SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Dalam kehidupan sosial manusia, di mana saja dan kapan saja, tidak pernah lepas dari
apa yang disebut “konflik” (Chandra, 199w; Lauer, 1993). William Chang (2001)
mempertanyakan”benarkah konflik soaial hanya berakar pada ketidakpuasan batin,
kecemburuan, iri hati, kebencian, masalah perut, masalah tanah, masalah tempat tinggal,
masalah pekerjaan, masalah uang, dan masalah keuangan?”, ternyata jawabannya ”tidak”;
dan dinyatakan oleh Chang bahwa emosi manusia sesaat pun dapat memicu terjadinya
konflik sosial.
Kehidupan sosial itu, kalau dicermati komponen utamanya adalah interaksi antara
para anggota. Tipe-tipe interaksi sosial secara umum meliputi: cooperative (kerjasama),
competition (persaingan) dan conflict (pertikaian). Dalam kehidupan sosial sehari-hari
tampaknya selain diwarnai oleh kerjasama, senantiasa juga diwarnai oleh berbagai bentuk
persaingan dan konflik. Bahkan dalam kehidupan sosial tidak pernah ditemukan seluruh
warganya sepanjang masa bersifat kooperatif. Sehubungan dengan itu, timbul pertanyaan apa
itu

konflik,

bagaimana

konflik

sosial,struktur-fungsi,

dan

integritasnya,bagaimana

masyarakat menurut perspektif struktural konflik serta bagaimana proporsi dan asumsi dari
struktural konflik tersebut?

1.2.RUMUSAN MASALAH
Dalam makalah ini, terdapat beberapa rumusan masalah:
a. Apa itu konflik?
b. Bagaimana Konflik Sosial, Struktur-Fungsi, dan Integrasi?
c. Masyarakat menurut perspektif struktural konflik?
d. Bagaimana Proporsi-proporsi teori structural konflik sebagai dasar dari strategi konflik ?
e. Asumsi yang mendasari teori structural konflik?

1
1.3.TUJUAN
Pembuatan makalah ini bertujuan agar kita Mengetahui apa itu konflik , bagaimana
proporsi-proporsi teori structural konflik sebagai dasar dari strategi konflik, serta
bertujuan untuk memenuhi tuntutan tugas pada mata kuliah sosiologi pendidikan .

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN KONFLIK
Istilah konflik secara etimologis berasal dari bahasa Latin ”con” yang berarti
bersama ”fligere” yang berarti benturan dan tabrakan. Dengan demikian ”konflik” dalam
kehiupan sosial benturan kepentingan, keinginan, pendapat, dan lain-lain, yang paling
tidak melibatkan dua pihak atau lebih.
Dalam International Encyclopedia of the Social Sciences VOL. 3 (hal. 236-241)
diuraikan mengenai pengertian konflik dari aspek antropologi, yakni ditimbulkan sebagai
akibat dari persaingan antara paling tidak dua pihak; di mana tiap-tiap pihak dapat berupa
perorangan, keluarga, kelompok kekerabatan, satu komunitas, atau mungkin satu lapisan
kelas sosial pendukung ideologi tertentu, satu organisasi politik, satu suku bangsa, atau
satu pemeluk agam tertentu (Nader, t.t.). dengan demikian pihak-pihak dapat terlibat
dalam konflik meliputi banyak macam bentuk dan ukurannya. Selain itu, dapat pula
dipahami bahwa pengertian konflik secara antropologis tersebut tidak berdiri sendiri,
melainkan secara bersama-sama dengan pengertian konflik menurut aspek-aspek lain
yang semuanya itu turut ambil bagian dalam memunculkan konflik sosial dalam
kehidupan kolektif manusia (Chang, 2001).Teori konflik menurut Karl Max,dkk :
1. pendapatan teori struktural konflik tentang fenomena masyarakat.
2. Struktural konflik mengkritik struktural fungsional dengan berbagai alasan.

3
Tabel 1-1 DUA PERSPEKTIF UTAMA DALAM SOSIOLOGI
Persepsi tentang

Teori fungsionalis

masyarakat

Suatu

sistem

Teori konflik

yang

stabil

dari Suatu siste yang tidak stabil dari

kelompok-kelompok yang bekerja kelompok-kelompok dan kelassama.
Kelas sosial

kelas yang saling bertentangan.

Suatu tingkat status dari orang-orang Sekelompok

orang

yang

yang memperoleh pendapatan dan memiliki kepentingan ekonomi
memiliki gaya hidup yang serupa. dan kebutuhan kekuasaan yang
Berkembang dari isi perasaan orang serupa.
dan kelompok yang berbeda.

Berkembang

keberhasilan
dalam

dari

sebagian

orang

mengeksploitasi

orang

lain.
Perbedaan sosial Tindakan dapat dihindarkan dalam Tidak perlu dan tidak adil.
susunan masyarakat yang kompleks. Terutama disebabkan perbedaan
Terutama

disebabkan

perbedaan dalam

kekuasaan.

kontribusi dari kelompok-kelompok dihindarkan
yang berbeda.

Dapat

dengan

jalan

penyusunan kembali masyarakat
secara sosialistis.

Perubahan sosial Timbul dari perubahan kebutuhan Dipaksakan oleh suatu kelas
fungsional masyarakat yang terus terhadap kelas lainnya untuk
berubah.
Tata tertib sosial

kepentingan kelas pemaksa.

Hasil usaha tidak sadar dari orang- Dihasilkan dan dipertahankan
orang

untuk

kegiatan-kegiatan

mengorganisasi oleh pemaksa yang terorganisasi
mereka

secara oleh kelas-kelas yang dominan.

produktif.
Nilai-nilai

Konsensus

atas

nilai-nilai

mempersatukan masyarakat.

yang Kepentingan yang bertentangan
akan memecah belah masyarakat
khayalan(ilusi) konsensus nilainilai dipertahankan oleh kelaskelas yang dominan.

Lembaga-

Menanamkan nilai-nilai umum dan Menanamkan

nilai-nilai

dan
4
lembaga sosial: kesetiaan

yang

mempersatukan kesetiaan

yang

melindungi

gereja, sekolah, masyarakat.

golongan yang mendapat hak-

media massa.

hak istimewa.

Hukum

dan Menjalankan

pemerintahan

peraturan

yang Menjalankan

mencerminkan konsensus nilai-nilai dipaksakan
masyarakat.

peraturan
oleh

kelas

yang
yang

dominan untuk melindungi hakhak istimewa.

