Proses persalinan normal melibatkan empat tahap (kala), dimulai dari pembukaan serviks hingga pengeluaran plasenta dan selaput ketuban. Pada setiap tahap terjadi serangkaian gerakan janin untuk melewati panggul ibu, seperti fleksi, desensus, putar paksi, dan ekspulsi. Hormon dan faktor lain seperti kontraksi rahim, tekanan janin, dan elastisitas jalan lahir memungkinkan kelahir
2. Persalinan
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yg terjadi pada kehamilan aterm,
lahir spontan dgn presentasi belakang kepala yg
berlangsung ± 18 jam, tanpa menggunakan alat
serta tidak melukai ibu ataupun bayi
Abnormal persalinan pervaginam dengan
bantuan alat atau melalui dinding perut dengan
operasi caesarea
3. Pendahuluan:
Faktor yg mempengaruhi proses persalinan
No. Faktor Keterangan
1, Power (Tenaga) His (kontraksi uterus).
Tenaga mengedan.
2. Passangger
(Buah kehamilan)
- Janin.
- Plasenta
- Tali pusat
- Air ketuban.
- Kantong ketuban (selaput amnion)
3. Passage (jalan
lahir)
Pelvis minor
Jalan lahir Keras (tulang panggul)
Jalan lahir lunak (yg terutama dibentuk
oleh jaringan otot.
4. Persalinan (Partus)
4 kala pada persalinan:
Kala I pembukaan serviks sampai pembukaan lengkap
(10cm)
Kala II pengeluaran janin
Kala III waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta
Kala IV mulai dari pengeluaran uri selama 1-2jam
5. KALA I (KALA
PEMBUKAAN)
Ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah
(bloody show)
Dibagi 2 fase:
Fase laten: sampai 3cm, berlangsung 7-8 jam
Fase aktif: 6jam, dibagi 3 subfase:
Periode akselerasi: 2 jam
Periode dilatasi maksimal: 2jam
Periode deselerasi: 2jam
6. KALA II (KALA
PENGELUARAN JANIN)
His terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama.
Dimulai dengan pembukaan serviks dengan lengkap
dan berakhir dengan saat bayi telah lahir lengkap.
Pada kala ini, ibu ingin mengedan makin kuat sehingga
perineum meregang dan anusnya membuka. Bagian
terbawah janin turun hingga dasar panggul. Sedangkan
kepala dilahirkan lebih dahulu, dengan suboksiput di
bawah simfisis, badan dan anggota badan janin
Pada primi: 1,5 – 2 jam
Pada multi : 0,5 – 1 jam
7. MEKANISME
PERSALINAN NORMAL
Selama proses persalinan,
janin melakukan
serangkaian gerakan untuk
melewati panggul [ “seven
cardinal movements of
labor” ] yang terdiri dari :
1. Engagemen
2. Fleksi
3. Desensus
4. Putar paksi dalam
5. Ekstensi
6. Putar paksi luar
7. Ekspulsi
8. ENGAGEMENT
Suatu keadaan dimana diameter biparietal sudah
melewati pintu atas panggul.
Pada 70% kasus, kepala masuk pintu atas panggul
ibu dengan oksiput melintang (tranversal)
Proses engagemen kedalam pintu atas panggul
dapat melalui proses normal sinklitismus ,
asinklitismus anterior atau asinklitismus posterior
9. Arah sumbu
kepala janin
tegak lurus
dgn bidang
pinta atas
panggul
Sutura sagitalis
berada
diantara
promontorium
dan simfisis
Arah sumbu kepala janin
membuat sudut lancip
ke depan dgn pintu atas
panggul
Parietalis anterior
sebagai bagian terendah
10. FLEKSI
Gerakan fleksi terjadi akibat adanya tahanan servik,
dinding panggul dan otot dasar panggul.
Fleksi kepala diperlukan agar dapat terjadi
engagemen dan desensus.
Bila terdapat kesempitan panggul, dapat terjadi
ekstensi kepala sehingga terjadi letak defleksi
(presentasi dahi, presentasi muka).
11. DESENSUS
NULIPARA : engagemen terjadi sebelum
inpartu dan berlanjut sampai awal kala II;
MULTIPARA : desensus dan engagemen
berlangsung bersamaan dengan dilatasi servik.
Penyebab terjadinya desensus :
1. Tekanan cairan amnion
2. Tekanan langsung oleh fundus uteri pada bokong
3. Usaha meneran ibu
4. Gerakan ekstensi tubuh janin (tubuh janin menjadi
lurus)
12. PUTAR PAKSI DALAM
Bersama dengan gerakan desensus, bagian terendah
janin mengalami putar paksi dalam pada level
setinggi spina ischiadica (bidang tengah panggul).
Kepala berputar dari posisi tranversal menjadi
posisi anterior (kadang-kadang kearah posterior).
Putar paksi dalam berakhir setelah kepala mencapai
dasar panggul.
13. EKSTENSI
Aksis jalan lahir mengarah kedepan atas, maka agar
kepala dapat melewati pintu bawah panggul harus
terjadi gerakan ekstensi kepala janin lebih dulu.
Akibat proses desensus lebih lanjut, terjadi
regangan perineum dan diikuti dengan “crowning”
14. A. Fleksi dan desensus ;
B dan C Desensus berlanjut dan akan masuk kedalam putar paksi dalam ;
D putar paksi dalam sudah sempurna dan kepala akan lahir dengan
gerakan ekstensi
15. Setelah kepala lahir, muka janin dibersihkan dan
jalan nafas dibebaskan dari darah dan cairan
amnion.
Mulut dibersihkan terlebih dahulu sebelum
melakukan pembersihan hidung.
