Rangkuman USPBKS Bahasa Jawa 2020 memberikan informasi tentang berbagai aspek bahasa Jawa seperti jenis artikel, kata berimbuhan, pola kalimat, isi artikel, tokoh wayang, pesan moral cerita wayang, aksara dan swara Jawa, tembang macapat, puisi geguritan, dan berbagai upacara adat Jawa beserta macam dan urutan rangkaian upacaranya.
1. 16A1, 1A6 1
RANGKUMAN USPBKS BAHASA JAWA 2020
A. ARTIKEL
1. Jenis Artikel
Jenis artikel menurut isi:
a) Narasi : Menceritakan kejadian yang jelas urutan waktunya.
b) Deskripsi : menggambarkan objek dengan rinci dan detail sehingga pembaca bisa
seakan-kan bisa melihat, mendengar, dan merasakan sendiri.
c) Eksposisi : Menjelaskan objek dengan tujuan memberikan informasi
d) Argumentasi : Mengungkapkanide,gagasan,ataupendapatpenulisdenganbuktidanfakta.
e) Persuasi : Karangan yang tujuannya menyakinkan dan mengajar pembaca untuk
melakukan apa yang diharapkan penulis.
f) Artikel : Karangan yang ditulis untuk menjelaskan suatu gagasan atau kenyataan,
bersifat meyakinkan dan memberikan pemahaman bagi pembaca.
g) Pawarta : Berita faktual
Jenis artikel menurut cara menyampaikan dan tingkat kesulitannya:
a) Artikel Praktis : petunjuk-petunjuk cara membuat, memperbaik, dan mengoperasikan alat
tertentu. Artikel jenis ini lebuh memetingkan keterampilan daripada mengembanngkan
pengetahuan atau analisis masalah. Contoh: “Cara Ngramut Wajah”
b) Artikel Ringan : artikel ini menjelaskan masalah-masalah sing ringan. Artinya, tidak
membutuhkan pemahaman ‘tingkat tinggi’. Artikel ini biasanya ada di rubrik-rubrik majalah
remaja atau surat kabar. Jenis artikel ini biasanya aja di stasiun, kampus, atau rumah sakit.
Contoh: “Sukses ing Perguruan Tinggi”, “Kiat-Kiat Urip Sehat”
c) Artikel HalamanOpini: sebenarnya semua artikeltergolong opini, namunartikelini terdapat
di surat kabar ataupun majalah (tajuk rencana, karikatur, pojok, kolom, dan surat pembaca).
Artikel ini menjelaskan masalah dengan cara akademis sehingga penulisnya merupakan
orang yang ahli di bidnagnya. Contoh: “Wong Tua lan Guru Utama ing Pendidikan”
d) Artikel Analisis Ahli : artikel ini lebih berat daripada artikel opini. Artikel ini harus ditulis
orang yang punya ilmu di bidang tersebut. Artikel ini ditulis dengan bahasa ilmiah,
menjelaskan masalah yang sedang booming di masyarakaj. Artikel ini dimuat di tempat yang
utama di media cetak. Contoh: ”Arah lan Tujuwan Pendidikan ing Indonesia”,”Bahayane Covid-
19 kanggo Pariwisata ing Indonesia”.
2. Kata Berimbuhan
Dalam bahasa Jawa, ada tiga jenis kata berimbuhan, yakni Ater-Ater (awalan), seselan
(sisipan), dan panambang (akhiran).
Ater-Ater terbagi lagi menjadi ater-aterhanuswara dan tripusura.
Ater-Ater Hanuswara : awalan yang digunakan dalam kata kerja dalam kalimat aktif
1. m- m+bathik = mbathik
2. n- n+tulis = nulis
3. ng- ng+kethok = ngethok
4. ny- ny+simpen = nyimpen
Ater-Ater Tripusura : awalan yang digunakan dalam kata kerja dalam kalimat pasif
1. Dak- Dak + pangan = dakpangan
2. Ko- Ko + jupuk = kojupuk
3. di- Di + goreng = digoren
Ater ater lainnya yang juga seringkali digunakan adalah:
a [a+lungguh=alungguh]
ma [ma+lumpat=malumpat]
ka [ka+gawa=kagawa]
ke [ke+sandhung=kesandhung]
sa [sa+gegem=sagegem]
pa [pa+lilah=palilah]
pi [pi+tutur=pitutur]
pra [pra+tandha=pratandha]
tar [tar+buka=tarbuka]
kuma [kuma+wani=kumawani]
kami [kami+tuwa=kamituwa]
kapi [kapi+temen=kapitemen]
2. 16A1, 1A6 2
Seselan (sisipan) yang biasa dipakai ada 4, yakni:
um [..um..+guyu=gumuyu]
in [..in..+carita=cinarita]
el [..el..+siwer=seliwer]
er [..er..+canthel=cranthel]
Panambang (akhiran) ada banyak jenisnya, di antaranya:
i [kandh+i=kandhani]
an [pangan+an=panganan]
ake [tulis+ake=tulisake]
ne [teka+ne=tekane]
e [omah+e=omahe]
ane [jaluk+ane=jalukane]
ke [kethok+ke=kethokke]
a [dudut+a=duduta]
na [gawa+na=gawakna]
ana [weneh+ana=wenehana]
ku [buku+ku=bukuku]
mu [klambi+mu=klambimu]
3. Pola Kalimat
Prinsip pola kalimat dalam Bahasa Jawa sama dengan Bahasa Indonesia, namun istilahnya
berbeda. Dalam bahasa Jawa, dikenal dengan sebutan jejer, wasesa, lesan, dan katrangan.
a.) Jejer (subjek) merupakan bagian dari kalimat yang paling baku. Jejer biasanya terletak
di depan predikat. Jejer lumrahnya menggunakan kata benda (tembung aran) atau
apapun yang bisa dianggap kata benda.
b.) Wasesa (Predikat) artinya menerangkan keadaan subjek. Wasesa berupa kata kerja
(Tembung kriya).
c.) Lesan (objek) artinya pihak yang dituju. Biasanya merupakan kata ganti orang
(tembung sesulih purusa). Tidak setiap kalimat punya lesan.
d.) Katrangan (keterangan) merupakan bagian kalimat yang menambah informasi dari
konteks kalimat tersebut.
e.) Di luar itu, termasuk pelengkap.
