SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Konflik dan Media

 Konflik terjadi di setiap area, di dalam dan di antara individu, komunitas, negara dan budaya.
Konflik bersifat alami. Konflik dialami oleh orang dari berbagai latar belakang, budaya, kelas,
kebangsaan, umur dan jender setiap hari. Yang paling penting bukanlah apakah konflik itu baik
                   atau buruk tetapi adalah bagaimana kita menghadapinya
                                      (Brand Jacobsen, 2005).




Pengertian Konflik

       Konflik berasal dari kata kerja latin configure yang berarti saling memukul. Secara

sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga

kelompok)    dimana    salah   satu    pihak    berusaha   menyingkirkan   pihak   lain   dengan

menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya :

1.Suatu kondisi dimana tujuan, kebutuhan dan nilai-nilai kelompok yang bersaing, bertabrakan

dan akibatnya terjadilah agrasi walaupun belum tentu berbentuk kekerasan (schelling).

2.Situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau perbedaan cara pandang diantara

beberapa              orang,                   kelompok             atau              organisasi.

3.Sikap saling mempertahankan diri sekurang-kurangnya diantara dua kelompok yaitu memiliki

tujuan dan pandangan berbeda dalam upaya mencapai tujuan sehingga mereka berada dalam

posisi oposisi bukan kerjasama.
Konteks Konflik meliputi :

   Konflik domestik : isu utamanya adalah suatu kondisi dimana terdapat masalah-masalah

     antara pemegang kekuasaan dengan penantangnya yang diselesaikan dengan cara damai.

   Konflik regional : isu utama menekankan proses negosiasi dan hubungan antara negara

     tetangga.

   Bentuk hubungan bisa bersifat cooperative, competitive, dan transforming.

   Konflik internasional : isunya sama dengan konflik regional tetapi cakupannya lebih luas.

   Konflik dapat menjadi alat yang efektif dalam percaturan internasional. Ia dapat

     mengemban fungsi sebagai upaya untuk mendapatkan atau mempertahankan kekuatan

     (power), memelihara kohesifitas internal dan memeperluas hubungan ke luar.


   Kekerasan seringkali menjadi alat ampuh untuk bargaining position. Meskipun demikian

     penyelesaian konflik merupakan tujuan yang secara politik paling diharapkan, karena

     mengurangi korban jiwa manusia, mencegah disorganisasi suatu bangsa dan memulihkan

     stabilitas dalam hubungan luar negeri.


   Penyelesaian konflik (conflict resolution) adalah suatu jalan menuju perdamaian,

     sekurang-kurangnya perdamaian negatif, dan mempunyai fungsi lain, misalnya menjamin

     stabilitas politik dan kesinambungan pembangunan sosial maupun ekonomi.


   Penyelesaian konflik (conflict resolution) didefinisikan sebagai suatu proses mencari

     peluang penyelesaian konflik dimana setiap pelaku tidak lagi merasa perlunya

     melanjutkan perselisihan dan mengakui bahwa dengan begitu mungkin mereka dapat

     memperoleh keuntungan tertentu. (nicolson, 1991: h. 59).
 Definisi lain mengatakan bahwa penyelesaian konflik adalah suatu proses yang berkaitan

       dengan bagaimana menemukan jalan untuk mengakomodasi kepentingan eksplisit dari

       pihak-pihak yang terlibat dalam sengketa.


    Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat menghasilkan

       respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua dimensi, pengertian terhadap hasil

       tujuan kita dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak lainnya.


    Skema menghasilkan hipotesa sebagai berikut :

       1.Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan

       untuk mencari jalan keluar yang terbaik.

       2.Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan

       untuk “memenangkan” konflik.

       3.Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan yang

       memberikan “kemenangan” konflik bagi pihak tersebut.



Tidak ada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk menghindari

konflik.



Sejarah Konflik

       Munculnya teori neo-marxis, pergulatan antar kelas ekonomi menjadi inspirasi lahirnya

teori konflik. Sosiolog Jerman, Ralf Dahrendorf, menerangkan konflik kelas dalam masyarakat

industrial pada tahun 1959. Teorinya berbeda dengan Marx karena menganalisis konflik tanpa
memperhitungkan politik ekonomi yang ada (apakah kapitalisme atau sosialisme). Jika Marx

bersandar pada PEMILIKAN alat produksi, maka Dahrendorf bersandar pada KONTROL atas

alat produksi. Dalam terminologi Dahrendorf, pada masa pos-kapitalisme, kepemilikan alat

produksi (baik sosialis atau kapitalis) tidak menjamin adanya kontrol atas alat produksi. Jadi, di

luar Marxisme, ia mengembangkan beberapa terminologi dari Max Weber, antara lain bahwa

sistem sosial itu dikoordinasi secara imperatif melalui otoritas/kekuasaan. Secara sederhana

dikatakan teori Dahrendorf melakukan kombinasi antara fungsionalisme (tentang struktur dan

fungsi masyarakat) dengan teori (konflik) antar kelas sosial. Teori sosial Dahrendorf berfokus

pada kelompok kepentingan konflik yang berkenaan dengan kepemimpinan, ideologi, dan

komunikasi sekaligus usaha untuk menstrukturkan konflik, mulai dari proses terjadinya hingga

intensitasnya berkaitan dengan kekerasan. Jadi bedanya dengan fungsionalisme jelas, tidak

memandang masyarakat sebagai sebuah hal yang tetap/statis, namun senantiasa berubah oleh

terjadinya konflik dalam masyarakat. Dalam menelaah konflik antara kelas bawah dan kelas atas

misalnya, Dahrendorf menunjukkan bahwa kepentingan kelas bawah menantang legitimasi

struktur otoritas yang ada. Kepentingan antara dua kelas yang berlawanan ditentukan oleh sifat

struktur otoritas dan bukan oleh orientasi individu pribadi terlibat di dalamnya. Individu tidak

harus sadar akan kelasnya untuk kemudian menantang kelas sosial lainnya.


       Sebelumnya, George Simmel (1858–1918), sosiolog fungsionalis Jerman juga telah

mencoba mendekati teori konflik dengan menunjukkan bahwa konflik merupakan salah satu

bentuk interaksi sosial yang mendasar; berkaitan dengan sikap bekerja sama dalam masyarakat.

Dalam hal ini Simmel seorang sosiolog pertama yang berusaha keras untuk mengkonstruksi

sistem formal dalam sosiologi yang diabstraksikan dari sejarah dan detil pengalaman manusia.
Analisisnya tentang efek ekonomi uang dalam perilaku manusia merupakan salah satu

pekerjaannya yang penting.


       Jika Simmel membedah teori sosial berdasarkan konfliknya, maka sosiolog konflik

Amerika Serikat, Lewis Coser (1913-2003), bertitik berat pada konsekuensi-konsekuensi

terjadinya konflik pada sebuah sistem sosial secara keseluruhan. Teorinya menunjukkan

kekeliruan jika memandang konflik sebagai hal yang melulu merusak sistem sosial, karena

konflik juga dapat memberikan keuntungan pada masyarakat luas di mana konflik tersebut

terjadi. Konflik justru dapat membuka peluang integrasi antar kelompok.


