Berdasarkan penelitian yang dilakukan di tiga kota di Jawa Barat, ditemukan beberapa ciri umum geng motor yang berperilaku agresif. Geng motor umumnya terdiri atas remaja berusia 12-21 tahun yang bergabung karena faktor lingkungan sekolah, daerah pemukiman, atau tekanan sosial. Mereka melakukan aktivitas seperti konvoi dan sering terlibat tawuran antar geng. Untuk menangani masalah ini, dibut
Membangun Tim Efektif. suatu pembelajaran ttg pentingnya kolaborasipptx
Ciri-ciri Geng Motor
1. Policy Brief
Geng : dalam bahasa Inggris “gank”, sebagai kata benda memiliki beberapa
pengertian, dengan makna netral hingga negatif.
Netral : geng adalah kelompok orang yang bekerja bersama-sama.
Negatif : geng adalah kelompok anak muda atau remaja yang memiliki ikatan
erat, biasanya eksklusif, dengan alasan tertentu, khususnya terlibat
dalam kenakalan untuk tujuan yang melanggar hukum atau antisosial.
MENGAPA PERLU PENELITIAN CEPAT INI ?
Persoalan kebrutalan yang dilakukan oleh geng motor merupakan persoalan yang
cukup serius. Hal ini karena mengganggu ketertiban umum dan mengarah kepada tindakan
kriminal.
Beberapa kasus yang dilakukan oleh geng motor seperti balap di jalan umum, tawuran
antargeng, mencuri, menjarah, perusakan fasilitas umum, dan penyerangan terhadap
anggota masyarakat bahkan sampai pada tahap membunuh. Kejahatan yang dilakukan
oleh geng motor telah menimbulkan keresahan dalam masyarakat, oleh karena itu perlu
penanganan yang komprehensif dengan segera.
Permasalahan penelitian:
1. Bagaimana karakteristik geng motor khususnya yang berperilaku agresif?
2. Apa faktor-faktor yang mendorong seseorang masuk geng motor?
3. Bagaimana intervensi sosial terhadap geng motor ?
Untuk mengungkap fenomena tersebut lebih dalam, Puslitbang Kesos melakukan
penelitiancepatditigakotadiJawaBarat(Bandung,CirebondanDepok)padabulanAgustus
2017 dengan teknik Rapid Assesment Process. Teknik pengumpulan data menggunakan
wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
HASIL PENELITIAN
Terbentuknya geng motor dimulai dari perkumpulan atau kelompok antar pelajar atau
teman se lingkungan tempat tinggal yang “nongkrong” di tempat-tempat tertentu. Aktivitas
berkumpul dan berkelompok merupakan hal yang lumrah, masalahnya adalah, apabila
kegiatan ketika berkumpulnya itu mengarah kepada hal yang negatif seperti menyerang
orang lain, konvoi dengan suara motor yang keras, membawa senjata tajam.
Dari tiga sampel wilayah, masing-masing mempunyai karakteristik berbeda tetapi
masih ada “benang merah” diantara empat kelompok besar yang ada, yaitu XTC, GBR,
Brigez dan Moonraker.
ƒƒ Kepadatan penduduk diperkotaan antara lain berimplikasi pada tingkat kompetisi yang
semakin ketat dalam memperoleh sumber daya dan akses yang terbatas. Hubungan
sosial antar warga cenderung semakin longgar.
ƒƒ Semakin berkurangnya ruang/fasilitas dan kegiatan kepemudaan khususnya di waktu
libur sekolah atau hari libur lainnya menjadikan anak/remaja mencari “hiburan” di
kegiatan geng motor yang cenderung ke tindak kriminal.
PENANGANAN YANG SUDAH DILAKUKAN
1. Kepolisian
Penegakan hukum mulai dari patroli, pengejaran dan penangkapan. Selain itu pembinaan
anggota motor yag tertangkap dan penyuluhan hukum ke sekolah-sekolah. Khusus
di Bandung dilakukan pendekatan melalui LO (Liaison Officer) sebagai tindakan “pre
emptive” dengan menjadi penghubung antara geng motor dan kepolisian.
2. Dinas Sosial
Baru sebatas penanganan pada ABH (anak berkonflik dengan hukum). Dinas Sosial
kesulitan terlibat dalam penanganan geng motor karena tidak ada aturan/payung
hukumnya.
3. Pemda Kota dan Kabupaten Bandung
Melibatkan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dalam razia PMKS dan Penyuluhan
Hukum Terpadu. Hal ini belum ada di Kota Cirebon dan Depok. Dinas Pemuda dan Olah
Raga melakukan pembinaan kepad geng motor yang sudah menjadi Organisasi Massa
(Ormas) atau Organisasi Karya Pemuda (OKP) khususnya di Bandung. Hal ini belum ada
di Cirebon dan Depok.