4. Isi Artikel
Siswa akan disajikan sebuah artikel,kemudian diminta untuk memahami isi dari artikel tersebut. (bisa
ditanya mengenai maksud, kesimpulan, gagasan umum, ide pokok, dan lain-lain)
B. TEKS WAYANG
1. Tokoh dalam cerita wayang
Siswa akan disajikan sebuah cerita tentang wayang (mis:Pandhawa), kemudian diminta untuk
menyebutkan siapa saja tokoh wayang yang ada.
2. Relevansi isi cerita wayang dengan zaman sekarang
Dari cerita wayang di atas,cari nilai yang terkandung dan pesan moral,kemudian kaitkan dengan
kehidupan kita sehari-hari.
C. AKSARA MURDA, SWARA,REKAN
~akan dibahas di bagian bawah rangkuman ini, bersamaan dengan rangkuman aksara Jawa~
3. 16A1, 1A6 3
D. TEMBANG MACAPAT
1. Analisis teks
Macapat merupakan jenis tembang atau puisi tradisional yang asalnya dari daerah Jawa.Di
setiap bait tembangnya terdapat baris kalimat (gatra), dan setiap gatra tersebut mempunyai
sejumlah suku kata atau wilangan tertentu serta yang berbunyi pada sajak akhir (sajak lagu).
Ada 11 jenis tembang macapat, yakni:
a. Mijil kisah hidup seseorang, yang digambarkan seperti sebuah biji atau benih yang
baru lahir ke dunia, diawali dengan kisah perjalanan manusia yang masih suci dan
butuh perlindungan
b. Maskumambang mengisahkan awal mula perjalanan hidup manusia, yang masih
berupa embrio dan masih di dalam kandungan ibu.
c. Sinom seorang anak muda, yang sedang dalam masa proses pertumbuhan
d. Asmarandana gejolak asmara yang dialami oleh manusia
e. Kinanthi kisah yang menggambarkan kehidupan seorang anak, yang masih
membutuhkan tuntunan untuk menjalani kehidupan yang baik di dunia.
f. Gambuh perjalanan hidup seseorang yang sudah menemukan kekasihnya.
g. Dhandhanggula kebahagiaan bisa diperoleh setelah sepasang kekasih sudah melalui
duka dan suka dalam berumah tangga.
h. Durma seseorang yang memperoleh segala kenikmatan dari Tuhan Yang Maha Esa.
i. Pangkur orang yang sudah masuk ke usia tua, mulai mungkur atau sudah
meninggalkan hal-hal duniawi; nasihat bagi kaum muda
j. Mêgatruh menceritakan manusia pada saat dalam kondisi sakaratul maut.
k. Pocung mengingatkan bahwa makhluk yang bernyawa,pasti akan menemui ajalnya.
2. Guru Lagu, Guru Gatra, dan Guru Wilangan
guru gatra adalah jumlah baris dalam setiap bait tembang macapat.
Contoh:
Guru Gatra = 10
guru wilangan adalah jumlah suku kata dalam setiap baris tembang macapat.
guru lagu adalah huruf vokal terakhir dalam setiap baris tembang macapat.
Contoh:
Lamun sira anggeguru kaki,
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
La-mun si-ra ang-ge-gu-ru ka-ki, Guru Wilangan = 10, Guru Lagu = i
GURU GATRA
4. 16A1, 1A6 4
3. Isi Tembang
Siswa akan dsajikan sebuah tembang macapat, siswa diminta untuk menafsirkan isi dari tembang
tersebut.
4. Pesan Moral
Siswa akan disajikan sebuah tembang macapat, siswa diminta untuk mencari pesan moral yang
disampaikan dalam tembang tersebut.
E. GEGURITAN (PUISI)
1. Tema Puisi
Siswa akan disajikan sebuah puisi bahasa Jawa, siswa diminta untuk menentukan tema dari puisi
tersebut.
2. Arti kata sulit dalam geguritan
Dari puisi tersebut, siswa diminta untuk mencari sinonim dari suatu kata yang ditentukan.
3. Purwakanthi
Dalam bahasa Indonesia disebut kata ulang
Purwakanthi ada 3 jenis, yakni:
a. Purwakanthi Swara Kata-kata yang huruf vokalnya sama
Contoh:
~ Gemi setiti ngati-ati
~ Bungah susah iku lumrah
~ Desa mawa cara negara mawa tata
~ Aku lara paling lara
b. Purwakanthi Sastra kata-kata yang huruf konsonannya sama
Contoh
~ Tata titi tatas titis
~ Cecer Cicir Cewet
~ Kala kula kelas kalih kula kulak kalo
c. Purwakanthi Basa/lumaksita kata-kata yang dibuat dari 2 kalimat pertama dan
kedua.
Contoh
~ Jarwa pinter, pintere satriya ing pringgondani
~ Bayem arda, ardane ngrusak busana
~ Kolik priya, priyagung anjani putra
F. UPACARA ADAT
1. Macam-macam
Upacara Kenduren/selametan melakukan doa bersama agar selalu diberikan keselamatan
dan sekaligus mendoakan para leluhur.
Upacara Ruwatan meruwat atau mensucika diri; menghilangkan segala keburukan yang
pernah dia lakukan dan meminta keselamatan dalam menjalani hidup; dilakukan oleh anak
berambut gimbal
U.PerkawinanTradisional melakukansiraman,Upacara ngerik,midodareni,srah-srahan,
nyantri, panggih, balangan suruh, ritual wiji dadi, kacar kucur, dhahar klimah, tumplek
sunjen, sungkeman dan lain sebagainya.