       Di Amerika Serikat, teori konflik muncul menjadi sebuah cabang teoretis oleh karena

ketidaksukaan pada sosiologi fungsionalisme yang berkembang saat itu. C. Wright Mills,

sosiolog Amerika 1960-an mengecam fungsionalisme, kritiknya tentang elit kekuasaan di

Amerika saat itu. Perdebatan Mills dan fungsionalisme ini pada dasarnya menunjukkan

bagaimana sosiologi telah berkarib dengan ideologi. Tuduhan yang paling besar adalah

uraiannya tentang karya Parsons yang bermuatan ideologis dan menurutnya sebagian besar

isinya kosong/hampa. Secara metodologi, Mills lebih mirip dengan mazhab Frankfurt atas

kritiknya pada media massa, pemerintahan, dan militer. Salah satu contoh proposisinya yang

kontroversial adalah bahwa menurutnya di Amerika terjadi paradoks demokrasi: bentuk

pemerintahannya adalah demokrasi namun seluruh struktur organisasinya cenderung diubah ke

bentuk oligarkhi, hanya sedikit yang memiliki kekuasaan politik.


       Dalam sosiologi, teori konflik berdasar pada asumsi bahwa masyarakat atau organisasi

berfungsi sedemikian di mana individu dan kelompoknya berjuang untuk memaksimumkan

keuntungan yang diperolehnya; secara tak langsung dan tak mungkin dihindari adalah perubahan
sosial yang besar seperti revolusi dan perubahan tatanan politik. Teori konflik ini secara umum

berusaha memberikan kritik pada fungsionalisme yang meyakini bahwa masyarakat dan

organisasi memainkan peran masing-masing sedemikian seperti halnya organ-organ dalam tubuh

makhluk hidup.


Ringkasnya, ada sedikitnya empat hal yang penting dalam memahami teori konfilk sosial,

antara lain:

1. kompetisi (atas kelangkaan sumber daya seperti makanan, kesenangan, partner seksual, dan

sebagainya. Dasar interaksi manusia bukanlah KONSENSUS yang ditawarkan fungsionalisme,

namun KOMPETISI.

2. Ketaksamaan struktural. Ketaksamaan dalam hal kuasa, perolehan yang ada dalam struktur

sosial.

3. Individu dan kelompok yang ingin mendapatkan keuntungan dan berjuang untuk mencapai

revolusi.

4. Perubahan sosial terjadi sebagai hasil dari konflik antara keinginan (interes) yang saling

berkompetisi dan bukan sekadar adaptasi. Perubahan sosial sering terjadi secara cepat dan

revolusioner daripada evolusioner.


          Dalam perkembangannya, teori konflik Mills, Dahrendorf, dan Coser berusaha disusun

sintesisnya oleh sosiolog Amerika lain, Randall Collins, yang berusaha menunjukkan dinamika

konflik interaksional. Menurut Collins, struktur sosial tidak mempunyai EKSISTENSI

OBYEKTIF yang terpisah dari pola interaksi yang selalu berulang dalam sistem sosial; struktur

sosial memiliki EKSISTENSI SUBYEKTIF dalam pikiran individu yang menyusun masyarakat.

Collins membagi MIKRO dan MAKRO. Mikrososial berarti hubungan interaksi antar individu
dalam masyarakat, sementara makrososial berarti hasil dari interaksi antar individu dalam

masyarakat tersebut. Collins sangat dipengaruhi tak hanya pendahulunya dalam teori konflik,

namun juga pemikiran teori kritis dan fungsionalisme dan teori pertukaran sosial. Salah satu

contoh yang menarik adalah pendapatnya tentang alat produksi mental, misalnya pendidikan dan

media massa serta alat produksi emosional seperti tradisi dan ritualisme sosial. Semakin besar

kepercayaan akan senjata-senjata mahal yang dipegang oleh suatu kelompok, semakin besar pula

tentara mengambil bentuk hirarki komando. Di sisi lain, semakin besar persamaan dalam

kelompok disatukan secara seremonial, semakin besar pula kenderungan agama menekankan

ritus-ritus partisipasi massa dan ideal persaudaraan kelompok. Demikian seterusnya, seolah

tercapai pertemuan antara teori struktur-fungsionalisme, teori konflik, dan interaksionisme

simbolik.


Indonesia Potensial Konflik

•   Indonesia merupakan negara multi etnis yang memiliki aneka ragam suku, budaya, bahasa,

    dan agama bersatu di bawah semboyan Bhineka Tunggal Ika, namun masih belum seindah

    kenyataan.

•   Pakar studi konflik dari Universitas Oxford, France, Steward (Kompas 16/12/03)

    menyebutkan empat kategori negara yang berpotensi konflik.

        • Keaneka-ragaman dan perbedaan, potensi terpendam pemicu konflik.

        • negara dengan tingkat pendapatan dan pembangunan manusianya rendah,

        • dengan tingkat horizontal yang tinggi.

        • negara yang rezim politiknya berada dalam transisi rezim represif menuju rezim

            demokratis
Apa yang bisa dipelajari:

 Konflik adalah keniscayaan dalam kehidupan sosial

 Konflik memerlukan pengelolaan yang tepat

 Perlu menghentikan dan mencegah konflik menjadi kekerasan


    Kekerasan Langsung yang menggunakan kekuatan ( mis: senjata kimia, biologi, nuklir)

      oleh negara atau kelompok untuk mencapai tujuan mereka ( baik ideologi, budaya, atau

      ekonomi maupun politik)

    Kekerasan Struktural yang berlangsung melalui kebijakan institusional dan praktek

      prosedural yang menciptakan ketidak adilan, peminggiran hingga mencederai orang.


             Kekerasan Langsung menggunakan kekuatan ( misal: senjata kimia, biologi,

             nuklir) oleh negara atau kelompok untuk mencapai tujuan mereka ( baik ideologi,

             budaya, atau ekonomi maupun politik)

              Kekerasan Struktural berlangsung melalui kebijakan institusional dan praktek

             prosedural yang menciptakan ketidakadilan, peminggiran hingga mencederai

             orang.


Media dan Konflik

 Liputan media tentang krisis digambarkan oleh Scanlon, Luuko & Morten (1978) sebagai

  cenderung tidak akurat dan mengandung rumour atau desas-desus.
 Wilbur Schramm dalam artikelnya “Communication in Crisis” (1971) telah menyatakan

  bahwa laporan media tentang sebuah krisis cenderung kurang akurat dan lebih mengutamakan

  kecepatan.

 Dalam sebuah krisis, media cenderung lebih mengutamakan penyajian berita secara cepat

  dari pada berita yang akurat, demikian pendapat Dynes (seperti yang dikutip Scanlon, Luuko

  & Morten, 1978).

 Bahwa isi dan hasil komunikasi tergantung pada cara mengkontruksi realitas yang akan

  disampaikan.Jika konstruksinya positif dan tujuan positif dapat digunakan untuk (1)

  kampanye sosial, mengajak pada kebaikan.(2) pesan juga bisa digunakan untuk perubahan,

  bukan untuk konflik sosial.

