknya monopoli 2. Adanya keberadaan barang publik  Tidak semua barang dapat disediakan secara efisien oleh perusahaan swasta 3. Adanya eksternalitas yang diciptakan oleh pelaku ekonomi 4. Adanya kegagalan informasi/informasi yang tidak sempurna 5. Adanya ketidakstabilan makroekonomi
  • 5. Fungsi Pemerintah Terdapat kegagalan dalam bersaing  terbentuknya monopoli Harga Kuantitas P1 P2 P* MC AC D = AR MR Kehilangan laba yang disebabkan memproduksi terlalu sedikit (Q1) dan menjual pada harga yang terlalu tinggi (P1) Kehilangan laba karena memproduksi terlalu banyak (Q2) dan menjual pada harga yang terlalu rendah (P2 ) 0 Q0 Q3
  • 6. Fungsi Pemerintah Richard Musgrave (1980)  pemerintah memiliki tiga peran dalam perekonomian: 1. Peran Stabilisasi  menjaga tingkat tingkat pengangguran yang rendah dengan tingkat harga yang stabil. 2. Peran Redistribusi Pendapatan  menjamin agar pendapatan dalam perekonomian dapat terdistribusi ke seluruh masyarakat dalam perekonomian  pemerintah menjalankan fungsi redistribusi pendapatan dengan menggunakan instrumen pajak dan subsidi. 3. Peran Alokasi Sumber Daya
  • 7. Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal langkah-langkah pemerintah untuk membuat perubahan-perubahan dalam sistem pajak atau dalam sistem pembelanjaannya dengan maksud untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi. Pada tahun 1936 Keynes menerbitkan bukunya “The General Theory of Employment Interest and Money”  menjadi dasar dari perkembangan teori tentang kebijakan fiskal. Dasar pemikiran kebijakan fiskal ialah  pemerintah tidak dapat disamakan dengan individu dalam pengaruh dari tindakan masing-masing terhadap masyarakat sebagai keseluruhan. (umumnya para individu akan mengurangi pengeluaran apabila penerimaannya menurun. Sedangkan pemerintah tidak harus berbuat demikian, karena jika pemerintah mengurangi pengeluarannya, maka tindakan ini justru akan lebih menyusahkan jalannya perekonomian karena menurunnya pengeluaran pemerintah berarti akan menurunkan pendapatan masyarakat sebagai obyek pajak yang pada akhirnya akan memperkecil pendapatan pemerintah)
  • 8. Macam Kebijakan Fiskal 1. Pembiayaan fungsional (functional finance)  A.P. Lerner. Pengeluaran pemerintah ditentukan dengan melihat akibat-akibat tidak langsung terhadap pendapatan nasional terutama guna meningkatkan kesempatan kerja (employment). Sementara pajak dipakai untuk mengatur pengeluaran swasta dan bukan untuk meningkatkan penerimaan pemerintah, sehingga dalam masa ada pengangguran, pajak sama sekali tidak diperlukan. 2. Pengelolaan anggaran (the managed budget approach)  Alvin Hansen “Masa depresi dimana ada banyak pengangguran, pengeluaran pemerintah yang meningkat adalah satu-satunya obat”. Dalam Pendekatan ini  hubungan langsung antara pengeluaran pemerintah dan perpajakan selalu dipertahankan, tetapi penyesuaian dalam anggaran selalu dibuat guna memperkecil ketidakstabilan ekonomi, sehingga pada suatu saat dapat terjadi defisit maupun surplus.
  • 9. Macam Kebijakan Fiskal 3. Stabilisasi anggaran otomatis (the stabilizing budget) Dengan stabilisasi otomatis, pengeluaran pemerintah akan ditentukan berdasar atas perkiraan manfaat dan biaya relatif dari berbagai macam program dan pajak akan ditentukan sehingga menimbulkan surplus dalam periode kesempatan kerja penuh. Peranan built in flexibility ini dapat ditingkatkan dengan penambahan pengeluaran pemerintah pada proyek-proyek pekerjaan umum. 4. Anggaran belanja seimbang (balanced budget approach) Suatu modifikasi dari pembelanjaan atas dasar anggaran yang disesuaikan dengan keadaan adalah pembelanjaan secara seimbang dalam jangka panjang.
  • 10. Perangkat Kebijakan Fiskal 1. Perangkat kebijakan fiskal otomatis: stabilisator terpasang Stabilisator terpasang adalah segala sesuatu yang dapat menurunkan kecenderungan membelanjakan marjinal dari pendapatan nasional sehingga dapat mengurangi angka multiplier. Terdapat tiga stabilisator utama: • Pajak  Pajak langsung dapat mengurangi kecenderungan membelanjakan marjinal dari pendapatan nasional, karena itu pajak langsung dapat bertindak sebagai stabilisator terpasang. • Pengeluaran pemerintah • Pembayaran transfer pemerintah 2. Perangkat Kebijakan Fiskal Diskresioner Kebijakan fiskal diskresioner perlu dilakukan bila stabilisator terpasang tidak bisa menghilangkan fluktuasi kecil jangka pendek, bahkan kadang kadang muncul kesenjangan yang lebih besar dan lebih lama.
