SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
Download to read offline
0
GENG MOTOR:
FENOMENA SOSIAL YANG MAKIN MERESAHKAN
STUDI DI BEBERAPA KOTA JAWA BARAT12
Badrun Susantyo
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial RI
Jl. Dewi Sartika No. 200 Cawang Jakarta Timur
besusantyo@yahoo.com
A. Pendahuluan
Belakangan ini, fenomena geng motor dirasakan semakin mengkhawatirkan. Hal demikian
terutama dapat dirasakan dari berita-berita yang dimuat di media cetak dan media on line. Mengapa
mengkhawatirkan? Paling tidak bisa dilihat dari beberapa fenoma berikut ini. 1) eksistensi mereka
tampak semakin tersebar luas, terutama di kota-kota besar dan wilayah sekitarnya; 2) populasi geng
semakin banyak; 3) tindakan mereka dinilai cenderung semakin nekat dan brutal. Kondisi demikian
merupakan persoalan yang cukup serius. Dalam banyak kasus tindakan mereka tidak hanya sebatas
kenakalan, pelanggaran norma sosial dan mengganggu ketertiban umum semata tetapi sudah
mengarah kepada tindakan kriminal, seperti: penyerangan terhadap orang lain, perampasan,
penganiyaan dan pembunuhan. Tindakan anggota geng motor seperti diberitakan dinilai selain dapat
merugikan atau mengancam keselamatan orang lain juga potensial merusak dirinya sendiri.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian dapat diketahui bahwa anggota geng motor umumnya
adalah remaja, SMP dan SMA, berumur 12-21 tahun, sebagian masih dikategorikan usia anak
(dibawah 18 tahun) dan menurut UU Pidana belum dewasa (dibawah 21 tahun). Awalnya geng motor
hanya perkumpulan anak-anak remaja yang hobi ngebut-ngebutan dengan motor, baik siang maupun
malam hari. Mereka melakukan balapan motor alias trek-trekan di jalanan umum. Namun akhir-akhir
ini geng motor mulai meresahkan masyarakat, bahkan aksi brutal geng motor menyebabkan banyak
korban luka bahkan meninggal dunia termasuk anggota geng itu sendiri. Bagi Kementerian Sosial
yang memiliki tugas dan fungsi dalam bidang kesejahteraan sosial, termasuk kesejahteraan anak dan
keluarga, situasi demikian tidak dapat dibiarkan. Fenomena geng motor perlu segera ditangani untuk
mencegah jatuhnya korban lebih banyak, baik pada sisi masyarakat luas maupun dari sisi pelaku.
Beberapa permasalahan yang terkait dengan geng motor dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana ciri/karakteristik geng motor khususnya yang berperilaku agresif?
2. Apa faktor-faktor yang mendorong seseorang masuk geng motor?
3. Apakah intervensi sosial yang dipikirkan sesuai untuk geng motor ?
Ketiga permasalahan diatas menjadi pijakan dalam merumuskan penelitian ini. Oleh
karenanya, pendekatan kualitatif secara Rapid Assement Process (RAP) dipilih dalam penelitian ini.
RAP sebagai salah satu cara untuk menyelidiki situasi kompleks dimana isunya belum bisa
didefinisikan, sebagaimana disebutkan oleh Beebe dan Beebe (2009): “A way to investigate
complicated situations in which issues are not yet well defined”. Dalam RAP ini, teknik
pengumpulan data dikemas dengan menggunakan wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
1
Disampaikan pada Badiklit Expose 2018, Selasa, 5 Desember 2017 di Gedung Aneka Bakti Jl. Salemba Raya No. 28
Jakarta Pusat.
2
Hasil penelitian tentang Fenomena Geng Motor: Studi Beberapa Kota di Jawa Barat, oleh: Irmayani, Badrun Susantyo,
B. Mujiyadi, Togiarataua Nainggolan, Muslim Sabarisman dan Anwar Sitepu, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI, Tahun 2017.
1
Lokasi penelitian ditentukan secara purposive berdasarkan maraknya kasus geng motor di
Provinsi Jawa Barat yaitu Kota Depok, Kota Cirebon, Kota dan Kabupaten Bandung. Pemilihan
informan dengan kriteria :
1. Semua geng motor dan anggotanya yang berada di wilayah penelitian
2. Aparat kepolisian yang menangani geng motor
3. Tokoh masyarakat/agama/pemuda dimana di lingkungannya terdapat geng motor
4. Pemerintah Daerah setempat khususnya Dinas Sosial
Unit analisis penelitian ini adalah geng motor beserta anggotanya dan pihak-pihak lain yang
berpengaruh seperti aparat kepolisian, tokoh masyarakat dan pemerintah daerah setempat.
B. Studi Pustaka
Walaupun tidak ada teori tunggal yang meliputi semua faktor, satu pendekatan tentang agresi
yaitu model umum afektif agresi (General Affective Aggression Model atau GAMM) diajukan oleh
Anderson dkk (1997) dalam Baron dan Byrne (2005). Menurut GAAM, variabel situsional dan
individual yang beragam ini kemudian dapat menimbulkan agresi terbuka melalui pengaruh masing-
masing terhadap 3 proses dasar: keterangsanagan (arousal), keadaan afektif (affective states) dapat
membangkitkan perasaan hostile dan tada-tanda yang tampak (ekspresi wajah marah); serta kognisi
(cognitions) yang dapat membuat individu memiliki pikiran hostile atau membawa ingatan hostile
ke pikiran. Tergantung pada interpretasi (penilaian) individu atas situasi saat ini dan faktor-faktor
peringatan yang ada (misalnya kehadiran polisi atau keadaan mengancam dari orang yang
dimaksudkan sebagai target. Hal demikian senada dengan temuanj Susantyo (2017,2016) dalam
faktor-faktor yang mempengaruhi individu untuk bertindak di luar batas (agresif),
Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa kecenderungan perilaku agresif
adalah adanya keinginan untuk melakukan perilaku negatif, kekerasan guna menyakiti orang lain
atau merusak suatu benda yang dilakukan secara fisik maupun verbal. Berkaitan dengan
perkembangan perilaku agresi yang terjadi dalam diri remaja, faktor sosial maupun lingkungan
keluarga akan turut pula mempengaruhinya.
Menurut Short Jr (1996), setidaknya ada tiga bentuk kekerasan yang biasa dilakukan dan
dikembangkan geng:
1. Kekerasan dalam konflik yang terjadi di antara geng jalanan. Biasanya dipicu perebutan atau
persaingan daerah kekuasaan atau untuk mencari peningkatan status dalam aksi mereka.
2. Kekerasan anggota geng dalam rangka mencari dan mengembangkan identitas kelompok.
3. Kekerasan sebagai konsekuensi pembinaan kekompakan kelompok. Bahkan, di sejumlah geng
motor, ketahanan menghadapi kekerasan merupakan sumber status individu maupun reputasi
kelompok.
C. Beberapa temuan
1. Kota Bandung
Kelompok geng motor di Bandung ada empat besar geng, yaitu XTC 1982 (Exault
To Creativity), Briges (Brigadir Seven) yang dulu bentukan dari anak sekolah SMA X,
Moonraker 1986, dan GBR 1986 (Grab On Road) seiring waktu ada beberapa geng motor
menjadi organisasi sosial di masyarakat, seperti XTC dan GBR, hampir setiap wilayah ada
anggota dan kordinator wilayahnya di Kota Bandung. Kesimpulan dari data Bandung
adalah:
a) Mempelajari dari informasi yang terkumpul selama pengumpulan data, baik dari keterangan
yang didapat selama wawancara dengan para responden maupun dari data sekunder, maka
2
penyebutan geng motor dapat dikategorikan sebagai “tidak tepat”. Hal ini sesuai dengan
pernyataan pendiri geng dan pihak kepolisian yang menyatakan bahwa mereka keberatan
dengan istilah geng tersebut. Istilah geng seolah berkonotasi negatif. Geng seolah perbuatan
brutal dan meresahkan masyarakat, yang bernuansa kegiatan yang melanggar norma dan
bercorak kasar serta melanggar hukum pidana. Pendiri geng tidak menanamkan nilai
dimaksud, melainkan hanya untuk kegiatan yang menunjukkan kesetiakawanan dan
terpeliharanya harga diri. Membela teman adalah suatu keharusan dan keterpanggilan. Selain
itu, nilai yang dibangun adalah bahwa setiap anggota harus mempunyai harga diri dan
komitmen dengan kelompoknya. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa “hirup tong
ngajual, tapi mun sakali aya nu ngajual – borong”, yang artinya kira-kira bahwa anggota
jangan mencari gara-gara, tetapi sekali ada yang memancing keributan, kalau perlu dihajar
habis-habisan.
b) Pihak kepolisian bersama dengan geng motor yang ada telah menyepakati bahwa istilah geng
diganti dengan organisasi massa. Hal ini sejalan dengan kegiatan yang dilakukan sudah
mengarah pada pegiatan positif seperti kegiatan sosial, keagamaan, kepemudaan serta
keolahragaan. Diperoleh informasi dari kepolisian bahwa para anggota organisasi massa ini
pernah mengadakan tabliq akbar yang diikuti oleh ribuan anggota. Selama kegiatan akbar
ini, para anggota bersikap tertib dan mengikuti tauziah dengan baik. Bahkan, menurut
informasi dari Binmas Polrestabes Bandung bahwa ada mantan anggota geng yang sudah
menjadi ustadz.
c) Pada salah satu kejadian, adanya kasus kebrutalan setelah bubaran tabliq akbar adalah
dilakukan oleh simpatisan geng yang belum committed atas nilai geng. Pada saat pulang
pengajian, oleh karena ada gesekan dengan pihak di luar geng, maka terjadi keributan.
Mungkin oleh karena ada rasa setia kawan, maka anggota lain yang kebetulan berusia remaja,
maka langsung menyerang kepada pihak luar yang bergesekan itu.
d) Keterlibatan dalam kegiatan kelompok bermotor, lebih beraroma pada keinginan mencari
identitas atau mencari jati diri. Ini seiring dengan perkembangan mental pada usia
pertumbuhan. Hal ini terdukung dengan pengakuan responden bahwa mulai masuk menjadi
anggota kelompok ini adalah pada usia belasan tahun, baik anak yang masih bersekolah
maupun tidak.
2. Kota Cirebon
Sistim keanggotaan geng yang tidak sepenuhnya mengikuti wilayah administrasi
pemerintahan yang berlaku. Pimpinan yang lebih rendah dimungkinkan membawahi
beberapa kecamatan dari kabupaten atau kota yang berbeda. Hal ini mengakibatkan seorang
anggota bisa saja menghadiri kegiatan di wilayah lain. Akibatnya jumlah pasti anggota
khusus untuk wilayah tertentu sulit diperoleh.
Perekrutan anggota baru dapat dilakukan oleh semua anggota dengan cara mengajak
bergabung atau calon anggota baru mengambil inisiatif bergabung untuk selanjutnya
diopspek atau disekolahkan (istilah geng motor). Artinya anggota baru harus mengikuti
semacam pelatihan sekaligus uji fisik dan mental untuk membela geng motor yang
dimasuki. Namun tahapan ini tidak berlaku secara mutlak bagi setiap anggota baru. Tidak
jarang anggota baru yang direkrut panglima atau unsur pimpinan lainnya tidak melalui
tahapan ini.
Sifat keanggotaan memang tidak tetap. Artinya anggota boleh saja keluar dari geng.
Namun untuk anggota tertentu yang dinilai dapat merugikan geng ketika yang
3
bersangkutan keluar, akan diusahakan tetap menjadi anggota. Pertimbangan ini terutama
didasarkan kepada kepentingan dan citra geng, dan keputusannya ditentukan oleh
panglima. Sejauh ini, latar belakang anggota didominasi oleh kelompok laki-laki,
sementara perempuan hanya sedikit dan tidak ada yang menempati posisi penting. Dilihat
dari usia, anggota didominasi oleh anak seusia SMP dan SMA.
Walau merupakan sebuah kelompok, kehadiran geng di Cirebon tidak menunjukkan ciri
khas sebagai kelompok formal yang didukung oleh legalistas formal. Kelompok ini berdiri tanpa
kantor yang jelas. Kalaupun ada sekretariat, hal itu tidak dianggap sebagai kantor resmi oleh
warga masyarakat. Secara historis 4 geng di Cirebon (kecuali Brigez) terkait dengan geng yang
sama di Bandung, namun hubungan ini tidak bersifat struktural. Geng motor ini belum membuat
aturan tertulis tentang perilaku anggota dan pengurusnya. Aturan yang ada hanya bersifat lisan,
dan pelaksanaannya tergantung pimpinan.
Pelanggaran biasanya terjadi dalam rutinitas kegiatan geng motor. Kegiatan dimaksud
meliputi ngumpul-ngumpul, konvoi jalanan, dan bakti sosial. Dari tiga kegiatan ini, acara
ngumpul-ngumpul paling sering dilakukan. Walau tidak rutin, paling tidak dalam sebulan
