Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
Anak dengan sindrom Down memiliki kelainan pada kromosom nomor 21 sehingga menyebabkan gangguan perkembangan fisik dan mental. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana penerimaan diri seorang ibu terhadap anaknya yang mengalami sindrom Down. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan observasi terhadap ibu yang memiliki anak dengan sindrom Down.
serbuk terbagi dan serbuk tabur yang gunakan untuk farmas
Penerimaan diri ibu terhadap anak down syndrome (ppt)
1. Melly Ellysa | 1507101130009
Syiah kuala University
Penerimaan Diri Ibu
Terhadap Anak Down Syndrome
2. Down syndrome (mongoloid) adalah suatu kondisi dimana materi genetik tambahan
menyebabkan keterlambatan perkembangan anak dan kadang mengacu pada retardasai
mental. Anak dengan down sindrom memiliki kelainan pada kromosom nomor 21 yang tidak
terdiri dari 2 kromosom sebagaimana mestinya, melainkan tiga kromosom (triomi 21)
sehingga informasi genetika menjadi terganggu dan anak juga mengalami penyimpangan fisik.
Anak-anak yang menderita sindrom Down lebih rentan menderita leukemia, hipertensi.
Down syndrome menimpa satu diantara 700 kelahiran hidup atau 1 di antara 800-1.000
kelahiran bayi di perkirakan saat ini terdapat empat juta penderita down syndrome diseluruh
dunia dan 300 ribu khususya terjadi di Indonesia.
Latar Belakang
3. Rumusan masalah
Bagaimana Penerimaan Diri ibu terhadap anak Down Syndrome ?
Tujuan Penelitian
memahami bagaimana penerimaan diri seorang ibu terhadap anak down syndrome
ditengah-tengah keluarga serta penerimaan diri ibu terhadap anak down syndrome.
Maanfaat
Manfaat teoritis diharapkan dapat menambah dan memperluas ilmu pengetahuan dalam
bidang psikologi, khususnya pada psikologi perkembangan serta cara penerimaan diri
terhadap anak dan kekurangan yang dimiliki.
Manfaat praktisi diharapkan dapat menambah dan memperluas ilmu pengetahuan dalam
bidang psikologi, khususnya pada psikologi perkembangan serta cara penerimaan diri
terhadap anak dan kekurangan yang dimiliki.
Con’t
4. Penelitian yang dilakukan oleh vina (2013) bertujuan untuk mengetehaui hubungan
penerimaan diri dengan kebahagiaan pada remaja penyandang sisabilitas yang
hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifian antar
penerimaan diri dengan kebahgiaan.
Penelitian Sabrina (2014) dengan judulnya dukungan sosial yayasan persatuan orang
tuan anak dengan down syndrome. Hasil penelitiannya tidak ada perbedaan
peneriimaan diri anak yang tinggal dipanti asuhan dari segi usia dipengaruhi oleh
perkembangan anak.
Penelitian Getrudis dkk (2013) . Hasil penelitian tersebut tidak ada perbedaan
penerimaan diri anak yang tinggal dipanti asuhan dari segi usia dipengaruhi oleh
perkembangan anak.
Keaslian penelitian
5. Keunikan penelitian ini dilakukan oleh Aceh Barat Daya, dan jarang dilakukan oleh
sebagian peneliti.
Con’t
6. PENERIMAAN DIRI
BAB I
Tinjauan pustaka
Calhoun dan Acocella (1990)
penerimaan diri dapat diartikan sebagai individu yng dapat
menerima diri secara baik tidak memiliki beban perasaan
terhadap diri sendiri, sehingga lebih banyak memiliki
kesempatan untuk beradaptasi dengan lingkungan.
Kesempatan itu membuat individu mampu melihat peluang-
peluang berharga yang memungkinkan diri kembang.
Penerimaan diri adalah sejauhmana seseorang dapat
menyadari dan mengakui karakteristik pribadi dan
menggunakannya dalam menjalani kelangsungan hidupnya.
Sikap menerima diri ditunjukkan oleh pengakuan seseorang
terhadap kelebihan-kelebihan sekaligus menerima kelemahan-
kelemahannya tanpa menyalahkan orang lain dan mempunyai
keinginan yang terus menerus untuk mengembangkan diri.