  • 11. Tujuan Kebijakan Fiskal Tujuan umum kebijakan fiskal  kestabilan ekonomi yang lebih mantap  Artinya tetap mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang layak tanpa adanya pengangguran yang berarti disatu pihak atau adanya ketidakstabilan harga-harga umum di pihak lain. Jurang deflasi, Jurang Inflasi dan Kebijakan Fiskal  Dengan menggunakan kebijakan fiskal pemerintah dapat mempengaruhi besarnya jurang deflasi atau inflasi yang ada dalam perekonomian. Jurang deflasi  tingkat kegiatan ekonomi belum mencapai potensinya yang maksimal dan terwujud pengangguran  pengeluaran agregat perlu dinaikkan & pemerintah dapat pula mengurangi pajak yang dipungut dari penerima pendapatan dan perusahaan-perusahaan kebijakan anggaran belanja defisit  Kebijakan pemerintah tersebut akan menaikkan tingkat kegiatan ekonomi dan mengurangi pengangguran Jurang Inflasi  pengeluaran agregat melebihi kemampuan perekonomian untuk memproduksi barang-barang dan jasa  pemerintah perlu mengurangi pengeluarannya dengan menaikkan tingkat dan jumlah pajak yang dipungut kebijakan anggaran belanja surplus
  • 12. Akibat Kebijakan Fiskal Terhadap Kegiatan Ekonomi “pengaruh kebijakan fiskal terhadap naik turunnya tingkat kegiatan ekonomi dalam jangka panjang”
  • 13. Anggaran Pemerintah • Anggaran pemerintah mencerminkan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. • Kebijakan fiskal seringkali dianggap sebagai kebijakan anggaran belanja pemerintah • Saldo anggaran belanja dapat dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah dan penerimaan pemerintah yang menjadikannya menjadi tiga kondisi: 1) Anggaran Belanja Berimbang Anggaran belanja berimbang bisa terjadi apabila penerimaan pemerintah sama jumlahnya dengan pengeluaran pemerintah, atau dengan kata lain penerimaan seimbang dengan pengeluarannya. 2) Surplus Anggaran Belanja Jika penerimaan pemerintah lebih besar daripada pengeluarannya, maka keadaan yang demikian yang disebut dengan surplus anggaran belanja. 3) Defisit Anggaran Belanja Penerimaan pemerintah yang lebih kecil daripada pengeluarannya akan mengakibatkan keadaan defisit anggaran belanja.
  • 14. Anggaran Pemerintah • Anggaran pemerintah mencerminkan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. • Kebijakan fiskal seringkali dianggap sebagai kebijakan anggaran belanja pemerintah • Saldo anggaran belanja dapat dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah dan penerimaan pemerintah yang menjadikannya menjadi tiga kondisi: 1) Anggaran Belanja Berimbang Anggaran belanja berimbang bisa terjadi apabila penerimaan pemerintah sama jumlahnya dengan pengeluaran pemerintah, atau dengan kata lain penerimaan seimbang dengan pengeluarannya. 2) Surplus Anggaran Belanja Jika penerimaan pemerintah lebih besar daripada pengeluarannya, maka keadaan yang demikian yang disebut dengan surplus anggaran belanja. 3) Defisit Anggaran Belanja Penerimaan pemerintah yang lebih kecil daripada pengeluarannya akan mengakibatkan keadaan defisit anggaran belanja.
  • 15. Anggaran Pemerintah Saldo anggaran belanja yang dipengaruhi oleh kebijakan pajak dapat dibedakan menjadi dua kondisi: 1) Pembelanjaan Defisit  Pembelanjaan defisit terjadi apabila terjadi peningkatan pada pengeluaran pemerintah tanpa diikuti oleh peningkatan tarif pajak. 2) Perubahan Anggaran Belanja Berimbang dalam Pengeluaran  Jika pemerintah menaikkan tarif pajak yang menghasilkan pendapatan pemerintah sama besar jumlahnya dengan penambahan pengeluaran pemerintah, maka keadaan yang demikian dinamakan perubahan anggaran belanja berimbang dalam pengeluaran. Jika pemerintah mengalami defisit anggaran belanja, maka salah satu cara yang bisa ditempuh untuk menutupi kekurangan  melakukan peminjaman (pemerintah dapat melakukan peminjaman melalui: melalui bank sentral dan melalui sektor swasta)
  • 16. Efek Pembatasan Paksa Suku bunga Jumlah uang yang beredar Jumlah uang 0 r2 r1 MD2 Permintaan uang, MD1 ’’peningkatan suku bunga akibat ekspansi fiskal yang menyebabkan terjadinya penurunan permintan agregat disebut dengan efek pembatasan paksa”
  • 17. Pergeseran Permintaan Agregat Tingkat harga Permintaan agregat, AD1 Jumlah output $ 30 milyar AD2 AD 3 “kenaikan suku bunga yang mengakibatkan penurunan pembelanjaan untuk investasi menyebabkan permintaan agregat juga menurun”.
  • 18. Pengangguran dan Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal dapat digunakan untuk mengatasi masalah pengangguran atau inflasi. Pada dasarnya terdapat tiga faktor yang menentukan besarnya perubahan dalam anggaran belanja untuk mengatasi kedua masalah (pengangguran atau inflasi) a)Besarnya perbedaan antara pendapatan nasional yang sebenarnya dicapai dengan pendapatan nasional yang akan tercapai pada konsumsi tenaga kerja penuh, b)Bentuk kebijakan fiskal diskresioner yang dilaksanakan, c)Besarnya kecenderungan konsumsi marjinal pendapatan nasional (MPC). Defisit adalah selisih antara pengeluaran dan penerimaan pemerintah •Kebijakan fiskal bersifat ekspansif bila terjadi kenaikan defisit pada anggaran belanja pemerintah. •Defisit anggaran belanja pemerintah mengalami penurunan, maka kebijakan fiskal bersifat kontraktif. Perkiraan saldo anggaran belanja pada tingkat pendapatan nasional tertentu mempunyai arti pengendalian fluktuasi – fluktuasi siklis pada pengeluaran dan penerimaan pajak  hasil proses tersebut adalah saldo anggaran belanja yang dikoreksi secara siklis atau defisit anggaran yang dikoreksi secara siklis (CAD). Jadi dapat disimpulkan bahwasanya perubahan posisi kebijakan fiskal dapat diindikasikan dengan perubahan defisit anggaran yang dikoreksi secara siklis.