2.2. KONFLIK SOSIAL,STRUKTUR-FUNGSI DAN INTEGRITAS
Kondisi kehidupan sosial tertentu kalau dikaitkan dengan konflik, tentunya tidak
sederhana, karena setiap konflik antaranggota dalam kehidupan sosial itu tidak selalu
bentuk dan sifatnya sama (misalnya ada konflik individual atau kelompok, konflik
terpendam atau terbuka, dan lain-lain). Dengan demikian memang ada variasi dalam
konflik, baik atas dasar bentuk, sifat, penyebab terjadinya, maupun langkah
penyelesaiannya.
Selanjutnya dapat dijelaskan pula bahwa dalam persoalan konflik ini perlu
diperhatikan konteks struktur dan fungsi dalam kehidupan sosial tertentu sebagai suatu
unit entitas akan berpengaruh terhadap konflik yang terjadi di situ.
1. Struktur
Peter M. Blau (1997) menyatakan bahwa struktur sosial adalah penyebaran secara
kuantitatif warga komunitas di dalam berbagai posisi sosial yang berbeda yang
mempengaruhi hubungan di antara mereka (termasuk di dalamnya hubungan konflik).
Karakteristik pokok dari struktur yaitu adanya berbagai tingkat ketidaksamaan atau
keberagaman antarbagian dan konsolidasi yang timbul dalam kehidupan bersama,
sehingga mempengaruhi derajat hubungan antarbagian tersebut yang berupa dominasi,
eksploitasi, konflik, persaingan, dan kerjasama. Selanjutnya Blau mengelompokkan basis
parameter pembedaan struktur menjadi dua, yaitu nominal dan gradual. Parameter
nominal membagi komunitas menjadi sub-sub bagian atas dasar batas yang cukup jelas,
seperti agama, ras, jenis kelamin, pekerjaan, marga, tempat kerja, tempat tinggal, afiliasi
5
politik, bahasa, nasionalitas, dan sebagainya. Kalau dicermati, pengelompokan ini
bersifat horizontal, dan akan melahirkan berbagai ”golongan”. Adapun parameter gradual
membagi komunitas k dalam kelompok sosial atas dasar peringkat status yang
menciptakan perbedaan kelas, seperti pendidikan, pendapatan, kekayaan, prestise,
kekuasaan, kewibawaan, itelegensia, dan sebagainya. Jadi pengelompokan ini bersifat
vertikal, yang akan melahirkan berbagai ”lapisan.”
Atas dasar struktur sosial yang dikemukakan Blau di atas, dapat disebutkan bahwa
interaksi antarbagian dalam kehidupan bersama dapat terjadi antarkelompok, baik atas
dasar parameter nominal maupun gradual; bahkan tidak hanya secara internal tetapi dapat
juga secara eksternal. Interaksi antarbagian dalam kehidupan sosial, atas dasar parameter
nominal atau gradual dapat menimbulkan konflik antarindividu anggota dari berbagai
”golongan” dan ”lapisan” tadi. Sementara itu, menurut Dahrendorf (1986), konflik sosial
mempunya sumber struktural, yakni hubungan kekuasaan yang berlaku dalam struktur
organisasi sosial. Dengan kata lain, konflik antarkelompok dapat dilihat dari sudut
keabsahan hubungan kekuasaan yang ada atau dari sudut strukur sosial setempat
(Dahrendorf, 1986; Simanjuntak, 1994).
2. Fungsi
Berdasarkan konsep Parsons (1951), setiap sistem sosial diperlukan persyaratan
fungsional. Di antara persyaratan itu dijelaskan bahwa sistem sosial harus dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan dengan tuntutan transformasi pada setiap
kondisi tindakan warga (adaptation). Berikutnya, tindakan warga diarahkan untuk
mencapai tujuan bersama (goal attainment). Kemudian persyaratan lain adalah bahwa
dalam interaksi antarwarga setidaknya harus ada suatu tingkat solidaritas, agar struktur
dan sistem sosial berfungsi (integration). Tampaknya apa yang dikemukakan Parsons itu
cukup relevan untuk dipakai sebagai salah satu dasar dalam menganalisis secara
struktural dan fungsional konflik sosial; dan atas dasar konsep Parsons ini pengetahuan
mengenai konflik sosial akan lebih memadai. Sehubungan dengan itu Coser (t.t.)
menyatakan bahwa konflik adalah suatu komponen penting dalam setiap interaksi sosial.
Oleh karena itu, menurut Coser (1974), konflik tidak perlu dihindari, sebab konflik tidak
6
boleh dikatakan selalu tidak baik atau memecah belah atau merusak. Dengan kata lain,
konflik dapat menymbang banyak bagi kelestarian kehidupan sosial, bahkan
mempercepat hubungan antaranggota.
Berbicara tentang fungsi ternyata tidak hanya sekadar berkait dengan hal peran.
Relasi fungsi tidak selalu terpadu (integratif) karena dapat saja relasi yang saling
berkonflik, lebih-lebih kalau di dalamnya ada fraksi. Dalam fungsi terdapat struktur,
dalam fakta sosial terdapat struktur dan fungsi yang terkait erat (kalau tanpa kaitan berarti
bukan struktur. Teori fungsi tidak dirancang dalam kaitannya dengan perubahan sehingga
antara keduanya sulit untuk dikaitkan. Sering teori ini hany terbatas menyangkut
hubungan-hubungan yang serasi atau seimbang (equilibrium) saja, dan kurang mampu
melihat potensi-potensi konflik yang mungkin ada (Brown, 1980). Pencampuran teori ini
dengan teori perubahan baru muncul kemudian. Berbicara khusus tentang perubahan,
umumnya menyangkut prilaku, ini pun memerlukan waktu yang panjang. Hanya
perubahan yang radikal yang dapat mengubah struktur dan fungsi.
3. Institusi Sosial dan Kaitannya dengan Struktur dan Fungsi
Bronislaw Malinowski dalam membuat deskripsi etnografi, sedapata mungkin
menerapkan teori fungsional, meskipun tidak semuanya berhasil. Menurutnya, manusia
dalam memenuhi kebutuhan secara individual tetapi melalui kehidupan bersama (sosial)
secara terorganisasi atau tertata dalam hukum atau nilai-nilai tertentu. Sehubungan
dengan itu, tujuan akhir yang mereka capai adalah kesepakatan bersama. Kesepakatan
bersama mengenai tujuan-tujuan ini akan dicapai atas dasar nilkai-nilai umum yang
berlaku. Semua ini, menurut Malinowski, disebut charter, yang diartikan sebagai suatu
sistem yang terorganisasi tentang aktivitas-aktivitas sosial yang penuh tujuan (yang
didasarkan atas nilai umum dan kesepakatanh bersama). Sistem nilai dan tujuan bersama
ini dapat diartikulasikan secara lebih kongkret menjadi norma. Prinsip-prinsip integrasi
akan tercermin dalam institusi sosial, dan inilah basic needs manusia. Prinsip-prinsip
integrasi ini merupakan bagian dari basic needs itu sendiri. Semntara responnya adalah
kebudayaan yang diwujudkan dalam pembentukan institusi-institusi sosial. Kebudayaan

7
sebagai respon basic needs dapat diindikasikan sebagai instrumen untuk mencapai tujuan,
sehingga memuaskan basic needs tersebut (Malinowski, 1960; Brown, 1980).
Radxliffe Brown dengan pendekatan antropologi-sosialnya ternyata seperti
metode yang diterapkan dalam ilmu alam atau fisika. Dengan pendekatan komparasi
untuk memperoleh pemahaman tentang keseluruhan komunitas. Adapun hal yang
dikomparasikan adalah struktur keseluruhan komunitas dan bukan bagian-bagian. Dalam
hal ini, sebenarnya Brown mengadopsi apa yang pernah dikerjakan oleh Emile
Durkheim, sebelum akhirnya berubah ke pendekatan analisis struktural. Fungsionalisme
Brown untuk membentuk suatu struktur sosial dalam konteks masa kini (tanpa
menggunakan fakta historis, karena dianggap tidak tyerlalu berguna). Hal yang
ditekankan adalah proses yang berkaitan dengan adaptasi pada masyarakat atau
komunitas yang diteliti itu sendiri (Brown, 1980). Mengenai konsep institusi dikenal
perbedaan pendekatan antara Brown dengan Malinowski. Brown menganggap komunitas
sebagai keutuhan lebih berarti daripada sebagai bagian-bagian yang dikumpulkan.
Sementara itu, menurut Malinowski, institusi trerbentuk bukan karena basic needs
komunitas, tetapi pemenuhan basic needs individu; karena pemenuhan kebutuhan tidak
mungkin dapat dipenuhi sendiri (jadi diperlukan keberadaan orang lain). Sehubungan
perlunya keberadaan orang lain, Firth (1963) menyatakan: ”a human community is a
body people sharing in common activities and bound by multiple relationship in such a
way that the aims of any individuals can be achieved only by partisipation in action with
others.”
4. Integrasi dan Konflik Sosial
Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa Malinowski dan Brown
mengajukan teori integrasi keseimbangan dan keharmonisan sosial, sedangkan konflik
mengacu pertentangan dalam komunitas menuju perpecahan. Pertanyaan yang kemudian
muncul adalah kalau integrasi dan konflik (dua hal yang saling bertolak belakang)
senantiasa adalam kehidupan sosial, lalu bagaimana keterkaitan antar keduanya, paling
tidak, apa fungsi konflik bagi kehidupan sosial yang bersangkutan.