U. Tedak siten rasa ungkapan syukur orang tuannya atas kesehatan yang diberikan
kepada anaknya; ketika seorang bayi berumur 8 bulan mulai berjalan.
U. Tingkeban dilakukan saat seorang wanita hamil berumur 7 bulan, dimandikan air
dengan menggunakn bunga setaman; agar seorang bayi terlahir dengan selamat dan terjaga
dari kejahatan-kejahatan buruk yang menimpanya.
U. Grebeg ungkapan rasa syukur kerajaan atas limpahan rahmat dan karunia Tuhan Yang
Maha Esa; dilakukan pada bulan Mulud, pada tanggal 1 syawal, dan bulan ke-12.
U. Sekaten tanda syukur kepada Nabi Muhammad SAW yang telah telah menyebarkan
islam di tanah jawa.
5. 16A1, 1A6 5
U. Larung sesaji Rasa syukur mereka terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kelancaran dalam mencari nafkah;digelar masyarakt Jawa yang hidup dipesisir
pantai utara dan selatan, danau, telaga
U. Kebo-kebonan digelar oleh para petani yang mengungkapkan rasa Syukur mereka;
bertujuan menolak bala dan musibah pada tanaman yang meraka tanam.
U. Ritual Seblang agar desa menjadi tentram dan tetap terjaga keamanannya;
dilaksanakan satu minggu setelah melaksanakn idul fitri dan satu minggu setelah idul adha.
U. Ngalungsur Pusaka dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW; rasa
penghormatan sekaligus melestarikan benda-benda bekas perjuangan
U. Ngunjung mengunjungi suatu makam leluhur.
U. Ngirab/Rebo Wekasan dipilih hari Rabu, karena didalam bulan Sapar tersebut
merupakan hari pertermuan antara Sri Sultan HB I dengan mbah Kyai Faqih Usman.
U. Nyalawean upacara keagamaan untuk memperingati hari lahirnya Nabi Muhammad
SAW yang diselenggarakan di alun-alun Cirebon; mengharap rahmat dan kesejahteraan
selam hidup.
2. Urutan rangkaian
Setiap upacara punya cara yang berbeda-beda. Soal tipe ini amat susah untuk diprediksi, namun yang
paling memungkinkan adalah siswa disajikan sebuah bacaan mengenai suatu upacara adat Jawa,
kemudian siswa menjawab pertanyaan seputar urutan rangkaian upacara tersebut.
3. Makna yang terkandung upacara adat panggih temanten
Dalam bahasa Jawa, ‘panggih’ artinya bertemu.
Prosesi ini memangdilakukandi awal,saatmempelaipria danwanita salingbertemusebagai
suami istri.
punya makna yang baik untuk mengantar mereka berdua hidup berumah tangga.
G. PANATACARA LAN PAMENDHAR SABDA (PIDATO)
1. Struktur
a. Uluk salam menyampaikan salam
b. Atur Pambuka salam pembuka
c. Nyebat Tamu menyebut tamu yang hadir
d. Atur puji syukur sarta panuwun memanjatkan syukur dan ucapan terima kasih
e. Wigatining atur inti pesan
f. Pengejeng-ajeng lan pangajak permohonan dan harapan
g. Atur panutup kata penutup
2. Teks Pidato Rumpang
Siswa akan disajikan sebuah tekspidato Jawa, siswa diminta untuk melengkapi atau membenarkan
teks pidato tersebut menjadi lebih tepat
H. BASA RINENGGA
1. Makna tembung entar
Tembung Éntar yaitu kata atau frasa yang artinya bukan makna sebenarnya
Dalam bahasa Indonesia, disebut kata kiasan.
2. Kata/frasa yang termasuk jenis tembung entar
A
01. abang kupingé = nêsu bangêt (marah sekali)
02. (ng)abangké kuping = gawé nêsu (membuat marah)
03. abang abang lambé =ora têmênan, mung lêlamisan (hanya lelucon)
04. abang rainê = nandhang isin (wirang) (malu)
05. adol ayu = ngêndêlake ayuné (menghilangkan kecantikannya)
06. adol bagús = ngêndêlaké bagusé (menghilangkan kelebihannya)
07. adol gawé = ngatonake pênggawéyané (menunjukkan karyanya)
08. adol kringêt = nyambut gawé (bekerja)
09. adol kwanèn = ngêndêlake kwanèné (mengandalkan kekayaannya)
10. adol krungon = golèk golèk warta/kabar (mencari informasi)
11. adol séndhé = adol barang mênyang gadhèn (menjual barang ke pengantin wanita)
6. 16A1, 1A6 6
12. adol umbag/umuk = akèh omongé, ning ora ana nyatané (banyak bicara, sedikit kerja nyata)
13. adus getíh = tatuné nêmên bangêt (sangat menyakitkan)
14. adus kringêt =nyambut gawé, abot bangêt (bekerja dengan keras)
15. adus luh = nêmên anggoné nangís (menangis)
16. akèh sandhungané = akèh alangané (banyak halangan)
17. ålå jênêngé = kurang dipêrcåyå
18. ålå kandhutané = ålå wataké (buruk sifatnya)
19. ålå tembungé =têmbungé kasar/saru (kata-katanya kasar)
20. alus tembungé = kêpénak dirungokaké (enak didengarkan)
21. åmbå jangkahé = bisa ikhtiyar mrana-mrana (bisa disuruh pergi kemana-mana)
22. apus kråmå = dibujuki/diapusi cara alus (dipengaruhi dengan cara baik)
23. asor budiné = bêbudèné ålå (hal buruk)
24. asor yudané = kalah
25. ati dhóndhóng = atiné ålå (hatinya buruk/jahat)
26. atiné ånå wuluné = atine ålå/dêngki (dengki)
B
01 : (m) balang liring =nglirik mripat (gulungan mata)
02. bau suku = abdi/batur
03. bau tengen = wong kang dipercaya (orang yang dipercaya)
04. bening atine = sumeh (murah senyum)
05. (m) buang sangkal = ngilangi/mbuang apes (membuang ketidakberuntungan)
06. (in) bukak wadi = ngandhakake wewadine (membuka rahasianya)
