SlideShare a Scribd company logo
1 of 28
A. Pengertian Persalinan
 Proses dimana bayi, plasenta dan
selaput ketuban keluar dari uterus ibu.
Persalinan dianggap normal jika
prosesnya terjadi pada usia kehamilan
cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa
disertai adanya penyulit.
 Persalinan adalah suatu proses
pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup, dari dalam uterus melalui vagina
atau jalan lain ke dunia luar.
 Persalinan Normal
Persalinan yang dimulai secara
spontan (dengan kekuatan ibu sendiri
dan melalui jalan lahir), beresiko
rendah pada awal persalinan dan
presentasi belakang kepala pada usia
kehamilan antara 37-42 minggu
setelah persalinan ibu maupun bayi
dalam kondisi baik (World Health
Organization(WHO)).
• Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas
tertentu.
• Setelah melewati batas tersebut, maka akan terjadi kontraksi
sehingga persalinan dapat dimulai.
a. Teori
Peregangan
• Proses penuaan plasenta terjadi mulai usia kehamilan 28
minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat sehingga
pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.
• Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot
rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.
• Akibatnya, otot rahim mulai berkontraksi stelah mencapai
tingkat penurunan progesteron tertentu.
b. Teori
Penurunan
Progesteron
B. Penyebab Terjadinya Persalinan
• Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior.
• Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat
dapat mengubah sensitivitas otot rahim sehingga terjadi
kontaksi Braxton-Hiks.
• Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya usia
kehamilan menyebabkan oksitsin meningkatkan aktivitas
sehingga persalinan dimulai.
c. Teori Oksitosin
Internal
• Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak usia
kehamilan 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua.
• Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan
kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat
dikeluarkan.
• Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya
persalinan.
d. Teori
Prostaglandin
Kala I (Kala
Pembukaan)
Kala II (Kala Pengeluaran
Janin)
Kala III (Kala
Pengeluaran Plasenta)
Kala IV (Kala
Observasi/Pemantauan)
Kala I (Kala Pembukaan)
Kala II (Pengeluaran Bayi)
Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)
Kala III Persalinan, dimulai segera setelah bayi lahir
dan berakhir dengan lahirnya plasenta serta selaput ketuban
yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
Tanda-tanda terlepasnya plasenta, sebagai berikut:
 Uterus menjadi berbentuk bundar
 Uterus terdorong ke atas, karena plasenta terlepas ke
segmen bawah rahim
 Tali pusat semakin panjang
 Terjadinya perdarahan
Kala IV (Observasi)
Tujuan Asuhan Persalinan adalah
sebagai berikut:
 Melindungi keselamatan ibu dan bayi
baru lahir
 Memberikan dukungan pada persalinan
normal, mendeteksi dan menatalaksanakan
komplikasi tepat waktu.
 Memberi dukungan serta cepat bereaksi
terhadap kebutuhan ibu, pasangan dan
keluarganya selama persalinan dan
kelahiran bayi.
Tujuan Asuhan Persalinan
Normal adalah menjaga
kelangsungan hidup dan
memberikan derajat kesehatan
yang tinggi bagi ibu dan bayinya,
melalui upaya yang terintegrasi
dan lengkap tetapi dengan
intervensi yang seminimal
mungkin agar prinsip keamanan
dan kualitas pelayanan dapat
terjaga pada tingkat yang optimal.
1. Mengenali tanda dan gejala kala II
• Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
• Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina
• Perenium menonjol
• Vulva dan spingter ani membuka
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan
ampul oksitosin 10 unit dan memasukkan alat suntik sekali pakai ke dalam wadah
partus set.
3. Mengenakan celemek plastik (memakai APD)
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua tangan
dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan
handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.
5. Memakai satu sarung dengan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk
melakukan pemeriksaan dalam.
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin
dan letakkan kembali ke dalam wadah partus set
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-
hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa
yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina,
perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu,
membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan
ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam
wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (
meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam
larutan dekontaminasi)
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap
dan selaput ketuban sudah pecah. (Bila selaput ketuban belum pecah,
sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.)
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan
yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%
dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta
merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci
kedua tangan.
10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir
untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( 120 – 160 kali / menit)
• Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
• Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-
hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
11. Beritahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin
baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.
Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan
pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan
pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan.
Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung
dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk
menyiapkan posisi ibu untuk meneran.
(Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi
setengah duduk dan pastikan ia merasa
nyaman).
13. Laksanakan bimbingan meneran pada
saat ibu ingin meneran atau timbul
kontraksi yang kuat.
14. Anjurkan ibu untuk berjalan,
berjongkok atau mengambil posisi yang
nyaman, jika ibu belum merasa ada
dorongan untuk meneran dalam selang
waktu 60 menit.
15. Jika kepala bayi telah membuka vulva
dengan diameter 5-6 cm, letakkan handuk
bersih di atas perut ibu untuk
mengeringkan bayi.
16. Meletakkan kain yang bersih dilipat
1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
17. Membuka partus set.
18. Memakai sarung tangan DTT atau
steril pada kedua tangan.
19. Setelah tampak kepala bayi dengan
diameter 5-6 cm membuka vulva,
maka lindungi perineum dengan satu
tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering, tangan yang lain
menahan belakang kepala untuk
mempertahankan posisi defleksi dan
membantu lahirnya kepala. Anjurkan
ibu meneran secara efektif atau
bernafas cepat dan dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali
pusat (ambil tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran bayi
– Perhatikan !
– Jika tali pusat melilit leher secara longgar,
lepaskan lilitan lewat bagian atas kepala bayi
– Jika tali pusat melilit bayi secara kuat, klem
tali pusat di sua tempat dan potong tali
pusat diantara dua klem tersebut
21. Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi
luar yang berlangsung secara spontan
22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang
kepala bayi secara biparietal. Anjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi. Dengan lembut
gerakkan kepala ke arah bawah untuk
melahirkan bahu depan dan gerakkan ke atas
untuk melahirkan bahu belakang. Menunggu
hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
23.Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan
di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran
saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah
dan kearah keluar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar
untuk melahirkan bahu posterior.
24.Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi
yang berada di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan
bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan
kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan
lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku
dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.
25.Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas
(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat
panggung dari kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-
hati membantu kelahiran kaki.
26.Menilai bayi dengan cepat, kemudian
meletakkan bayi di atas perut ibu
dengan posisi kepala bayi sedikit
lebih rendah dari tubuhnya (bila tali
pusat terlalu pendek, meletakkan
bayi di tempat yang memungkinkan).
27.Segera mengeringkan bayi,
membungkus kepala dan badan bayi
kecuali bagian pusat.
28.Menjepit tali pusat menggunakan
klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat
mulai dari klem ke arah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari
klem pertama (ke arah ibu).
29.Memegang tali pusat dengan satu
tangan, melindungi bayi dari gunting
dan memotong tali pusat di antara
dua klem tersebut.
30.Mengganti handuk yang basah dan
menyelimuti bayi dengan kain atau selimut
yang bersih dan kering, menutupi bagian
kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika
bayi mengalami kesulitan bernapas,
mengambil tindakan yang sesuai.
31.Memberikan bayi kepada ibunya dan
menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya
dan memulai pemberian ASI (IMD)
32.Cek kembali fundus untuk memastikan hanya