4. Lapas/Rutan
Tidak spesifik ada data kasus geng motor tetapi mengikuti pasal KUHP/UU lalu lintas
yang dilanggar oleh anggota geng motor. Penanganan sama dengan tahanan atau napi
lainnya, yang berbeda adalah pada usia tahanan/napi apakah masih usia anak-anak atau
dewasa.
5. Lembaga Keagamaan
Khususnya di Kota Bandung berusaha mengarahkan ke kegiatan yang positif melalui
pondok pesantren, kegiatan kerohanian. Kerjasama ini dilakukan pada geng motor yang
sudah mulai beralih ke organisasi massa dengna mengadakan kegiatan tabliq akbar atau
kegiatan kerohanian lain menjelang hari raya keagamaan.
REKOMENDASI
Regulasi
Tingkat pusat dan daerah, lembaga yang berwenang menangani dan membina anggota
geng motor dan berandal bermotor (MOU antara Kepolisian, Kementerian Dalam Negeri,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Sosial, Kementerian Hukum dan
HAM, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian
Pemuda dan Olah Raga).
Penanganan
1. Kepolisian
a. Polisitidakhanyabernuansamenindakperilakukriminal,karenaberandalanbermotor
ini masih banyak anak-anak dan kadang tidak selalu berbau kejahatan, bisa melalui
cara yang persuasive berbagai media, Penyuluhan Hukum Terpadu (Luhkumdu),
gathering/ jamboree, sosialisasi melalui berbagai media.
b. Penyuluhan Hukum Terpadu dan penanganan juga melibatkan 3 pilar di kelurahan,
yaitu Babinkantibnas, Babinsa dan Lurah.
2. Kementerian Sosial
a. Puspensos: melakukan penyuluhan dan kegiatan bersama dengan instansi lain
kepada remaja di daerah yang banyak terdapat gerombolan/ berandal bermotor.
b. Direktorat Rehabilitasi Sosial: melakukan assesmen terhadap remaja yang
tertangkap polisi melalui Sakti Peksos atau TKSK. Setelah assesmen maka pelaku
bisa direhabilitasi untuk waktu tertentu ke Panti Sosial atau dikembalikan ke orang
tua. Penempatan ABH di LPKS selama menunggu proses penahanan.
3. Pemerintah Daerah
a. Kordinasi antar SKPD (Dinas Sosial, Dispora, Diknas) untuk fasilitas kegiatan
kepemudaan terutama pada saat libur sekolah
b. Perlunya pertemuan rutin antar sekolah yang sering tawuran
c. Mengarahkan menjadi geng motor syariah (lebih islami)
Dalam konteks geng motor kiranya “geng” cenderung diasosiasikan
dengan makna negatif, sebagai kelompok orang (biasanya remaja) yang
melakukan tindakan anti sosial. Geng juga berarti sebuah kelompok atau
gerombolan remaja yang dilatarbelakangi oleh persamaan latar sosial, sekolah,
daerah, dan sebagainya. Pelakunya dikenal dengan sebutan gangster.
Peneliti : Irmayani, B. Mujiyadi, Badrun Susantyo, Anwar Sitepu, Sugiyanto, Togiaratua
Nainggolan, dan Muslim Sabarisman
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Badan Pendidikan, Penelitian
dan Penyuluhan Sosial, Kementerian Sosial Republik Indonesia.
Jl. Dewi Sartika No. 200 Cawang III, Jakarta Timur 13630,
Phone:(021)8017146, Fax: (021)8017126,
Website: puslit.kemsos.go.id, email: puslitbangkesos@kemsos.go.id
2. Ciri-ciri umum geng motor yang ditemui adalah:
1. Umumnya anggota berasal dari remaja dengan usia remaja usia antara 12 hingga 21
tahun.
2. Rekrutmenanggotabarudilakukandilingkungansekolahataudaerah-daerahpemukiman
dengan jumlah populasi remaja cukup banyak.
3. Remaja bergabung menjadi anggota geng motor dengan alasan:
a. Aktivitas konvoi bermotor menarik sekaligus menantang untuk digeluti.
b. Ancaman anggota senior yang telah ada sebelumnya di sekolah atau di lingkungan
rumah
c. Bentuk pelarian dari sikap frustasi terhadap keadaan lingkungan keluarga yang tidak
harmonis, dan
d. Pemenuhan atas kebutuhan terhadap eksistensi diri, mencoba sesuatu yang baru,
unik, dan menyenangkan.
4. Menjadikan aksesoris motor sebagai identitas kelompok atau ciri khas geng motor
dengancaramemodifikasimotorsepertimempretelibagiantertentumotor,mengecat
atau menempelkan stiker khusus di motornya.
