7. Istilah Kedokteran
EUTANASIA
Tindakan agar kesakitan atau penderitaan yang dialami
oleh penderita yang akan meninggal diperingan.
Mempercepat kematian seseorang
yang ada di dalam kesakitan atau
penderitaan yang hebat menje-
lang kematiannya.
9. This PowerPoint Template has clean and neutral design that can be adapted to
any content and meets various market segments. With this many slides you are
able to make a complete PowerPoint Presentation that best suit your needs.
This PowerPoint Template has clean and neutral design that can be adapted to
any content and meets various market segments. With this many slides you are
able to make a complete PowerPoint Presentation that best suit your needs.
This PowerPoint Template has clean and neutral design that can be adapted to
any content and meets various market segments. With this many slides you are
able to make a complete PowerPoint Presentation that best suit your needs.
Cara melaksanakannya1.
Agresif / aktif
~ Tindakan yang sengaja dilakukan oleh dokter / tenaga me
dis untuk mempersingkat / mengakhiri hidup seorang pasi
en
~ Pemberian suatu senyawa mematikan
(c/ : Tablet sianida)
10. CLICK TO ADD TITLE
Free PPT Templates - Widescreen(16:9)
This PowerPoint Template has clean and neutral design that can be adapted to
any content and meets various market segments. With this many slides you are
able to make a complete PowerPoint Presentation that best suit your needs.
This PowerPoint Template has clean and neutral design that can be adapted to
any content and meets various market segments. With this many slides you are
able to make a complete PowerPoint Presentation that best suit your needs.
This PowerPoint Template has clean and neutral design that can be adapted to
any content and meets various market segments. With this many slides you are
able to make a complete PowerPoint Presentation that best suit your needs.
Cara melaksanakannya1.
Non Agresif / Otomatis
~ Pasien menolak secara tegas dan sadar untuk menerima pe-r
awatan medis walaupun sangat berpengaruh pada hidup-ny
a.
~ Harus membuat codicil (surat pernyataan tertulis tangan)
11. CLICK TO ADD TITLE
Free PPT Templates - Widescreen(16:9)
This PowerPoint Template has clean and neutral design that can be adapted to
any content and meets various market segments. With this many slides you are
able to make a complete PowerPoint Presentation that best suit your needs.
This PowerPoint Template has clean and neutral design that can be adapted to
any content and meets various market segments. With this many slides you are
able to make a complete PowerPoint Presentation that best suit your needs.
This PowerPoint Template has clean and neutral design that can be adapted to
any content and meets various market segments. With this many slides you are
able to make a complete PowerPoint Presentation that best suit your needs.
Cara melaksanakannya1.
Pasif
~ Tidak menggunakan alat-alat / langkah medis utnuk menga- kh
iri kehidupan pasien
~ Memberhentikan pemberian bantuan medis.
12. Free PPT Templates - Widescreen(16:9)
Pemberian Izin2.
Di Luar Kemampuan Pasien
~ bertentangan dengan keinginan pasien untuk tetap hi-
dup
~ ≈ pembunuhan
13. Pemberian Izin2.
Tidak Sukarela
~ dilakukan oleh seseorang yang tidak berkompeten ata
u tidak berhak untuk mengambil suatu keputusan
(c/: wali)
14. Free PPT Templates - Widescreen(16:9)
Pemberian Izin2.
Sukarela
~ murni ada persetujuan dari pasien
15. Free PPT Templates - Widescreen(16:9)
Tujuan3.
Berdasarkan Belas Kasihan
Eutanasia Hewan
Bantuan dokter (≈ agresif secara sukarela)
17. Pandangan Para Ahli+
Eutanasia Tidak Langsung
~ memperingan kematian dengan efek samping
~ pemberian segala macam narkotik, hipnotik, dan anal-
getika
19. Pandangan Para Ahli+
Eutanasia Nonvoluntari
~ kematian sesuai dengan keinginan pasien yang disam-
paikan oleh pihak ketiga atau keputusan pemerintah.
21. DAMPAK
Mudah putus asa karena tidak ada semangat untuk berjuang melawan
penyakitnya
S.P. Pasien1.
Aspek kemanusiaan dan ekonomi
S.P. Keluarga2.
