Bab 22 membahas estimasi parameter secara terpisah pada model logistik tiga parameter. Terdapat tiga kemungkinan estimasi parameter yaitu parameter responden, parameter butir, atau keduanya. Estimasi dilakukan dengan cara coba-coba menghitung kemungkinan jawaban benar dengan berbagai nilai kemampuan atau dengan metode Newton-Raphson untuk memperoleh nilai maksimum kemungkinan. Prosedur lengkapnya melibatkan penentuan nilai awal, perhitungan
Bab 21 membahas teori responsi butir yang menjelaskan hubungan antara kemampuan responden dan kesukaran butir. Teori ini memisahkan kemampuan responden dan kesukaran butir menjadi independen untuk meningkatkan akurasi pengukuran. Terdapat model satu, dua, dan tiga parameter yang menentukan karakteristik butir berdasarkan respon responden. Teori ini memenuhi syarat unidimensi, invarian kelompok, dan independensi lokal untuk mencapai kemand
Bab 18 membahas karakteristik butir dalam pengukuran. Butir merupakan komponen dasar dalam alat ukur dan pengukuran. Alat ukur dibentuk melalui perakitan butir-butir berdasarkan tata cara tertentu. Setiap butir memiliki parameter seperti taraf kesukaran dan daya beda yang menunjukkan kemampuannya untuk membedakan responden.
Bab 27 membahas tentang bank butir dan perangkat ujian. Bank butir adalah kumpulan butir-butir ujian yang telah diseleksi dan dicatat kualitasnya untuk keperluan penyusunan perangkat ujian. Bank butir perlu disiapkan dengan baik melalui proses seleksi, pengembangan, dan kalibrasi butir-butir agar kualitasnya terjaga.
Bab 16 membahas tentang sekor komposit dan seleksi. Sekor komposit merupakan gabungan dari beberapa sekor komponen, dan dapat digabung secara linier maupun nonlinier, dengan atau tanpa bobot. Bobot sekor komponen menentukan kontribusi masing-masing komponen terhadap sekor komposit. Variansi dan kovariansi sekor komponen juga mempengaruhi ciri sekor komposit khususnya peringkatnya.
Bab 25 membahas pencocokan model pada teori respons butir. Ada beberapa cara untuk melakukan pencocokan model, yaitu cara statistika melalui prosedur PROX, cara pemenuhan syarat model, dan cara kecermatan pada prediksi model. Cara statistika menggunakan statistik uji-t untuk menguji kecocokan data dengan model. Cara pemenuhan syarat model menguji syarat-syarat seperti unidimensi dan independensi lokal. Cara kecermatan
Bab 22 membahas estimasi parameter secara terpisah pada model logistik tiga parameter. Terdapat tiga kemungkinan estimasi parameter yaitu parameter responden, parameter butir, atau keduanya. Estimasi dilakukan dengan cara coba-coba menghitung kemungkinan jawaban benar dengan berbagai nilai kemampuan atau dengan metode Newton-Raphson untuk memperoleh nilai maksimum kemungkinan. Prosedur lengkapnya melibatkan penentuan nilai awal, perhitungan
Bab 21 membahas teori responsi butir yang menjelaskan hubungan antara kemampuan responden dan kesukaran butir. Teori ini memisahkan kemampuan responden dan kesukaran butir menjadi independen untuk meningkatkan akurasi pengukuran. Terdapat model satu, dua, dan tiga parameter yang menentukan karakteristik butir berdasarkan respon responden. Teori ini memenuhi syarat unidimensi, invarian kelompok, dan independensi lokal untuk mencapai kemand
Bab 18 membahas karakteristik butir dalam pengukuran. Butir merupakan komponen dasar dalam alat ukur dan pengukuran. Alat ukur dibentuk melalui perakitan butir-butir berdasarkan tata cara tertentu. Setiap butir memiliki parameter seperti taraf kesukaran dan daya beda yang menunjukkan kemampuannya untuk membedakan responden.
Bab 27 membahas tentang bank butir dan perangkat ujian. Bank butir adalah kumpulan butir-butir ujian yang telah diseleksi dan dicatat kualitasnya untuk keperluan penyusunan perangkat ujian. Bank butir perlu disiapkan dengan baik melalui proses seleksi, pengembangan, dan kalibrasi butir-butir agar kualitasnya terjaga.