  • 19. Rancangan Materi Presentasi MATERI INISIASI MATAKULIAH : PENGANTAR EKONOMI MAKRO (ESPA 4110) KURVA PENAWARAN AGREGAT DAN DETERMINAN PENAWARAN AGREGAT Ake Wihadanto, SE., MT
  • 20. Cakupan Isi Materi (ESPA4110 Pengantar Ekonomi Makro, Dr. Sonny Harry B. Harmadi) • Kurva penawaran agregat • Kurva penawaran agregat jangka panjang (LRAS) • Kurva penawaran agregat jangka pendek (SRAS) • Keseimbangan makroekonomi • Faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi • Perhitungan tingkat pertumbuham ekonomi • Sumber-sumber pertumbuhan ekonomi • Teori-teori pertumbuhan ekonomi
  • 21. Kurva Penawaran Agregat Kurva penawaran agregat (Aggregate Supply, AS)  jumlah total barang/jasa yang dihasilkan dan dijual perusahaan pada tingkat harga tertentu. Penawaran agregat bergantung pada tingkat harga, kapasitas produksi dan tingkat biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Tingkat Harga LRAS SRAS Jumlah Output “dalam jangka pendek, kurva penawaran memiliki kemiringan yang positif, sementara dalam jangka panjang, kurva penawaran aggregat ini berbentuk vertikal”.
  • 22. Kurva Penawaran Agregat Jangka Panjang (LRAS) Dalam jangka panjang, produksi barang/jasa dalam suatu perekonomian (atau PDB riil suatu negara) akan tergantung dari ketersediaan tenaga kerja, sumber daya modal, sumber daya alam, dan teknologi yang digunakan untuk menghasilkan barang/jasa. “Karena tingkat harga tidak mempengaruhi kemampuan perekonomian untuk menghasilkan barang/jasa dalam jangka panjang, maka kurva penawaran aggregat dalam jangka panjang akan berbentuk vertikal.” LRAS Jumlah Output P1 P2 Q* Tingkat harga
  • 23. Pergeseran Kurva Penawaran Agregat Jangka Panjang (LRAS) Faktor-faktor non harga dapat mempengaruhi pergeseran kurva penawaran agregat adalah: 1. Perubahan jumlah tenaga kerja  jika pekerja mengalami peningkatan, jumlah output yang dapat diproduksi pun akan mengalami peningkatan  kurva penawaran pun akan mengalami pergeseran ke kanan yang menandakan terjadinya peningkatan jumlah penawaran output dalam perekonomian. 2. Perubahan modal  terjadinya peningkatan stok modal dalam perekonomian (modal fisik dan modal manusia)  tentu akan mampu meningkatkan produktivitas perekonomian sehingga output perekonomian pun akan terdorong untuk meningkat peningkatan ini ditandai oleh pergeseran kurva penawaran ke kanan. 3. Perubahan sumber daya alam  ketika ketersediaan sumber daya alam yang menjadi input produksi mengalami peningkatan karena ditemukannya ladang tambang yang baru  kurva penawaran aggregat akan mengalami pergeseran ke kanan sehingga output perekonomian pun akan mengalami peningkatan. 4. Perubahan teknologi  Peningkatan kemajuan teknologi suatu negara juga merupakan faktor yang dapat menyebabkan peningkatan output potensial suatu negara
  • 24. Pergeseran Kurva Penawaran Agregat Jangka Panjang (LRAS) LRAS Tingkat harga Jumlah OutputQ* (1) (2) LRAS′LRAS′′
  • 25. Kurva Penawaran Agregat Jangka Pendek (SRAS) Dalam jangka pendek, tingkat harga akan mempengaruhi tingkat output perekonomian  terjadinya peningkatan harga dalam perekonomian akan mendorong terjadinya peningkatan output barang/jasa yang diproduksi, sehingga dalam jangka pendek bentuk kurva penawaran aggregat akan memiliki kemiringan positif yang bergerak dari kiri bawah ke kanan atas. Terdapat tiga teori yang menjelaskan tentang kurva penawaran aggregat jangka pendek yang memiliki kemiringan yang positif: (a)teori kekakuan upah  teori ini mengungkapkan bahwa kemampuan penyesuaian upah nominal terhadap perubahan perekonomian berlansung lambat, atau dengan kata lain, tingkat upah bersifat ”kaku” dalam jangka pendek  kekakuan upah inilah yang membentuk hubungan positif antara tingkat harga dan produksi output dalam jangka pendek. (b)teori kekakuan harga  penyesuaian tingkat harga lah dikatakan bersifat kaku terhadap perubahan perekonomian kekakuan harga ini terjadi karena adanya biaya menu untuk melakukan perubahan harga, yaitu biaya untuk menentukan harga baru, yang dapat berupa biaya untuk mencetak katalog baru, biaya pengiriman katalog kepada konsumen dan penyalur, serta biaya iklan dari harga yang baru. (c)teori kesalahpahaman perubahan harga yang terjadi dalam suatu perekonomian terkadang menimbulkan kesalahpahaman perusahaan terkait apa yang sebenarnya terjadi dalam perekonomian.
  • 26. Pergeseran Kurva Penawaran Agregat Jangka Pendek (SRAS) Faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran kurva penawaran agregat jangka pendek: Faktor Non-Harga Keterangan 1). Faktor Perubahan Tenaga Kerja terjadinya peningkatan jumlah tenaga kerja akan mendorong terjadinya peningkatan output produksi. Hal ini ditandai dengan bergesernya kurva penawaran aggregat ke kanan. Sebaliknya, ketika yang terjadi adalah penurunan jumlah tenaga kerja, maka output produksi pun akan mengalami penurunan, yang ditandai dengan bergesernya kurva penawaran aggregat ke kiri 2) Perubahan Modal terjadi peningkatan modal, baik modal fisik maupun modal manusia, akan mendorong meningkatnya produktifitas, yaitu perekonomian mampu menghasilkan output lebih banyak, sehingga kurva penawaran pun akan bergeser ke kanan 3) Perubahan Sumber Daya Alam ketika ketersediaan sumber daya alam yang menjadi input produksi mengalami peningkatan, peningkatan output produksi tentu akan semakin terdorong. Hal ini ditandai oleh pergeseran kurva penawaran aggregat ke kanan sehingga output perekonomian teramati akan mengalami peningkatan 4) Perubahan Teknologi terjadinya peningkatan teknologi yang digunakan dalam proses produksi tentu akan mendorong terciptanya efisiensi dalam perusahaan, sehingga output produksi pun dapat didorong, seperti yang ditandai oleh pergeseran ke kanan dari kurva penawaran aggregat 5) Ekspektasi Tingkat Harga Jika terjadi penurunan perkiraaan tingkat harga, maka kurva penawaran jangka pendek akan bergeser ke kanan. Sementara itu, ketika terjadi peningkatan perkiraan tingkat harga, maka kurva penawaran jangka pendek akan bergeser ke kiri.