22. PANDANGAN HUKUM IN
DONESIA
2. UUD 1945 Pasal 28A
“Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak memperta-
hankan hidup dan kehidupannya. ”
1. Sila ke-2 Pancasila
“Kemanusiaan yang adil dan beradab”
23. 3. UU 39 Th 1999 (HAM) pasal 9
(1) “Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup,
dan meningkatkan taraf hidupnya.”
(2) “Setiap orang bebas untuk hidup tenteram, aman, damai,
bahagia, dan sejahtera lahir dan batin.”
4. Pasal 304 KUHP
“Barangsiapa dengan sengaja menempatkan atau membiarkan
seorang dalam keadaan sengsara, padahal menurut hukum yang
berlaku baginya atau karena persetujuan, dia wajib memberikan
kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang itu, di-
ancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan
bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.”
24. 6. pasal 338 KUHP
“Barangsiapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang
lain, dihukum karena makar mati, dengan penjara selama-
lamanya lima belas tahun.”
5. pasal 306 (2) KUHP
“Jika mengakibatkan kematian, perbuatan tersebut dikenakan
pidana penjara maksimal sembilan tahun.”
25. 7. Pasal 340 KUHP
“Barangsiapa dengan sengaja dan direncanakan lebih dahulu
menghilangkan jiwa orang lain, dihukum, karena pembunuhan
direncanakan dengan hukuman mati atau penjara selama-lama-
nya seumur hidup atau penjara selama-lamanya dua puluh ta-
hun.”
8. pasal 344 KUHP
“Barang siapa menghilangkan jiwa dari orang lain atas per-
mintaan orang itu sendiri, yang disebutnya dengan nyata
dan sungguh-sungguh, dihukum penjara selama-lamanya dua
belas tahun.”
26. 9. Pasal 345 KUHP
“Barang siapa dengan sengaja menghasut orang lain untuk
membunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu, atau mem-
berikan daya upaya itu jadi bunuh diri, dihukum penjara selama
lamanya empat tahun.”
10. pasal 359 KUHP
“Barang siapa karena salahnya menyebabkan matinya orang
dihukum penjara selama-lamanya lima tahun atau kurungan
selama-lamanya satu tahun.”
27. 11. Kode Etik Kedokteran Indonesia Bab II
“Dokter tidak diperbolehkan mengakhiri penderitaan dan hidup
orang sakit yang dalam pengetahuan dan pengalaman tidak da-
pat disembuhkan lagi.”
12. Kode Etik Kedokteran Indonesia pasal 9 bab II
“Seorang dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban
melindungi hidup makhluk insani.”
28. PANDANGAN GEREJA KATOLIK
2. Roma 14:8 bdk Fil 1:20
“Bila kita hidup, kita hidup bagi Tuhan, bila kita mati, kita mati bagi
Tuhan. Apakah kita mati atau hidup, kita adalah milik Tuhan.”
1. Perintah ke 5 dari 10 Perintah
Allah
“Jangan membunuh.”
29. 3. Paus Paulus VI ; Amanat kepada Sidang Umum PBB (4
Oktober 1965) & Homili Misa Penutupan Tahun Suci (25
Desember 1965)
“kemajuan teknik dan dan ilmu manusia yang canggih tetap
memperhatikan pengabdian pada manusia. Maka intervensi
untuk memperjuangkan nilai-nilai dan hak-hak pribadi manusia
harus dijaga. Orientasi dan pemikiran yang jernih untuk
menolong kehidupan manusia pertama-tama mengalir dari
semua kaum beriman kristiani dan juga kepada mereka yang
mengakui perutusan Gereja, yang ahli dalam kemanusiaan,
dalam pengabdian cintakasih dan kehidupan”
30. 4. Gaudium Et Spes Artikel 27
Selain itu apa saja yang berlawanan dengan kehidupan sendiri, misalnya bentuk
pembunuhan yang mana pun juga, penumpasan suku, pengguguran, eutanasia a
tau bunuh diri yang disengaja; apa pun yang melanggar keutuhan pribadi manu
sia, se- perti pemenggalan anggota badan, siksaan yang ditimpakan pada jiwa m
aupun raga, usaha-usaha paksaan psikologis; apa pun yang melukai martabat m
anusia, seperti kondisi-kondisi hidup yang tidak layak manusiawi, pemenjaraan
yang sewenang- wenang, pembuangan orang-orang, perbudakan, pelacuran, pe
rdagangan wanita dan anak-anak muda; begitu pula kondisi-kondisi kerja yan
g memalukan, sehingga kaum buruh diperalat semata-mata untuk menarik keun
tungan, dan tidak diperla- kukan sebagai pribadi-pribadi yang bebas dan bertan
ggung jawab: itu semua dan hal-hal lain yang serupa memang perbuatan yang
keji. Dan sementara mencoreng peradaban manusiawi, perbuatan-perbuatan it
u lebih mencemarkan mereka yang melakukannya, dari pada mereka yang men
anggung ketidak-adilan, lagi pula sangat berlawanan dengan kemuliaan Sang Pe
ncipta.