 Untuk mencapai dua hal tersebut, syaratnya pesan harus bebas dari prasangka. Itulah syarat

  yang diperlukan untuk membentuk masyarakat yang komunikatif, masyarakat yang

  didalamnya terbebas dari manipulasi, hegemoni dan dominasi.


  Bangunan Sistem Politik

    Orde baru, bangunan yang diyakini adalah floating mass.
    Era reformasi, kebebasan dengan banyak partai, fungsi:


        sosialisasi politik;
        rekrutmen politik;
        partisipasi politik;
        pemadu kepentingan;
        komunikasi politik;
        pengendali konflik;
        kontrol politik .
Sistem Pemerintahan

                                                                     Kesenjangan
    Orde baru, lebih sentralistik.                                  masih
    Era reformasi, otonomi luas.                                    terjadi…




Solusi 3E 1N


   •   mendidik (education)                                       Perbaiki sistem

   •   memberdayakan (empowering)                                 Peran Parpol

   •   mencerahkan (einlightment)                                 Peran Media




Konflik di Indonesia, Konflik dan Media di Indonesia

       Manajemen konflik merupakan salah satu syarat demokrasi untuk mencegah akses

demokrasi itu sendiri. Konflik menjadi pendorong disintegrasi bangsa, keresahan masyarakat dan

kecemasan yang berlarut-larut, diperlukan managemen konflik. Konflik adalah materi politik,

faktor universal language of konflict, konflik itu adalah bahasa universal dari konflik. Jangan

heran kalau kita melihat, mendengar dan merasakan bahwa konflik seseorang merupakan suatu

menu utama ditengah masyarakat kita, apalagi didalam euforia demokrasi. Permainan politik

penuh resiko, konsentrasi dalam mempertaruhkan kepentingan warga negara, kepentingan

bangsa, kepentingan negara, baik sekarang maupun mendatang.




                                                                     kK
Daftar caleg yang ada menimbulkan konflik, di lapangan menunjukkan tidak sedikit

konflik politik bermuara untuk mempertahankan dan memperkuat wilayah kepentingan pribadi.

Terutama dikalangan elite politik mereka itu ingin jadi menteri, ingin menjadi presiden, ingin

jadi wapres atau ingin jadi ketua DPR atau anggota DPR. Para elite politik menjadikan massa

politik rela berkorban saat berkampanye, massa tidak tahu untuk apa mereka berkampanye asal

menunjukkan kesetiaan pada partai. Sebenarnya kepentingan bangsa lebih utamakan daripada

kepentingan partai. Hal itu terjadi tidak lama saat tindakan represif dari orde baru pada rakyat

dan sekarang rakyat berbalik melawan, maka dari itu kita perlu menguasai manajemen konflik.

Dalam 32 tahun hegemoni negara terjadi disemua sektor kehidupan kita. Pemilu yang tidak jujur

dan lancar, relatif adil meskipun tidak kita katakan lebih jurdil dari pemilu lalu.


       Masyarakat tidak diberi ketrampilan manajemen konflik, termasuk lurah aparat negara.

Pemerintah tidak memberi kesempatan masyarakat yang non Abri dan Golongan Karya

menguasai ketrampilan manajemen konflik. Hal ini suatu realita yang memperlemah secara total

kemampuan dan kapabilitas masyarakat untuk melaksanakan fungsi manajemen konflik.

Akibatnya pemerintah bertindak secara sepihak dalam melaksakan kehendaknya pada

masyarakat di negeri ini. Indikasinya adalah segala informasi yang berasal dari rakyat sejauh

tidak menguntungkan pemerintah mustahil akan dapat tersosialisasikan secara meluas ketengah

masyarakat, karena penguasaan jaringan komunikasi politik baik melalui media maupun

forum. Sebaliknya semua informasi yang bersumber dari pemerintah selain akan di back up

dengan segala cara oleh seluruh jaringan kekuasaan pemerintah juga akan diterima masyarakat

sebagai suatu alternatif. Solidnya watak primodialisme dan patrialisme masyarakat, membuat

kita kerap percaya apa yang dikatakan pemerintah. Media massa hanya menjadi perpanjangan

tangan pemerintah. Terbukti pembredelan Monitor, dan kasus Tempo.
Sedangkan di era sekarang, kasus yang terbaru adalah Dipo Alam sang sekretariat

cabinet, yang kebablasan1, setidaknya dapat dianalisis psiklogi menunjukan betapa seorang

mantan aktivis pun mampu terperangkap dalam kekuasaan/ sindrom kekuasaan. Karena sebagai

representative negara maka beliau harus menjaga sikap dan wibawanya sebagai pribadi dan

karena rakyat tidak pernah melupakan dirinya sebagai „part of the system’, maka sikap santun,

kritik yang membangun perlu, dan hendaknya disampaikan pada jalur yang ada (bisa dengan

informal, teguran keberatan atas TV One, Metro TV, Media Indonesia) sekaligus perlunya cross

and check berita oleh media sehingga tidak menimbulkan polemik. Menggunakan hak jawabnya

terlebih dulu, bukan langsung ke ranah hukum, arogansi media. Kasus Prita vs RS Omni pun

merupakan contoh konflik media dalam rangka memberikan pendidikan (politik) dan pemberi

informasi, agent of change- empowering (3E 1N), gawang demokrasi dan tranformasi budaya

Indonesia melalui sosial media, masyarakat jaringan. 2 Rakyat tidak bisa dibohongi lagi, bisa

berkreasi, sebagai akses alternatif atas kebekuan sistem, yang membuat negara patut berhitung,

demikian pula yang telah terjadi di kawasan Timur Tengah …


          Kasus Nazaruddin pun memerlukan penanganan yang serius bagi Demokrat,perlunya

pressure partai politik lain (meskipun bias juga terjadi di partai lain, cuma belum terungkap)

untuk menekan SBY bertindak tegas dan membuktikan dirinya adalah orang yang memang anti

korupsi, bersih. Demokrat bias menjadi contoh untuk memulai audit keuangan partai. Kita

menunggu bagaimana bergulirnya waktu penyelesaian kasus ini, karena di Indonesia belum

1
    DR.khomsahrial Romli, Pak Dipo Kebabablasan, Lampung Pos

2
    Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat,

Kencana Prenada Media Group, 2011, hal. 296
muncul tokoh media yang betul betul pejuang, seperti halnya dua jurnalis muda Amerika dalam

skandal Watergate, Bob Woodward dan Carl Bernstein 3dengan nara sumber rahasianya “ Deep

Throat”, mantan direktur deputi FBI, William Mark Felt, dan sepanjang hidupnya sebagai saksi

kunci/ nara sumber sejati identitasnya abadi , baru            pada tahun 2005 ia mengungkapkan

kebenaran itu (mungkin ini berbeda dengan Nazaruddin sekiranya ia adalah whistle blower,

kasus saksi kunci yang identitasnya diketahui). Mampukah resign nya Nixon terjadi di Indonesia,

dan pidato SBY adalah yang “aku bukan penjahat” (Pidato sanggahan Nixon pada 17 Nov

1973.red)….?!. Jalan masih berliku untuk Indra Piliang, untuk negara ini terlebih lagi para elit

politik tak pernah punya malu, tak kenal budaya heroik mengakui kesalahan dan melepaskannya

dalam maaf dan mengundurkan diri…. (demi kepentingan negara, membangun sistem), semoga.