Bab 16 membahas tentang sekor komposit dan seleksi. Sekor komposit merupakan gabungan dari beberapa sekor komponen, dan dapat digabung secara linier maupun nonlinier, dengan atau tanpa bobot. Bobot sekor komponen menentukan kontribusi masing-masing komponen terhadap sekor komposit. Variansi dan kovariansi sekor komponen juga mempengaruhi ciri sekor komposit khususnya peringkatnya.
Bab 25 membahas pencocokan model pada teori respons butir. Ada beberapa cara untuk melakukan pencocokan model, yaitu cara statistika melalui prosedur PROX, cara pemenuhan syarat model, dan cara kecermatan pada prediksi model. Cara statistika menggunakan statistik uji-t untuk menguji kecocokan data dengan model. Cara pemenuhan syarat model menguji syarat-syarat seperti unidimensi dan independensi lokal. Cara kecermatan
Bab 17 membahas estimasi melalui pensampelan matriks. Terdapat beberapa metode pensampelan seperti pensampelan responden, butir, dan matriks. Pensampelan matriks melibatkan penarikan sampel responden dan butir secara acak. Rancangan pensampelan matriks mempertimbangkan ukuran sampel, pengembalian, dan kelengkapan butir/responden. Metode ini digunakan untuk memperkirakan atribut responden, butir, dan program secara umum
Bab 20 membahas karakteristik butir model logistik. Terdapat tiga model logistik yaitu satu parameter, dua parameter, dan tiga parameter. Model logistik satu parameter (L1P) mirip dengan model Rasch. L1P dan Rasch menggunakan fungsi logistik dengan satu parameter butir. Model L1P dua parameter (L2P) dan tiga parameter (L3P) menggunakan dua dan tiga parameter. Nilai konstanta D pada umumnya diambil 1,7 agar model logistik mendek
Bab 12 membahas reliabilitas penilai dan pengamat dalam pengukuran. Terdapat beberapa poin penting, yaitu:
1. Penilai dan pengamat digunakan untuk menentukan skor dengan mengikuti kriteria tertentu.
2. Diperlukan kesesuaian antara hasil penilaian dan pengamatan oleh lebih dari satu penilai atau pengamat.
3. Kecocokan dapat berupa kecocokan peringkat atau kategori dan diuk
Dokumen tersebut membahas tentang estimasi parameter secara serentak pada model logistik satu parameter (L1P). Terdapat beberapa langkah yang dijelaskan seperti mengeluarkan responden dan butir dengan jawaban semua benar atau salah, menghitung logit sukses dan gagal, serta mengestimasi parameter kemampuan responden dan kesukaran butir menggunakan prosedur PROX.
Bab 8 membahas nilai acuan kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah siswa sudah menguasai suatu kemampuan. Terdapat penjelasan tentang wilayah kriteria, format butir alat ukur, contoh butir, standar batas penguasaan, dan prosedur penilaian untuk menghasilkan nilai acuan kriteria berupa sudah menguasai atau belum menguasai. Juga diberikan contoh-contoh penyusunan alat ukur berdas
Bab 19 membahas karakteristik model butir ojaif normal berdasarkan distribusi probabilitas normal. Model ini mengasumsikan bahwa variabel acak memiliki distribusi normal dan probabilitas jawaban benar berbentuk kumulatif atau ojaif normal. Fungsi distribusi normal baku digunakan untuk menghitung nilai probabilitas pada model ini.
Bab 11 membahas reliabilitas yang merupakan tingkat kepercayaan terhadap suatu skor. Terdapat dua jenis reliabilitas yaitu reliabilitas stabilitas yang menggunakan uji ulang untuk melihat kestabilan jawaban, dan reliabilitas ekivalensi yang menggunakan uji setara untuk melihat ekivalensi pengukuran. Koefisien reliabilitas digunakan untuk mengukur tingkat kecocokan antara hasil uji dan menentukan apakah al
Bab 2 membahas sasaran ukur yang mencakup hakikat, komponen, bentuk, dimensi, keterukuran, dan jenis atribut yang dapat diukur. Atribut dapat berupa konstanta atau variabel, unidimensi atau multidimensi, manifes atau laten, dan jenisnya meliputi fisik, status, kemampuan, keberhasilan, dan kepribadian. Pengukuran dilakukan dengan alat ukur untuk menghasilkan data kuantitatif tentang ob
Bab 1 Pendahuluan membahas konsep-konsep dasar pengukuran psikologi seperti evaluasi, asesmen, metode pengukuran, teori pengukuran, sasaran ukur, skala ukur, alat ukur, cara pengukuran, matriks sekor, pensekoran, reliabilitas, validitas, dan karakteristik butir. Bab ini juga menjelaskan proses penyediaan alat ukur mulai dari pembuatan, uji coba, dan perbaikan.