31. 5. Paus Yohanes Paulus II; Evangelium Vitae, artikel 57
“Jadi, dengan otoritas yang diberikan Kristus kepada Petrus dan
para penerusnya, dan di dalam persekutuan dengan para uskup
Gereja Katolik, saya menegaskan bahwa tindakan pembunuhan
seorang manusia tak bersalah selalu merupakan tindakan yang
sungguh tidak bermoral. Pengajaran ini, berdasarkan hukum ya
ng tidak tertulis, di mana manusia dalam terang akal budi, mene
mu- kannya dalam hatinya (lih. Rm 2:14-15), ditegaskan kemba
li oleh Kitab Suci, diteruskan oleh Tradisi Gereja dan diajarkan o
leh Ma- gisterium biasa dan universal”
32. 6. Paus Yohanes Paulus II; Evangelium Vitae, artikel 65
“Euthanasia dalam artinya yang sesungguhnya dimengerti sebag
ai sebuah tindakan atau pengabaian yang dilakukan dengan tuju
an untuk menyebabkan kematian, dengan maksud untuk meni
adakan semua penderitaan…. Sesuai dengan pengajaran Magiste
rium dari para pendahulu saya, dan dalam persekutuan dengan
para uskup Gereja Katolik, saya menegaskan bahwa euthanasia
adalah pelang-garan yang berat terhadap hukum Tuhan, sebab h
al tersebut me- rupakan pembunuhan seorang manusia secara
disengaja dan seca-ra moral tidak dapat dibenarkan. Ajaran ini
berdasarkan hukum kodrat dan sabda Allah yang tertulis, yan
g diteruskan oleh Tradisi Suci Gereja, dan diajarkan oleh Magist
erium Gereja”
33. 7. Kongregasi Doktrin Iman (5 Mei 1980)
“Keputusan sengaja untuk merampas kehidupan seorang manusia selalu merup
akan kejahatan moral dan tidak akan dapat dianggap licit (sesuai aturan), baik s
ebagai tujuan ataupun sebagai cara untuk mencapai sebuah tujuan yang baik. N
yatanya, itu adalah tindakan berat yang menyangkut ketidaktaatan kepada hu
kum moral, dan sungguh kepada Tuhan sendiri, Pencipta dan Penjamin hukum
tersebut; [tin- dakan itu] bertentangan dengan kebajikan mendasar tentang ke
adilan dan cinta kasih. Tak ada sesuatupun dan tak seorangpun dapat dengan
cara apa- pun mengi- zinkan pembunuhan seorang manusia, apakah itu dalam
bentuk janin atau embrio, seorang bayi ataupun dewasa, seorang tua, atau ses
eorang yang menderita karena penyakit yang tidak dapat disembuhkan, atau se
seorang yang dalam keadaan seka-rat. Selanjutnya, tak seorangpun diizinkan u
ntuk meminta dilakukannya tindakan pembunuhan ini, entah bagi dirinya sendi
ri atau untuk orang lain yang dipercaya- kan kepadanya, atau tak seorangpun d
apat menyetujuinya, baik secara eksplisit ataupun implisit. Tidak juga ada ot
oritas legitim apapun yang dapat merekomenda-sikan ataupun mengizinkan tin
dakan tersebut”