SlideShare a Scribd company logo
1 of 6
Nama : Reiven Chandra Wiguna Repi
NIM : GAC 115 098
Jurusan : Ilmu Pemerintahan
MK : Sosiologi Politik
Teori konflik adalah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi melalui proses
penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang
menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula. Konflik” secara
etimologis berasal dari bahasa latin “con” yang berarti bersama dan“fligere” yang berarti
benturan atau tabrakan. Dengan demikian, “konflik” dalam kehidupan sosial berarti benturan
pentingan,keinginan, pendapat, dan lain-lain yang paling tidak melibatkan dua pihak atau lebih.
Teori konflik menurut para ahli
A. Teori Konflik Karl Mark (1818-1883)
Mark mempunyai beberapa pandangan tentang kehidupan sosial yaitu:
1. Masyarakat sebagai arena yang di dalamnya terdapat berbagai bentuk pertentangan.
2. Paksaan (coercion) dalam wujud hukum dipandang sebagai faktor utama untuk memelihara
lembaga-lembaga sosial, seperti milik pribadi (property),perbudakan slavery), kapital yang
menimbulkan ketidaksamaan hak dan kesamaan. Kesenjangan sosial terjadi dalam
masyarakat karena berkerjanya lembaga paksaan tersebut yang bertumpu pada cara-cara
kekerasan, penipuan, dan penindasan. Dengan demikian, titik tumpu dari konflik sosial
adalah kesenjangan sosial
3. Bagi Mark, konflik sosial adalah pertentangan antara segmen-segmen masyarakat untuk
memperebutkan assetaset yang bernilai. Jenis dari konflik antara individu, konflik antara
kelompok, dan bahkan konflik antar bangsa. Tetapi bentuk konflik yang paling menonjol
menurut Marx adalah konflik yang disebabkan oleh cara produksi barang barang yang
material.
4. Karl Mark memandang masyarakat terdiri dari dua kelas yang didasarkan pada
kepemilikan sarana dan alat produksi yaitu kelas borjuis dan proletar.
5. Kelas borjuis adalah kelompok yang memiliki sarana dan alat produksi yang dalam hal ini
adalah perusahaan sebagai modal dalam usaha.
6. Kelas proletar adalah kelas yang tidak memiliki sarana dan alat produksi sehingga dalam
pemenuhan akan kebutuhan ekonominya tidak lain hanyalah menjual tenaganya.
B. Konflik Ralf Dahrendof (1959)
Ralf Dahrendof menyatakan bahwa masyarakat terbagi dalam dua kelas atas dasar pemilikan
kewenangan (authority), yaitu kelas yang memiliki kewenangan (dominan) dan kelas yang tidak
memiliki kewenangan (subjeksi). Secara garis besar pokok-pokok teori ini adalah:
1. Setiap kehidupan sosial berada dalam proses perubahan, sehingga perubahan merupakan
gejala yang bersifat permanen yang mengisi setiap perubahan kehidupan sosial.
2. Setiap kehidupan sosial selalu terdapat konflik didalam dirinya sendiri, oleh sebab itu
konflik merupakan gejala yang permanen yang mengisi setiap kehidupan sosial.
3. Setiap elemen dalam kehidupan sosial memberikan andil bagi pertumbuhan dua variabel
yang saling berpengaruh.
4. Setiap kehidupan sosial, masyarakat akan terintegrasi di atas penguasaan atau dominasi
sejumlah kekuataan-kekuataan lain.
C. Jonathan Turner
Teori konflik dari Jonathan Turner, dia mengemukan 3 persoalan utama dalam
teori konflik yaitu,
1. Tidak ada definisi yang jelas mengenai konflik atau apa yang bukan konflik.
2. Teori konflik dilihat mengambang karena tidak menjelaskan unit analisis secara jelas,
apakah itu konflik individu, kelompok, institusi, organisasi atau konflik antar bangsa.
3. Teori konflik ini merupakan reaksi dari teori fungsionalisme struktural maka sulit
dipisahkan dari teori tersebut.
Turner memusatkan pada konflik sebagai suatu proses dari peristiwa-peristiwa atau fenomena
yang mengarah pada interaksi yang disertai kekerasan antara dua pihak atau lebih dan Turner
juga menjelaskan konflik yang terbuka, singkatnya adalah system sosial terdiri dari unit-unit
yang saling berhubungan satu sama lainnya dan didalamnya terdapat ketidakkeseimbangan
atas pembagian kekuasan dan kelompok-kelompok yang tidak memiliki kekuasan mulai
mempertanyakan legistimasi, pertanyaan tersebut mengubah kesadaran untuk mengubah
sistem alokasi kekuasan.
D. Lewis Coser (1913 - 2003)
Sosiolog konflik Amerika Serikat, Lewis Coser (1913-2003), bertitik berat pada konsekuensi-
konsekuensi terjadinya konflik pada sebuah sistem sosial secara keseluruhan. Teorinya
menunjukkan kekeliruan jika memandang konflik sebagai hal yang melulu merusak system
sosial, karena konflik juga dapat memberikan keuntungan pada masyarakat luas dimana
konflik tersebut terjadi.
Kinloch (2005) menyebutkan asumsi dari teori Coser adalah :
1. Asumsi awal Coser adalah konflik akan cenderung meningkatkan daripada menurunkan
penyesuaian sosial adaptasi dan memelihara batas kelompok. Konflik bersifat fungsional
dan non fungsional.
2. Konflik menurut Coser muncul ketika ada akses dari penuntut untuk memperoleh imbalan
sesuai dengan kerjanya. Konsekuensinya kemudian ditegaskan oleh tipe dalam struktur
sosial dan tipe perhatian masalah (isue consered), semua yang mempengaruhi fungsi proses
ini dalam masyarakat umum.
3. Tipe persoalan yang menyebabkan konflik adalah persoalan yang memperhatikan
legitimasi masyarakat dan melibatkan ketidaksetujuan asumsi dasar yang cenderung
menimbulkan konflik tingkat.
4. Secara umum, konflik fungsional akan memberikan dampak bagi sistem sosial sebagai