07. (m) buang tilas = nutupi tumindake sing ala (menutupi tindakan jahat)
C
01. cagak lek = camilan supaya betah melek (pelengkapsupaya kuat untuk melihat)
02. cagak urip= kanggo nyukupi kebutuhan uripe (untuk mencukupi kebutuhan hidup)
03. cancut taliwanda = tandang gawe (bekerja)
04. cangkem gatel = seneng ngrasani/nggunem (senang membicarakan orang lain)
05. cedhak umure = gelis mati (cepat mati)
06. cepak jodhone = gelis oleh jodho (cepat dapat pacar)
07. cepak rejekine = gampang oleh rejeki (mudah mendapat rezeki)
08. cilik atine = kuwatir/wedi (khawatir/takut)
09. cupet atine = gampang nesu (mudah marah)
10. cupet budine = ora bisa nggayuh kautaman (tidak bisa mencapai potensinya)
11. cupet jangkahe = ora bisa golèk sarana (tidak bisa mendapat menemukan caranya)
12. cupet nalare = ora bisa mikirake werna-werna (tidak bisa memikirkan ‘warna’)
13. cupet pangandele = ora percaya (tidak percaya)
D
01. dadi gawe = ngrepotake (merepotkan)
02. dawa-dawa uja = perkara kang ora uwis uwis (masalah yang tidak beres)
03. dawa tangane = seneng nyolong jupuk (senang mencuri)
04. (n) dhedher kautaman = nandur kebecikan (menanam kebaikan)
05. dhuwur atine = gumedhe (sombong)
06. dhuwur pangkate = dadi wong pangkat/panguwasane (jadi penguasa)
E
01. empuk rembuge = guneme enak dirungokake (pembicaraannya enak didengarkan)
02. entek atine = keweden/kuwatir banget (khawatir sekali)
03. entheng sanggane = ora rekasa (tidak kuat)
04. entheng tangane = seneng tandang gawe (senang bekerja)
G
01. (ng) gadho ati = gawe susah ati (membuat hati susah)
02. gantung kepuh = sandhangane ora tau ganti (pakaiannya tidak pernah ganti)
03. (ng) gantung untu = selak kepingin mangan (ingin makan secepatnya)
04. gedhe atine = tatag; ora kuwatir (tidak khawatir)
05. gedhe endase = sombong (kemlungkung)
06. gedhe omonge =umuk ora ana nyatane (tidak ada kerja nyata)
07. gedhe tekade = ora gampang pasrah (tidak mudah pasrah)
08. (ng) gedhekake puluk = ora ana prihatine (tidak merasa prihatin)
09. (ng) gegem tangan = kesed nyambut gawe (sedih bekerja)
7. 16A1, 1A6 7
10. gilig rembuge =rembugane pasti/mesti (diskusi serius)
11. gilik tekade = tekade ora bakal mundur (tekadnya tidak akan mundur)
12. (ng) giludkawruh = golek ilmukanthi mempeng (cari ilmusampai dapat)
13. golek slamet =ati-ati supaya,ora cilaka (hati-hati agar tidak celaka)
14. golek urip= nyambut gawe nggo nyukupi butuhe (bekerja untuk mencukupi kebutuhan)
I
01. idu geni = omongan tansah kelakon (perkataannya selaluterjadi)
02. ilat mati = ora bisa ngrasakake (tidak bisa merasakan)
03. ilang klilipe =ilang mungsuhe (hilang musuhnya)
J
01. jakalara = rikala nome rekasa (datang ke kekuasaan)
02. jembar dhadhane = sugih pangapura; sabar banget (sabar sekali)
03. jembar kawruhe = akèh ngilmune (banyak ilmunya)
04. jembar kubure = mlebuswarga (masuk surga)
05. jembar polatane = sumringah (gembira)
06. jembar segarane = sugih pangapura; sabar (sabar)
07. jero kawruhe = akeh ngilmune; pinter (pintar)
K
01. kadalu warsa = kasèp; wis kliwat (sudah lewat)
02. kandel kulite = digdaya; sekti (sakti)
03. kandel kupinge = ora nggugupitutur (susah mendengar orang lain)
04. kaku atine = tansah ora sarujuk/ sulaya (selalutidak setuju)
05. kasar tembunge =tembung saru (kata kasar,kurang etis)
06. katon dhadhane = wani adu arep (berani berkelahi)
07. kegugah atine = sadar/eling (sadar)
08 kelèpètan ala = katut ala (terbawa keburukan)
09. kembang lambe =tansah digunem kebecikane (selalumenggunakan kebaikannya)
10. kakehan tangan = kakèhan sing nyandhak (terlalubanyak yang ditanggung)
11. kembang urip= lelakone wong uripwerna-werna (kelakuan manusia bermacam-macam)
12. kena tinenga-tenga = kena disambati (dirawat)
13. kenceng karepe = kekarepane kudu keturutan (keinginannya harus direalisasikan)
14. kenceng tekade = tekade ora bakal mundur (tekadnya tidak akan luntur)
15. kulak warta = golek kabar/warta (mencari informasi)
16. kuwat drajat = cocok dadi pemimpin/panguwasa (cocok jadi pemimpin)
17. kuwat isin = mblebes ora isinan (tidak ada malunya)
18. kuwat mangan = mangane akeh (makannya banyak)
L
01. lambe tipis = criwis/akeh omonge (cerewet)
02. landhep dhengkul = kethul banget (sangat konyol)
03. landhep pikirane =pinter banget; gampang ngerti (pintar sekali)
04. lara ati = serik atine (sakit hati)
05. lara ayu = lara cacar (sakit cacar)
06. lara owah = edan; gedheng (aneh)
07. larang pangan = paceklik (kelaparan)
08. lobok atine =sabar
09. luhur budine = kelakuane becik/apik (tindakannya baik)
10. luhur drajate = dadi wong pangkat/panguwasa (jadi penguasa)
11. lurus lakune = jujur
12. lumah tangan = ora gelem cawe-cawe (tidak mau repot)
13. lunyu ilate = guneme mencla-mencle (perkataannya kesana-kesini)
M
01. manis eseme = esem ngresepakake ati (menenangkan hati)
02. manis rembuge = guneme nyenengake ati (perkataannya menyenangkan hati)
