SlideShare a Scribd company logo
1
BAHAN AJAR
PROFESI PENDIDIKAN
TIM PENGAJAR
LA ODE AMALUDDIN, S.Pd. MPd.
HARJUN.,S.Pd., M.Pd.
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2
2019
BAB 1
KONSEP PROFESI
A. Profesi Kependidikan
Penjelasan istilah diperlukan agar terdapat kesamaan persepsi antara
penulis dan pembaca. Istilah tersebut diantaranya: profesi, Profesional ,
profesionalisme, profesionalitas, profesionalisasi.
1. Profesi adalah suatu jabatan /pekerjaan yang menuntut keahlian
(expertise) dari pada anggotanya
2. Profesional: orang yang menyandang suatu profesi atau penampilan
seseorang dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya
3. Profesionalisme : komitmen para anggota suatu profesi untuk
meningkatkan kemampuan profesionalisnya dengan terus-menurus
mengembangkan strategi sesuai dengan profesinya
4. Profesionalitas: mengacu pada sikap para anggota profesi terhadap
profesinya serta sederajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki
dalam melakukan pekerjaannya
5. Profesionalisasi : peningkatan kualifikasi maupun kemampuan para
anggota profesi dalam mencapai kriteria yang standar dalam
penampilan sebagai profesi
B. Profesi Kependidikan &Ciri-Ciri Profesi
Guru –guru pada mulanya diangkat dari orang-orang yang tidak
dididik secara khusus menjadi guru. Karena kebutuhan guru mendesak
tahun 1852 di solo didirikan sekolah pertama oleh pemerintah Hindia
Belanda. Kebutuhan tenaga guru meningkat dengan adanya lembaga
pndidikan yang menghasilkan calon guru (LPTK). kondisi ini semakin
membaik dengan adanya pengangkatan penghasilan guru, pengakuan
profesi guru, organisasi profesi semakin baik. Sertifikasi guru melalui Akta
Mengajar. Organisasi berfungsi untuk menyatukan gerak langkah anggota
profesi dalam meningkatkan profesionalitas para anggotanya.
Dalam Undang-undang guru No. 14 Tentang guru dan dosen pasal 1
yang dimaksud dengan:
1. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidik anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menegah.
3
2. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, pelatihan, dan
pengabdian kepada masyarakat
3. Guru besar atau profesor yang selanjutnya disebut profesor adalah
jabatan fungsional tertinggi bagi dosen yang masih mengajar di
lingkungan satuan pendidikan tinggi.
Profesi guru adalah profesi yang sedang tumbuh, karena jabatan
guru hanya diperoleh pada lembaga pendidikan yang lulusanya
menyiapkan tenaga guru, adanya organisasi profesi, kode etik dan ada
aturan tentang jabatan fungsional guru (SK. Menpan No. 26/1989).
1. Ciri-ciri profesi kependidikan
 Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual
 Jabatan yang mengelut suatu batang tubuh ilmu
pengetahuan
 Jabatan yang memerlukan persiapan Profesional yang lama
 jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang
berkesinambungan
 Jabatan yang menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang
permanen
 Jabatan yang menentukan baku (standarnya sendiri)
 Jabatan yang lebih mementingkan layanan diatas
kepentingan pribadi
 Jabatan yang mempunyai organisasi Profesional yang kuat
dan terjalin yang erat.
C. Ruang lingkup
4
(Gambar: 1.1 Peranan Profesional )
Keterangan :
Ad 1 : Penyelenggaraan proses belajar mengajar (PBM) proses
pembelajaran porsi tersebar: mengemas materi, menyajikan materi
dan mengevaluasi murid, dapat menguasai dan mengembangkan
materi dengan kreativitasnya. Proses belajar mengajar
menekankan aktifitas murid atau bukan guru satu-satunya, tetapi
banyak sumber. Sumber itu bisa dari buku, video, atau lingkungan
Ad 2:Membantu murid mengatasi masalah dalam belajar khusus dan
Masalah-masalah pribadi berpengaruh terhadap keberhasilan
belajarnya. Murid/siswa dapat mengatasi masalanya sendiri
melalui bimbingan guru
Ad 3: Guru memahami cara sekolah di kelola , apa peranan guru di
dalamnya, dan bagaimana memanfaatkan prosedur serta
mekanisme pengelola untuk kelancaran pelaksanaan tugas.
D. Asas dan Pengembangan Pendidikan.
Pendidikan merupakan salah satu “alat” dalam pemberdayaan
manusia. Melalui pendidikan manusia akan mengetahui segala sesuatu
Layanan
intruksional
Layanan
bantuan
Layanan
administrasi
3. Administrasi
Pendidikan
2. Bimbingan
& konseling
1. Kurikulum
&PBM
Perkembangan
siswa
5
yang tidak diketahuinya. Pendidikan juga merupakan hak dan keharusan
seluruh umat manusia, walaupun ada masa-masa tertentu pendidikan
tidak diberikan secara merata kepada seluruh manusia. Hak untuk
mendapatkan pendidikan harus dibarengi dengan kesempatan dan
kemampuan.
Undang-undang No. 20. tahun 2003 Tentang System Pendidikan
Nasional Pada Pasal 2 Menjelaskan Bahwa: “ Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembanganya potensi peserta didik agar
menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa,
berahlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga Negara yang
demokratis dan bertanggung jawab”
Sesuai dengan amanah UU system pendidikan nasional dalan hal
reformasi pendidikan belum menujukan hasil yang maksimal, hal ini di
tunjukan dengan persoalan dalam dunia pendidikan yang belum
terselesaikan dengan baik, dalam hal penyelenggaran pendidikan. Asas
pendidikan merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau
tumpuan berfikir baik pada tahap perencanaan maupun pelaksanaan
pendidikan khusus di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang
memberi arah dalam rancangan dan melaksanakan pendidikan itu.
diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani,
Gagasan yang mula-mula di kemukakan oleh Ki Hajar Dewantara seorang
perintis kemerdekaan dan Pendidikan Nasional. Asas yang
dikumandangkan oleh Ki Hajar Dewantara Ini Kemudian Dikembangkan
Oleh Sostrokartono Yang Menambah Dua Semboyang Lagi Yaitu Ing
Ngarso Sung Tulodo Dan Ing Madyo Mangun Karso. Tut Wuri
Handayanimengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki
mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari
depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri dan bila anak melakukan
kesalah sendiri baru pendidik membantunya. Dalam era kemerdekaan
gagasan tersebut serta merta diterima sebagai salah satu asas pendidikan
nasional. Maka tidak mungkin jika juga merupakan wujud manifestasi dari
asas pendidikan Indonesia di antaranya.
1. Pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan syarat paksaan
2. Pendidikan adalah istilah yang mengandung makna Momong,
mengandung arti mangamat-amati anak agar tumbuh dengan
kodratnya. Ngemong, artinya mengikuti apa yang ingin
diusahakan anak sendiri dan memberi bantuan pada saat anak
membutuhkan
6
BAB II
KOMPETENSI PENDIDIKAN
A. kompetensi Guru
Kompetensi adalah suatu kata yang berasal dari bahasa inggris yaitu
competency yang mempunyai arti kecakapan dan kemampuan dan
wewenang. Jika seorang menguasai kecakapan berkerja pada bidang
tertentu maka dinyatakan kompeten. Guru wajib memiliki kualfikasi
akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan Nasional.
Dalam UU GURU & DOSEN Pasal 8 dijelaskan Kompetensi Juga sesuatu
menggambarkan kemampuan sesorang baik secara kualitatif maupun
kuantitatif atau kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru
dalam melakukan profesinya. Kompetensi mencakup tugas keterampilan,
sikap dan apresiasi yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan
bertindak dalam kehidupan sehari-hari.Kompetensi sebagaimana
dimaksud dalam UU No 14 GURU, dan dosen 2005 meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi keperibadian, kompetensi social dan kompetensi
profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. masing kompetensi
dimaksud adalah sebagai berikut.
1) kompetensi pedagogik yang meliputi kemampuan merancang,
mengelola dan menilai pembelajaran serta memanfaatkan hasil-
hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
2) Kompetensi kepribadian yang meliputi kemampuan yang mantap
melaksanakan dan menysun laporan penelitian, kemampuan
mengembangkan dan menyebarluaskan inovasi dalam bidang ilmu
melaksanakan dan menilai pengabdian kepada masyarakat.
3) Kompetensi sosial yang meliputi kemapuan pendidik sebagai
bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan
orang tua/wali peserta didik, dan masyarat.
Kompetensi guru sebagaimana dimaksud pasal 2 merupakan
seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dan kuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesian.
kompetensi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan
kompetensi Profesional yang memperoleh melalui pendidikan profesi ,
pelatihan dan pengalaman profesional.
B. kompetensi Pedagogik
7
Kompetensi pedagogik merupakan salah satu jenis kompetensi
yang mutlak perlu dikuasai guru. Kompetensi pedagogik pada dasarnya
adalah kemampuan guru dalam mengelolah pembelajaran peserta didik.
Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi khas, yang akan
membedakan guru profesi lainnya dan akan menentukan tingkat
keberhasilan proses hasil pembelajaran peserta didiknya. Kompetensi ini
tidak diperoleh secara tiba-tiba, tetapi melalui upaya belajar secara terus
menerus dan sistematis, baik pada masa pra jabatan (pendidikan calon
guru) maupun selama dalam jabatan, yang di dukung oleh bakat, minat
dan potensi keguruan lainnya dari masing-masing individu yang
bersangkutan. Berkaitan dengan kegiatan penilaian kinerja guru terdapat
(tujuh) aspek dan 45 (empat puluh lima) indikator yang berkenan
penguasaan kompetensi pedagogik, berikut ini disajikan tujuh aspek
kompetensi pedagogik berserta indikatornya:
1. Menguasai Karakteristik Peserta Didik
Guru mampu mencatat dan menggunakan informasi tentang
karakteristik peserta didik untuk membantu proses pembelajaran
karakteristik ini terkait dengan aspek fisik, intentual sosial, emosional,
moral dan latar belakang sosial budaya:
 Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta
didik di kelasnya
 Guru memastikan bahwa semua perta didik mendapatkan
kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan
pembelajaran,
 Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan
belajar yang sama pada peserta didik dengan kelaian fisik dan
kemampuan belajar berbeda
 Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku
peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak
merugikan peserta didik lainnya
 Guru mambantu mengembangkan potensi dan mengatasi
kekurangan peserta didik
 Guru memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik
tertentu agar dapat mengikuti aktifitas pembelajaran, sehingga
peserta didik tersebut tidak termarjinalkan (tersisihkan, diolok-
olok, minder dsb)
2. Menguasia teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
Guru mampu menetapkan pendekatan strategi, metode dan teknik
pembelajarn yang mendidik secara kreatif sesuai dengan standar
kompetensi guru. Guru mampu menyesuaikan metode pembelajaran yang
8
sesuai dengan karakteristik peserta didik dan motivasi mereka untuk
belajar:
 Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengusai
materi pembelajaran sesuai usia dan kemampuan belajarnya
melalui proses pembelajaran dan aktifitas yang bervariasi
 Guru selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik
terhadap materi pembelajaran tertentu dan menyesuaikan aktifitas
pembelajaran
 Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/aktivitas
yang dilakukan, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan
rencana, terkait keberhasilan pembelajaran.
 Guru menggunakan berbagi teknik untuk memotivasi kemampuan
belajar peserta didik
 Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu
sama lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran maupun
porses belajar peserta didik
 Guru memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang
memahami materi pelajaran yang diajarkan dan menggunakannya
untuk memperbaiki rancangan pembelajaran berikutnya.
3. Pengembangan Kurikulum
Guru mampu menyusun silabus sesuai dengan tujuan terpenting
kurikulum dan menggunakan RPP sesuai dengan tujuan dan lingkungan
pembelajaran. Guru mampu memilih, menyusun dan menata materi
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya:
 guru dapat menyusun silabus dengan kurikulum
 Guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan
silabus untuk membahas materi ajar tertentu agar peserta didik
dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan
 Guru mengikuti urutan materi pembelajaran dengan
memperhatikan tujuan pembelajaran.
Guru memilih materi pembelajaran yang : (1) sesuai dengan tujuan
pembelajaran, (2) tepat dan mutakhir, (3) sesuai dengan usia dan tingkat
kemampuan belajar pesrta didik, (4) dapat dilaksanankan di kelas dan (5)
sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik.