dilakukan satu atau dua kali. Sementara konvoi dilakukan sesuai kebutuhan, dan biasanya
dilakukan dengan persertujuan pimpinan. Bakti sosial biasanya dilakukan pada Bulan Ramadhan
menjelang lebaran menyesuaikan dengan kegiatan ibadah keagamaan.
Kegiatan nongkrong, biasanya diakhiri dengan konvoi motor. Konvoi motor dijalani secara
beramai-ramai dengan mengitari kota mengikuti selera pimpinan. Perilaku anggota geng dalam
konvoi yang menguasai jalan raya menarik perhatian masyarakat seputar jalan raya yang dilalui,
walau dalam bayang-bayang ketakutan. Bukan saja suara knalpot motor yang ditunggangi yang
memekakkan telinga, suara anggota geng motor pun menggema dengan teriakannya. Bahkan
sekali-sekali kedengaran membentak ketika mereka berhadapan dengan orang lain yang terasa
mengganggu atau menghalangi lalu lintas yang dilalui.
3. Kota Depok
Di Kota Depok berdasarkan keterangan Polresta Depok ditemukan beberapa nama
kelompok motor, yaitu: Depok Bogor Official, Amerika, Jepang, Margonda, Jurang Maut,
Bujang Lapuk dan Mahesa Kurung. Selain nama itu ditemukan juga nama Squad. Kegiatan yang
dapat dilihat dari akun kelompok-kelompok ini nongkrong-nongkrong, konvoi, tawuran. Semua
kegiatan tersebut di-upload oleh mereka bahkan menurut keterangan Tim Jaguar, kadang
kelompok ini janjian ketemu untuk adu kekuatan atau tawuran, saling mengejek.
Geng motor di Kota Depok lebih berupa kelompok-kelompok remaja yang melakukan
berbagai aktifitas bersama yang kadang-kadang cenderung melanggar hukum. Kelompok-
kelompok tersebut cenderung “cair” yang tidak memiliki organisasi tetap. Anggotanya juga tidak
merupakan satu wilayah saja, bisa saja gabungan berbagai wilayah misalnya: Jakarta, Bogor,
Bekasi dan Depok. Menurut keterangan tim Jaguar, hal ini karena Depok adalah wilayah
perlintasan dari berbagai wilayah seperti Jakarta, Bogor, dan Tangerang.
Anggota geng berusia belasan tahun. Jumlah geng di seluruh Depok tidak diketahui
persis, menurut dugaan pihak kepolisian kalau sudah remaja berjumlah 10 sampai 20 orang maka
memebentuk geng. Jumlah anggota geng bervariasi mulai dari puluhan hingga ratusan orang.
Kegiatan yang mereka lakukan adalah mulai dari mengendarai sepeda motor secara
berombongan, biasanya berboncengan 3 orang, seringkali membawa senjata tajam. Geng motor
juga kerap berkumpul, nongkrong di lokasi tertentu, hingga larut malam atau bahkan hingga dini
hari. Anggota geng berasal dari berbagai wilayah Kota Depok maupun dari luar kota Depok.
4
Ikatan yang mempersatukan mereka lebih berupa persamaan aspirasi, ingin dikenal, ingin
memiliki teman.
Keberadaan kelompok-kelompok yang dikenal kepolisian dan media massa sulit untuk
dilacak karena tidak ada data dan informasi berupa nama dan alamat anggota kelompok, anak-
anak yang ditangkap Polresta Depok karena membawa senjata tajam tidak sepenuhnya mengaku
berasal dari kelompok tertentu atau tidak bersedia memberi tahu nama dan alamat teman-teman
mereka karena takut akan akibatnya. Polresta Depok khususnya Tim Jaguar selama ini hanya
melakukan patroli dan penangkapan, sedangkan proses selanjutnya di SPKT (Sentra Pelayanan
Kepolisian Terpadu). SPKT memilah-milah, apabila masih dibawah umur akan dipanggil orang
tua/wali dan kadang dibuat surat pernyataan, sedangkan yang diatas umur 18 tahun akan diproses
penahanan. Permasalahan adalah kebanyakan yang tertangkap tim Jaguar adalah anak-anak
dibawah umur, karena sudah terlalu banyak, hampir tiap minggu ada yang tertangkap, sehingga
tidak ada data akurat sudah berapa banyak anak-anak dibawah umur yang ditangkap beserta
identitas lengkap. Tim Jaguar hanya memberikan pembinaan dan arahan sesaat pada waktu orang
tua/wali datang menjemput anaknya, belum ada tindakan pembinaan lainnya.
Secara tabulatif, berbagai karakteristik yang ditemukan selama penelitian di ketiga Kota
tersebut dapat didiskripsikan kedalam table berikut ini.
Tabel 1. Karakteristik Geng Motor di 3 Kota, Provinsi Jawa Barat
No. Aspek/Kota Bandung Cirebon Depok
1. Nama
Geng/kelompok
yang ditemukan
XTC, Brigez, GBR, Moonraker.
Ada LO (Liaison Official) yang
menjadi penghubung antara
Polisi dan Geng Motor,
tugasnya untuk deteksi dini dan
memantau.
XTC, Brigez, GBR,
Moonraker dan Konack
Depok Bogor Official, Jepang
(Jembatan Mampang),
Margonda, America, Jurang
Maut, Bujang Lapuk, Squad,
Sanca dan kelompok kecil
lainnya
2. Sifat organisasi Terorganisir, ada pemimpin,
sistem keanggotaan, logo,
jargon dan tradisi.
Terorganisir, ada pemimpin,
sistem keanggotaan, logo,
jargon dan tradisi.
Tidak terorganisir, logo,
jargon dan tradisi, merasa
eksis dari medsos
3. Perkiraan
jumlah
anggota*
+ 5.500 orang + 900 orang Tiap kelompok bila ada
minimal 10-20 orang sudah
membentuk kelompok.
4. Sistem
rekrutmen
Tiap anggota melakukan
rekrutmen dari tahun ke tahun,
melalui teman/ lingkungan.
Pembentukan “sel” baru
masing-masing geng di wilayah
baru, dilakukan secara mandiri
oleh simpatisan. Tidak ada garis
komando yang ketat antar sel.
Bergabung lewat ajakan/
tekanan anggota/teman/
pengurus.
Masuk menjadi anggota geng
merasa lebih berani, bangga,
disegani dan dihormati
masyarakat.
Diajak teman sekolah/
lingkungan/kenal dari media
sosial (akun Instagram
kelompok). Masuk anggota
kelompok agar kenal lebih
banyak teman, tertarik dari
aksi yang diupload ke medsos,
kelihatan keren.
5. Aturan dalam
geng/ kelompok
Saling setia kawan dan saling
tolong menolong antar anggota
Wajib jaga nama baik geng
dan patuh sama panglima, ada
sanksi jika melanggar
Menjaga kebersamaan
kelompok dan “berani berbuat
dengan membawa senjata
tajam”
6. Kegiatan Nongkrong dilanjutkan dengan
konvoi, keliling kota. Beberapa
“sel” baru sudah melakukan
kegiatan rohani dan bakti sosial.
Sudah ada kerjasama dengan
pesantren dan nama radio (Kita
FM) menjelang Lebaran, dan
Idul Adha. Apabila terjadi
tindak kekerasan oleh segelintir
anggota bukan dikomandoi oleh
Nongkrong dilanjutkan konvoi
keliling kota sesuai selera
pimpinan, dalam konvoi
orangnya banyak, jalan asal-
asalan, bawa senjata lagi., ada
juga kegiatan bakti sosial.
Perilaku anggota geng dalam
konvoi yang menguasai jalan
raya menarik perhatian
masyarakat. Kadang teriak-
Nongkrong dilanjutkan
konvoi atau menyerang
kelompok lain yang ditemui di
jalanan, menyerang orang di
jalanan yang dirasakan
menghalangi atau sebagai
syarat “keberanian” menjadi
anggota kelompok dengan
membawa senjata tajam.
Tawuran antar kelompok
5
geng. Diindikasikan bahwa
orang/kelompok yang
melakukan tindak kriminal
membawa atribut kelompok
besar.
teriak atau membentak ketika
berhadapan dengan orang lain
yang mengganggu atau
menghalangi lalu lintas yang
dilalui selama di perjalanan.
sering terjadi bila berpapasan
di jalanan atau bahkan janjian
untuk saling serang melalui
akun medsos masing-masing.
Ada juga kegiatan “malak” ke
anak sekolah lain.
7. Lokasi kumpul Tempat-tempat yang dipilih
untuk kumpul biasanya:
 Masing-masing geng punya
markas
 Punya spot/titik untuk
kumpul seperti di jalanan,
warung, taman.
Tempat dipilih berdasarkan
salah satu lebih pertimbangan
berikut :
 Tidak menjadi tempat
nongkrong geng lain.
 Ada warung yang bisa
menerima kehadiran geng.
 Biasanya tempat dipilih
yang agak gelap
 Masyarakat seputar dinilai
permisif atau takut sama
geng
Tempat-tempat nongkrong
biasanya dipilih:
 Lapangan atau tempat-
tempat yang tidak ada
pemiliknya
 Ada warung/warnet yang
bisa menerima menjadi
tempat kumpul.
Keterangan *:
Estimasi jumlah anggota geng/kelompok motor dari Kepolisian (tidak ada angka pasti jumlah anggota, tetapi
diperkirakan masing-masing geng mencakup ratusan sampai ribuan orang. “Anggota” masing-masing geng dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu; usia remaja (belasan tahun, masih bersekolah atau putus sekolah) dan usia
dewasa muda.
Selanjutnya berdasarkan data pada tabel di atas, dapat dirumuskan tipe geng motor
berdasarkan aspek organisasi, anggota, kegiatan, aktivitas di media sosial, spot/titik kumpul dan
atribut yang biasa digunakan, yaitu:
1. Geng motor terorganisir “formal”
Geng motor ini berjumlah 4 yang berada di Kota Bandung yaitu GBR, XTC, Brigez dan
Moonraker. Keempat geng ini telah lama terbentuk (sejak tahun 70an), tercatat di kepolisian dan
ada penghubungnya yaitu LO (Liasion Officer), mempunyai pengurus anak cabang di tingkat
kecamatan, masih menjaga tradisi dan kebiasaan yang dipegang oleh pimpinan geng seperti
pendiri-pendirinya. Keempat geng ini juga mempunyai cabang di kota-kota besar lain namun
tidak secara formal mengikuti aturan yang geng motor “induk”. Pembentukan di kota-kota lain
hanya “pemberitahuan”. Kegiatan dan keanggotaan bebas ditentukan oleh geng yang dibentuk
diluar kota Bandung.
2. Geng motor yang sudah bertransformasi
Tranformasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti perubahan rupa (bentuk, sifat dan
fungsi). Transformasi dalam hal geng motor ini dimaksudkan bahwa organisasi dan kegiatan
yang sebelumnya hanya nongkrong dan kumpul-kumpul sudah mengarah ke kegiatan positif
untuk menghilangkan citra negatif geng motor. Pengurus geng motor ini telah mendeklarasikan
diri sebagai Organisasi Massa atau Organisasi Karya Pemuda (OKP) yang lebih kearah politik
dengan mendukung partai politik tertentu. Pada kegiatan-kegiatan partai turut serta meramaikan
dan mengamankan kegiatan partai. Walaupun mempunyai nama geng yang sama dengan
keempat geng besar yang ada di Kota Bandung (GBR, XTC, Brigez dan Moonraker), masing-
masing saling mengenal namun tidak berhubungan langsung secara organisasi.
3. Geng motor berandalan/simpatisan
Geng motor yang disebut “berandalan” oleh kepolisian ini adalah kumpulan remaja yang
menggunakan motor yang membentuk kelompok dengan identitas tertentu. Kegiatan mereka
biasanya nongkrong dan kumpul, kadang disertai minuman keras dan narkoba, konvoi keliling
6
kota dikomandoi pimpinan atau panglimanya. Kelompok ini kadang membawa senjata tajam
untuk menyerang kelompok lain atau orang-orang yang dianggap mengganggu kegiatan mereka.
Banyak hal menjadi penyebab seseorang masuk menjadi anggota geng motor. Sumber
penyebab bisa berasal dari lingkungan keluarga yang kurang harmonis dan kurang memberikan
kenyamanan bagi seorang remaja yang membutuhkan kasih sayang, dorongan moril dan kebutuhan
akan eksistensinya sebagai bagian dari keluarga. Kemudian lingkungan sosial lainnya seperti
lingkungan pergaulan dan sekolah yang kurang terfilterisasi dari pengaruh-pengaruh buruk terhadap
remaja tersebut. Terlebih lagi pengaruh media elektronik dan massa yang pada saat ini tidak sedikit
mempertontonkan perilaku dan gaya hidup remaja yang negatif seperti kekerasan, pergaulan bebas,
miuman keras dan narkoba (seperti yang dilakukan salah satu geng motor di Cirebon).
Persoalan krusialnya adalah kenapa geng motor sering melakukan kekerasan atau agresi?
Walau tidak dapat dipastikan, data lapangan menunjukkan bahwa perilaku agresi yang dilakukan
oleh anggota geng motor terkait dengan beberapa hal yang melatar belakanginya. Hal ini sejalan
dengan model umum afektif agresi (General Affective Aggression Model atau GAMM) sebagaimana
telah dijelaskan dalam Bab II. Menurut teori ini, agresi dipicu oleh banyak variabel input. Variabel
input yang ditemukan di lokasi penelitian adalah meliputi rasa frustasi, pemaparan terhadap tingkah
laku agresif orang lain (model agresif), munculnya tanda-tanda yang berhubungan frustrasi dengan
