2. TIGA KEKUATAN DALAM NEGARA
YANG BERGERAK DALAM PRAKTEK
KEKUASAAN
1. Pemerintah sebagai badan publik
2. Kekuatan Ekonomi/Pasar yang berada di
tangan kaum bisnis
3. Civil Society (Lembaga Swadaya
Masyarakat, Organisasi Kemasyarakatan)
3. Dasar Pandangan Civil Society
Sebuah komitmen hidup bersama antar
kekuatan dalam kekuasaan di mana
kebijakan yang berimplikasi negatif
dapat dicegah.
4. Karakteristik Civil Society
Daniel Bell mengemukakan bahwa ada tiga
ciri utama yang menandai Civil Society,
yaitu :
1. Kemandirian yang cukup tinggi dari
individu-individu dan kelompokkelompok dalam masyarakat
2. Adanya ruang publik yang bebas (free
public sphere) sebagai wahana bagi
keterlibatan politik secara aktif dari
warga negara melalui wacana dan
praksis yang berkaitan dengan
kepentingan publik
3. Adanya kemampuan membatasi kuasa
negara agar ia tidak intervensionis
5. Ada Enam Karakter Yang
Menandai Civil Society:
1. Free Public Sphere
Adanya ruang publik yang bebas
sebagai sarana dalam mengemukakan
pendapat.
2. Demokratis
Demokrasi dalam pengertian yang luas
merupakan salah satu syarat mutlak
bagi penegakan civil society
6. 3. Toleran
Civil Society meniscayakan toleransi,
yakni kesediaan individu untuk
menerima pandangan-pandangan politik
dan sikap sosial yang berbeda.
4. Tegaknya Supremasi Hukum
Usaha untuk menegakkan hukum
(norma dan nilai hukum) yang terdapat
dibelakang norma tersebut.
7. 5. Pluralis
Pluralisme adalah pertalian sejati
kebhinnekaan dalam ikatan-ikatan
keadaban, genuine engagement of
diversities within the bonds of civility
(Nurcholis Majid) Sikap penuh
pengertian kepada orang lain itu
diperlukan dalam masyarakat majemuk
yakni masyarakat yang tidak monolitik.
8. 6. Keadilan Sosial (Social Justice)
Keadilan dimaksudkan untuk
menyebutkan adanya keseimbangan
dan pembagian yang proporsional
terhadap hak dan kewajiban setiap
warga negara yang mencakup seluruh
aspek kehidupan.
9. Tiang Penyangga Civil Society
1. Partai Politik yang independent.
2. Lembaga Swadaya Masyarakat yang
bukan perpanjangan tangan dari
kekuatan luar secara terselubung.
3. Pers yang bebas yang berperan
sebagai social control
4. Perguruan tinggi yang memerankan diri
sebagai moral force untuk menyalurkan
berbagai aspirasi masyarakat serta
mengkritisi berbagai kebijaksanaan
pemerintah.
10. Gerakan Civil Society adalah
merupakan wilayah kehidupan sosial
yang terorganisasi dan bercirikan antara
lain : kesukarelaan (voluntary),
keswasembadaan (self-generating) dan
keswadayaan (self-supporting), memiliki
kemandirian yang tinggi berhadapan
dengan negara dan keterikatan dengan
norma- norma atau nilai - nilai bukan
hukum yang diikuti oleh warganya.
11. Sebagai ruang politik, civil society
adalah suatu wilayah yang menjamin
berlangsungnya perilaku, tindakan, dan
refleksi mandiri, tidak terkungkung oleh
kehidupan material dan tidak terserap di
dalam jaringan-jaringan kelembagaan
politik resmi. Di dalamnya tersirat
penting suatu ruang publik yang bebas (
free public sphere ), tempat di mana
transaksi komunikasi yang bebas bisa
dilakukan oleh warga masyarakat
13. Istilah civil society pertama kali dipakai di
Eropa pada abad ke-18 sebagai terjemahan
dari bahasa latin; societas civilis
untuk beberapa bahasa pada waktu itu
diartikan sebagai state dan political society
atau seluruh kenyataan yang menyangkut
politik
(Kutut Suwondo; 2003)
Locke menterjemahkan civil society sebagai
civil government.