SUMBER:
http://arysakty.wordpress.com/2008/05/19/meretas-jalan-sosiologi-konflik/

http://id.shvoong.com/social-sciences/1838186-makna-konflik/#ixzz1T8tCfLodia

www.kompas.co.id

www. Wikipedia.org

Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi
di Masyarakat, Kencana Prenada Media Group, 2011

George Ritzer, Dauglass J Goodman, edisi 6, Teori Sosiologi Modern, Kencana Prenada Media
Group, Jakarta, 2010

Other resources taken from internet, privat civic and sociology document

                                                         Kelompok :

                                                         1. Novi Eka Budilestari
                                                         2. Gustina Meliani
                                                         3. Anggiat Maruli

3
    www. Wikipedia.org
Konflik n media nv
Konflik n media nv
Konflik n media nv

More Related Content

What's hot

Pip pertemuan ke 4
Pip pertemuan ke 4Pip pertemuan ke 4
Pip pertemuan ke 4dzakiaziz
 
Pengertian konflik sosial
Pengertian konflik sosialPengertian konflik sosial
Pengertian konflik sosialCimpakulRawa
 
Presentasi tauhid abda
Presentasi tauhid abdaPresentasi tauhid abda
Presentasi tauhid abdaAbdau Qur'ani
 
Musni Umar: Manajemen Konflik Cara Mengatasi Konflik di DKI
Musni Umar: Manajemen Konflik Cara Mengatasi Konflik di DKI Musni Umar: Manajemen Konflik Cara Mengatasi Konflik di DKI
Musni Umar: Manajemen Konflik Cara Mengatasi Konflik di DKI musniumar
 
KONFLIK SOSIAL
KONFLIK SOSIAL KONFLIK SOSIAL
KONFLIK SOSIAL zara vho
 
Syarif, dasar dasar konflik dan model resolusi konflik
Syarif, dasar dasar konflik dan model resolusi konflikSyarif, dasar dasar konflik dan model resolusi konflik
Syarif, dasar dasar konflik dan model resolusi konflikSyarifudin Amq
 
Konflik dan integrasi sosial oleh nurhakiki xi i is 1
Konflik dan integrasi sosial oleh nurhakiki xi i is 1Konflik dan integrasi sosial oleh nurhakiki xi i is 1
Konflik dan integrasi sosial oleh nurhakiki xi i is 1Nurhakiky
 
Konflik YAMAN VS ARAB
Konflik YAMAN VS ARABKonflik YAMAN VS ARAB
Konflik YAMAN VS ARABBagus Prabowo
 
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi Kebijakannya
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi KebijakannyaTren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi Kebijakannya
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi KebijakannyaYogyakarta State University
 
Ppt konflik-xi
Ppt konflik-xiPpt konflik-xi
Ppt konflik-xiSiti Oyim
 
Mengelola Konflik Organisasi
Mengelola Konflik OrganisasiMengelola Konflik Organisasi
Mengelola Konflik OrganisasiSiti Sahati
 
Konflik sosial SOSIOLOGI
Konflik sosial SOSIOLOGIKonflik sosial SOSIOLOGI
Konflik sosial SOSIOLOGITiara Shafira
 
sosiologi "konflik, kekerasan, dan upaya penyelesaian"
sosiologi "konflik, kekerasan, dan upaya penyelesaian"sosiologi "konflik, kekerasan, dan upaya penyelesaian"
sosiologi "konflik, kekerasan, dan upaya penyelesaian"Dedi Saputra
 

What's hot (20)

Pip pertemuan ke 4
Pip pertemuan ke 4Pip pertemuan ke 4
Pip pertemuan ke 4
 
Pengertian konflik sosial
Pengertian konflik sosialPengertian konflik sosial
Pengertian konflik sosial
 
Presentasi tauhid abda
Presentasi tauhid abdaPresentasi tauhid abda
Presentasi tauhid abda
 
Manajemen konflik
Manajemen konflikManajemen konflik
Manajemen konflik
 
Pengertian sosial
Pengertian sosialPengertian sosial
Pengertian sosial
 
Musni Umar: Manajemen Konflik Cara Mengatasi Konflik di DKI
Musni Umar: Manajemen Konflik Cara Mengatasi Konflik di DKI Musni Umar: Manajemen Konflik Cara Mengatasi Konflik di DKI
Musni Umar: Manajemen Konflik Cara Mengatasi Konflik di DKI
 
Materi
MateriMateri
Materi
 
Kriminologi
KriminologiKriminologi
Kriminologi
 
Sosiologi
SosiologiSosiologi
Sosiologi
 
KONFLIK SOSIAL
KONFLIK SOSIAL KONFLIK SOSIAL
KONFLIK SOSIAL
 
Syarif, dasar dasar konflik dan model resolusi konflik
Syarif, dasar dasar konflik dan model resolusi konflikSyarif, dasar dasar konflik dan model resolusi konflik
Syarif, dasar dasar konflik dan model resolusi konflik
 
Konflik dan integrasi sosial oleh nurhakiki xi i is 1
Konflik dan integrasi sosial oleh nurhakiki xi i is 1Konflik dan integrasi sosial oleh nurhakiki xi i is 1
Konflik dan integrasi sosial oleh nurhakiki xi i is 1
 
Konflik YAMAN VS ARAB
Konflik YAMAN VS ARABKonflik YAMAN VS ARAB
Konflik YAMAN VS ARAB
 
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi Kebijakannya
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi KebijakannyaTren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi Kebijakannya
Tren Kekerasan Baru di Indonesia serta Implikasi Kebijakannya
 
Ppt konflik-xi
Ppt konflik-xiPpt konflik-xi
Ppt konflik-xi
 
Manajemen konflik
Manajemen konflikManajemen konflik
Manajemen konflik
 
Prologue
ProloguePrologue
Prologue
 
Mengelola Konflik Organisasi
Mengelola Konflik OrganisasiMengelola Konflik Organisasi
Mengelola Konflik Organisasi
 
Konflik sosial SOSIOLOGI
Konflik sosial SOSIOLOGIKonflik sosial SOSIOLOGI
Konflik sosial SOSIOLOGI
 
sosiologi "konflik, kekerasan, dan upaya penyelesaian"
sosiologi "konflik, kekerasan, dan upaya penyelesaian"sosiologi "konflik, kekerasan, dan upaya penyelesaian"
sosiologi "konflik, kekerasan, dan upaya penyelesaian"
 

Similar to Konflik n media nv

Buku Sosiologi Pendidikan.pdf
 Buku Sosiologi Pendidikan.pdf Buku Sosiologi Pendidikan.pdf
Buku Sosiologi Pendidikan.pdfMuhammadbahrulUla
 
Buku Sosiologi Pendidikan.docx
Buku Sosiologi Pendidikan.docxBuku Sosiologi Pendidikan.docx
Buku Sosiologi Pendidikan.docxMuhammadbahrulUla
 