  • 27. Pergeseran Kurva Penawaran Agregat Jangka Pendek(SRAS) (1) (2) Tingkat harga SRAS'' Jumlah Output SRAS SRAS' “ ketika tingkat harga diperkirakan akan mengalami penurunan, maka kurva penawaran jangka pendek akan bergeser ke kanan, sementara ketika tingkat harga diperkirakan akan mengalami peningkatan, maka kurva penawaran aggregat jangka pendek akan mengalami pergeseran ke kiri”
  • 28. Keseimbangan Makroekonomi (Jangka Pendek) • kurva AD yang menggambarkan keseluruhan entitas ekonomi, yaitu konsumen, pengusaha, warga negara asing dan pemerintah yang akan membeli pada tingkat harga agregat yang berbeda, • kurva AS yang menggambarkan hubungan antara harga yang dipatok pengusaha dan banyaknya hasil produksi yang akan mereka hasilkan dan jual. • Titik E ini mempunyai arti bahwa permintaan agregat adalah sama dengan penawaran agregat pada pendapatan nasional riil sebanyak YE dan pada tingkat harga Pe’. TingkatHarga Pendapatan Nasional Riil A B C D E Y 0 AD AS P0 Pe’ P1 Y2 Y1Y3 YE
  • 29. Keseimbangan Makroekonomi (Jangka Panjang) • kurva AD yang menggambarkan keseluruhan entitas ekonomi, yaitu konsumen, pengusaha, warga negara asing dan pemerintah yang akan membeli pada tingkat harga agregat yang berbeda, • kurva AS yang menggambarkan hubungan antara harga yang dipatok pengusaha dan banyaknya hasil produksi yang akan mereka hasilkan dan jual. • Terbentuknya titik keseimbangan di titik E (perpotongan kurva permintaan aggregat dan kurva penawaran aggregat jangka pendek dan jangka panjang) menandakan bahwa keseimbangan berada dalam jangka panjang. TingkatHarga Pendapatan Nasional Riil A B C D E Y 0 AD AS P0 Pe’ P1 Y2 Y1Y3 YE LRA S SRA S
  • 30. Efek Pergeseran Kurva Permintaan dan Penawaran Agregat E0 E1 Q1 Q0 P0 P1 AD0 SRAS0 AD1 Tingkat harga Total Output LRAS SRAS1
  • 31. Efek Pergeseran Kurva Permintaan dan Penawaran Agregat E0 E1 Q1 Q0 P0 P1 AD0 SRAS0 AD1 Tingkat harga Total Output LRAS SRAS1 “proses keseimbangan jangka pendek bisa bergerak menuju keseimbangan jangka panjang”
  • 32. Tahap Perubahan Keseimbangan Jangka Panjang Kondisi: terjadinya penurunan pengeluaran dalam perekonomian yang disebabkan oleh berkurangnya pengeluaran konsumsi, pengaluaran investasi, pengeluaran pemerintah, serta pengeluaran untuk membeli barang luar negeri Kurva yang terpengaruh Kurva permintaan aggregat Kemana arah pergerakan kurva Ke kiri (kenapa?) Bagaimana kondisi titik keseimbangan yang baru Keseimbangan yang baru terbentuk pada tingkat harga lebih rendah dan tingkat output di bawah tingkat output optimalnya Hubungkan dengan keseimbangan jangka panjang yang akan terbentuk Karena tingkat harga yang terbentuk lebih rendah dari tingkat harga ekspektasi, pembentukan ekspektasi harga selanjutnya akan mengalami penurunan sehingga mendorong pergeseran kurva penawaran ke kanan. Dengan bergesernya kurva penawaran aggregat jangka pendek ke arah kanan, keseimbangan yang terbentuk akan kembali ke tingkat keseimbangan output jangka panjangnya, walaupun dengan tingkat harga yang lebih rendah.