berikut : menstabilkan hubungan, memfungsikan kembali keberadaan keseimbangan,
menambah munculnya norma-norma baru, menyediakan mekanisme bagi penyesuaian diri
yang terus menerus dari keseimbangan kekuasaan, mengembangkan koalisi dan asosiasi
baru, menurunkan isolasi sosial, dan menyumbangkan untuk pemeliharaan garis batas
kelompok.
5. Selanjutnya di bawah kondisi khusus, konflik akan menghasilkan keadaan yang lebih
stabil, fleksibel dan sistem sosiai yang terpadu. Ringkasnya, konflik atas persoalan realistis
dalam struktur sosial yang terbuka memberikan kontribusi penyesuaian struktur yang lebih
hebat, fleksibilitas dan integrasi. Sebaliknya, konflik yang tidak realistis dalam lingkungan
yang fleksibel dan tertutup akan menimbulkan kekerasan dan disintegrasi.
E. Wright Mills (1916-1962)
Di Amerika Serikat, teori konflik muncul menjadi sebuah cabang teoretis oleh karena
ketidaksukaan pada sosiologi fungsionalisme yang berkembang saat itu. C. Wright Mills,
sosiolog Amerika 1960-an mengecam fungsionalisme melalui kritiknya tentang elit
kekuasaan di Amerika saat itu. Perdebatan Mills dan fungsionalisme ini pada dasamya
menunjukkan bagaimana sosiologi telah berkarib dengan ideologi. Tuduhan yang paling
besar adalah uraiannya tentang karya Parsons yang bermuatan ideologis dan menurutnya
sebagian besar isinya kosong/hampa. Secara metodologi, Mills lebih mirip dengan mazhab
Frankfurt atas kritiknya pada media massa, pemerintahan, dan militer. Salah satu contoh
proposisinya yang kontroversial adalah bahwa menurutnya di Amerika terjadi paradoks
demokrasi: bentuk pemerintahannya adalah demokrasi namun seluruh struktur
organisasinya cenderung diubah ke bentuk oligarkhi, hanya sedikit yang memiliki
kekuasaan politik.
Penelitian
Mills melakukan riset terhadap struktur kekuasan Amerika yang dari penelitian itu
diperoleh suatu hubungan dominatif, dimana stukrur sosial dikuasi elit dan rakyat adalah
pihak ada di bawah kontrol politisnya. Hubungan dominatif itu muncul karena elit-elit
berusaha memperoleh dukungan politis rakyat demi kepentingan mobilitas vertikal mereka
secara ekonomi dan politik. Elit-elit itu adalah militer, politisi, dan para pengusaha
(ekonomi). Mills menemukan bahwa mereka, para elit kekuasaan, mempunyai
kecederungan untuk kaya, baik diperoleh melalui investasi atau duduk dalam posisi
eksekutif. Satu hal penting lagi, mereka yang termasuk dalam elit kekuasaan sering kali
pindah dari satu bidang yang posisinya tinggi dalam bidang yang lain.
Kasus Amerika, Mills memberi contoh Jenderal Eisenhower yang kemudian menjadi
Presiden Eisenhower. Ada contoh lain yang diungkapkan Mills, seperti seorang laksmana
yang juga seorang bankir, seorang direktur, dan menjadi pimpinan perusahaan ekonomi
terkemuka. Elit-elit kekuasaan mempunyai keinginan besar terhadap perkembangan diri
mereka dan tentu saja secara politis mereka membutuhkan dukungan dari rakyat. Media
massa yang mempunyai posisi dan peran strategis dalam menyampaikan isu-isu nasional
merupakan alat bagi elit kekuasaan untuk meraih dukungan itu, yaitu melalui proses
komunikasi informasi satu arah bukan dialog. Proses itu merupakan bagian dari
doktrinisasi dan persuasi elit-elit kekuasaan. Masyarakat hanya bersifat pasif sebagai
penadah informasi-informasi elit kekuasan. Satu hal penting lainnya, rakyat tidak cukup
mengetahui realitas atau kebenaran sehingga begitu mudah menjadi salah satu pendukung
dari isu atau informasi yang disebarkan elit melalui media massa. Mills nenyebut mereka
sebagai masyarakat massa (mass society). Masyarakat massa seperti kerbau yang dicocok
hidungnya karena tidak memiliki pengetahuan dan kesadaran yang sejati tentang isi dari
informasi atau isu-isu para elit.
Perbandingan di Indonesia
Kita bisa menyaksikan di Indonesia elit-elit kekuasaan yang disebutkan Mills, dari
golongan politisi, militer, dan pengusaha ekonomi mempunyai karakter dan gerakan yang
serupa. Elit-elit kekuasaan di Indonesia menciptakan hubungan dominatif antara mereka
dan rakyat. Mereka juga bergerak mencapai posisi yang tinggi ke posisi (lebih) tinggi
lainnya. Pada pemilihan presiden tahun 2004 dapat ditemukan dua orang elit dari militer
berusaha mencapai posisi yang lebih tinggi dari yang sebelumnya, yaitu presiden atau
wakil presiden. Ada dua orang calon wakil presiden yang sebelumnya merupakan elit
pengusaha dan pejabat pemerintahan. Ada juga yang dulunya hanya aktifis politik dan
bersuami pengusaha bahkan tetah menjadi presiden. Tampaknya jelas sekali bahwa para
elit kekuasaan pada saat ini tengah melakukan pergerakan mendapatkan posisi yang lebih
tinggi dari sebelumnya untuk mobilitas vertikal secara ekonomi maupun politik.
Analisis kritis Mills sesungguhnya tidak langsung disebutkan sebagai bangunan teori
konflik. Tetapi ciri-ciri penting dalam analisisnya menunjukkan hubungan dominatif dalam
stuktur sosial antara kelompok-kelompok elit yang berusaha menambah kekayaannya
dengan masyarakat. Sampai di sini, secara singkat, dapat ditemukan bahwa teori Mills
tentang elit adalah pembuktian terhadap teorinya sebagai bagian dari teori konflik beraliran
kritis. Menurut C. Wright Mills (1959) keluarga struktural fungsionalisme (Parsonian),
justru telah menimbulkan konflik peran karena kedudukan para wanita dianggap sebagai
"budak kecil tercinta".
Teori konflik