7. Terdapa 9 aspek penerimaan diri menurut sheerer :
Mempunyai keyakinan akan kemampuan untuk
menghadapi kehidupan.
Menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia
dan sederajat dengan orang lain.walaupun memiliki
kondisi fsik berbeda dengan orang lain, individu yang
penerimaan diri yang baik akan merasa bahwa dirinya
sederajat dan sama berharganya dengan orang lain.
Tidak menganggap dirinya aneh dan tidak ada harapan
untuk ditolak orang lain.
Individu tidak merasa malu (self conscious) dan
mempunyai orientasi diri keluar.
Berani memikul tanggung jawab terhadap perilakunya
Individu lebih suka mengikuti standar pribadi sesuai
dengan keadaan dirinya dari pada bersikap konfrom
terhadap tekanan social
Aspek
Penerimaan diri
8. Individu dapat menerima pujian atau celaan secara
objektif
Tidak mempermasalahkan keteerbatasan yang dimilkinya
atau mengingkari kelebihannya
Tidak menyangkal implus atau emosinya atau merasa
bersalah atas hal tersebut.
Con’t
9. Faktor
penerimaan diri
Hurlock (1999) mengemukakan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi penerimaan diri
1. Pemahaman diri
2. Adanya hal realistic
3. Tidak hanya hambatan Lingkunagan
4. Tingkah laku social yang sesuai
5. Tidak ada stress emosional
6. Pengaruh keberhasilan yang dialami, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif
7. Identifikasi dengan orang yang memilki penyesuaian diri
yang baik
8. Perspektif diri
9. Pola asuh dimasa kecil yang baik
10. Konsep diri yang stabil
10. Down syndrome merupakan suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan
mental pada anak yang disebabkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom.
Anak-anak Down syndrome begitu sulit menyesuaikan diri, sebab mereka memiliki
tingkat inteligensi yang rendah. Anak down syndrome terkadang tidak bisa memenuhi
tuntutan yang ada dalam masyarakat. Banyak daerah di Indonesia, tepatnya di
kawasan yang jauh dengan pusat kota, sebagian besar penduduknya bisa jadi belum
mengetahui banyak informasi mengenai down syndrome, para penderita gangguan ini
sering mendapat perlakuan yang tidak selayaknya.
Down syndrome
11. ibu yang berumur 35 tahun keatas, saat mengandung mempunyai risiko lebih tinggi
untuk melahirkan anak Down syndrome. 95 penderita down syndrome disebabkan
oleh kelebihan kromosom 21.
Pemberian labeling juga mengahambat proses pengoptimalisasian potensi yang
dimiliki anak-anak dengan down syndrome. Tidak jarang juga keluarga penderita juga
mendapat atribusi yang tidak mengenakkan dari masyarakat. Anak anak down
syndrome mempunyai tingkat perkembangan kognitif yang sama dengan
perkembangan sosialnya, walaupun disatu sisi memperlihatkan kelambatan dalam
bahasa tetapi mereka juga termotivasi untuk menyenangkan orang dewasa. Meskipun
orang-orang yang menderita down syndrome menderita retardasi yang berat, tetapi
mereka biasanya memiliki sifat yang baik, gembira, penuh kasih sayang, dapat
menyesuaikan diri dengan baik dalam masyarakat, suka melucu (Semium, 2008).
Faktor penyebab down Syndrome
12. penyebabkan anak down syndrome dibagi menjadi 2 kelompok yaitu :
Con’t
biomedik
Sosio kultural
Biomedik
• Masa prantal
• Natal
• Neonatal
Sosio kultural
• Umumnya penderita down syndrome ringan, kekurangan
rangsangan atau kekurangan kesempatan dari keluarga.
• Kegagalan keluarga dalam memberikan proteksi yang cukup
terhadap stress pada anak-anak, sehingga dapat mengakibatkan
gangguan pada proses mental.
• hubungan orang tua dan anak lemah sehingga anak mengalami
stress akan bereaksi dengan cara yang bermacam-macam untuk
dapat menyesuaikan diri.