8
Menurut van Baal (1988), konflik adalah produk kebudayaan, dan kebudayaan
adalah produk dari struktur sosial. Melalui pengetahuan ada tidaknya hubungan struktural
dan fungsional dalam kehidupan sosial, akan memudahkan penyelesaian kasus konflik
yang selalu atau akan selalu terjadi di dalamnya.
Fakta sosial, menurut Durkheim, bukan sekadar apa yang dilihat, tetapi juga apa
yang ada di dalmnya yang tidak dapt dilihat. Semua gejala sosial seharusnya dipahami
sebagai hasil dari sikap dan prilaku manusia secara individual. Faktor sikap dan prilaku
para individu ini yang menggambarkan keberadaan suatu kehidupan sosial. Fakta sosial
(termasuk faktor kebudayaan di dalamnya)-lah yang mengenndalikan individu, dan
buykan individu yang mengatur kehidupan sosial. Dalam hal ini, fakta sosial terbentuk
secara alami dan posisinya eksternal. Eksternal yyang dimaksud di sini adalah dalam
posisi sebagai pengendali diri individu dalam kehidupan bersama.
Pendekatan terhadap konflik dapat diterapkan dengan memperhatikan aspek
struktural dan fungsional dari kehidupan sosial setempat. Pendekatan strukturalfungsional ini sudah berkembang sejak lama dalam studi Antropologi dan Sosiologi.
Terkait dengan pendekatan struktural-fungsional ini secara khusus mengingatkan kita
pada nama-nama, seperti: Bronislaw Malinowsky dan Radcliffe Brown dan yang
kemudian diikuti antara lain oleh Talcott Parson dan Lewis A. Coser yang pernah
melakukan analisis konflik dengan pendekatan fungsional (Johnson, 1990). Konsep
fungsi juga melibatkan struktur yang terjadi dalam satu rangkaian hubungan di antara
kesatuan entitas, di mana bertahannya struktur didukung oleh proses kehidupan yang
terjadi dalam aktivitas kesatuan yang terdapat di dalamnnya (Brown, 1980). Selanjutnya,
dikemukakan bahwa tiap-tiap persoalan dalam kehidupan setiap komunitas itu
mempunyai fungsi.
Pada hakikatnya, konflik sebagai salah satu bentuk interaksi antaranggota dalam
kehidupan sosial telah ada sejak manusia hidup bersama. Beberapa contoh variasi
penyebab terjadinya konflik, meskipun tidak dari awal, dapat dikemukakan sebagai
berikut. Sejak zaman kolonial, telah terjadi kecenderungan pemusatan pemilikan dan
penguasaan atas tanah pertanian yang dikuasi oleh sejumlah kecil petani, yakni petani
9
lapisan atas tadi. Sebaliknya petani lapisan bawah hanya menguasai sebagian kecil tanah
pertanian yang ada di suatu desa tertentu. Polarisasi tanah seperti itu telah menyebabkan
terjadinya polarisasi sosial, yaitu proses perenggangan dan pertentangan antarlapisan
sosial di pedesaan (Amaludin, 1987), yang pada gilirannya akan menjadi penyebab
timbulnya konflik sosial.
Belakangan ini, kemajuan dalam bidang komunikasi juga berdampak sama pesat
bagi warga kota dan komunitas pedesaan. Pengaruh globalisasi informasi dan komunikasi
bagi warga kominitas pedesaan umumnya cenderung mempertahankan tata nilai
tradisional di satu pihak dan cenderung meninggalkan tata nilai tersebut di pihak yang
lain. Sebab efek dari hilangnya isolasi komunitas desa dengan dunia luar adalah
terganggunya ciri-ciri kehidupan komunitas desa yang murni, bersamaan dengan
berkembangnya anggota komunitas itu sendiri (Leibo, 1995). Para anggota generasi tua
cenderung berada pada kelompok yang mempertahankan tata nilai tradisional, sedangkan
generasi muda berada pada kelompok yang berlawanan. Batasan mengenai apa yang
boleh dan yangtidak boleh pun mulai dipertentangkan. Perbedaan pandangan antara dua
generasi ini akan menimbulkan kesenjangan sosial dan persinggungan budaya yang dapat
berakibat fatal bagi keutuhan masyarakat (Depdikbud, 1993).
Sementara itu, upaya pencegahan untuk tidak terlalu banyaknya kasus konflik
dalam suatu komunitas, adalah membuat warga menghormati dan mematuhi peraturan.
Selain itu, penanaman rasa takut akan balas dendam adalah alat pemaksa bagi warga
komunitas untuk mematuhi peraturan yang berlaku. Satu bentuk penyelesaian konflik
seperti yang di kalangan orang Ifago (filipina) adalah berperannya tokoh penengah. Cara
pemanfaatn peran penengah ini digarap sebagai langkah pertama dalam upaya
penyelesaian konflik secara lebih trorganisasi (van Baal, 1988).
2.3.MASYARAKAT MENURUT PERSPEKTIF STRUKTURAL KONFLIK
Masyarakat menurut teori ini adalah :
1. Masyarakat terdiri atas kekuatan yang mendorongperubahan social sebagai konsekuensi
dari ketegangan dan perjuangan hidup,
2. Perjuangan manusia merupakan mesin perubahan kearah kemajuan, oleh karenanya
konflik social merupakan inti dari proses sejarah.
10
3. Sebagai fakta social, masyarakat adalah suatu keseluruhan dan ia adalah sebuah realitas
yang dapat diukur dan diobservasi.
4. Manusia dalam masyarakat menentukan sejarahnya sendiri yang dikerjakan melalui
kerja mereka.
5. Materi (body) lebih menentukan atau mendominasi pikiran (mind )dan bukan mind yang
menentukan material (body)di aletika materialistic.
6. Masyarakat terdiri dari 2 kelas yaitu kelas dari sejumlah kecil orang yang memiliki
modal (menguasai alat-alat produksi): borjuis,dan sekelompok orang yang tidak
memiliki modal atau alat-alat produksi: Proletar
2.4.PROPORSI-PROPORSI TEORI STRUKTURAL KONFLIK SEBAGAI DASAR DARI
STRATEGI KONFLIK
Proporsi-proporsi tersebut yaitu:
1. Kehidupan social pada dasarnya merupakan arena konflik diantara/didalam kelompokkelompok yang berkepentingan.
2. Sumber-sumber daya ekonomi dan kekuatan politik adalah hal penting diperebutkan oleh
berbagai kelompok.
3. Adanya konflik menyebabkan masyarakat terbagi atas kelompok determinasi secara
ekonomi dan kelompok yang tersubordinasi.
4. Pola social suatu masyarakat dapat di tentukan oleh pengaruh social dari kelompok yang
secara ekonomi oleh kelompok determinan.
5. Kelompok dan kelompok social di dalam atau diantara masyarakat melhirkan perubahan
social.
6. Karena konflik adalah cirri dasar kehidupan social maka perubahan social menjadi
lumrah terjadi.

2.5.ASUMSI-ASUMSI YANG MENDASARI TEORI STRUKTURAL KONFLIK
Asumsi yang mendasari structural konflik:
1. Perubahan merupakan gejala melekat pada setiap masyarakat.
2. Konflik adalah gejala yang selalu melekat dalam setiap masyarakat.
3. Setiap unsur dalam masyarakat memberikan sumbangan bagi terjadinya
disintegrasi dan perubahan social.
11
4. Setiap masyarakat terintegrasi diatas penguasaan /dominasi yang di lakukan oleh
sejumlah orang terhadap sejumlah orang lainnya.
Menurut Dahrendorf , asumsi utama dari perspektif ini ada empat, yaitu;
1. Setiap masyarakat tunduk pada proses perubahan;
2. Disensus dan konflik terdapat di mana-mana;
3. Setiap unsur masyarakat memberikan sumbangan pada disintegrasi dan perubahan
masyarakat;
4. Setiap masyarakat didasarkan pada paksaan beberapa orang anggota terhadap
anggota lainnya.

12
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
”konflik” dalam kehidupan sosial benturan kepentingan, keinginan, pendapat, dan
lain-lain, yang paling tidak, melibatkan dua pihak atau lebih. Kondisi kehidupan sosial
tertentu kalau dikaitkan dengan konflik, tentunya tidak sederhana, karena setiap konflik
antaranggota dalam kehidupan sosial itu tidak selalu bentuk dan sifatnya sama (misalnya
ada konflik individual atau kelompok, konflik terpendam atau terbuka, dan lain-lain).
Dengan demikian memang ada variasi dalam konflik, baik atas dasar bentuk, sifat,
penyebab terjadinya, maupun langkah penyelesaiannya.
perspektif ini memiliki proporsi sebagai berikut :
 Setiap masyarakat dalam segala hal tunduk pada proses perubahan; perubahan sosial
terjadi dimana saja.
 Setiap masyarakat dalam segala hal memperlihatkan ketidaksesuaian dan konflik;
konflik sosial terdapat dimana saja.
 Setiap unsur dalam masyarakat memberikan kontribusi terhadap perpecahan dan
perubahannya.
 Setiap masyarakat berdasarkan atas penggunaan kekerasan oleh sebagian anggotanya
terhadap anggota yang lain.
3.2. SARAN
Setelah mempelajari dan membahas mata kuliah ilmu sosiologi pendidikan
mengenai “pendidikan dalam perspektif structural konflik”, di harapkan pada mahasiswa
dapat mengetahui dan memahami pokok bahasan ini dengan sebaik mungkin. Kami
sebagai penulis mengharapkan kritik serta saran dari rekan-rekan sekalian guna
membangun kesempurnaan makalah ini untuk masa yang akan datang. Terima kasih.

13
DAFTAR PUSTAKA
Paul B.horton dan chester L. Hunt.sosiologi edisi keenam jilid 1.1984.jakarta:Erlangga.
http://agussetiaman.wordpress.com/2008/11/25/perspektif-sosiologi/
http://astarhadi.blog.com/2007/12/11/konflik-sosial-dalam-perspektif-struktur-dan-fungsi/
http://massofa.wordpress.com/2008/02/06/perubahan-sosial-dan-perspektif-sosiologi/

14

More Related Content

What's hot

Teori struktural fungsional - Talcot Parsons
Teori struktural fungsional - Talcot ParsonsTeori struktural fungsional - Talcot Parsons
Teori struktural fungsional - Talcot ParsonsTrisna Nurdiaman
 
Pengertian teori fungsional struktural
Pengertian teori fungsional strukturalPengertian teori fungsional struktural
Pengertian teori fungsional strukturalHestu Subhika Garindi
 
Fungsionalisme struktural emile durkheim dan Auguste Comte
Fungsionalisme struktural emile durkheim dan Auguste ComteFungsionalisme struktural emile durkheim dan Auguste Comte
Fungsionalisme struktural emile durkheim dan Auguste ComteAnissatul Mukhoiriyah
 
Teori Sosiologi Modern dan Postmodern
Teori Sosiologi Modern dan PostmodernTeori Sosiologi Modern dan Postmodern
Teori Sosiologi Modern dan Postmodernafifahdhaniyah
 
Teori teori sosiologi pendidikan
Teori teori sosiologi pendidikanTeori teori sosiologi pendidikan
Teori teori sosiologi pendidikanAni Mahisarani
 
makalah sosiologi organisasi sms 3
makalah sosiologi organisasi sms 3makalah sosiologi organisasi sms 3
makalah sosiologi organisasi sms 3oyyim_ut
 