ada satu bayi yang dilahirkan dan bukan
kehamilan ganda (gemili).
33. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia
akan disuntik.
34. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran
bayi, memberikan suntikan oksitosin 10 unit IM
di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah
mengaspirasinya terlebih dahulu.
35.Memindahkan klem pada tali pusat
36.Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas
tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi
kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan
tangan yang lain.
37. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke
arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang
berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus
ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk
membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir
setelah 30 menit, menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu
hingga kontraksi berikut mulai.
38.Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali
pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurve jalan lahir
sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
39.Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta
dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua
tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
40.Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase
uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus menjadi keras).
41.Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin
dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap
dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat
khusus.
42. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
43. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.
44.Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik.
Mengevaluasi perdarahan persalinan vagina.
45. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan
air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan
kering.
46. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril
atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati
sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
47. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang
berseberangan dengan simpul mati yang pertama.
48. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan
klorin 0,5 %.
49. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya.
Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.
50. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI
51. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
pervaginam :
• 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan.
• Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan.
• Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
• Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan
yang sesuai untuk menatalaksana atonia uter
52. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan
dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.
53. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus
dan memeriksa kontraksi uterus.
54. Mengevaluasi kehilangan darah.
55. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit
selama jam kedua pasca persalinan.
– Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam
pertama pasca persalinan.
– Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
58. Lepaskan sarung tangan secara terbalik kemudian rendam secara
terbalik selama 10 menit dalam larutan clorin 0,5 %.
59. Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir, lalu
keringkan dengan handuk bersih.
60. Lengkapi partograf.
56. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi
57. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat
sampah yang sesuai.
Contoh Kasus
KASUS 1
Ny. A umur 26 tahun, datang ke BPS. Ny.M mengatakan ingin melahirkan. Anak
pertama meninggal usia 3 tahun, anak ke-2 lahir kembar hidup dan belum pernah
keguguran. Setelah dilakukan pemeriksaan jam 10.00 WIB didaptkan hasil TD:
110/70 mmHg, N:84x/menit, S: 36,7ºC, RR: 20x/menit, TFU:36 cm, puki, preskep,
DJJ (+) 140x/menit, VT:3cm, KK (+),lendir darah (+),penurunan kepala 3/5.
Diagnosis pada Ny. A adalah….
a. GIIIPIIAO inpartu kala I fase laten
b. GIIIPIIAO inpartu kala I fase aktif
c. GIIIPIIIAO inpartu kala I fase aktif
d. GIIPIIIAO inpartu kala I fase laten
e. GIIIPIIIAO inpartu kala I fase laten
Seorang ibu umur 25 tahun baru saja melahirkan bayinya secara spontan, keadaan
bayinya menangis kuat, kemerahan pada kulit dan tonus ototnya baik. Sedangkan
plasenta belum lahir, Tinggi fundus uteri masih setinggi pusat, sudah terdapat
tanda- tanda pelepasan plasenta.
Apa diagnosis dari ibu tersebut ?
a. Inpartu fase laten
b. Inpartu fase aktif
c. Post partum
d. Inpartu kala II
e. Inpartu kala III
Contoh Kasus II
Asuhan persalinan normal (apn)