TEORI KONFLIK DALAM DEMOKRASI -- HATTA MS.pptx
TEORI KONFLIK DALAM DEMOKRASI -- HATTA MS.pptxTEORI KONFLIK DALAM DEMOKRASI -- HATTA MS.pptx
TEORI KONFLIK DALAM DEMOKRASI -- HATTA MS.pptxHattaMS
 
M12_Konflik Sosial dan Kekerasan.pptx
M12_Konflik Sosial dan Kekerasan.pptxM12_Konflik Sosial dan Kekerasan.pptx
M12_Konflik Sosial dan Kekerasan.pptxAyuNilaRatna
 
konflik dan intregasi kelas 8.pptx
konflik dan intregasi kelas 8.pptxkonflik dan intregasi kelas 8.pptx
konflik dan intregasi kelas 8.pptxArifahHafira
 
Konflik dan integrasi sosial dalam masyarakat
Konflik dan integrasi sosial dalam masyarakatKonflik dan integrasi sosial dalam masyarakat
Konflik dan integrasi sosial dalam masyarakatSlamet Readi
 
Manajemenkonflik 110305095153-phpapp02
Manajemenkonflik 110305095153-phpapp02Manajemenkonflik 110305095153-phpapp02
Manajemenkonflik 110305095153-phpapp02Kammi Daerah Serang
 
Proses Terjadinya Konflik dan Teori Konflik Menurut Para Ahli
Proses Terjadinya Konflik dan Teori Konflik Menurut Para AhliProses Terjadinya Konflik dan Teori Konflik Menurut Para Ahli
Proses Terjadinya Konflik dan Teori Konflik Menurut Para AhliVanesia Nad
 
Bab 4 konflik, kekerasan, dan perdamaian std fix
Bab 4 konflik, kekerasan, dan perdamaian std fixBab 4 konflik, kekerasan, dan perdamaian std fix
Bab 4 konflik, kekerasan, dan perdamaian std fixRezaWahyuni5
 
PPT RASIONALISME
PPT RASIONALISMEPPT RASIONALISME
PPT RASIONALISMEWulan280944
 
Konflik dan integrasi dalam kehidupan sosial
Konflik dan integrasi dalam kehidupan sosialKonflik dan integrasi dalam kehidupan sosial
Konflik dan integrasi dalam kehidupan sosialMuhamad Ginanjar
 
Makalah sosiologi pend.
Makalah sosiologi pend.Makalah sosiologi pend.
Makalah sosiologi pend.PENJAGA HATI
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian
Konflik, Kekerasan, dan PerdamaianKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian
Konflik, Kekerasan, dan PerdamaianElibrarySosiologi
 
Makalah Bentuk Bentuk Konflik
Makalah Bentuk Bentuk KonflikMakalah Bentuk Bentuk Konflik
Makalah Bentuk Bentuk KonflikTOFIK SUPRIYADI
 
486385994-PPT-Sosiologi-BAB-4.pptx
486385994-PPT-Sosiologi-BAB-4.pptx486385994-PPT-Sosiologi-BAB-4.pptx
486385994-PPT-Sosiologi-BAB-4.pptxheyafa30
 
Konflik politik - Sosiologi
Konflik politik  - SosiologiKonflik politik  - Sosiologi
Konflik politik - SosiologiArifFakhrudin5
 

Similar to Konflik n media nv (20)

Buku Sosiologi Pendidikan.pdf
 Buku Sosiologi Pendidikan.pdf Buku Sosiologi Pendidikan.pdf
Buku Sosiologi Pendidikan.pdf
 
Buku Sosiologi Pendidikan.docx
Buku Sosiologi Pendidikan.docxBuku Sosiologi Pendidikan.docx
Buku Sosiologi Pendidikan.docx
 
TEORI KONFLIK.pptx
TEORI KONFLIK.pptxTEORI KONFLIK.pptx
TEORI KONFLIK.pptx
 
TEORI KONFLIK DALAM DEMOKRASI -- HATTA MS.pptx
TEORI KONFLIK DALAM DEMOKRASI -- HATTA MS.pptxTEORI KONFLIK DALAM DEMOKRASI -- HATTA MS.pptx
TEORI KONFLIK DALAM DEMOKRASI -- HATTA MS.pptx
 
M12_Konflik Sosial dan Kekerasan.pptx
M12_Konflik Sosial dan Kekerasan.pptxM12_Konflik Sosial dan Kekerasan.pptx
M12_Konflik Sosial dan Kekerasan.pptx
 
konflik dan intregasi kelas 8.pptx
konflik dan intregasi kelas 8.pptxkonflik dan intregasi kelas 8.pptx
konflik dan intregasi kelas 8.pptx
 
Konflik dan integrasi sosial dalam masyarakat
Konflik dan integrasi sosial dalam masyarakatKonflik dan integrasi sosial dalam masyarakat
Konflik dan integrasi sosial dalam masyarakat
 
Manajemenkonflik 110305095153-phpapp02
Manajemenkonflik 110305095153-phpapp02Manajemenkonflik 110305095153-phpapp02
Manajemenkonflik 110305095153-phpapp02
 
Konflik Dalam Tinjauan Sosiologi
Konflik Dalam Tinjauan SosiologiKonflik Dalam Tinjauan Sosiologi
Konflik Dalam Tinjauan Sosiologi
 
Proses Terjadinya Konflik dan Teori Konflik Menurut Para Ahli
Proses Terjadinya Konflik dan Teori Konflik Menurut Para AhliProses Terjadinya Konflik dan Teori Konflik Menurut Para Ahli
Proses Terjadinya Konflik dan Teori Konflik Menurut Para Ahli
 
Bab 4 konflik, kekerasan, dan perdamaian std fix
Bab 4 konflik, kekerasan, dan perdamaian std fixBab 4 konflik, kekerasan, dan perdamaian std fix
Bab 4 konflik, kekerasan, dan perdamaian std fix
 
PPT RASIONALISME
PPT RASIONALISMEPPT RASIONALISME
PPT RASIONALISME
 
Konflik dan integrasi dalam kehidupan sosial
Konflik dan integrasi dalam kehidupan sosialKonflik dan integrasi dalam kehidupan sosial
Konflik dan integrasi dalam kehidupan sosial
 
Makalah sosiologi pend.
Makalah sosiologi pend.Makalah sosiologi pend.
Makalah sosiologi pend.
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian
Konflik, Kekerasan, dan PerdamaianKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian
 
Makalah Bentuk Bentuk Konflik
Makalah Bentuk Bentuk KonflikMakalah Bentuk Bentuk Konflik
Makalah Bentuk Bentuk Konflik
 
Konflik dan kekerasan
Konflik dan kekerasanKonflik dan kekerasan
Konflik dan kekerasan
 
Konflik sosial
Konflik sosialKonflik sosial
Konflik sosial
 
486385994-PPT-Sosiologi-BAB-4.pptx
486385994-PPT-Sosiologi-BAB-4.pptx486385994-PPT-Sosiologi-BAB-4.pptx
486385994-PPT-Sosiologi-BAB-4.pptx
 
Konflik politik - Sosiologi
Konflik politik  - SosiologiKonflik politik  - Sosiologi
Konflik politik - Sosiologi
 