Bab 1 sosiologi dan pembelajaran
Bab 1 sosiologi dan pembelajaranBab 1 sosiologi dan pembelajaran
Bab 1 sosiologi dan pembelajaranAsyikin4996
 
Sosiologi dan pembelajaran (Bab 1)
Sosiologi dan pembelajaran (Bab 1)Sosiologi dan pembelajaran (Bab 1)
Sosiologi dan pembelajaran (Bab 1)NurSyaqina
 
Documents.tips kps 3014-pengurusan-pembelajaran-kumpulan-j-sosiologi-dan-pemb...
Documents.tips kps 3014-pengurusan-pembelajaran-kumpulan-j-sosiologi-dan-pemb...Documents.tips kps 3014-pengurusan-pembelajaran-kumpulan-j-sosiologi-dan-pemb...
Documents.tips kps 3014-pengurusan-pembelajaran-kumpulan-j-sosiologi-dan-pemb...Sal Wan
 
Pengantar Sosiologi
Pengantar SosiologiPengantar Sosiologi
Pengantar SosiologiMuhamad Yogi
 
TEORI SOSIOLOGI: FUNGSIONALISME STRUKTURAL DURKHEIM
TEORI SOSIOLOGI: FUNGSIONALISME STRUKTURAL DURKHEIMTEORI SOSIOLOGI: FUNGSIONALISME STRUKTURAL DURKHEIM
TEORI SOSIOLOGI: FUNGSIONALISME STRUKTURAL DURKHEIMYaser Lopekabausirah
 
K01947 20180426221349 k1_a 2perspektif teori sosiologi pendidikan
K01947 20180426221349 k1_a 2perspektif teori sosiologi pendidikanK01947 20180426221349 k1_a 2perspektif teori sosiologi pendidikan
K01947 20180426221349 k1_a 2perspektif teori sosiologi pendidikanJANGAN TENGOK
 
Teori dan kajian sosiologi
Teori dan kajian sosiologiTeori dan kajian sosiologi
Teori dan kajian sosiologiafifahdhaniyah
 
PPT Sosiologi Kelas XI Bab 1
PPT Sosiologi Kelas XI Bab 1PPT Sosiologi Kelas XI Bab 1
PPT Sosiologi Kelas XI Bab 1RezaWahyuni5
 
Bab 3: Teori Kajian Sosial
Bab 3: Teori Kajian SosialBab 3: Teori Kajian Sosial
Bab 3: Teori Kajian Sosialnursyafiqahy
 

What's hot (20)

Teori struktural fungsional - Talcot Parsons
Teori struktural fungsional - Talcot ParsonsTeori struktural fungsional - Talcot Parsons
Teori struktural fungsional - Talcot Parsons
 
Pengertian teori fungsional struktural
Pengertian teori fungsional strukturalPengertian teori fungsional struktural
Pengertian teori fungsional struktural
 
Makalah sosiologi 1
Makalah sosiologi 1Makalah sosiologi 1
Makalah sosiologi 1
 
My presentation
My presentationMy presentation
My presentation
 
Fungsionalisme struktural emile durkheim dan Auguste Comte
Fungsionalisme struktural emile durkheim dan Auguste ComteFungsionalisme struktural emile durkheim dan Auguste Comte
Fungsionalisme struktural emile durkheim dan Auguste Comte
 
Teori Sosiologi Modern dan Postmodern
Teori Sosiologi Modern dan PostmodernTeori Sosiologi Modern dan Postmodern
Teori Sosiologi Modern dan Postmodern
 
Teori teori sosiologi pendidikan
Teori teori sosiologi pendidikanTeori teori sosiologi pendidikan
Teori teori sosiologi pendidikan
 
makalah sosiologi organisasi sms 3
makalah sosiologi organisasi sms 3makalah sosiologi organisasi sms 3
makalah sosiologi organisasi sms 3
 
Bab 1 sosiologi dan pembelajaran
Bab 1 sosiologi dan pembelajaranBab 1 sosiologi dan pembelajaran
Bab 1 sosiologi dan pembelajaran
 
Sosiologi dan pembelajaran (Bab 1)
Sosiologi dan pembelajaran (Bab 1)Sosiologi dan pembelajaran (Bab 1)
Sosiologi dan pembelajaran (Bab 1)
 
Documents.tips kps 3014-pengurusan-pembelajaran-kumpulan-j-sosiologi-dan-pemb...
Documents.tips kps 3014-pengurusan-pembelajaran-kumpulan-j-sosiologi-dan-pemb...Documents.tips kps 3014-pengurusan-pembelajaran-kumpulan-j-sosiologi-dan-pemb...
Documents.tips kps 3014-pengurusan-pembelajaran-kumpulan-j-sosiologi-dan-pemb...
 
Sistem sosial budaya indonesia
Sistem sosial budaya indonesiaSistem sosial budaya indonesia
Sistem sosial budaya indonesia
 
Pengantar Sosiologi
Pengantar SosiologiPengantar Sosiologi
Pengantar Sosiologi
 
TEORI SOSIOLOGI: FUNGSIONALISME STRUKTURAL DURKHEIM
TEORI SOSIOLOGI: FUNGSIONALISME STRUKTURAL DURKHEIMTEORI SOSIOLOGI: FUNGSIONALISME STRUKTURAL DURKHEIM
TEORI SOSIOLOGI: FUNGSIONALISME STRUKTURAL DURKHEIM
 
K01947 20180426221349 k1_a 2perspektif teori sosiologi pendidikan
K01947 20180426221349 k1_a 2perspektif teori sosiologi pendidikanK01947 20180426221349 k1_a 2perspektif teori sosiologi pendidikan
K01947 20180426221349 k1_a 2perspektif teori sosiologi pendidikan
 
Pengantar sosiologi
Pengantar sosiologiPengantar sosiologi
Pengantar sosiologi
 
Teori dan kajian sosiologi
Teori dan kajian sosiologiTeori dan kajian sosiologi
Teori dan kajian sosiologi
 
PPT Sosiologi Kelas XI Bab 1
PPT Sosiologi Kelas XI Bab 1PPT Sosiologi Kelas XI Bab 1
PPT Sosiologi Kelas XI Bab 1
 
Sistem sosial budaya indonesia 1
Sistem sosial budaya indonesia 1Sistem sosial budaya indonesia 1
Sistem sosial budaya indonesia 1
 
Bab 3: Teori Kajian Sosial
Bab 3: Teori Kajian SosialBab 3: Teori Kajian Sosial
Bab 3: Teori Kajian Sosial
 

Viewers also liked

Makalah manusia sebagai makhluk sosial dan individu
Makalah manusia sebagai makhluk sosial dan individuMakalah manusia sebagai makhluk sosial dan individu
Makalah manusia sebagai makhluk sosial dan individuFirman Putra Pratama
 
Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)
Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)
Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)Woro Handayani
 
Makalah Sosiologi Kemiskinan
Makalah Sosiologi KemiskinanMakalah Sosiologi Kemiskinan
Makalah Sosiologi KemiskinanLianita Dian
 
Model Pembelajaran Saintifik Mapel sosiologi
Model Pembelajaran Saintifik Mapel sosiologiModel Pembelajaran Saintifik Mapel sosiologi
Model Pembelajaran Saintifik Mapel sosiologiAbdul Jamil
 
Makalah sosiologi hukum vika
Makalah sosiologi hukum vikaMakalah sosiologi hukum vika
Makalah sosiologi hukum vikamuel sihombing
 
Laporan Evaluasi Pembelajaran Biologi di SMA Islam Sultan Agung Semarang
Laporan Evaluasi Pembelajaran Biologi di SMA Islam Sultan Agung SemarangLaporan Evaluasi Pembelajaran Biologi di SMA Islam Sultan Agung Semarang
Laporan Evaluasi Pembelajaran Biologi di SMA Islam Sultan Agung Semarangdewisetiyana52
 

Viewers also liked (7)

Makalah manusia sebagai makhluk sosial dan individu
Makalah manusia sebagai makhluk sosial dan individuMakalah manusia sebagai makhluk sosial dan individu
Makalah manusia sebagai makhluk sosial dan individu
 
Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)
Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)
Makalah kajian interdisiplin dan intradisiplin(sosiologi pendidikan)
 
Makalah Sosiologi Kemiskinan
Makalah Sosiologi KemiskinanMakalah Sosiologi Kemiskinan
Makalah Sosiologi Kemiskinan
 
Model Pembelajaran Saintifik Mapel sosiologi
Model Pembelajaran Saintifik Mapel sosiologiModel Pembelajaran Saintifik Mapel sosiologi
Model Pembelajaran Saintifik Mapel sosiologi
 
Makalah sosiologi hukum vika
Makalah sosiologi hukum vikaMakalah sosiologi hukum vika
Makalah sosiologi hukum vika
 
Laporan Evaluasi Pembelajaran Biologi di SMA Islam Sultan Agung Semarang
Laporan Evaluasi Pembelajaran Biologi di SMA Islam Sultan Agung SemarangLaporan Evaluasi Pembelajaran Biologi di SMA Islam Sultan Agung Semarang
Laporan Evaluasi Pembelajaran Biologi di SMA Islam Sultan Agung Semarang
 
Makalah sosiologi
Makalah sosiologiMakalah sosiologi
Makalah sosiologi
 

Similar to Makalah sosiologi pend.