4. Guru mampu menyusun dan melaksanakan rancangan pembelajaran
yang mendidik secara langkap. Guru mampu melaksankan kegiatan
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Guru
mampu menyusun dan menggunakan berbagia materi pembelajaran
dan sumber belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik. Jika
9
relevan, guru memanfaatkan teknoligi informasi komunikasi (TIK) untuk
kepentingan pembelajaran.
 Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan
rancangan yang telah disusun secara lengkap dan pelaksanaan
aktivitas tersebut mengindikasikan bahwa guru mengerti
tentang tujuannya.
 Guru melaksanakan aktivitas yang bertujuan untuk membantu
proses belajar peserta didik
 Guru mengkomunikasikan informasi baru
 Guru menyikapi kesalahan yang dilakukan peserta didik sebagai
tahap prose pembelajarna
 Guru melaksankan kegiatan pembelajaran sesuai isi kurikulum
dan mengaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari, peserta
didik
 Guru melakukan aktifitas pembelajaran secara bervariasi dengan
waktu yang cukup untuk kegiatan pembelajaran .
 Guru mengelola kelas dengan efektif tanpa mendominasi atau
sibuk dengan kegiatan sendiri
 Guru mampu audio-visual (termaksud TIK) untuk meningkatkan
motivasi belajar peserta didik
 Guru memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya
 Guru mengatur pelaksanaan aktivitas pembelajaran secara sistematis
untuk membantu proses belajar peserta didik
 Guru menggunakan alat bantu mengajar, dan atau audio-visual.
5. Pengembangan potensi peserta didik.
Guru mampu menganalisi potensi pembelajaran setiap peserta
didik dan mengidentifikasi pengembangan potensi peserta didik melalui
program pembelajaran yang mengdukung siswa mengaktualisasikan
potensi akademi, keperibadiaan dan aktivitasnya sampai ada bukti jelas
bahwa peserta didik mengaktualisasikan potensi mereka.
 Guru menganalisis hasil belajar berdasarkan segala bentuk
penilaian terhadap setiap peserta didik untuk mengetahui tingkat
kemajuan masing-masing
 Guru merancang dan melaksanakan aktifitas yang mendorong
peserta didik sesuai dengan kecakapan
 Guru merancang dan melaksanakan untuk memunculkan daya
kreatifitas
 Guru secara aktif memberikan perhatian
10
 Guru mengidentifikasi bakat, minat, potensi, dan kesulitan belajar
siswa
 Guru memberikan kesempatan belajar peserta didik dengan cara
belajarnya masing-masing.
 Guru memusatkan perhatian pada interaksi
6. Komunikasi Dengan Peserta Didik
Guru mampu berkomunikasi secara efektif, empiric, dan santun dengan
peserta didik dan bersikap antusias dan positif. Berikut respond sikap
relevan guru:
 Guru menggunakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman
dan menjaga partisipasi peserta didik,
 Guru memberikan perhatian dan mendengarkan semua
pertanyaan dan tanggapan peserta didik
 Guru menggapi pertanyaan peserta didik secara tepat, benar
dan muktahir sesuai dengan tujuan
 Guru menyajikan kegiatan pembelajaran yang dapat
menumbuhkan kerja sama yang baik antar peserta didik
7. Penilaian dan Evaluasi.
Guru mampu menyelenggarakan penilaian proses dan hasil belajarnya
secara berkesinambungan. Guru melakukan evaluasi atas efektiftas
proses dan hasil belajar dan menggunakan informasi hasil belajar dengan
menggunakan informasil hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang
program.
 Guru menyusun alat penilaian yang sesuai dengann tujuan
pembelajaran
 Guru melaksankan penilaian dengan berbagai teknik
 Guru menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi
topic/kompetensi dasar yang sulit
 Guru memanfaatkan masukan dari peserta didik
 Guru memanfaatkan hasil penilaian sebagai bahan penyusunan
rancangan pembelajaran.
Melihat berbagai indikator yang ada, tampak bahwa menjadi guru yang
sejatinya bukan hal yang mudah. Guru adalah desainer masa depan anak.
Melalui sentuhannya masa depan anak akan banyak tententukan, dalam
sejarah perkembangan profesi guru di Indonesia, kita bisa melihat fakta
bahwa dulu proses rekrutmen guru masih sangat longgar . Profesi guru
seolah-olah bisa diisi oleh siapa pun, tanpa banyak melihat kualifikasi dan
kompetensi yang dimilikinya. Memasuki abad 21, tantangan hidup dan
11
kehidupan sangatlah dinamis dan kompleks. perubahan menjadi hal yang
penting untuk dilakukan, hal ini bertujuan untuk memajukan bangsa
Indonesia yang lebih baik. Peran pemerinta dalam menata dan membenahi
profesi guru menjadi sangat penting untuk saat ini. kompleksitas yang
perlu di perhatikan salah satunya adalah peran lembaga terhadap
kompetensi guru. Peran lembaga dalam pemberdayaan dianggap belum
efektif dalam menyetarakan kebutuhan dan produk yang dihasilkan. Untuk
itu kompetensi menjadi hal yang penting bagi kemajuan profesi guru.
kompentesi yang wajib dimiliki salah satunya adalah kompetensi
pedagogik, sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) merupakan
kemampuan pengelolaan peserta didik yang meliputi:
a. Pemahaman wawasan atau landasan
b. Pemahaman terhadap peserta didik
c. Pengembangan kurikulum/silabus
d. Perancangan pembelajaran
e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
f. Evaluasi hasil belajar
g. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
C. Kompetensi Keperibadian
1. Pengertian Keperibadian
Kompetensi keperibadian guru mencakup sikap, nilai-nilai
keperibadian sebagai elemen perilaku yang dalam kaitannya dengan
performance yang ideal sesuai dengan bidang pekerjaan yang dilandasi
oleh latar belakang pendidikan, peningkatan kemampuan dan pelatihan,
serta legalitas kewenangan mengajar. Menurut Husna (2015:
20)Kompetensi kepribadian guru adalah kompetensi yang berkaitan
dengan perilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-
nilai luhur sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari. Di Indonesia
sikap pribadi yang di jiwai oleh falsafa pancasila yang mengagungkan
budaya bangsnya yang rela berkorban bagi kelestarian bangsa dan
negaranya termaksud dalam kompetensi dalam kepribadian guru.
a.Fungsi
Setiap subjek mempunyai pribadi yang unik, masing-masing
mempunyai ciri dan sifat bawaan serta latar belakang kehidupan. banyak
masalah pisikologi yang dihadapai peserta didik, banyak pula minat,
kemampuan motivasi dan kebutuhannya. Semuanya memerlukan
bimbingan guru yang berkeperibadian dapat bertindak sebagai
pembimbing, penyuluh dan dapat menolong peserta didik agar mampu
menolong dirinya sendiri.
12
Menurut Sudarwan (Husna 2015:21) guru adalah panutan yang harus
digugu dan ditiru dan sebagai contoh pula bagi kehidupan pribadi peserta
didiknya. hal yang dikemuknan oleh ki hajar dewantara: (1) ing ngarso
sungtolodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.artinya guru
harus menjadi contoh dan teladan membagkitkan motif belajar siswa dan
memberikan motivasi dari belakang. Dalam arti seorang guru dituntut
melalui sikap dan perbutan menjadikan dirinya pola panutan dan ikutan
orang-orang ang dipimpinnya. Guru bukan hanya pengajar dan
pembimbing tetapi juga sebagai cermin tempat subjek didik dapat
berkaca. Dalam relasi interpersonal antara guru dan subjek terdidik
tercipta situasi didik yang memungkinkan subjek didik dapat menerapkan
nilai-nilai yang menjadi contoh dan memberi contoh. Menurut suyanto
(Husna 2015: 22) Guru mampu menjadi orang yang mempunyai wibawa
sehingga siswa segan terhadapnya. Hakikat pendidik adalah bahwa ia
digugu dan ditiru.
b. Ruang Lingkup
Untuk meningkatkan kompetensi guru dituntut untuk menata
dirinya memahami konsep dirinya. Seorang guru harus mampu menata
dirinya sendiri, bila ia berkaca maka ia akan melihat bukan satu pribadi
tetapi ada tiga pribadi yaitu:
 aku dengan konsep diriku (self concept)
 aku dengan ideku (self idea)
 aku dengan realita diriku.
Ruang Lingkup kompetnsi keperibadian guru tidak lepas dari falsafa
hidup, nilai –nilai yang berkembang di tempat sesorang guru berada,
berapa hal yang bersifat universal yang perlu di miliki guru dalam
melaksanakan fungsinya sebaga individu (pribadi) yang menung terhadap
keberhasilan tugas pendidikan yang diembannya. Kemampuan pribadi
guru menurut sanusi (Husna 2015)
 Penampilan sikap yang positif terhdap tugas sebagai guru
 Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai
 Penampilan guru untuk menjadikan dirinya sebagai panutan
Kompetensi lain yang perlu dimiliki guru antara lain :
 Beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa,
 Guru memiliki kelebihan dibandingkan dengan yang lain,
 Tenggang rasa dan toleran, senantiasa berhadapan dengan komunitas
yang berbeda dan ragam
 Sabar dalam menjalani profesi keguruan,
 Mengmbangkan diri bagi kemajuan profesinya
 Mampu menjalin hubungan insani.
 Memahami kelebihan dan kekurangan diri
13
 Kratif dan inovatif dalam berkarya.
2. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah merupakan kampuan penguasaan
materi pengajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan guru
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. Guru memahami dan
menguasai materi ajar yang ada dalam kurikulum, memahami struktur,
konsep dan metode keilmuan dalam kehidupan sehari-hari. selain itu guru
juga diharapkan dapat menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian
kritis untuk memperdalam pengetahuan dan materi bidang studi.
kompetensi yang dimaksud pada ayat (2) UU guru dan dosen merupakan
kempuan pengusaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
meliputi.
1. Konsep struktur dan metode keilmuan/teknologi, seni yang
menaungi/koheren dengan materi ajar
2. Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah,
3. Hubungan antar mata pelajaran terkait,
4. Penerapan konsep-konsep keilmmuann dalam kehidupan sehari-
hari
5. Kompetisi secara Profesional dalam konteks globab dengan tetap
melastarikan nilai budaya nasional.
Kompetensi Profesional adalah Sesuatu Yang Berkenan Dengan
Penampilan Menjalankan Jabatan Sesuai Dengan Profesi Orang Yang
Mempunyai Kemampuan Sesuai Dengan Tuntutan Profesi. Berdasarkan
uraian diatas maka kompetensi Profesional perlu memiliki kempuan
untuk menguasai landasan kependidikan diantaranya:
 Menguasai landasar kependidikan, meliputi mengenal tujuan
pendidikan, mengenal fungsi sekolah dalam masyrakat , mengenal
prinsip-prinsip pisikologi pendidikan.