More Related Content

What's hot

Uses and Gratification Theory
Uses and Gratification TheoryUses and Gratification Theory
Uses and Gratification Theorymankoma2013
 
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...Oswar Mungkasa
 
Etika Administrasi Publik
Etika Administrasi PublikEtika Administrasi Publik
Etika Administrasi PublikSiti Sahati
 
Intervensi militer dalam politik
Intervensi militer dalam politikIntervensi militer dalam politik
Intervensi militer dalam politikbedhess
 
Teori agenda setting
Teori agenda setting Teori agenda setting
Teori agenda setting mankoma2013
 
TAHAPAN PEMBUATAN KEBIJAKAN
TAHAPAN PEMBUATAN KEBIJAKANTAHAPAN PEMBUATAN KEBIJAKAN
TAHAPAN PEMBUATAN KEBIJAKANEDIS BLOG
 
Penetrasi Sosial
Penetrasi SosialPenetrasi Sosial
Penetrasi Sosialmankoma2013
 
Teori komunikasi kelompok
Teori komunikasi kelompokTeori komunikasi kelompok
Teori komunikasi kelompokKentos2069
 
Partisipasi Politik & Sosialisasi Politik
Partisipasi Politik & Sosialisasi PolitikPartisipasi Politik & Sosialisasi Politik
Partisipasi Politik & Sosialisasi PolitikUniversity of Andalas
 
media dan budaya populer
media dan budaya populermedia dan budaya populer
media dan budaya populerandre rahman
 
Teori Disonansi kognitif
Teori Disonansi kognitifTeori Disonansi kognitif
Teori Disonansi kognitifmankoma2012
 
Konsep konsep politik
Konsep konsep politikKonsep konsep politik
Konsep konsep politikNina Muhaemin
 
Teori pertimbangan sosial (social judgement theory)
Teori pertimbangan sosial (social judgement theory)Teori pertimbangan sosial (social judgement theory)
Teori pertimbangan sosial (social judgement theory)Nida Sabila Rafa
 
Teori pertukaran sosial
Teori pertukaran sosialTeori pertukaran sosial
Teori pertukaran sosialTeddy Ayomi
 
Tindakan komunikasi
Tindakan komunikasiTindakan komunikasi
Tindakan komunikasiLauna Usni
 

What's hot (20)

Uses and Gratification Theory
Uses and Gratification TheoryUses and Gratification Theory
Uses and Gratification Theory
 
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
Desentralisasi dan Otonomi Daerah di Indonesia. Konsep, Pencapaian, dan Agend...
 