Syarif, dasar dasar konflik dan model resolusi konflik
Syarif, dasar dasar konflik dan model resolusi konflikSyarif, dasar dasar konflik dan model resolusi konflik
Syarif, dasar dasar konflik dan model resolusi konflikSyarifudin Amq
 
Syarif, dasar dasar konflik dan model resolusi konflik
Syarif, dasar dasar konflik dan model resolusi konflikSyarif, dasar dasar konflik dan model resolusi konflik
Syarif, dasar dasar konflik dan model resolusi konflikSyarifudin Amq
 
Konflik dan integrasi dalam kehidupan sosial
Konflik dan integrasi dalam kehidupan sosialKonflik dan integrasi dalam kehidupan sosial
Konflik dan integrasi dalam kehidupan sosialMuhamad Ginanjar
 
konflik dan intregasi kelas 8.pptx
konflik dan intregasi kelas 8.pptxkonflik dan intregasi kelas 8.pptx
konflik dan intregasi kelas 8.pptxArifahHafira
 
Konflik, Kerjasama dan Perdamaian
Konflik, Kerjasama dan PerdamaianKonflik, Kerjasama dan Perdamaian
Konflik, Kerjasama dan PerdamaianBaan Crow
 
PPT RASIONALISME
PPT RASIONALISMEPPT RASIONALISME
PPT RASIONALISMEWulan280944
 
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi Kebijakannya
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi KebijakannyaTren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi Kebijakannya
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi KebijakannyaYogyakarta State University
 
PPT Media Pembelajaran Sosiologi XI KM - Bab 3.pptx
PPT Media Pembelajaran Sosiologi XI KM - Bab 3.pptxPPT Media Pembelajaran Sosiologi XI KM - Bab 3.pptx
PPT Media Pembelajaran Sosiologi XI KM - Bab 3.pptxdisnakerkotamataram
 
M12_Konflik Sosial dan Kekerasan.pptx
M12_Konflik Sosial dan Kekerasan.pptxM12_Konflik Sosial dan Kekerasan.pptx
M12_Konflik Sosial dan Kekerasan.pptxAyuNilaRatna
 
Buku Sosiologi Pendidikan.pdf
 Buku Sosiologi Pendidikan.pdf Buku Sosiologi Pendidikan.pdf
Buku Sosiologi Pendidikan.pdfMuhammadbahrulUla
 
Buku Sosiologi Pendidikan.docx
Buku Sosiologi Pendidikan.docxBuku Sosiologi Pendidikan.docx
Buku Sosiologi Pendidikan.docxMuhammadbahrulUla
 
4_bab1.pdf
4_bab1.pdf4_bab1.pdf
4_bab1.pdfOchaKsz
 

Similar to Makalah sosiologi pend. (20)

Syarif, dasar dasar konflik dan model resolusi konflik
Syarif, dasar dasar konflik dan model resolusi konflikSyarif, dasar dasar konflik dan model resolusi konflik
Syarif, dasar dasar konflik dan model resolusi konflik
 
Syarif, dasar dasar konflik dan model resolusi konflik
Syarif, dasar dasar konflik dan model resolusi konflikSyarif, dasar dasar konflik dan model resolusi konflik
Syarif, dasar dasar konflik dan model resolusi konflik
 
Konflik dan integrasi dalam kehidupan sosial
Konflik dan integrasi dalam kehidupan sosialKonflik dan integrasi dalam kehidupan sosial
Konflik dan integrasi dalam kehidupan sosial
 
konflik dan intregasi kelas 8.pptx
konflik dan intregasi kelas 8.pptxkonflik dan intregasi kelas 8.pptx
konflik dan intregasi kelas 8.pptx
 
Konflik, Kerjasama dan Perdamaian
Konflik, Kerjasama dan PerdamaianKonflik, Kerjasama dan Perdamaian
Konflik, Kerjasama dan Perdamaian
 
PPT RASIONALISME
PPT RASIONALISMEPPT RASIONALISME
PPT RASIONALISME
 
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi Kebijakannya
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi KebijakannyaTren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi Kebijakannya
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi Kebijakannya
 
Konflik dan kekerasan
Konflik dan kekerasanKonflik dan kekerasan
Konflik dan kekerasan
 
TEORI KONFLIK.pptx
TEORI KONFLIK.pptxTEORI KONFLIK.pptx
TEORI KONFLIK.pptx
 
proses-sosial.pdf
proses-sosial.pdfproses-sosial.pdf
proses-sosial.pdf
 
Konflik Dalam Tinjauan Sosiologi
Konflik Dalam Tinjauan SosiologiKonflik Dalam Tinjauan Sosiologi
Konflik Dalam Tinjauan Sosiologi
 
PPT Media Pembelajaran Sosiologi XI KM - Bab 3.pptx
PPT Media Pembelajaran Sosiologi XI KM - Bab 3.pptxPPT Media Pembelajaran Sosiologi XI KM - Bab 3.pptx
PPT Media Pembelajaran Sosiologi XI KM - Bab 3.pptx
 
M12_Konflik Sosial dan Kekerasan.pptx
M12_Konflik Sosial dan Kekerasan.pptxM12_Konflik Sosial dan Kekerasan.pptx
M12_Konflik Sosial dan Kekerasan.pptx
 
Teori konflik
Teori konflikTeori konflik
Teori konflik
 
Paradigma sosiologi
Paradigma sosiologiParadigma sosiologi
Paradigma sosiologi
 
Buku Sosiologi Pendidikan.pdf
 Buku Sosiologi Pendidikan.pdf Buku Sosiologi Pendidikan.pdf
Buku Sosiologi Pendidikan.pdf
 
Buku Sosiologi Pendidikan.docx
Buku Sosiologi Pendidikan.docxBuku Sosiologi Pendidikan.docx
Buku Sosiologi Pendidikan.docx
 
Masyarakat sipil
Masyarakat sipilMasyarakat sipil
Masyarakat sipil
 
Konflik n media nv
Konflik n media nvKonflik n media nv
Konflik n media nv
 
4_bab1.pdf
4_bab1.pdf4_bab1.pdf
4_bab1.pdf
 

More from PENJAGA HATI

faktor penyebab lupa
faktor penyebab lupafaktor penyebab lupa
faktor penyebab lupaPENJAGA HATI
 
Mira seplita sari 1
Mira seplita sari 1Mira seplita sari 1
Mira seplita sari 1PENJAGA HATI
 
MINAT –MINAT DEWASA AWAL YANG TERKAIT DENGAN MINAT DAN AKTIVITAS SOSIAL
MINAT –MINAT DEWASA AWAL YANG TERKAIT DENGAN MINAT DAN AKTIVITAS SOSIALMINAT –MINAT DEWASA AWAL YANG TERKAIT DENGAN MINAT DAN AKTIVITAS SOSIAL
MINAT –MINAT DEWASA AWAL YANG TERKAIT DENGAN MINAT DAN AKTIVITAS SOSIALPENJAGA HATI
 
Mira seplita sari 4
Mira seplita sari 4Mira seplita sari 4
Mira seplita sari 4PENJAGA HATI
 
Konsep dan orientasi baru bimbingan dan konseling
Konsep dan orientasi baru bimbingan dan konselingKonsep dan orientasi baru bimbingan dan konseling
Konsep dan orientasi baru bimbingan dan konselingPENJAGA HATI
 
Tugas makalah wwdbk
Tugas makalah wwdbkTugas makalah wwdbk
Tugas makalah wwdbkPENJAGA HATI
 
Makalah kisi kisi pembuatan soal
Makalah kisi kisi pembuatan soalMakalah kisi kisi pembuatan soal
Makalah kisi kisi pembuatan soalPENJAGA HATI
 
Makalah bkp dan kkp
Makalah bkp dan kkpMakalah bkp dan kkp
Makalah bkp dan kkpPENJAGA HATI
 
Makalah metode pengajaran
Makalah metode pengajaranMakalah metode pengajaran
Makalah metode pengajaranPENJAGA HATI
 
Pp keterampilan mengelola kelas
Pp keterampilan mengelola kelasPp keterampilan mengelola kelas
Pp keterampilan mengelola kelasPENJAGA HATI
 
kegiatan ekstrakurikuler
kegiatan ekstrakurikulerkegiatan ekstrakurikuler
kegiatan ekstrakurikulerPENJAGA HATI
 

More from PENJAGA HATI (15)

faktor penyebab lupa
faktor penyebab lupafaktor penyebab lupa
faktor penyebab lupa
 