  • 33. Efek Pergeseran Kurva Permintaan dan Penawaran Agregat  Pergeseran Kurva Penawaran Aggregat “perubahan keseimbangan dalam kegiatan ekonomi sebagai efek dari perubahan AS” E0 E1 P0 P1 Q1 Q0 E3 SRAS0Tingkat harga Total Output LRAS SRAS1
  • 34. Efek Pergeseran Kurva Permintaan dan Penawaran Agregat  Pergeseran Kurva Penawaran Aggregat “pemerintah sering menggunakan kemampuannya dalam mempengaruhi kurva permintaan aggregat, melalui berbagai kebijakan fiskal dan moneter, untuk mengembalikan perekonomian ke tingkat output optimalnya” E0 E1 P0 P1 Q1 Q0 P2 E2 AD0 SRAS0 Tingkat harga Total Output LRAS SRAS1 AD1
  • 35. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai  perkembangan kegiatan perekonomian yang menyebabkan bertambahnya barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat. Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas suatu negara dalam rangka menyediakan berbagai barang ekonomi kepada para penduduknya dalam jangka panjang. Faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi: 1. Tanah dan kekayaan alam 2. Jumlah dan mutu dari penduduk dan tenaga kerja 3. Barang-barang modal dan tingkat teknologi 4. Sistem sosial dan sikap masyarakat
  • 36. Sumber- Sumber Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan jam kerja Pertumbuhan produktivitas tenaga kerja Pertumbuhan GDP Riil Pertumbuhan modal fisik Pertumbuhan modal manusia Penguasaan teknologi Pertumbuhan populasi usia kerja Perubahan rasio pekerja terhadap populasi Perubahan rata-rata jam kerja Pertumbuhan populasi Pertumbuhan GDP Riil per kapita
  • 37. Teori Pertumbuhan Ekonomi: Klasik • Terdapat empat faktor yang menentukan dalam pertumbuhan ekonomi yaitu, jumlah penduduk, jumlah stok barang, luas tanah dan kekayaan alam yang dimiliki serta tingkat teknologi yang digunakan. • Faktor yang lebih diutamakan adalah faktor pertambahan penduduk. Menurut klasik “hukum hasil tambahan yang semakin berkurang” akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yang artinya pertumbuhan ekonomi pertumbuhan ekonomi tidak akan berlangsung terus menerus. • Keterkaitan antara pendapatan per kapita dengan jumlah penduduk yang dinamakan Teori Penduduk Optimum “ jika terdapat kekurangan penduduk, produksi marjinal akan lebih tinggi, maka pertambahan penduduk akan menaikkan pendapatan per kapita, akan tetapi apabila penduduk sudah semakin banyak, hukum hasil tambahan yang semakin berkurang akan mempengaruhi fungsi produksi   produksi marjinal akan mengalami penurunan   pendapatan per kapita dan pendapatan nasional menjadi semakin lambat pertumbuhannya.
  • 38. Teori Pertumbuhan Ekonomi: Teori Schumpeter • Menurut Schumpeter  investasi dibagi dalam dua golongan: (i) penanaman modal otonomi yang ditimbulkan oleh kegiatan ekonomi yang timbul sebagai akibat kegiatan inovasi (ii) penanaman modal terpengaruh • Menurut Schumpeter  makin tinggi tingkat kemajuan suatu ekonomi semakin terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi, sehingga pertumbuhan ekonomi akan semakin lambat. Pada akhirnya tercapai keadaan stationary state. • Teori ini menekankan pentingnya peranan pengusaha, sebagai golongan yang akan terus-menerus membuat pembaharuan atau inovasi dalam kegiatan ekonomi. • Inovasi ini meliputi : memperkenalkan barang-barang baru, mempertinggi efisiensi produksi barang, memperluas pasar, mengembangkan sumber bahan mentah baru dan mengadakan perubahan dalam organisasi dalam rangka mempertinggi efisiensi kegiatan perusahaan.
  • 39. Teori Pertumbuhan Ekonomi: Teori Harrod – Domar • Teori Harrod – Domar  syarat yang harus dipenuhi agar perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang teguh dalam jangka panjang. • Asumsi: (i) barang modal telah mencapai kapasitas penuh, (ii) tabungan adalah proporsional dengan pendapatan, (iii) rasio modal-produksi tetap nilainya, dan (iv) perekonomian terdiri dari dua sektor. • untuk memacu pertumbuhan ekonomi, setiap perekonomian hendaknya menabung sebagian tertentu dari pendapatan nasionalnya untuk menggantikan atau menambah barang-barang modal yang sudah rusak karena diasumsikan ada hubungan langsung antara stok modal (K) dengan GNP total (Y). • Hubungan antara stok modal dengan GNP total dikenal sebagai rasio modal output (k) sedangkan rasio tabungan nasional (s) merupakan bagian output nasional yang selalu ditabung.
  • 40. Teori Pertumbuhan Ekonomi: Teori Harrod – Domar Model Harod Domar: • Hubungan yang menyatakan bahwa tabungan (S) merupakan bagian tertentu (s) dari pendapatan nasional (Y)  • Investasi neto (I) adalah perubahan modal (∆K)  • Jumlah stok modal (K) memiliki hubungan langsung dengan jumlah pendapatan nasional (Y)  dinyatakan dalam rasio modal output atau maka • Tabungan harus sama dengan investasi  , diformulasikan sbb:   Sehingga diperoleh : (“ pertumbuhan PDB berbanding lurus dengan tingkat tabungan dan berbanding terbalik dengan rasio modal-output”  agar sebuah perekonomian bisa tumbuh dengan pesat maka diperlukan tabungan dan investasi sebanyak mungkin dari bagian GNP-nya   Semakin banyak bagian GNP yang ditabung untuk kemudian diinvestasikan akan berdampak pada semakin cepatnya laju pertumbuhan ekonomi)
  • 41. Teori Pertumbuhan Ekonomi: Neo Klasik • Asumsi  tidak ada pertumbuhan teknologi. • Perekonomian mencapai tingkat output dan modal jangka panjang pada kondisi steady-state   pada saat perubahan PDB dan modal perkapitanya nol, ∆y = 0 dan ∆k = 0. rasio modal-tenaga kerjak* k y=f(k) ) y y* Teori pertumbuhan neo-klasik yang dikembangkan oleh Abramovitz dan Solow terdiri dari tiga tahap: Pertama, melihat bagaimana berbagai variabel ekonomi menentukan terjadinya kondisi steady-state. Kedua, mempelajari transisi dari kondisi perekonomian saat ini menjadi steady-state. Ketiga, menambahkan kemajuan teknologi ke dalam model
  • 42. Teori Pertumbuhan Ekonomi: Neo Klasik • Steady State  perekonomian berada dalam kondisi steady-state ketika pendapatan perkapita dan modalnya konstan  Nilai steady-state dari pendapatan dan modal per kapita ditunjukkan dengan y* dan k*   nilai dimana investasi diperlukan untuk menyediakan modal bagi tenaga kerja baru dan untuk memperbaharui mesin yang telah terdepresiasi yang jumlahnya sama dengan tabungan yang dihasilkan dalam perekonomian  Nilai steady-state y* dan k* adalah tingkat output dan modal dimana jumlah tabungan dan investasi yang dibutuhkan seimbang. • Investasi dan Tabungan  Investasi dibutuhkan untuk mempertahankan tingkat modal per kapita tertentu, k, yang besarnya dipengaruhi oleh pertumbuhan populasi dan tingkat penyusutan
  • 43. Teori Pertumbuhan Ekonomi: Neo Klasik • Proses penyesuaian perekonomian dari posisi rasio modal-tenaga kerja awal hingga mencapai kondisi steady state. y y* y0 sy0 y=f(k) ) (n+d)k )sy C ) D ) B ) A ) k0 ) k* ) k ) “kunci untuk memahami model pertumbuhan neoklasik adalah ketika tabungan, sy, melebihi kebutuhan investasi maka modal per kapita akan meningkat dan selama itu pula perekonomian bergerak ke kanan”
  • 44. Teori Pertumbuhan Ekonomi: Endogen • Model ini mengasumsikan constant marginal product of capital untuk fungsi produksi f(k) sf(k) (n+d)k Modal perkapita “ fungsi produksi pada model pertumbuhan endogen berbentuk garis lurus”. Selama kurva tabungan tidak lagi mendatar maka jumlah tabungan selalu lebih besar dari investasi yang dibutuhkan. Semakin besar tingkat tabungan, semakin besar pula gap antara tabungan dengan investasi yang dibutuhkan sehingga pertumbuhannya semakin cepat.