03. mara tangan = seneng gawe lara/milara (senang membuat orang lain tersakiti)
04. masa bodhoa = pasrah
05. mata dhuwitan = srakah marang dhuwit (serakah terhadapuang)
06. mata loro =mangro tingal (tidak setia;selingkuh)
07. mateni pangane = gawe ilang panguripane (menghilangkan nyawa)
8. 16A1, 1A6 8
08. mateng kawruhe = mumpuni; kawruhe wis tutug (memiliki kehebatan)
09. mateng rembuge = guneme wis disarujuki (telah disepakati)
10. mati sandhang pangane = ilang dalane golek panguripane (hidupnya tersesat)
11. mati raga = prihatin; tapa. Tirakat (prihatin)
12. medhot dalan = ora diterusake (tidak diteruskan)
13. metani lupute = nggoleki salahe (mencari kesalahan/kekurangan)
14. meres kringet =nyambut gawe mempeng (kerja keras)
15. meres pikir = temenan anggone mikirake (berpikir keras)
16. mogel ilate =mangan sing sarwa enak (makan serba enak)
17. mogol sinaune = ora tutug sekolahe (tidak sekolah)
18. murang tata = kurang ajar; ora duwe duga (kurang ajar)
N
01. nandhang sungkawa = lagi susah
02. nandur kebecikan = gawe kebecikan (memberikan kebaikan)
03. ngadu wuleding kulit = adu kekuwatan (adu kekuatan)
04. ngangsu kawruh = golek ngelmu/meguru/sekolah (mencari ilmu)
05. ngatonake siyunge = nuduhake kekuwatane/kuwanene (menunjukkan kekuatan)
06. ngatonake dhadhane = umuk; sumbar (pamer pada orang lain)
07. ngekepdhengkul = nganggur ora nyambut gawe (menganggur)
08. ngendhaleni hawa napsu = nyegah kekarepan ala (mencegah kebiasaan buruk)
09. ngepuh kringet =nyambut gawe mempeng (bekerja)
09. ngemut driji = ora oleh apa-apa (tidak mendapat apa-apa)
10. nyolok mata = ketara banget (kontras)
O
01. oleh ati = disenengi (disenangi)
02. oleh gawe = kaleksanan (dilaksanakan)
03. oleh wirang = kisinan (malu)
04. oleh lara = kalaran (tahan)
05. ora duwe ati = kuwatir banget; wedi (takut)
06. ora melek = ora ngerti (tidak mengerti)
07. ora ngundhuh = ora oleh apa-apa (tidak mendapat apa-apa)
P
01. padhang dalan = mlebuswarga (masuk surga)
02. padhang hawa = lair ing donya (lahir di bumi)
03. padhang langite = seneng
04. padhang pikire = lega seneng (sangat bahagia)
05. padhang ulate = sumeh (baik)
06. pait getire urip= warna-warna lelakone wong urip (macam-macam kelakuan manusia)
07. pait lelakone =uriprekasa (hidup makmur,mewah)
08. panas atine = nesu banget (marah sekali)
09. pecah pamóre = wis ngancik diwasa (sudah tumbuh dewasa)
10. pecah pikir = wiwit bisa golèk srana (mulai menemukan jalan keluar)
11. pedhes rembuge = guneme gawe serik (perkataannya menakutkan)
12. perih atine = susah banget (susah sekali)
13. peteng atine/pikire =susah
14. pingget atine = serik (menakutkan)
15. pulih getihe = pak-puk; ora kalah ora menang (seri)
16. puput yuswa = mati; seda (mati)
R
01. rai gedheg = ora duwe isin (tidak punya malu)
02. (ng) rengga praja = njaga negara (menjaga negara)
03. (ng) rengga salira = dandan/macak (berdandan)
04. runtuh atine = tuwuh welase (belas kasih)
05. rupak atine = cugetan/ora gampang ngapura (tidak mudah memaafkan)
06. rupak jagade = judheg; ora bisa mrana-mrana (tidak bisa pergi ke sana)
S
01. sabuk gelang = sawah akeh banget (punya banyak sawah)
02. sepi kawruh = bodho/ora duwe ilmu (bodoh)
03. sepi pamrih = ora duwe pamrih (tidak punya pamrih)
9. 16A1, 1A6 9
04. seret rejekine =ora gampang golek rejeki (tidak mudah mencari rezeki)
05. sesak dhadhane = mangkel/anyel (tidak enak hati)
06. sumpeg atine = susah/ sedih
T
01. tadhah kalamangsa = dipangan (dimakan)
02. tadhah udan = lirangan gedhang sing dhuwur dhewe (mencolok)
03. tatu atine = serik banget (menakutkan sekali)
04. tanpa tilas = entek blas (habis sama sekali)
05. tipis lambene = criwis; seneng nggunem wong liya (senang membicarakan orang lain)
06. thukul pikire =nduwe akal (punya ide)
07. thukul turune = nduwe anak (punya anak)
U
01. udan tangis = akeh sing padha nangisi (banyak yang menangis)
02. ulat peteng = katon nesu (pemarah)
03. ulat manis = sumeh (gembira)
04. utang lara = tau nggawe laran wong liya (tidak pernah membuat orang lain menderita)
05. utang nyawa = tau nggawe patine wong liya (tidak pernah membuat orang lain ‘mati’)
06. utang wirang = tau nggawe wirange wong liya (tidak pernah membuat orang lain malu)
W
01. walang ati = simelang/kuwatir (khawatir)
02. wani mati = nekad/kendel banget (nekat)
03. wani silit wedi rai = ora wani terang-terangan (tidak berani terbuka)
04. weteng kadit = dremba/ora tampikan (tidak ada penolakan)
05. weteng karet = panganane akeh (makannya banyak)
06. wedi getih = jirih/ora wani (tidak berani)
07. wedi kangelan = lumuh/kesed (sedih)
3. Kalimat rumpang dilengkapi dengan tembung saroja
Tembung saroja yaitu dua kata yang sama artinya atau hampir sama artinya yang dipakai
bersamaan.
fungsi darikata atautembungsaroja yangkedua adalahuntukmenguatkanataumenegaskan
(mbangetake) arti kata yang pertama.