agresi (misalnya senapan atau senjata lainnya) dan situasi sosial yang menyebabkan individu
mengalami ketidaknyamanan. Variabel lainnya adalah sikap individual yang mendorong individu
untuk melakukan agresi (mudah marah), belief anggota geng motor bahwa membela kehormatan
dan nama baik geng merupakan kebanggaaan tersendiri.
Rasa frustrasi terjadi atas kondisi keluarga yang dipersepsikan tidak mampu memenuhi
kebutuhan anak hingga mencari dan menemukan pemenuhannya dalam geng motor. Pemaparan
atas tingkah laku agresi terjadi dengan seringnya melihat perilaku sesama anggota geng motor
melakukan agresi hingga hal itu dianggap hal yang biasa bagi mereka. Sedangkan situasi yang tidak
nyaman terjadi ketika anggota geng motor merasa diganggu pihak lain ketika konvoi.
Lebih lanjut, semua variabel input ini saling berinteraksi mempengaruhi sikap dan perilaku
individu anggota geng motor. Mengacu pada teori GAAM, interaksi ini berjalan melalui 3 proses
dasar, yaitu: keterangsangan, keadaan afektif, dan kognisi agresi. Berdasarkan pengamatan
lapangan, keterangsangan terjadi dalam konteks konformitas, yaitu perilaku menyesuaikan diri
sehubungan dengan adanya tekanan sosial, baik yang nyata maupun tidak nyata. Tekanan psikologis
kelompok geng motor membuat individu menjadi berani mengambil inisiatif bertindak melawan
orang lain yang dipersepsikan sebagai pihak merintangi kegiatan geng. Dalam konteks ini anggota
lain menjadi conform (seakan-akan otomatis) mengikuti inisiator untuk bertindak agresif.
Keadaan afektif, terutama dikaitkan dengan afek negatif anggota geng di satu sisi,
berhadapan dengan pihak yang dinilai sebagai lawan di sisi lain, yang kemudian menimbulkan
keterangsangan (arousal) mengingat dalam kognisinya sudah tersimpan pengetahuan untuk
bertindak agresif berdasarkan pemaparan yang diperoleh sebelumnya.
Anak dan remaja yang menjadi anggota geng cenderung melakukan tindak kriminal dari
ringan sampai berat. Penegakan hukum tetap ditegakkan sesuai aturan UU yang berlaku baik KUHP
maupun SPPA dan peraturan lain yang berkaitan. Penerapan sanksi hukum terhadap pelaku tindak
pidana usia anak mulai dari taraf penyidikan, proses peradilan, sampai pada penahanan dalam
penerapannya masih menemui banyak kendala, seperti perilaku yang berulang-ulang tetapi sanksi
hanya ringan, penempatan tahanan anak menyatu dengan tahanan dewasa, tidak semua daerah
mempunyai panti rehabilitasi untuk anak baik swasta atau pemerintah.
7
D. Penutup
1. Kesimpulan
a. Karakteristik geng motor adalah remaja usia 12 sampai 21 tahun bagi geng motor yang
banyak melakukan tindak kriminal (berandal bermotor) masih berstatus pelajar atau putus
sekolah. Kaderisasi dilakukan di lingkungan sekolah atau lingkungan perumahan yang
banyak terdapat remaja. Sedangkan geng motor yang sudah terorganisir dan bertransformasi
menjadi organisasi massa usia pengurus dan anggota antara 21 sampai 30 tahun, sudah
menikah dan mempunyai pekerjaan. Kegiatan yang biasa dilakukan nongkrong di tempat-
tempat kosong, jalanan atau taman (kadang disertai minuman keras dan narkoba), konvoi
motor keliling dengan dikomandoi panglimanya, dan bakti sosial pada hari-hari besar
keagamaan (khusus geng motor Bandung dan Cirebon). Tokoh geng motor tidak mengakui
kalau gengnya melakukan tindak kriminal atau perbuatan melawan hukum, kalau pun ada
perbuatan melawan hukum atau tindak kriminal maka hal itu dilakukan oleh oknum anggota
atau simpatisan yang mengatasnamakan geng atau mengaku anggota geng.
b. Tertarik bergabung dengan geng motor dengan alasan adanya aktivitas konvoi bermotor,
ancaman anggota senior atau teman yang telah menjadi anggota geng motor sebelumnya
dari lingkungan sekolah atau rumah, menjadi bentuk pelarian dari sikap frustasi terhadap
keadaan lingkungan keluarga yang tidak harmonis, dan kebutuhan terhadap eksistensi diri,
mencari banyak teman, mencoba sesuatu yang baru, unik, dan menyenangkan.
c. Penanganan yang sudah dilakukan kepolisian masih terbatas pada penegakan hukum,
kegiatan penyuluhan hukum terpadu di sekolah-sekolah dalam bentuk sebagai pembina
upacara, leaflet atau pamphlet bersama beberapa instansi namun dirasakan belum maksimal
karena belum semua daerah melaksanakan kegiatan tersebut. Khusus Bandung sebagai
penghubung antara kepolisian dan geng motor yang besar dan sudah lama terbentuk ada LO
(Liasion Officer) tetapi daerah lain belum ada. Dinas sosial belum banyak terlibat karena
terkendala “payung hukum” yang khusus untuk penanganan geng motor, selama ini terbatas
pada penanganan Anak yang Berkonflik dengn Hukum tetapi belum semua sakti peksos
dilibatkan. Penanganan belum menjangkau anggota geng motor yang berusia dewasa.
2. Rekomendasi
a. Regulasi, untuk penanganan geng motor perlu adanya “Surat Keputusan Bersama” antara
Kepolisian, Kementerian Sosial, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pemuda dan
Olah Raga yang akan ditindaklanjuti di tingkat provinsi/kabupaten/kota kemudian
diturunkan dalam bentuk Peraturan Daerah/Gubernur/Bupati/ Walikota tentang “Pembinaan
Generasi Muda”. Dalam Surat Keputusan Bersama tersbut diwajibkan untuk menyediakan
fasilitas umum/sosial untuk pemanfaatan ruang/waktu kosong, kegiatan mengisi waktu libur,
pengembangan kreatifitas remaja serta kegiatan lain yang dapat dilakukan untuk generasi
muda.
b. Kementerian Sosial dapat melakukan berbagai program seperti :
1) Penyuluhan sosial bagi generasi muda
2) Optimalisasi kegiatan Karang Taruna
3) LK3 karena akar permasalahan ada di keluarga
4) Pembinaan geng motor yang telah terorganisir agar menjadi organisasi sosial
c. Dinas Sosial dapat melakukan kegiatan :
1) Penyuluhan sosial ke sekolah-sekolah atau lingkungan yang terdapat remaja atau
terhadap eks narapidana dari anggota geng motor
8
2) Penanganan geng motor dengan optimalisasi sakti peksos tidak saja pada kasus-kasus
korban dan pelaku kekerasan seksual tetapi lebih luas lagi permasalahan yang dialami
remaja.
3) Setelah razia dan patrol kepolisisan, dinas sosial dapat melakukan assessment dengan
melibatkan TKSK atau sakti peksos
3. Pemerintah Daerah
a. Kordinasi antar SKPD (Dinas Sosial, Dispora, Diknas) untuk fasilitas kegiatan
kepemudaan terutama pada saat libur sekolah
b. Perlunya pertemuan rutin antar sekolah yang sering tawuran
c. Mengarahkan menjadi geng motor syariah (lebih islami) atau mengarahkan ke organisasi
sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Atika, T. (2015). Perkembangan Geng Motor sebagai Salah Satu Fenomena Kenakalan Remaja di Kota
Medan. Pemberdayaan Komunitas, Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial. 14 (2).
Baron, R.A. & Byrne. (2000). Human Aggression. (terjemahan Waskito) New York : Plenum.
Baron, R.A. & Byrne. (2005). Psikologi Sosial.Edisi kesepuluh Jilid 2. Penerbit Erlangga.
Berkowitz, L. (1995). Agresi: sebab & akibatnya. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo.
Fadilla, R. (2013). Hubungan Identitas Sosial Dengan Perilaku Agresif Pada Geng Motor. Psikologia,
8 (2), 73-78
Hadisiwi, P & Suminar, R. (2013). Konstruksi Sosial Anggota Geng Motor di Kota Bandung. Jurnal
Kajian Komunikasi, 1 (1), 1-10
Hadisuprapto, P. (2004). Studi tentang Makna Penyimpangan Perilaku di Kalangan Remaja. Jurnal
Kriminologi Indonesia, 3 (3), 9-18.
Kartono. (2010). Kenakalan Remaja. Jakarta : PT. Raja Grafindo. Persada
Sambas, N. (2011). Penanggulangan Pelanggaran Hukum yang Dilakukan Geng Motor oleh Kepolisian
di Wilayah Bandung. Jurnal Mimbar. 27 (2), 225-232.
Sari, Y. (2014). Persepsi Siswa tentang Geng Motor dan Peran Guru Pembimbing di Madrasah
Tsanawiyah Al-Muttaqin Pekanbaru. Pekanbaru: UIN Riau.
Susantyo, B. (2011). Memahami Perilaku Agresif: Sebuah Tinjauan Konseptual. Jurnal Informasi. 16
(03), 189-202.
Susantyo, B. (2016). Faktor-Faktor Determinan Penyebab Perilaku Agresif Remaja Di Permukiman
Kumuh Di Kota Bandung. Jurnal Sosiokonsepsia. 6 (1), 001-018.
Susantyo, B. (2017). Lingkungan dan Perilaku Agresif Individu. Jurnal Sosio Informa. 3 (1). 15-25.
Suyanto, B. (2015). Ulah Brutal Geng Motor.Diakses 1 Agustus 2017 dari Jawa Pos:
https://www.pressreader.com/indonesia/jawa-pos/20150605/281547994503235
Tribun News. (2017, Juni 24). Tujuh Geng Motor yang Resahkan Warga ini Akhirnya Kena Batunya.
Retrieved Juli 10, 2017, from Tribun News:
http://www.tribunnews.com/regional/2017/06/24/tujuh-geng-motor-yang-resahkan-warga-ini-
akhirnya-kena-batunya
Dalam rangka Expose Badan Pendidikan, Penelitian dan Penyuluhan Sosial Tahun 2017, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial perlu melakukan penyebarluasan informasi Hasil
Penelitian Kebijakan Kesejahteraan Sosial yang akan dilaksanakan pada:
Hari, Tanggal : Selasa, 05 Desember 2017
Waktu: Jadwal Terlampir
Tempat: Gedung Aneka Bhakti, Kementerian Sosial RI
Agenda: Diseminasi Hasil Penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan
Kesejahteraan Sosial
Sehubungan hal tersebut kami mohon kesediaan Bapak menjadi Penyaji Quick Research
"•Fenomena Geng Motor : Studi di Beberapa Kota Jawa BaraC dalam kegiatan tersebut.
Demikian, atas perhatian dan kesediaan Bapak disampaikan terima kasih.
Yth.
Badrun Susantyo, Ph.D
di-
Tempat
1 (Satu) Eksemplar
Undangan
November2017
KEMENTERIAN SOSIAL R.I
PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEJAHTERAAN SOSIAL
Jl. Dewi SartikaNo.200 JakartaTimur Telp. 021.8017146 Fax. 021.8017126
Surat elektronik: puslitbangkesnsiakemsos.go.idlaman: puslit.kemsos.go.id
Nomor
Lampiran
Perihal
Kepala Badiklitpensos
Kepala Pusbangprof
Peksos dan Pensos
Peserta
MC
Sekretariat
Badiklitpensos "
d. Laporan Kegiatan
c. Pembacaan Doa
b. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
a. Pembukaan
Acara Pembukaan:
Registrasi Peserta
09.00-12.00
08.00-09.00
2
1
•••'•••••. • • • ••
Hari Ke II, Rabu, 6 Desember 2017
" • • - - "•-•-"•
Pusdiklat Kesos
Akustik
PantiPSBN
Babes Litbangyankesos
Yogyakarta
Puslitbang Kesos
Sekretariat
Badiklitpensos
Workshop tentang pengembangan
Kompetensi Asisten Aparatur Negara
Menuju Birokrasi Berkelas Dunia
Ishoma
Efektifitas Keserasian Sosial
Diseminasi Hasil Penelitian Terkait
Kekerasan Anak di Sekolah (Bullying) dan
Fenomena Geng Motor
Registrasi Peserta
14.00-16.00
12.00-14.00
09.00-12.00
08.00-09.00
7
6
2
1
.-..-• .•...••.•.., • , . . •
Hari Ke 1, 5 Desember 2017
" " . ' ' • - . • • • • • " • • • • •
PENANGGUNG JAWABKEGIATANPUKULNo
AGENDA BADKUTPENSOS EXPOSE 2017 Dl GEDUNG ANEKA BHAKTI
KEMENTERIAN SOSIAL
Tema
Refleksi 2017 dan Ekspektasi 2018 : Untuk Kejayaan Kementerian Sosial Rl
Pada Hari Selasa s.d Rabu, Tgl 5 s.d 7 Desember 2017
Jakarta, Nopember 2017
Kabadiklitpensos
Puspensos
Akustik
Mongol
Pusbangprof Peksos dana
Pensos
Sekretariat
Badiklitpensos
Penutupan
Workshop tentang Pencegahan
Penyalahgunaan NAPZA dan Pornografi
bagi Keluarga
Ishoma
Workshop tentang pengembangan Teknik
Supervisi Pekerja Sosial dan Penyuluhan
Sosial
Registrasi Peserta
16.00-selesai
14.00-16.00
12.00-14.00
14.00-16.00
08.00-09.00
5
4
3
2
1
Hari ke III, Rabu, 7 Desember 2017
STKSBandung
_•--•"-
Akustik
Akustik
Angklung Mang Ujo
Mahasiswa STKS/tarian
Menteri Sosial Rl
Cak Lontong
Talk Show profesi pekerja sosial dengan
Tema: Kontribusi Profesi Peksosdalam
penanggulangan kemiskinan untuk
mewujudkan tercapainya Nawa Cinta"
Ishoma
g. Hiburan
• " • - - - . • . •
f. Pembukaan dan Sambutan
e. Stand Up Comedy
14.00-16.00
12.00-14.00
4
3
GENG MOTOR
GENG MOTOR
GENG MOTOR
GENG MOTOR
GENG MOTOR
GENG MOTOR
GENG MOTOR
GENG MOTOR
GENG MOTOR