 Menguasai bahan pengajaran meliputi menguasai bahan pengajaran
kurikulum pendidikan dasar dan menengah
 Menyusun program pengajaran meliputi penetapan tujuan
pembelajaran, memilih dan mengembangkan bahan pengajaran,
strategi pengajaran, media pembelajarn serta memanfaatkan
sumber belajar
 Menilai hasil belajar meliputi menilai prestasi murid untuk
kepentingan pengajaran jenis kompetensi Profesional (kompetensi
Profesional terdiri dari berbagai jenis diantaranya:
14
a. Kemampuan Menyampaikan/Berbicara
sebagai pengajar, diharapkan miliki kemampuan berbicara seperti
bagaimana mengungkapakan gagasan dan pendapat dengan baik, serta
memberikan pengarah dengan baik. Keterampilan ini merupakan
kemampuan menyampaikan materi pelajaran dengan baik atau trafer
Expert.
b. Kemampuan Berfikir/ Intelektual
kemampuan untuk mendayagunakan otak dengan optimal berfikir
merupakan sebuah proses memahami realitas dalam rangka mengambil
keputusan (decision making) memecahkan masalah(problem solving),
untuk itu diperlukan kemampuan berfikir kreatif, sistematis, intergratif,
logis/rasional. jenih, dan kritis di harapkan dapat menjawab dan
memecahkan setiap persoalan, setiap pertanyaan dengan jawaban-
jawaban yang jerni, tegas, logis dan kreatif.
c. Kemampuan Menjaga Hubungan Antra Pribadi
dalam berinteraksi dan berkerja sama untuk mencapai tujuan
pembelajaran diperlukan koordinasi antar sesame pengajar, dengan
peserta didik agar koordinasi dapat berjalan dengan baik. sesuai dengan
yang diharapkan maka dibutuhkan adanya komunikasi. Menurut taylor
dalam Husna 2015 menyatakan bahwa banyak penyebab dari rintangan
komunikasi berakibat kecil saja bila ada hubungan baik antara
komunikasi. Sebaliknya pesan yang paling jelas, paling tegas dan paling
cermat tidak dapat menghindari kegagalan.
d. Kemampuan mengembangkan, membangun jaringan atau meluaskan
hubungan kerja. guru diharapkan berjiwa kosumopit, yaitu mampu
membangun kontak dengan dunia luar organisasi sekolah.
e. Kemampuan mengembangkan diri
para guru diharapkan, secara sadar dan mampu untuk secara terus
menerus mengembangkan diri kearah yang lebih baik mampu
memperlihatkan kemampuan secara optimal
f. displin
ketaatan dan kepatuhan serta kerelaan dalam menjalankan usaha sesuai
dengan aturan yang berlaku. setiap guru secara sadar dan sukarela harus taat
pada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi standar nilai atau norma
yang berlaku dan memenuhi standar nilai atau norma yang telah ditetapkan
dalam organsiasi
komponen Profesional guru seperti yang dimaksud oleh UU guru dan dosen
adalah sebagai berikut:
1) Penguasaan bahan pelajaran berserta konsep-konsep
2) Pengelolaan program belajar-mengajar
3) Pengelolaan kelas
4) Pengelolaan dan penggunaan media serta sumber belajar
5) Penguasaan landasan-landasan pendidikan
15
6) Kemampuan menilai prestasi belajar-mengajar
7) Memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan program
pendidikan di sekolah
8) Mengenguasai metode berfikir
9) Meningkatkan kemampuan dan menjalankan misi Profesional
10) Memberikan bantuan dan bimbingan kepada peserta didik
11) Memiliki wawasan tentang penilaian pendidikan
12) Mampu menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan
pengajaran
13) Mampu memahami karakteristik peserta didik
14) Mampu menyelenggarakan administrasi sekolah
15) Memiliki wawasan tentang inovasi pendidikan
16) Berani mengambil keputusan
17) Memahami kurikulum dan pengembangannya
18) Mampu bekerja berencana dan program
19) Mampu mengunakan waktu secara tepat
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kemampuan pendidikan sebagian dari masyarakat untuk:
 Berkomunikasi dengan lisan
 Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional
 Bergaul secara efektif dengan peserta didik
 Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
Keberhasilan proses belajar peserta didik sangat ditentukan oleh
kompetensi sosial guru. Hal ini karena guru mempunyai peran yang
banyak baik sebagai pemimpin pembelajaran, mampun sebagai fasilitator
dan sekaligus juga pusat inisiatif pembelajaran. untuk itu guru harus selalu
mengembangkan kemampuan dirinya. seorang guru harus selalu
mengembangkan kemampuan dirinya. Seorang guru perlu mempunyai
standar profesi dengan menguasimateri dan strategi pembelajaran, salain
itu guru juga harus mampu mendorang siswanya untuk belajar dengan
sungguh-sungguh. Guru merupakan faktor yang penting dan sangat
dominan di dalam pendidikan formal dan pada umumnya, hal terebut
karena guru sering di jadikan tokoh teladan bagi peserta didik, bahkan
guru menjadi tokoh identitas diri.
Kompetensi sosial adalah kemampuan sesorang guru untuk
memahami bahwa dirinya adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat. Sesuai yang diatur dalam undang-undang dimana salah satu
kewajiban guru adalah memberi teladan serta menjaga nama baik profesi,
16
kelembagaan dan kedudukan. Dalam kegiatan belajar ini komptensi
berkaitan di dalam berkomunikasi dengan masyrakat di sekitar sekolah
maupun tempat guru tinggal. Guru harus bisa berkomunikasi dengan baik.
Baik secara lisan maupun tulisan dan isyarat dengan memakai teknologi
komunikasi dan informasi.
17
BAB III
Pendekatan Pelembagaan Profesi
Pendidikan merupakan salah satu istrumen utama pengembangan
sumber daya manusia (SDM) berarti, tenaga kependidikan, terutama guru
memiliki tanggung jawab untuk mengemban tugas itu, dia harus kontinyu
menjalani profesionalisasi. Namun demikian, masalah esensial yang di
hadapi dalam pengelolaan tenaga kependidikan di Indonesia saat ini tidak
lagi semata-mata terletak pada bagaimana menghasilkan tenaga
kependidikan yang bermutu melalui lembaga pendidikan tenaga
kependidikan atau perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan
tenaga kependidikan, melainkan sejauh mana profesi itu dapat diakui oleh
Negara sebagai profesi yang sesungguhnya. Menuru R.D Lansbury dalam
Sudarwan 2012 ‘bahwa konteks profesionalisasi istilah profesi dapat
dijelaskan dengan tiga pendekatan (approach) yaitu pendekatan
karakteristik, pendekatan institusional dan pendekatan legalistik.
A. Pendekatan Karakteristik
Pendekatan karakteristik (the trait approach) memandang bahwa
profesi mempunyai seperangkat elemen inti yang membedakan dengan
pekerjaan lainnya. seseorang penyandang profesi dapat disebut
profesional manakalah elemen-elemen inti sudah menjadi bagaian integral
dari kehidupannya. Hasil studi beberapa ahli mengenai sifat-sifat atau
karakteristik-karakteristik profesi itu menghasilkan kesimpulan seperti
berikut:
1.Kemampuan intelektual yang diperoleh melaluipendidikan.
Pendidikan yang dimaksud adalah jenjang tinggi.
2.Memiliki pengetahuan spesialisasi. Adalah sebuah kekhususan
penguasaan bidang keilmuan tertentu.’ siapa saja bisa menjadi guru
akan tetapi guru yang sesungguhnya memiliki spesialisasi bidang
studi(subject matter)dan penguasaan metodologi pembelajaran.
3.Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh
orang lain atau klien. Pengetahun khusus itu bersifat aplikatif,
dimana aplikasi sesorang, makin mendalami pengetahuan dibidang
itu, dan minat akurat pula layanan klien.
4.Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan atau commicable,
seorang guru harus dapat berkomunikasii sebagai guru.
18
5.Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri atau self-
organization. Istilah mandiri disini berartii kewenangan akademiknya
melekat pada dirinya.
6.Mementingkan kepentingan orang lain. Seorang guru harus siap
memberikan bantuan kepada anak didiknya pada saat bantuan itu
diperlukan
7.Memiliki kode etik. Kode etik ini merupakan norma-norma yang
mengikat guru dalam berkerja.
8.Memiliki sanksi dan tanggung jawab komunitas. Manakala terjadi
malpraktik seorang guru harus siap menerima sanksi pidana, sanksi
masyarakat dan sanksi dari atasnya.
9.Mempunyai sistem upah. System upah yang dimaksud adalah standar
gaji.
10. Budaya profesional. Dapat berupa penggunaan simbol-simbol yang
berbeda dengan simbol-simbol untuk profesi lain.
B. Pendekatan Institusional
Pendekatan institusional (the institusional approach) memandang
profesi dari segi proses institusional atau perkembangan asosiasional.
maksunya, kemajuan suatu pekerjaan kearah pencapaian status ideal suatu
profesi dilihat dari atas dasar tahap-tahap yang harus dilalui untuk
melahirkan proses pelembagaan suatu pekerjaan. wilensky (1967)
mengemukakan lima langkah untuk memprofesionalkan suatu pekerjaan.
 Memunculkan suatu pekerjaan yang penuh waktu atau full-time,
bukan pekerjaan sambilan. Sebutan full time mengandung makna
bahwa penyandang profesii menjadikan suatu pekerjaan tertentu
sebagai pekerjaan utama
 Menetapkan sekolah tempat menjalani proses pendidikan atau
pelatihan jenis profesi tertentu dihasilkan oleh lembaga pendidikan
yang tertentu pula. Misalnya Hakim, Jaksa, dan pengacara dihasilkan
oleh fakultas hukum; dokter dihasilkan oleh fakultas kedokteran,
biologi di hasilkan oleh fakultas biologi
 Memandirikan asosiasi profesi. Bentuk asosiasi itu bisa macam-
macam seperti persatuan guru (PGRI), Ikatan petugas bimbingan
Indonesia ( IPBI)
 Melakukan agitasi secara politis untuk memperjuangkan adanya
perlindungan hokum terhadap asosiasi atau perhimpunan PGRI
misalnya mempunyai lembaga bantuan hukum (LBH).
19
 Mengadopsi secara formal kode etik yang ditetapkan . Kode etik
merupakan norma-norma yang menjadi acuan seorang
penyandang pekerjaan Profesional dalam bekerja
C. Pendekatan legalistic
Pedekatan legalistic (the legalistick approach) yaitu pendekatan
yang menekankank adanya pengakuan atas suatu profesi oleh Negara
atau pemerintah. suatu pekerjaan atas suatu profesi jika dilindungioleh
undang-undang atau produk hukum yang ditetapkan oleh pemerintah
suatu Negara. Menurut Fridmen dalam sudarwan 2012 ‘ pengakuan atas
suatu pekerjaan menjadi suatu profesi sungguh dapat ditempuh melalui
tiga tahap, yaitu (1) registrasi, (2) sertifikat, dan (3) Lisensi (licensing)
efektifitas proses pembeljaran di kelas dan di luar kelas sangat ditentukan
oleh kompetensi guru, di samping faktor lain, seperti anak didik
lingkungan, dan fasilitasi. Mereka tidak hanya memerankan fungsi sebagai
subjek yang menstrafer pengetahuan kepada anak didik, melainkan juga
melakukan tugas-tugas sebagai fasilitator, motivator, dan dinamisator
dalam pebelajaran , baik di dalam maupun diluar kelas.
20
BAB IV
Organisasi Profesi Dan Kode Etik Kependidikan
Di dalam perkembangannya, organisasi profesi guru/kependidikan
telah banyak mengalami diferensiasi dan diversifikasi. Hal ini sejalan
dengan terjadinya diferensiasi dan diversifikasi profesi kependidikan.
Sebagaimana dinyatakan dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat (6)
bahwa “Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai
guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur,
fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan,”
Beberapa organisasi profesi kependidikan di Indonesia, disamping
PGRI, yang sudah relatif berkembang pesat diantaranya Ikatan Sarjana
Pendidikan Indonesia (ISPI). Organisasi iniberanggotakan para sarjana
pendidikan dari berbagai bidang pendidikan, yang didalamnya mempunyai
sejumlah himpunan sejenis seperti Himpunan Sarjana Pendidikan Biologi,
Himpunan Sarjana Pendidikan Bahasa dan sebagainya. Organisasi lain
yang sudah lebih berkembang ialah Asosiasi Bimbingan dan Konseling
Indonesia (ABKIN) yang dulu bernama Ikatan Petugas Bimbingan
Indonesia (IPBI).
Organisasi kependidikan yang mengarah kepeda internasionalisasi
profesi, ada yang disebutIndonesiasociety for special needs education (ISSE)
dan Indonesian society for adapted Physical Education (ISAPE). Kedua
organisasi ini menaruh perhatian pada pendidikan kebutuhan khusus,
terutama bagi kelompok yang mengalami gangguan dalam
perkembangan baik secara fisik, mental, maupun sosial. Organisasi apapun
yang di bentuk oleh sebuah profesi, tujuan akhirnya adalah memberi
manfaat kepada anggota profesi itu terutama di dalam meningkatkan
kemampuan profesional, melindungi anggota dalam melaksanakan
layanan profesional, dan melindungi masyarakat dari kemungkinan
melapraktek dari layanan profesional. (santori, djam’an, 6.22: 200
21
Sedangkan Robbins (1994:4) masih dalam buku yang sma, mendefinisikan
organisasi sebagai kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara
sadar dengan sebuah batasan yang relatif terus menerus untuk mencapai
suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.Sekali lagi masih dalam
rujukan yang sama, Sondang P. Siagian mengemukakan bahwa organisasi
adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang
bekerja secara bersama dan formal dalam rangka pencapaian suatu tujuan
yang telah ditetapkan ikatan mana orang/kelompok yang disebut atasan
dan mana yang disebut bawahan. Prajudi Atmosudirjo juga
mengemukakan bahwa organisasi adalah “struktur tata pembagian kerja
dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang-orang
pemegang posisi yang bekerja sama secara tertentu untuk bersama-sama
mencapai tujuan tertentu.Hoy dan Miskel (2001:1) dalam Ara Hidayat dan
Imam Machali, menelusuri kajian organisasi dalam tiga pandangan, yaitu
rasional, natural, dan open system. Pandangan rasional organisasi
merupakan instrumen formal yang dibuat untuk mencapai tujuan
organisasi dan struktur merupakan instrumen formal yang dibuat untuk
mencapai tujuan. Pandangan natural organisasi dipandang sebagai
kelompok sosial khusus yang bertujuan untuk pertahanan, orang-orang
merupakan aspek penting. Sedangkan pandangan open sistem adalah
organisasi dipandang sebagai sesuatu yang potensial untuk
menggabungkan komponen rasional dan natural dalam suatu kerangka
dan memberikan satu pandangan yang lebih lengkap.