Kant menggunakan istilah burgerliche
gesselschaft
Rousseu memaknai sebagai padanan e’tat
civil.
14.
Di Eropa pasca renaissance, wahana civil society
menjadi lebih intensif dibicarakan karena tuntutan
akan penegakan nilai-nilai kemanusiaan dan
individualisme
Bentuk gerakan ini sebagai perlawanan terhadap
kekuasaan negara dan dominasi kaum konservatif
gereja.
Renaissance ini lalu melahirkan pemikir-pemikir
yang menganggap keharusan dibentuknya
kekuatan yang berfungsi sebagai penyeimbang
negara.
Oleh karena itu wahana civil society selalu
ditempatkan dalam vis a vis dengan state (negara)
Karena lahir dan dibesarkan di Eropa pada masa
renaissance, maka ide-ide dasar konsepsi civil
society dapat dilihat dari pemikiran filosofis
pemikir semacam Hegel, Marx, sampai dengan
15. PARA PEMIKIR (A) GWF Hegel
Hegel dalam karyanya Philosophy of Right pada tahun 1821
adalah pemikir pertama yang membedakan antara negara
dengan civil society, meskipun ia dipengaruhi oleh pemikiran
Adam Smith tentang masyarakat liberal.
Hegel membuat terminologi burgerliche gesellshafts sebagai
domain privat yang dibedakan dengan der staat sebagai
domain publik.
Konsepsinya lahir dari analisa terhadap masyarakat Eropa
modern pasca revolusi industri yang menghasilkan perubahan
masyarakat dimana ada pembagian wilayah politik dan
wilayah ekonomi.
Hegel mengembangkan gagasan CS dalam tiga wilayah yaitu
keluarga, CS sendiri dan negara.
Keluarga adalah ruang pribadi yang didalamnya terdapat
hubungan individu yang harmonis, tempat sosialisasi individu
sebagai bagian dari masyarakat. Ruang bagi keluarga adalah
ruang yang sifatnya partikular (khusus).
Civil Society (CS) adalah tempa bagi pemenuhan
kepentingan ekonomi individu-individu dan kelompok.
Negara adalah aktor yang mempunyai kekuasaan politik
sebagai representasi ide universal untuk melindungi
kepentingan politik warga oleh karena itu berhak melakukan
16. Hegel (2)
Hegel mengkonsepsikan negara sebagai representasi
kekuatan universal dan mensubordinasikan posisi CS.
CS bagi Hegel berupa bayi yang dilahirkan oleh modernitas
dimana ada kebebasan subjektif, kepentingan yang
didefinisikan secara personal.
Hegel menarik CS dari identitas ekonomi an sich. Baginya CS
merupakan produk dari kapitalisme, yang merefleksikan etika
pasar, namun eksistensinya dapat dibedakan dengan
economic society. Misalnya Hegel mencontohkan relasi
negara dan keluarga.
Menurut Hegel CS berupa ruang tempat terjadinya
komunikasi, relasi dialektis antara kekhususan (keluarga)
dengan universalitas (negara). Tempat terjadinya negosiasi
dan kompromi.
Tidak berarti dalam hal ini ada kebebasan dan hak-hak
negara tidak dapat melakukan intervensi, seperti dalam
konsep liberal. Tidak akan ada kontradiksi antara individu
dengan masyarakat.
Dalam tatanan CS sudah terbentuk ethical life , artinya setiap
orang dapat dengan bebas membagi ide, dan mengingatkan
masyarakat lain akan tugas-tugasnya.
Kebebasan dalam CS harus melibatkan unsur rasionalitas
dan penghormatan terhadap tatanan sosial.
17. Hegel (3)
1.
2.
3.
