SlideShare a Scribd company logo
MIKROBA PATOGEN
Dr. SYARTIWIDYA, STP., MSi
MIKROBA
PATOGEN/
MIKROORGANISME
PATOGENIK
ADALAH adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan
penyakit pada inangnya.
Kontaminasi mikroorganisme
patogenik maupun toksin yang
dihasilkannnya pada produk hasil
pertanian dapat
menyebabkan foodborne disease atau
penyakit terbawa pangan jika produk
tersebut dikonsumsi oleh manusia.
IDENTIFIKASI
Ø Patogen berupa mikroorganisme yang bersifat parasit
pada manusia
Ø Patogen bisa berasal dari jenis bakteri, virus dan protozoa
Ø Sukar dikenali secara fisik
Ø Menyebabkan penyakit bahkan kematian pada manusia
Ø Patogen masuk ke dalam tubuh
manusia bersama makanan
atau minuman (Food-borne
diseases)
Ø Berkembang biak pada jaringan
tubuh dan menghasilkan toksin
yang membahayakan
Ø Bisa membentuk spora yang
tahan terhadap lingkungan
yang kurang baik
1. Staphylococcus aureus
2. Listeria monocytogenes
3. Clostridium botulinum
4. Campylobacter jejuni
5. E.coli O157:H7
6. Salmonella sp.
7. Shigella sp.
8. Vibrio vulnificus
9. Yersinia enterocolitica
10.Bacillus cereus
10 PATOGEN UTAMA
YANG TIDAK DIINGINKAN DALAM
PANGAN
Staphylococcus aureus
◦ Bakteri Gram positif, berbentuk kokus
(bulat)
◦ Flora normal pada manusia (kulit dan
hidung)
◦ Menghasilkan enterotoksin
◦ Pada produk bakery, kue, mayonaise
sering dijumpai keberadaannya
◦ Kontaminasi berasal dari praktek sanitasi pekerja
yang kurang baik
◦ Pencegahan: lakukan praktek sanitasi pada pekerja
dan peralatan pengolahan
◦ Selalu mengontrol kebersihan (higiene) pekerja
Listeria monocytogenes
◦ Bakteri Gram positif berflagela
untuk bergerak
◦ Mengkontaminasi produk
makanan siap saji terutama
daging (hamburger, hot dog)
◦ Juga pada susu mentah
◦ Pencegahan: memasak dengan
benar produk daging, tidak
memakan daging yang sudah
kadaluarsa
Clostridium botulinum
◦ Bakteri Gram positif pembentuk
spora tahan panas bersifat anaerob
◦ Menghasilkan toksin berbahaya
penyebab botulism
◦ Tidak tahan asam tinggi
◦ Makanan dalam kaleng sering
ditemukan bakteri ini
◦ Pencegahan: pemanasan yang
cukup pada produk makanan
kaleng
Campylobacter jejuni
◦ Bakteri Gram negatif berbentuk
batang
◦ Penyebab kasus diare yang akut
◦ Terdapat pada pangan dari
produk ternak, susu tak
terpasteurisasi juga air yang tak
terklorinasi
◦ Pencegahan: pemasakan
daging dengan cukup serta tidak
mengkonsumsi susu mentah
E.coli O157:H7
◦ Gram negatif berbentuk batang
dan berflagella
◦ Terdapat beberapa jenis, O157:H7
paling berbahaya
◦ Terdapat pada makanan yang
tidak dimasak dengan cukup,
terutama makanan siap saji
◦ Pencegahan: pastikan memasak
makanan dengan baik, lakukan
praktek sanitasi yang baik
Salmonella
◦ Bakteri Gram negatif berbentuk
batang, tidak membentuk spora
◦ Penyebab salmonellosis
◦ Ditemukan pada telur mentah,
daging
◦ Pencegahan: menjaga higiene
ternak juga memasak produk
ternak dengan baik
◦ Tidak mengkonsumsi telur
mentah
Shigella
◦ Bakteri Gram negatif, non
motil, tidak membentuk
spora
◦ Penyebab Shigellosis
◦ Terdapat pada air yang
terpolusi dengan feses
◦ Sering dijumpai pada
sayuran, susu dan
produknya, salad
◦ Pencegahan: menggunakan
air pencuci & pengolah
yang bersih, terdisinfektan
Vibrio vulnificus
◦ Bakteri Gram negatif dan bersifat
halofilik (tahan garam tinggi)
◦ Dijumpai pada makanan laut
seperti kerang, tiram, kepiting, dll
◦ Pencegahan: memasak dengan
pemanasan yang cukup makanan
laut
◦ Hindari mengkonsumsi makanan
laut yang mentah
Yersinia enterocolitica
◦ Bakteri berbentuk batang, Gram
negatif
◦ Ditemukan pada feses, dahak, air
liur
◦ Bukan normal flora manusia
◦ Daging, es krim, susu dan
produknya sering ditemukan
produk ini juga makanan laut
◦ Pencegahan: praktek sanitasi
pengolahan yang baik dan proses
sterilisasi/pemasakan produk yang
cukup
Bacillus cereus
◦ Bakteri aerob Gram positif,
motil
◦ Membentuk spora yang tahan
◦ Penyebab diare
◦ Ditemukan pada daging,
sayuran, pasta, saus dan susu
◦ Pencegahan: pemasakan
yang cukup pada makanan
dan praktek sanitasi tempat
mengolah
Jenis bakteri patogen lain
◦ Streptococcus
◦ Brucella sp.
◦ Legionella
pneumophila
◦ Enterobacter sp.
◦ Klebsiella pneumoniae
◦ Proteus sp.
◦ Pseudomonas
◦ Coxiella burnetii
Gejala:
Jaundice, fatigue, abdominal
pain, loss of appetite
Nausea, diarrhea, fever
HAV ditemukan di feces
orang yang terinfeksi
Hepatitis A.
HAV disebarkan melalui
makanan dan minuman
yang tidak higienis
HEPATITIS A
ü Proteksi paling baik menggunakan
Vaksin Hepatitis A.
ü Selalu cuci tangan dengan sabun
atau dengan disinfektan:
• Sehabis dari Toilet
• Mau menyiapkan makanan
• Mau makan dan minum
HEPATITIS A
Jenis Pangan yang beresiko
menimbulkan Foodborne Diseases
◦ Daging segar dan daging olahan
◦ Miscellaneous (Telur, mayonaise,
cereal, kacang2an, minyak
biji2an, salad, dan sandwiches)
◦ Seafood
◦ Susu dan produk olahannya
◦ Buah, sayur, dan hasil olahannya
Contoh KASUS Keracunan
makanan di Indonesia Tahun 2022
No. Lokasi Keracunan Jenis Pangan
1. Kab. Sumba Barat
Daya, Prov. NTT
Keracunan Ikan (2 orang meninggal)
2. Kab. Cianjur, Prov.
Jawa Barat
Keracunan oncom (2 orang meninggal)
3. Kab. Nganjuk, Prov.
Jawa Timur
Keracunan Mi ayam (44 orang mengalami mual,
muntah dan gejala ringan lainnya) diduga
mengandung Formaldehid yang melewati
ambang aman(>10)
4. Kab. Timiki, Prov
Papua
Keracunan makanan di pesta Ultah anak-anak
5. Kab. Hulu Sungai
Utara, Prov. Kalsel
Keracunan soto (21 balita keracunan)
6. Pekanbaru, Prov.
Riau
Keracunan makanan aqiqah (puluhan guru
pesantren)
Studi Kasus
TUGAS INDIVIDU
PILIH DIANTARA 2 KASUS INI,
CERITAKAN DAN GAMBARKAN KASUS
TERSEBUT TERKAIT MIKROBA PATOGEN
YANG MENYEBABKAN KERACUNAN.
Tempat penyajian makanan yang beresiko
menimbulkan Foodborne Diseases
◦ Fast food
◦ Restaurants
◦ Café
◦ Jajanan sekolah
Jenis Mikrobia yang Mengakibatkan
Foodborne diseases
◦ Intoksikasi :
◦ Penyakit keracunan makanan terjadi akibat mengkonsumsi
makanan yang mengandung toksin bakteri maupun jamur.
(Staphylococcus aureus, Clo.botulinum, B.cereus, dan
A.flavus)
◦ Infeksi :
◦ Penyakit keracunan makanan terjadi akibat mengkonsumsi
makanan maupun minuman yang terkontaminasi bakteri
enteropatogen. (Salmonella)
◦ Toksikoinfeksi :
◦ Penyakit keracunan makanan terjadi akibat mengkonsumsi
sejumlah besar sel hidup dari bakteri patogen yang
mengkontaminasi makanan maupun minuman. Bakteri
tersebut mengalami sporulasi atau mati dan menghasilkan
toksin sehingga menimbulkan gejala. (Clostridium perfringens
: gastroentritis)
Foodborne Intoxication
◦ Karakteristik umum :
◦ Toksin diproduksi oleh patogen ketika fase
pertumbuhan dalam makanan
◦ Toksin dapat labil / stabil terhadap panas
◦ Konsumsi makanan yang mengandung toksin aktif,
bukan sel hidup, berpotensi untuk meracuni
(kecuali infant botulism)
◦ Gejala umum terjadi secara cepat, ±30 menit
setelah konsumsi.
◦ Gejalanya berbeda antar jenis toksin (enterotoksin
menyebabkan gejala sakit perut, sedangkan
neurotoksin menghasilkan gejala neurologis)
JENIS TOKSIN
Staphylococcal Intoksikasi
◦ Enterotoksin yang stabil terhadap panas
◦ Waktu inkubasi pendek (1-8, kadang
hanya dalam waktu 30 menit)