Mira seplita sari 1
Mira seplita sari 1Mira seplita sari 1
Mira seplita sari 1
 
MINAT –MINAT DEWASA AWAL YANG TERKAIT DENGAN MINAT DAN AKTIVITAS SOSIAL
MINAT –MINAT DEWASA AWAL YANG TERKAIT DENGAN MINAT DAN AKTIVITAS SOSIALMINAT –MINAT DEWASA AWAL YANG TERKAIT DENGAN MINAT DAN AKTIVITAS SOSIAL
MINAT –MINAT DEWASA AWAL YANG TERKAIT DENGAN MINAT DAN AKTIVITAS SOSIAL
 
Mira seplita sari 4
Mira seplita sari 4Mira seplita sari 4
Mira seplita sari 4
 
Konsep dan orientasi baru bimbingan dan konseling
Konsep dan orientasi baru bimbingan dan konselingKonsep dan orientasi baru bimbingan dan konseling
Konsep dan orientasi baru bimbingan dan konseling
 
Makalah kap
Makalah kapMakalah kap
Makalah kap
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 
Makalah feni
Makalah feniMakalah feni
Makalah feni
 
Tugas makalah wwdbk
Tugas makalah wwdbkTugas makalah wwdbk
Tugas makalah wwdbk
 
Makalah kddukan
Makalah kddukanMakalah kddukan
Makalah kddukan
 
Makalah kisi kisi pembuatan soal
Makalah kisi kisi pembuatan soalMakalah kisi kisi pembuatan soal
Makalah kisi kisi pembuatan soal
 
Makalah bkp dan kkp
Makalah bkp dan kkpMakalah bkp dan kkp
Makalah bkp dan kkp
 
Makalah metode pengajaran
Makalah metode pengajaranMakalah metode pengajaran
Makalah metode pengajaran
 
Pp keterampilan mengelola kelas
Pp keterampilan mengelola kelasPp keterampilan mengelola kelas
Pp keterampilan mengelola kelas
 
kegiatan ekstrakurikuler
kegiatan ekstrakurikulerkegiatan ekstrakurikuler
kegiatan ekstrakurikuler
 

Makalah sosiologi pend.