Suatu profesi jika ingin maju memerlukan organisasi yang sehat.
Organisasi dapat melindungi seluruh anggotanya. jika organisasi
pendidikan seberapa banyak ciri-ciri suatu profesi sudah ada dalam
pekerjaan sebagai pendidika /guru. Dari beberapa pengertian yang tertera
dia atas menunjukkan bahwa organisasi adalah sebuah wadah, tempat
atau sistem untuk melakukan kegiatan bersama untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Sedang pengorganisasian (organizing) merupakan proses
pembentukan wadah/sistem dan penyusunan anggota dalam bentuk
struktur organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
Organisasi profesi merupakan organisasi yang anggotanya adalah
para praktisi yang menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung
bersama untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosial yang tidak dapat mereka
laksanakan dalam kapasitas mereka sebagai individu.Sebagaimana
dijelaskan dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 ada lima misi dan tujuan
organisasi kependidikan, yaitu meningkatkan dan atau mengembangkan:
karier, kemampuan, kewenangan profesional, martabat dan kesehjateraan
22
seluruh tenaga kependidikan. Sedangkan visinya secara umum adalah
terwujudnya tenaga kependidikan yang profesional.
1. Meningkatkan dan atau menngembangkan karier anggota,
merupakan upaya organisasi profesi kependidikan dalam
mengembangkan karier anggota sesuai dengan bidang pekerjaan
yang diembannya. Karier yang di maksud adalah perwujudan diri
seorang pengemban profesi secara psikofisis yang bermakna, baik
bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain (lingkungannya) melalui
serangkaian aktifitas.
2. Meningkatkan dan atau mengembangkan kemampuan anggota,
merupakan upaya terwujudnya kompetensi kependidikan yang
handal dalam diri tenaga kependidikan atau guru, yang mencakup:
performance component, subject component, profesional component.
Dengan kekuatan dan kewibawaan organisasi, para pengemban
profesi kependidikan/keguruan akan memiliki kekuatan moral untuk
senantiasa meningkatkan kemampuannya, baik melalui program
terstruktur maupun program tidak terstruktur.
3. Meningkatkan dan mengembangkan kewenangan profesinal
anggota, ini merupakan upaya paraprofesional untuk menempatkan
anggota suatu profesi sesuai dengan kemampuannya. Proses ini tidak
lain dari proses spesifikasi pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh
sembarang orang, kecuali oleh ahlinya yang telah mengikuti proses
pendidikan tertentu dan dalam waktu tertentu yang relatif lama.
Umpamanya, keahlian guru pembimbing dalam bimbinghan karier,
pribadi/sosial, dan bimbingan belajar.
4. Meningkatkan dan atau mengembangkan martabat anggota, ini
merupakan upaya organisasi profesi kependidikan agar anggotanya
terhindar dari perlakuan tidak manusiawi dari pihak lain, dan tidak
melakukan praktik yang melecehkan nilai-nilai kemanusiaan. Ini
dapat dilakukan karena saat seorang profesional menjadi anggota
organisasi suatu profesi, pada saat itu pula terikat oleh kode etik
profesi sebagai pedoman perilaku anggota profesi itu. Dengan
memasuki organisasi profesi akan terlindung dari perlakuan
masyarakat yang tidak mengindahkan martabat kemanusiaan dan
23
berupaya memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan
standar etis yang telah disepakati.
5. Meningkatkan dan mengembangkan kesejahteraan, ini merupakan
upaya organisasi profesi kependidikan untuk meningkatkan
kesejahteraan lahir batin anggotanya. Dalam poin ini tercakup juga
upaya untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan anggotanya.
Tidak disangsikan lagi bahwa tuntutan kesejahteraan ini merupakan
prioritas utama. Karena selain masalah ini ada kaitannya dengan
kelangsungan hidup, juga merupakan dasar bagi tercapainya
peningkatan dan pengembangan aspek lainnya. Dalam teori
kebutuhan maslow, kesejahteraan ini mungkin menempati urutan
pertama berupa kebutuhan fisiologis yang harus segera dipenuhi.
A. Fungsi Organisasi
Organisasi profesi kependidikan selain sebagai ciri suatu profesi
kependidikan, sekaligus juga memiliki fungsi tersendiri yang bermanfaat
bagi anggotanya. Organisasi profesi kependidikan berfungsi sebagai
berikut:
1. Fungsi Pemersatu
Kelahiran suatu organisasi profesi tidak terlepas dari motif yang
mendasarinya, yaitu dorongan yang menggerakan para profesional untuk
membentuk suatu organisasi keprofesian. Organisasi profesi kependidikan
merupakan wadah pemersatu berbagai potensi profesi kependidikan
dalam menghadapi kompleksitas tantangan dan harapan masyarakat
pengguna jasa kependidikan. Dengan mempersatukan potensi tersebut
diharapkan organisasi profesi kependidikan memiliki kewibawaan dan
kekuatan dalam menentukan kebijakan dan melakukan tindakan bersama,
yaitu uaya untuk melindungi dan memperjuangkan kepentingan para
pengemban profesi kependidikan itu sendiri dan kepentingan masyarakat
pengguna jasa profesi ini.
2. Fungsi peningkatan kemampuan profesional
24
Fungsi ini secara jelas tertuang dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61
yang berbunyi “tenaga kependidikan dapat membentuk ikatan profesi
sebagai wadah untuk meningkatkan dan mengembangkan karier,
kemampuan, kewenangan profesional, martabat dan kesejahteraan tenaga
kependidikan” peraturan pemerintah tersebut menunjukan adanya
legalitas formal yang secara tersirat mewajibkan anggota profesi
kependidikan untuk selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya
melalui organisasi atau ikatan profesi kependidikan. Bahkan dalam UUSPN
Tahun 1989 : pasal 31 ayat 4 menyatakan bahwa, “tenaga kependidikan
berkewajiban untuk berusaha mengembangkan kemampuan
profesionalnya sesuai dengan perkembangan tuntutan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta pembangunan bangsa.”
B. Jenis-Jenis Organisasi profesional keguruan di Indonesia: PGRI,
MGMP, KKG
1. PGRI
Persatuan Guru Republik Indonesia lahir pada 25 November 1945,
setelah 100 hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Cikal bakal organisasi
PGRI adalah diawali dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB)
tahun 1912, kemudian berubah nama menjadi Persatuan Guru Indonesia
(PGI) tahun 1932. Pada saat didirikannya, organisasi ini disamping memiliki
misi profesi juga ada tiga misi lainnya, yaitu misi politis-ideologis, misi
peraturan organisaoris, dan misi kesejahteraan.
1) Misi profesi PGRI adalah upaya untuk meningkatkan mutu guru
sebagai penegak dan pelaksana pendidikan nasional. Guru
merupakan pioner pendidikan sehinnga dituntut oleh UUSPN
tahun 1989: pasal 31; ayat 4, dan PP No. 38 tahun 1992, pasal 61
agar memasuki organisasi profesi kependidikan serta selalu
meningkatkan dan mengembagkan kemampuan profesinya.
2) Misi politis teologis tidak lain dari upaya penanaman jiwa
nasionalise, yaitu komitmen terhadap pernyataan bahwa kita
bangsa yang satu yaitu bangsa Indonesia, juga penanaman nilai-
nilai luhur falsafah hidup berbangsa dan bernegara, yaitu
pancasila.
25
3) Misi peraturan organisasi PGRI merupakan upaya
pengejawantahan peaturan keorganisasian, terutama dalam
menyamakan persepsi terhadap visi, misi, dan kode etik kebelasan
struktur organisasi.
4) Dipandang dari segi derajat keeratan dan keterkaitan
antaranggotanya, PGRI berbentuk persatuan (union). Sedangkan
struktur dan kedudukannya bertaraf nasional, kewilayahan, serta
kedaerahan. Keanggotaan organisasi profesi ini bersifat langsung
dari setiap pribadi pengemban profesi kependidikan. Dengan
demikian PGRI merupakan organisasi profesi yang memiliki
kekuatan dan mengakar diseluruh penjuru Indonesia. Artinya, PGRI
memiliki potensi besar untuk meningkatkan hakikat dan martabat
guru, masyarakat, lebih jauh lagi Bangsa dan Negara.
2. MGMP
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) didirikan atas anjuran
pejabat-pejabat Departemen Pendidikan Nasional. Organisasi ini bertujuan
untuk meningkatkan mutu dan profesionalisasi dari guru dalam
kelompoknya masing-masing.
3. KKG
Kelompok Kerja Guru (KKG) sebagai kelompok kerja seluruh guru
dalam satu gugus. Pada tahap pelaksanaannya dapat dibagi ke dalam
kelompok kerja guru yang lebih kecil, yaitu kelompok kerja guru
berdasarkan jenjang kelas, dan kelompok kerja guru berdasarkan atas
mata pelajaran.Tujuan organisasi Kelompok Kerja Guru (KKG) yaitu :
1) Memfasilitasi kegiatan yang dilakukan di pusat kegiatan guru
berdasarkan masalah dan kesulitan yang dihadapi guru.
26
2) Memberikan bantuan profesional kepada para guru kelas dan
mata pelajaran di sekolah.
3) Meningkatkan pemahaman, keilmuan, keterampilan serta
pengembangan sikap profesional berdasarkan kekeluargaan dan
saling mengisi (sharing).
4) Meningkatkan pengelolaan proses pembelajaran yang aktif,
kreatif, dan menyenangkan (Pakem).
Melalui KKG dapat dikembangkan beberapa kemampuan dan
keterampilan mengajar, seperti yang di ungkapkan Turney (Abin, 2006),
bahwa keterampilan mengajar guru sangat memengaruhi terhadap
kualitas pembelajaran di antaranya; keterampilan bertanya, keterampilan
memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan
menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran,
keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil dan perorangan.
C. Pengertian Kode Etik
Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan
oleh setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan
dalam hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk-
petunjuk bagi para anggota profesi tentang bagaimana mereka
melaksanakan profesinya dan larangan-larangan, yaitu ketentuan-
ketentuan tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh
mereka, kode etik juga menyangkut tingkah laku anggota profesi pada
umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat. Kode Etik
27
Guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan
norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematik
dalam suatu sistem yang utuh dan bulat. Fungsi Kode Etik Guru Indonesia
adalah sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru
warga PGRI dalam menunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di
dalam maupun di luar sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat. Dengan demikian, maka Kode Etik Guru Indonesia merupakan
alat yang amat penting untuk pembentukan sikap profesional para
anggota profesi keguruan.
D. Peningkatan Mutu Dan Kualitas Guru
Tugas guru dalam menjalankan profesi kependidikan yang teramat
luas, termasuk didalamnya tugas guru sebagai pendidik dan sebagai
pengajar. Akan tetapi muara tugas utama kedua peran tersebut terjadi
pada arena proses pembelajaran, yaitu suatu upaya guru dalam
menciptakan situasi iteraksi pergaulan sosial dengan merekayasa
lingkungan yang kondusif bagi terjadinya perkembangan optimal peserta
didik. Upayanya adalah membuat sinergi semua unsur yang terlibat bagi
terciptanya lingkungan yang kondusif untuk terjadinya proses
pembelajaran pada peserta didik.
28
Guru memainkan multiperan dalam proses pembelajaran yang
diselenggarakanya dengan tugas yang amat berfariasi yaitu sebagai:
1) Konservator (pemelihara) Guru bertugas memelihara sistem nilai
yang merupakan sumber norma kedewasaan. Dalam sistem
pembelajaran guru merupakan figur bagi peserta didik dalam
memelihara sistem nilai.
2) Inovator (pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dikaji dalam sistem pembelajaran itu. Jadi guru
bukan saja bertugas sebagai memelihara sistem nilai tetapi juga
mengembangkan kepada tataran yang lebih luas dan lebih maju.
3) Transmitor (penerus) sistem-sistem nilai, guru selayaknya
meneruskan sistem-sistem nilai tersebut kepada peserta didik.