Teori cultivation
Teori cultivationTeori cultivation
Teori cultivation
 
Formulasi kebijakan
Formulasi kebijakanFormulasi kebijakan
Formulasi kebijakan
 
Etika Administrasi Publik
Etika Administrasi PublikEtika Administrasi Publik
Etika Administrasi Publik
 
Intervensi militer dalam politik
Intervensi militer dalam politikIntervensi militer dalam politik
Intervensi militer dalam politik
 
Teori agenda setting
Teori agenda setting Teori agenda setting
Teori agenda setting
 
proses komunikasi dalam masyarakat
proses komunikasi dalam masyarakatproses komunikasi dalam masyarakat
proses komunikasi dalam masyarakat
 
TAHAPAN PEMBUATAN KEBIJAKAN
TAHAPAN PEMBUATAN KEBIJAKANTAHAPAN PEMBUATAN KEBIJAKAN
TAHAPAN PEMBUATAN KEBIJAKAN
 
Kolaborasi
KolaborasiKolaborasi
Kolaborasi
 
Penetrasi Sosial
Penetrasi SosialPenetrasi Sosial
Penetrasi Sosial
 
Teori komunikasi kelompok
Teori komunikasi kelompokTeori komunikasi kelompok
Teori komunikasi kelompok
 
Partisipasi Politik & Sosialisasi Politik
Partisipasi Politik & Sosialisasi PolitikPartisipasi Politik & Sosialisasi Politik
Partisipasi Politik & Sosialisasi Politik
 
media dan budaya populer
media dan budaya populermedia dan budaya populer
media dan budaya populer
 
Teori Disonansi kognitif
Teori Disonansi kognitifTeori Disonansi kognitif
Teori Disonansi kognitif
 
sistem politik di indonesia
sistem politik di indonesiasistem politik di indonesia
sistem politik di indonesia
 
Konsep konsep politik
Konsep konsep politikKonsep konsep politik
Konsep konsep politik
 
Teori pertimbangan sosial (social judgement theory)
Teori pertimbangan sosial (social judgement theory)Teori pertimbangan sosial (social judgement theory)
Teori pertimbangan sosial (social judgement theory)
 
Teori pertukaran sosial
Teori pertukaran sosialTeori pertukaran sosial
Teori pertukaran sosial
 
Tindakan komunikasi
Tindakan komunikasiTindakan komunikasi
Tindakan komunikasi
 

Similar to Teori konflik

TEORI KONFLIK DALAM DEMOKRASI -- HATTA MS.pptx
TEORI KONFLIK DALAM DEMOKRASI -- HATTA MS.pptxTEORI KONFLIK DALAM DEMOKRASI -- HATTA MS.pptx
TEORI KONFLIK DALAM DEMOKRASI -- HATTA MS.pptxHattaMS
 
2.sospol.pptx123-1.pptx
2.sospol.pptx123-1.pptx2.sospol.pptx123-1.pptx
2.sospol.pptx123-1.pptxYoCi2
 
Teori sosiologi klasik
Teori sosiologi klasikTeori sosiologi klasik
Teori sosiologi klasikIndraDermawan9
 
Konflik Sosial - Definisi, Penyebab, Teori.pptx
Konflik Sosial - Definisi, Penyebab, Teori.pptxKonflik Sosial - Definisi, Penyebab, Teori.pptx
Konflik Sosial - Definisi, Penyebab, Teori.pptxjongkosono
 
Buku Sosiologi Pendidikan.pdf
 Buku Sosiologi Pendidikan.pdf Buku Sosiologi Pendidikan.pdf
Buku Sosiologi Pendidikan.pdfMuhammadbahrulUla
 
Buku Sosiologi Pendidikan.docx
Buku Sosiologi Pendidikan.docxBuku Sosiologi Pendidikan.docx
Buku Sosiologi Pendidikan.docxMuhammadbahrulUla
 
PPT RASIONALISME
PPT RASIONALISMEPPT RASIONALISME
PPT RASIONALISMEWulan280944
 
PPT Paradigma dan teori sosial.ppt
PPT Paradigma dan teori sosial.pptPPT Paradigma dan teori sosial.ppt
PPT Paradigma dan teori sosial.pptFajarSKMMKes
 