More Related Content

What's hot

Makalah konsep ginekologi dan obstetri
Makalah konsep ginekologi dan obstetriMakalah konsep ginekologi dan obstetri
Makalah konsep ginekologi dan obstetriWarnet Raha
 
Kala dua persalinan 2
Kala dua persalinan 2Kala dua persalinan 2
Kala dua persalinan 2aissya noor
 
Pembahasan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
Pembahasan Kegawatdaruratan Maternal NeonatalPembahasan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
Pembahasan Kegawatdaruratan Maternal NeonatalAffiZakiyya
 
Fisiologi kala iii
Fisiologi kala iiiFisiologi kala iii
Fisiologi kala iiineng elis
 
Ruang lingkup asuhan neonatus, bayi & balita
Ruang lingkup asuhan neonatus, bayi & balitaRuang lingkup asuhan neonatus, bayi & balita
Ruang lingkup asuhan neonatus, bayi & balitaAsih Astuti
 
Retensio plasenta
Retensio plasentaRetensio plasenta
Retensio plasentaannisalh
 
Pemeriksaan panggul luar
Pemeriksaan panggul luarPemeriksaan panggul luar
Pemeriksaan panggul luarRiska Ramadhana
 
Metode penelitian kebidanan
Metode penelitian kebidananMetode penelitian kebidanan
Metode penelitian kebidananRufi'i Rufii
 
Fraktur klavikula dan fraktur humerus pada bayi
Fraktur klavikula dan fraktur humerus pada bayiFraktur klavikula dan fraktur humerus pada bayi
Fraktur klavikula dan fraktur humerus pada bayinor rahmah
 
Pra konsepsi konsepsi kehamilan
Pra konsepsi konsepsi kehamilanPra konsepsi konsepsi kehamilan
Pra konsepsi konsepsi kehamilanHetty Astri
 
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balita
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balitaKb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balita
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balitapjj_kemenkes
 
pelayanan kontrasepsi dengan metode sederhana
pelayanan kontrasepsi dengan metode sederhanapelayanan kontrasepsi dengan metode sederhana
pelayanan kontrasepsi dengan metode sederhanamartaagustinasirait
 
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik Rahayu Pratiwi
 
Perubahan fisiologis masa nifas
Perubahan fisiologis masa nifasPerubahan fisiologis masa nifas
Perubahan fisiologis masa nifasowik15
 

What's hot (20)

INFEKSI NIFAS
INFEKSI NIFASINFEKSI NIFAS
INFEKSI NIFAS
 
Makalah konsep ginekologi dan obstetri
Makalah konsep ginekologi dan obstetriMakalah konsep ginekologi dan obstetri
Makalah konsep ginekologi dan obstetri
 
Kala dua persalinan 2
Kala dua persalinan 2Kala dua persalinan 2
Kala dua persalinan 2
 
ASKEB PATOLOGIS BBL DENGAN HIPERBILIRUBIN
ASKEB PATOLOGIS BBL DENGAN HIPERBILIRUBINASKEB PATOLOGIS BBL DENGAN HIPERBILIRUBIN
ASKEB PATOLOGIS BBL DENGAN HIPERBILIRUBIN
 
ASKEB PATOLOGIS NIFAS DENGAN HIPERTENSI
ASKEB PATOLOGIS NIFAS DENGAN HIPERTENSIASKEB PATOLOGIS NIFAS DENGAN HIPERTENSI
ASKEB PATOLOGIS NIFAS DENGAN HIPERTENSI
 
Pembahasan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
Pembahasan Kegawatdaruratan Maternal NeonatalPembahasan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
Pembahasan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
 
Fisiologi kala iii
Fisiologi kala iiiFisiologi kala iii
Fisiologi kala iii
 
Ruang lingkup asuhan neonatus, bayi & balita
Ruang lingkup asuhan neonatus, bayi & balitaRuang lingkup asuhan neonatus, bayi & balita
Ruang lingkup asuhan neonatus, bayi & balita
 
Retensio plasenta
Retensio plasentaRetensio plasenta
Retensio plasenta
 
Pemeriksaan panggul luar
Pemeriksaan panggul luarPemeriksaan panggul luar
Pemeriksaan panggul luar
 
Metode penelitian kebidanan
Metode penelitian kebidananMetode penelitian kebidanan
Metode penelitian kebidanan
 
Fraktur klavikula dan fraktur humerus pada bayi
Fraktur klavikula dan fraktur humerus pada bayiFraktur klavikula dan fraktur humerus pada bayi
Fraktur klavikula dan fraktur humerus pada bayi
 
Pra konsepsi konsepsi kehamilan
Pra konsepsi konsepsi kehamilanPra konsepsi konsepsi kehamilan
Pra konsepsi konsepsi kehamilan
 
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balita
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balitaKb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balita
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balita
 
pelayanan kontrasepsi dengan metode sederhana
pelayanan kontrasepsi dengan metode sederhanapelayanan kontrasepsi dengan metode sederhana
pelayanan kontrasepsi dengan metode sederhana
 