Dengan demikian, sistem nilai tersebut dimungkinkan akan
diwariskan kepada Peserta didik sebagai generasi yang akan
melanjutkan sistem nilai tersebut
4) Transformator (penerjemah) sistem-sistem nilai, guru bertugas
menerjemahkan sistem-sistem nilai tersebut melalui penjelmaan
dalam pribadi dan prilakunya. Lewat interaksinya dengan peserta
didik diharapkan pula sistem-sistem nilai tersebut menjelma dalam
pribadi peserta didiknya.
5) Perencana (planning) guru bertugas mempersiapkan apa yang akan
dilakukan dalam proses pembelajaran. Seorang guru harus
membuat rencana pembelajaran yang matang, yang sekarang
dikenal dengan satuan acara pembelajaran (SAP)
6) Manajer proses pembelajaran, guru bertugas mengelola proses
pembelajatran, mulai dari persiapan, mengorganisasikan,
melaksanakan, dan mengevaluasi hasi pembelajaran. Dsini
ditentukan siapa yang harus terlibat dalam proses pembelajaran
serta sejauh mana tingkat keterlibatannya. Semua unsur yang
diperkirakan menunjang atau menghambat berhasilnya proses
pembelajaran dikelola sesuai dengan kondisi objektifnya masing-
masing.
29
7) Pemandu (director) guru bertugas menunjukan arah dari tujusan
pembelajaran kepada pesertta didik. Kegiatan ini bukan saja
memperjelas arah kegiatan belajar peserta didik, tetapi juga
menjadi motifator bagi mereka untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah dirancang, baik oleh guru maupun
dirancang bersama peserta didik.
8) Organisator (penyalanggara) guru bertugas mengorganisasikan
seluruh kegiatan pembelajaran. Guru bertugas menciptakan situasi,
memimpin, merangsan, menggerakan, dan mengarahkan kegiatan
belajar mengajar sesuai dengan rencana.
9) Komunikator guru bertugas mengkomunikasikan murid dengan
berbagai sumber belajar. Pekerjaannya, antara lain memberikan
informasi tentang buku sumber yang di gunakan, tempat belajar
yang kondusif, bahkan mungkiun sampai menginformasikan
narasumber lain yang ditugasi jika diperlukan.
10)Fasilitator, guru bertugas menyediakan kemudahan-kemudahan
belajar bagi siswa, seperti memberikan informasi tentang cara
belajar yang efektif, menyediakan buku sumber yang cocok,
memberikan pengarahan dalam pemecahan masalah dan
pengembangan diri peserta didik, dan lain-lain.
11)Motivator, guru bertugas memberikan dorongan belajar sehingga
muncul hasrat yang tinggi untuk belajar secara instriksi. Dalam
proses belajar pembelajaran, dorongan yang diberikan mungkin
berupa penghagaan seperti pujian dan lain-lain.
12)Penilai (evaluator), guru bertugas mengidentifikasi, mengumpulkan,
menganalisis, menafsirkan data yang valid, reliabel, dan objektif dan
akhirnya harus memberikan pertimbangan atau (jubgement) atas
tingkat keberhasilan pembelajaran tersebut berdasarkan kriteria
yang ditetapkan, baik mengenai program, proses, maupun hasil
atau produk.
E. Peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan
30
Salah satu isu penting dalam penyelenggaraan pendidikan di Negara kita
saat ini adalah peningkatan mutu pendidikan, namun yang terjadi justru
kemerosotan mutu pendidikan dasar, menengah, maupun tingkat
pendidikan tinggi. Hal ini berlangsung akibat penyelenggaraan pendidikan
yang lebih menitikberatkan pada aspek kuantitas dan kurang dibarengi
dengan aspek kualitasnya. Peningkatan kualitas pendidikan ditentukan
oleh peningkatan proses pembelajaran. Dengan adanya peningkatan
proses belajar mengajar dapat meningkat pula kualitas lulusannya.
Peningkatan kualitas proses pembelajaran ini akan sangat tergantung
pada pengelolaan sekolah dan pengajaran/pendekatan yang diterapkan
guru. Berdasarkan kajian teori, kepemimpinan kepala sekolah terbukti
mempengaruhi implementasi dan pemeliharaan perubahan dan
berkolerasi dengan hasil belajar murid. Kualitas lulusan pendidikan
dipengeruhi oleh kualitas manajemen sekolah atau manajemen
pengelolaan pendidikan. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh fasilitas
pendukung, proses belajar mengajar, dan pengajaran. Kemampuan sosial
ekonomi orang tua siswa yang tinggi akan berkorelasi dengan penyediaan
fasilitas belajarnya, yang akhirnya dapat meningkatkan motivasi belajar.
Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar.
31
Mutu pendidikan tidak dipengaruhi oleh faktor tunggal, ada sejumlah
variabel yang dianggap saling berhubungan/mempengaruhi diantaranya:
1. Peningkatan Gaji dan Kesejahteraan Guru
Langkah pertama ini dinilai amat vital dan strategis untuk
meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan. Karena Setidaknya
ada dua alasan. Pertama, dari lima syarat pekerjaan dapat disebut sebagai
profesi, yang masih belum terpenuhi secara sempurna adalah gaji dan
kompensasi dari pelaksanaan peran sebagai profesi. Kelima syarat
pekerjaan sebagai profesi adalah:
 Bahwa pekerjaan itu memiliki fungsi dan signifikansi bagi
masyarakat,
 Bahwa pekerjaan itu memerlukan bidang keahlian tertentu,
 Bidang keahlian itu dapat dicapai dengan melalui cabang
pendidikan tertentu (body of knowledge),
 Bahwa pekerjaan itu memerlukan organisasi profesi dan adanya
kode etik tertentu, dan kemudian,
 Bahwa pekerjaan tersebut memerlukan gaji atau kompensasi yang
memadai agar pekerjaan itu dapat dilaksanakan secara profesional.
Dari kelima syarat tersebut, yang masih belum terpenuhi
sepenuhnya adalah syarat yang kelima, yakni gaji dan kompensasi yang
memadai. Alasan kedua, karena peningkatan gaji dan kesejahteraan
merupakan langkah yang memiliki dampak yang paling berpengaruh
(multiplier effects) terhasdap langkah-langkah lainnya.
32
2. Alih Tugas Profesi dan Rekruitmen Guru Untuk Menggantikan Guru
atau Pendidik yang Dialihtugaskan ke Profesi Lain
Upaya kedua ini merupakan konsekuensi dan kesinambungan dari
langkah pertama. Para pendidik yang tidak memenuhi standar kompetensi
harus dialihtugaskan kepada profesi lain. Pengalihtugasan tersebut
dilakukan dengan syarat sebagai berikut:
 Mereka telah diberikan kesempatan untuk mengikuti diklat dan
pembinaan secara intensif, tetapi tidak menunjukkan adanya
perbagian yang signifikan,
 Guru tersebut memang tidak menunjukkan adanya perubahan
kompetensi dan juga tidak ada indikasi positif untuk
meningkatkan kompetensinya.
Jika syarat tersebut telah dilakukan, maka mereka harus rela dan
pantas untuk dialihtugaskan dari profesi guru menjadi tenaga lain yang
sesuai, misalnya tenaga administrasi, atau kalau perlu dipensiundinikan.
Untuk mengganti tenaga pendidik yang telah dialihtugaskan ke profesi
lain tersebut perlu diadakan seleksi (rekruitmen) secara jujur dan
transparan, sesuai standar kualifikasi yang telah ditetapkan.
3. Membangun Sistem Sertifikasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan,
Serta Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.
Sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, pembangunan sistem sertifikasi
33
pendidik dan tenaga Kependidikan serta sistem penjamin mutu pendidikan
merupakan langkah yang amat besar, yang akan memberikan dukungan
bagi pelaksanaan langkah pertama, yang juga sangat berat, karena terkait
dengan anggaran belanja negara yang sangat besar. Penataan sistem
sertifikasi pendidik dan tenaga kependidikan tidak boleh tidak harus
dilakukan untuk menjamin terpenuhinya berbagai standar l pendidikan
yang telah ditetapkan.Prasyarat yang harus dipenuhi sebagai berikut;
untuk pendidik yang akan diangkat menjadi PNS harus diterapkan standar
minimal kualifikasi pendidikan. Sementara bagi guru yang sudah memiliki
pengalaman tidak perlu dituntut untuk memenuhi standar ijazah tersebut,
karena hanya akan menyebabkan terjadinya apa yang disebut dengan ‘jual
beli ijazah’ yang juga dikenal dengan ‘STIA’ atau ‘sekolah tidak ijazah ada’.
Yang diperlukan bagi mereka adalah pendidikan profesi dan sistem diklat
berjenjang yang harus dihargai setara dengan kualifikasi pendidikan
tertentu. Jika sistem sertifikasi ini telah mulai berjalan, maka sistem
kenaikan pangkat bagi pendidik dan tenaga kependidikan sewajarnya
disesuaikan.
4. Membangun Satu Standar Pembinaan Karir (Career Development Path)
Seiring dengan pelaksanaan sertifikasi tersebut, disusunlah satu
standar pembinaan karier. Sistem itu harus dalam bentuk dokumen yang
34
disyahkan dalam bentuk undang-undang atau setidaknya berupa
peraturan pemerintah yang harus dilaksanakan oleh aparat otonomi
daerah. Sebagai contoh, untuk menjadi instruktur, atau menjadi kepala
sekolah, atau pengawas, seorang pendidik harus memiliki standar
kompetensi yang diperlukan, dan harus melalui proses pencapaian yang
telah baku. Standar pembinaan karir ini akan dapat dilaksanakan dengan
matap apabila memenuhi prasyarat antara lain jika sistem sertifikasi
pendidik dan tenaga kependidikan telah berjalan dengan lancar. Selain itu,
langkah ketiga ini akan berjalan lancar jika sistem kenaikan pangkat
pegawai berdasarkan sertifikasi sudah berjalan.
5. Peningkatan Kompetensi Yang Berkelanjutan
Sebagaimana dijelaskan pada langkah sebelumnya, proses
rekruitmen guru baru harus dilaksanakan secara jujur dan transparan, dan
dengan menggunakan standar kualifikasi yang telah ditetapkan. Standar
kualifikasi tersebut tidak dapat ditawar-tawar. Sementara itu, untuk para
pendidik yang sudah berpengalaman perlu diberikan kesempatan untuk
mengikuti penataran yang dilaksanakan oleh lembaga inservice training
yang juga sudah terakreditasi. Selain itu, mereka juga disyaratkan untuk
mengikuti pendidikan profesi yang dapat dilaksanakan oleh lembaga
tenaga kependidikan (LPTK) yang juga harus terakreditasi.
35
Upaya peningkatan kompetensi bagi pendidik dan tenaga
kependidikan harus dilaksanakan secara terencana dan terprogram
dengan sistem yang jelas. Jumlah pendidik yang besar di negeri ini
memerlukan penanganan secara sinergis oleh semua instansi yang terkait
dengan preservice education, inservice training, dan on the job training.
Kegiatan sinergis peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan
harus melibatkan organisasi pembinaan profesi guru, seperti Kelompok
Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Musyawarah
Kerja Kepala Sekolah (MKKS), dan Musyawarah Kerja Penilik Sekolah
(MKPS). Sudah tentu termasuk PGRI, organisasi perjuangan para guru.
E. Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Kode Etik Keguruan
Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
organisasi profesi dan kede etik, pasal 42 dengan jelas menyatakan bahwa
“ Pegawai Negeri Sipil mempunyai kode etik sebagai pedoman sikap,
tingkah laku dan perbuatan didalam dan diluar kedinasan.”
Dalam pidato pembukaan Kongres PGRI XIII, Basumi sebagai ketua
umum PGRI menyatakan bahwa kode etik guru Indonesia merupakan
landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI dalam
melaksanakan panggilan pengabdiannya bekerja sebagai guru (PGRI,
36
1973). Dari pendapat ketua umum PGRI ini dapat ditarik kesimpulan
bahwa dalam kode etik guru Indonesia terdapat dua unsur pokok yakni:
sebagai landasan moral dan sebagai pedoman tingkah laku.
Dari uraian diatas terlihat bahwa landasan pelaksanaan kode etik
profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh anggota profesi
didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di
masyarakat.