KELOMPOK 3 berbagi pendidikan dengan kelas 11.pptx
KELOMPOK 3 berbagi pendidikan dengan kelas 11.pptxKELOMPOK 3 berbagi pendidikan dengan kelas 11.pptx
KELOMPOK 3 berbagi pendidikan dengan kelas 11.pptxPenikmatSenja14
 
Auguste comte
Auguste comteAuguste comte
Auguste comteBang Onno
 
teori konflik
teori konflikteori konflik
teori konflikSuff Fyee
 
Makalah sosiologi pend.
Makalah sosiologi pend.Makalah sosiologi pend.
Makalah sosiologi pend.PENJAGA HATI
 
POWER POINT "KONFLIK SOSIAL MASYARAKAT DAN PENDIDIKAN
POWER POINT "KONFLIK SOSIAL MASYARAKAT DAN PENDIDIKANPOWER POINT "KONFLIK SOSIAL MASYARAKAT DAN PENDIDIKAN
POWER POINT "KONFLIK SOSIAL MASYARAKAT DAN PENDIDIKANYompa Muda
 

Similar to Teori konflik (20)

Masyarakat sipil
Masyarakat sipilMasyarakat sipil
Masyarakat sipil
 
TEORI KONFLIK DALAM DEMOKRASI -- HATTA MS.pptx
TEORI KONFLIK DALAM DEMOKRASI -- HATTA MS.pptxTEORI KONFLIK DALAM DEMOKRASI -- HATTA MS.pptx
TEORI KONFLIK DALAM DEMOKRASI -- HATTA MS.pptx
 
Konflik n media nv
Konflik n media nvKonflik n media nv
Konflik n media nv
 
Konflik Dalam Tinjauan Sosiologi
Konflik Dalam Tinjauan SosiologiKonflik Dalam Tinjauan Sosiologi
Konflik Dalam Tinjauan Sosiologi
 
Bab 4 civil society
Bab 4 civil societyBab 4 civil society
Bab 4 civil society
 
TEORI KONFLIK.ppt
TEORI KONFLIK.pptTEORI KONFLIK.ppt
TEORI KONFLIK.ppt
 
2.sospol.pptx123-1.pptx
2.sospol.pptx123-1.pptx2.sospol.pptx123-1.pptx
2.sospol.pptx123-1.pptx
 
Teori sosiologi klasik
Teori sosiologi klasikTeori sosiologi klasik
Teori sosiologi klasik
 
Konflik Sosial - Definisi, Penyebab, Teori.pptx
Konflik Sosial - Definisi, Penyebab, Teori.pptxKonflik Sosial - Definisi, Penyebab, Teori.pptx
Konflik Sosial - Definisi, Penyebab, Teori.pptx
 
Buku Sosiologi Pendidikan.pdf
 Buku Sosiologi Pendidikan.pdf Buku Sosiologi Pendidikan.pdf
Buku Sosiologi Pendidikan.pdf
 
Buku Sosiologi Pendidikan.docx
Buku Sosiologi Pendidikan.docxBuku Sosiologi Pendidikan.docx
Buku Sosiologi Pendidikan.docx
 
PPT RASIONALISME
PPT RASIONALISMEPPT RASIONALISME
PPT RASIONALISME
 
PPT Paradigma dan teori sosial.ppt
PPT Paradigma dan teori sosial.pptPPT Paradigma dan teori sosial.ppt
PPT Paradigma dan teori sosial.ppt
 
KELOMPOK 3 berbagi pendidikan dengan kelas 11.pptx
KELOMPOK 3 berbagi pendidikan dengan kelas 11.pptxKELOMPOK 3 berbagi pendidikan dengan kelas 11.pptx
KELOMPOK 3 berbagi pendidikan dengan kelas 11.pptx
 
Auguste comte
Auguste comteAuguste comte
Auguste comte
 
teori konflik
teori konflikteori konflik
teori konflik
 
Makalah sosiologi pend.
Makalah sosiologi pend.Makalah sosiologi pend.
Makalah sosiologi pend.
 