◦ Gejala : Nausea, Projectile Vomitting,
kram, diare, tidak demam.
◦ 3.5 µg toksin dapat menimbulkan FBI
pada 150 lb orang
◦ Masa inkubasi 12-36 jam
◦ Menimbulkan masalah saluran pencernaan : Nausea, vomiting, diare
◦ Indikator awal : Fatigue, lemah otot.
◦ Diikuti : mata berair, pupil sensitif terhadap cahaya, pandangan kabur.
◦ Efek terhadap mulut : kering, kesulitan berbicara.
C.botulinum Tipe A : buah & sayur
C.botulinum Tipe E : psychrotroph pada ikan asap
C.botulinum Tipe B : ham kaleng produk rumah tangga atau
makanan oven
Makanan kaleng komersial : sedikit menyebabkan FBI
Botulism
Neurotoksin
Labil terhadap panas (800C 5 menit)
Ada 3 kategori :
Food poisoning (makanan kaleng)
Intoksikasi
Wound botulism (penanganan bahan terkontaminasi saat dikemas)
Toksikoinfeksi
Infant botulism (bee honey)
Toksikoinfeksi
Mikotoksin
◦ Diproduksi oleh :
◦ A.flavus, A.parasiticus : aflatoksin
◦ A.nidulans, A.vesicolor : sterigmatocystin
◦ Penisillium viridicatum : ochratoksin
◦ Resistant terhadap panas
◦ Pencegahan :
◦ Pengemasan anaerob
◦ Penurunan aw sampai 0.6
◦ Pembekuan
◦ Mencegah pertumbuhan jamur dengan pengawet
Foodborne Infection
◦ Karakteristik :
◦ Sel hidup dari bakteri/virus patogen enterik
terkonsumsi lewat makanan
◦ Patogen menembus membran sampai sel epitel
usus, multiply, dan menghasilkan toksin (infeksi)
◦ Gejala umum terjadi setelah 24 jam
◦ Gejala enterik : sakit perut, diare, mual, vomiting,
dan demam.
◦ Gejala non-enterik muncul saat patogen atau
toksin yang dihasilkan menembus usus dan
berinvasi atau berpengaruh pada organ atau
jaringan lain
Jenis Foodborne Infection :
◦ Salmonellosis oleh Salmonella spp.
◦ Listeriosis oleh Listeria monocytogenes
◦ Patogenik E.coli (EPEC,ETEC,EIEC,EHEC)
◦ Shigellosis (Bacillary Dysentery)
◦ Campylobacteriosis (Cb.jejuni)
◦ Yersiniosis (Y.enterolitica Gastroentritis)
◦ Gastroentritis oleh Vibrio sp.
◦ Virus enteral
◦ Brucellosis, infeksi Streptococcal, & infeksi
rickettsia Coxiella burnetii
Foodborne Toxicoinfections
◦ Karakteristik :
◦ Bakteri pembentuk spora : konsumsi sejumlah sel
vegetatif hidup
◦ Sel vegetatif tidak memperbanyak diri pada sal.cerna
tetapi melakukan sporulasi dan mengeluarkan toksin
◦ Bakteri gram negatif : konsumsi sejumlah sel hidup
◦ Dengan cepat memperbanyak diri pada sal.cerna
◦ Sel mati, tetapi toksin sudah dihasilkan
◦ Toksin dari kedua kelompok bakteri tersebut
menimbulkan gejala gastroentritis
JENIS-JENIS TOXICOINFECTION
Gastroentritis oleh Cl.perfringens
◦ Masa inkubasi 8-24 jam
◦ Konsumsi 106-108 sel vegetatif
◦ Gejala : diare eksplosif, sakit perut akut, demam
(tidak selalu)
◦ Hanya dapat dicegah dengan penanganan
makanan dan teknik penyimpanan yang benar
Gastroentritis oleh B.cereus
◦ cause 2 syndromes :
◦ Diarrheal and emetic
◦ Diarrheal syndrome :
◦ Dosis infektif 105-107
◦ Produksi toksin dalam usus halus
◦ Inaktif pd 560C 5’
◦ Masa inkubasi 8-16 jam
(terkadang >24)
◦ Masa sakit 12-24 jam
◦ Gejala : sakit perut, diare.
◦ Produk
daging,sup,sayuran,puding/saus
dan susu dan olahannya
◦ Emetic syndrome :
◦ Dosis infektif 105-108
◦ Produksi toksin dimulai
dalam makanan
◦ Stabil pd 1260C 90’
◦ Masa inkubasi 0.5-5jam
(terkadang >24)
◦ Masa sakit 6-24 jam
◦ Gejala : sakit perut,
diare.
◦ Nasi goreng, pasta,
pastry, dan mie.
Cholera oleh V.cholerae
◦ Patogen pada
manusia
◦ Secara tipikal
dihubungkan dengan
air
◦ Kebanyakan
habitatnya di
makanan laut
(seafood)
Gastroentritis oleh E.coli
◦ Enteropathogenic (EPEC)
◦ Enteroinvasive (EIEC)
◦ Enterotoxigenic (ETEC)
◦ Enterohemorrhagic (EHEC)
◦ Resisten terhadap asam
◦ Enteroaggregative (EaggEC)
◦ Diffusely adherent (DAEC)
BEBERAPA KESALAHAN YANG
TERJADI SAAT PENGOLAHAN
MAKANAN
Cross-contamination
Of Salmonella
a) Contamination after cooking
b) Human carrier
c) Raw meat/chicken etc.
(Trickett, 1990)
Kelalaian Juru Masak Saat Defrosting
Menyebabkan Kontaminasi Salmonella
(Trickett, 1990)
◦ Daging beku yang disimpan pada freezer, khususnya
poultry, sebelum dimasak harus di thawing sempurna
dalam kulkas semalam.
◦ Jika proses thawing tidak dilakukan dengan sempurna,
waktu pemanasan lebih lama untuk melelehkan es
yang berada di tengah daging.
◦ Kondisi tersebut mengakibatkan lama dan suhu
pemanasan yang direkomendasikan tidak cukup
untuk membunuh Salmonella atau bahkan mencapai
suhu optimumnya untuk memperbanyak sel.
◦ Diare patogen yang diakibatkan oleh foodborne
infection diantaranya disebabkan oleh Salmonella.
◦ Diare mengindikasi hilangnya cairan dan elektrolit
sehingga menyebabkan dehidrasi
Habitat Cl.perfringens
a) Usus manusia & hewan
b) Sporanya berada pada tanah
(Trickett, 1990)
Lambung
1. Toksin B.cereus atau S.aureus
menyebabkan iritasi pada
lambung dan menimbulkan sakit
perut.
2. Lambung memproduksi asam
yang dapat menyerang
Salmonella dan Cl.perfringens
tetapi keduanya dapat
terlindungi oleh makanan
menuju usus halus dimana
keduanya menemukan habitat
alaminya
Usus halus :
1. Cl.perfringens membentuk spora
dan menghasilkan toksin yang
menyebabkan iritasi usus,
menyebabkan diare dan sakit perut
2. Salmonella memperbanyak diri dan
menghasilkan zat yang dapat
menyebabkan iritasi usus,
mengakibatkan diare dan sakit perut
UPAYA PEMERINTAH DALAM
PENANGANAN FOOFBORNE
DISEASES
Foodborne Intoksikasi
Foodborne Infeksi
Foodborne Toksikoinfeksi
Produksi
bahan
mentah
dan bahan
penolong
Pena-
nganan
bahan
mentah
Pengolahan Distribusi Pemasaran Konsumen
GAP/GFP GHP GMP GDP/GTP GRP GCP
HACCP HACCP HACCP
GAP Good Agricultural Practices GDP Good Distribution Practices
GFP Good Farming Practices GTP Good Transportation Practices
GHP Good Handling Practices GRP Good Retailing Practices
GMP Good Manufacturing Practices GCP Good Catering Practices
HACCP Hazard Analysis and Critical Control Point
Deptan BPOM/Pemda BPOM BPOM/Depkes
Sosialisasi Pencegahan timbulnya penyakit terbawa
produk pertanian melalui penanganan yang baik
Penyakit terbawa pangan biasanya disebabkan oleh proses produksi
maupun penanganan produk yang kurang baik. Oleh karena itu, perlu
proses produksi hingga pengolahan pangan perlu memperhatikan Good
Agricultural Practices (GAP), Good Handling Practices (GHP) dan Good
Manufacturing Practices (GMP).
GAP merupakan penerapan budidaya pertanian yang baik, berupa proses
produksi pertanian yang menggunakan teknologi ramah lingkungan dan
berkelanjutan. Konsumen dapat mengetahui penerapan dari adanya nomor
registrasi pada suatu produk.
GHP yang merupakan proses penanganan produk saat pascapanen untuk
meminimalkan kontaminasi, meliputi kualitas air, sanitasi rumah kemas, program
pengendalian hama saat penyimpanan dan sanitasi kontainer. Penerapan GHP
pada produk segar dapat diketahui dari adanya nomor registrasi rumah kemas
pada produk.
GMP merupakan pada proses pengolahan, testing dan penjaminan mutu untuk
memastikan bahwa produk yang diolah aman untuk digunakan atau dikonsumsi
manusia. Penerapan GMP pada produk segar pertanian dapat dilihat dari adanya
nomor registrasi Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) pada kemasan produk.
Adalah suatu konsep
manajemen yang
berbentuk prosedur
dan cara kerja dalam
menghasilkan produk