  • 45. Teori Pertumbuhan Ekonomi: Endogen Secara matematis, model pertumbuhan endogen dapat diilustrasikan sebagai berikut: • Asumsi constant marginal product of capital dan kapital sebagai satu-satunya faktor produksi  (output berbanding lurus dengan stok kapital. Konstanta a adalah marginal product of capital) • Asumsikan bahwa tingkat tabungan adalah konstan yaitu sebesar s, tidak ada pertumbuhan populasi ataupun penyusutan modal. Kemudian, semua tabungan digunakan untuk meningkatkan stok modal  • Tingkat pertumbuhan modal berbanding lurus dengan tingkat tabungan.  ketika output berbanding lurus dengan modal maka tingkat pertumbuhan output   (semakin tinggi tingkat tabungan maka semakin tinggi tingkat pertumbuhan output)
  • 46. Teori Pertumbuhan Ekonomi: Karakteristik Pertumbuhan Ekonomi Modern Menurut Kuznet • Kenaikan kapasitas tersebut dipengaruhi oleh kemajuan-kemajuan teknologi, institusional, dan ideologis terhadap tuntutan keadaan. • Karakteristik atau ciri dari proses pertumbuhan ekonomi yang bisa ditemui pada hampir semua negara maju : – Tingkat pertumbuhan output perkapita dan pertumbuhan penduduk yang tinggi. – Tingkat kenaikan produktivitas faktor total yang tinggi – Tingkat transformasi struktural ekonomi yang tinggi – Tingkat transformasi sosial dan ideologi yang tinggi – Adanya kecenderungan negara-negara yang mulai atau yang sudah maju perekonomiannya menjadikan negara lain sebagai daerah pemasaran dan sumber bahan baku yang baru. – Terbatasnya penyebaran pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai sepertiga bagian penduduk dunia. • Menurut Kuznet, pada tahap awal pertumbuhan, distribusi pendapatan akan cenderung memburuk, dan pada tahap lanjutan distribusi pendapatan akan membaik  perubahan struktural

Editor's Notes

  1. Audio (Penjelasan): Dengan monopoli, produksi dihasilkan di saat tambahan pendapatan sama dengan tambahan biaya sehingga jumlah produksi adalah sebesar Q0. Produksi sebanyak Q0 ini tidak pareto efisien karena harga yang ditetapkan lebih besar dari tambahan biaya yang diperlukan perusahaan untuk menghasilkan tambahan output. Untuk menciptakan kondisi pareto efisien, perusahaan harus memproduksi di saat tambahan biaya sama dengan tambahan manfaat yang dirasakan, yaitu berproduksi di Q3, sehingga tingkat harga yang tercipta akan sama dengan tambahan tambahan biaya yang diperlukan perusahaan untuk menghasilkan tambahan output.
  2. Audio (Penjelasan): Kurva (a) menggambarkan siklus perusahaan yang terwujud jika pemerintah tidak secara aktif menggunakan kebijakan anggaran belanjanya untuk mempengaruhi tingkat kegiatan ekonomi. Kurva (b) menunjukkan siklus perusahaan yang terwujud jika pemerintah secara aktif menjalankan kebijakan fiskal. Dari gambaran kedua kurva tersebut dapat disimpulkan bahwa jika pemerintah secara aktif menggunakan kebijakan anggaran belanjanya sebagai alat untuk mempengaruhi tingkat kegiatan ekonomi maka masalah depresi dan pengangguran atau inflasi dapat dikurangi. Gerak naik turunnya siklus perusahaan dapat diperkecil, sehingga kegiatan ekonomi dapat berjalan dengan lebih stabil.
  3. Audio (Penjelasan): efek pengganda peningkatan pengeluaran pemerintah akan memberikan pengaruh berupa peningkatan permintaan agregat. Namun dalam efek pembatasan paksa, yang terjadi berlawanan. Disaat pembelanjaan pemerintah meningkat, suku bunga juga akan mengalami peningkatan, hal tersebut menyebabkan berkurangnya investasi. Ketika suku bunga sedang tinggi, tidak banyak investor yang mau meminjam dana dari bank untuk investasi karena pembayaran pinjaman akan menjadi beban yang cukup berat sehingga pembelanjaan untuk investasi akan mengalami penurunan. Disaat pembelanjaan untuk investasi berkurang maka terjadi penurunan pada permintaan agregat. Gambar 6.2 terlihat bahwa akibat peningkatan pendapatan maka kurva permintaan uang harus bergeser ke kanan dari MD1 ke MD2, sedangkan suku bunga bergeser dari r1 ke r2. Peningkatan suku bunga akibat ekspansi fiskal yang menyebabkan terjadinya penurunan permintan agregat disebut dengan efek pembatasan paksa.