  • 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sosial manusia, di mana saja dan kapan saja, tidak pernah lepas dari apa yang disebut “konflik” (Chandra, 199w; Lauer, 1993). William Chang (2001) mempertanyakan”benarkah konflik soaial hanya berakar pada ketidakpuasan batin, kecemburuan, iri hati, kebencian, masalah perut, masalah tanah, masalah tempat tinggal, masalah pekerjaan, masalah uang, dan masalah keuangan?”, ternyata jawabannya ”tidak”; dan dinyatakan oleh Chang bahwa emosi manusia sesaat pun dapat memicu terjadinya konflik sosial. Kehidupan sosial itu, kalau dicermati komponen utamanya adalah interaksi antara para anggota. Tipe-tipe interaksi sosial secara umum meliputi: cooperative (kerjasama), competition (persaingan) dan conflict (pertikaian). Dalam kehidupan sosial sehari-hari tampaknya selain diwarnai oleh kerjasama, senantiasa juga diwarnai oleh berbagai bentuk persaingan dan konflik. Bahkan dalam kehidupan sosial tidak pernah ditemukan seluruh warganya sepanjang masa bersifat kooperatif. Sehubungan dengan itu, timbul pertanyaan apa itu konflik, bagaimana konflik sosial,struktur-fungsi, dan integritasnya,bagaimana masyarakat menurut perspektif struktural konflik serta bagaimana proporsi dan asumsi dari struktural konflik tersebut? 1.2.RUMUSAN MASALAH Dalam makalah ini, terdapat beberapa rumusan masalah: a. Apa itu konflik? b. Bagaimana Konflik Sosial, Struktur-Fungsi, dan Integrasi? c. Masyarakat menurut perspektif struktural konflik? d. Bagaimana Proporsi-proporsi teori structural konflik sebagai dasar dari strategi konflik ? e. Asumsi yang mendasari teori structural konflik? 1
  • 2. 1.3.TUJUAN Pembuatan makalah ini bertujuan agar kita Mengetahui apa itu konflik , bagaimana proporsi-proporsi teori structural konflik sebagai dasar dari strategi konflik, serta bertujuan untuk memenuhi tuntutan tugas pada mata kuliah sosiologi pendidikan . 2
  • 3. BAB II PEMBAHASAN 2.1. PENGERTIAN KONFLIK Istilah konflik secara etimologis berasal dari bahasa Latin ”con” yang berarti bersama ”fligere” yang berarti benturan dan tabrakan. Dengan demikian ”konflik” dalam kehiupan sosial benturan kepentingan, keinginan, pendapat, dan lain-lain, yang paling tidak melibatkan dua pihak atau lebih. Dalam International Encyclopedia of the Social Sciences VOL. 3 (hal. 236-241) diuraikan mengenai pengertian konflik dari aspek antropologi, yakni ditimbulkan sebagai akibat dari persaingan antara paling tidak dua pihak; di mana tiap-tiap pihak dapat berupa perorangan, keluarga, kelompok kekerabatan, satu komunitas, atau mungkin satu lapisan kelas sosial pendukung ideologi tertentu, satu organisasi politik, satu suku bangsa, atau satu pemeluk agam tertentu (Nader, t.t.). dengan demikian pihak-pihak dapat terlibat dalam konflik meliputi banyak macam bentuk dan ukurannya. Selain itu, dapat pula dipahami bahwa pengertian konflik secara antropologis tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan secara bersama-sama dengan pengertian konflik menurut aspek-aspek lain yang semuanya itu turut ambil bagian dalam memunculkan konflik sosial dalam kehidupan kolektif manusia (Chang, 2001).Teori konflik menurut Karl Max,dkk : 1. pendapatan teori struktural konflik tentang fenomena masyarakat. 2. Struktural konflik mengkritik struktural fungsional dengan berbagai alasan. 3
  • 4. Tabel 1-1 DUA PERSPEKTIF UTAMA DALAM SOSIOLOGI Persepsi tentang Teori fungsionalis masyarakat Suatu sistem Teori konflik yang stabil dari Suatu siste yang tidak stabil dari kelompok-kelompok yang bekerja kelompok-kelompok dan kelassama. Kelas sosial kelas yang saling bertentangan. Suatu tingkat status dari orang-orang Sekelompok orang yang yang memperoleh pendapatan dan memiliki kepentingan ekonomi memiliki gaya hidup yang serupa. dan kebutuhan kekuasaan yang Berkembang dari isi perasaan orang serupa. dan kelompok yang berbeda. Berkembang keberhasilan dalam dari sebagian orang mengeksploitasi orang lain. Perbedaan sosial Tindakan dapat dihindarkan dalam Tidak perlu dan tidak adil. susunan masyarakat yang kompleks. Terutama disebabkan perbedaan Terutama disebabkan perbedaan dalam kekuasaan. kontribusi dari kelompok-kelompok dihindarkan yang berbeda. Dapat dengan jalan penyusunan kembali masyarakat secara sosialistis. Perubahan sosial Timbul dari perubahan kebutuhan Dipaksakan oleh suatu kelas fungsional masyarakat yang terus terhadap kelas lainnya untuk berubah. Tata tertib sosial kepentingan kelas pemaksa. Hasil usaha tidak sadar dari orang- Dihasilkan dan dipertahankan orang untuk kegiatan-kegiatan mengorganisasi oleh pemaksa yang terorganisasi mereka secara oleh kelas-kelas yang dominan. produktif. Nilai-nilai Konsensus atas nilai-nilai mempersatukan masyarakat. yang Kepentingan yang bertentangan akan memecah belah masyarakat khayalan(ilusi) konsensus nilainilai dipertahankan oleh kelaskelas yang dominan. Lembaga- Menanamkan nilai-nilai umum dan Menanamkan nilai-nilai dan 4
  • 5. lembaga sosial: kesetiaan yang mempersatukan kesetiaan yang melindungi gereja, sekolah, masyarakat. golongan yang mendapat hak- media massa. hak istimewa. Hukum dan Menjalankan pemerintahan peraturan yang Menjalankan mencerminkan konsensus nilai-nilai dipaksakan masyarakat. peraturan oleh kelas yang yang dominan untuk melindungi hakhak istimewa. 2.2. KONFLIK SOSIAL,STRUKTUR-FUNGSI DAN INTEGRITAS Kondisi kehidupan sosial tertentu kalau dikaitkan dengan konflik, tentunya tidak sederhana, karena setiap konflik antaranggota dalam kehidupan sosial itu tidak selalu bentuk dan sifatnya sama (misalnya ada konflik individual atau kelompok, konflik terpendam atau terbuka, dan lain-lain). Dengan demikian memang ada variasi dalam konflik, baik atas dasar bentuk, sifat, penyebab terjadinya, maupun langkah penyelesaiannya. Selanjutnya dapat dijelaskan pula bahwa dalam persoalan konflik ini perlu diperhatikan konteks struktur dan fungsi dalam kehidupan sosial tertentu sebagai suatu unit entitas akan berpengaruh terhadap konflik yang terjadi di situ. 1. Struktur Peter M. Blau (1997) menyatakan bahwa struktur sosial adalah penyebaran secara kuantitatif warga komunitas di dalam berbagai posisi sosial yang berbeda yang mempengaruhi hubungan di antara mereka (termasuk di dalamnya hubungan konflik). Karakteristik pokok dari struktur yaitu adanya berbagai tingkat ketidaksamaan atau keberagaman antarbagian dan konsolidasi yang timbul dalam kehidupan bersama, sehingga mempengaruhi derajat hubungan antarbagian tersebut yang berupa dominasi, eksploitasi, konflik, persaingan, dan kerjasama. Selanjutnya Blau mengelompokkan basis parameter pembedaan struktur menjadi dua, yaitu nominal dan gradual. Parameter nominal membagi komunitas menjadi sub-sub bagian atas dasar batas yang cukup jelas, seperti agama, ras, jenis kelamin, pekerjaan, marga, tempat kerja, tempat tinggal, afiliasi 5
  • 6. politik, bahasa, nasionalitas, dan sebagainya. Kalau dicermati, pengelompokan ini bersifat horizontal, dan akan melahirkan berbagai ”golongan”. Adapun parameter gradual membagi komunitas k dalam kelompok sosial atas dasar peringkat status yang menciptakan perbedaan kelas, seperti pendidikan, pendapatan, kekayaan, prestise, kekuasaan, kewibawaan, itelegensia, dan sebagainya. Jadi pengelompokan ini bersifat vertikal, yang akan melahirkan berbagai ”lapisan.” Atas dasar struktur sosial yang dikemukakan Blau di atas, dapat disebutkan bahwa interaksi antarbagian dalam kehidupan bersama dapat terjadi antarkelompok, baik atas dasar parameter nominal maupun gradual; bahkan tidak hanya secara internal tetapi dapat juga secara eksternal. Interaksi antarbagian dalam kehidupan sosial, atas dasar parameter nominal atau gradual dapat menimbulkan konflik antarindividu anggota dari berbagai ”golongan” dan ”lapisan” tadi. Sementara itu, menurut Dahrendorf (1986), konflik sosial mempunya sumber struktural, yakni hubungan kekuasaan yang berlaku dalam struktur organisasi sosial. Dengan kata lain, konflik antarkelompok dapat dilihat dari sudut keabsahan hubungan kekuasaan yang ada atau dari sudut strukur sosial setempat (Dahrendorf, 1986; Simanjuntak, 1994). 2. Fungsi Berdasarkan konsep Parsons (1951), setiap sistem sosial diperlukan persyaratan fungsional. Di antara persyaratan itu dijelaskan bahwa sistem sosial harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dan dengan tuntutan transformasi pada setiap kondisi tindakan warga (adaptation). Berikutnya, tindakan warga diarahkan untuk mencapai tujuan bersama (goal attainment). Kemudian persyaratan lain adalah bahwa dalam interaksi antarwarga setidaknya harus ada suatu tingkat solidaritas, agar struktur dan sistem sosial berfungsi (integration). Tampaknya apa yang dikemukakan Parsons itu cukup relevan untuk dipakai sebagai salah satu dasar dalam menganalisis secara struktural dan fungsional konflik sosial; dan atas dasar konsep Parsons ini pengetahuan mengenai konflik sosial akan lebih memadai. Sehubungan dengan itu Coser (t.t.) menyatakan bahwa konflik adalah suatu komponen penting dalam setiap interaksi sosial. Oleh karena itu, menurut Coser (1974), konflik tidak perlu dihindari, sebab konflik tidak 6
  • 7. boleh dikatakan selalu tidak baik atau memecah belah atau merusak. Dengan kata lain, konflik dapat menymbang banyak bagi kelestarian kehidupan sosial, bahkan mempercepat hubungan antaranggota. Berbicara tentang fungsi ternyata tidak hanya sekadar berkait dengan hal peran. Relasi fungsi tidak selalu terpadu (integratif) karena dapat saja relasi yang saling berkonflik, lebih-lebih kalau di dalamnya ada fraksi. Dalam fungsi terdapat struktur, dalam fakta sosial terdapat struktur dan fungsi yang terkait erat (kalau tanpa kaitan berarti bukan struktur. Teori fungsi tidak dirancang dalam kaitannya dengan perubahan sehingga antara keduanya sulit untuk dikaitkan. Sering teori ini hany terbatas menyangkut hubungan-hubungan yang serasi atau seimbang (equilibrium) saja, dan kurang mampu melihat potensi-potensi konflik yang mungkin ada (Brown, 1980). Pencampuran teori ini dengan teori perubahan baru muncul kemudian. Berbicara khusus tentang perubahan, umumnya menyangkut prilaku, ini pun memerlukan waktu yang panjang. Hanya perubahan yang radikal yang dapat mengubah struktur dan fungsi. 3. Institusi Sosial dan Kaitannya dengan Struktur dan Fungsi Bronislaw Malinowski dalam membuat deskripsi etnografi, sedapata mungkin menerapkan teori fungsional, meskipun tidak semuanya berhasil. Menurutnya, manusia dalam memenuhi kebutuhan secara individual tetapi melalui kehidupan bersama (sosial) secara terorganisasi atau tertata dalam hukum atau nilai-nilai tertentu. Sehubungan dengan itu, tujuan akhir yang mereka capai adalah kesepakatan bersama. Kesepakatan bersama mengenai tujuan-tujuan ini akan dicapai atas dasar nilkai-nilai umum yang berlaku. Semua ini, menurut Malinowski, disebut charter, yang diartikan sebagai suatu sistem yang terorganisasi tentang aktivitas-aktivitas sosial yang penuh tujuan (yang didasarkan atas nilai umum dan kesepakatanh bersama). Sistem nilai dan tujuan bersama ini dapat diartikulasikan secara lebih kongkret menjadi norma. Prinsip-prinsip integrasi akan tercermin dalam institusi sosial, dan inilah basic needs manusia. Prinsip-prinsip integrasi ini merupakan bagian dari basic needs itu sendiri. Semntara responnya adalah kebudayaan yang diwujudkan dalam pembentukan institusi-institusi sosial. Kebudayaan 7