dengan baik yang
akan dijual kepada
konsumen.
Manfaat penerapan GMP adalah :
1.Produk yang dihasilkan bebas dari bahan
beracun.
2.Meningkatkan kepercayaan pelanggan.
3.Memberikan citra yang baik bagi perusahaan.
4.Kesempatan yang lebih besar bagi perusahaan
untuk memasuki pasar global.
5.Menambah wawasan terhadap produk.
6.Secara aktif turut serta dalam program
keamanan pangan.
7.Mendukung penerapan sistem manajemen
mutu.
Peraturan Menteri
Perindustrian no 75
tahun 2010
mendeskripsikan
Pedoman Cara Produksi
Pangan Olahan yang
Baik sebagai Good
Manufacturing
Practices (GMP). GMP ini
selanjutnya disebut
CPPOB yang menjadi
acuan bagi industri
pengolahan pangan,
pembina, dan
pengawas mutu
keamanan pangan
olahan.
Kaitan GMP dengan Halal
Standar Halal
Standar yang berlaku dan diakui di
Indonesia serta dunia International adalah
HAS 23000 yang merupakan persyaratan
sertifikasi halal yang ditetapkan oleh LPPOM
MUI guna sertifikasi halal suatu produk.
Persyaratan Standar HalaL berisi kriteria
Sistem Jaminan Halal (SJH) dan
persyaratan lain, seperti kebijakan dan
prosedur sertifikasi halal. Pemenuhan
Standar Halal dilakukan dengan memenuhi
11 Kriteria Sistem Jaminan Halal (SJH) yang
ke depannya akan menjadi 5 Kriteria Sistem
Jaminan Produk Halal (SJPH). SJPH ini
diprakarsai oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Produk Halal (BPJPH) yang
dibentuk oleh Kementerian Agama
(Kemenag) Indonesia.
Pelaksanaan CPPOB
diperusahaan dapat
diintegrasikan dengan Sistem
Standar Halal. Dengan
catatan Manual SJPH harus
dipisah dengan Manual
CPPOB. Pengintegrasian dua
standar ini akan
meningkatkan kualitas
perusahaan pengolahan
pangan sehingga memiliki
diferensiasi yang lebih
diminati oleh konsumen.
Institusi pemerintah
BPOM adalah singkatan dari lembaga
Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Lembaga ini memiliki tugas yang sama
dengan European Medicines Agency
(EMA), dan Food and Drug Administration
(FDA) dengan tugas utama yaitu untuk
mengawasi seluruh peredaran obat-obatan
dan makanan yang ada di seluruh wilayah
Indonesia.
1.Importasi Obat Jadi
2.Bahan Baku Obat
3.Bahan Baku Obat
Tradisional
4.Kosmetik
5.Komplemen
6.Bahan Baku Pangan
7.Bahan Tambahan Pangan
8.Produk Pangan
Wajib daftar
Sasaran strategis yaitu terjaminnya keamanan dan mutu
pangan segar. Sasaran strategis ini diturunkan menjadi salah
satu program yaitu keamanan pangan. Keamanan pangan
diselenggarakan untuk menjaga pangan tetap aman,
higienis, bermutu, bergizi, dan tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat. Selain itu,
keamanan pangan dimaksudkan untuk mencegah
kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang
dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan
kesehatan manusia.
KEMENTERIAN PERTANIAN
OKKPD (OTORITAS KOMPETEN KEAMANAN
PANGAN DAERAH)
Lembaga non struktural yang berada di dalam instansi Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan, yang memiliki tugas menjamin keamanan pangan dan mutu
Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) di wilayah kerjanya. Sedangkan fungsi
Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah adalah melakukan proses
penjaminan mutu/sertifikasi dan pengawasan keamanan pangan khususnya
Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT).
DASAR HUKUM :
Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia No.28 Tahun
2004 tentang Keamanan, Mutu
dan Gizi pangan yang berperan
memberikan jaminan mutu
pangan segar sebagai wujud
implementasi dari Undang
Undang Nomor 18 Tahun 2012
tentang Pangan.
Kewenangan OKKPD
1.Pengawasan pre market, yaitu pengawasan/audit terhadap sistem/produk/pelaku usaha
yang telah memenuhi persyaratan sesuai skema sertifikasi dalam rangka penjaminan mutu.
Kewenangan penjaminan mutu/sertifikasi yang dilakukan OKKP-D adalah:
1. Sertifikasi Prima 2 dan Prima 3
2. Registrasi/ Pendaftaran PSAT (Pangan Segar Asal Tumbuhan)
3. Registrasi Rumah Kemas/ Packing House (PH)
4. Sertifikasi Kesehatan/ Health Certificate (HC) PSAT (Pangan Segar Asal Tumbuhan)
5. Sertifikasi Sistem Jaminan Mutu Biji Kakao (SJM-BK) dan Surat Keterangan Kesesuaian Mutu
(SKKM)
2.Surveilen, yaitu proses pengawasan/audit ulang yang dilakukan terhadap sistem/produk/pelaku
usaha yang telah mendapatkan sertifikat jaminan mutu dari OKKP-D. Surveilen dilakukan secara uji
petik dengan tujuan untuk menjaga konsitensi penerapan sistem jaminan mutu oleh pelaku usaha.
3.Pengawasan Post Market, yaitu pengawasan/inspeksi terhadap keamanan dan mutu
Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) yang beredar di pasaran. Pengawasan post market dilakukan
melalui :
a. Pengawasan rutin/Reguler, dilakukan di lokasi pasar tradisional/induk dan pasar modern melalui
pengujian secara kualitatif (rapid test kit) dan kuantitatif (uji laboratorium) untuk memantau
kandungan cemaran (residu pestisida, logam berat, mikrobiologi) yang melebihi BMR dan
penggunaan bahan berbahaya (formalin, borax, rodhamin B dan methanil yellow) pada pangan.
b. Pengawasan sewaktu-waktu/insidental case by case, dilakukan secara terpadu bersama tim Jejaring
Keamanan Pangan Daerah (JKPD) untuk merespon issue keamanan pangan/kejadian luar biasa
(KLB) baik tingkat nasional maupun lokal yang menimbulkan keresahan di masyarakat. Fokus
pengawasan meliputi identifikasi timbulnya sumber issue, penelusuran sumber berita, investigasi
lapangan dan pengambilan keputusan bersama.
PROGRAM KEMENTERIAN KESEHATAN
INSPEKSI PANGAN BERBASIS RESIKO
Inspeksi pangan beresiko tinggi diterapkan semenjak Desember tahun
2021 dengan mengadopsi manual pemeriksaan makanan berbasis
risiko (RBFI) PAHO/WHO.
Pentingnya inspeksi pangan berbasis risiko dalam pengawasan Tempat
Pengelolaan Pangan (TPP). Hal ini didasarkan pada beberapa hal, yaitu:
Ø jumlah Sanitarian terbatas,
Ø jumlah TPP yang semakin banyak,
Ø kebutuhan pengawasan semakin meningkat,
Ø tuntutan masyarakat dan konsumen atas jaminan keamanan pangan.
BUKU SAKU
Dalam buku saku pengawasan higiene
sanitasi pangan berbasis risiko (Tutut Indra
Wahyuni, SKM et al., 2021), dituliskan cara
menentukan risiko pangan digunakan
sebuah konsep yang disebut: FATTOM.
FATTOM merupakan singkatan
dari Food (pangan), Acidity (derajatkeasa
man), Temperature (suhu), Time (waktu),
Oxygen (oksigen), dan Moisture (aktivitas
air/kelembaban).
Adalah buku yang memandu pengawas makanan dalam merencanakan dan
memprioritaskan kegiatan pemeriksaan makanan menuju tempat yang
lebih berisiko tinggi, menyajikan makanan berisiko tinggi kepada
masyarakat dan, yang paling penting, kepada masyarakat. kelompok yang
paling rentan (Pedoman bagi Sanitarian)
Kesimpulan
◦ Berhati-hati selalu pada
makanan yang akan
dikonsumsi
◦ Tidak mengkonsumsi
makanan mentah
◦ Memasak dengan baik
makanan
◦ Menjaga selalu
kebersihan dan
praktekkan sanitasi yang
baik
◦ Menjaga higiene
individu dan lingkungan
TUGAS KELOMPOK
CARI JURNAL TERKAIT KASUS KERACUNAN MAKANAN YANG
TERJADI DI MASYARAKAT , BUAT REVIEW DARI JURNAL
TERSEBUT TERKAIT :
1. DISKRIPSI ISI JURNAL TERSEBUT
2. GAMBARKAN APA YANG MENYEBABKAN KERACUNAN
TERSEBUT, KAITKAN DENGAN MATERI KULIAH
3. PRESENTASIKAN