More Related Content

Similar to GENG MOTOR

Bab 3 Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat 1.pptx
Bab 3 Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat 1.pptxBab 3 Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat 1.pptx
Bab 3 Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat 1.pptxagus644999
 
Perilaku menyimpang pada_remaja
Perilaku menyimpang pada_remajaPerilaku menyimpang pada_remaja
Perilaku menyimpang pada_remajaAris Pratama
 
Tri safri jumantoro-411.docx
Tri safri jumantoro-411.docxTri safri jumantoro-411.docx
Tri safri jumantoro-411.docxTriSafri
 
Penyimpangan Sosial
Penyimpangan SosialPenyimpangan Sosial
Penyimpangan Sosialpjj_kemenkes
 
MAKALAH KENAKALAN REMAJA.docx
MAKALAH KENAKALAN REMAJA.docxMAKALAH KENAKALAN REMAJA.docx
MAKALAH KENAKALAN REMAJA.docxjefer19
 
Tugas Audience Analysis (Menganalisis Jurnal Internasional)
Tugas Audience Analysis (Menganalisis Jurnal Internasional)Tugas Audience Analysis (Menganalisis Jurnal Internasional)
Tugas Audience Analysis (Menganalisis Jurnal Internasional)Putrinurfitriana
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya, Stop Bullying.pdf
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya, Stop Bullying.pdfModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya, Stop Bullying.pdf
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya, Stop Bullying.pdfImanSetiawan26
 
Tugas makalah tik seyla dinda
Tugas makalah tik seyla dindaTugas makalah tik seyla dinda
Tugas makalah tik seyla dindaputribelle
 
Konsepsia des 2016
Konsepsia des 2016Konsepsia des 2016
Konsepsia des 2016Be Susantyo
 

Similar to GENG MOTOR (20)

Pencurian Sepeda Motor - LAPORAN HASIL PENELITIAN KONFLIK SOSIAL PENCURIAN MO...
Pencurian Sepeda Motor - LAPORAN HASIL PENELITIAN KONFLIK SOSIAL PENCURIAN MO...Pencurian Sepeda Motor - LAPORAN HASIL PENELITIAN KONFLIK SOSIAL PENCURIAN MO...
Pencurian Sepeda Motor - LAPORAN HASIL PENELITIAN KONFLIK SOSIAL PENCURIAN MO...
 
KENAKALAN REMAJA-Kelompok 3 Kelas XI IPS 3.docx
KENAKALAN REMAJA-Kelompok 3 Kelas XI IPS 3.docxKENAKALAN REMAJA-Kelompok 3 Kelas XI IPS 3.docx
KENAKALAN REMAJA-Kelompok 3 Kelas XI IPS 3.docx
 
Bab 3 Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat 1.pptx
Bab 3 Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat 1.pptxBab 3 Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat 1.pptx
Bab 3 Ragam Gejala Sosial dalam Masyarakat 1.pptx
 
Perilaku menyimpang pada_remaja
Perilaku menyimpang pada_remajaPerilaku menyimpang pada_remaja
Perilaku menyimpang pada_remaja
 
Tri safri jumantoro-411.docx
Tri safri jumantoro-411.docxTri safri jumantoro-411.docx
Tri safri jumantoro-411.docx
 
Pencurian Sepeda Motor - LAPORAN HASIL PENELITIAN KONFLIK SOSIAL PENCURIAN MOTOR
Pencurian Sepeda Motor - LAPORAN HASIL PENELITIAN KONFLIK SOSIAL PENCURIAN MOTORPencurian Sepeda Motor - LAPORAN HASIL PENELITIAN KONFLIK SOSIAL PENCURIAN MOTOR
Pencurian Sepeda Motor - LAPORAN HASIL PENELITIAN KONFLIK SOSIAL PENCURIAN MOTOR
 
Tawuran Antar Pelajar - Laporan Penelitian Konflik Sosial.docx
Tawuran Antar Pelajar - Laporan Penelitian Konflik Sosial.docxTawuran Antar Pelajar - Laporan Penelitian Konflik Sosial.docx
Tawuran Antar Pelajar - Laporan Penelitian Konflik Sosial.docx
 
Kriminalitas
KriminalitasKriminalitas
Kriminalitas
 
Penyimpangan Sosial
Penyimpangan SosialPenyimpangan Sosial
Penyimpangan Sosial
 
Brigez (2)
Brigez (2)Brigez (2)
Brigez (2)
 
Kenakalan remaja
Kenakalan remajaKenakalan remaja
Kenakalan remaja
 
MAKALAH KENAKALAN REMAJA.docx
MAKALAH KENAKALAN REMAJA.docxMAKALAH KENAKALAN REMAJA.docx
MAKALAH KENAKALAN REMAJA.docx
 
Tugas Audience Analysis (Menganalisis Jurnal Internasional)
Tugas Audience Analysis (Menganalisis Jurnal Internasional)Tugas Audience Analysis (Menganalisis Jurnal Internasional)
Tugas Audience Analysis (Menganalisis Jurnal Internasional)
 
skripsi
skripsiskripsi
skripsi
 
kenakalan remaja
kenakalan remaja kenakalan remaja
kenakalan remaja
 
bilangan aljabar
bilangan aljabarbilangan aljabar
bilangan aljabar
 
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya, Stop Bullying.pdf
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya, Stop Bullying.pdfModul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya, Stop Bullying.pdf
Modul Projek Bangunlah Jiwa dan Raganya, Stop Bullying.pdf
 
Tugas makalah tik seyla dinda
Tugas makalah tik seyla dindaTugas makalah tik seyla dinda
Tugas makalah tik seyla dinda
 
Konsepsia des 2016
Konsepsia des 2016Konsepsia des 2016
Konsepsia des 2016
 
Asgmnt group 2
Asgmnt group 2Asgmnt group 2
Asgmnt group 2
 

More from Be Susantyo

Partisipasi masy dlm pemb di pedesaan
Partisipasi masy dlm pemb di pedesaanPartisipasi masy dlm pemb di pedesaan
Partisipasi masy dlm pemb di pedesaanBe Susantyo
 