5. Mempunyai seragam tertentu atau pakaian anggota geng motor yang menunjukkan
identitasnya, seperti jaket atau kaos khusus dengan model atau warna tertentu
dengan disertai logo geng mereka dan atribut lainnya.
NO. ASPEK/KOTA BANDUNG CIREBON DEPOK
1 Nama Geng/
kelompok yang
ditemukan
XTC, Brigez, GBR,
Moonraker. Ada LO (Liaison
Official) yang menjadi
penghubung antara Polisi
dan Geng Motor, tugasnya
untuk deteksi dini dan
memantau.
XTC, Brigez, GBR,
Moonraker dan Konack
Depok Bogor Official,
Jepang (Jembatan
Mampang), Margonda,
America, Jurang Maut,
Bujang Lapuk, Squad,
Sanca dan kelompok
kecil lainnya
Sifat organisasi Terorganisir, ada pemimpin,
sistem keanggotaan, logo,
jargon dan tradisi.
Terorganisir, ada pemimpin,
sistem keanggotaan, logo,
jargon dan tradisi.
Tidak terorganisir, logo,
jargon dan tradisi,
merasa eksis dari
medsos
3. Perkiraan jumlah
anggota*
+ 5.500 orang + 900 orang Tiap kelompok bila ada
minimal 10-20 orang
sudah membentuk
kelompok.
4 Sistem
rekrutmen
Tiap anggota melakukan
rekrutmen dari tahun ke
tahun, melalui teman/
lingkungan. Pembentukan
“sel” baru masing-masing
geng di wilayah baru,
dilakukan secara mandiri
oleh simpatisan. Tidak ada
garis komando yang ketat
antar sel.
Bergabung lewat ajakan/
tekanan anggota/teman/
pengurus.
Masuk menjadi anggota
geng merasa lebih berani,
bangga, disegani dan
dihormati masyarakat.
Diajak teman sekolah/
lingkungan/kenal dari
media sosial (akun
Instagram kelompok).
Masuk anggota
kelompok agar kenal
lebih banyak teman,
tertarik dari aksi yang
diupload ke medsos,
kelihatan keren.
5 Aturan dalam
geng/ kelompok
Saling setia kawan dan
saling tolong menolong
antar anggota
Wajib jaga nama baik geng
dan patuh sama panglima,
ada sanksi jika melanggar
Menjaga kebersamaan
kelompok dan “berani
berbuat dengan
membawa senjata
tajam”
6 Kegiatan Nongkrong dilanjutkan
dengan konvoi, keliling
kota. Beberapa “sel” baru
sudah melakukan kegiatan
rohani dan bakti sosial.
Sudah ada kerjasama
dengan pesantren dan nama
radio (Kita FM) menjelang
Lebaran, dan Idul Adha.
Apabila terjadi tindak
kekerasan oleh segelintir
anggota bukan dikomandoi
oleh geng. Diindikasikan
bahwa orang/kelompok
yang melakukan tindak
kriminal membawa atribut
kelompok besar.
Nongkrong dilanjutkan
konvoi keliling kota
sesuai selera pimpinan,
dalam konvoi orangnya
banyak, jalan asal-
asalan, bawa senjata
lagi., ada juga kegiatan
bakti sosial. Perilaku
anggota geng dalam
konvoi yang menguasai
jalan raya menarik
perhatian masyarakat.
Kadang teriak-teriak
atau membentak ketika
berhadapan dengan orang
lain yang mengganggu
atau menghalangi lalu
lintas yang dilalui selama
di perjalanan.
Nongkrong dilanjutkan
konvoi atau menyerang
kelompok lain yang
ditemui di jalanan,
menyerang orang
di jalanan yang
dirasakan menghalangi
atau sebagai syarat
“keberanian” menjadi
anggota kelompok
dengan membawa
senjata tajam. Tawuran
antar kelompok sering
terjadi bila berpapasan
di jalanan atau bahkan
janjian untuk saling
serang melalui akun
medsos masing-masing.
Ada juga kegiatan
“malak” ke anak sekolah
lain.
7 Lokasi kumpul Tempat-tempat yang dipilih
untuk kumpul biasanya:
• Masing-masing geng
punya markas
• Punya spot/titik untuk
kumpul seperti di jalanan,
warung, taman.
Tempat dipilih berdasarkan
salah satu lebih
pertimbangan berikut :
• Tidak menjadi tempat
nongkrong geng lain.
• Ada warung yang bisa
menerima kehadiran
geng.
• Biasanya tempat dipilih
yang agak gelap
• Masyarakat seputar
dinilai permisif atau
takut sama geng
Tempat-tempat
nongkrong biasanya
dipilih:
• Lapangan atau
tempat-tempat yang
tidak ada pemiliknya
• Ada warung/warnet
yang bisa menerima
menjadi tempat
kumpul.