More Related Content

What's hot

04 isolasi dan inokulasi
04 isolasi dan inokulasi04 isolasi dan inokulasi
04 isolasi dan inokulasi
Syahrir Ghibran
 
Bakteri thermofilik, mesofilik dan psikrofilik
Bakteri thermofilik, mesofilik dan psikrofilikBakteri thermofilik, mesofilik dan psikrofilik
Bakteri thermofilik, mesofilik dan psikrofilik
Agnescia Sera
 
Media pertumbuhan mikroba
Media pertumbuhan mikrobaMedia pertumbuhan mikroba
Media pertumbuhan mikrobaEla Afellay
 
Isolasi dan purifikasi protein
Isolasi dan purifikasi protein Isolasi dan purifikasi protein
Isolasi dan purifikasi protein
salni nindita
 
Pengolahan Limbah Laboratorium
Pengolahan Limbah LaboratoriumPengolahan Limbah Laboratorium
Pengolahan Limbah LaboratoriumYoussii Ajaahh
 
Laporan 1 uji boraks pada sampel bahan pangan
Laporan 1 uji boraks pada sampel bahan panganLaporan 1 uji boraks pada sampel bahan pangan
Laporan 1 uji boraks pada sampel bahan pangan
Muhammad Ridlo
 
Biofilm Pada Akuakultur dan Arah Pemanfaatan dan Pengontrolan Mikroba dalam B...
Biofilm Pada Akuakultur dan Arah Pemanfaatan dan Pengontrolan Mikroba dalam B...Biofilm Pada Akuakultur dan Arah Pemanfaatan dan Pengontrolan Mikroba dalam B...
Biofilm Pada Akuakultur dan Arah Pemanfaatan dan Pengontrolan Mikroba dalam B...
Syauqy Nurul Aziz
 
Antibiotik Penicilin
Antibiotik PenicilinAntibiotik Penicilin
Antibiotik Penicilin
Selly Noviyanty Yunus
 
Sterilisasi Mikrobiologi
Sterilisasi MikrobiologiSterilisasi Mikrobiologi
Sterilisasi Mikrobiologi
Aji Sanjaya
 
Morfologi bakteri, kapang dan khamir
Morfologi bakteri, kapang dan khamirMorfologi bakteri, kapang dan khamir
Morfologi bakteri, kapang dan khamir
Agnescia Sera
 
Pewarnaan Bakteri
Pewarnaan  BakteriPewarnaan  Bakteri
Pewarnaan Bakteri
pjj_kemenkes
 
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganismePpt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
Kalisthiana Yi Ku
 
PPT Parasit Kelompok IV Mikrobiologi Farmasi dan Parasitologi
PPT Parasit Kelompok IV Mikrobiologi Farmasi dan ParasitologiPPT Parasit Kelompok IV Mikrobiologi Farmasi dan Parasitologi
PPT Parasit Kelompok IV Mikrobiologi Farmasi dan Parasitologi
Fredy Talebong
 
FLORA NORMAL
FLORA NORMALFLORA NORMAL
FLORA NORMAL
dewisetiyana52
 
Pengantar Mikrobiologi Pangan
Pengantar Mikrobiologi PanganPengantar Mikrobiologi Pangan
Pengantar Mikrobiologi Pangan
Titis Sari
 

What's hot (20)

04 isolasi dan inokulasi
04 isolasi dan inokulasi04 isolasi dan inokulasi
04 isolasi dan inokulasi
 
Bakteri thermofilik, mesofilik dan psikrofilik
Bakteri thermofilik, mesofilik dan psikrofilikBakteri thermofilik, mesofilik dan psikrofilik
Bakteri thermofilik, mesofilik dan psikrofilik
 
Media pertumbuhan mikroba
Media pertumbuhan mikrobaMedia pertumbuhan mikroba
Media pertumbuhan mikroba
 
Isolasi dan purifikasi protein
Isolasi dan purifikasi protein Isolasi dan purifikasi protein
Isolasi dan purifikasi protein
 
Pengolahan Limbah Laboratorium
Pengolahan Limbah LaboratoriumPengolahan Limbah Laboratorium
Pengolahan Limbah Laboratorium
 
Laporan 1 uji boraks pada sampel bahan pangan
Laporan 1 uji boraks pada sampel bahan panganLaporan 1 uji boraks pada sampel bahan pangan
Laporan 1 uji boraks pada sampel bahan pangan
 
Xenobiotik
XenobiotikXenobiotik
Xenobiotik
 
Biofilm Pada Akuakultur dan Arah Pemanfaatan dan Pengontrolan Mikroba dalam B...
Biofilm Pada Akuakultur dan Arah Pemanfaatan dan Pengontrolan Mikroba dalam B...Biofilm Pada Akuakultur dan Arah Pemanfaatan dan Pengontrolan Mikroba dalam B...
Biofilm Pada Akuakultur dan Arah Pemanfaatan dan Pengontrolan Mikroba dalam B...
 
Analisis senyawa obat
Analisis senyawa obatAnalisis senyawa obat
Analisis senyawa obat
 
Antibiotik Penicilin
Antibiotik PenicilinAntibiotik Penicilin
Antibiotik Penicilin
 
Sterilisasi Mikrobiologi
Sterilisasi MikrobiologiSterilisasi Mikrobiologi
Sterilisasi Mikrobiologi
 
Kolom HPLC
Kolom HPLCKolom HPLC
Kolom HPLC
 
Morfologi bakteri, kapang dan khamir
Morfologi bakteri, kapang dan khamirMorfologi bakteri, kapang dan khamir
Morfologi bakteri, kapang dan khamir
 
Kimia Analitik I
Kimia Analitik IKimia Analitik I
Kimia Analitik I
 
Pewarnaan Bakteri
Pewarnaan  BakteriPewarnaan  Bakteri
Pewarnaan Bakteri
 
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganismePpt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
Ppt isolasi, identifikasi dan pewarnaan mikroorganisme
 
PPT Parasit Kelompok IV Mikrobiologi Farmasi dan Parasitologi
PPT Parasit Kelompok IV Mikrobiologi Farmasi dan ParasitologiPPT Parasit Kelompok IV Mikrobiologi Farmasi dan Parasitologi
PPT Parasit Kelompok IV Mikrobiologi Farmasi dan Parasitologi
 
Fermentasi
FermentasiFermentasi
Fermentasi
 
FLORA NORMAL
FLORA NORMALFLORA NORMAL
FLORA NORMAL
 
Pengantar Mikrobiologi Pangan
Pengantar Mikrobiologi PanganPengantar Mikrobiologi Pangan
Pengantar Mikrobiologi Pangan
 

Similar to Mikroba patogen

PPT KELOMPOK 6 TENTANG KERACUNAN MAKANAN PADA ORGANISME.pptx
PPT KELOMPOK 6 TENTANG KERACUNAN MAKANAN PADA ORGANISME.pptxPPT KELOMPOK 6 TENTANG KERACUNAN MAKANAN PADA ORGANISME.pptx
PPT KELOMPOK 6 TENTANG KERACUNAN MAKANAN PADA ORGANISME.pptx
dinakardina13
 
KPKP 2214 Keracunan Makanan
KPKP 2214 Keracunan Makanan KPKP 2214 Keracunan Makanan
KPKP 2214 Keracunan Makanan
ILKKM SG BULOH
 
Diktat mata kuliah mikrobiologi dan toksikologi
Diktat mata kuliah mikrobiologi dan toksikologiDiktat mata kuliah mikrobiologi dan toksikologi
Diktat mata kuliah mikrobiologi dan toksikologi
Ely John Karimela
 
Diktat mata kuliah mikrobiologi dan toksikologi
Diktat mata kuliah mikrobiologi dan toksikologiDiktat mata kuliah mikrobiologi dan toksikologi
Diktat mata kuliah mikrobiologi dan toksikologi
Ely John Karimela
 
Kerusakan Pangan
Kerusakan  PanganKerusakan  Pangan
Kerusakan Pangan
Syartiwidya Syariful
 
Foodborne Infections
Foodborne InfectionsFoodborne Infections
Foodborne Infections
Tiyas Dwi Lestari
 
Mikrobiologi farmasi
Mikrobiologi farmasiMikrobiologi farmasi
Mikrobiologi farmasi
Dokter Tekno
 
KERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdf
KERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdfKERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdf
KERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdf
Mira66540
 
Presentasi no 6 1_bahaya kontaminan bagi kesehatan
Presentasi no 6 1_bahaya kontaminan bagi kesehatanPresentasi no 6 1_bahaya kontaminan bagi kesehatan
Presentasi no 6 1_bahaya kontaminan bagi kesehatan
Bondan the Planter of Palm Oil
 
MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN-MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN.pdf.pdf
MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN-MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN.pdf.pdfMIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN-MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN.pdf.pdf
MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN-MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN.pdf.pdf
AgathaHaselvin
 
Kd 3.3 menerapkan assesmen keamanan pangan pertemuan 1
Kd 3.3 menerapkan assesmen keamanan pangan pertemuan 1Kd 3.3 menerapkan assesmen keamanan pangan pertemuan 1
Kd 3.3 menerapkan assesmen keamanan pangan pertemuan 1
Amirotul Khusna
 
Identifikasi Kerusakan
 Identifikasi Kerusakan Identifikasi Kerusakan
Identifikasi Kerusakan
Syartiwidya Syariful
 
INFEKSI MAKANAN.pptx
INFEKSI MAKANAN.pptxINFEKSI MAKANAN.pptx
INFEKSI MAKANAN.pptx
Wulandari9832
 
Foodborne/Waterborne Bacteria
Foodborne/Waterborne BacteriaFoodborne/Waterborne Bacteria
Foodborne/Waterborne Bacteria
AmanyMufida
 
Pengembangan formula probiotik
Pengembangan formula probiotikPengembangan formula probiotik
Pengembangan formula probiotik
Agnescia Sera
 
Pengendalian_Penyakit_ppt.ppt
Pengendalian_Penyakit_ppt.pptPengendalian_Penyakit_ppt.ppt
Pengendalian_Penyakit_ppt.ppt
ItangPurnama1
 
pengendalian-penyakit1.ppt
pengendalian-penyakit1.pptpengendalian-penyakit1.ppt
pengendalian-penyakit1.ppt
Lukman Nurdiana
 
Keracunan makanan + alkohol responsi dr bogi
Keracunan makanan + alkohol   responsi dr bogiKeracunan makanan + alkohol   responsi dr bogi
Keracunan makanan + alkohol responsi dr bogi
Albertus Santoso
 
hubungan mikroba (bakteri) terhadap penyakit
hubungan mikroba (bakteri) terhadap penyakithubungan mikroba (bakteri) terhadap penyakit
hubungan mikroba (bakteri) terhadap penyakit
Desiana Ika Listiani
 
Penyehatan makanan dan minuman
Penyehatan makanan dan minumanPenyehatan makanan dan minuman
Penyehatan makanan dan minuman
sanggede
 

Similar to Mikroba patogen (20)