  4. Audio (Penjelasan): Gambar 6.3, ketika permintaan agregat mengalami peningkatan akibat kenaikan pendapatan, kurva bergeser dari AD1 ke AD2, tetapi begitu efek pembatasan paksa muncul permintaan agregat bergeser ke AD3. pergeseran tersebut menggambarkan bahwasanya peningkatan permintaan agregat tidak tepat sebesar $ 30 milyar melainkan kurang dari itu.
  5. Audio (penjelasan): Gambar 7.1 sumbu vertikal menunjukkan tingkat harga dan sumbu horisontal menunjukkan jumlah output yang ditawarkan. Pada gambar, kurva penawaran aggregat jangka panjang berbentuk vertikal yang disimbolkan dan LRAS, dan kurva penawaran aggregat jangka pendek disimbolkan dengan SRAS.
  6. Audio (penjelasan): Bentuk kurva penawaran yang vertikal ini menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, berapa pun tingkat harga, perekonomian akan menghasilkan tingkat output yang sama. Misalkan pada tingkat harga P1 jumlah output yang diproduksi sebesar Q*, kemudian harga turun menjadi P2 jumlah output yang diproduksi tetap pada Q*. Tingkat output yang diproduksi dalam jangka panjang ini disebut juga sebagai output potensial atau tingkat output ilmiah karena tingkat output ini merupakan tingkat output yang dihasilkan ketika pengangguran berada pada tingkat alaminya
  7. Audio (Penjelasan): Arah pergeseran kurva Bila terjadinya peningkatan output aggregat akibat perubahan keempat faktor di atas akan ditandai oleh terjadinya pergeseran kurva penawaran aggregat ke kanan (ditandai oleh (1)). Sementara jika yang terjadi adalah dorongan terhadap penurunan output potensial, maka kurva penawaran aggregat akan bergeser ke kiri (ditandai oleh (2)). Garis (1) menandakan bahwa output potensial mengalami peningkatan yang ditandai oleh pergeseran kurva penawaran aggregat jangka panjang ke kanan, Garis (2) menunjukkan terjadinya penurunan output potensial.
  8. Audio (Penjelasan): Arah pergeseran kurva Jika ekspektasi harga ini berubah dari ekspektasi awal, misalnya berupa penetapan ekspektasi harga yang lebih tinggi dari ekspektasi sebelumnya, beban biaya perusahaan tentu akan semakin meningkat karena upah yang harus dibayarkan kepada karyawannya naik. Maka jumlah produksi perusahaan pun akan mengalami penurunan, dan kurva penawaran aggregat jangka pendek pun bergeser ke kiri. Jika ekspektasi harga mengalami penurunan, beban biaya perusahaan tentu juga akan mengalami penurunan —karena upah karyawannya dapat dibayarkan dengan tingkat yang lebih rendah—sehingga output produksi akan terdorong naik, yang ditandai dengan bergesernya kurva penawaran jangka pendek ke kanan. (1) menandakan bahwa penawaran aggregat jangka pendek mengalami peningkatan yang ditandai oleh pergeseran kurva penawaran aggregat jangka pendek ke kanan, (2) menunjukkan terjadinya penurunan penawaran aggregat jangka pendek.
  9. Audio (Penjelasan): Arah pergeseran kurva Titik E menggambarkan keseimbangan yang akan dicapai dalam perekonomian karena perusahaan-perusahaan tidak akan menambah atau mengurangi output yang diproduksi dan kegiatan ekonomi telah mencapai keadaan yang stabil Jika tingkat harga berada di atas tingkat harga keseimbangan Pe’ yaitu P0, maka penawaran agregat Y1 lebih besar dari permintaan agregat adalah Y3 sehingga terjadi kondisi kelebihan penawaran sebanyak AB. Untuk menjamin semua barang yang diproduksi perekonomian dapat terjual, tingkat harga tentu harus diturunkan agar peningkatan permintaan dapat terwujud. Penurunan tingkat harga ini akan terus berlansung hingga jumlah produksi output perekonomian sama dengan jumlah output yang diminta oleh perekonomian. Alhasil, titik E merupakan titik keseimbangan yang akan terwujud karena di titik ini, jumlah penawaran perekonomian akan sama dengan jumlah permintaan. Jika tingkat harga berada di bawah tingkat harga keseimbangan Pe’, yaitu P1, permintaan agregat berada pada Y2 dan penawaran agregat hanya sebesar Y. Karena permintaan aggregat lebih besar dibandingkan penawaran aggregat, maka terjadi kelebihan permintaan sebanyak CD. Karena jumlah produksi output terbatas sementara permintaan terhadap output tersebut besar, maka tingkat harga akan terdorong untuk naik. Peningkatan tingkat harga ini akan terus berlansung hingga tingkat harga mencapai Pe’. Pada saat ini, jumlah penawaran sama dengan jumlah permintaan.
  10. Audio (Penjelasan): Arah pergeseran kurva Ekspektasi tingkat harga akan sama dengan tingkat harga yang akan terwujud sehingga perpotongan kurva permintaan aggregat dan kurva penawaran jangka pendek akan sama dengan perpotongan kurva permintaan dan kurva penawaran jangka panjang.
  11. Audio (Penjelasan): Arah pergeseran kurva Titik keseimbangan E sebenarnya dapat mengalami perubahan jika muncul kondisi yang mendorong terjadinya pergeseran kurva permintaan dan penawaran aggregat. Misalnya, ketika terjadi penurunan pengeluaran dalam perekonomian yang disebabkan oleh berkurangnya pengeluaran konsumsi, pengaluaran investasi, pengeluaran pemerintah, serta pengeluaran untuk membeli barang luar negeri, akan memindahkan kurva permintaan dari AD0 menjadi AD1, sehingga kondisi keseimbangan pun bergeser dari E0 ke E1. Di titik E1, tingkat harga turun menjadi P1 dan pendapatan nasional riil berkurang menjadi Y1.