Farmakologi uterotonika
Farmakologi uterotonikaFarmakologi uterotonika
Farmakologi uterotonika
 
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik
 
Perubahan fisiologis masa nifas
Perubahan fisiologis masa nifasPerubahan fisiologis masa nifas
Perubahan fisiologis masa nifas
 
Sistem rujukan
Sistem rujukanSistem rujukan
Sistem rujukan
 
Ppt nifas
Ppt nifasPpt nifas
Ppt nifas
 

Similar to Asuhan persalinan normal (apn)

58 langkah apn
58 langkah apn58 langkah apn
58 langkah apnAf Affandi
 
60 langkah apn
60 langkah apn60 langkah apn
60 langkah apnarfadin
 
5_6332611905638630178.pdf
5_6332611905638630178.pdf5_6332611905638630178.pdf
5_6332611905638630178.pdfputriagnes4
 
Asuhan Persalinan Normal
Asuhan Persalinan NormalAsuhan Persalinan Normal
Asuhan Persalinan NormalEvan Permana
 
APN 58 LANGKAH.ppt
APN 58 LANGKAH.pptAPN 58 LANGKAH.ppt
APN 58 LANGKAH.pptmeltiSuriya1
 
KALA 2 [Recovered].pptx
KALA 2 [Recovered].pptxKALA 2 [Recovered].pptx
KALA 2 [Recovered].pptxPutriChika
 
58 langkah asuhan persalinan normal (apn) 2013
58 langkah asuhan persalinan normal (apn)  201358 langkah asuhan persalinan normal (apn)  2013
58 langkah asuhan persalinan normal (apn) 2013chantieq
 
standar asuhan kebidanan
standar asuhan kebidananstandar asuhan kebidanan
standar asuhan kebidananmolee29
 
ASUHAN NEONATUS BAYI BARU LAHIR NRB/IV
ASUHAN NEONATUS BAYI BARU LAHIR NRB/IVASUHAN NEONATUS BAYI BARU LAHIR NRB/IV
ASUHAN NEONATUS BAYI BARU LAHIR NRB/IVmolee29
 
Asuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitas
Asuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitasAsuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitas
Asuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitasintan kurniawati
 
Asuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitas
Asuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitasAsuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitas
Asuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitasintan kurniawati
 

Similar to Asuhan persalinan normal (apn) (20)

APN-1.pptx
APN-1.pptxAPN-1.pptx
APN-1.pptx
 
58 langkah apn
58 langkah apn58 langkah apn
58 langkah apn
 
Sop apn
Sop apnSop apn
Sop apn
 
60 langkah apn
60 langkah apn60 langkah apn
60 langkah apn
 
5_6332611905638630178.pdf
5_6332611905638630178.pdf5_6332611905638630178.pdf
5_6332611905638630178.pdf
 
Persalinan Normal
Persalinan NormalPersalinan Normal
Persalinan Normal
 
58 langkah apn
58 langkah apn58 langkah apn
58 langkah apn
 
58 langkah apn
58 langkah apn58 langkah apn
58 langkah apn
 
Asuhan Persalinan Normal
Asuhan Persalinan NormalAsuhan Persalinan Normal
Asuhan Persalinan Normal
 
APN 58 LANGKAH.ppt
APN 58 LANGKAH.pptAPN 58 LANGKAH.ppt
APN 58 LANGKAH.ppt
 
8 langkah asuhan persalinan normal
8 langkah asuhan persalinan normal8 langkah asuhan persalinan normal
8 langkah asuhan persalinan normal
 
8 langkah asuhan persalinan normal
8 langkah asuhan persalinan normal8 langkah asuhan persalinan normal
8 langkah asuhan persalinan normal
 
8 langkah asuhan persalinan normal
8 langkah asuhan persalinan normal8 langkah asuhan persalinan normal
8 langkah asuhan persalinan normal
 