Bab ini membahas nilai acuan norma yang digunakan untuk memberikan arti terhadap skor hasil pengukuran. Ada beberapa pendekatan untuk menentukan nilai acuan seperti pendekatan intuitif, ipsatif, kesempurnaan, dan ke kelompok norma. Nilai acuan dapat berupa angka, huruf, atau predikat. Kelompok norma dapat berupa populasi maupun sampel yang digunakan untuk menentukan tara perkembangan, tingkat, umur, dan peringkat
Bab 3 membahas tentang skala ukur, yang merupakan aturan untuk mengaitkan atribut dengan bilangan. Terdapat beberapa jenis skala ukur seperti nominal, ordinal, interval, dan rasio, yang masing-masing memiliki tingkat informasi yang berbeda. Bab ini juga menjelaskan ciri-ciri skala ukur seperti nilai, sifat, dan level skalanya, yang mempengaruhi pengolahan data hasil pengukuran.
Dokumen ini membahas tentang korelasi dan teknik analisis korelasi Pearson product moment. Korelasi menyatakan derajat hubungan linier antara dua variabel atau lebih. Teknik Pearson product moment digunakan untuk variabel skala interval atau rasio untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dan besarnya sumbangan satu variabel terhadap yang lain. Hasil korelasi akan diuji signifikasinya.
Bab ini membahas tentang ketidakwajaran skor yang terjadi karena ketidakcocokan antara kemampuan responden dengan skor yang diperoleh. Dijelaskan beberapa metode untuk mengukur ketidakwajaran skor seperti metode Ghiselli, Jacob, dan Donlon-Fisher yang memanfaatkan tingkat kesulitan butir dan frekuensi jawaban yang benar.
Bab 17 membahas estimasi melalui pensampelan matriks. Terdapat beberapa metode pensampelan seperti pensampelan responden, butir, dan matriks. Pensampelan matriks melibatkan penarikan sampel responden dan butir secara acak. Rancangan pensampelan matriks mempertimbangkan ukuran sampel, pengembalian, dan kelengkapan butir/responden. Metode ini digunakan untuk memperkirakan atribut responden, butir, dan program secara umum
Bab 20 membahas karakteristik butir model logistik. Terdapat tiga model logistik yaitu satu parameter, dua parameter, dan tiga parameter. Model logistik satu parameter (L1P) mirip dengan model Rasch. L1P dan Rasch menggunakan fungsi logistik dengan satu parameter butir. Model L1P dua parameter (L2P) dan tiga parameter (L3P) menggunakan dua dan tiga parameter. Nilai konstanta D pada umumnya diambil 1,7 agar model logistik mendek
Bab 12 membahas reliabilitas penilai dan pengamat dalam pengukuran. Terdapat beberapa poin penting, yaitu:
1. Penilai dan pengamat digunakan untuk menentukan skor dengan mengikuti kriteria tertentu.
2. Diperlukan kesesuaian antara hasil penilaian dan pengamatan oleh lebih dari satu penilai atau pengamat.
3. Kecocokan dapat berupa kecocokan peringkat atau kategori dan diuk
Dokumen tersebut membahas tentang estimasi parameter secara serentak pada model logistik satu parameter (L1P). Terdapat beberapa langkah yang dijelaskan seperti mengeluarkan responden dan butir dengan jawaban semua benar atau salah, menghitung logit sukses dan gagal, serta mengestimasi parameter kemampuan responden dan kesukaran butir menggunakan prosedur PROX.