4. Kata/frasa yang termasuk tembung saroja
Abang
mbranang
Adas pilawaras
Adhem ayem
Adi luhung
Ajur-ajer
Akal budi
Andhap asor
Angkara murka
Angkat junjung
Amrik
angambar
Amrik minging
Apus krama
Arum ngambar
Arum wangi
Atut runtut
Asih tresna
Ayem tentrem
Babak belur
Babak bundhas
Bagas waras
Bakul
sinambiwara
Bala kuswa
Bau suku
Bapa biyung
Bapa pekewuh
Bibit kawit
Blaka suta
Bobot timbang
Bot repot
Budi pakerti
Campur adhuk
Campur bawur
Candhak cekel
Candik kala
Ciri wanci
Colong jupuk
Dana driyah
Darma bekti
Dhawuh
pangandika
Dhawuh
timbalan
Dhodhok selehe
Duga kira
Edi peni
Endah peni
Entek ting
Ewuh pakewuh
Ewuh aya
Gagah prakosa
Galap gangsul
Gandhes luwes
Gemah ripah
Gandheng
ceneng
Gemi setiti
Gethok tular
Gilir gumanti
Giran gumuyu
Gulung koming
Guna sarana
Guyub rukun
Godha rencana
Iguh patikel
Imbal
pangandika
Imbal wacana
Jabang bayi
Jala sutra
Jalma manungsa
Japa mantra
Jejel riyel
Kabur kanginan
Kadang konang
Kadhang kala
Kajen keringan
Kepalu
kepenthung
Keblat kliwat
Kesampar
kesandhung
Kocap kacarita
Lagak lageyan
Lagak lagu
Labuh pati
Lara lapa
Lega lila
Lila legawa
Lir pendah
Loh jinawi
Malang megung
Mobak musik
Mubeng minger
Mudha taruna
Mukti wibawa
10. 16A1, 1A6 10
Mula buka
Mulang muruk
Murba wasesa
Murub-mubyar
Nangis ngguguk
Njungkir walik
Ngalapberkah
Nistha papa
Njarah rayah
Olah pikir
Olah salira
Obah mosik
Obah owah
Owah gingsir
Pait getir
Padhang
njingglang
Papa cintraka
Pati geni
Pati rasa
Polah tingkah
Pokal gawe
Puji pandonga
Rahayu slamet
Rai gedheg
Raja kaya
Raja pati
Rame gemuruh
Rebut dhucung
Reka daya
Remuk rempu
Remuk bubuk
Sabar drana
Sabar narima
Salah kaprah
Salang tunjang
Sanak kadang
Sanak sedulur
Sapa aruh
Sato kewan
Sekti
mandraguna
Seger
kuwarasan
Sembah
sungkem
Sepi mamring
Sih kawelasan
Sih tresna
Sisik melik
Solah bawa
Solah tingkah
Suka rena
Sumbang
surung
Sungsun timbun
Tadhah udan
Tahan banting
Tahu tempe
Tahan uji
Tambal sulam
Tandang
grayang
Tangga teparo
Tanem tuwuh
Tapa brata
Tata cara
Tata krama
Tata trapsila
Teguh santosa
Tepa palupi
Tepa tuladha
Tepa slira
Terang
bendherang
Terang temaca
Tindak tanduk
Tukar padu
Tumpang
tindhih
Tutur sembur
Uba rampe
Udan tangis
Undha usuk
Upa kara
Urun rembug
Utang silih
Wadya bala
Was sumelang
Watak wantu
Welas asih
Wor asuh
Yayi aji
Yayah wibi
Yayah rena
Yayah sinipi
5. Relevansi kutipan cerita dengan bebasan
Bebasan merupakan pepatah Jawa yang terdiri dari rangkaian kata yang bersifat tetap dalam
penggunannya, tidak bisa diubah ke bahasa krama atau yang lainnya.
Kata dalam bebasan ini memiliki makna konotatif, maknanya ialah makna pengandaian.
Yang di andaikan seperti keadaan, sifat, watak serta perbuatan seseorang.
Sebagai contohnya ialah sebagai berikut :
Urip iku urup (hidup itu nyala), artinya bahwa hidup harus bisa memberi cahaya
kebaikan bagi sesama.
Ancik-ancik pucuking eri (berdiri di atas ujung duri), artinya sedang dalam
ancaman/bahaya
Adhang-adhang tetesing embun (berharap tetesan embun), artinya berharap anugerah
Tuhan.
6. Relevansi kutipan cerita dengan saloka
Saloka adalah Pepatah Jawa yang terdiri dari rangkaian kata yang bersifat tetap dalam
penggunannya, tidak bisa diubah ke bahasa krama atau yang lainnya.
Memiliki makna konotatif, mengandung makna pengandaian,akan tetapi bila dalam Saloka
ini semua bisa di andaikan.
Contohnya ialah :
Kebo nusu gudel (kerbau menyusu pada anaknya), artinya orang tua yang minta diajari
oleh orang yang lebih muda.
Kakehan gludug kurang udan (terlalu banyak petir kurang/tidak hujan), artinya terlalu
banyak bicara namun tak ada bukti.