Konflik n media nv

  • 1. Konflik dan Media Konflik terjadi di setiap area, di dalam dan di antara individu, komunitas, negara dan budaya. Konflik bersifat alami. Konflik dialami oleh orang dari berbagai latar belakang, budaya, kelas, kebangsaan, umur dan jender setiap hari. Yang paling penting bukanlah apakah konflik itu baik atau buruk tetapi adalah bagaimana kita menghadapinya (Brand Jacobsen, 2005). Pengertian Konflik Konflik berasal dari kata kerja latin configure yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya : 1.Suatu kondisi dimana tujuan, kebutuhan dan nilai-nilai kelompok yang bersaing, bertabrakan dan akibatnya terjadilah agrasi walaupun belum tentu berbentuk kekerasan (schelling). 2.Situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau perbedaan cara pandang diantara beberapa orang, kelompok atau organisasi. 3.Sikap saling mempertahankan diri sekurang-kurangnya diantara dua kelompok yaitu memiliki tujuan dan pandangan berbeda dalam upaya mencapai tujuan sehingga mereka berada dalam posisi oposisi bukan kerjasama.
  • 2. Konteks Konflik meliputi :  Konflik domestik : isu utamanya adalah suatu kondisi dimana terdapat masalah-masalah antara pemegang kekuasaan dengan penantangnya yang diselesaikan dengan cara damai.  Konflik regional : isu utama menekankan proses negosiasi dan hubungan antara negara tetangga.  Bentuk hubungan bisa bersifat cooperative, competitive, dan transforming.  Konflik internasional : isunya sama dengan konflik regional tetapi cakupannya lebih luas.  Konflik dapat menjadi alat yang efektif dalam percaturan internasional. Ia dapat mengemban fungsi sebagai upaya untuk mendapatkan atau mempertahankan kekuatan (power), memelihara kohesifitas internal dan memeperluas hubungan ke luar.  Kekerasan seringkali menjadi alat ampuh untuk bargaining position. Meskipun demikian penyelesaian konflik merupakan tujuan yang secara politik paling diharapkan, karena mengurangi korban jiwa manusia, mencegah disorganisasi suatu bangsa dan memulihkan stabilitas dalam hubungan luar negeri.  Penyelesaian konflik (conflict resolution) adalah suatu jalan menuju perdamaian, sekurang-kurangnya perdamaian negatif, dan mempunyai fungsi lain, misalnya menjamin stabilitas politik dan kesinambungan pembangunan sosial maupun ekonomi.  Penyelesaian konflik (conflict resolution) didefinisikan sebagai suatu proses mencari peluang penyelesaian konflik dimana setiap pelaku tidak lagi merasa perlunya melanjutkan perselisihan dan mengakui bahwa dengan begitu mungkin mereka dapat memperoleh keuntungan tertentu. (nicolson, 1991: h. 59).
  • 3.  Definisi lain mengatakan bahwa penyelesaian konflik adalah suatu proses yang berkaitan dengan bagaimana menemukan jalan untuk mengakomodasi kepentingan eksplisit dari pihak-pihak yang terlibat dalam sengketa.  Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat menghasilkan respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua dimensi, pengertian terhadap hasil tujuan kita dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak lainnya.  Skema menghasilkan hipotesa sebagai berikut : 1.Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk mencari jalan keluar yang terbaik. 2.Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan untuk “memenangkan” konflik. 3.Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan yang memberikan “kemenangan” konflik bagi pihak tersebut. Tidak ada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk menghindari konflik. Sejarah Konflik Munculnya teori neo-marxis, pergulatan antar kelas ekonomi menjadi inspirasi lahirnya teori konflik. Sosiolog Jerman, Ralf Dahrendorf, menerangkan konflik kelas dalam masyarakat industrial pada tahun 1959. Teorinya berbeda dengan Marx karena menganalisis konflik tanpa
  • 4. memperhitungkan politik ekonomi yang ada (apakah kapitalisme atau sosialisme). Jika Marx bersandar pada PEMILIKAN alat produksi, maka Dahrendorf bersandar pada KONTROL atas alat produksi. Dalam terminologi Dahrendorf, pada masa pos-kapitalisme, kepemilikan alat produksi (baik sosialis atau kapitalis) tidak menjamin adanya kontrol atas alat produksi. Jadi, di luar Marxisme, ia mengembangkan beberapa terminologi dari Max Weber, antara lain bahwa sistem sosial itu dikoordinasi secara imperatif melalui otoritas/kekuasaan. Secara sederhana dikatakan teori Dahrendorf melakukan kombinasi antara fungsionalisme (tentang struktur dan fungsi masyarakat) dengan teori (konflik) antar kelas sosial. Teori sosial Dahrendorf berfokus pada kelompok kepentingan konflik yang berkenaan dengan kepemimpinan, ideologi, dan komunikasi sekaligus usaha untuk menstrukturkan konflik, mulai dari proses terjadinya hingga intensitasnya berkaitan dengan kekerasan. Jadi bedanya dengan fungsionalisme jelas, tidak memandang masyarakat sebagai sebuah hal yang tetap/statis, namun senantiasa berubah oleh terjadinya konflik dalam masyarakat. Dalam menelaah konflik antara kelas bawah dan kelas atas misalnya, Dahrendorf menunjukkan bahwa kepentingan kelas bawah menantang legitimasi struktur otoritas yang ada. Kepentingan antara dua kelas yang berlawanan ditentukan oleh sifat struktur otoritas dan bukan oleh orientasi individu pribadi terlibat di dalamnya. Individu tidak harus sadar akan kelasnya untuk kemudian menantang kelas sosial lainnya. Sebelumnya, George Simmel (1858–1918), sosiolog fungsionalis Jerman juga telah mencoba mendekati teori konflik dengan menunjukkan bahwa konflik merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang mendasar; berkaitan dengan sikap bekerja sama dalam masyarakat. Dalam hal ini Simmel seorang sosiolog pertama yang berusaha keras untuk mengkonstruksi sistem formal dalam sosiologi yang diabstraksikan dari sejarah dan detil pengalaman manusia.