Setelah jalan nafas bersih, dilakukan pemeriksaan
adanya lilitan talipusat sekitar leher dengan jari
telunjuk
16. PUTAR PAKSI LUAR
Setelah kepala lahir, terjadi putar paksi luar
(restitusi) yang menyebabkan posisi kepala kembali
pada posisi saat engagemen terjadi dalam jalan
lahir.
Gerakan ini mengikuti masuknya bahu kedalam
panggul
17. PERSALINAN BAHU
Setelah putar paksi luar kepala, bahu mengalami
desensus kedalam panggul dengan cara seperti
yang terjadi pada desensus kepala.
Bahu anterior akan mengalami putar paksi dalam
sejauh 45o menuju arcus pubis sebelum dapat lahir
dibawah simfisis.
18. EKSPULSI
Setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan
dikeluarkan dengan mudah. Selanjutnya lahir
badan (toraks,abdomen) dan lengan, pinggul /
trokanter depan dan belakang, tungkai dan kaki.
19. PERSALINAN TUBUH
ANAK
Setelah persalinan kepala dan bahu, persalinan
selanjutnya berlangsung pada sisa bagian tubuh janin
dengan melakukan traksi pada bahu janin.
Setelah kelahiran janin, terjadi pengaliran darah plasenta
pada neonatus bila tubuh anak diletakkan dibawah
introitus vagina.
Sebaiknya neonatus diletakkan diatas perut ibu dan
pemasangan dua buah klem talipusat dilakukan dalam
waktu sekitar 15 – 20 detik setelah bayi lahir dan
kemudian baru dilakukan pemotongan talipusat
diantara kedua klem
20. KALA III (KALA
PENGELUARAN URI)
Biasanya berlangsung 5 – 30 menit setelah bayi lahir
Segera setelah bayi lahir, tinggi fundus uteri dan
konsistensi dipastikan sampai terdapat tanda-tanda
pelepasan plasenta
Dilakukan manajemen aktif kala III untuk
menghasilkan kontraksi uterus yang leibih efektif
sehingga mengurangi kehilangan darah :
Pemberian uterotonik profilaksis
Melakukan peregangan tali pusat terkendali
Masase fundus uteri
21. PERSALINAN KALA III
Periode persalinan antara lahirnya janin sampai lahirnya
plasenta dan selaput ketuban.
Akibat kontraksi uterus, ukuran plasenta dan “plasental
site” mengecil sampai tersisa 25% hematoma
retroplasenta terjadi separasi plasenta.
Separasi plasenta umumnya terjadi 5 menit setelah anak
lahir.
Penatalaksanaan kala III
1. Penatalaksanaan klasik atau tradisional
2. Penatalaksanaan aktif
22. PENATALAKSANAAN
KALA III AKTIF
Setelah talipusat dipotong
Pastikan ini persalinan kehamilan tunggal
Setelah plasenta lahir lakukan inspeksi plasenta dan
selaput ketuban
23.
24. Kala IV
Hal-hal yang perlu dipantau selama 2 jam setelah
post partum :
Tekanan darah, nadi, TFU, perdarahan setiap 15
menit pada 1 jam pertama dan 30 menit pada 1
jam kedua.
Masase uterus setiap 15 menit pada 1 jam
pertama dan 30 menit pada 1 jam kedua.
25. Kala IV
Hal-hal lain yang harus diperhatikan :
Kontraksi uterus baik
Tidak ada perdarahan dari vagina dan alat
genital lainnya
Plasenta lahir lengkap
Luka perineum terawat baik dan tidak ada
hematoma
Ibu dalam keadaan baik
Bayi dalam keadaan baik
26. PENATALAKSANAAN
PASCA PERSALINAN
Sebelum dirawat di ruang perawatan nifas, pasien
pasca persalinan harus
Keadaan umum baik .
Kontraksi uterus baik dan tidak terdapat perdarahan
pervaginam.
Cedera perineum sudah diperbaiki.
33. SEBAB TERJADINYA PROSES PERSALINAN
1. Penurunan fungsi plasenta : kadar progesteron dan
estrogen menurun mendadak, nutrisi janin dari plasenta
berkurang.
2. Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus
Frankenhauser, menjadi stimulasi (pacemaker) bagi
kontraksi otot polos uterus.
34. 3. Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh
hormonal dan beban, semakin merangsang
terjadinya kontraksi.
4. Peningkatan beban / stress pada maternal
maupun fetal dan peningkatan estrogen
mengakibatkan peningkatan akfifitas
kortison, prostaglandin, oksitosin, menjadi
pencetus rangsangan untuk proses persalinan
35. Dua teori onset dari parturisi manusia
A.Corticotropin-releasing hormone yang
diproduksi oleh plasenta disekresikan kedalam
sirkulasi janin yang menstimulasi sekresi
kortikotropin dari hipofisis anterior janin. CRH
plasenta, melalui ACTH janin menstimulasi
adrenal janin untuk memproduksi kortisol, yang
berikatan dengan reseptor glukokortikoid
plasenta untuk memblokade efek inhibisi dari
progesteron mengakibatkan stimulasi produksi
CRH dengan cara stimulasi.
36. B.Aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal janin diam
selama paruh pertama kehamilan karena supresi
dari influx kortisol maternal, tetapi pada paruh
kedua kehamilan, peningkatan kadar estrogen
meningkatkan enzim plasenta 11b-hydroxisteroid
dehydrogenase, menyebabkan kortisol
dikonversikan menjadi metabolit tidak aktif yaitu
kortison. Hasil negatif feedback glukokortikoud
pada kelenjar hipofisis janin (berkurangnya
aliran kortisol dari ibu ke janin) akan
mengakibatkan peningkatan sekresi ACTH janin,
kortisol dan DHEA sulfat, menyebabkan
maturitas janin dan stimulasi parturisi.