Bab 8 membahas nilai acuan kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah siswa sudah menguasai suatu kemampuan. Terdapat penjelasan tentang wilayah kriteria, format butir alat ukur, contoh butir, standar batas penguasaan, dan prosedur penilaian untuk menghasilkan nilai acuan kriteria berupa sudah menguasai atau belum menguasai. Juga diberikan contoh-contoh penyusunan alat ukur berdas
Bab 19 membahas karakteristik model butir ojaif normal berdasarkan distribusi probabilitas normal. Model ini mengasumsikan bahwa variabel acak memiliki distribusi normal dan probabilitas jawaban benar berbentuk kumulatif atau ojaif normal. Fungsi distribusi normal baku digunakan untuk menghitung nilai probabilitas pada model ini.
Bab 11 membahas reliabilitas yang merupakan tingkat kepercayaan terhadap suatu skor. Terdapat dua jenis reliabilitas yaitu reliabilitas stabilitas yang menggunakan uji ulang untuk melihat kestabilan jawaban, dan reliabilitas ekivalensi yang menggunakan uji setara untuk melihat ekivalensi pengukuran. Koefisien reliabilitas digunakan untuk mengukur tingkat kecocokan antara hasil uji dan menentukan apakah al
Bab 2 membahas sasaran ukur yang mencakup hakikat, komponen, bentuk, dimensi, keterukuran, dan jenis atribut yang dapat diukur. Atribut dapat berupa konstanta atau variabel, unidimensi atau multidimensi, manifes atau laten, dan jenisnya meliputi fisik, status, kemampuan, keberhasilan, dan kepribadian. Pengukuran dilakukan dengan alat ukur untuk menghasilkan data kuantitatif tentang ob
Bab 1 Pendahuluan membahas konsep-konsep dasar pengukuran psikologi seperti evaluasi, asesmen, metode pengukuran, teori pengukuran, sasaran ukur, skala ukur, alat ukur, cara pengukuran, matriks sekor, pensekoran, reliabilitas, validitas, dan karakteristik butir. Bab ini juga menjelaskan proses penyediaan alat ukur mulai dari pembuatan, uji coba, dan perbaikan.
Bab ini membahas nilai acuan norma yang digunakan untuk memberikan arti terhadap skor hasil pengukuran. Ada beberapa pendekatan untuk menentukan nilai acuan seperti pendekatan intuitif, ipsatif, kesempurnaan, dan ke kelompok norma. Nilai acuan dapat berupa angka, huruf, atau predikat. Kelompok norma dapat berupa populasi maupun sampel yang digunakan untuk menentukan tara perkembangan, tingkat, umur, dan peringkat
Bab 3 membahas tentang skala ukur, yang merupakan aturan untuk mengaitkan atribut dengan bilangan. Terdapat beberapa jenis skala ukur seperti nominal, ordinal, interval, dan rasio, yang masing-masing memiliki tingkat informasi yang berbeda. Bab ini juga menjelaskan ciri-ciri skala ukur seperti nilai, sifat, dan level skalanya, yang mempengaruhi pengolahan data hasil pengukuran.
Dokumen ini membahas tentang korelasi dan teknik analisis korelasi Pearson product moment. Korelasi menyatakan derajat hubungan linier antara dua variabel atau lebih. Teknik Pearson product moment digunakan untuk variabel skala interval atau rasio untuk mengetahui ada tidaknya hubungan dan besarnya sumbangan satu variabel terhadap yang lain. Hasil korelasi akan diuji signifikasinya.
Bab ini membahas tentang ketidakwajaran skor yang terjadi karena ketidakcocokan antara kemampuan responden dengan skor yang diperoleh. Dijelaskan beberapa metode untuk mengukur ketidakwajaran skor seperti metode Ghiselli, Jacob, dan Donlon-Fisher yang memanfaatkan tingkat kesulitan butir dan frekuensi jawaban yang benar.
Bab 1 memberikan penjelasan tentang hakikat statistika meliputi asal kata statistika, pemantapan istilah statistika, probabilitas statistika, jenis-jenis statistika terapan, fungsi statistika terapan, dan penggunaan variabel dalam statistika."
Analisis jalur digunakan untuk menguji hubungan antar variabel penelitian. Variabel penelitian meliputi kepemimpinan kepala sekolah, profesionalisme guru, kerajinan belajar murid, dan prestasi belajar. Hasil analisis menunjukkan profesionalisme guru dan kerajinan belajar berpengaruh langsung terhadap prestasi belajar, sedangkan kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh tidak langsung melalui variabel lain.