KALA 2 [Recovered].pptx
KALA 2 [Recovered].pptxKALA 2 [Recovered].pptx
KALA 2 [Recovered].pptx
 
58 langkah asuhan persalinan normal (apn) 2013
58 langkah asuhan persalinan normal (apn)  201358 langkah asuhan persalinan normal (apn)  2013
58 langkah asuhan persalinan normal (apn) 2013
 
Partus normal
Partus normalPartus normal
Partus normal
 
standar asuhan kebidanan
standar asuhan kebidananstandar asuhan kebidanan
standar asuhan kebidanan
 
ASUHAN NEONATUS BAYI BARU LAHIR NRB/IV
ASUHAN NEONATUS BAYI BARU LAHIR NRB/IVASUHAN NEONATUS BAYI BARU LAHIR NRB/IV
ASUHAN NEONATUS BAYI BARU LAHIR NRB/IV
 
Asuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitas
Asuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitasAsuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitas
Asuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitas
 
Asuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitas
Asuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitasAsuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitas
Asuhan bayi baru lahir dan neonatus di komunitas
 

Asuhan persalinan normal (apn)

  • 1.
  • 2. A. Pengertian Persalinan  Proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.  Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup, dari dalam uterus melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar.
  • 3.  Persalinan Normal Persalinan yang dimulai secara spontan (dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir), beresiko rendah pada awal persalinan dan presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37-42 minggu setelah persalinan ibu maupun bayi dalam kondisi baik (World Health Organization(WHO)).
  • 4. • Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. • Setelah melewati batas tersebut, maka akan terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai. a. Teori Peregangan • Proses penuaan plasenta terjadi mulai usia kehamilan 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. • Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin. • Akibatnya, otot rahim mulai berkontraksi stelah mencapai tingkat penurunan progesteron tertentu. b. Teori Penurunan Progesteron B. Penyebab Terjadinya Persalinan
  • 5. • Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior. • Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat dapat mengubah sensitivitas otot rahim sehingga terjadi kontaksi Braxton-Hiks. • Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya usia kehamilan menyebabkan oksitsin meningkatkan aktivitas sehingga persalinan dimulai. c. Teori Oksitosin Internal • Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak usia kehamilan 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. • Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan. • Prostaglandin dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan. d. Teori Prostaglandin
  • 6. Kala I (Kala Pembukaan) Kala II (Kala Pengeluaran Janin) Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta) Kala IV (Kala Observasi/Pemantauan)
  • 7. Kala I (Kala Pembukaan)
  • 9. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta) Kala III Persalinan, dimulai segera setelah bayi lahir dan berakhir dengan lahirnya plasenta serta selaput ketuban yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Tanda-tanda terlepasnya plasenta, sebagai berikut:  Uterus menjadi berbentuk bundar  Uterus terdorong ke atas, karena plasenta terlepas ke segmen bawah rahim  Tali pusat semakin panjang  Terjadinya perdarahan
  • 11. Tujuan Asuhan Persalinan adalah sebagai berikut:  Melindungi keselamatan ibu dan bayi baru lahir  Memberikan dukungan pada persalinan normal, mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi tepat waktu.  Memberi dukungan serta cepat bereaksi terhadap kebutuhan ibu, pasangan dan keluarganya selama persalinan dan kelahiran bayi. Tujuan Asuhan Persalinan Normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.
  • 12. 1. Mengenali tanda dan gejala kala II • Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran • Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina • Perenium menonjol • Vulva dan spingter ani membuka 2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan memasukkan alat suntik sekali pakai ke dalam wadah partus set. 3. Mengenakan celemek plastik (memakai APD) 4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih. 5. Memakai satu sarung dengan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk melakukan pemeriksaan dalam. 6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakkan kembali ke dalam wadah partus set
  • 13. 7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati- hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi ( meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi) 8. Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah. (Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.)
  • 14. 9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan. 10. Memeriksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( 120 – 160 kali / menit) • Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal. • Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil- hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf. 11. Beritahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya. Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan. Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.