Keterangan *:
Estimasi jumlah anggota geng/kelompok motordari Kepolisian (Tidak ada angka pasti jumlah anggota, tetapi
diperkirakan masing-masing geng mencakup ratusan sampai ribuan orang. “Anggota” masing-masing geng
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu; usia remaja (belasan tahun, masih bersekolah atau putus sekolah)
dan usia dewasa muda.
Mengoptimalkan berbagai program di Kementerian Sosial,
seperti: LK3, Pemuda Pelopor Perdamaian, PSM, Karang Taruna,
Tagana, TKSK, Sakti Peksos untuk turut dalam penyuluhan
dan penanganan pelaku tindak pidana oleh gerombolan/
berandal bermotor. Mengarahkan geng motor yang besar dan
beranggotakan banyak untuk beralih menjadi organisasi sosial.
Geng Motor “Formal” Geng Motor “Bertransformasi” Berandalan/Simpatisan Bermotor
• Geng motor ini berjumlah 4
yang berada di Kota Bandung
yaitu GBR, XTC, Brigez dan
Moonraker.
• Keempat geng ini telah lama
terbentuk (sejak tahun 70an),
tercatat di kepolisian dan
ada penghubungnya yaitu LO
(Liasion Officer), mempunyai
pengurus anak cabang.
• Pembentukan di kota-kota
lain hanya “pemberitahuan”.
Kegiatan dan keanggotaan
bebas ditentukan oleh geng
yang dibentuk diluar kota
Bandung.
• Organisasi dan kegiatan yang
sebelumnya hanya nongkrong
dan kumpul-kumpul sudah
mengarah ke kegiatan positif
untuk menghilangkan citra
negatif geng motor.
• Pengurus geng motor ini
telah mendeklarasikan diri
sebagai Organisasi Massa atau
Organisasi Karya Pemuda (OKP)
yang lebih kearah politik dengan
mendukung partai politik
tertentu.
• Pada kegiatan-kegiatan partai
turut serta meramaikan dan
mengamankan kegiatan partai.
• Kegiatan mereka biasanya
nongkrong dan kumpul, kadang
disertai minuman keras dan
narkoba, konvoi keliling kota
dikomandoi pimpinan atau
panglimanya.
• Kelompok ini kadang membawa
senjata tajam untuk menyerang
kelompok lain atau orang-orang
yang dianggap mengganggu
kegiatan mereka.
• Kelompok ini kadang membawa
senjata tajam untuk menyerang
kelompok lain atau orang-orang
yang dianggap mengganggu
kegiatan mereka.
FAKTOR PENYEBAB PERILAKU AGRESIF GENG MOTOR
Aspek Psikologis
ƒƒ Remaja usia 12-21 tahun “usia berontak”, menyatakan eksistensi diri sebagai jagoan,
anggota kelompok yang disegani, ditakuti, sangat tergantung pada persepsi diri remaja
itu sendiri.
ƒƒ Emosi remaja masih labil. Mereka dapat mudah tersinggung hanya karena dipelototi,
contohnya seperti “bersamaan dengan perjalanan konvoi, biasanya geng motor akan
marah besar kalo ada yang mengganggu perjalanan atau dinilai mengganggu”.
ƒƒ Rasa frustrasi terjadi atas kondisi keluarga yang dipersepsikan tidak mampu memenuhi
kebutuhan anak hingga mencari dan menemukan pemenuhannya dalam geng motor.
Pemaparan atas tingkah laku agresi terjadi dengan seringnya melihat perilaku sesama
anggota geng motor melakukan agresi hingga hal itu dianggap hal yang biasa bagi
mereka. Sedangkan situasi yang tidak nyaman terjadi ketika anggota geng motor
merasa diganggu pihak lain ketika konvoi.
ƒƒ Keterangsangan terjadi dalam konteks konformitas, yaitu perilaku menyesuaikan diri
sehubungan dengan adanya tekanan sosial, baik yang nyata maupun tidak nyata.
Tekanan psikologis kelompok geng motor membuat individu menjadi berani mengambil
inisiatif bertindak melawan orang lain yang dipersepsikan sebagai pihak merintangi
kegiatan geng. Dalam konteks ini anggota lain menjadi conform (seakan-akan otomatis)
mengikuti inisiator untuk bertindak agresif.
Aspek Sosiologis
ƒƒ Tanpa perduli peraturan yang berlaku, banyak keluarga menyediakan sepeda motor
bagi anaknya untuk berbagai keperluan waalu belum mempunyai SIM, termasuk untuk
pergi/pulang ke sekolah. Kemudahan memperoleh sepeda motor dan kemudahan
menggunakan sepeda motor telah ikut berkontribusi pada munculnya geng motor.