Memahami perilaku-agresif-sebuah-tinjaua
Memahami perilaku-agresif-sebuah-tinjauaMemahami perilaku-agresif-sebuah-tinjaua
Memahami perilaku-agresif-sebuah-tinjauaBe Susantyo
 
Prevalensi kekerasan anak
Prevalensi kekerasan anakPrevalensi kekerasan anak
Prevalensi kekerasan anakBe Susantyo
 
A Social Norms Manual for Viet Nam, Indonesia and the Philippines
A Social Norms Manual for Viet Nam, Indonesia and the PhilippinesA Social Norms Manual for Viet Nam, Indonesia and the Philippines
A Social Norms Manual for Viet Nam, Indonesia and the PhilippinesBe Susantyo
 
Konsumsi rokok peserta pkh
Konsumsi rokok peserta pkhKonsumsi rokok peserta pkh
Konsumsi rokok peserta pkhBe Susantyo
 
Tantangan kesetaraan gender dalam pkh
Tantangan kesetaraan gender dalam pkhTantangan kesetaraan gender dalam pkh
Tantangan kesetaraan gender dalam pkhBe Susantyo
 
Policy brief pkh
Policy brief pkhPolicy brief pkh
Policy brief pkhBe Susantyo
 
Policy brief abh
Policy brief abhPolicy brief abh
Policy brief abhBe Susantyo
 
Model pembelajaran komunitas
Model pembelajaran komunitasModel pembelajaran komunitas
Model pembelajaran komunitasBe Susantyo
 
Memperkasakan orang asli
Memperkasakan orang asliMemperkasakan orang asli
Memperkasakan orang asliBe Susantyo
 
Konsepsia agust 2016
Konsepsia agust 2016Konsepsia agust 2016
Konsepsia agust 2016Be Susantyo
 
Informa april 2017
Informa april 2017Informa april 2017
Informa april 2017Be Susantyo
 
optimalisasi peran dan fungsi pendamping sosial studi di empat kota di indonesia
optimalisasi peran dan fungsi pendamping sosial studi di empat kota di indonesiaoptimalisasi peran dan fungsi pendamping sosial studi di empat kota di indonesia
optimalisasi peran dan fungsi pendamping sosial studi di empat kota di indonesiaBe Susantyo
 
1 integrasi penanggulangan kemiskinan jurnal quantum vol xiv no 26 jul-des 2018
1 integrasi penanggulangan kemiskinan jurnal quantum vol xiv no 26 jul-des 20181 integrasi penanggulangan kemiskinan jurnal quantum vol xiv no 26 jul-des 2018
1 integrasi penanggulangan kemiskinan jurnal quantum vol xiv no 26 jul-des 2018Be Susantyo
 

More from Be Susantyo (16)

Buku cd 2007
Buku cd 2007Buku cd 2007
Buku cd 2007
 
Partisipasi masy dlm pemb di pedesaan
Partisipasi masy dlm pemb di pedesaanPartisipasi masy dlm pemb di pedesaan
Partisipasi masy dlm pemb di pedesaan
 
Memahami perilaku-agresif-sebuah-tinjaua
Memahami perilaku-agresif-sebuah-tinjauaMemahami perilaku-agresif-sebuah-tinjaua
Memahami perilaku-agresif-sebuah-tinjaua
 
Prevalensi kekerasan anak
Prevalensi kekerasan anakPrevalensi kekerasan anak
Prevalensi kekerasan anak
 
A Social Norms Manual for Viet Nam, Indonesia and the Philippines
A Social Norms Manual for Viet Nam, Indonesia and the PhilippinesA Social Norms Manual for Viet Nam, Indonesia and the Philippines
A Social Norms Manual for Viet Nam, Indonesia and the Philippines
 
Konsumsi rokok peserta pkh
Konsumsi rokok peserta pkhKonsumsi rokok peserta pkh
Konsumsi rokok peserta pkh
 
Tantangan kesetaraan gender dalam pkh
Tantangan kesetaraan gender dalam pkhTantangan kesetaraan gender dalam pkh
Tantangan kesetaraan gender dalam pkh
 
Policy brief pkh
Policy brief pkhPolicy brief pkh
Policy brief pkh
 
Policy brief abh
Policy brief abhPolicy brief abh
Policy brief abh
 
Model pembelajaran komunitas
Model pembelajaran komunitasModel pembelajaran komunitas
Model pembelajaran komunitas
 
Memperkasakan orang asli
Memperkasakan orang asliMemperkasakan orang asli
Memperkasakan orang asli
 
Konsepsia agust 2016
Konsepsia agust 2016Konsepsia agust 2016
Konsepsia agust 2016
 
Informa april 2017
Informa april 2017Informa april 2017
Informa april 2017
 
optimalisasi peran dan fungsi pendamping sosial studi di empat kota di indonesia
optimalisasi peran dan fungsi pendamping sosial studi di empat kota di indonesiaoptimalisasi peran dan fungsi pendamping sosial studi di empat kota di indonesia
optimalisasi peran dan fungsi pendamping sosial studi di empat kota di indonesia
 
1 integrasi penanggulangan kemiskinan jurnal quantum vol xiv no 26 jul-des 2018
1 integrasi penanggulangan kemiskinan jurnal quantum vol xiv no 26 jul-des 20181 integrasi penanggulangan kemiskinan jurnal quantum vol xiv no 26 jul-des 2018
1 integrasi penanggulangan kemiskinan jurnal quantum vol xiv no 26 jul-des 2018
 
171 435-1-pb
171 435-1-pb171 435-1-pb
171 435-1-pb
 

Recently uploaded

Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxBudyHermawan3
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxBudyHermawan3
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxBudyHermawan3
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxBudyHermawan3
 
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptxPerencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptxBudyHermawan3
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxBudyHermawan3
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditYOSUAGETMIRAJAGUKGUK1
 
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxBudyHermawan3
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxBudyHermawan3
 
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptx
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptxPPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptx
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptxssuser8905b3
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxBudyHermawan3
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxBudyHermawan3
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxBudyHermawan3
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdfHarisKunaifi2
 

Recently uploaded (14)

Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptxPengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
Pengantar dan Teknik Public Speaking.pptx
 
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptxPB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
PB.2 KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMDES.pptx
 
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptxLAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
LAPORAN KEPALA DESA. sebagai kewajiban pptx
 
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptxMembangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
Membangun Budaya Ber-Integritas ASN.pptx
 
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptxPerencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
Perencanaan Pembangunan Desa berbasis akuntabel.pptx
 
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptxInovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
Inovasi Pelayanan Publik Pemerintah .pptx
 
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka KreditPermen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
Permen PANRB Nomor 3 Tahun 2023 - Tentang Penetapan Angka Kredit
 
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama DesapptxPB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
PB.2.3 KERJA SAMA DESA. Perspektif Kerja sama Desapptx
 
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptxPB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
PB.1 BINA SUASANA DAN ORIENTASI BELAJAR.pptx
 
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptx
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptxPPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptx
PPT Seminar Kinerja Keuangan Provinsi Sulawesi tengah.pptx
 
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptxTata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
Tata Kelola Pengadaan barang dan Jasa di Desa pptx
 
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptxAparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
Aparatur Sipil Negara sebagai Perekat Bangsa.pptx
 
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptxKonsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
Konsep Management RisikoRev Pak Budi.pptx
 
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdfPemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten  .pdf
Pemekaran Kabupaten Banyuwangi menujumKota dan kabupaten .pdf
 