  12. Audio (Penjelasan): Arah pergeseran kurva titik keseimbangan E1 yang baru terbentuk berada di bawah output optimal dengan tingkat harga yang lebih rendah dari tingkat harga yang diekspektasikan. Karena tingkat harga yang terealisasi lebih rendah dari yang diekspektasikan sebelumnya, pembentukan ekspektasi harga pada waktu selanjutnya juga akan mengalami penyesuaian mengikuti rendahnya tingkat harga yang terealisasi. Alhasil, ekspektasi harga pun akan mengalami penurunan. Penurunan ekspektasi harga ini akan diikuti oleh penurunan tingkat upah pekerja, tingkat harga, dan persepsi (sesuai dengan teori kekakuan upah, teori kekakuan harga, dan teori kesalahpahaman), yang akhirnya akan mendorong peningkatan produksi output dalam perekonomian. Peningkatan produksi ini ditandai dengan terjadinya pergeseran kurva penawaran aggregat jangka pendek ke arah kanan, yaitu dari SRAS0 ke SRAS1. Pergeseran kurva penawaran aggregat jangka pendek ini, dengan berpotongan dengan kurva permintaan aggregat AD1, akan membentuk titik keseimbangan baru di E2. Di titik keseimbangan ini terlihat bahwa tingkat output akan kembali ke tingkat output optimumnya (tingkat output jangka panjang) sebesar Q0.
  13. Audio (Penjelasan): Arah pergeseran kurva Ekspektasi tingkat harga akan sama dengan tingkat harga yang akan terwujud sehingga perpotongan kurva permintaan aggregat dan kurva penawaran jangka pendek akan sama dengan perpotongan kurva permintaan dan kurva penawaran jangka panjang.
  14. Audio (Penjelasan): Arah pergeseran kurva Pada awalnya keseimbangan berada pada titik E0 yang menggambarkan pendapatan nasional riil Y0 dan tingkat harga P0. Jika dimisalkan harga barang-barang impor dan bahan-bahan mentah mengalami peningkatan, maka peningkatan ini akan berefek pada pergeseran kurva dari AS0 menjadi AS1 dan titik keseimbangan baru yang dicapai berada pada titik E1. Artinya, pendapatan nasional riil turun menjadi Y1 dan tingkat harga naik menjadi P1. Kondisi naiknya tingkat harga (inflasi) yang diiringi dengan penurunan output perekonomian (stagnansi) ini dikenal juga dengan nama stagflasi. Berdasarkan penjelasan di atas terlihat bahwa terjadinya penurunan output perekonomian dalam jangka pendek dapat dikoreksi sendiri oleh sisi penawaran aggregat sehingga dalam jangka panjang, tingkat output yang terjadi dapat kembali ke tingkat output optimalnya, yaitu Q0.
  15. Audio (Penjelasan): Arah pergeseran kurva Misalnya, pemerintah dapat mendorong peningkatan pengeluaran perekonomian dengan meningkatkan pengeluaran pemerintah yang akhirnya mendorong kurva permintaan aggregat untuk bergeser ke kanan, dari AD0 ke AD1. Perekonomian pun akhirnya dapat kembali ke tingkat output optimumnya, meskipun dengan tingkat harga yang lebih tinggi dari tingkat harga semula
  16. Audio (Penjelasan) Gambar 7.11  fungsi produksi dalam PDB per kapita terhadap rasio modal-tenaga kerja. Fungsi produksi perkapita ditulis sebagai berikut; Ketika modal meningkat,output meningkat (marginal product of capital positif), tetapi peningkatan output tersebut semakin berkurang ketika tingkat modal semakin tinggi. Tiap tambahan mesin akan meningkatkan produksi, namun tambahan tersebut semakin berkurang jika dibandingkan dengan tambahan yang dihasilkan mesin sebelumnya. Jadi, tambahan produksi yang semakin menurun adalah penjelasan kunci mengapa perekonomian berada pada kondisi staeady-state bukannya tumbuh terus menerus.
  17. Audio (Penjelasan) Gambar 7.11  fungsi produksi dalam PDB per kapita terhadap rasio modal-tenaga kerja. Fungsi produksi perkapita ditulis sebagai berikut; Ketika modal meningkat,output meningkat (marginal product of capital positif), tetapi peningkatan output tersebut semakin berkurang ketika tingkat modal semakin tinggi. Tiap tambahan mesin akan meningkatkan produksi, namun tambahan tersebut semakin berkurang jika dibandingkan dengan tambahan yang dihasilkan mesin sebelumnya. Jadi, tambahan produksi yang semakin menurun adalah penjelasan kunci mengapa perekonomian berada pada kondisi staeady-state bukannya tumbuh terus menerus.
  18. Audio (Penjelasan) Gambar 7.12 menjelaskan tentang proses penyesuaian perekonomian dari posisi rasio modal-tenaga kerja awal hingga mencapai kondisi steady state. Elemen penting dalam proses transisi ini adalah tingkat tabungan dan investasi dibandingkan dengan tingkat penyusutan dan pertumbuhan populasinya. Ketika perekonomian memiliki rasio modal-output sebesar k0 dan tabungan sebesar A, melebihi kebutuhan investasi B, maka k akan bergeser ke kanan. Pergeseran ini akan terhenti pada titik C dimana rasio modal-tenaga kerjanya k*. Pada titik ini besarnya tabungan sama dengan kebutuhan investasi sehingga rasio modal-tenaga kerja tidak meningkat dan tidak berkurang. Pada kondisi seperti inilah steady state tercapai. Implikasi penting dari teori pertumbuhan neoklasik adalah bahwa negara-negara dengan tingkat tabungan, pertumbuhan populasi, dan teknologi yang sama seharusnya mengalami konvergensi pendapatan walaupun proses konvergensi tersebut lambat  Jadi, pada saat steady state, k dan y konstan
  19. Audio (Penjelasan):