I. Unggah-Ungguh Basa Jawa
1. Jenis
Dalam bahasa Jawa, memiliki beberapa macam unggah-ungguh basa jawa.Unggah-ungguh
basa jawa tersebut diantaranya ialah sebagai berikut ini :
Tingkat tutur ngoko (Ragam ngoko) ialah bentuk unggah-ungguh basa jawa yang
berintikan ngoko atau yang menjadi unsur inti didalam ragam ngoko itu sendiri bukan
ngoko yang lain. Ragam ngoko, dibagi menjadi dua bentuk varian, diantaranya ialah
sebagai berikut ini :
11. 16A1, 1A6 11
Ngoko lugu : Ngoko lugu ialah semua kosakata yang berbentuk ngoko dan netral
tanpa terselip krama, krama inggil, atau krama andhap, baik untuk orang pertama,
kedua, maupun ketiga. Bahasa ini biasa dipakai untuk orang-orang yang sebaya
atau bahasa percakapan biasa.
Ngoko alus : Ngoko alus ialah Bentuk unggah-ungguh yang di dalamnya bukan
hanya terdiri atas ngoko dan netral saja, melainkan juga terdiri dari krama inggil,
krama andhap, atau krama yang muncul didalam ragam ini sebenarnya hanya
digunakan untuk menghormati mitra wicara.
Tingkat tutur krama (Ragam Krama) ialah bentuk unggah-ungguh bahasa Jawa yang
berintikan krama; atau yang menjadi unsur inti di dalam ragam krama adalah krama,
bukan yang lainnya. Ragam krama mempunyai dua bentuk varian, diantaranya ialah
sebagai berikut ini :
Krama lugu : Krama lugu ialah merupakan suatu bentuk ragam krama yang kadar
kehalusannya rendah. Namun, jika dibandingkan dengan ngoko alus, ragam krama
lugu tetap menunjukkan kadar kehalusan.Bahasa ini biasa dipakai untuk berbicara
pada orang sebaya dengan lebih formal atau halus.
Krama alus:Krama alusialahmerupakanbentukunggah-ungguhbahasaJawayang
semua kosakatanya terdiri dari krama dan dapat ditambah dengan krama inggil
atau krama andhap. Bahasa ini dipakai sebagai bahasa formal dalam percakapan
dengan orang yang lebih tua atau lebih tinggi kedudukannya.
2. Mengubah dari satu jenis ke jenis lainnya
Contoh:
Ngoko Lugu : Budhe tuku gula ½ kg karo beras 1 kg.
Ngoko alus : Budhe mundhut gula ½ kg karo beras 1 kg
Krama lugu : Budhe tumbas gula ½ kg kalih beras 1 kg
Krama alus : Budhe mundhut gendhis ½ kg kalih wos 1 kg
Vocab ngoko dan krama bisa dilihat di link berikut: http://edoqiofani.blogspot.com/2017/04/kamus-
lengkap-basa-jawa-unggah-ungguh.html
3. Melengkapi teks rumpang
Siswa akan diberikan sebuah teks, kemudian siswa diminta untuk melengkapi atau mengoreksi
kesalahan dalam teks tersebut.
J. CERITA CEKAK (CERPEN)
1. Tokoh Utama
Siswa akan diberikan sebuah teks, kemudian siswa diminta menentukan tokoh utamanya.
2. Latar
Siswa akan diberikan sebuah teks, kemudian siswa diminta menentukan latar dalam teks tersebut.
3. Ukara Camboran
Ukara camboran dalam bahasa Indonesia adalah kalimat majemuk (memiliki lebih dari satu
klausa bebeas atau terdiri dari satu klausa bebas dan minimal satu klausa terikat).
Terdiri atas 2 jenis,
Ukara camboran sejajar memiliki hubungan klausa setara atau hubungannya tidak
ada yang membawahi salah satunya.
Contoh:
Sartini garap PR dene adikegawelayangan.
Ibu goreng krupuk dene aku ngranjang brambang.
Ukara camboran susun adalah kalimat yang memiliki hubungan klausa bawah
membawahi; salah satu klausa sebagai keterangan yang lain. (dalam bahasa Inggris
disebut juga dengan Complex Sentence).
Contoh:
Pancen dheweke sugih, nanging cethil banget
Montorku reget busine, tur asat besine uga mati lampun
12. 16A1, 1A6 12
4. Pesan Moral
Siswa akan diberikan sebuah teks,kemudian siswa diminta menentukan pesan moral yang terkandung
dalam teks tersebut.
K. TEKS ANEKDOT
1. Identifikasi
suatu bentuk teks cerita singkat dan menarik berdasarkan peristiwa nyata yang terkait
dengan subjek-subjek tertentu (bisa orang atau instansi tertentu) yang berkenaan dengan
kehidupan banyak orang.
2. Struktur
abstrak (teks pembuka yang berfungsi memberikan latar belakang cerita)
orientasi (informasi awal tentang isi dalam teks)
reorientasi (informasi lebih spesifik tentang isi cerita)
Aksi-Reaksi (dialog percakapan yang akan berujung pada krisis/konflik)
koda (gong cerita yang biasanya menjadi penutup).
3. Isi
Siswa akan diberikan sebuah teks, kemudian siswa diminta menentukan isi yang terkandung dalam
teks tersebut.
L. SENI PERTUNJUKAN
1. Asal Usul
Kesenian klasik yang berevolusi dari media animism (berhubungan dengan alam gaib)
sampai teater rakyat dan akhirnya menapaki kesenian istana.
Sudah berabad-abad, mayoritas penduduk Jawa menganut agama Islam. Meski begitu,
mereka sejatinya tetap menganut animism dan dinamisme (Ponder 1941,114). Mitos dan
legenda dewa-dewi, roh, hantu, dan jin, yang berasal dari zaman pra-Islam atau bahkan pra-
Hindu, hidup lestari (Lambster 1934,82). Banyak seni pertunjukan dan peran-peran yang
ditarikan berasal dari mitos dan legenda tadi (Lambster 1934,90).