  • 5. Analisisnya tentang efek ekonomi uang dalam perilaku manusia merupakan salah satu pekerjaannya yang penting. Jika Simmel membedah teori sosial berdasarkan konfliknya, maka sosiolog konflik Amerika Serikat, Lewis Coser (1913-2003), bertitik berat pada konsekuensi-konsekuensi terjadinya konflik pada sebuah sistem sosial secara keseluruhan. Teorinya menunjukkan kekeliruan jika memandang konflik sebagai hal yang melulu merusak sistem sosial, karena konflik juga dapat memberikan keuntungan pada masyarakat luas di mana konflik tersebut terjadi. Konflik justru dapat membuka peluang integrasi antar kelompok. Di Amerika Serikat, teori konflik muncul menjadi sebuah cabang teoretis oleh karena ketidaksukaan pada sosiologi fungsionalisme yang berkembang saat itu. C. Wright Mills, sosiolog Amerika 1960-an mengecam fungsionalisme, kritiknya tentang elit kekuasaan di Amerika saat itu. Perdebatan Mills dan fungsionalisme ini pada dasarnya menunjukkan bagaimana sosiologi telah berkarib dengan ideologi. Tuduhan yang paling besar adalah uraiannya tentang karya Parsons yang bermuatan ideologis dan menurutnya sebagian besar isinya kosong/hampa. Secara metodologi, Mills lebih mirip dengan mazhab Frankfurt atas kritiknya pada media massa, pemerintahan, dan militer. Salah satu contoh proposisinya yang kontroversial adalah bahwa menurutnya di Amerika terjadi paradoks demokrasi: bentuk pemerintahannya adalah demokrasi namun seluruh struktur organisasinya cenderung diubah ke bentuk oligarkhi, hanya sedikit yang memiliki kekuasaan politik. Dalam sosiologi, teori konflik berdasar pada asumsi bahwa masyarakat atau organisasi berfungsi sedemikian di mana individu dan kelompoknya berjuang untuk memaksimumkan keuntungan yang diperolehnya; secara tak langsung dan tak mungkin dihindari adalah perubahan
  • 6. sosial yang besar seperti revolusi dan perubahan tatanan politik. Teori konflik ini secara umum berusaha memberikan kritik pada fungsionalisme yang meyakini bahwa masyarakat dan organisasi memainkan peran masing-masing sedemikian seperti halnya organ-organ dalam tubuh makhluk hidup. Ringkasnya, ada sedikitnya empat hal yang penting dalam memahami teori konfilk sosial, antara lain: 1. kompetisi (atas kelangkaan sumber daya seperti makanan, kesenangan, partner seksual, dan sebagainya. Dasar interaksi manusia bukanlah KONSENSUS yang ditawarkan fungsionalisme, namun KOMPETISI. 2. Ketaksamaan struktural. Ketaksamaan dalam hal kuasa, perolehan yang ada dalam struktur sosial. 3. Individu dan kelompok yang ingin mendapatkan keuntungan dan berjuang untuk mencapai revolusi. 4. Perubahan sosial terjadi sebagai hasil dari konflik antara keinginan (interes) yang saling berkompetisi dan bukan sekadar adaptasi. Perubahan sosial sering terjadi secara cepat dan revolusioner daripada evolusioner. Dalam perkembangannya, teori konflik Mills, Dahrendorf, dan Coser berusaha disusun sintesisnya oleh sosiolog Amerika lain, Randall Collins, yang berusaha menunjukkan dinamika konflik interaksional. Menurut Collins, struktur sosial tidak mempunyai EKSISTENSI OBYEKTIF yang terpisah dari pola interaksi yang selalu berulang dalam sistem sosial; struktur sosial memiliki EKSISTENSI SUBYEKTIF dalam pikiran individu yang menyusun masyarakat. Collins membagi MIKRO dan MAKRO. Mikrososial berarti hubungan interaksi antar individu
  • 7. dalam masyarakat, sementara makrososial berarti hasil dari interaksi antar individu dalam masyarakat tersebut. Collins sangat dipengaruhi tak hanya pendahulunya dalam teori konflik, namun juga pemikiran teori kritis dan fungsionalisme dan teori pertukaran sosial. Salah satu contoh yang menarik adalah pendapatnya tentang alat produksi mental, misalnya pendidikan dan media massa serta alat produksi emosional seperti tradisi dan ritualisme sosial. Semakin besar kepercayaan akan senjata-senjata mahal yang dipegang oleh suatu kelompok, semakin besar pula tentara mengambil bentuk hirarki komando. Di sisi lain, semakin besar persamaan dalam kelompok disatukan secara seremonial, semakin besar pula kenderungan agama menekankan ritus-ritus partisipasi massa dan ideal persaudaraan kelompok. Demikian seterusnya, seolah tercapai pertemuan antara teori struktur-fungsionalisme, teori konflik, dan interaksionisme simbolik. Indonesia Potensial Konflik • Indonesia merupakan negara multi etnis yang memiliki aneka ragam suku, budaya, bahasa, dan agama bersatu di bawah semboyan Bhineka Tunggal Ika, namun masih belum seindah kenyataan. • Pakar studi konflik dari Universitas Oxford, France, Steward (Kompas 16/12/03) menyebutkan empat kategori negara yang berpotensi konflik. • Keaneka-ragaman dan perbedaan, potensi terpendam pemicu konflik. • negara dengan tingkat pendapatan dan pembangunan manusianya rendah, • dengan tingkat horizontal yang tinggi. • negara yang rezim politiknya berada dalam transisi rezim represif menuju rezim demokratis
  • 8. Apa yang bisa dipelajari:  Konflik adalah keniscayaan dalam kehidupan sosial  Konflik memerlukan pengelolaan yang tepat  Perlu menghentikan dan mencegah konflik menjadi kekerasan  Kekerasan Langsung yang menggunakan kekuatan ( mis: senjata kimia, biologi, nuklir) oleh negara atau kelompok untuk mencapai tujuan mereka ( baik ideologi, budaya, atau ekonomi maupun politik)  Kekerasan Struktural yang berlangsung melalui kebijakan institusional dan praktek prosedural yang menciptakan ketidak adilan, peminggiran hingga mencederai orang. Kekerasan Langsung menggunakan kekuatan ( misal: senjata kimia, biologi, nuklir) oleh negara atau kelompok untuk mencapai tujuan mereka ( baik ideologi, budaya, atau ekonomi maupun politik) Kekerasan Struktural berlangsung melalui kebijakan institusional dan praktek prosedural yang menciptakan ketidakadilan, peminggiran hingga mencederai orang. Media dan Konflik  Liputan media tentang krisis digambarkan oleh Scanlon, Luuko & Morten (1978) sebagai cenderung tidak akurat dan mengandung rumour atau desas-desus.
  • 9.  Wilbur Schramm dalam artikelnya “Communication in Crisis” (1971) telah menyatakan bahwa laporan media tentang sebuah krisis cenderung kurang akurat dan lebih mengutamakan kecepatan.  Dalam sebuah krisis, media cenderung lebih mengutamakan penyajian berita secara cepat dari pada berita yang akurat, demikian pendapat Dynes (seperti yang dikutip Scanlon, Luuko & Morten, 1978).  Bahwa isi dan hasil komunikasi tergantung pada cara mengkontruksi realitas yang akan disampaikan.Jika konstruksinya positif dan tujuan positif dapat digunakan untuk (1) kampanye sosial, mengajak pada kebaikan.(2) pesan juga bisa digunakan untuk perubahan, bukan untuk konflik sosial.  Untuk mencapai dua hal tersebut, syaratnya pesan harus bebas dari prasangka. Itulah syarat yang diperlukan untuk membentuk masyarakat yang komunikatif, masyarakat yang didalamnya terbebas dari manipulasi, hegemoni dan dominasi. Bangunan Sistem Politik  Orde baru, bangunan yang diyakini adalah floating mass.  Era reformasi, kebebasan dengan banyak partai, fungsi:  sosialisasi politik;  rekrutmen politik;  partisipasi politik;  pemadu kepentingan;  komunikasi politik;  pengendali konflik;  kontrol politik .