GENG MOTOR

  • 1. 0 GENG MOTOR: FENOMENA SOSIAL YANG MAKIN MERESAHKAN STUDI DI BEBERAPA KOTA JAWA BARAT12 Badrun Susantyo Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Kementerian Sosial RI Jl. Dewi Sartika No. 200 Cawang Jakarta Timur besusantyo@yahoo.com A. Pendahuluan Belakangan ini, fenomena geng motor dirasakan semakin mengkhawatirkan. Hal demikian terutama dapat dirasakan dari berita-berita yang dimuat di media cetak dan media on line. Mengapa mengkhawatirkan? Paling tidak bisa dilihat dari beberapa fenoma berikut ini. 1) eksistensi mereka tampak semakin tersebar luas, terutama di kota-kota besar dan wilayah sekitarnya; 2) populasi geng semakin banyak; 3) tindakan mereka dinilai cenderung semakin nekat dan brutal. Kondisi demikian merupakan persoalan yang cukup serius. Dalam banyak kasus tindakan mereka tidak hanya sebatas kenakalan, pelanggaran norma sosial dan mengganggu ketertiban umum semata tetapi sudah mengarah kepada tindakan kriminal, seperti: penyerangan terhadap orang lain, perampasan, penganiyaan dan pembunuhan. Tindakan anggota geng motor seperti diberitakan dinilai selain dapat merugikan atau mengancam keselamatan orang lain juga potensial merusak dirinya sendiri. Berdasarkan beberapa hasil penelitian dapat diketahui bahwa anggota geng motor umumnya adalah remaja, SMP dan SMA, berumur 12-21 tahun, sebagian masih dikategorikan usia anak (dibawah 18 tahun) dan menurut UU Pidana belum dewasa (dibawah 21 tahun). Awalnya geng motor hanya perkumpulan anak-anak remaja yang hobi ngebut-ngebutan dengan motor, baik siang maupun malam hari. Mereka melakukan balapan motor alias trek-trekan di jalanan umum. Namun akhir-akhir ini geng motor mulai meresahkan masyarakat, bahkan aksi brutal geng motor menyebabkan banyak korban luka bahkan meninggal dunia termasuk anggota geng itu sendiri. Bagi Kementerian Sosial yang memiliki tugas dan fungsi dalam bidang kesejahteraan sosial, termasuk kesejahteraan anak dan keluarga, situasi demikian tidak dapat dibiarkan. Fenomena geng motor perlu segera ditangani untuk mencegah jatuhnya korban lebih banyak, baik pada sisi masyarakat luas maupun dari sisi pelaku. Beberapa permasalahan yang terkait dengan geng motor dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana ciri/karakteristik geng motor khususnya yang berperilaku agresif? 2. Apa faktor-faktor yang mendorong seseorang masuk geng motor? 3. Apakah intervensi sosial yang dipikirkan sesuai untuk geng motor ? Ketiga permasalahan diatas menjadi pijakan dalam merumuskan penelitian ini. Oleh karenanya, pendekatan kualitatif secara Rapid Assement Process (RAP) dipilih dalam penelitian ini. RAP sebagai salah satu cara untuk menyelidiki situasi kompleks dimana isunya belum bisa didefinisikan, sebagaimana disebutkan oleh Beebe dan Beebe (2009): “A way to investigate complicated situations in which issues are not yet well defined”. Dalam RAP ini, teknik pengumpulan data dikemas dengan menggunakan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. 1 Disampaikan pada Badiklit Expose 2018, Selasa, 5 Desember 2017 di Gedung Aneka Bakti Jl. Salemba Raya No. 28 Jakarta Pusat. 2 Hasil penelitian tentang Fenomena Geng Motor: Studi Beberapa Kota di Jawa Barat, oleh: Irmayani, Badrun Susantyo, B. Mujiyadi, Togiarataua Nainggolan, Muslim Sabarisman dan Anwar Sitepu, Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI, Tahun 2017.
  • 2. 1 Lokasi penelitian ditentukan secara purposive berdasarkan maraknya kasus geng motor di Provinsi Jawa Barat yaitu Kota Depok, Kota Cirebon, Kota dan Kabupaten Bandung. Pemilihan informan dengan kriteria : 1. Semua geng motor dan anggotanya yang berada di wilayah penelitian 2. Aparat kepolisian yang menangani geng motor 3. Tokoh masyarakat/agama/pemuda dimana di lingkungannya terdapat geng motor 4. Pemerintah Daerah setempat khususnya Dinas Sosial Unit analisis penelitian ini adalah geng motor beserta anggotanya dan pihak-pihak lain yang berpengaruh seperti aparat kepolisian, tokoh masyarakat dan pemerintah daerah setempat. B. Studi Pustaka Walaupun tidak ada teori tunggal yang meliputi semua faktor, satu pendekatan tentang agresi yaitu model umum afektif agresi (General Affective Aggression Model atau GAMM) diajukan oleh Anderson dkk (1997) dalam Baron dan Byrne (2005). Menurut GAAM, variabel situsional dan individual yang beragam ini kemudian dapat menimbulkan agresi terbuka melalui pengaruh masing- masing terhadap 3 proses dasar: keterangsanagan (arousal), keadaan afektif (affective states) dapat membangkitkan perasaan hostile dan tada-tanda yang tampak (ekspresi wajah marah); serta kognisi (cognitions) yang dapat membuat individu memiliki pikiran hostile atau membawa ingatan hostile ke pikiran. Tergantung pada interpretasi (penilaian) individu atas situasi saat ini dan faktor-faktor peringatan yang ada (misalnya kehadiran polisi atau keadaan mengancam dari orang yang dimaksudkan sebagai target. Hal demikian senada dengan temuanj Susantyo (2017,2016) dalam faktor-faktor yang mempengaruhi individu untuk bertindak di luar batas (agresif), Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa kecenderungan perilaku agresif adalah adanya keinginan untuk melakukan perilaku negatif, kekerasan guna menyakiti orang lain atau merusak suatu benda yang dilakukan secara fisik maupun verbal. Berkaitan dengan perkembangan perilaku agresi yang terjadi dalam diri remaja, faktor sosial maupun lingkungan keluarga akan turut pula mempengaruhinya. Menurut Short Jr (1996), setidaknya ada tiga bentuk kekerasan yang biasa dilakukan dan dikembangkan geng: 1. Kekerasan dalam konflik yang terjadi di antara geng jalanan. Biasanya dipicu perebutan atau persaingan daerah kekuasaan atau untuk mencari peningkatan status dalam aksi mereka. 2. Kekerasan anggota geng dalam rangka mencari dan mengembangkan identitas kelompok. 3. Kekerasan sebagai konsekuensi pembinaan kekompakan kelompok. Bahkan, di sejumlah geng motor, ketahanan menghadapi kekerasan merupakan sumber status individu maupun reputasi kelompok. C. Beberapa temuan 1. Kota Bandung Kelompok geng motor di Bandung ada empat besar geng, yaitu XTC 1982 (Exault To Creativity), Briges (Brigadir Seven) yang dulu bentukan dari anak sekolah SMA X, Moonraker 1986, dan GBR 1986 (Grab On Road) seiring waktu ada beberapa geng motor menjadi organisasi sosial di masyarakat, seperti XTC dan GBR, hampir setiap wilayah ada anggota dan kordinator wilayahnya di Kota Bandung. Kesimpulan dari data Bandung adalah: a) Mempelajari dari informasi yang terkumpul selama pengumpulan data, baik dari keterangan yang didapat selama wawancara dengan para responden maupun dari data sekunder, maka
  • 3. 2 penyebutan geng motor dapat dikategorikan sebagai “tidak tepat”. Hal ini sesuai dengan pernyataan pendiri geng dan pihak kepolisian yang menyatakan bahwa mereka keberatan dengan istilah geng tersebut. Istilah geng seolah berkonotasi negatif. Geng seolah perbuatan brutal dan meresahkan masyarakat, yang bernuansa kegiatan yang melanggar norma dan bercorak kasar serta melanggar hukum pidana. Pendiri geng tidak menanamkan nilai dimaksud, melainkan hanya untuk kegiatan yang menunjukkan kesetiakawanan dan terpeliharanya harga diri. Membela teman adalah suatu keharusan dan keterpanggilan. Selain itu, nilai yang dibangun adalah bahwa setiap anggota harus mempunyai harga diri dan komitmen dengan kelompoknya. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa “hirup tong ngajual, tapi mun sakali aya nu ngajual – borong”, yang artinya kira-kira bahwa anggota jangan mencari gara-gara, tetapi sekali ada yang memancing keributan, kalau perlu dihajar habis-habisan. b) Pihak kepolisian bersama dengan geng motor yang ada telah menyepakati bahwa istilah geng diganti dengan organisasi massa. Hal ini sejalan dengan kegiatan yang dilakukan sudah mengarah pada pegiatan positif seperti kegiatan sosial, keagamaan, kepemudaan serta keolahragaan. Diperoleh informasi dari kepolisian bahwa para anggota organisasi massa ini pernah mengadakan tabliq akbar yang diikuti oleh ribuan anggota. Selama kegiatan akbar ini, para anggota bersikap tertib dan mengikuti tauziah dengan baik. Bahkan, menurut informasi dari Binmas Polrestabes Bandung bahwa ada mantan anggota geng yang sudah menjadi ustadz. c) Pada salah satu kejadian, adanya kasus kebrutalan setelah bubaran tabliq akbar adalah dilakukan oleh simpatisan geng yang belum committed atas nilai geng. Pada saat pulang pengajian, oleh karena ada gesekan dengan pihak di luar geng, maka terjadi keributan. Mungkin oleh karena ada rasa setia kawan, maka anggota lain yang kebetulan berusia remaja, maka langsung menyerang kepada pihak luar yang bergesekan itu. d) Keterlibatan dalam kegiatan kelompok bermotor, lebih beraroma pada keinginan mencari identitas atau mencari jati diri. Ini seiring dengan perkembangan mental pada usia pertumbuhan. Hal ini terdukung dengan pengakuan responden bahwa mulai masuk menjadi anggota kelompok ini adalah pada usia belasan tahun, baik anak yang masih bersekolah maupun tidak. 2. Kota Cirebon Sistim keanggotaan geng yang tidak sepenuhnya mengikuti wilayah administrasi pemerintahan yang berlaku. Pimpinan yang lebih rendah dimungkinkan membawahi beberapa kecamatan dari kabupaten atau kota yang berbeda. Hal ini mengakibatkan seorang anggota bisa saja menghadiri kegiatan di wilayah lain. Akibatnya jumlah pasti anggota khusus untuk wilayah tertentu sulit diperoleh. Perekrutan anggota baru dapat dilakukan oleh semua anggota dengan cara mengajak bergabung atau calon anggota baru mengambil inisiatif bergabung untuk selanjutnya diopspek atau disekolahkan (istilah geng motor). Artinya anggota baru harus mengikuti semacam pelatihan sekaligus uji fisik dan mental untuk membela geng motor yang dimasuki. Namun tahapan ini tidak berlaku secara mutlak bagi setiap anggota baru. Tidak jarang anggota baru yang direkrut panglima atau unsur pimpinan lainnya tidak melalui tahapan ini. Sifat keanggotaan memang tidak tetap. Artinya anggota boleh saja keluar dari geng. Namun untuk anggota tertentu yang dinilai dapat merugikan geng ketika yang