Terdapat tiga tes statistik yang dijelaskan dalam dokumen tersebut, yaitu Tes "t", Tes Kai Kuadrat, dan Uji Z. Tes "t" digunakan untuk menguji hipotesis nihil mengenai perbedaan rata-rata dua sampel. Contoh penggunaan Tes "t" untuk menguji apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah diterapkannya metode baru mengajar. Hasilnya menunjukkan adanya perbedaan
Dokumen tersebut membahas tentang penggunaan uji kai kuadrat untuk menguji perbedaan frekuensi antara data yang diamati dengan yang diharapkan secara teoritis. Metode kai kuadrat digunakan untuk menganalisis beberapa contoh, termasuk pendapat staf pengajar tentang sistem kredit semester dan sikap pegawai terhadap pemotongan gaji. Dokumen ini menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan prestasi belajar yang signifikan
Dokumen ini membahas tentang uji Z, yaitu salah satu uji statistika yang menggunakan distribusi normal. Uji Z digunakan untuk menguji hipotesis dengan sampel besar dan varians yang diketahui. Dokumen ini menjelaskan pengertian, kriteria penggunaan, rumus, dan contoh soal uji Z dua pihak dan satu pihak beserta analisisnya.
Dokumen tersebut membahas tentang uji persyaratan data untuk analisis varian, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Secara khusus membahas tentang pengertian dan teknik uji normalitas dengan menggunakan teknik Shapiro-Wilk beserta contoh penyelesaiannya, serta pengertian dan teknik uji homogenitas menggunakan uji Fisher.
Teks tersebut membahas tentang landasan sosiologi pendidikan di Indonesia. Secara garis besar, teks tersebut menjelaskan bahwa pendidikan di Indonesia didasarkan pada pendekatan integralistik dimana setiap anggota masyarakat saling terkait dan berhubungan erat untuk mencapai tujuan bersama. Teks tersebut juga membahas ruang lingkup kajian sosiologi pendidikan yaitu hubungan antara sistem pendidikan dengan aspek masyarak
1. Dokumen tersebut membahas tentang aliran pendidikan progresivisme, yang muncul pada abad ke-19 di Amerika Serikat. Aliran ini menekankan pendidikan berpusat pada peserta didik dan pengalaman belajar mereka.
2. Prinsip-prinsip progresivisme antara lain melihat pendidikan sebagai bagian dari kehidupan, berkaitan dengan minat peserta didik, dan belajar melalui pemecahan masalah. Kurikulum progresivisme
Dokumen tersebut membahas tentang analisis varian satu arah (ANAVA) yang digunakan untuk menganalisis perbedaan antar kelompok data dengan satu variabel bebas. Dokumen ini menjelaskan pengertian, asumsi, langkah-langkah, dan contoh soal uji ANAVA satu arah beserta uji normalitas data.
Dokumen tersebut membahas tentang upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Model ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi siswa dan pemahaman konsep, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
Modul Ajar Matematika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Matematika Kelas 11 SMA/MA Fase F Kurikulum Merdeka.
Laporan Pembina Pramuka SD dalam format doc dapat anda jadikan sebagai rujukan dalam membuat laporan. silakan download di sini https://unduhperangkatku.com/contoh-laporan-kegiatan-pramuka-format-word/
Workshop "CSR & Community Development (ISO 26000)"_di BALI, 26-28 Juni 2024Kanaidi ken
Dlm wktu dekat, Pelatihan/WORKSHOP ”CSR/TJSL & Community Development (ISO 26000)” akn diselenggarakan di Swiss-BelHotel – BALI (26-28 Juni 2024)...
Dgn materi yg mupuni & Narasumber yg kompeten...akn banyak manfaat dan keuntungan yg didpt mengikuti Pelatihan menarik ini.
Boleh jga info ini👆 utk dishare_kan lgi kpda tmn2 lain/sanak keluarga yg sekiranya membutuhkan training tsb.
Smga Bermanfaat
Thanks Ken Kanaidi
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka - [abdiera.com]Fathan Emran
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Fase D Kurikulum Merdeka.
Paper ini bertujuan untuk menganalisis pencemaran udara akibat pabrik aspal. Analisis ini akan fokus pada emisi udara yang dihasilkan oleh pabrik aspal, dampak kesehatan dan lingkungan dari emisi tersebut, dan upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 Fase E Kurikulum MerdekaFathan Emran
Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka - abdiera.com. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka. Modul Ajar Bahasa Inggris Kelas 10 SMA/MA Fase E Kurikulum Merdeka.
