3. ● Indonesia sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk terdiri atas
berbagai suku, ras, adat istiadat,, golongan, kelompok, dan agama, serta strata
sosial. Masyarakat Indonesia yang multikultur, multiras, dan multiagama
memiliki potensi yang besar untuk terjadinya konflik antarkelompok, ras,
agama, suku bangsa. Indikasi ke arah situ terlihat dari tumbuh suburnya
berbagai organisasi kemasyarakatan, profesi, dan organisasi lainnya.
● Beragam kelompok ini secara sosial menyebabkan tumbuh dan
berkembangnya nilai-nilai baru melalui berbagai proses yang menuntut
adanya institusionalisasi kepentingan. Akan tetapi, dapat pula berupa
munculnya konflik-konflik baru karena karena kelompok lain, golongan lain,
dan agama lain merasa bahwa kehadiran mereka menjadi ancaman bagi
tatanan masyarakat yang telah ada serta kepentingan dari kelompok lainnya.
Pengertian Rasionalisasi
5. Konsep Kemajemukan
Dalam masyarakat yang majemuk terdapat berbagai
kelompok masyarakat yang memiliki latar belakang adat
istiadat, budaya, agama dan kepentingan. Masyarakat yang
majemuk biasanya menghadapi tantangan ketiakharmonisan
dan perubahan yang terus menerus. Menurut Piere L. Van
Berghe (Niti Baskara, 2002:7) , masyarakat majemuk memiliki
sifat dasar, antara lain sebagai berikut.
6. 1. Terjadi sigmentasi dalam bentuk kelompok-kelompok yang
sering memiliki kebudayaan, atau lebih tepat sub-kebudayaan,
yang berbeda satu sama lain.
2. Memiliki struktur sosial yang terbagi dalam lembaga-lembaga
yang bersifat non komplementer.
3. Diantara anggota masyarakat kurang mengembangkan
konsensus atas nilai-nilai sosial dasar.
4. Secara reaktif sering terjadi konflik di antara kelompok yang satu
dengan kelompok yang lain. Secara reaktif integrasi sosial
tumbuh di atas paksaan (coercion) dan saling kebergantungan
dalam bidang ekonomi. Adanya dominasi politik oleh suatu
kelompok atas kelompok yang lain.
7. Menurut Nasikun (1985: 38-44), kemajemukan ini terjadi karena:
• Keadaan geografis, dengan beribu-ribu pulau
• Indonesia terletak di antara Samudera Indonesia dan
Pasifik, sangat memengaruhi terciptanya pluralitas
agama dalam masyarakat Indonesia
• Iklim dan struktur tanah yang berada di antara berbagai
daerah di kepulauan Nusantara ini.
8. Memahami Konflik Sosial
Konflik dapat diartikan sebagai pertentangan kepentingan
oleh pihak yang berbeda. Konflik yang terjadi dalam
masyarakat sesungguhnya hal yang wajar dan lumrah.
Konflik dapat di olah menjadi sesuatu yang konstruktif
(membangun) dan dapat pula destruktif
(menghancurkan).
10. Dalam kehidupan bermasyarakat, konflik merupakan
hal yang wajar dan biasa karena setiap individu
memiliki kepentingan yang berbeda. Ketika
kepentingan antara satu individu dan individu lain
ataupun kepentingan kelompok dengan kelompok lain
berbenturan, terjadilah konflik.
Pada dasarnya munculnya konflik tidak dapat lepas dari
kehidupan masyarakat karena konflik adalah fenomena
yang tidak dapat dihilangkan dalam suatu interaksi
sosial.
Konsep dan Indikator Konflik
11. Bedasarkan pemahaman di atas, teori konflik dapat dikategorikan pada dua
teori konflik yang bersifat makro dan teori kelompok mikro.
1. Teori konflik makro
Teori makro memusatkan perhatian pada interaksi kelompok, terutama pada
tataran sadar. Para ahli teori politik awal, dari Thucidydes dan Sun Tsu sampai
Machiavelli dan Von Clausewitz telah memilih satu unsur tertentu sebagai pusat
perhatian: kekuasaan. Memakai dan menjalankan kekuasaan adalah konsep
utama teori konflik makro. Para ahli teori makro sependapat bahwa kekuasaan
itu datang dalam berbagai bentuk: ekonomi, politik, militer, bahkan budaya.
Asumsi umum makro atau teori klasik adalah akar konflik berasal dari
persaingan kelompok dan pengejaran kekuasaan serta sumber-sumber. Asumsi-
asumsi ini beroperasi pada faktor-faktor motivasi sadar di lingkungan yang
berorientasi materiel.
Fase Terjadinya Konflik
12. 2. Teori konflik mikro
Dintara asumsi-asumsi kaum behavioris yang paling penting
adalah keyakinan bahwa akar penyebab perang terletak pada sifat
dan perilaku manusia; dan keyakinan bahwa ada hubungan yang
erat/penting antara konflik intrapersonal dan konflik yang
merambah tata sosial eksternal.
Kaum behavioris meyakini peran sentral hipotesis stimulus respons.
Penganut aliran ini berusaha mengukuhkan bahwa manusia
memiliki karakteristik biologis atau psikologis yang akan
cenderung ke arah agresi atau konflik. Kaum behavioris juga
berusaha menyelidiki hubungan antara individu dan
keberadaannya di lingkungannya.