  • 4. 3 bersangkutan keluar, akan diusahakan tetap menjadi anggota. Pertimbangan ini terutama didasarkan kepada kepentingan dan citra geng, dan keputusannya ditentukan oleh panglima. Sejauh ini, latar belakang anggota didominasi oleh kelompok laki-laki, sementara perempuan hanya sedikit dan tidak ada yang menempati posisi penting. Dilihat dari usia, anggota didominasi oleh anak seusia SMP dan SMA. Walau merupakan sebuah kelompok, kehadiran geng di Cirebon tidak menunjukkan ciri khas sebagai kelompok formal yang didukung oleh legalistas formal. Kelompok ini berdiri tanpa kantor yang jelas. Kalaupun ada sekretariat, hal itu tidak dianggap sebagai kantor resmi oleh warga masyarakat. Secara historis 4 geng di Cirebon (kecuali Brigez) terkait dengan geng yang sama di Bandung, namun hubungan ini tidak bersifat struktural. Geng motor ini belum membuat aturan tertulis tentang perilaku anggota dan pengurusnya. Aturan yang ada hanya bersifat lisan, dan pelaksanaannya tergantung pimpinan. Pelanggaran biasanya terjadi dalam rutinitas kegiatan geng motor. Kegiatan dimaksud meliputi ngumpul-ngumpul, konvoi jalanan, dan bakti sosial. Dari tiga kegiatan ini, acara ngumpul-ngumpul paling sering dilakukan. Walau tidak rutin, paling tidak dalam sebulan dilakukan satu atau dua kali. Sementara konvoi dilakukan sesuai kebutuhan, dan biasanya dilakukan dengan persertujuan pimpinan. Bakti sosial biasanya dilakukan pada Bulan Ramadhan menjelang lebaran menyesuaikan dengan kegiatan ibadah keagamaan. Kegiatan nongkrong, biasanya diakhiri dengan konvoi motor. Konvoi motor dijalani secara beramai-ramai dengan mengitari kota mengikuti selera pimpinan. Perilaku anggota geng dalam konvoi yang menguasai jalan raya menarik perhatian masyarakat seputar jalan raya yang dilalui, walau dalam bayang-bayang ketakutan. Bukan saja suara knalpot motor yang ditunggangi yang memekakkan telinga, suara anggota geng motor pun menggema dengan teriakannya. Bahkan sekali-sekali kedengaran membentak ketika mereka berhadapan dengan orang lain yang terasa mengganggu atau menghalangi lalu lintas yang dilalui. 3. Kota Depok Di Kota Depok berdasarkan keterangan Polresta Depok ditemukan beberapa nama kelompok motor, yaitu: Depok Bogor Official, Amerika, Jepang, Margonda, Jurang Maut, Bujang Lapuk dan Mahesa Kurung. Selain nama itu ditemukan juga nama Squad. Kegiatan yang dapat dilihat dari akun kelompok-kelompok ini nongkrong-nongkrong, konvoi, tawuran. Semua kegiatan tersebut di-upload oleh mereka bahkan menurut keterangan Tim Jaguar, kadang kelompok ini janjian ketemu untuk adu kekuatan atau tawuran, saling mengejek. Geng motor di Kota Depok lebih berupa kelompok-kelompok remaja yang melakukan berbagai aktifitas bersama yang kadang-kadang cenderung melanggar hukum. Kelompok- kelompok tersebut cenderung “cair” yang tidak memiliki organisasi tetap. Anggotanya juga tidak merupakan satu wilayah saja, bisa saja gabungan berbagai wilayah misalnya: Jakarta, Bogor, Bekasi dan Depok. Menurut keterangan tim Jaguar, hal ini karena Depok adalah wilayah perlintasan dari berbagai wilayah seperti Jakarta, Bogor, dan Tangerang. Anggota geng berusia belasan tahun. Jumlah geng di seluruh Depok tidak diketahui persis, menurut dugaan pihak kepolisian kalau sudah remaja berjumlah 10 sampai 20 orang maka memebentuk geng. Jumlah anggota geng bervariasi mulai dari puluhan hingga ratusan orang. Kegiatan yang mereka lakukan adalah mulai dari mengendarai sepeda motor secara berombongan, biasanya berboncengan 3 orang, seringkali membawa senjata tajam. Geng motor juga kerap berkumpul, nongkrong di lokasi tertentu, hingga larut malam atau bahkan hingga dini hari. Anggota geng berasal dari berbagai wilayah Kota Depok maupun dari luar kota Depok.
  • 5. 4 Ikatan yang mempersatukan mereka lebih berupa persamaan aspirasi, ingin dikenal, ingin memiliki teman. Keberadaan kelompok-kelompok yang dikenal kepolisian dan media massa sulit untuk dilacak karena tidak ada data dan informasi berupa nama dan alamat anggota kelompok, anak- anak yang ditangkap Polresta Depok karena membawa senjata tajam tidak sepenuhnya mengaku berasal dari kelompok tertentu atau tidak bersedia memberi tahu nama dan alamat teman-teman mereka karena takut akan akibatnya. Polresta Depok khususnya Tim Jaguar selama ini hanya melakukan patroli dan penangkapan, sedangkan proses selanjutnya di SPKT (Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu). SPKT memilah-milah, apabila masih dibawah umur akan dipanggil orang tua/wali dan kadang dibuat surat pernyataan, sedangkan yang diatas umur 18 tahun akan diproses penahanan. Permasalahan adalah kebanyakan yang tertangkap tim Jaguar adalah anak-anak dibawah umur, karena sudah terlalu banyak, hampir tiap minggu ada yang tertangkap, sehingga tidak ada data akurat sudah berapa banyak anak-anak dibawah umur yang ditangkap beserta identitas lengkap. Tim Jaguar hanya memberikan pembinaan dan arahan sesaat pada waktu orang tua/wali datang menjemput anaknya, belum ada tindakan pembinaan lainnya. Secara tabulatif, berbagai karakteristik yang ditemukan selama penelitian di ketiga Kota tersebut dapat didiskripsikan kedalam table berikut ini. Tabel 1. Karakteristik Geng Motor di 3 Kota, Provinsi Jawa Barat No. Aspek/Kota Bandung Cirebon Depok 1. Nama Geng/kelompok yang ditemukan XTC, Brigez, GBR, Moonraker. Ada LO (Liaison Official) yang menjadi penghubung antara Polisi dan Geng Motor, tugasnya untuk deteksi dini dan memantau. XTC, Brigez, GBR, Moonraker dan Konack Depok Bogor Official, Jepang (Jembatan Mampang), Margonda, America, Jurang Maut, Bujang Lapuk, Squad, Sanca dan kelompok kecil lainnya 2. Sifat organisasi Terorganisir, ada pemimpin, sistem keanggotaan, logo, jargon dan tradisi. Terorganisir, ada pemimpin, sistem keanggotaan, logo, jargon dan tradisi. Tidak terorganisir, logo, jargon dan tradisi, merasa eksis dari medsos 3. Perkiraan jumlah anggota* + 5.500 orang + 900 orang Tiap kelompok bila ada minimal 10-20 orang sudah membentuk kelompok. 4. Sistem rekrutmen Tiap anggota melakukan rekrutmen dari tahun ke tahun, melalui teman/ lingkungan. Pembentukan “sel” baru masing-masing geng di wilayah baru, dilakukan secara mandiri oleh simpatisan. Tidak ada garis komando yang ketat antar sel. Bergabung lewat ajakan/ tekanan anggota/teman/ pengurus. Masuk menjadi anggota geng merasa lebih berani, bangga, disegani dan dihormati masyarakat. Diajak teman sekolah/ lingkungan/kenal dari media sosial (akun Instagram kelompok). Masuk anggota kelompok agar kenal lebih banyak teman, tertarik dari aksi yang diupload ke medsos, kelihatan keren. 5. Aturan dalam geng/ kelompok Saling setia kawan dan saling tolong menolong antar anggota Wajib jaga nama baik geng dan patuh sama panglima, ada sanksi jika melanggar Menjaga kebersamaan kelompok dan “berani berbuat dengan membawa senjata tajam” 6. Kegiatan Nongkrong dilanjutkan dengan konvoi, keliling kota. Beberapa “sel” baru sudah melakukan kegiatan rohani dan bakti sosial. Sudah ada kerjasama dengan pesantren dan nama radio (Kita FM) menjelang Lebaran, dan Idul Adha. Apabila terjadi tindak kekerasan oleh segelintir anggota bukan dikomandoi oleh Nongkrong dilanjutkan konvoi keliling kota sesuai selera pimpinan, dalam konvoi orangnya banyak, jalan asal- asalan, bawa senjata lagi., ada juga kegiatan bakti sosial. Perilaku anggota geng dalam konvoi yang menguasai jalan raya menarik perhatian masyarakat. Kadang teriak- Nongkrong dilanjutkan konvoi atau menyerang kelompok lain yang ditemui di jalanan, menyerang orang di jalanan yang dirasakan menghalangi atau sebagai syarat “keberanian” menjadi anggota kelompok dengan membawa senjata tajam. Tawuran antar kelompok
  • 6. 5 geng. Diindikasikan bahwa orang/kelompok yang melakukan tindak kriminal membawa atribut kelompok besar. teriak atau membentak ketika berhadapan dengan orang lain yang mengganggu atau menghalangi lalu lintas yang dilalui selama di perjalanan. sering terjadi bila berpapasan di jalanan atau bahkan janjian untuk saling serang melalui akun medsos masing-masing. Ada juga kegiatan “malak” ke anak sekolah lain. 7. Lokasi kumpul Tempat-tempat yang dipilih untuk kumpul biasanya:  Masing-masing geng punya markas  Punya spot/titik untuk kumpul seperti di jalanan, warung, taman. Tempat dipilih berdasarkan salah satu lebih pertimbangan berikut :  Tidak menjadi tempat nongkrong geng lain.  Ada warung yang bisa menerima kehadiran geng.  Biasanya tempat dipilih yang agak gelap  Masyarakat seputar dinilai permisif atau takut sama geng Tempat-tempat nongkrong biasanya dipilih:  Lapangan atau tempat- tempat yang tidak ada pemiliknya  Ada warung/warnet yang bisa menerima menjadi tempat kumpul. Keterangan *: Estimasi jumlah anggota geng/kelompok motor dari Kepolisian (tidak ada angka pasti jumlah anggota, tetapi diperkirakan masing-masing geng mencakup ratusan sampai ribuan orang. “Anggota” masing-masing geng dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu; usia remaja (belasan tahun, masih bersekolah atau putus sekolah) dan usia dewasa muda. Selanjutnya berdasarkan data pada tabel di atas, dapat dirumuskan tipe geng motor berdasarkan aspek organisasi, anggota, kegiatan, aktivitas di media sosial, spot/titik kumpul dan atribut yang biasa digunakan, yaitu: 1. Geng motor terorganisir “formal” Geng motor ini berjumlah 4 yang berada di Kota Bandung yaitu GBR, XTC, Brigez dan Moonraker. Keempat geng ini telah lama terbentuk (sejak tahun 70an), tercatat di kepolisian dan ada penghubungnya yaitu LO (Liasion Officer), mempunyai pengurus anak cabang di tingkat kecamatan, masih menjaga tradisi dan kebiasaan yang dipegang oleh pimpinan geng seperti pendiri-pendirinya. Keempat geng ini juga mempunyai cabang di kota-kota besar lain namun tidak secara formal mengikuti aturan yang geng motor “induk”. Pembentukan di kota-kota lain hanya “pemberitahuan”. Kegiatan dan keanggotaan bebas ditentukan oleh geng yang dibentuk diluar kota Bandung. 2. Geng motor yang sudah bertransformasi Tranformasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti perubahan rupa (bentuk, sifat dan fungsi). Transformasi dalam hal geng motor ini dimaksudkan bahwa organisasi dan kegiatan yang sebelumnya hanya nongkrong dan kumpul-kumpul sudah mengarah ke kegiatan positif untuk menghilangkan citra negatif geng motor. Pengurus geng motor ini telah mendeklarasikan diri sebagai Organisasi Massa atau Organisasi Karya Pemuda (OKP) yang lebih kearah politik dengan mendukung partai politik tertentu. Pada kegiatan-kegiatan partai turut serta meramaikan dan mengamankan kegiatan partai. Walaupun mempunyai nama geng yang sama dengan keempat geng besar yang ada di Kota Bandung (GBR, XTC, Brigez dan Moonraker), masing- masing saling mengenal namun tidak berhubungan langsung secara organisasi. 3. Geng motor berandalan/simpatisan Geng motor yang disebut “berandalan” oleh kepolisian ini adalah kumpulan remaja yang menggunakan motor yang membentuk kelompok dengan identitas tertentu. Kegiatan mereka biasanya nongkrong dan kumpul, kadang disertai minuman keras dan narkoba, konvoi keliling