Beberapa catatan mengenai individualisme
dan civil society dalam konsep Hegel:
Tugas dari individu adalah untuk memenuhi
kepentingan dan kebutuhan subjektifnya, dan
dalam menjadi buruh adalah aktivitas sosial.
Buruh membawa individu menjalin kotak
dengan individu lain, sehingga terbentuk
interdependensi sosial.
Kepentingan individu hanya akan
mendapatkan substansi hanya ketika
menjadi bagian dari masyarakat.
Pembangunan ekonomi membawa pada
kenaikan interaksi sosial, integritas dan
komunitas.
18. Para Pemikir (B) Karl Marx
CS dalam Marx difahami sebagai masyarakat kelas. Relasi
CS dan negara dikontrol sepenuhnya oleh bagaimanarelasi
produk, distribusi dan hukum-hukum ekonomi. Relasi politik
adalah derivasi dari relasi ekonomistik (hukum basis struktur
menentukan suprastruktur)
Permasalahan didalam masyarakat bukan hanya antara
kepentingan individu bertemu dengan kepentingan individu
yang lain. Tapi ada unsur eksploitasi disana. Ada eksploitasi
dari modal terhadap buruh, yang engambil surplus value.
Dua kontradiksi ini tidak akan pernah didamaikan.
Menurut Marx, tidak ada asosiasi yang mengakomodasi dua
kepentingan, yang didalamnya menampung exploitator
terhadap humanitas dan CS.
Negara dapat menjadi instrumen bagi kelas bermodal,
sehingga prinsip universalitas hanyalah ilusif. Negara bagi
Hegel adalah entitas suci, lalu kemudian mensubordinasikan
CS. Sebaliknya, Marx mensubordinasikan negara dan
mengangkat posisi CS diatas.
CS adalah ruang terjad dialektika antara sosial dan politik,
dominasi dan perlawanan, penindasain dan emansipasi.
Sehingga birokrasi sebagai alat negara bukanlah kelas
universal, seperti kata Hegel, tetapi adalah formasi kasta
yang menghalangi akses individu ke negara.
19. Marx (2)
Bagi Marx, CS bukanlah posisi yang selalu vis a vis dengan
negara, juga bukan tanda dari kedewasaan peradaban. CS
lebih sebagai tahapan dari sejarah, cs adalah produk dari
industrialisasi.
CS tumbuh dalam tahapan maju dari masyarakat prekapitalisme yang ditandai dengan ‘demokrasi yang tidak
bebas’ dan ruang dimana orang-orang yang tidak punya
kekuasaan dalam relasi produksi diberikan retorika kosong
politik tentang kebebasan dan persamaan.
Kondisi CS bagi Marx hanya akan ada pada arena yang
bebas dari formalitas belaka dan kembali pada penyelesaian
kontradiksi dalam relasi produksi.
Dalam kondisi negara yang dikuasai oleh kekuatan
kapitalisme, CS adalah kekuatan yang harus diorganisasi
untuk menjadi penghancur kelas borjuisme dan memihak
pada perubahan revolusif. Perubahan ini ada didalam salah
satu unsur CS yaitu kelas proletariat.
Kritiknya terhadap Hegel, Marx mengatakan kelas universal
adalah proletariat. Kelas ini memiliki karakter universal
karena mendapatkan penderitaan universal.
Ketika kekuasaan sosialisme yang berkuasa maka CS harus
menjadi kekuatan yang mendukung negara menuju tahapan
20. Para Pemikir (C) Gramsci
Gramsci mengembangkan teori CS yang sudah
dirintis oleh Marx ( ia seorang Marxian, namun
termasuk dalam aliran kiri baru)
Dalam konteks relasi CS dan negara, negara tidak
dapat dipahami tanpa memahami CS.
Negara tidak hanya dipahami dalam konteks state
aparatus, tetapi juga aparatus hegemoni swasta.
Bila Marx membuat konsepsi adanya dual
kekuasaan negara, sebagai bagian dari
kontradiksi mdal, Gramsci lebih melihat negara
terbagi dalam banyak kekuasaan dalam banyak
bentuk.