  • 15. 12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman). 13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu ingin meneran atau timbul kontraksi yang kuat. 14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam selang waktu 60 menit. 15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi. 16. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.
  • 16. 17. Membuka partus set. 18. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan. 19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva, maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering, tangan yang lain menahan belakang kepala untuk mempertahankan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran secara efektif atau bernafas cepat dan dangkal.
  • 17. 20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran bayi – Perhatikan ! – Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat bagian atas kepala bayi – Jika tali pusat melilit bayi secara kuat, klem tali pusat di sua tempat dan potong tali pusat diantara dua klem tersebut 21. Setelah kepala lahir, tunggu putaran paksi luar yang berlangsung secara spontan 22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah untuk melahirkan bahu depan dan gerakkan ke atas untuk melahirkan bahu belakang. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
  • 18. 23.Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan kearah keluar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior. 24.Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir. 25.Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat panggung dari kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati- hati membantu kelahiran kaki.
  • 19. 26.Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan). 27.Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian pusat. 28.Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu). 29.Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.
  • 20. 30.Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, mengambil tindakan yang sesuai. 31.Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI (IMD) 32.Cek kembali fundus untuk memastikan hanya ada satu bayi yang dilahirkan dan bukan kehamilan ganda (gemili). 33. Memberi tahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik. 34. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.
  • 21. 35.Memindahkan klem pada tali pusat 36.Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain. 37. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 menit, menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai. 38.Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus. 39.Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut.
  • 22. 40.Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras). 41.Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus. 42. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif. 43. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif. 44.Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik. Mengevaluasi perdarahan persalinan vagina. 45. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
  • 23. 46. Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat. 47. Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan dengan simpul mati yang pertama. 48. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5 %. 49. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya. Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering. 50. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI 51. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam : • 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan. • Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan. • Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan. • Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uter
  • 24. 52. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai. 53. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus. 54. Mengevaluasi kehilangan darah. 55. Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan. – Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pasca persalinan. – Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
  • 25. 58. Lepaskan sarung tangan secara terbalik kemudian rendam secara terbalik selama 10 menit dalam larutan clorin 0,5 %. 59. Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir, lalu keringkan dengan handuk bersih. 60. Lengkapi partograf. 56. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi 57. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.
  • 26. Contoh Kasus KASUS 1 Ny. A umur 26 tahun, datang ke BPS. Ny.M mengatakan ingin melahirkan. Anak pertama meninggal usia 3 tahun, anak ke-2 lahir kembar hidup dan belum pernah keguguran. Setelah dilakukan pemeriksaan jam 10.00 WIB didaptkan hasil TD: 110/70 mmHg, N:84x/menit, S: 36,7ºC, RR: 20x/menit, TFU:36 cm, puki, preskep, DJJ (+) 140x/menit, VT:3cm, KK (+),lendir darah (+),penurunan kepala 3/5. Diagnosis pada Ny. A adalah…. a. GIIIPIIAO inpartu kala I fase laten b. GIIIPIIAO inpartu kala I fase aktif c. GIIIPIIIAO inpartu kala I fase aktif d. GIIPIIIAO inpartu kala I fase laten e. GIIIPIIIAO inpartu kala I fase laten
  • 27. Seorang ibu umur 25 tahun baru saja melahirkan bayinya secara spontan, keadaan bayinya menangis kuat, kemerahan pada kulit dan tonus ototnya baik. Sedangkan plasenta belum lahir, Tinggi fundus uteri masih setinggi pusat, sudah terdapat tanda- tanda pelepasan plasenta. Apa diagnosis dari ibu tersebut ? a. Inpartu fase laten b. Inpartu fase aktif c. Post partum d. Inpartu kala II e. Inpartu kala III Contoh Kasus II