PPT KELOMPOK 6 TENTANG KERACUNAN MAKANAN PADA ORGANISME.pptx
PPT KELOMPOK 6 TENTANG KERACUNAN MAKANAN PADA ORGANISME.pptxPPT KELOMPOK 6 TENTANG KERACUNAN MAKANAN PADA ORGANISME.pptx
PPT KELOMPOK 6 TENTANG KERACUNAN MAKANAN PADA ORGANISME.pptx
 
KPKP 2214 Keracunan Makanan
KPKP 2214 Keracunan Makanan KPKP 2214 Keracunan Makanan
KPKP 2214 Keracunan Makanan
 
Diktat mata kuliah mikrobiologi dan toksikologi
Diktat mata kuliah mikrobiologi dan toksikologiDiktat mata kuliah mikrobiologi dan toksikologi
Diktat mata kuliah mikrobiologi dan toksikologi
 
Diktat mata kuliah mikrobiologi dan toksikologi
Diktat mata kuliah mikrobiologi dan toksikologiDiktat mata kuliah mikrobiologi dan toksikologi
Diktat mata kuliah mikrobiologi dan toksikologi
 
Kerusakan Pangan
Kerusakan  PanganKerusakan  Pangan
Kerusakan Pangan
 
Foodborne Infections
Foodborne InfectionsFoodborne Infections
Foodborne Infections
 
Mikrobiologi farmasi
Mikrobiologi farmasiMikrobiologi farmasi
Mikrobiologi farmasi
 
KERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdf
KERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdfKERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdf
KERACUNAN MAKANAN-MODUL PENCERNAAN_0.pdf
 
Presentasi no 6 1_bahaya kontaminan bagi kesehatan
Presentasi no 6 1_bahaya kontaminan bagi kesehatanPresentasi no 6 1_bahaya kontaminan bagi kesehatan
Presentasi no 6 1_bahaya kontaminan bagi kesehatan
 
MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN-MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN.pdf.pdf
MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN-MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN.pdf.pdfMIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN-MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN.pdf.pdf
MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN-MIKROBA_PATOGEN_PADA_MAKANAN.pdf.pdf
 
Kd 3.3 menerapkan assesmen keamanan pangan pertemuan 1
Kd 3.3 menerapkan assesmen keamanan pangan pertemuan 1Kd 3.3 menerapkan assesmen keamanan pangan pertemuan 1
Kd 3.3 menerapkan assesmen keamanan pangan pertemuan 1
 
Identifikasi Kerusakan
 Identifikasi Kerusakan Identifikasi Kerusakan
Identifikasi Kerusakan
 
INFEKSI MAKANAN.pptx
INFEKSI MAKANAN.pptxINFEKSI MAKANAN.pptx
INFEKSI MAKANAN.pptx
 
Foodborne/Waterborne Bacteria
Foodborne/Waterborne BacteriaFoodborne/Waterborne Bacteria
Foodborne/Waterborne Bacteria
 
Pengembangan formula probiotik
Pengembangan formula probiotikPengembangan formula probiotik
Pengembangan formula probiotik
 
Pengendalian_Penyakit_ppt.ppt
Pengendalian_Penyakit_ppt.pptPengendalian_Penyakit_ppt.ppt
Pengendalian_Penyakit_ppt.ppt
 
pengendalian-penyakit1.ppt
pengendalian-penyakit1.pptpengendalian-penyakit1.ppt
pengendalian-penyakit1.ppt
 
Keracunan makanan + alkohol responsi dr bogi
Keracunan makanan + alkohol   responsi dr bogiKeracunan makanan + alkohol   responsi dr bogi
Keracunan makanan + alkohol responsi dr bogi
 
hubungan mikroba (bakteri) terhadap penyakit
hubungan mikroba (bakteri) terhadap penyakithubungan mikroba (bakteri) terhadap penyakit
hubungan mikroba (bakteri) terhadap penyakit
 
Penyehatan makanan dan minuman
Penyehatan makanan dan minumanPenyehatan makanan dan minuman
Penyehatan makanan dan minuman
 

More from Syartiwidya Syariful

Teknik biakan dan Pewarnaan mikroorganisme
Teknik biakan dan Pewarnaan mikroorganismeTeknik biakan dan Pewarnaan mikroorganisme
Teknik biakan dan Pewarnaan mikroorganisme
Syartiwidya Syariful
 
Mikroorganisme pangan : Virus dan Jamur, dan manfaatnya
Mikroorganisme pangan : Virus dan Jamur, dan manfaatnyaMikroorganisme pangan : Virus dan Jamur, dan manfaatnya
Mikroorganisme pangan : Virus dan Jamur, dan manfaatnya
Syartiwidya Syariful
 
Mikroorganisme pangan : bakteri dan manfaatnya di industri pangan
Mikroorganisme pangan : bakteri dan manfaatnya di industri panganMikroorganisme pangan : bakteri dan manfaatnya di industri pangan
Mikroorganisme pangan : bakteri dan manfaatnya di industri pangan
Syartiwidya Syariful
 
Integrasi peran zat gizi dalam bahan pangan intervensi
Integrasi peran zat gizi dalam bahan pangan intervensiIntegrasi peran zat gizi dalam bahan pangan intervensi
Integrasi peran zat gizi dalam bahan pangan intervensi
Syartiwidya Syariful
 
Zat gizi dan Zat aktif lain pada bahan pangan intervensi
Zat gizi dan Zat aktif lain pada bahan pangan intervensiZat gizi dan Zat aktif lain pada bahan pangan intervensi
Zat gizi dan Zat aktif lain pada bahan pangan intervensi
Syartiwidya Syariful
 
Kebijakan penyediaan pangan dan gizi di Indonesia
Kebijakan penyediaan pangan dan gizi di IndonesiaKebijakan penyediaan pangan dan gizi di Indonesia
Kebijakan penyediaan pangan dan gizi di Indonesia
Syartiwidya Syariful
 
Kelompok rentan gizi dsn penyakit terkait kekurangan gizi
Kelompok rentan gizi dsn penyakit terkait kekurangan giziKelompok rentan gizi dsn penyakit terkait kekurangan gizi
Kelompok rentan gizi dsn penyakit terkait kekurangan gizi
Syartiwidya Syariful
 
Angka Kecukupan Gizi dan cara perhitungannya
Angka Kecukupan Gizi dan cara perhitungannyaAngka Kecukupan Gizi dan cara perhitungannya
Angka Kecukupan Gizi dan cara perhitungannya
Syartiwidya Syariful
 
Pentingnya Pangan dan Gizi, Penilaian Status gizi dan keseimbangan gizi
Pentingnya  Pangan dan Gizi, Penilaian Status gizi dan keseimbangan giziPentingnya  Pangan dan Gizi, Penilaian Status gizi dan keseimbangan gizi
Pentingnya Pangan dan Gizi, Penilaian Status gizi dan keseimbangan gizi
Syartiwidya Syariful
 
Edible Insects
Edible InsectsEdible Insects
Edible Insects
Syartiwidya Syariful
 
Pengemasan
PengemasanPengemasan
Jasa Boga
Jasa BogaJasa Boga
Rantai pasok pangan, Good Manufactory Procedure dan SSOP
Rantai pasok pangan, Good Manufactory Procedure  dan SSOPRantai pasok pangan, Good Manufactory Procedure  dan SSOP
Rantai pasok pangan, Good Manufactory Procedure dan SSOP
Syartiwidya Syariful
 
Bahan Tambahan Pangan
Bahan Tambahan PanganBahan Tambahan Pangan
Bahan Tambahan Pangan
Syartiwidya Syariful
 
Fermentasi
Fermentasi Fermentasi
Pengawetan beku
Pengawetan bekuPengawetan beku
Pengawetan beku
Syartiwidya Syariful
 
Manipulasi Genetika.pdf
Manipulasi Genetika.pdfManipulasi Genetika.pdf
Manipulasi Genetika.pdf
Syartiwidya Syariful
 
Apa itu Vitamin?
Apa itu Vitamin?Apa itu Vitamin?
Apa itu Vitamin?
Syartiwidya Syariful
 
Lemak
LemakLemak
Apa itu Protein
Apa itu ProteinApa itu Protein
Apa itu Protein
Syartiwidya Syariful
 

More from Syartiwidya Syariful (20)

Teknik biakan dan Pewarnaan mikroorganisme
Teknik biakan dan Pewarnaan mikroorganismeTeknik biakan dan Pewarnaan mikroorganisme
Teknik biakan dan Pewarnaan mikroorganisme
 
Mikroorganisme pangan : Virus dan Jamur, dan manfaatnya
Mikroorganisme pangan : Virus dan Jamur, dan manfaatnyaMikroorganisme pangan : Virus dan Jamur, dan manfaatnya
Mikroorganisme pangan : Virus dan Jamur, dan manfaatnya
 
Mikroorganisme pangan : bakteri dan manfaatnya di industri pangan
Mikroorganisme pangan : bakteri dan manfaatnya di industri panganMikroorganisme pangan : bakteri dan manfaatnya di industri pangan
Mikroorganisme pangan : bakteri dan manfaatnya di industri pangan
 
Integrasi peran zat gizi dalam bahan pangan intervensi
Integrasi peran zat gizi dalam bahan pangan intervensiIntegrasi peran zat gizi dalam bahan pangan intervensi
Integrasi peran zat gizi dalam bahan pangan intervensi
 
Zat gizi dan Zat aktif lain pada bahan pangan intervensi
Zat gizi dan Zat aktif lain pada bahan pangan intervensiZat gizi dan Zat aktif lain pada bahan pangan intervensi
Zat gizi dan Zat aktif lain pada bahan pangan intervensi
 
Kebijakan penyediaan pangan dan gizi di Indonesia
Kebijakan penyediaan pangan dan gizi di IndonesiaKebijakan penyediaan pangan dan gizi di Indonesia
Kebijakan penyediaan pangan dan gizi di Indonesia
 