F. Peranan Organisasi Profesi Keguruan Dewasa Ini
Keadaan yang ditemui suatu perkembangan yang menggembirakan
muncul menyusul keluarnya Undang-undang Rep. Indonesia No. 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional dalam UU tersebut, tenaga
kependidikan mendapat perhatian yang amat besar, melebihi bidang-
bidang lain. Ada 6 pasal (pasal 39 s/d 44) terdiri atas 17 ayat, yang secara
khusus menyangkut tenaga kependidikan. Ini menunjukan bahwa
kedudukan tenaga kependidikan begitu penting dalam rangka upaya
memajukan pendidikan secara keseluruhan. Bagi profesi kependidikan, UU
tentang SPN mempunyai arti yang sangat penting, karena dalam undang-
undang ini profesi kependidikan telah jelas dasar hukumnya, bahkan
pekerjaan guru secara tegas telah dilindungi keberadaannya. Gagasan
37
yang mendasar yang terkandung UU tentang SPN dalam kaitannya
dengan tenaga kependidikan ialah perlindungan dan pengakuan yang
lebih pasti terhadap jabatan guru khususnya dan tenaga kependidikan
umumnya. Profesi-profesi ini secara tegas akan dilindungi, dihargai, diakui,
dan dijamin keberadaannya secara hukum. Perlindungan itu secara
eksplisit dikemukakan dalam pasal 42 yang menyatakan bahwa pendidikan
harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang
kewenangan mengajar. Permasalahan yang adaPermasalahan pokok yang
dihadapi profesi guru dan juga organisasi profesi guru masa sekarang ini
adalah sebagai berikut :
1. Penjabaran yang operasional tentang ketentuan-ketentuan yang
tersurat dalam peraturan yang berlaku yang berkenaan dengan
profesi guru beserta kesejahteraannya, seperti keputusan MENPAN
No.26 tahun 1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam
Lingkungan Departemen pendidikan dan Kebudayaan.
2. Peningkatan unjuk kerja guru melalui perbaikan program
pendidikan guru yang lebih terara, yang memelihara keterpaduan
antara pengembangan profesional dengan pembentukan
kemampuan akademik guru, dengan memberikan peluang kepada
setiap calon guru untuk melatih unjuk kinerjanya sebagai calon
guru yang profesional.
3. Proses profesionalisme guru melalui sistem pengadaan guru
terpadu sejak pendidikan prajabatan, pengangkatan, penempatan,
dan pembinaannya dalam jabatan.
4. Penataan organisasi profesi guru yang diarahkan kepada bentuk
wahana untuk pelaksanaan prows profesionalisasi guru, dan dapat
38
memberikan batasan yang jelas mengenai profesi guru dan profesi
lainnya.
5. Penataan kembali kode etik guru, terutama yang berkenaan dengan
rambu-rambu prilaku profesional yang tegas, jelas, dan operasional,
serta perumusan sanksi-sanksi terhadap penyimpangannya.
6. Pemasyarakatan kode etik guru ditetapkan oleh setiap guru dan
diindahkan oleh masyarakat rekanan, sehingga tumbuh
penghargaan dan pengakuan yang wajar terhadap profesi guru itu.
G. Pengembangan Organisasi Keguruan
PGRI sebagai organisasi profesi perlu penekanan upaya penataan
dan peningkatan dalam bidang misi profesi dari PGRI. Dalam hal ini perlu
dikembangkan kerangka konseptual yang memadai dan terarah untuk
melandasi program kerja mengenai pengembangan profesi itu. Kerangka
konsep itu seyogyanya diselaraskan dengan patokan-patokan profesional
dan akademik yang digunakan sebagai dasar pengembangan standar
unjuk kerja, pengembangan progran kependidikan guru, dan penataan
proses profesionalisasi guru berdasarkan pendekatan pengadaan guru
terpadu. Kekolegaan profesional guru sebagai suatu kesadaran profesional
merupakan keharusan bagi setiap guru sebagai konsekuensi kesediaan
untuk menerima tanggung jawab individual dan kolektif. Kekolegaan ini
hanya dapat terwujud jika dituangkan dalam kode etik yang operasional
dan diakui oleh pemerintah dan masyarakat yang tertuang dalam
peraturan atau undang-undang seperti dalam UU tentang SPN.
39
BAB V
Rana Pengembangan Keprofesian Guru
A. Pengantar
Telah lama berkembang Kesadaran publik bahwa tidak ada guru,
tidak ada pendidikan formal. Telah muncul pula kesadaran bahwa tidak
40
ada guru yang Profesional dengan jumlah yang mencukupi. Pada sisi lain,
guru yang profesional nyaris tidak berdaya tanpa dukungan tenaga
kependidikan pula. Kesadaran untuk menghadirkan guru dan tenaga
kependidikan yang Profesional l sebagai sumber daya utama pencerdas
bangsa. Dengan rana yang dimaksud : (1) penyedia guru berbasis
perguruan tinggi, (2) induksi guru pemula berbasis sekolah, (3)
profesionalisasi guru berbasis prakarsa institusi, (4) profesionalisasi guru
berbasis individu.
B. Penyedia Guru.
Di Indonesia, seperti dibanyak Negara, guru mempunyaii
kedudukan sebagai tenaga Profesional pada jenjang pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan anak usia dini pada jalur
pendidikan formal. Undang-undang No 14 tahun 2005 tentang guru dan
dosen dan peraturan pemerintah No 74 tahun 2008 tentang guru telah
menggariskan bahwa hal ini menjadi kewenangan lembaga pendidikan
tenaga kependidikan dimaksud adalah perguruan tinggi yang di beri
tugas oleh pemerinta untuk menyelenggarakan program pengadaan guru
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar,dan/atau pendidikan menegah.
41
Guru dimaksud harus memiliki kualifikasi akademik sekurang-
kurangnya memiliki SI/D-IV dan bersertifikat pendidik. Jika seorang guru
telah memiliki keduanya, statusnya diakui oleh Negara sebagai guru
profesional. pada sisi lain, baik UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan
dosen maupun PP No 74 tetang guru mengamatkan bahwa ke depan,
hanya yang berkualifikasi SI/D-IVbidang kependidikan dan
nonkependidikan yang dinyatakan lulus pendidikan profesi. pada sisi lain,
kedua produk hukum ini menggariskan bahwa peserta pendidik profesi
ditetapkan oleh menteri yang sangat mungkin didasari atas kuota
kebutuhan formasi.
Beberapa amanat penting yang dapat disadap dua produk hukum
ini, pertama, calon peserta pendidikan profesi berkulifikasi SI/D-IV. kedua,
sertifikat pendidik bagi guru diperoleh melalui program pendidikan profesi
yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program
pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyrakat, dan ditetapkan oleh
pemerintah, ketiga. sertifikat pendidik bagi calon guru harus dilakukan
secara objektif, transparan dan akuntabel. keempat, jumlah peserta didik
program pendidikan profesi setiap tahun ditetapakan oleh menteri , kelima
, program pendidikan profesi diakhiri dengan uji kompetensi pendidik,
42
keenam.uji kompetensi pendidik dilakukan melalui ujian tertulis dan ujian
kenerja sesuai dengan standar kompetensi. ketujuh, ujian tertulis
dilaksanakan secara komperhensif yang mencakup penguasaan: (1)
wawasan dan landasan kependidikan, pemahaman terhada peserta didik,
pengembangan kurikulum atau silabu, perencanaan pembelajaran, dan
evaluasi hasil belajar; (2) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai
dengan standar isi mata pelajaran , kelompok mata pelajaran, dan/atau
program yang diampunya: dan (3) konsep-konsep disiplin keilmuan,
teknologi atau seni yang secara konseptuall menaungi materi pelajara,
kelompok mata pelajaran, dan atau program yang diampunya,
kedelapan;ujian kenerja dilaksanakan secara holistik dalam bentuk ujian
praktikpembelajaran yang mencerminkan penguasaan kompetensi
pedagogik, keperibadian, dan sosial pada satuan pendidikan yang relevan.
Jika regulasi ini dipatuhi secara taat asas, tidak ada alasan calon
guru pada sekolah-sekolah di Indonesia berkualitas di bawah standar.
Namun demikian ternyata setelah mereka direkrut untuk menjadi guru.
Yang ada didalam skema kepegawaian negara untuk pertama kalistatus
sebagai calon pegawai negeri sipil (PNS) guru, belum bisa langsung
bertugas penuh, melainkan mereka masih harus memasuki fase
prekondisian yang disebut dengan induksi. Ketika menjalankan i program
43
induksi, diidealisasi guru akan dibimbing dan dipandu oleh mentor terpilih
untuk kurun waktu sekitar satu tahun, agar benar-benar siap menjalani
tugas-tugas profesional.
C. Induksi Guru Pemula
Lahirnya UU No 14 tahun 2005 dan PP No 47 tahun 2008 seperti
dimaksudkan di atas mengisyaratkan bahwa kedepan, hanya lulusan SI/D-
IVyang memiliki sertifikat pendidiklah yang akan direkrut telah memiliki
kualifikasi minimum dan serifikat pendidik, yang dalam produk hukum
legitimasi sebagai telah memiliki kewenangan penuh. Ternyata masih
diperluas program induksi diyakini merupakan fase yang harus dilalui
ketika sesorang merupakan masa transisi bagi guru pemula.
kebijakan ini memperoleh legitimasi akademik, karena secara teoritis dan
empiiris lazim dilakukan di banyak Negara sehebat apapun pengalaman
teoritis calon guru di kampus, ketika menghadapi realitas dunia kerja,
suasana akan lain, persoalan mengajar bukan hanya berkaitan dengan
semua sistem yang ada disekolah dan dimasyarakat ikut intervensi perilaku
yang harus disediakan
D. Profesionalisasi Guru Berbasis Lembaga
Ketika guru selesai menjalani proses induksi dan kemudian secara
rutin keseharian menjalankan tugas-tugas Profesional , Profesional isasi
44
atau proses penumbuhan dan pengembagan profesinya tidak henti disitu.
Diperlukan upaya yang terus menerus agar guru tetap memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang sesuaii dengan tuntutan kurikulum
serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Esensi pembinaan dan
pengembangan Profesional guru. Kegiatan dapat dilakukan atas prakarsa
institusi, seperti pendidikan dan pelatihan, workshop, magang, studi
banding. Kegiatan pembinaan dan pengembangan dilaksanakan secara
sistematis dengan menempuh tahapan-tahapan tertentu. Seperti analisis
kebutuhan, perumusan tujuan dan sasaran desain program, implementasi
dan deliveri program dan evaluasi program. Aktifitas-aktifitas. Pada fase
perencanaan, berfokus perhatian terpusat pada kebutuhan akan kegiatan
pendidikan, pelatihan, dan pengembangan apa yang diperlukan bagi guru.
jenis kegiatan didasari atas masalah dan tantangan yang di hadapi oleh
guru. Tujuan dan sasaran pendidikan dan pelatihan guru diharapkan
dengan mencerminkan kondisi yang diinginkan, sekaligus menjadii ukuran
keberhasilan program itu. perumusan tujuan dan sasaran inii akan menjadi
acuan dalam menentukan subtansi dan pelaksanaan program, dengan titik
tekan pada upaya memenuhi kebutuhan guru satuan pendidikan secara
nyata.
45
Pendidikan dan pelatihan dan pengembangan merupakan proses
ditempuh oleh guru pada saat menjalani tugas-tugas kedinasan. Kegiatan
ini diorganisasikan secara bergam dan berspektrum luas dengan tujuan
untuk meningkatkan kompetensi, keterampilan, sikap, pemahamman, dan
performasi yang dibutuhkan oleh guru saat ini dan masa mendatang. di
banyak Negara saat inii berkembang kecenderungan-kecenderungan baru
dalam pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan, terutama
tenaga guru. kecenderungan yang dimaksud adalah. (1) berbasis pada
program penelitian, (2) menyiapkan guru untuk menguji dan mengakses
kemampuan praktis dirinya. (3) organisasikan dengan pendekatan
kolegalitas, (4) berfokus pada partisipasi guru dalam proses pembuatan
keputusan mengenai isu-isu esensial, di lingkungan sekolah, dan (5)
membantu guru-guru yang dipandang masih lemah pada beberapa aspek
tertentu dari kompetensinya. Dengan demikian kegiatan merujuk kepada
peluang-peluang belajar (learning opportunities)yang didesain secara
sengaja untuk membantu prtumbuhan Profesional guru.
E. Profesional Guru Berbasis Individu
Realitas membuktikan, hanya sebagian kecil guru memiliki peluang
menjalan profesionalisasi atas prakara institusi atau lembaga. Untuk
Indonesia, data statistik menujukan bahwa setiap tahunya hanya sekitar
46
5% guru yang berpeluang mengikuti aneka program pengembanganyang
dilembagaka sejenis penataran atau pelatihan di lembaga-lembaga
pelatihan atau sejenisnya. dalam kurung waktu sekitar 20 tahun masing-
masing guru hanya berpeluang mengikuti 1 kali program pengembangan
profesi yang dilembagakan kenyataan lapangan yaitu banyak guru yang
sama sekali tidak memiliki akses mengikuti program pendidikan, pelatihan,
dan pengembangan secara dilembagakan, kecuali pada saat mereka
menempuh pelatihan prajabatan dari calon CPNS ingin menjadi PNS.
menghadapi realitas ini, kalau guru mau tetap eksis pada profesi dengan
derajat Profesional itas yang layak di tampilkan.