  • 7. 6 kota dikomandoi pimpinan atau panglimanya. Kelompok ini kadang membawa senjata tajam untuk menyerang kelompok lain atau orang-orang yang dianggap mengganggu kegiatan mereka. Banyak hal menjadi penyebab seseorang masuk menjadi anggota geng motor. Sumber penyebab bisa berasal dari lingkungan keluarga yang kurang harmonis dan kurang memberikan kenyamanan bagi seorang remaja yang membutuhkan kasih sayang, dorongan moril dan kebutuhan akan eksistensinya sebagai bagian dari keluarga. Kemudian lingkungan sosial lainnya seperti lingkungan pergaulan dan sekolah yang kurang terfilterisasi dari pengaruh-pengaruh buruk terhadap remaja tersebut. Terlebih lagi pengaruh media elektronik dan massa yang pada saat ini tidak sedikit mempertontonkan perilaku dan gaya hidup remaja yang negatif seperti kekerasan, pergaulan bebas, miuman keras dan narkoba (seperti yang dilakukan salah satu geng motor di Cirebon). Persoalan krusialnya adalah kenapa geng motor sering melakukan kekerasan atau agresi? Walau tidak dapat dipastikan, data lapangan menunjukkan bahwa perilaku agresi yang dilakukan oleh anggota geng motor terkait dengan beberapa hal yang melatar belakanginya. Hal ini sejalan dengan model umum afektif agresi (General Affective Aggression Model atau GAMM) sebagaimana telah dijelaskan dalam Bab II. Menurut teori ini, agresi dipicu oleh banyak variabel input. Variabel input yang ditemukan di lokasi penelitian adalah meliputi rasa frustasi, pemaparan terhadap tingkah laku agresif orang lain (model agresif), munculnya tanda-tanda yang berhubungan frustrasi dengan agresi (misalnya senapan atau senjata lainnya) dan situasi sosial yang menyebabkan individu mengalami ketidaknyamanan. Variabel lainnya adalah sikap individual yang mendorong individu untuk melakukan agresi (mudah marah), belief anggota geng motor bahwa membela kehormatan dan nama baik geng merupakan kebanggaaan tersendiri. Rasa frustrasi terjadi atas kondisi keluarga yang dipersepsikan tidak mampu memenuhi kebutuhan anak hingga mencari dan menemukan pemenuhannya dalam geng motor. Pemaparan atas tingkah laku agresi terjadi dengan seringnya melihat perilaku sesama anggota geng motor melakukan agresi hingga hal itu dianggap hal yang biasa bagi mereka. Sedangkan situasi yang tidak nyaman terjadi ketika anggota geng motor merasa diganggu pihak lain ketika konvoi. Lebih lanjut, semua variabel input ini saling berinteraksi mempengaruhi sikap dan perilaku individu anggota geng motor. Mengacu pada teori GAAM, interaksi ini berjalan melalui 3 proses dasar, yaitu: keterangsangan, keadaan afektif, dan kognisi agresi. Berdasarkan pengamatan lapangan, keterangsangan terjadi dalam konteks konformitas, yaitu perilaku menyesuaikan diri sehubungan dengan adanya tekanan sosial, baik yang nyata maupun tidak nyata. Tekanan psikologis kelompok geng motor membuat individu menjadi berani mengambil inisiatif bertindak melawan orang lain yang dipersepsikan sebagai pihak merintangi kegiatan geng. Dalam konteks ini anggota lain menjadi conform (seakan-akan otomatis) mengikuti inisiator untuk bertindak agresif. Keadaan afektif, terutama dikaitkan dengan afek negatif anggota geng di satu sisi, berhadapan dengan pihak yang dinilai sebagai lawan di sisi lain, yang kemudian menimbulkan keterangsangan (arousal) mengingat dalam kognisinya sudah tersimpan pengetahuan untuk bertindak agresif berdasarkan pemaparan yang diperoleh sebelumnya. Anak dan remaja yang menjadi anggota geng cenderung melakukan tindak kriminal dari ringan sampai berat. Penegakan hukum tetap ditegakkan sesuai aturan UU yang berlaku baik KUHP maupun SPPA dan peraturan lain yang berkaitan. Penerapan sanksi hukum terhadap pelaku tindak pidana usia anak mulai dari taraf penyidikan, proses peradilan, sampai pada penahanan dalam penerapannya masih menemui banyak kendala, seperti perilaku yang berulang-ulang tetapi sanksi hanya ringan, penempatan tahanan anak menyatu dengan tahanan dewasa, tidak semua daerah mempunyai panti rehabilitasi untuk anak baik swasta atau pemerintah.
  • 8. 7 D. Penutup 1. Kesimpulan a. Karakteristik geng motor adalah remaja usia 12 sampai 21 tahun bagi geng motor yang banyak melakukan tindak kriminal (berandal bermotor) masih berstatus pelajar atau putus sekolah. Kaderisasi dilakukan di lingkungan sekolah atau lingkungan perumahan yang banyak terdapat remaja. Sedangkan geng motor yang sudah terorganisir dan bertransformasi menjadi organisasi massa usia pengurus dan anggota antara 21 sampai 30 tahun, sudah menikah dan mempunyai pekerjaan. Kegiatan yang biasa dilakukan nongkrong di tempat- tempat kosong, jalanan atau taman (kadang disertai minuman keras dan narkoba), konvoi motor keliling dengan dikomandoi panglimanya, dan bakti sosial pada hari-hari besar keagamaan (khusus geng motor Bandung dan Cirebon). Tokoh geng motor tidak mengakui kalau gengnya melakukan tindak kriminal atau perbuatan melawan hukum, kalau pun ada perbuatan melawan hukum atau tindak kriminal maka hal itu dilakukan oleh oknum anggota atau simpatisan yang mengatasnamakan geng atau mengaku anggota geng. b. Tertarik bergabung dengan geng motor dengan alasan adanya aktivitas konvoi bermotor, ancaman anggota senior atau teman yang telah menjadi anggota geng motor sebelumnya dari lingkungan sekolah atau rumah, menjadi bentuk pelarian dari sikap frustasi terhadap keadaan lingkungan keluarga yang tidak harmonis, dan kebutuhan terhadap eksistensi diri, mencari banyak teman, mencoba sesuatu yang baru, unik, dan menyenangkan. c. Penanganan yang sudah dilakukan kepolisian masih terbatas pada penegakan hukum, kegiatan penyuluhan hukum terpadu di sekolah-sekolah dalam bentuk sebagai pembina upacara, leaflet atau pamphlet bersama beberapa instansi namun dirasakan belum maksimal karena belum semua daerah melaksanakan kegiatan tersebut. Khusus Bandung sebagai penghubung antara kepolisian dan geng motor yang besar dan sudah lama terbentuk ada LO (Liasion Officer) tetapi daerah lain belum ada. Dinas sosial belum banyak terlibat karena terkendala “payung hukum” yang khusus untuk penanganan geng motor, selama ini terbatas pada penanganan Anak yang Berkonflik dengn Hukum tetapi belum semua sakti peksos dilibatkan. Penanganan belum menjangkau anggota geng motor yang berusia dewasa. 2. Rekomendasi a. Regulasi, untuk penanganan geng motor perlu adanya “Surat Keputusan Bersama” antara Kepolisian, Kementerian Sosial, Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pemuda dan Olah Raga yang akan ditindaklanjuti di tingkat provinsi/kabupaten/kota kemudian diturunkan dalam bentuk Peraturan Daerah/Gubernur/Bupati/ Walikota tentang “Pembinaan Generasi Muda”. Dalam Surat Keputusan Bersama tersbut diwajibkan untuk menyediakan fasilitas umum/sosial untuk pemanfaatan ruang/waktu kosong, kegiatan mengisi waktu libur, pengembangan kreatifitas remaja serta kegiatan lain yang dapat dilakukan untuk generasi muda. b. Kementerian Sosial dapat melakukan berbagai program seperti : 1) Penyuluhan sosial bagi generasi muda 2) Optimalisasi kegiatan Karang Taruna 3) LK3 karena akar permasalahan ada di keluarga 4) Pembinaan geng motor yang telah terorganisir agar menjadi organisasi sosial c. Dinas Sosial dapat melakukan kegiatan : 1) Penyuluhan sosial ke sekolah-sekolah atau lingkungan yang terdapat remaja atau terhadap eks narapidana dari anggota geng motor
  • 9. 8 2) Penanganan geng motor dengan optimalisasi sakti peksos tidak saja pada kasus-kasus korban dan pelaku kekerasan seksual tetapi lebih luas lagi permasalahan yang dialami remaja. 3) Setelah razia dan patrol kepolisisan, dinas sosial dapat melakukan assessment dengan melibatkan TKSK atau sakti peksos 3. Pemerintah Daerah a. Kordinasi antar SKPD (Dinas Sosial, Dispora, Diknas) untuk fasilitas kegiatan kepemudaan terutama pada saat libur sekolah b. Perlunya pertemuan rutin antar sekolah yang sering tawuran c. Mengarahkan menjadi geng motor syariah (lebih islami) atau mengarahkan ke organisasi sosial. DAFTAR PUSTAKA Atika, T. (2015). Perkembangan Geng Motor sebagai Salah Satu Fenomena Kenakalan Remaja di Kota Medan. Pemberdayaan Komunitas, Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial. 14 (2). Baron, R.A. & Byrne. (2000). Human Aggression. (terjemahan Waskito) New York : Plenum. Baron, R.A. & Byrne. (2005). Psikologi Sosial.Edisi kesepuluh Jilid 2. Penerbit Erlangga. Berkowitz, L. (1995). Agresi: sebab & akibatnya. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo. Fadilla, R. (2013). Hubungan Identitas Sosial Dengan Perilaku Agresif Pada Geng Motor. Psikologia, 8 (2), 73-78 Hadisiwi, P & Suminar, R. (2013). Konstruksi Sosial Anggota Geng Motor di Kota Bandung. Jurnal Kajian Komunikasi, 1 (1), 1-10 Hadisuprapto, P. (2004). Studi tentang Makna Penyimpangan Perilaku di Kalangan Remaja. Jurnal Kriminologi Indonesia, 3 (3), 9-18. Kartono. (2010). Kenakalan Remaja. Jakarta : PT. Raja Grafindo. Persada Sambas, N. (2011). Penanggulangan Pelanggaran Hukum yang Dilakukan Geng Motor oleh Kepolisian di Wilayah Bandung. Jurnal Mimbar. 27 (2), 225-232. Sari, Y. (2014). Persepsi Siswa tentang Geng Motor dan Peran Guru Pembimbing di Madrasah Tsanawiyah Al-Muttaqin Pekanbaru. Pekanbaru: UIN Riau. Susantyo, B. (2011). Memahami Perilaku Agresif: Sebuah Tinjauan Konseptual. Jurnal Informasi. 16 (03), 189-202. Susantyo, B. (2016). Faktor-Faktor Determinan Penyebab Perilaku Agresif Remaja Di Permukiman Kumuh Di Kota Bandung. Jurnal Sosiokonsepsia. 6 (1), 001-018. Susantyo, B. (2017). Lingkungan dan Perilaku Agresif Individu. Jurnal Sosio Informa. 3 (1). 15-25. Suyanto, B. (2015). Ulah Brutal Geng Motor.Diakses 1 Agustus 2017 dari Jawa Pos: https://www.pressreader.com/indonesia/jawa-pos/20150605/281547994503235 Tribun News. (2017, Juni 24). Tujuh Geng Motor yang Resahkan Warga ini Akhirnya Kena Batunya. Retrieved Juli 10, 2017, from Tribun News: http://www.tribunnews.com/regional/2017/06/24/tujuh-geng-motor-yang-resahkan-warga-ini- akhirnya-kena-batunya
  • 10. Dalam rangka Expose Badan Pendidikan, Penelitian dan Penyuluhan Sosial Tahun 2017, Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial perlu melakukan penyebarluasan informasi Hasil Penelitian Kebijakan Kesejahteraan Sosial yang akan dilaksanakan pada: Hari, Tanggal : Selasa, 05 Desember 2017 Waktu: Jadwal Terlampir Tempat: Gedung Aneka Bhakti, Kementerian Sosial RI Agenda: Diseminasi Hasil Penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Sehubungan hal tersebut kami mohon kesediaan Bapak menjadi Penyaji Quick Research "•Fenomena Geng Motor : Studi di Beberapa Kota Jawa BaraC dalam kegiatan tersebut. Demikian, atas perhatian dan kesediaan Bapak disampaikan terima kasih. Yth. Badrun Susantyo, Ph.D di- Tempat 1 (Satu) Eksemplar Undangan November2017 KEMENTERIAN SOSIAL R.I PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEJAHTERAAN SOSIAL Jl. Dewi SartikaNo.200 JakartaTimur Telp. 021.8017146 Fax. 021.8017126 Surat elektronik: puslitbangkesnsiakemsos.go.idlaman: puslit.kemsos.go.id Nomor Lampiran Perihal
  • 11. Kepala Badiklitpensos Kepala Pusbangprof Peksos dan Pensos Peserta MC Sekretariat Badiklitpensos " d. Laporan Kegiatan c. Pembacaan Doa b. Menyanyikan lagu Indonesia Raya a. Pembukaan Acara Pembukaan: Registrasi Peserta 09.00-12.00 08.00-09.00 2 1 •••'•••••. • • • •• Hari Ke II, Rabu, 6 Desember 2017 " • • - - "•-•-"• Pusdiklat Kesos Akustik PantiPSBN Babes Litbangyankesos Yogyakarta Puslitbang Kesos Sekretariat Badiklitpensos Workshop tentang pengembangan Kompetensi Asisten Aparatur Negara Menuju Birokrasi Berkelas Dunia Ishoma Efektifitas Keserasian Sosial Diseminasi Hasil Penelitian Terkait Kekerasan Anak di Sekolah (Bullying) dan Fenomena Geng Motor Registrasi Peserta 14.00-16.00 12.00-14.00 09.00-12.00 08.00-09.00 7 6 2 1 .-..-• .•...••.•.., • , . . • Hari Ke 1, 5 Desember 2017 " " . ' ' • - . • • • • • " • • • • • PENANGGUNG JAWABKEGIATANPUKULNo AGENDA BADKUTPENSOS EXPOSE 2017 Dl GEDUNG ANEKA BHAKTI KEMENTERIAN SOSIAL Tema Refleksi 2017 dan Ekspektasi 2018 : Untuk Kejayaan Kementerian Sosial Rl Pada Hari Selasa s.d Rabu, Tgl 5 s.d 7 Desember 2017
  • 12. Jakarta, Nopember 2017 Kabadiklitpensos Puspensos Akustik Mongol Pusbangprof Peksos dana Pensos Sekretariat Badiklitpensos Penutupan Workshop tentang Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA dan Pornografi bagi Keluarga Ishoma Workshop tentang pengembangan Teknik Supervisi Pekerja Sosial dan Penyuluhan Sosial Registrasi Peserta 16.00-selesai 14.00-16.00 12.00-14.00 14.00-16.00 08.00-09.00 5 4 3 2 1 Hari ke III, Rabu, 7 Desember 2017 STKSBandung _•--•"- Akustik Akustik Angklung Mang Ujo Mahasiswa STKS/tarian Menteri Sosial Rl Cak Lontong Talk Show profesi pekerja sosial dengan Tema: Kontribusi Profesi Peksosdalam penanggulangan kemiskinan untuk mewujudkan tercapainya Nawa Cinta" Ishoma g. Hiburan • " • - - - . • . • f. Pembukaan dan Sambutan e. Stand Up Comedy 14.00-16.00 12.00-14.00 4 3