Penelitian ini membahas karakteristik gender peserta program keluarga harapan di empat wilayah Indonesia. Temuan menunjukkan sekitar 65% responden masuk kategori gender tradisional yang dapat membatasi produktivitas keluarga. Saran kebijakannya adalah perlu pendidikan gender yang melibatkan seluruh anggota keluarga dan menggunakan teknologi modern.
1. 1. Bag dr penelitian tentang Upaya Percepatan Penanggulangan Kemiskinan melalui Program Keluarga Harapan
2. Tim Peneliti: Togiaratua Nainggolan (Ketua Tim), Anggota: Badrun Susantyo, Suyanto dan Hemat Sitepu
3. Disampaikan pada International Conference on Psychology, Counseling and Social Work, Bandung 28 July 2018.
1. Bag dr penelitian tentang Upaya Percepatan Penanggulangan Kemiskinan melalui Program Keluarga Harapan
2. Tim Peneliti: Togiaratua Nainggolan (Ketua Tim), Anggota: Badrun Susantyo, Suyanto dan Hemat Sitepu
3. Disampaikan pada International Conference on Psychology, Counseling and Social Work, Bandung 28 July 2018.
Tantangan Kesetaraan
Gender dalam Program
Keluarga Harapan*1,,2,3
Studi di 4 wilayah (Pesisir Selatan, Kupang, Gorontalo dan Tulung Agung.
Oleh : Badrun Susantyo
Studi di 4 wilayah (Pesisir Selatan, Kupang, Gorontalo dan Tulung Agung.
Oleh : Badrun Susantyo
2. Sekilas GenderSekilas Gender
Gender merupakan karakteristik kepribadian, seseorang yang dipengaruhi oleh peran
gender yang dimilikinya dan dikelompokkan menjadi 4 klasifikasi yaitu maskulin,
feminim, androgini dan tak terbedakan (Bem, 1981).
Konsep Gender dan peran gender merupakan dua konsep yang berbeda, gender
merupakan istilah biologis, orang-orang dilihat sebagai pria atau wanita tergantung
dari organ-organ dan gen-gen jenis kelamin mereka.
Gender role (peran gender), merupakan definisi atau preskripsi yang berakar pada
kultur terhadap tingkah laku pria dan wanita.
3. Androgini, ideal?Androgini, ideal?
Androgini adalah tingginya kehadiran karakterisitik maskulin dan feminin yang
diinginkan pada satu individu pada saat bersamaaan (Bem, Spence & Helmrich, dalam Santrok, 2003).
Individu yang androgini adalah seorang laki-laki yang asertif (sifat maskulin) dan
mengasihi (sifat feminin), atau seorang perempuan yang dominan (sifat
maskulin) dan sensitif terdapat perasaaan orang lain (sifat feminin).
Beberapa penelitian menemukan bahwa androgini berhubungan dengan
berbagai atribut yang sifatnya positif, seperti self-esteem yang tinggi, kecemasan
rendah, kreatifitas, kemampuan parenting yang efektif (Bem, Spence dalam Hughes &Noppe, 1985).
Androgini adalah tingginya kehadiran karakterisitik maskulin dan feminin yang
diinginkan pada satu individu pada saat bersamaaan (Bem, Spence & Helmrich, dalam Santrok, 2003).
Individu yang androgini adalah seorang laki-laki yang asertif (sifat maskulin) dan
mengasihi (sifat feminin), atau seorang perempuan yang dominan (sifat
maskulin) dan sensitif terdapat perasaaan orang lain (sifat feminin).
Beberapa penelitian menemukan bahwa androgini berhubungan dengan
berbagai atribut yang sifatnya positif, seperti self-esteem yang tinggi, kecemasan
rendah, kreatifitas, kemampuan parenting yang efektif (Bem, Spence dalam Hughes &Noppe, 1985).
4. Temuan StudiTemuan Studi
Maskulin, 26.26
Feminim, 29.58
Androgini,
34.58
Tak
Terkategorikan,
9.58
Karakteristik Gender (%)
Metode :
• Kuantitatif,
• Instrumentasi,
adaptasi BSRI ( Bem
Sex Role Inventory –
Sandra Bem) – 60
items
• Responden: 240
(masing2 Kab/Kota
60 org)
• Teknik Sampling :
Multi stage Random
Sampling (4
Kab/Kota)
• Responden : Peserta
PKH (graduasi dan
transisi)
5. Klasifikasi Gender di keempat wilayah studiKlasifikasi Gender di keempat wilayah studi
Tulung Agung:
Maskulin : 28.3%
Feminim : 13, 3%
Andragini : 56,7%
Tak terkategori: 1,7%
Pesisir Barat
Maskulin : 36,7%
Feminim : 50,0%
Andragini : 13,3%
Tak terkategori: 0%
Kupang;
Maskulin : 26.7%
Feminim : 41, 7%
Andragini : 31,6%
Tak terkategori: 0%
Gorontalo :
Maskulin : 13,3%
Feminim : 13,3%
Andragini : 36,7%
Tak terkategori: 36,7%
n = 60
6. KesimpulanKesimpulan
Hampir 65% responden peserta PKH masuk kategori gender tradisional (maskulin dan
Feminim).
Kelompok kategori gender tradisional ini biasanya cenderung berperilaku sexis. Pekerjaan
rumah senantiasa dikaitkan dengan jenis kelamin.
Kategori gender tradisional akan membatasi produktifitas keluarga.
Hampir 65% responden peserta PKH masuk kategori gender tradisional (maskulin dan
Feminim).
Kelompok kategori gender tradisional ini biasanya cenderung berperilaku sexis. Pekerjaan
rumah senantiasa dikaitkan dengan jenis kelamin.
Kategori gender tradisional akan membatasi produktifitas keluarga.
7. Saran KebijakanSaran Kebijakan
Pastikan sasaran intervensi paralel dengan unit sasaran program. Sasaran intervensi PKH
adalah keluarga (sangat miskin) secara utuh, tidak terbatas pada ibu dan anak. Temuan
di lapangan menunjukkan banyaknya kaum suami yang tidak memahami dengan baik
substansi PKH. Oleh karenanya, program ini juga perlu melibatkan para suami peserta
PKH.
Pentingnya pendidikan Gender, khususnya dalam Family Development Session (FDS).
Pendamping PKH perlu secara khusus “belajar” tentang Pendidikan (kesetaraan) Gender.
Pendidikan Gender perlu dilaksanakan secara masif, menggunakan teknologi terkini,
seperti Infografis, Video grafis dan lain-lain.
Pastikan sasaran intervensi paralel dengan unit sasaran program. Sasaran intervensi PKH
adalah keluarga (sangat miskin) secara utuh, tidak terbatas pada ibu dan anak. Temuan
di lapangan menunjukkan banyaknya kaum suami yang tidak memahami dengan baik
substansi PKH. Oleh karenanya, program ini juga perlu melibatkan para suami peserta
PKH.
Pentingnya pendidikan Gender, khususnya dalam Family Development Session (FDS).
Pendamping PKH perlu secara khusus “belajar” tentang Pendidikan (kesetaraan) Gender.
Pendidikan Gender perlu dilaksanakan secara masif, menggunakan teknologi terkini,
seperti Infografis, Video grafis dan lain-lain.