POWER POINT "KONFLIK SOSIAL MASYARAKAT DAN PENDIDIKAN
POWER POINT "KONFLIK SOSIAL MASYARAKAT DAN PENDIDIKANPOWER POINT "KONFLIK SOSIAL MASYARAKAT DAN PENDIDIKAN
POWER POINT "KONFLIK SOSIAL MASYARAKAT DAN PENDIDIKAN
 
Konflik dan kekerasan
Konflik dan kekerasanKonflik dan kekerasan
Konflik dan kekerasan
 
Pembahasan
PembahasanPembahasan
Pembahasan
 

Recently uploaded

ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptAgusRahmat39
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajarHafidRanggasi
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptPpsSambirejo
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...MetalinaSimanjuntak1
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)MustahalMustahal
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...Kanaidi ken
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfNurulHikmah50658
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)PUNGKYBUDIPANGESTU1
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaAtiAnggiSupriyati
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxssuser50800a
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxdpp11tya
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxsyahrulutama16
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiaNILAMSARI269850
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfWidyastutyCoyy
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdfanitanurhidayah51
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...asepsaefudin2009
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxSlasiWidasmara1
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxssuser8905b3
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasarrenihartanti
 

Recently uploaded (20)

ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.pptppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
ppt-akhlak-tercela-foya-foya-riya-sumah-takabur-hasad asli.ppt
 
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajaraksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
aksi nyata penyebaran pemahaman merdeka belajar
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
1.3.a.3. Mulai dari Diri - Modul 1.3 Refleksi 1 Imajinasiku tentang Murid di ...
 
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
Prakarsa Perubahan ATAP (Awal - Tantangan - Aksi - Perubahan)
 
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...PELAKSANAAN  + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY &  WAREHOUSING...
PELAKSANAAN + Link-Link MATERI Training_ "Effective INVENTORY & WAREHOUSING...
 
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdfMODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
MODUL 1 Pembelajaran Kelas Rangkap-compressed.pdf
 
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR MATEMATIKA KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
POWER POINT MODUL 1 PEBI4223 (PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP)
 
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ikaIntegrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
Integrasi nasional dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptxKontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
Kontribusi Islam Dalam Pengembangan Peradaban Dunia - KELOMPOK 1.pptx
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesiapresentasi lembaga negara yang ada di indonesia
presentasi lembaga negara yang ada di indonesia
 
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdfSalinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
Salinan dari JUrnal Refleksi Mingguan modul 1.3.pdf
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
Materi Sosiologi Kelas X Bab 1. Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat (Kurikul...
 
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptxMODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
MODUL P5 KEWIRAUSAHAAN SMAN 2 SLAWI 2023.pptx
 
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptxPPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
PPT AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH DUA.pptx
 
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah DasarPPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
PPT Penjumlahan Bersusun Kelas 1 Sekolah Dasar
 