2. ------------------------------------------------------------------------------
Penyetaraan Sekor
------------------------------------------------------------------------------
Bab 15
Penyetaraan Sekor
A. Dasar
1. Tujuan
• Sekor dari dua pengukuran yang berbeda X
dan Y tidak dapat langsung dibandingkan
• Diperlukan penyetaraan sekor untuk
membandingkan sekor X ke Y atau sekor Y
ke X
• Penyetaraan dilakukan melalui rumus
transformasi
3. ------------------------------------------------------------------------------
Penyetaraan Sekor
------------------------------------------------------------------------------
2. Notasi Penyetaraan Sekor
AX disetarakan ke Y menjadi A*Y
AY disetarakan ke X menjadi A*X
A*X = AX Y
A*Y = AY X
3. Persyaratan Penyetaraan Sekor
• Mereka mengukur atribut yang sama
• Mereka memiliki validitas dan reliabilitas yang
sepadan
4. Cara Penyetaraan Sekor
Pada umumnya terdapat dua cara penyetaraan
sekor yakni
• Cara Linier
• Cari Ekipersentil
4. ------------------------------------------------------------------------------
Penyetaraan Sekor
------------------------------------------------------------------------------
5. Arah Penyetaraan
Arah Penyetaraan sekor
• Penyetaraan sekor dapat dilakukan secara
horisontal atau secara vertikal
Penyetaraan Sekor Horisontal
• Dilakukan di antara kelompok yang setingkat,
misalnya, siswa dari kelas yang setingkat
Penyetaraan Sekor Vertikal
• Dilakukan di antara tingkat yang berbeda,
misalnya, siswa SMP dengan siswa SMA
• Sekor berasal dari pengukuran sesuatu yang
dapat diterapkan kepada tingkat yang berbeda
itu
6. ------------------------------------------------------------------------------
Penyetaraan Sekor
------------------------------------------------------------------------------
6. Rancangan Penyetaraan Sekor
Biasanya penyetaraan sekor melibatkan
• Dua kelompok responden (K1 dan K2) yang
unik dan gandeng
• Dua pengukuran (X dan Y) dengan butir yang
unik dan gandeng
• Kelompok responden gandeng (KG)
• Kelompok butir gandeng (Z)
Macam Kelompok
Rancangan K1 KG K2
A X Y
B X,Y Y,X
C X X+Y Y
D X+Z Y+Z
10. ------------------------------------------------------------------------------
Penyetaraan Sekor
------------------------------------------------------------------------------
B. Penyetaraan Sekor Cara Linier
1. Bentuk Penyetaraan Sekor
• Penyetaraan sekor dilakukan melalui
transformasi linier
• Dasar penyetaraan sekor adalah penyamaan
nilai baku mereka
Dari X ke Y: A*Y = a (AX – c) + d
Dari Y ke X: A*X = a (AY – c) + d
• Koefisien penyetaraan adalah a, c, dan d
dihitung melalui penyamaan nilai baku
11. ------------------------------------------------------------------------------
Penyetaraan Sekor
------------------------------------------------------------------------------
2. Penyetaraan Linier pada Rancangan A
(a) Rerata dan Simpangan Baku
• Kelompok K1 menempuh ujian X
Sekor responden : AX
Rerata : mAx
Simpangan baku : sAx
• Kelompok K2 menempuh ujian Y
Sekor responden : AY
Rerata : mAY
Simpangan baku : sAY
• Sekor AX dikonversi menjadi A*Y melalui
penyamaan nilai baku
19. ------------------------------------------------------------------------------
Penyetaraan Sekor
------------------------------------------------------------------------------
(d) Pembahasan
• Sekor K1 dan sekor K2 diperoleh melalui
pengukuran yang sama sekali terpisah