  • 10. Sistem Pemerintahan Kesenjangan  Orde baru, lebih sentralistik. masih  Era reformasi, otonomi luas. terjadi… Solusi 3E 1N • mendidik (education) Perbaiki sistem • memberdayakan (empowering) Peran Parpol • mencerahkan (einlightment) Peran Media Konflik di Indonesia, Konflik dan Media di Indonesia Manajemen konflik merupakan salah satu syarat demokrasi untuk mencegah akses demokrasi itu sendiri. Konflik menjadi pendorong disintegrasi bangsa, keresahan masyarakat dan kecemasan yang berlarut-larut, diperlukan managemen konflik. Konflik adalah materi politik, faktor universal language of konflict, konflik itu adalah bahasa universal dari konflik. Jangan heran kalau kita melihat, mendengar dan merasakan bahwa konflik seseorang merupakan suatu menu utama ditengah masyarakat kita, apalagi didalam euforia demokrasi. Permainan politik penuh resiko, konsentrasi dalam mempertaruhkan kepentingan warga negara, kepentingan bangsa, kepentingan negara, baik sekarang maupun mendatang. kK
  • 11. Daftar caleg yang ada menimbulkan konflik, di lapangan menunjukkan tidak sedikit konflik politik bermuara untuk mempertahankan dan memperkuat wilayah kepentingan pribadi. Terutama dikalangan elite politik mereka itu ingin jadi menteri, ingin menjadi presiden, ingin jadi wapres atau ingin jadi ketua DPR atau anggota DPR. Para elite politik menjadikan massa politik rela berkorban saat berkampanye, massa tidak tahu untuk apa mereka berkampanye asal menunjukkan kesetiaan pada partai. Sebenarnya kepentingan bangsa lebih utamakan daripada kepentingan partai. Hal itu terjadi tidak lama saat tindakan represif dari orde baru pada rakyat dan sekarang rakyat berbalik melawan, maka dari itu kita perlu menguasai manajemen konflik. Dalam 32 tahun hegemoni negara terjadi disemua sektor kehidupan kita. Pemilu yang tidak jujur dan lancar, relatif adil meskipun tidak kita katakan lebih jurdil dari pemilu lalu. Masyarakat tidak diberi ketrampilan manajemen konflik, termasuk lurah aparat negara. Pemerintah tidak memberi kesempatan masyarakat yang non Abri dan Golongan Karya menguasai ketrampilan manajemen konflik. Hal ini suatu realita yang memperlemah secara total kemampuan dan kapabilitas masyarakat untuk melaksanakan fungsi manajemen konflik. Akibatnya pemerintah bertindak secara sepihak dalam melaksakan kehendaknya pada masyarakat di negeri ini. Indikasinya adalah segala informasi yang berasal dari rakyat sejauh tidak menguntungkan pemerintah mustahil akan dapat tersosialisasikan secara meluas ketengah masyarakat, karena penguasaan jaringan komunikasi politik baik melalui media maupun forum. Sebaliknya semua informasi yang bersumber dari pemerintah selain akan di back up dengan segala cara oleh seluruh jaringan kekuasaan pemerintah juga akan diterima masyarakat sebagai suatu alternatif. Solidnya watak primodialisme dan patrialisme masyarakat, membuat kita kerap percaya apa yang dikatakan pemerintah. Media massa hanya menjadi perpanjangan tangan pemerintah. Terbukti pembredelan Monitor, dan kasus Tempo.
  • 12. Sedangkan di era sekarang, kasus yang terbaru adalah Dipo Alam sang sekretariat cabinet, yang kebablasan1, setidaknya dapat dianalisis psiklogi menunjukan betapa seorang mantan aktivis pun mampu terperangkap dalam kekuasaan/ sindrom kekuasaan. Karena sebagai representative negara maka beliau harus menjaga sikap dan wibawanya sebagai pribadi dan karena rakyat tidak pernah melupakan dirinya sebagai „part of the system’, maka sikap santun, kritik yang membangun perlu, dan hendaknya disampaikan pada jalur yang ada (bisa dengan informal, teguran keberatan atas TV One, Metro TV, Media Indonesia) sekaligus perlunya cross and check berita oleh media sehingga tidak menimbulkan polemik. Menggunakan hak jawabnya terlebih dulu, bukan langsung ke ranah hukum, arogansi media. Kasus Prita vs RS Omni pun merupakan contoh konflik media dalam rangka memberikan pendidikan (politik) dan pemberi informasi, agent of change- empowering (3E 1N), gawang demokrasi dan tranformasi budaya Indonesia melalui sosial media, masyarakat jaringan. 2 Rakyat tidak bisa dibohongi lagi, bisa berkreasi, sebagai akses alternatif atas kebekuan sistem, yang membuat negara patut berhitung, demikian pula yang telah terjadi di kawasan Timur Tengah … Kasus Nazaruddin pun memerlukan penanganan yang serius bagi Demokrat,perlunya pressure partai politik lain (meskipun bias juga terjadi di partai lain, cuma belum terungkap) untuk menekan SBY bertindak tegas dan membuktikan dirinya adalah orang yang memang anti korupsi, bersih. Demokrat bias menjadi contoh untuk memulai audit keuangan partai. Kita menunggu bagaimana bergulirnya waktu penyelesaian kasus ini, karena di Indonesia belum 1 DR.khomsahrial Romli, Pak Dipo Kebabablasan, Lampung Pos 2 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Kencana Prenada Media Group, 2011, hal. 296
  • 13. muncul tokoh media yang betul betul pejuang, seperti halnya dua jurnalis muda Amerika dalam skandal Watergate, Bob Woodward dan Carl Bernstein 3dengan nara sumber rahasianya “ Deep Throat”, mantan direktur deputi FBI, William Mark Felt, dan sepanjang hidupnya sebagai saksi kunci/ nara sumber sejati identitasnya abadi , baru pada tahun 2005 ia mengungkapkan kebenaran itu (mungkin ini berbeda dengan Nazaruddin sekiranya ia adalah whistle blower, kasus saksi kunci yang identitasnya diketahui). Mampukah resign nya Nixon terjadi di Indonesia, dan pidato SBY adalah yang “aku bukan penjahat” (Pidato sanggahan Nixon pada 17 Nov 1973.red)….?!. Jalan masih berliku untuk Indra Piliang, untuk negara ini terlebih lagi para elit politik tak pernah punya malu, tak kenal budaya heroik mengakui kesalahan dan melepaskannya dalam maaf dan mengundurkan diri…. (demi kepentingan negara, membangun sistem), semoga. SUMBER: http://arysakty.wordpress.com/2008/05/19/meretas-jalan-sosiologi-konflik/ http://id.shvoong.com/social-sciences/1838186-makna-konflik/#ixzz1T8tCfLodia www.kompas.co.id www. Wikipedia.org Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Kencana Prenada Media Group, 2011 George Ritzer, Dauglass J Goodman, edisi 6, Teori Sosiologi Modern, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010 Other resources taken from internet, privat civic and sociology document Kelompok : 1. Novi Eka Budilestari 2. Gustina Meliani 3. Anggiat Maruli 3 www. Wikipedia.org