2.
Adalah suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi yang dapat hidup, dari dalam uterus
melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar.
Secara umum persalinan adalah serangkaian
kajadian yang berakhir dengan pengeluaran
bayi yang cukup bulan 37-42 minggu lahir
spontan, tanpa komplikasi baik pada ibu
maupun janin, disusul dengan pengeluaran
plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
3. MENURUT TUANYA KEHAMILAN :
1. Abortus
: Pengeluaran hasil konsepsi
sebelum kehamilan 22 minggu / janin
dengan BB 500 gr.
2. Partus
immaturus : Pengeluaran hasil
konsepsi antara 22-28 minggu / bayi
dengan BB antara 500 gr-999 gr.
3. Partus
prematurus : Pengeluaran hasil
konsepsi antara 28-37 minggu bayi dengan
BB antara 1000 gr-2499 gr.
4. MENURUT TUANYA KEHAMILAN :
4. Partus
matur
atau
partus
aterm
:
Pengeluaran hasil konsepsi antara 37-42
minggu / bayi dengan BB ≥ 2500 gr.
5. Partus postmaturus atau partus serotinus :
Pengeluaran hasil konsepsi pada usia
kehamilan kehamilan > 42 minggu.
5. MENURUT CARA PERSALINAN :
1. Partus
spontan /Biasa : Persalinan yang
berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan
melalui jalan lahir.
2. Partus buatan : Persalinan yang dibantu dengan
tenaga dari luar, misalnya ekstraksi vakum dan
sectio caesarea (SC)
3. Partus anjuran : Persalinan bila bayi sudah
cukup besar untuk hidup diluar, tetapi
menimbulkan kesulitan dalam persalinan dan
tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru
berlangsung setelah pemecahan ketuban,
pemberian pitocin atau prostaglandin
6. 1.
2.
3.
4.
Penurunan fungsi plasenta : kadar progesteron dan
estrogen menurun mendadak, nutrisi janin dari
plasenta berkurang.
Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus
Frankenhauser, menjadi stimulasi (pacemaker) bagi
kontraksi otot polos uterus.
Iskemia otot-otot uterus karena pengaruh hormonal
dan beban, semakin merangsang terjadinya
kontraksi.
Peningkatan beban / stress pada maternal maupun
fetal dan peningkatan estrogen mengakibatkan
peningkatan
aktifitas
kortison, prostaglandin, oksitosin, yang menjadi
pencetus rangsangan untuk proses persalinan.
7. Ditentukan oleh 3 faktor “P” utama :
1.
Power
2.
Passage
3.
Passanger
His (kontraksi ritmis otot polos uterus),
kekuatan mengejan ibu, keadaan kardiovaskular
dan respirasi metabolik ibu.
Keadaan jalan lahir
Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat
janin, ada/tidak kelainan anatomik mayor)
Ditambah dengan faktor-faktor “P” lainya :
Psikologi, Penolong dan Posisi
8.
Kala I : Pematangan dan pembukaan serviks
sampai lengkap (Kala Pembukaan)
Kala II : Pengeluaran bayi (Kala Pengeluaran)
Kala III : Pengeluaran plasenta (Kala Uri)
Kala IV : Masa sampai dengan 2 jam setelah
partus, terutama untuk observasi.
9.
Dimulai pada waktu serviks membuka karena
his : kontraksi uterus yang teratur, makin
lama, makin kuat, makin sering, makin terasa
nyeri, disertai pengeluaran darah-lendir yang
tidak lebih banyak daripada darah haid.
Berakhir pada waktu pembukaan serviks telah
lengkap (pada periksa dalam, bibir porsio
serviks tidak dapat diraba lagi).
Selaput ketuban biasanya pecah spontan
pada saat akhir kala I.
10.
Terdapat 2 fase pada Kala 1, yaitu :
1. Fase laten : pembukaan sampai mencapai 3 cm,
berlangsung sekitar 8 jam.
2. Fase aktif : pembukaan dari 3 cm sampai lengkap
(+ 10 cm), berlangsung sekitar 6 jam, terbagi
atas :
Fase akselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 3 cm
sampai 4 cm.
Fase dilatasi maksimal (sekitar 2 jam), pembukaan 4
cm sampai 9 cm.