Untuk menjadi guru Profesional , perlu perjalanan panjang. Diawali
dengan penyiapan calon guru, rekrutmen, penetapan, penugasan,
pengembangan profesi dan karir sehingga menjadi guru profesional. edi
Suharto (Damin. 2011) masarakat madami adalah sebuah masyarakat
demokratis dimana anggotanya menyadari akan hak-hak dan kewajiban
dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan kepentingan-
kepentingannya. dimana pemerintah memberikan peluang yang seluas-
luasnya bagi kreatifitas warga Negara untuk mewujudkan program-
program pembangunan di wilayah. Istilah madani esensinya merupakan
lawan tradisi struktur yang menekan kebebasan dan hak demokratis warga
47
Negara. Merujuk pada referensi berfikir di atas, guru Profesional adalah
guru yang didalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi bersifat otonom,
mengusai kompetensi secara komperhensif, dan daya intelektual tinggi.
Kata otonom mengandung makna bahwa guru Profesional l adalah
mereka yang secara Profesional dapat melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya bersifat otonom, menguasai kompetensi secara komperhensip.
dan daya intelektual tinggi. Kata otonom mengandung makna , bahwa
guru Profesional adalah mereka yang secara Profesional dapat
melaksanakan tugas dengan pendekatan bebas dari intervensi.
GuruProfesional adalah mereka yang memiliki kemandirian tinggi
ketika berhadapan birokrasi pendidikan pusat-pusat kekuasaan lainnya.
mereka memliki ruang gerak yang bebas sebagai wahana bagi
keterlibatannya di bidang pendidikan dan pembelajaran, pengembangan
profesi, pengabdian kepada masyarakat, dan kegiatan penujang lainnya.
Guru Profesional memliki daya juang dan energy untuk mereduksii
secara kuat munculnya kuasa birokrasi pendidikan, kepala sekolah, dan
pengawas sekolah atas hak dan kewajibannya. Mereka pun bebas
berafiliasi kedalam penegakan idependen sebagai pekerja
Ciri-Ciri Guru Profesional
 Melakukan profesionalisasi diri
 Memotivasi diri
48
 Memiliki displin diri
 Mengevaluasi diri
 Memiliki kesadaran diri
 Melakukan pengembangan diri
 Menjadi pembelajar
 Melakukan hubungan efektif
 Berempati tinggi
 Taat asas pada kode etik
Guru sebagai pendidik adalah jabatan profesi yang mulia oleh sebab
itu, moralitas guru harus senantiasa terjaga karena martabat dan
kemuliaan sebagai unsur dasar moralitas guru itu terletak pada
keunggulan perlaku, akal budi dan pengabdiannya. Guru merupakan
pengambil tugas kemanusiaan dengan mengutamkan kebijakan dan
mencegah manusia dari kehinaan serta mungkin dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun watak serta budaya
yang mengantar bangsa indonesia pada kehidupan masyrakat yang maju,
adil dan makmur, serta beradab berdasarkan pancasila dan uud 1945
Pelaksanaan tugas guru Indonesia terwujud dan nyata dalam prinsip”
ing ngarso sung tuladho, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani “
untuk itu pedoman perilaku guru dalam melaksanakan tugas keprofesional
perlu ditetapkan kode etik guru Indonesia.
Kewajiban Umun (Pasal 1)
a) Menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpa/janji guru
b) Melaksanakan tugas, utama mendidik , mengajar, membimbing ,
mengarahkan, melati, menilai dan mengevaluasi peserta didik untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional
49
Kewajiban Guru Terhadap Peserta Didik (Pasal 2)
a) Bertindak profesional dalam melaksanakan tugas mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi proses dan hasil belajar peserta didik.
b) Memberikan layanan pemmbelajaran berdasarkan karakteristik
individual serta tahapan tumbuh kembang kejiwaan peserta didik
c) Mengembangkan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, dan
menyenangkan
d) Menghormati martabat dan hak serta memperlakukan peserta
didik secara adil dan objektif
e) Melindungi peserta didik dari segala tindakan yang dapat
mengangu perkembangan proses belajar, kesehatan dan keaman
bagi peserta didik
f) Menjaga kerahasian pribadi peserta didik, kecuali dengan alas an
yang dibenarkan berdasakan hukum, kepentingan pendidikan ,
kesehatan dan kemanusiaan.
g) Menjaga hubungan Profesional dengan peserta didik dan tidak
memanfaatkan untuk keutungan pribadi dan atau kelompok dan
tidak melanggar norma yang berlaku
Kewajiban Guru Terhadap Orang Tua/ Peserta Didik (Pasal 3)
a) Menghormati Hak Orang Tua/Wali Peserta Didik Untuk
Berkonsultasi Untuk Memberikan Informasi Secara Jujjur Dan
Objektif Mengenai Kondisi Dan Perkembangan Belajar Peserta Didik
b) Membina Hubungan Kerja Sama Dengan Orang Tua/Wali Peserta
Didik Dalam Melaksanakan Proses Pendidikan Untuk Peningkatan
Mutu Pendidikan
c) Menjaga Hubungan Profesional Dengan Orang Tua/Wali Peserta
Didik Dan Tidak Memanfaatkan Untuk Memperoleh Keuntungan
Pribadi
Kewajiban Guru Terhadap Masyarakat ( Pasal 4)
a) Menjalin komunikasi yang efektif dan kerja sama yang harmonis
dengan masyarakat untuk menujukan dan mengembangkan
pendidikan
b) Mengakomodasi aprisiasi dan keinginan masyarakat dalam
pengembangan dan peningkatan kualitas pendidik
c) Bersikap responsive terhadap perubahan yang terjadi dalam
masyarakat dengan mengindahkan norma dan sistem nilai berlaku
d) Bersama-sama dengan masyarakat berperan aktif untuk
menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif
50
e) Menjujung tinggi kehormatan dan martabat serta menjadii panutan
bagi masyarakat
Kewajiban Guru Terhadap Teman Sejawat (Pasal 5)
a) Membagun suasana kekeluargaan, solidaritas dan saling
menghormati antara teman sejawat di dalam maupun di luar satuan
pendidikan
b) Saling berbagi ilmu pengetahuan, teknologi, seni, keterampilan dan
pengalaman serta saling memotivasi untuk meningkatkan
profesionalitas dan martabat guru
c) Menjaga kehormatan dan rahasia pribadi dan rahasia pribadi teman
sejawat
d) Menghindari tindakan yang berpotensi menciptakan konflik antar
teman sejawat
Kewajiban Guru Terhadap Profesi (Pasal 6)
a) Menjunjung tinggi jabatan guru sebagai profesi
b) Mengembangkan profesionalisme secara berkelanjutan sesuaii
kemajuaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan
mutu pendidikan
c) Melakukan tindakan dan/atau mengeluarkan pendapat yang tidak
merendahkan martabat profesi
d) Dalam melaksanakan tugas tidak menerima janji dan pemberian
yang dapat memengaruhi atau tugas keprofesian
kewajiban guru terhadap organisasi profesi (Pasal 7)
a) menaati peraturan dan berperan aktif dalam melaksanakan
progeam organsiasi profesi
b) mengembangkan dan memajukan organisasi profesi
c) melakukan tindakan dan/atau mengeluarkan pejabat yang tidak
merendahkan martababt profesi
Kewajiban Guru Terhadap Pemerinntah (Pasal 8)
a) berperan serta menjaga dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara dalam wadah NKRI Berdasarkan Pancasila dan UUD
1945
b) berperan serta dalam melaksankan program pembangunan
pendidikan
c) melaksanakan ketentuan yang di tetapkan pemerintah
51
BAB VI
PERAN DAN TUGAS GURU
A. Keputusan Situasional Dan Transaksional
Penerapan suatu kompetensi dan melaksanakan program
pembelajaran/pengajaran, di perlukan beberapa keterampilan pelaksanaan
proses pembelajaran/ pengajaran di dalam satu jam pertemuan
memerlukan pengetahuan sikap tertentu. Disamping keterampilan teknis,
aspek –aspek kepribadian lainnya seperti nilai-nilai dan temperamen
pengaruh terhadap suatu kompetensi.
52
Dalam mewujudkan seperangkat pengalaman belajar pengajaran,
seorang guru perlu mengambil keputusan-keputusan tentang apa dan
bagaimana pengalaman belajar dan pengajaran yang dimaksud kan untuk
wujudkan, berdasarkan analisis situsi , antara lain berdasarkan tujuan yang
ingin dicapai, bahan yang akan disampaikan, waktu serta fasilitas yang
tersedia dan perilaku bawaan para siswa sehingga tersusun suatu rencana
persiapan mengajar. Keputusan yang diambil guru ketika merancang
sumua ini disebut keputusan situasional.
Perbuatan Profesional kependidikan di katakana bersifat
transaksional tergantung pada pihak-pihak dan kondisi yang terlibat
secara aktual dalam suatu peristiwa kependidikan. Keputusan yang di
ambil guru untuk menyesuaikan dengan kondisi kelas tersebut disebut
keputusan situasional.
keputusan transaksional ini memerlukan penyesuaian –penyesuaian
berdasarkan umpan balik yang diperoleh guru dari interaksinya dengan
siswa mampun interaksi antara siswa, sementara kegiatan
Pembelajaran/pengajaran berlangsung.
Dalam Pelaksanaan Proses Pembelajaran/pengajaran Sesorang Guru
Membuat Perencanaan Pengajaran Yang Bersifat Situasionall Berdasarkan
 Identifikasi Kebutuhan-Kebutuhan Dan Minat Siswa
 Tujuan-tujuan performa siswa
53
 Karakteristik materi
 Ketersediaan fasilitas, ruangan, dan waktu
 Kemampuan guru sendiri.
Perencanaan yang sudah dibuat guru sebelum melaksanakan Proses
Pembelajaran/pengajaran Berdasarkan Kurikulum Yang Telah Ditetapkan.
Dalam pelaksanannya tidak selalu sesuai dengan apa sudah direncanakan.
Guru dituntut mampu menyesuaikan berdasarkan situasi dan kondisi yang
dihadapi secara aktual dalam proses pembelajaran /pengajaran dikelas
memungkinkan guru melaksanakan kegiatan guru lebih kreatif.
Faktor-faktor penentu aktualisasi peristiwa
Pembelajaran/pengajaran tersebut dapat dijelaskan sebagi berikut:
1. Tujuan meliputi pengetahuan, keterampilan sikap, nilai yang ingin
dicapai atau ditingkatkan sebagai hasil kegiatan
Sebelum melaksanakan kegiatan mengajar, guru perlu
memperhatikan kemampuan apa yang diperoleh siswa setelah
menyelesaikan suatu pelajaran sehingga dalam praktiknya
senantiasa akan mengacu kepada tujuan, yang telah dirumuskan
baik secara tujuan nasional, kelembagaan ,kurikuler maupun
tujuan dari mata pelajaran yang akan disampaikan
2. Sisaw memiliki usia, kemampuan minat, latar belakang dan
motivasi
karakteristik siswa yang mengikuti pelajaran/pengajaran mendapat
perhatian. Hal ini berkaitan dengan pemberian layanan apa yang
tepat disesuaikan dengan potensi yang memiliki siswa oleh siswa
baik bersifat fisik maupun psikis yang tidak lepas dari kebutuhan
siswa untuk mengikuti kegitan pengajarannya di sekolah.
3. Pengajaran meliputi filosofi, kompetensi, kebiasaan dan lain-lain,
pengajaran dalam hal ini guru merupakan salah satu ujung tombak
keberhasilan pendidikan, untuk itu potensi yang dimiliki senantiasa
54
perlu dikembangkan sehingga dalam melaksanakan tugas
pendidik dapat berjalan sesuai dengan pandangan hidupnya yang
bertumpuh kepada kemampuan diri sendiri secara maksimal dan
menyenangkan.
4. Materi/bahan mata pelajaran yang berupa fakta, konsep
keterampilan.