Teori konflik

  • 1. Nama : Reiven Chandra Wiguna Repi NIM : GAC 115 098 Jurusan : Ilmu Pemerintahan MK : Sosiologi Politik Teori konflik adalah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan, tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi yang berbeda dengan kondisi semula. Konflik” secara etimologis berasal dari bahasa latin “con” yang berarti bersama dan“fligere” yang berarti benturan atau tabrakan. Dengan demikian, “konflik” dalam kehidupan sosial berarti benturan pentingan,keinginan, pendapat, dan lain-lain yang paling tidak melibatkan dua pihak atau lebih. Teori konflik menurut para ahli A. Teori Konflik Karl Mark (1818-1883) Mark mempunyai beberapa pandangan tentang kehidupan sosial yaitu: 1. Masyarakat sebagai arena yang di dalamnya terdapat berbagai bentuk pertentangan. 2. Paksaan (coercion) dalam wujud hukum dipandang sebagai faktor utama untuk memelihara lembaga-lembaga sosial, seperti milik pribadi (property),perbudakan slavery), kapital yang menimbulkan ketidaksamaan hak dan kesamaan. Kesenjangan sosial terjadi dalam masyarakat karena berkerjanya lembaga paksaan tersebut yang bertumpu pada cara-cara kekerasan, penipuan, dan penindasan. Dengan demikian, titik tumpu dari konflik sosial adalah kesenjangan sosial 3. Bagi Mark, konflik sosial adalah pertentangan antara segmen-segmen masyarakat untuk memperebutkan assetaset yang bernilai. Jenis dari konflik antara individu, konflik antara kelompok, dan bahkan konflik antar bangsa. Tetapi bentuk konflik yang paling menonjol menurut Marx adalah konflik yang disebabkan oleh cara produksi barang barang yang material. 4. Karl Mark memandang masyarakat terdiri dari dua kelas yang didasarkan pada kepemilikan sarana dan alat produksi yaitu kelas borjuis dan proletar.
  • 2. 5. Kelas borjuis adalah kelompok yang memiliki sarana dan alat produksi yang dalam hal ini adalah perusahaan sebagai modal dalam usaha. 6. Kelas proletar adalah kelas yang tidak memiliki sarana dan alat produksi sehingga dalam pemenuhan akan kebutuhan ekonominya tidak lain hanyalah menjual tenaganya. B. Konflik Ralf Dahrendof (1959) Ralf Dahrendof menyatakan bahwa masyarakat terbagi dalam dua kelas atas dasar pemilikan kewenangan (authority), yaitu kelas yang memiliki kewenangan (dominan) dan kelas yang tidak memiliki kewenangan (subjeksi). Secara garis besar pokok-pokok teori ini adalah: 1. Setiap kehidupan sosial berada dalam proses perubahan, sehingga perubahan merupakan gejala yang bersifat permanen yang mengisi setiap perubahan kehidupan sosial. 2. Setiap kehidupan sosial selalu terdapat konflik didalam dirinya sendiri, oleh sebab itu konflik merupakan gejala yang permanen yang mengisi setiap kehidupan sosial. 3. Setiap elemen dalam kehidupan sosial memberikan andil bagi pertumbuhan dua variabel yang saling berpengaruh. 4. Setiap kehidupan sosial, masyarakat akan terintegrasi di atas penguasaan atau dominasi sejumlah kekuataan-kekuataan lain. C. Jonathan Turner Teori konflik dari Jonathan Turner, dia mengemukan 3 persoalan utama dalam teori konflik yaitu, 1. Tidak ada definisi yang jelas mengenai konflik atau apa yang bukan konflik. 2. Teori konflik dilihat mengambang karena tidak menjelaskan unit analisis secara jelas, apakah itu konflik individu, kelompok, institusi, organisasi atau konflik antar bangsa. 3. Teori konflik ini merupakan reaksi dari teori fungsionalisme struktural maka sulit dipisahkan dari teori tersebut. Turner memusatkan pada konflik sebagai suatu proses dari peristiwa-peristiwa atau fenomena yang mengarah pada interaksi yang disertai kekerasan antara dua pihak atau lebih dan Turner juga menjelaskan konflik yang terbuka, singkatnya adalah system sosial terdiri dari unit-unit
  • 3. yang saling berhubungan satu sama lainnya dan didalamnya terdapat ketidakkeseimbangan atas pembagian kekuasan dan kelompok-kelompok yang tidak memiliki kekuasan mulai mempertanyakan legistimasi, pertanyaan tersebut mengubah kesadaran untuk mengubah sistem alokasi kekuasan. D. Lewis Coser (1913 - 2003) Sosiolog konflik Amerika Serikat, Lewis Coser (1913-2003), bertitik berat pada konsekuensi- konsekuensi terjadinya konflik pada sebuah sistem sosial secara keseluruhan. Teorinya menunjukkan kekeliruan jika memandang konflik sebagai hal yang melulu merusak system sosial, karena konflik juga dapat memberikan keuntungan pada masyarakat luas dimana konflik tersebut terjadi. Kinloch (2005) menyebutkan asumsi dari teori Coser adalah : 1. Asumsi awal Coser adalah konflik akan cenderung meningkatkan daripada menurunkan penyesuaian sosial adaptasi dan memelihara batas kelompok. Konflik bersifat fungsional dan non fungsional. 2. Konflik menurut Coser muncul ketika ada akses dari penuntut untuk memperoleh imbalan sesuai dengan kerjanya. Konsekuensinya kemudian ditegaskan oleh tipe dalam struktur sosial dan tipe perhatian masalah (isue consered), semua yang mempengaruhi fungsi proses ini dalam masyarakat umum. 3. Tipe persoalan yang menyebabkan konflik adalah persoalan yang memperhatikan legitimasi masyarakat dan melibatkan ketidaksetujuan asumsi dasar yang cenderung menimbulkan konflik tingkat. 4. Secara umum, konflik fungsional akan memberikan dampak bagi sistem sosial sebagai berikut : menstabilkan hubungan, memfungsikan kembali keberadaan keseimbangan, menambah munculnya norma-norma baru, menyediakan mekanisme bagi penyesuaian diri yang terus menerus dari keseimbangan kekuasaan, mengembangkan koalisi dan asosiasi baru, menurunkan isolasi sosial, dan menyumbangkan untuk pemeliharaan garis batas kelompok. 5. Selanjutnya di bawah kondisi khusus, konflik akan menghasilkan keadaan yang lebih stabil, fleksibel dan sistem sosiai yang terpadu. Ringkasnya, konflik atas persoalan realistis dalam struktur sosial yang terbuka memberikan kontribusi penyesuaian struktur yang lebih