Gramsci membuat dikotomisasi antara political
society dengan civil society. PS adalah lokasi
dimana aparatus pemaksa dari negara
dikonsentrasikan. Sedangkan CS adalah lokasi
dimana negara beroperasi dalam kekuatan yang
tidak dapat dilihat, misalnya dalam pendidikan,
21. Gramsci (2)
Pertanyaan Gramsci terhadap konsepsi Marx,
yaitu apakah CS adalah bagian dari supra struktur
atau ada level diantara supra struktur dan basis
struktur ?
Konsepsi Marxian, CS berada dalam ranah
negara dengan individu yang merepresentasikan
set-set relasi sosial. Sehingga CS berada di
wilayah supra struktur karena bagian dari ideologi
dan praktek politik.
Bagi Gramsci, CS adalah set dari praktek sosial
atau negosiasi dari struktur produksi kapitalis dan
supra struktur ideologi dan negara.
CS bernegosiasi dengan dua cara :
1. Wilayah produksi dari sistem
2. Wilayah dimana sistem dilawan dan organ politik
baru dapat dibentuk
CS kemudian menjadi arena supra struktur dan
basis struktur dapat dinegosiasikan, ketika
22. Gramsci (3)
Legitimasi negara dan prakteknya tidak hanya berupa
penerimaa, karena kesadaran individu dibentuk oleh
penghalangan terhadap konfrontasi terbuka dengan
negara dan aparatusnya. Sehingga revolusi akan sangat
sulit terjadi.
Revolusi di Rusia contohnya. Terjadi karena tidak ada
CS yang dapat melindungi negara sebab konsep otoriter
negara.
Adanya kekosongan kekuasaan ideologi dan mekanisme
legitimasi yang dapat menghalangi negara dengan
rakyatnya, memberikan negara otoritas moral.
Maka, negara secara transparan dapat dilihat sebagai
organ pemaksa dan dikontrol oleh kelas. Dengan adanya
monopoli kekuasaan, maka revolusi dapat dengan
mudah dikobarkan.
Setiap negara adalah organ pemaksa, tetapi tanpa
adanya CS negara adalah entitas yang mudah terlihat
kelemahannya.
Sebaliknya dalam negara borjuis yang melahirkan CS,
maka terbentuk badan pelindung.
Konsepsi CS sebagai bagian dari kebebasan individu
(kata Hegel) adalah semu belaka, kaena CS bagian dari
hegemoni negara. Gramsci sepakat dengan Marx,
bahwa individu tidak dlindungi oleh negara dan CS.
23. Gramsci (4)
Bagi Marx, CS adalah organisasi material dari
masyarakat, Gramsci lebih melihat CS sebagai
bagian dari wilayah praktek ideologi dan kultur
yang dikuasai oleh kelas dominan dan negara.
Bila Marx menekankan basis ekonomi sebagai
wilayah pokok, Gramsci melihat baik relasi
ekonomi dan juga ideologi memegang peran
penting dalam relasi negara dan CS.
Bagi Gramsci, ternetuknya sebuah tatanan,
berdasar atas adanya simbol dan mitologi,
institusi dan praktek-praktek hegemoni.
Hegemoni memberikan landasan bagi
kepemimpinan intelektual dan moral ke dalam
praktek pluralisme dan menyebar dalam CS.
Ia juga membentuk aparatus hegemonik dari satu
kelompok sosial kepada populasi sisanya.
Hegemoni terhadap CS inilah yang menjadi
metode keberlangsungan kekuasaan negara.
24. Para Pemikir
(D) Alexis de Tocqueville
a.
b.
c.
d.
Tocqueville melihat CS dari tatanan masyarakat di dlam
kota kecil di Amerika. Masyarakat hidup dalam tatanan
komunal, tidak tergantung dari campur tangan negara.
Mereka dapat mengorganisasikan kebutuhan sendiri
dan hanya terikat pada aturan-aturan lokal.