  • 8. sebagai respon basic needs dapat diindikasikan sebagai instrumen untuk mencapai tujuan, sehingga memuaskan basic needs tersebut (Malinowski, 1960; Brown, 1980). Radxliffe Brown dengan pendekatan antropologi-sosialnya ternyata seperti metode yang diterapkan dalam ilmu alam atau fisika. Dengan pendekatan komparasi untuk memperoleh pemahaman tentang keseluruhan komunitas. Adapun hal yang dikomparasikan adalah struktur keseluruhan komunitas dan bukan bagian-bagian. Dalam hal ini, sebenarnya Brown mengadopsi apa yang pernah dikerjakan oleh Emile Durkheim, sebelum akhirnya berubah ke pendekatan analisis struktural. Fungsionalisme Brown untuk membentuk suatu struktur sosial dalam konteks masa kini (tanpa menggunakan fakta historis, karena dianggap tidak tyerlalu berguna). Hal yang ditekankan adalah proses yang berkaitan dengan adaptasi pada masyarakat atau komunitas yang diteliti itu sendiri (Brown, 1980). Mengenai konsep institusi dikenal perbedaan pendekatan antara Brown dengan Malinowski. Brown menganggap komunitas sebagai keutuhan lebih berarti daripada sebagai bagian-bagian yang dikumpulkan. Sementara itu, menurut Malinowski, institusi trerbentuk bukan karena basic needs komunitas, tetapi pemenuhan basic needs individu; karena pemenuhan kebutuhan tidak mungkin dapat dipenuhi sendiri (jadi diperlukan keberadaan orang lain). Sehubungan perlunya keberadaan orang lain, Firth (1963) menyatakan: ”a human community is a body people sharing in common activities and bound by multiple relationship in such a way that the aims of any individuals can be achieved only by partisipation in action with others.” 4. Integrasi dan Konflik Sosial Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa Malinowski dan Brown mengajukan teori integrasi keseimbangan dan keharmonisan sosial, sedangkan konflik mengacu pertentangan dalam komunitas menuju perpecahan. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah kalau integrasi dan konflik (dua hal yang saling bertolak belakang) senantiasa adalam kehidupan sosial, lalu bagaimana keterkaitan antar keduanya, paling tidak, apa fungsi konflik bagi kehidupan sosial yang bersangkutan. 8
  • 9. Menurut van Baal (1988), konflik adalah produk kebudayaan, dan kebudayaan adalah produk dari struktur sosial. Melalui pengetahuan ada tidaknya hubungan struktural dan fungsional dalam kehidupan sosial, akan memudahkan penyelesaian kasus konflik yang selalu atau akan selalu terjadi di dalamnya. Fakta sosial, menurut Durkheim, bukan sekadar apa yang dilihat, tetapi juga apa yang ada di dalmnya yang tidak dapt dilihat. Semua gejala sosial seharusnya dipahami sebagai hasil dari sikap dan prilaku manusia secara individual. Faktor sikap dan prilaku para individu ini yang menggambarkan keberadaan suatu kehidupan sosial. Fakta sosial (termasuk faktor kebudayaan di dalamnya)-lah yang mengenndalikan individu, dan buykan individu yang mengatur kehidupan sosial. Dalam hal ini, fakta sosial terbentuk secara alami dan posisinya eksternal. Eksternal yyang dimaksud di sini adalah dalam posisi sebagai pengendali diri individu dalam kehidupan bersama. Pendekatan terhadap konflik dapat diterapkan dengan memperhatikan aspek struktural dan fungsional dari kehidupan sosial setempat. Pendekatan strukturalfungsional ini sudah berkembang sejak lama dalam studi Antropologi dan Sosiologi. Terkait dengan pendekatan struktural-fungsional ini secara khusus mengingatkan kita pada nama-nama, seperti: Bronislaw Malinowsky dan Radcliffe Brown dan yang kemudian diikuti antara lain oleh Talcott Parson dan Lewis A. Coser yang pernah melakukan analisis konflik dengan pendekatan fungsional (Johnson, 1990). Konsep fungsi juga melibatkan struktur yang terjadi dalam satu rangkaian hubungan di antara kesatuan entitas, di mana bertahannya struktur didukung oleh proses kehidupan yang terjadi dalam aktivitas kesatuan yang terdapat di dalamnnya (Brown, 1980). Selanjutnya, dikemukakan bahwa tiap-tiap persoalan dalam kehidupan setiap komunitas itu mempunyai fungsi. Pada hakikatnya, konflik sebagai salah satu bentuk interaksi antaranggota dalam kehidupan sosial telah ada sejak manusia hidup bersama. Beberapa contoh variasi penyebab terjadinya konflik, meskipun tidak dari awal, dapat dikemukakan sebagai berikut. Sejak zaman kolonial, telah terjadi kecenderungan pemusatan pemilikan dan penguasaan atas tanah pertanian yang dikuasi oleh sejumlah kecil petani, yakni petani 9
  • 10. lapisan atas tadi. Sebaliknya petani lapisan bawah hanya menguasai sebagian kecil tanah pertanian yang ada di suatu desa tertentu. Polarisasi tanah seperti itu telah menyebabkan terjadinya polarisasi sosial, yaitu proses perenggangan dan pertentangan antarlapisan sosial di pedesaan (Amaludin, 1987), yang pada gilirannya akan menjadi penyebab timbulnya konflik sosial. Belakangan ini, kemajuan dalam bidang komunikasi juga berdampak sama pesat bagi warga kota dan komunitas pedesaan. Pengaruh globalisasi informasi dan komunikasi bagi warga kominitas pedesaan umumnya cenderung mempertahankan tata nilai tradisional di satu pihak dan cenderung meninggalkan tata nilai tersebut di pihak yang lain. Sebab efek dari hilangnya isolasi komunitas desa dengan dunia luar adalah terganggunya ciri-ciri kehidupan komunitas desa yang murni, bersamaan dengan berkembangnya anggota komunitas itu sendiri (Leibo, 1995). Para anggota generasi tua cenderung berada pada kelompok yang mempertahankan tata nilai tradisional, sedangkan generasi muda berada pada kelompok yang berlawanan. Batasan mengenai apa yang boleh dan yangtidak boleh pun mulai dipertentangkan. Perbedaan pandangan antara dua generasi ini akan menimbulkan kesenjangan sosial dan persinggungan budaya yang dapat berakibat fatal bagi keutuhan masyarakat (Depdikbud, 1993). Sementara itu, upaya pencegahan untuk tidak terlalu banyaknya kasus konflik dalam suatu komunitas, adalah membuat warga menghormati dan mematuhi peraturan. Selain itu, penanaman rasa takut akan balas dendam adalah alat pemaksa bagi warga komunitas untuk mematuhi peraturan yang berlaku. Satu bentuk penyelesaian konflik seperti yang di kalangan orang Ifago (filipina) adalah berperannya tokoh penengah. Cara pemanfaatn peran penengah ini digarap sebagai langkah pertama dalam upaya penyelesaian konflik secara lebih trorganisasi (van Baal, 1988). 2.3.MASYARAKAT MENURUT PERSPEKTIF STRUKTURAL KONFLIK Masyarakat menurut teori ini adalah : 1. Masyarakat terdiri atas kekuatan yang mendorongperubahan social sebagai konsekuensi dari ketegangan dan perjuangan hidup, 2. Perjuangan manusia merupakan mesin perubahan kearah kemajuan, oleh karenanya konflik social merupakan inti dari proses sejarah. 10
  • 11. 3. Sebagai fakta social, masyarakat adalah suatu keseluruhan dan ia adalah sebuah realitas yang dapat diukur dan diobservasi. 4. Manusia dalam masyarakat menentukan sejarahnya sendiri yang dikerjakan melalui kerja mereka. 5. Materi (body) lebih menentukan atau mendominasi pikiran (mind )dan bukan mind yang menentukan material (body)di aletika materialistic. 6. Masyarakat terdiri dari 2 kelas yaitu kelas dari sejumlah kecil orang yang memiliki modal (menguasai alat-alat produksi): borjuis,dan sekelompok orang yang tidak memiliki modal atau alat-alat produksi: Proletar 2.4.PROPORSI-PROPORSI TEORI STRUKTURAL KONFLIK SEBAGAI DASAR DARI STRATEGI KONFLIK Proporsi-proporsi tersebut yaitu: 1. Kehidupan social pada dasarnya merupakan arena konflik diantara/didalam kelompokkelompok yang berkepentingan. 2. Sumber-sumber daya ekonomi dan kekuatan politik adalah hal penting diperebutkan oleh berbagai kelompok. 3. Adanya konflik menyebabkan masyarakat terbagi atas kelompok determinasi secara ekonomi dan kelompok yang tersubordinasi. 4. Pola social suatu masyarakat dapat di tentukan oleh pengaruh social dari kelompok yang secara ekonomi oleh kelompok determinan. 5. Kelompok dan kelompok social di dalam atau diantara masyarakat melhirkan perubahan social. 6. Karena konflik adalah cirri dasar kehidupan social maka perubahan social menjadi lumrah terjadi. 2.5.ASUMSI-ASUMSI YANG MENDASARI TEORI STRUKTURAL KONFLIK Asumsi yang mendasari structural konflik: 1. Perubahan merupakan gejala melekat pada setiap masyarakat. 2. Konflik adalah gejala yang selalu melekat dalam setiap masyarakat. 3. Setiap unsur dalam masyarakat memberikan sumbangan bagi terjadinya disintegrasi dan perubahan social. 11
  • 12. 4. Setiap masyarakat terintegrasi diatas penguasaan /dominasi yang di lakukan oleh sejumlah orang terhadap sejumlah orang lainnya. Menurut Dahrendorf , asumsi utama dari perspektif ini ada empat, yaitu; 1. Setiap masyarakat tunduk pada proses perubahan; 2. Disensus dan konflik terdapat di mana-mana; 3. Setiap unsur masyarakat memberikan sumbangan pada disintegrasi dan perubahan masyarakat; 4. Setiap masyarakat didasarkan pada paksaan beberapa orang anggota terhadap anggota lainnya. 12
  • 13. BAB III PENUTUP 3.1. KESIMPULAN ”konflik” dalam kehidupan sosial benturan kepentingan, keinginan, pendapat, dan lain-lain, yang paling tidak, melibatkan dua pihak atau lebih. Kondisi kehidupan sosial tertentu kalau dikaitkan dengan konflik, tentunya tidak sederhana, karena setiap konflik antaranggota dalam kehidupan sosial itu tidak selalu bentuk dan sifatnya sama (misalnya ada konflik individual atau kelompok, konflik terpendam atau terbuka, dan lain-lain). Dengan demikian memang ada variasi dalam konflik, baik atas dasar bentuk, sifat, penyebab terjadinya, maupun langkah penyelesaiannya. perspektif ini memiliki proporsi sebagai berikut :  Setiap masyarakat dalam segala hal tunduk pada proses perubahan; perubahan sosial terjadi dimana saja.  Setiap masyarakat dalam segala hal memperlihatkan ketidaksesuaian dan konflik; konflik sosial terdapat dimana saja.  Setiap unsur dalam masyarakat memberikan kontribusi terhadap perpecahan dan perubahannya.  Setiap masyarakat berdasarkan atas penggunaan kekerasan oleh sebagian anggotanya terhadap anggota yang lain. 3.2. SARAN Setelah mempelajari dan membahas mata kuliah ilmu sosiologi pendidikan mengenai “pendidikan dalam perspektif structural konflik”, di harapkan pada mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pokok bahasan ini dengan sebaik mungkin. Kami sebagai penulis mengharapkan kritik serta saran dari rekan-rekan sekalian guna membangun kesempurnaan makalah ini untuk masa yang akan datang. Terima kasih. 13
  • 14. DAFTAR PUSTAKA Paul B.horton dan chester L. Hunt.sosiologi edisi keenam jilid 1.1984.jakarta:Erlangga. http://agussetiaman.wordpress.com/2008/11/25/perspektif-sosiologi/ http://astarhadi.blog.com/2007/12/11/konflik-sosial-dalam-perspektif-struktur-dan-fungsi/ http://massofa.wordpress.com/2008/02/06/perubahan-sosial-dan-perspektif-sosiologi/ 14