Warisan kebudayaan tersebut sebagian dilestarikan dan diperhalus di lingkungan keraton.
Pertunjukan tari dan wayang orang professional menghabiskan banyak biaya karena
persiapannya butuh banyak tenaga manusia.
Sementara itu, ragam budaya lain tetap dibiarkan lestari di kalngan rakyat, contohnya
ronggeng.
Ada kalanya kesenian keraton meretas menjadi kesenian pergaulan. Di kalangan rakyat,
tarian ini tidak lagi terjaga dan tidak dapat menunjukkan keutamaannya sebagai kesenian
terhormat, melainkan menjadi kesenian yang bersifat profane. Begitulah nasib Nayuban.
Saat islam memasuki jawa, agama baru ini mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri
dengan kepercayaan menyembah berhala. Namun, hal tersebut dapat ditoleransi, asalkan
tidak lagi muncul dalam bentuk acara ibadat, melainkan hanya sekadar hiburan biasa.
Ada yang menganggap Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa
menciptakan jenis kesenian baru, seperti wayang golek, dan wayang kulit. Namun sejatinya
mereka hanya sekularisasi kesenian lama (Graaf 1983,32).
Alhasil, banyak seni pertunjukan yang asalnya dari ritual keagamaan,yang mengungkapkan
hubungan antara manusia dan dunia lain, memiliki fungsi untuk mengusir roh jahat. Di
zaman modern kesenian-kesenian itu hanya menjadi aksesori belaka untuk meramaikan
hajatan, contohnya di pesta pernikahan, khitanan, dan pindah rumah.
Evolusi budaya juga terjadi pada Wayang Cina yang diimpor oleh pendatang dari negeri tirai
bambu. Dalam perkembangannya, alih-alih menikmati pertunjukan, para penonton lebih
sibuk minum teh dan makan kudapan, sambil bersosialisasi (Maurik 1897, 285) berbeda
dengan orang Jawa yang menghadiri pertunjukan kesenian lalu menikmatinya dalam diam
dan dengan penuh rasa hormat (idem, 222).
13. 16A1, 1A6 13
Tiga macam pesta rakyat yaitu, Acara Tahunan,Garabeg, dan Rebutan, diperkirakan berasal
dari acara yang sama: selamatan alam. Hasil panen ditumpuk dan dikurbankan.Meski asal-
usulnya sama, masing-masing berkembang menurut kebudayaan masing-masing: Sunda,
Jawa, dan Tionghoa.
Tidak semua kesenian tersebut masih bisa ditemui pada abad ke-21 ini. Wayang Topeng
jalanansudahhamperpunah,yangtersisa tinggalketoprakdanludruk yang para pemainnya
sudah tidak bertopeng lagi, kecuali scenario membutuhkannya. Begitu juga wayang khas
Madura, kesenian ini sudah lama punah sehingga orang Madura sendiri mungkin tidak tahu
kalau mereka pernah mempunyai wayang.
M. AKSARA JAWA
1. Umum
NB: Aksara a sama dengan aksara Ha
Contoh:
1.) Jasa para naga :
2.) Ana dara jaya :
3.) Ngamalana :
2. Sandhangan
NB:
untuk menentukan huruf vokal e menggunakan pepet atau taling, ikuti cara baca kata itu. Contoh:
ember (huruf e terdengar naik) menggunakan taling. Benar (huruf e terdengar menurun)
menggunakan pepet.
14. 16A1, 1A6 14
Khusus untuk re (pepet) dan le (pepet), penulisan aksaranya tidak menggunakan pepet, melainkan pa
cerek dan nga lelet.
Contoh:
1.) Bali :
2.) Sagu :
3.) Dewa :
4.) Gema :
5.) Rega :
6.) Lega :
7.) Kota :
8.) Surabaya Maju :
9.) Gereja Baru :
10.)Layar :
11.)Sawah :
12.)Bawang :
13.)Makanan :
14.)Durian :
15.)Bonang Penerus :
Contoh:
1.) Krasa :
2.) Kreteg :
3.) Klapa :
4.) Kwaci :
5.) Kyai :
3. Pasangan
Prinsip Pasangan:Digunakanjika huruf-hurufituterletaksetelahhurufmatidi luar sandhangan.
Huruf mati ditulis seperti biasa, huruf setelah huruf mati menggunakan pasangan
Contoh:
1.) Anak asu =
2.) Beras Larang =
3.) Supit Yuyu =
4.) Sinlui Hebat =
5.) Kuah Bakso =
6.) Kulak Godhong =
15. 16A1, 1A6 15
4. Aksara Murda
Merupakan aksara yang digunakan sebagai huruf kapital. Digunakan sebagai
penghormatan
Lumrahnya dijumpai pada nama, gelar, nama jalan, lembaga pemerintah, dll.
Aksara murda tetap bisa menggunakan sandhangan maupunpasangan.
Contoh:
5. Aksara Swara
Prinsipnya sama seperti aksara murda, bedanya aksara swara merupakan huruf vokal
kapital.
Contoh :
1.) Indonesia :
2.) Eropa :
6. Aksara Rekan
Aksara rekan merupakan aksara Jawa yang memiliki sentuhan huruf Arab.
16. 16A1, 1A6 16
Contoh:
7. Angka Jawa
Contoh:
1.) 10 =
2.) 34 =
3.) 968 =
4.) 1945 =
5.) 2020 =
8. Tanda Baca
Pada pangkat digunakan untuk menuliskan angka atau sebagai tanda petik (untuk
percakapan).
Pada adeg-adeg digunakan sebagai pembuka suatu kalimataksara jawa. Tidak digunakan
pada frase atau kata.
Contoh:
1.) Kyai tuku beras sekilo. =
2.) Budi duwe 234 ekor pitik. =
3.) Pak Ari mangan, Bu Ika mlaku. =
꧁꧂
SEMANGAT!!!
BERKAH DALEM