Kelompok rentan gizi dsn penyakit terkait kekurangan gizi
Kelompok rentan gizi dsn penyakit terkait kekurangan giziKelompok rentan gizi dsn penyakit terkait kekurangan gizi
Kelompok rentan gizi dsn penyakit terkait kekurangan gizi
 
Angka Kecukupan Gizi dan cara perhitungannya
Angka Kecukupan Gizi dan cara perhitungannyaAngka Kecukupan Gizi dan cara perhitungannya
Angka Kecukupan Gizi dan cara perhitungannya
 
Pentingnya Pangan dan Gizi, Penilaian Status gizi dan keseimbangan gizi
Pentingnya  Pangan dan Gizi, Penilaian Status gizi dan keseimbangan giziPentingnya  Pangan dan Gizi, Penilaian Status gizi dan keseimbangan gizi
Pentingnya Pangan dan Gizi, Penilaian Status gizi dan keseimbangan gizi
 
Edible Insects
Edible InsectsEdible Insects
Edible Insects
 
Pengemasan
PengemasanPengemasan
Pengemasan
 
Jasa Boga
Jasa BogaJasa Boga
Jasa Boga
 
Rantai pasok pangan, Good Manufactory Procedure dan SSOP
Rantai pasok pangan, Good Manufactory Procedure  dan SSOPRantai pasok pangan, Good Manufactory Procedure  dan SSOP
Rantai pasok pangan, Good Manufactory Procedure dan SSOP
 
Bahan Tambahan Pangan
Bahan Tambahan PanganBahan Tambahan Pangan
Bahan Tambahan Pangan
 
Fermentasi
Fermentasi Fermentasi
Fermentasi
 
Pengawetan beku
Pengawetan bekuPengawetan beku
Pengawetan beku
 
Manipulasi Genetika.pdf
Manipulasi Genetika.pdfManipulasi Genetika.pdf
Manipulasi Genetika.pdf
 
Apa itu Vitamin?
Apa itu Vitamin?Apa itu Vitamin?
Apa itu Vitamin?
 