• Penyetaraan hanya didasarkan kepada kesamaan
nilai baku pada K1 dan K2
• Hasil penyetaraan sangat bergantung kepada
hakikat pengukuran yang terpisah itu
• Karena itu, cara ini dianggap kurang baik sehingga
tidak banyak digunakan
20. ------------------------------------------------------------------------------
Penyetaraan Sekor
------------------------------------------------------------------------------
3. Penyetaraan Linier pada Rancangan B
(a) Rerata dan Simpangan Baku
• Kelompok K1 menempuh ujian X, Y
Sekor responden : AX1, AY1
Rerata : mAx1, mAY1
Simpangan baku : sAx1, sAY1
• Kelompok K2 menempuh ujian Y,X
Sekor responden : AX2, AY2
Rerata : mAX2, mAY2
Simpangan baku : sAX2, sAY2
• Sekor AX dikonversi menjadi A*Y melalui
penyamaan nilai baku
21. ------------------------------------------------------------------------------
Penyetaraan Sekor
------------------------------------------------------------------------------
(b) Bentuk transformasi
A*Y = a (AX – c) + d
(c) Penyamaan nilai baku
- m + m
*
X A A
sehingga
2
1 AX AX AY AY
A * = +
A m m m m
Y s s + + ÷ø
AY AY
s s
Karena itu
- +
m m
AY AY
2
2
2
1
1 2
AX AX
2
2
2
1
1 2
2 2
AY AY
Y
AX AX
s s
s s
+
=
+
æ - +
1 2 1 2
2 2
2
2
2
1
2
2
X
AX AX
ö çè
+
= +
s s
a AY AY
c
2
2
1 2
1 2
2
2
2
1
2
2
2
1
AY AY
AX AX
AX AX
d
m m
m m
s s
= +
= +
+
23. ------------------------------------------------------------------------------
Penyeteraan Sekor
------------------------------------------------------------------------------
Koefisien penyetaraan
a
c
d
sehingga
, ,
= +
25 00 32 28
, +
,
40 20 47 20
, , ,
=
72 00
= +
s s
AY AY
s +
s
AX AX
= + = + =
, , ,
69 25
73 5 70 5
2
m m
AX AX
= + = 70 0 + 68 5
=
2
2
2
2
2
1
1
1 2
2
m m
AY AY
1 2
2
2
2
A*Y = 0,83 (AX – 72,00) + 69,25
,
0 83
Persamaan transformasi ini berlaku untuk K1 dan
K2 sejauh transformasi dilakukan dari X ke Y
27. ------------------------------------------------------------------------------
Penyeteraan Sekor
------------------------------------------------------------------------------
Koefisien penyetaraan
2
= +
s s
AY AY
s +
s
2
2
2
2
2
1
AX 1
AX
= m + m
AX 1 AX
2
=
2
1 2
= + =
a
c
d
sehingga
m m
AY AY
A*Y =
=
2
Persamaan transformasi ini berlaku untuk K1 dan
K2 sejauh transformasi dilakukan dari X ke Y
30. ------------------------------------------------------------------------------
Penyeteraan Sekor
------------------------------------------------------------------------------
Koefisien penyetaraan
2
= +
s s
AY AY
s +
s
2
2
2
2
2
1
AX 1
AX
= m + m
AX 1 AX
2
=
2
1 2
= + =
a
c
d
sehingga
m m
AY AY
A*Y =
=
2
Persamaan transformasi ini berlaku untuk K1 dan
K2 sejauh transformasi dilakukan dari X ke Y
32. ------------------------------------------------------------------------------
Penyetaraan Sekor
------------------------------------------------------------------------------
(d) Pembahasan
• Pada penyetaraan ini, K1 dan K2 kedua-duanya
menempuh ujian X dan Y
• Dengan ditemukannya transformasi dari X ke Y
serta dari Y ke X, kelak ada dua alat ukur ujian
yang dapat digunakan secara terpisah
• Selanjutnya ujian di antara K3 dan K4 dapat
dilakukan terpisah, satu melalui X dan satu lagi
melalui Y dan kemudian sekor mereka dapat
disetarakan melalui rumus transformasi
• Cara ini kurang digunakan karena untuk
menemukan rumus transformasi kita terlalu
membebani responden dengan dua kali ujian.