13. Mengalami kesulitan dalam belajar
Sulit berkonsentrasi
Sering menunjukkan sikap mudah ngambek, mudah marah , mudah tersinggung
Sering menganggu orang lain
Suka membuat kekacauan atau meerusak
Permasalahan pada anak down syndrome
15. BAB II
Metode Penelitian
a. Variabel penelitian
variable yang digunakan pada penelitian ini adalah Penerimaan
Diri ( self Acceptance) adalah suatu tingkat kemampuan dan
keinginan individu untuk hidup dengan segala karakteristik dirinya
b. Desain penelitian
menggunakan desain penelitian kualitatif dan melalui pendekatan
studi kasus. strategi penelitian dimana didalamnya peneliti
menyelidiki secara langsung atau cermat suatu program, peristiwa,
aktivitas, proses atau sekelompok individu
c. Responden penelitian
1. Karakteristik responden
• Seorang ibu yang memiliki anak dengan peyandang down
syndrome
• Berada pada rentang usia sekolah dasar sekitar 7-12 tahun
• Bersedia menjadi responden penelitian.
16. Con’t
2. Prosedur pengambilan responden
pengambilan sampel “purposive sampling” (sampel bertujuan).
Purposive sampling merupakan pengambilan informan berdasarkan
pada pemusatan yang sesuai dengan tujuan penelitian dengan
karakteristik alasan terteuntu yang kuat untuk dipilih (Idrus,2009).
Informan yang diambil dengan purposive sampling yaitu seorang ibu
yang memiliki anak penyandang down syndrome.
3. Jumlah responden
Patton (dalam Poerwandari, 2011) menyatakan penelitian
kualitatif bersifat luwes,jadi tidak ada aturan yang pasti dalam
jumlah responden yang harus diambil dalam penelitian kualitatif.
Jadi peneliti hanya mengambil satu subjek saja. Agar data yang
lebih focus terhadap data yang diperoleh.
4. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dituju adalah Aceh Barat Daya. Untuk memper
mudah peneliti dalam mencari subjek karna didaerah Abdya
merupakan tepat tinggal peneliti.
17. 6. Metode Pengumpulan Data
• Wawancara mendalam
Menurut Bungin (2008) wawancara mendalam adalah proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana
pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang
relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam
adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan. Pendekatan
wawancara pada penelitian ini adalah wawancara semi-
terstruktur. Wawancara semi-terstruktur terdiri dari beberapa
ciri-ciri, yaitu berupa pertanyaan terbuka, namun ada batasan
tema dan alur pembicaraan, kecepatan wawancara dapat
diprediksi, fleksibel, tetapi terkontrol
• Observasi
Pendekatan wawancara pada penelitian ini adalah wawancara
semi-terstruktur. Wawancara semi-terstruktur terdiri dari
beberapa ciri-ciri, yaitu berupa pertanyaan terbuka, namun ada
batasan tema dan alur pembicaraan, kecepatan wawancara dapat
diprediksi, fleksibel, tetapi terkontrol
18. Hasil dari analisi data bersumber dari hasil wawancara dan observasi.
Tahapan-tahapan analisis data tersebut antara lain:
Tahap pengumpulan data
Reproduksi data
1. tahap display data
2. tahap kesimpulan dan verifikasi data.
Analisis Data
19. Afriana Selvi As. (2014) . Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penerimaan Diri Pada Penderita Pascrastroke Di Banda Aceh
(Skripsi). Universitas Syiah Kuala.
Effendi, M. (2008). Pengantar Psikopedadogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.
Herdiansyah, H. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba Humanika.
Jacob A. (Jake) Burack, PhD. (2012). International Of Down Syndrome. University of New England, Australia. 18(2)
Moh.Nazir,Ph.D. (2009). Metode penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Papalia, D. E. Olds. S. L & Feldman R. D (2004). Human Development (Psikologi Perkembangan). Penerjemah : A.K. Anwar. Kecana Prenada
Media Grup. Jakarta.
Petter E.M. Lauteslager, Pd.H. (2000). Children with Down’s Syndrome.Thesis By University Utrecht, The Netherlands.
Phil Foreman. (1998). Using Augmentative Comunication with Infants And Young Children With Down Syndrome.By University Of
Newcastle, NSW, Australia. 5 (1), 16-25
Vina Rizky. (2012). Hubungan Penerimaan Diri Dengan Kebahagiaan Pada Remaja Penyandang Disabilitas (Skripsi). Universitas Syiah
Kuala.
Daftar Pustaka.