Lemak
LemakLemak
Lemak
 
Apa itu Protein
Apa itu ProteinApa itu Protein
Apa itu Protein
 

Mikroba patogen

  • 2.
  • 3. MIKROBA PATOGEN/ MIKROORGANISME PATOGENIK ADALAH adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit pada inangnya. Kontaminasi mikroorganisme patogenik maupun toksin yang dihasilkannnya pada produk hasil pertanian dapat menyebabkan foodborne disease atau penyakit terbawa pangan jika produk tersebut dikonsumsi oleh manusia.
  • 4. IDENTIFIKASI Ø Patogen berupa mikroorganisme yang bersifat parasit pada manusia Ø Patogen bisa berasal dari jenis bakteri, virus dan protozoa Ø Sukar dikenali secara fisik Ø Menyebabkan penyakit bahkan kematian pada manusia Ø Patogen masuk ke dalam tubuh manusia bersama makanan atau minuman (Food-borne diseases) Ø Berkembang biak pada jaringan tubuh dan menghasilkan toksin yang membahayakan Ø Bisa membentuk spora yang tahan terhadap lingkungan yang kurang baik
  • 5. 1. Staphylococcus aureus 2. Listeria monocytogenes 3. Clostridium botulinum 4. Campylobacter jejuni 5. E.coli O157:H7 6. Salmonella sp. 7. Shigella sp. 8. Vibrio vulnificus 9. Yersinia enterocolitica 10.Bacillus cereus 10 PATOGEN UTAMA YANG TIDAK DIINGINKAN DALAM PANGAN
  • 6. Staphylococcus aureus ◦ Bakteri Gram positif, berbentuk kokus (bulat) ◦ Flora normal pada manusia (kulit dan hidung) ◦ Menghasilkan enterotoksin ◦ Pada produk bakery, kue, mayonaise sering dijumpai keberadaannya ◦ Kontaminasi berasal dari praktek sanitasi pekerja yang kurang baik ◦ Pencegahan: lakukan praktek sanitasi pada pekerja dan peralatan pengolahan ◦ Selalu mengontrol kebersihan (higiene) pekerja
  • 7. Listeria monocytogenes ◦ Bakteri Gram positif berflagela untuk bergerak ◦ Mengkontaminasi produk makanan siap saji terutama daging (hamburger, hot dog) ◦ Juga pada susu mentah ◦ Pencegahan: memasak dengan benar produk daging, tidak memakan daging yang sudah kadaluarsa
  • 8. Clostridium botulinum ◦ Bakteri Gram positif pembentuk spora tahan panas bersifat anaerob ◦ Menghasilkan toksin berbahaya penyebab botulism ◦ Tidak tahan asam tinggi ◦ Makanan dalam kaleng sering ditemukan bakteri ini ◦ Pencegahan: pemanasan yang cukup pada produk makanan kaleng
  • 9. Campylobacter jejuni ◦ Bakteri Gram negatif berbentuk batang ◦ Penyebab kasus diare yang akut ◦ Terdapat pada pangan dari produk ternak, susu tak terpasteurisasi juga air yang tak terklorinasi ◦ Pencegahan: pemasakan daging dengan cukup serta tidak mengkonsumsi susu mentah
  • 10. E.coli O157:H7 ◦ Gram negatif berbentuk batang dan berflagella ◦ Terdapat beberapa jenis, O157:H7 paling berbahaya ◦ Terdapat pada makanan yang tidak dimasak dengan cukup, terutama makanan siap saji ◦ Pencegahan: pastikan memasak makanan dengan baik, lakukan praktek sanitasi yang baik
  • 11. Salmonella ◦ Bakteri Gram negatif berbentuk batang, tidak membentuk spora ◦ Penyebab salmonellosis ◦ Ditemukan pada telur mentah, daging ◦ Pencegahan: menjaga higiene ternak juga memasak produk ternak dengan baik ◦ Tidak mengkonsumsi telur mentah
  • 12. Shigella ◦ Bakteri Gram negatif, non motil, tidak membentuk spora ◦ Penyebab Shigellosis ◦ Terdapat pada air yang terpolusi dengan feses ◦ Sering dijumpai pada sayuran, susu dan produknya, salad ◦ Pencegahan: menggunakan air pencuci & pengolah yang bersih, terdisinfektan
  • 13. Vibrio vulnificus ◦ Bakteri Gram negatif dan bersifat halofilik (tahan garam tinggi) ◦ Dijumpai pada makanan laut seperti kerang, tiram, kepiting, dll ◦ Pencegahan: memasak dengan pemanasan yang cukup makanan laut ◦ Hindari mengkonsumsi makanan laut yang mentah
  • 14. Yersinia enterocolitica ◦ Bakteri berbentuk batang, Gram negatif ◦ Ditemukan pada feses, dahak, air liur ◦ Bukan normal flora manusia ◦ Daging, es krim, susu dan produknya sering ditemukan produk ini juga makanan laut ◦ Pencegahan: praktek sanitasi pengolahan yang baik dan proses sterilisasi/pemasakan produk yang cukup
  • 15. Bacillus cereus ◦ Bakteri aerob Gram positif, motil ◦ Membentuk spora yang tahan ◦ Penyebab diare ◦ Ditemukan pada daging, sayuran, pasta, saus dan susu ◦ Pencegahan: pemasakan yang cukup pada makanan dan praktek sanitasi tempat mengolah
  • 16. Jenis bakteri patogen lain ◦ Streptococcus ◦ Brucella sp. ◦ Legionella pneumophila ◦ Enterobacter sp. ◦ Klebsiella pneumoniae ◦ Proteus sp. ◦ Pseudomonas ◦ Coxiella burnetii
  • 17. Gejala: Jaundice, fatigue, abdominal pain, loss of appetite Nausea, diarrhea, fever HAV ditemukan di feces orang yang terinfeksi Hepatitis A. HAV disebarkan melalui makanan dan minuman yang tidak higienis HEPATITIS A
  • 18. ü Proteksi paling baik menggunakan Vaksin Hepatitis A. ü Selalu cuci tangan dengan sabun atau dengan disinfektan: • Sehabis dari Toilet • Mau menyiapkan makanan • Mau makan dan minum HEPATITIS A
  • 19.
  • 20. Jenis Pangan yang beresiko menimbulkan Foodborne Diseases ◦ Daging segar dan daging olahan ◦ Miscellaneous (Telur, mayonaise, cereal, kacang2an, minyak biji2an, salad, dan sandwiches) ◦ Seafood ◦ Susu dan produk olahannya ◦ Buah, sayur, dan hasil olahannya
  • 21. Contoh KASUS Keracunan makanan di Indonesia Tahun 2022 No. Lokasi Keracunan Jenis Pangan 1. Kab. Sumba Barat Daya, Prov. NTT Keracunan Ikan (2 orang meninggal) 2. Kab. Cianjur, Prov. Jawa Barat Keracunan oncom (2 orang meninggal) 3. Kab. Nganjuk, Prov. Jawa Timur Keracunan Mi ayam (44 orang mengalami mual, muntah dan gejala ringan lainnya) diduga mengandung Formaldehid yang melewati ambang aman(>10) 4. Kab. Timiki, Prov Papua Keracunan makanan di pesta Ultah anak-anak 5. Kab. Hulu Sungai Utara, Prov. Kalsel Keracunan soto (21 balita keracunan) 6. Pekanbaru, Prov. Riau Keracunan makanan aqiqah (puluhan guru pesantren)
  • 22. Studi Kasus TUGAS INDIVIDU PILIH DIANTARA 2 KASUS INI, CERITAKAN DAN GAMBARKAN KASUS TERSEBUT TERKAIT MIKROBA PATOGEN YANG MENYEBABKAN KERACUNAN.
  • 23. Tempat penyajian makanan yang beresiko menimbulkan Foodborne Diseases ◦ Fast food ◦ Restaurants ◦ Café ◦ Jajanan sekolah
  • 24. Jenis Mikrobia yang Mengakibatkan Foodborne diseases ◦ Intoksikasi : ◦ Penyakit keracunan makanan terjadi akibat mengkonsumsi makanan yang mengandung toksin bakteri maupun jamur. (Staphylococcus aureus, Clo.botulinum, B.cereus, dan A.flavus) ◦ Infeksi : ◦ Penyakit keracunan makanan terjadi akibat mengkonsumsi makanan maupun minuman yang terkontaminasi bakteri enteropatogen. (Salmonella) ◦ Toksikoinfeksi : ◦ Penyakit keracunan makanan terjadi akibat mengkonsumsi sejumlah besar sel hidup dari bakteri patogen yang mengkontaminasi makanan maupun minuman. Bakteri tersebut mengalami sporulasi atau mati dan menghasilkan toksin sehingga menimbulkan gejala. (Clostridium perfringens : gastroentritis)
  • 25. Foodborne Intoxication ◦ Karakteristik umum : ◦ Toksin diproduksi oleh patogen ketika fase pertumbuhan dalam makanan ◦ Toksin dapat labil / stabil terhadap panas ◦ Konsumsi makanan yang mengandung toksin aktif, bukan sel hidup, berpotensi untuk meracuni (kecuali infant botulism) ◦ Gejala umum terjadi secara cepat, ±30 menit setelah konsumsi. ◦ Gejalanya berbeda antar jenis toksin (enterotoksin menyebabkan gejala sakit perut, sedangkan neurotoksin menghasilkan gejala neurologis)
  • 26. JENIS TOKSIN Staphylococcal Intoksikasi ◦ Enterotoksin yang stabil terhadap panas ◦ Waktu inkubasi pendek (1-8, kadang hanya dalam waktu 30 menit) ◦ Gejala : Nausea, Projectile Vomitting, kram, diare, tidak demam. ◦ 3.5 µg toksin dapat menimbulkan FBI pada 150 lb orang
  • 27. ◦ Masa inkubasi 12-36 jam ◦ Menimbulkan masalah saluran pencernaan : Nausea, vomiting, diare ◦ Indikator awal : Fatigue, lemah otot. ◦ Diikuti : mata berair, pupil sensitif terhadap cahaya, pandangan kabur. ◦ Efek terhadap mulut : kering, kesulitan berbicara. C.botulinum Tipe A : buah & sayur C.botulinum Tipe E : psychrotroph pada ikan asap C.botulinum Tipe B : ham kaleng produk rumah tangga atau makanan oven Makanan kaleng komersial : sedikit menyebabkan FBI Botulism Neurotoksin Labil terhadap panas (800C 5 menit) Ada 3 kategori : Food poisoning (makanan kaleng) Intoksikasi Wound botulism (penanganan bahan terkontaminasi saat dikemas) Toksikoinfeksi Infant botulism (bee honey) Toksikoinfeksi
  • 28. Mikotoksin ◦ Diproduksi oleh : ◦ A.flavus, A.parasiticus : aflatoksin ◦ A.nidulans, A.vesicolor : sterigmatocystin ◦ Penisillium viridicatum : ochratoksin ◦ Resistant terhadap panas ◦ Pencegahan : ◦ Pengemasan anaerob ◦ Penurunan aw sampai 0.6 ◦ Pembekuan ◦ Mencegah pertumbuhan jamur dengan pengawet
  • 29. Foodborne Infection ◦ Karakteristik : ◦ Sel hidup dari bakteri/virus patogen enterik terkonsumsi lewat makanan ◦ Patogen menembus membran sampai sel epitel usus, multiply, dan menghasilkan toksin (infeksi) ◦ Gejala umum terjadi setelah 24 jam ◦ Gejala enterik : sakit perut, diare, mual, vomiting, dan demam. ◦ Gejala non-enterik muncul saat patogen atau toksin yang dihasilkan menembus usus dan berinvasi atau berpengaruh pada organ atau jaringan lain
  • 30. Jenis Foodborne Infection : ◦ Salmonellosis oleh Salmonella spp. ◦ Listeriosis oleh Listeria monocytogenes ◦ Patogenik E.coli (EPEC,ETEC,EIEC,EHEC) ◦ Shigellosis (Bacillary Dysentery) ◦ Campylobacteriosis (Cb.jejuni) ◦ Yersiniosis (Y.enterolitica Gastroentritis) ◦ Gastroentritis oleh Vibrio sp. ◦ Virus enteral ◦ Brucellosis, infeksi Streptococcal, & infeksi rickettsia Coxiella burnetii
  • 31. Foodborne Toxicoinfections ◦ Karakteristik : ◦ Bakteri pembentuk spora : konsumsi sejumlah sel vegetatif hidup ◦ Sel vegetatif tidak memperbanyak diri pada sal.cerna tetapi melakukan sporulasi dan mengeluarkan toksin ◦ Bakteri gram negatif : konsumsi sejumlah sel hidup ◦ Dengan cepat memperbanyak diri pada sal.cerna ◦ Sel mati, tetapi toksin sudah dihasilkan ◦ Toksin dari kedua kelompok bakteri tersebut menimbulkan gejala gastroentritis
  • 32. JENIS-JENIS TOXICOINFECTION Gastroentritis oleh Cl.perfringens ◦ Masa inkubasi 8-24 jam ◦ Konsumsi 106-108 sel vegetatif ◦ Gejala : diare eksplosif, sakit perut akut, demam (tidak selalu) ◦ Hanya dapat dicegah dengan penanganan makanan dan teknik penyimpanan yang benar
  • 33. Gastroentritis oleh B.cereus ◦ cause 2 syndromes : ◦ Diarrheal and emetic ◦ Diarrheal syndrome : ◦ Dosis infektif 105-107 ◦ Produksi toksin dalam usus halus ◦ Inaktif pd 560C 5’ ◦ Masa inkubasi 8-16 jam (terkadang >24) ◦ Masa sakit 12-24 jam ◦ Gejala : sakit perut, diare. ◦ Produk daging,sup,sayuran,puding/saus dan susu dan olahannya ◦ Emetic syndrome : ◦ Dosis infektif 105-108 ◦ Produksi toksin dimulai dalam makanan ◦ Stabil pd 1260C 90’ ◦ Masa inkubasi 0.5-5jam (terkadang >24) ◦ Masa sakit 6-24 jam ◦ Gejala : sakit perut, diare. ◦ Nasi goreng, pasta, pastry, dan mie.
  • 34. Cholera oleh V.cholerae ◦ Patogen pada manusia ◦ Secara tipikal dihubungkan dengan air ◦ Kebanyakan habitatnya di makanan laut (seafood)