33. ------------------------------------------------------------------------------
Penyetaraan Sekor
------------------------------------------------------------------------------
4. Penyetaraan Linier pada Rancangan D
(a) Rerata dan Simpangan Baku
• Kelompok K1 menempuh ujian X, Z
Sekor responden : AX, AZX
Rerata : mAx, mAZX
Simpangan baku : sAX, sAZX
• Kelompok K2 menempuh ujian Y,Z
Sekor responden : AY, AZY
Rerata : mAY, mAZY
Simpangan baku : sAY, sAZY
• Kelompok Gadengan K1 dan K2 pada Z
Sekor gabungan : AZ
Rerata : mAZ
Simpangan baku : sAZ
34. ------------------------------------------------------------------------------
Penyetaraan Sekor
------------------------------------------------------------------------------
(b) Regresi
Terdapat dua regresi linier yakni regresi linier
AX terhadap AZ: aAZX + bAZX (mAZ – mAZX)
AY terhadap AZ aAZY + bAZY (mAZ – mAZY)
AX
bAZX bAZX(mAZ–mAZX)
m AZ AZX mAZ
AZ
AY
bAZY(mZ–mAZY)
bAZY
mAZ mAZY
35. ------------------------------------------------------------------------------
Penyataraan Sekor
------------------------------------------------------------------------------
(c) Transformasi
Sekor AX disetarakan ke AY melalui transformasi
A*Y = a (AX – c) + d
(d) Penyamaan nilai baku
[ (
]
A b
- + -
m m m
X AX AZX AZ AZX
2 2 2 2
( )
b
s + s -
s
AX AZX AZ AZX
[ ( )
]
A b
= - + -
m m m
Y AY AZY AZ AZY
2 2 2 2
( )
*
b
s + s -
s
AY AZY AZ AZY
dengan koefisien regresi bAZX dan bAZY masing-masing
dari AX tehadap AZ dan AY terhadap AZ
36. ------------------------------------------------------------------------------
Penyetaraan Sekor
------------------------------------------------------------------------------
Penyamaan nilai baku ini menghasilkan
A b
dengan
2 2 2 2
= + -
s s s
( )
AY AZY AZ AZY
2 2 2 2
s + s -
s
( )
b
AX AZX AZ AZX
( [ ( )])
[ ( )]
*
A b
- + -
m m m
X AX AZX AZ AZX
+ + -
AY AZY AZ AZY
Y
b
m m m
2 2 2 2
( )
a b
= s + s - s
2 2 2 2
AY AZY AZ AZY
(
b
s + s -
s
AX AZX AZ AZX
( )
c b
= + -
m m m
AX AZX AZ AZX
( )
d b
= + -
m m m
AY AZY AZ AZY
37. ------------------------------------------------------------------------------
Penyataraan Sekor
------------------------------------------------------------------------------
Contoh 9
Dari suatu sekor ujian (sekor mentah tidak
ditampilkan di sini) diperoleh statistik sebagai
berikut
Kelompok Statistik AX AY AZ
m 74,5 76,6
K1 s 9,2 10,5
bAZX 0,8
m 80,3 79,8
K2 s 10,3 7,6
bAZY 1,4
K1 + K2 m 77,7
s 8,2
50. ------------------------------------------------------------------------------
Penyataraan Sekor
------------------------------------------------------------------------------
C. Penyetaraan Sekor Cara Ekipersentil
1. Bentuk Penyetaraan
• Dasar penyetaraan adalah tara peringkat
persentil (TPP)
• Jika sekor AX disetarakan menjali sekor A*Y
maka melalui ekipersentil
TPP(AX) = TPP(A*Y)
TPP(AY) = TPP(A*X)
X
Y
AX
TPP sama
AY
51. ------------------------------------------------------------------------------
Penyetaraan Sekor
------------------------------------------------------------------------------
2. Prosedur penyetaraan rancangan A
• Susun TPP pada sekor AX
• Susun TPP pada sekor AY
• Mencari TPP yang sama sering melibatkan
interpolasi pada TPP
• Perhitungan TPP
1
f +
f
å
b A
( ) 2 ·
100%
= å
f
TPP A
Sfb = kumulasi frekuensi di bawah sekor A
fA = frekuensi pada sekor A
Sf = kumulasi seluruh frekuensi
54. ------------------------------------------------------------------------------
Penyetaraan Sekor
------------------------------------------------------------------------------
Penyetaraan sekor
AX = 5 TPP(AX) = 28,75%
A*Y terletak pada TPP(AY) = 28,75%
AY = 5 TPP(AY) = 25,00%
AY = 6 TPP(AY) = 36,50%
sehingga A*Y terletak di antara 5 dan 6 dan
melalui interpolasi linier
AX
AY
AX = 5
28,75%
5 6
25,00% A* 36,50% Y