Negara hanya mampu mengintervensi dalam hal
tertentu saja. Negara masih dibutuhkan untuk membuat
peraturan legal. Kekuasaan negara harus di minimalisir,
dengan cara distribusi kekuasaan dan pemilu secara
teratur, sehingga mencegah kekuasaan monopoli.
Tocqueville (TC) mendefinisi CS sebagai wilayahwilayah kehidupan sosial yang terorganisir dan
bercirikan antara lain:
Kesukarelaan ( voluntary)
Keswasembadaan ( self generating)
Keswadayaan ( self supporting)
Kemandirian tinggi yang berhadapan dengan negara
dan keterikatan dengan norma-norma atau nilai-nilai
hukum yang diikuti oleh warganya.
25. Alexis de Tocqueville (2)
Tatanan CS dapat ditemukan pada asosiasi, yaitu
sekelompok individu dalam masyarakat yang meyakini satu
doktrin atau kepentingan tertentu dan memutuskan untuk
merealisasikan doktrin atau kepentingan bersama tersebut.
Asosiasi CS juga melakukan kontrol terhadap negara agar
kekuasaannya tidak melampaui ketentuan dalam masyarakat
liberal. Asosiasi-asosiasi sosial ini disebut TC sebagai “
independent eye” dari masyarakat.
Keberadaan asosiasi masyarakat yang marak di Amerika
adalah wilayah milik masyarakat yang steril dari campur
tangan negara.
Misalnya kelompok gereja dan NGO adalah tipe asosiasi
yang memiliki kebebasan. Kedua institusi tersebut membawa
individu keluar dari batas-batas kehidupan pribadi menuju
proyek sosial yang korelatif dengan ide pertisipasi dalam
sistem demokrasi.
Ide utama TC adalah bahwaetika liberal yang berhimpitan
dengan semangat revolusioner harus segera diakhiri dengan
memantapkan dan mengkonstitusionalisasikan kebebasan
lewat pembentukan lembaga-lembaga politik.
TC menyebutnya sebagai lembaga perantara, yang
memainkan peran sebagai jawaban ats hancurnya rezimrezim komunis dan otoritarianisme kapitalisme. Uniknya, TC
menganggap keduanya tidak mampu memberikan tatanan
yang membebaskan dan juga mengalami krisis.
26. Alexis de Tocqueville (3)
Asosiasi ini akan melebur kepentingankepentingan subjektif dalam kepentingan
bersama, dan melindungi indivdu dari negara dan
pasar.
CS kemudian dikembangkan agar menjadi
kekuatan penyeimbang setelah negara dan pasar.
Menjadi alternatif pemikiran Marxian yang
menganggap negara sebagai aktor yang
seharsnya mengambil peran dominan dalam
melakukan distribusi ekonomistik.
Permasalahannya adalah tidak adanya instrumen
untuk menghalangi hak individu untuk tidak terlibat
di asosiasi-asosiasi sosial, padahal disisi lain,
adanya kebutuhan akan partisipasi.
Tatanan CS adalah bagian dari demokrasi yang
ingin melahirkan kembali hak-hak warga negara
sebagai pemilik awal kekuasaan dan kedaulatan
serta menjamin partisipasi. TC tegas menolak
model anarkisme, yaitu tatanan masyarakat tanpa
27. Alexis de Tocqueville (4)
Kritik terhadap model CS yang dibawa oleh TC,
beberapa diantaranya : bagamana caranya agar
civil society ini bersih dari kepentingan politik.
Civil society bukanlah political society dan juga
economical society. CS tidak dijelaskan sampai
sejauh mana dapat melakukan kerja yang korelatif
dengan tindakan politik.
TC hanya menjelaskan bagaimana civil society
dapat memenuhi kebutuhannya tanpa intervensi
negara.
Maka, satu-satunya yang membedakan political
society dan civil society hanyalah pada praktek
mencari, mempertahankan dan merebut kekuasaan.
Civil society hanyalah menjadi entitas pressure
group.