  • 4. hebat, fleksibilitas dan integrasi. Sebaliknya, konflik yang tidak realistis dalam lingkungan yang fleksibel dan tertutup akan menimbulkan kekerasan dan disintegrasi. E. Wright Mills (1916-1962) Di Amerika Serikat, teori konflik muncul menjadi sebuah cabang teoretis oleh karena ketidaksukaan pada sosiologi fungsionalisme yang berkembang saat itu. C. Wright Mills, sosiolog Amerika 1960-an mengecam fungsionalisme melalui kritiknya tentang elit kekuasaan di Amerika saat itu. Perdebatan Mills dan fungsionalisme ini pada dasamya menunjukkan bagaimana sosiologi telah berkarib dengan ideologi. Tuduhan yang paling besar adalah uraiannya tentang karya Parsons yang bermuatan ideologis dan menurutnya sebagian besar isinya kosong/hampa. Secara metodologi, Mills lebih mirip dengan mazhab Frankfurt atas kritiknya pada media massa, pemerintahan, dan militer. Salah satu contoh proposisinya yang kontroversial adalah bahwa menurutnya di Amerika terjadi paradoks demokrasi: bentuk pemerintahannya adalah demokrasi namun seluruh struktur organisasinya cenderung diubah ke bentuk oligarkhi, hanya sedikit yang memiliki kekuasaan politik. Penelitian Mills melakukan riset terhadap struktur kekuasan Amerika yang dari penelitian itu diperoleh suatu hubungan dominatif, dimana stukrur sosial dikuasi elit dan rakyat adalah pihak ada di bawah kontrol politisnya. Hubungan dominatif itu muncul karena elit-elit berusaha memperoleh dukungan politis rakyat demi kepentingan mobilitas vertikal mereka secara ekonomi dan politik. Elit-elit itu adalah militer, politisi, dan para pengusaha (ekonomi). Mills menemukan bahwa mereka, para elit kekuasaan, mempunyai kecederungan untuk kaya, baik diperoleh melalui investasi atau duduk dalam posisi eksekutif. Satu hal penting lagi, mereka yang termasuk dalam elit kekuasaan sering kali pindah dari satu bidang yang posisinya tinggi dalam bidang yang lain. Kasus Amerika, Mills memberi contoh Jenderal Eisenhower yang kemudian menjadi Presiden Eisenhower. Ada contoh lain yang diungkapkan Mills, seperti seorang laksmana yang juga seorang bankir, seorang direktur, dan menjadi pimpinan perusahaan ekonomi terkemuka. Elit-elit kekuasaan mempunyai keinginan besar terhadap perkembangan diri
  • 5. mereka dan tentu saja secara politis mereka membutuhkan dukungan dari rakyat. Media massa yang mempunyai posisi dan peran strategis dalam menyampaikan isu-isu nasional merupakan alat bagi elit kekuasaan untuk meraih dukungan itu, yaitu melalui proses komunikasi informasi satu arah bukan dialog. Proses itu merupakan bagian dari doktrinisasi dan persuasi elit-elit kekuasaan. Masyarakat hanya bersifat pasif sebagai penadah informasi-informasi elit kekuasan. Satu hal penting lainnya, rakyat tidak cukup mengetahui realitas atau kebenaran sehingga begitu mudah menjadi salah satu pendukung dari isu atau informasi yang disebarkan elit melalui media massa. Mills nenyebut mereka sebagai masyarakat massa (mass society). Masyarakat massa seperti kerbau yang dicocok hidungnya karena tidak memiliki pengetahuan dan kesadaran yang sejati tentang isi dari informasi atau isu-isu para elit. Perbandingan di Indonesia Kita bisa menyaksikan di Indonesia elit-elit kekuasaan yang disebutkan Mills, dari golongan politisi, militer, dan pengusaha ekonomi mempunyai karakter dan gerakan yang serupa. Elit-elit kekuasaan di Indonesia menciptakan hubungan dominatif antara mereka dan rakyat. Mereka juga bergerak mencapai posisi yang tinggi ke posisi (lebih) tinggi lainnya. Pada pemilihan presiden tahun 2004 dapat ditemukan dua orang elit dari militer berusaha mencapai posisi yang lebih tinggi dari yang sebelumnya, yaitu presiden atau wakil presiden. Ada dua orang calon wakil presiden yang sebelumnya merupakan elit pengusaha dan pejabat pemerintahan. Ada juga yang dulunya hanya aktifis politik dan bersuami pengusaha bahkan tetah menjadi presiden. Tampaknya jelas sekali bahwa para elit kekuasaan pada saat ini tengah melakukan pergerakan mendapatkan posisi yang lebih tinggi dari sebelumnya untuk mobilitas vertikal secara ekonomi maupun politik. Analisis kritis Mills sesungguhnya tidak langsung disebutkan sebagai bangunan teori konflik. Tetapi ciri-ciri penting dalam analisisnya menunjukkan hubungan dominatif dalam stuktur sosial antara kelompok-kelompok elit yang berusaha menambah kekayaannya dengan masyarakat. Sampai di sini, secara singkat, dapat ditemukan bahwa teori Mills tentang elit adalah pembuktian terhadap teorinya sebagai bagian dari teori konflik beraliran kritis. Menurut C. Wright Mills (1959) keluarga struktural fungsionalisme (Parsonian), justru telah menimbulkan konflik peran karena kedudukan para wanita dianggap sebagai "budak kecil tercinta".