Fase deselerasi (sekitar 2 jam), pembukaan 9 cm
sampai lengkap (+ 10 cm).
11.
Perbedaan proses pematangan dan pembukaan serviks
(cervical effacement) pada primigravida dan multipara :
◦ Pada primigravida terjadi penipisan serviks lebih terlebih dahulu
sebelum terjadi pembukaan, sedangkan pada multipara serviks
telah lunak akibat persalinan sebelumnya, sehingga langsung
terjadi proses penipisan dan pembukaan.
◦ Pada primigravida, ostium internum membuka terlebih dahulu
daripada ostium eksternum (inspekulo ostium tampak berbentuk
seperti lingkaran kecil di tengah), sedangkan pada multipara,
ostium internum dan eksternum membuka bersamaan (inspekulo
ostium tampak berbentuk seperti garis lebar).
◦ Periode Kala 1 pada primigravida lebih lama (+ 20 jam)
dibandingkan multipara (+14 jam) karena pematangan dan
pelunakan serviks pada fase laten pasien primigravida
memerlukan waktu lebih lama.
12. Sifat His pada Kala 1 :
Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40
mmHg, lama 20-30 detik. Serviks terbuka
sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus
meningkat.
Kala 1 lanjut (fase aktif) sampai kala 1 akhir
Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo
makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4
kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks
terbuka sampai lengkap (+10cm).
13. Peristiwa penting Kala 1 :
Keluar lendir / darah (bloody show) akibat
terlepasnya sumbat mukus (mucous plug) yang
selama
kehamilan
menumpuk
di
kanalis
servikalis, akibat terbukanya vaskular kapiler
serviks, dan akibat pergeseran antara selaput
ketuban dengan dinding dalam uterus.
Ostium uteri internum dan eksternum terbuka
sehingga serviks menipis dan mendatar.
Selaput
ketuban pecah spontan (beberapa
kepustakaan menyebutkan ketuban pecah dini
jika terjadi pengeluaran cairan ketuban sebelum
pembukaan 5 cm).
14.
Dimulai pada saat pembukaan serviks telah
lengkap dan berakhir pada saat bayi telah
lahir lengkap.
Pada Kala 2 ini His menjadi lebih kuat, lebih
sering, dan lebih lama.
Selaput ketuban mungkin juga sudah pecah/
baru pecah spontan pada awal Kala 2 ini.
Rata-rata waktu untuk keseluruhan proses
Kala 2 pada primigravida ± 1,5 jam, dan
multipara ± 0,5 jam.
15. Sifat His Kala II :
Amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali / 10
menit.
Refleks mengejan terjadi akibat stimulasi dari
tekanan bagian terbawah janin (pada
persalinan normal yaitu kepala) yang
menekan anus dan rektum.
Tambahan tenaga meneran dari ibu, dengan
kontraksi otot-otot dinding abdomen dan
diafragma, berusaha untuk mengeluarkan
bayi.
16. Peristiwa penting pada Kala II :
1.
Bagian terbawah janin (pada persalinan normal :
kepala) turun sampai dasar panggul.
2.
Ibu timbul perasaan/ refleks ingin mengedan yang
semakin kuat.
3.
Perineum meregang dan anus membuka (hemoroid
fisiologis)
4.
Kepala dilahirkan lebih dulu, dengan suboksiput di
bawah simfisis (simfisis pubis sebagai sumbu putar/
hipomoklion), selanjutnya dilahirkan badan dan
anggota badan.
5.
Kemungkinan diperlukan pemotongan jaringan
perineum
untuk
memperbesar
jalan
lahir
(episiotomi).
17. Proses pengeluaran janin pada kala II (persentase belakang
kepala) :
1.
Kepala masuk pintu atas panggul : sumbu kepala janin
dapat tegak lurus dengan pintu atas panggul
(sinklitismus) atau miring / membentuk sudut dengan
pintu atas panggul (asinklitismus anterior / posterior).
2.
Kepala turun ke dalam rongga panggul, akibat :
◦ tekanan langsung dari his dari daerah fundus ke arah daerah
bokong,
◦ tekanan dari cairan amnion,
◦ kontraksi otot dinding perut dan diafragma (mengejan), dan
◦ badan janin terjadi ekstensi dan menegang.
3.
Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks,
posisi kepala berubah dari diameter oksipito-frontalis
(puncak
kepala)
menjadi
diameter
suboksipitobregmatikus (belakang kepala).
18. Proses pengeluaran janin pada kala II (persentase belakang kepala)
4.
Rotasi interna (putaran paksi dalam) : selalu disertai turunnya
kepala, putaran ubun-ubun kecil ke arah depan (ke bawah
simfisis pubis), membawa kepala melewati distansia
interspinarum dengan diameter biparietalis.
5.
Ekstensi : setelah kepala mencapai vulva, terjadi ekstensi
setelah oksiput melewati bawah simfisis pubis bagian posterior.
Lahir berturut-turut : oksiput, bregma, dahi, hidung, mulut,
dagu.
6.
Rotasi eksterna (putaran paksi luar) : kepala berputar kembali
sesuai dengan sumbu rotasi tubuh, bahu masuk pintu atas
panggul dengan posisi anteroposterior sampai di bawah
simfisis, kemudian dilahirkan bahu depan dan bahu belakang.
7.
Ekspulsi : setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya akan
dikeluarkan
dengan
mudah.
Selanjutnya
lahir
badan
(toraks,abdomen) dan lengan, pinggul / trokanter depan dan
belakang, tungkai dan kaki.
19. Indikasi Episiotomi
Gawat janin
Persalinan
per vaginam dengan penyulit
(sungsang, tindakan vakum ataupun forsep).
Jaringan parut (perineum dan vagina) yang
menghalangi kemajuan persalinan.
20.
Dimulai pada saat bayi telah lahir lengkap, dan
berakhir dengan lahirnya plasenta.
Kelahiran plasenta : lepasnya plasenta dari
insersi pada dinding uterus, serta pengeluaran
plasenta dari kavum uteri.
Lepasnya plasenta dari insersinya : mungkin dari
sentral (Schultze) ditandai dengan perdarahan
baru, atau dari tepi / marginal (MatthewsDuncan) jika tidak disertai perdarahan, atau
mungkin juga serempak sentral dan marginal.
Pelepasan plasenta terjadi karena perlekatan
plasenta di dinding uterus adalah bersifat adhesi,
sehingga pada saat kontraksi mudah lepas dan
berdarah.
21. Penanganan kala III :
1.
Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin : dengan
menjepit tali pusat sedini mungkin akan memulai
pelepasan plasenta
2.
Memberi oksitosin : Oksitosin merangsang uterus
berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan plasenta.
◦ Oksitosin 10 U IM yang diberikan ketika kelahiran bahu depan
bayi jika petugas lebih dari satu dan pasti hanya ada bayi tunggal
◦ Oksitosin 10 U IM diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran jika
hanya satu orang petugas dan hanya ada bayi tunggal
◦ Oksitosin 10 U IM dapat diulangi/diberi lagi 15 menit jika belum
lahir
◦ Jika oksitosin tidak tersedia, lakukan dengan rangsangan puting
payudara ibu atau berikan ASI pada bayi guna menghasilkan
oksitosin alamiah.
22. Penanganan kala III :
3.
Melakukan peregangan tali pusat terkendali atau PTT
(Controlled Cord Traction). PTT mempercepat kelahiran
plasenta, begitu sudah terlepas.
◦
◦
◦
◦
4.
◦
◦
Satu tangan diletakkan pada corpus uteri tepat di atas simpisis pubis.
Selama kontraksi, tangan mendorong uteri dengan gerakan
dorsokranial ke arah belakang dan ke arah kepala ibu
Tangan yang satu meregang tali pusat dekat pembukaan vagina dan
melakukan tarikan tali pusat yang terus-menerus dalam tegangan yang
sama dengan tangan ke uterus selama kontraksi
PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi.
Massase fundus :
Segera setelah placenta dan selaputnya dilahirkan, lakukan massase
fundus agar terjadi kontraksi.
Hal ini dapat mengurangi pengeluaran darah dan mencegah perdarahan
post partum
23.
Dimulai pada saat plaenta telah lahir lengkap,
sampai dengan 2 jam setelahnya.
Hal penting yang harus diperhatikan pada Kala IV
1. Kontraksi uterus harus baik.
2. Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat
genital lain
3. Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir
lengkap
4. Kandung kencing harus kosong
5. Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada
hematoma
6. Resume keadaan umum ibu dan bayi.