  • 35. Gastroentritis oleh E.coli ◦ Enteropathogenic (EPEC) ◦ Enteroinvasive (EIEC) ◦ Enterotoxigenic (ETEC) ◦ Enterohemorrhagic (EHEC) ◦ Resisten terhadap asam ◦ Enteroaggregative (EaggEC) ◦ Diffusely adherent (DAEC)
  • 36. BEBERAPA KESALAHAN YANG TERJADI SAAT PENGOLAHAN MAKANAN
  • 37. Cross-contamination Of Salmonella a) Contamination after cooking b) Human carrier c) Raw meat/chicken etc. (Trickett, 1990)
  • 38. Kelalaian Juru Masak Saat Defrosting Menyebabkan Kontaminasi Salmonella (Trickett, 1990)
  • 39. ◦ Daging beku yang disimpan pada freezer, khususnya poultry, sebelum dimasak harus di thawing sempurna dalam kulkas semalam. ◦ Jika proses thawing tidak dilakukan dengan sempurna, waktu pemanasan lebih lama untuk melelehkan es yang berada di tengah daging. ◦ Kondisi tersebut mengakibatkan lama dan suhu pemanasan yang direkomendasikan tidak cukup untuk membunuh Salmonella atau bahkan mencapai suhu optimumnya untuk memperbanyak sel. ◦ Diare patogen yang diakibatkan oleh foodborne infection diantaranya disebabkan oleh Salmonella. ◦ Diare mengindikasi hilangnya cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan dehidrasi
  • 40. Habitat Cl.perfringens a) Usus manusia & hewan b) Sporanya berada pada tanah (Trickett, 1990)
  • 41. Lambung 1. Toksin B.cereus atau S.aureus menyebabkan iritasi pada lambung dan menimbulkan sakit perut. 2. Lambung memproduksi asam yang dapat menyerang Salmonella dan Cl.perfringens tetapi keduanya dapat terlindungi oleh makanan menuju usus halus dimana keduanya menemukan habitat alaminya Usus halus : 1. Cl.perfringens membentuk spora dan menghasilkan toksin yang menyebabkan iritasi usus, menyebabkan diare dan sakit perut 2. Salmonella memperbanyak diri dan menghasilkan zat yang dapat menyebabkan iritasi usus, mengakibatkan diare dan sakit perut
  • 42. UPAYA PEMERINTAH DALAM PENANGANAN FOOFBORNE DISEASES Foodborne Intoksikasi Foodborne Infeksi Foodborne Toksikoinfeksi
  • 43. Produksi bahan mentah dan bahan penolong Pena- nganan bahan mentah Pengolahan Distribusi Pemasaran Konsumen GAP/GFP GHP GMP GDP/GTP GRP GCP HACCP HACCP HACCP GAP Good Agricultural Practices GDP Good Distribution Practices GFP Good Farming Practices GTP Good Transportation Practices GHP Good Handling Practices GRP Good Retailing Practices GMP Good Manufacturing Practices GCP Good Catering Practices HACCP Hazard Analysis and Critical Control Point Deptan BPOM/Pemda BPOM BPOM/Depkes
  • 44. Sosialisasi Pencegahan timbulnya penyakit terbawa produk pertanian melalui penanganan yang baik Penyakit terbawa pangan biasanya disebabkan oleh proses produksi maupun penanganan produk yang kurang baik. Oleh karena itu, perlu proses produksi hingga pengolahan pangan perlu memperhatikan Good Agricultural Practices (GAP), Good Handling Practices (GHP) dan Good Manufacturing Practices (GMP). GAP merupakan penerapan budidaya pertanian yang baik, berupa proses produksi pertanian yang menggunakan teknologi ramah lingkungan dan berkelanjutan. Konsumen dapat mengetahui penerapan dari adanya nomor registrasi pada suatu produk. GHP yang merupakan proses penanganan produk saat pascapanen untuk meminimalkan kontaminasi, meliputi kualitas air, sanitasi rumah kemas, program pengendalian hama saat penyimpanan dan sanitasi kontainer. Penerapan GHP pada produk segar dapat diketahui dari adanya nomor registrasi rumah kemas pada produk. GMP merupakan pada proses pengolahan, testing dan penjaminan mutu untuk memastikan bahwa produk yang diolah aman untuk digunakan atau dikonsumsi manusia. Penerapan GMP pada produk segar pertanian dapat dilihat dari adanya nomor registrasi Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) pada kemasan produk.
  • 45. Adalah suatu konsep manajemen yang berbentuk prosedur dan cara kerja dalam menghasilkan produk dengan baik yang akan dijual kepada konsumen.
  • 46. Manfaat penerapan GMP adalah : 1.Produk yang dihasilkan bebas dari bahan beracun. 2.Meningkatkan kepercayaan pelanggan. 3.Memberikan citra yang baik bagi perusahaan. 4.Kesempatan yang lebih besar bagi perusahaan untuk memasuki pasar global. 5.Menambah wawasan terhadap produk. 6.Secara aktif turut serta dalam program keamanan pangan. 7.Mendukung penerapan sistem manajemen mutu.
  • 47.
  • 48. Peraturan Menteri Perindustrian no 75 tahun 2010 mendeskripsikan Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik sebagai Good Manufacturing Practices (GMP). GMP ini selanjutnya disebut CPPOB yang menjadi acuan bagi industri pengolahan pangan, pembina, dan pengawas mutu keamanan pangan olahan.
  • 49. Kaitan GMP dengan Halal Standar Halal Standar yang berlaku dan diakui di Indonesia serta dunia International adalah HAS 23000 yang merupakan persyaratan sertifikasi halal yang ditetapkan oleh LPPOM MUI guna sertifikasi halal suatu produk. Persyaratan Standar HalaL berisi kriteria Sistem Jaminan Halal (SJH) dan persyaratan lain, seperti kebijakan dan prosedur sertifikasi halal. Pemenuhan Standar Halal dilakukan dengan memenuhi 11 Kriteria Sistem Jaminan Halal (SJH) yang ke depannya akan menjadi 5 Kriteria Sistem Jaminan Produk Halal (SJPH). SJPH ini diprakarsai oleh Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) yang dibentuk oleh Kementerian Agama (Kemenag) Indonesia. Pelaksanaan CPPOB diperusahaan dapat diintegrasikan dengan Sistem Standar Halal. Dengan catatan Manual SJPH harus dipisah dengan Manual CPPOB. Pengintegrasian dua standar ini akan meningkatkan kualitas perusahaan pengolahan pangan sehingga memiliki diferensiasi yang lebih diminati oleh konsumen.
  • 50. Institusi pemerintah BPOM adalah singkatan dari lembaga Badan Pengawas Obat dan Makanan. Lembaga ini memiliki tugas yang sama dengan European Medicines Agency (EMA), dan Food and Drug Administration (FDA) dengan tugas utama yaitu untuk mengawasi seluruh peredaran obat-obatan dan makanan yang ada di seluruh wilayah Indonesia. 1.Importasi Obat Jadi 2.Bahan Baku Obat 3.Bahan Baku Obat Tradisional 4.Kosmetik 5.Komplemen 6.Bahan Baku Pangan 7.Bahan Tambahan Pangan 8.Produk Pangan Wajib daftar Sasaran strategis yaitu terjaminnya keamanan dan mutu pangan segar. Sasaran strategis ini diturunkan menjadi salah satu program yaitu keamanan pangan. Keamanan pangan diselenggarakan untuk menjaga pangan tetap aman, higienis, bermutu, bergizi, dan tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat. Selain itu, keamanan pangan dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.
  • 51. KEMENTERIAN PERTANIAN OKKPD (OTORITAS KOMPETEN KEAMANAN PANGAN DAERAH) Lembaga non struktural yang berada di dalam instansi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, yang memiliki tugas menjamin keamanan pangan dan mutu Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) di wilayah kerjanya. Sedangkan fungsi Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah adalah melakukan proses penjaminan mutu/sertifikasi dan pengawasan keamanan pangan khususnya Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT). DASAR HUKUM : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi pangan yang berperan memberikan jaminan mutu pangan segar sebagai wujud implementasi dari Undang Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.
  • 52. Kewenangan OKKPD 1.Pengawasan pre market, yaitu pengawasan/audit terhadap sistem/produk/pelaku usaha yang telah memenuhi persyaratan sesuai skema sertifikasi dalam rangka penjaminan mutu. Kewenangan penjaminan mutu/sertifikasi yang dilakukan OKKP-D adalah: 1. Sertifikasi Prima 2 dan Prima 3 2. Registrasi/ Pendaftaran PSAT (Pangan Segar Asal Tumbuhan) 3. Registrasi Rumah Kemas/ Packing House (PH) 4. Sertifikasi Kesehatan/ Health Certificate (HC) PSAT (Pangan Segar Asal Tumbuhan) 5. Sertifikasi Sistem Jaminan Mutu Biji Kakao (SJM-BK) dan Surat Keterangan Kesesuaian Mutu (SKKM) 2.Surveilen, yaitu proses pengawasan/audit ulang yang dilakukan terhadap sistem/produk/pelaku usaha yang telah mendapatkan sertifikat jaminan mutu dari OKKP-D. Surveilen dilakukan secara uji petik dengan tujuan untuk menjaga konsitensi penerapan sistem jaminan mutu oleh pelaku usaha. 3.Pengawasan Post Market, yaitu pengawasan/inspeksi terhadap keamanan dan mutu Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) yang beredar di pasaran. Pengawasan post market dilakukan melalui : a. Pengawasan rutin/Reguler, dilakukan di lokasi pasar tradisional/induk dan pasar modern melalui pengujian secara kualitatif (rapid test kit) dan kuantitatif (uji laboratorium) untuk memantau kandungan cemaran (residu pestisida, logam berat, mikrobiologi) yang melebihi BMR dan penggunaan bahan berbahaya (formalin, borax, rodhamin B dan methanil yellow) pada pangan. b. Pengawasan sewaktu-waktu/insidental case by case, dilakukan secara terpadu bersama tim Jejaring Keamanan Pangan Daerah (JKPD) untuk merespon issue keamanan pangan/kejadian luar biasa (KLB) baik tingkat nasional maupun lokal yang menimbulkan keresahan di masyarakat. Fokus pengawasan meliputi identifikasi timbulnya sumber issue, penelusuran sumber berita, investigasi lapangan dan pengambilan keputusan bersama.
  • 53. PROGRAM KEMENTERIAN KESEHATAN INSPEKSI PANGAN BERBASIS RESIKO Inspeksi pangan beresiko tinggi diterapkan semenjak Desember tahun 2021 dengan mengadopsi manual pemeriksaan makanan berbasis risiko (RBFI) PAHO/WHO. Pentingnya inspeksi pangan berbasis risiko dalam pengawasan Tempat Pengelolaan Pangan (TPP). Hal ini didasarkan pada beberapa hal, yaitu: Ø jumlah Sanitarian terbatas, Ø jumlah TPP yang semakin banyak, Ø kebutuhan pengawasan semakin meningkat, Ø tuntutan masyarakat dan konsumen atas jaminan keamanan pangan.
  • 54. BUKU SAKU Dalam buku saku pengawasan higiene sanitasi pangan berbasis risiko (Tutut Indra Wahyuni, SKM et al., 2021), dituliskan cara menentukan risiko pangan digunakan sebuah konsep yang disebut: FATTOM. FATTOM merupakan singkatan dari Food (pangan), Acidity (derajatkeasa man), Temperature (suhu), Time (waktu), Oxygen (oksigen), dan Moisture (aktivitas air/kelembaban). Adalah buku yang memandu pengawas makanan dalam merencanakan dan memprioritaskan kegiatan pemeriksaan makanan menuju tempat yang lebih berisiko tinggi, menyajikan makanan berisiko tinggi kepada masyarakat dan, yang paling penting, kepada masyarakat. kelompok yang paling rentan (Pedoman bagi Sanitarian)
  • 55. Kesimpulan ◦ Berhati-hati selalu pada makanan yang akan dikonsumsi ◦ Tidak mengkonsumsi makanan mentah ◦ Memasak dengan baik makanan ◦ Menjaga selalu kebersihan dan praktekkan sanitasi yang baik ◦ Menjaga higiene individu dan lingkungan
  • 56. TUGAS KELOMPOK CARI JURNAL TERKAIT KASUS KERACUNAN MAKANAN YANG TERJADI DI MASYARAKAT , BUAT REVIEW DARI JURNAL TERSEBUT TERKAIT : 1. DISKRIPSI ISI JURNAL TERSEBUT 2. GAMBARKAN APA YANG MENYEBABKAN KERACUNAN TERSEBUT, KAITKAN DENGAN MATERI KULIAH 3. PRESENTASIKAN