Sebagai program pengajaran yang harus disampaikan oleh guru
dan diterima siswa maka materi yang akan disajikan perlu
memperhatikan jenis dan bentuknya, dalam hal ini perlu
pengkajian lebih jauh apakah materi yang disampaikan berupa
materi inti atau materi pengembangan sehingga dalam penyajian
disesuaikan dengan sifat materi
5. Ketersedian alat bantu dana pengandaanya dan waktu persiapan
Keberhasilan proses Pembelajaran/pengajaran tidak lepas dari
sarana dan prasarana penujang. Dalam hal ini penyedia alat dan
dana untuk memperoleh serta memelihara perlu mendapat
perhatian dari berbagai pihak terutama yang berkaitan langsung
dengan dunia pendidikan
6. Besar kelas dan jumlah serta jumlah pertemuan
keterbatasan daya tampung dan perlunya pelayanan yang
maksimal dari pihak penyelenggaraan sekolah tidak lepas dari
ketersediaan ruangan dan pengaturan jadwal kegiatan sehingga
pengelolaan kegiatan Pembelajaran/pengajaran dapat berjalan
secara teratur, efektif dan efesien sesuaii dengan harapan semua
pihak.
Semua proses kegiatan Pembelajaran/pengajaran di kelas tidak
terlepas dari semua proses keputusan oleh guru baik ketika
mempersiapkan ataupun ketika melaksanakannya di kelas. keputusan
situasional berkaitan dengan pembuatan keputusan yang buat oleh guru
cenderung harus diambil atas dasar pertimbangan jangka pendek atau
55
jangka panjang menjadi semakin penting baik, sebelum pelajaran dimulai
sedangkan keputusan transaksional yang merupakan penyesuaian
terhadap situasi yang muncul dalam PBM dengan mengaitkan pada
persiapan pelajaran –pelajaran yang telah dibuat guru.
Peran Guru di Sekolah
Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan di tingkat operasional, guru
merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada
tingkat institusional, instruksional, dan eksperiensial. Sejalan dengan tugas
utamanya sebagai pendidik di sekolah, guru melakukan tugas-tugas
kinerja pendidikan dalam bimbingan, pengajaran, dan latihan. Semua
kegiatan itu sangat terkait dengan upaya pengembangan para peserta
didik melalui keteladanan, penciptaan lingkungan pendidikan yang
kondusif, membimbing, mengajar, dan melatih peserta didik. Dengan
perkembangan dan tuntutan yang berkembang dewasa ini, peran-peran
guru mengalami perluasan, yaitu sebagai pelatih (coaches), konselor,
manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang.
Sebagai pelatih (coaches), guru memberikan peluang yang sebesar-
besarnya bagi peserta didik untuk mengembangkan cara-cara
pembelajarannya sendiri sebagai latihan untuk mencapai hasill
56
pembelajaran optimal. Sebagai konselor, guru menciptakan satu situasi
interaksi di mana peserta didik melakukan perilaku pembelajaran dalam
suasana psikologis yang kondusif dengan memperhatikan kondisi setiap
peserta didik dan membantunya ke arah perkembangan optimal. Sebagai
manajer pembelajaran, guru mengelola keseluruhan kegiatan
pembelajaran dengan mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang
pembelajaran. Sebagai partisipan, guru tidak hanya berperilaku mengajar
akan tetapi juga berperilaku belajar melalui interaksinya dengan peserta
didik. Sebagai pemimpin, guru menjadi seseorang yang menggerakkan
peserta didik dan orang lain untuk mewujudkan perilaku pembelajaran
yang efektif. Sebagai pembelajar, guru secara terus menerus belajar dalam
rangka menyegarkan kompetensinya serta meningkatkan kualitas
profesionalnya. Sebagai pengarang, guru secara kreatif dan inovatif
menghasilkan berbagai karya yang akan digunakan untuk melaksanakan
tugasnya.
Hamzah Uno (2008), posisi dan peran guru yang dikaitkan dengan
konsep pendidikan berbasis lingkungan dalam proses pembelajaran,
dimana guru harus menempatkan diri sebagai:
57
a) Pemimpin belajar, dalam arti guru sebagai perencana,
pengorganisasi, pelaksana, dan pengontrol kegiatan belajar peserta
didik.
b) Fasilitator belajar, dalam arti guru sebagai pemberi kemudahan
kepada peserta didik dalam melakukan kegiatan belajarnya
memalui upaya dalam berbagai bentuk.
c) Moderator belajar, dalam arti guru sebagai pengatur arus kegiatan
belajar peserta didik.
d) Motivator belajar, dalam arti guru sebagai pendorong peserta didik
agar mau melakukan kegiatan belajar. Sebagai motivator guru harus
menciptakan kondisi kelas yang merangsang peserta untuk mau
melakukan kegiatan belajar, baik individual maupun kelompok.
e) Evaluator belajar, dalam arti guru sebagai penilai yang objektif dan
komprehensif.
Peran Guru di Masyarakat
Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara
keseluruhan, guru merupakan unsur strategis sebagai anggota, agen, dan
pendidik masyarakat. Sebagai anggota masyarakat guru berperan sebagai
teladan bagi bagi masyarakat di sekitarnya baik kehidupan pribadinya
maupun kehidupan keluarganya. Sebagaii agen masyarakat, guru berperan
58
sebagai mediator (penengah) antara masyarakat dengan dunia pendidikan
khususnya di sekolah. Dalam kaitan ini, guru akan membawa dan
mengembangkan berbagai upaya pendidikan di sekolah ke dalam
kehidupan di masyarakat, dan juga membawa kehidupan di masyarakat ke
sekolah. Selanjutnya, sebagai pendidik masyarakat, bersama unsur
masyarakat lainnya guru berperan mengembangkan berbagai upaya
pendidikan yang dapat menunjang pencapaian hasil pendidikan yang
bermutu.
B. Rencana Pembelajaran/pengajaran
Pembuatan rancangan pembelajaran tergantung pada kurikulum
yang digunakan. Secara umum rancangan yang digunakan adalah
rancangan Pembelajaran/pengajaran yang dianalogikan dengan rancangan
strategikpermainan untuk satu tim perancang. Pembelajaran/pengajaran
yang baik adalah mengetahui kelemahan dan kekurangan siswanya dan
dia tahu tentang yang terkandung dalam kurikulum. Guru memiliki ragam
strategiPembelajaran/pengajaran yang dapat digunakan untuk
membangkitkan kekuatan siswa yang dapat mengurangii kelemahannya
dan hampir semua pembelajaran /pengajaran itu berlangsung dalam
kelompok besar maka perancangan /pembelajaran.
59
Perhatikan analogi lain, jika anda menonton sinetron atau film dan
anda perhatikan teks setelah tanyangan itu berakhir, atau mungkin juga
selamanya, biasanya ditampilkan sederet nama orng dan perannya. Yang
menarik biasanya siapa pemainnya( aktris atau actor) siapa sutradaranya
yang menyiapkan jalan cerita dan siapa yang menulis naskan yang
menggambarkan perilaku-perilaku yang harus dimainkan oleh pemain.
Ketiga peran itu memandu suatu tampilan tayangan yang bisa
menyebabkan penonton turut memikirkan dan merasakan bahkan “ ikut
campur tangan”dalam peranan di dalam peran di dalam cerita itu. Di
sinilah ada peran di luar perancang yaitu penonton, dan tampaknnya
selera penonton menjadi salah satu pertimbangan utama perancang ketika
ia membuat suatu jalan cerita. jika kegiatan Pembelajaran/pengajaran di
ibaratkan tayangan filim maka Pembelajaran/pengajaran yang baik perlu
di dasarkan padaa jalan cerita yang jelas, peran yang harus di mainkan
oleh pemain, dan pemain yang bermutu. Seorang guru adalah sutradara ,
dan juga aktor yang harus memainkan jalan cerita, tetapi juga sekaligus
sebagai penonton karena dia harus mengamati apa yang terjadi dalam
kegiatan proses tersebut.
Hal-hal yang perlu dibicarakan dalam kegiatan
pembelajaran/pengajaran
60
 Hakikat Proses Pembelajaran/Pengajaran
 Prosedur Pengembangan Rancangan Pemberian Pengajaran
 Rancangan Unit Pembelajaran/Pengajaran
a. Hakikat Proses Pembelajaran/Pengajaran
Proses Pembelajaran/pengajaran sebagai proses implementasi
kurikulum, menuntut peran guru untuk mengaktualisasikan kurikulum,
atau bahan ajar serta mengembangkan dan mengimplementasikan
program-program Pembelajaran/pengajaran adalah suatu tindakan yang
akurat dan adekuat. Peran ini hanya mungkin dilakukan jika guru
memahami betul tujuan dan isi kurikulum serta segala perangkatnya untuk
mewujudkan pembelajaran/pengajaran.
1. Pembelajaran/pengajaran Sebagai Inkuiri Refleksi
Cara memandang esens Pembelajaran/pengajaran akan bergantung
kepada kita bagaimana kita memandang pendidikan. Apakah kita
memandang pendidikan sebagai suatu hasil atau sebagai proses. Dengan
kata lain apakah kita memandang pendidikan sebagai kualitas kata benda
atau kualitas kerja. Jika pendidikan dipandang sebagai kata kerja,
pendidikan adalah sesuatu yang telah diperoleh . sedangkan jika
dipandang sebagai kata kerja, pendidikan adalah proses inkuiri yang
berkelanjutan.
61
Pandangan terakhir adalah pandangan yang terjadinya proses
pembelajaran/pengajaran yang lebih efektif dan mengarah kepada
pengembangan profesi guru dan perkembangan siswa secara optimal.
proses Pembelajaran/pengajaran membantu peserta didik
mengembangkan dan megubah perilaku (pengetahuan, afektif, dan
psikomotorik), di dalam pembelajaran/pengajaran, guru terlibat secara
mendalam di dalalm berbagai kegiatan seperti menjelaskan, merumuskan,
membuktikan, menyimpulkan, dan mengkalisifkasikan. Sebagai proses
inkuiri refletif, Pembelajaran/pengajaran mengandung makna sebgai
proses sintesis dan analisis, inkuiri di dalam Pembelajaran/pengajaran
mengandung makna mempertanyakan, mejelajahi, lebih jauh, dan
memperluas pemahaman tentang situasi. sedangkan refleksi
mengaplikasikan adanya dugaan, penelaian dan pertimbangan.
Proses Pembelajaran/pengajaran tidak sekedar menjadi wahana
berpengajaran bagi peserta didik, tetapi juga sebagai wahana pengajaran
bagi guru. proses Pembelajaran/pengajaran sebagai inkuiri reflektif akan
menempatkan guru sebagai berikut:
 Individu yang terus-menerus aktif berpengajaran, anda juga
berperan sebagai siswa
 Seorang guru yang menetang siswanya untuk menjadi
berpengajaran yang aktif
62
 Seorang giru profesional yang secara terus menerus merefleksikan
keefektifan sebagai guru serta
 Seorang profesional yang selalu meningkatkan kemampuan
keprofesionalan.
2. Perkembangan sebagai tujuan
Pembelajaran/pengajaran Bukan hal mustail bahwa
Pembelajaran/pengajaran yang ekselen (unggul) dikerjakan oleh guru-
guru artistic yang tidak memiliki konsep jelas tentang tujuan tetapi mereka
secara intuitif memiliki pemahaman tentang apa proses
Pembelajaran/pengajaran yang baik, materi sajian apa yang dianggap
penting/bermakana, topik apa yang relevan dengan perkembangan
peserta didik.
b. Prosedur Pengembagan Rencana Pembelajaran.
Suatu rancangan Pembelajaran/pengajaran kelas, yang mencakup
rancangan jangka pendek yang disebut dengan suatu acara pengajaran
dan rancangan jangka panjang yang di sebut rencana unit pengajaran di
kembangkan.
 Analisis Kurikulum
Secara fisik kurikulum di tuangkan dalam suatu dokumen yang
mengambarkan cakupan bahasa pengajaran yang harus di pengajaran
63
dalam tingkatan kelas dan kurun waktu tertentu. Di dalam praktek guru di
tuntut untuk mengaktualisasikan kurikulum kedalam ragam dan rentang
pengalaman pengajaran peserta didik . Artikulasi dan implementasi yang
ideal akan sangat bersifat kontekstual dan tergantung pada kondisi
objektif guru maupun peserta didik. Oleh karena itu, sangat mungkin apa
yang dilaksanakan dalam praktik tidak sepenuhnya mewujudkan hal-hal
ideal yang terkandung dalam kurikulum .
Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan analisis
kurikulum, yaitu sebagai berikut:
 total waktu
Keseluruhan waktu yang harus anda gunakan untuk pengajaran
mencakup waktu untuk mengajarkan seluruh isi pelajaran dan waktu
yang diharapakan di miliki siswa mengerjakan pekerja diluar kelas
 Pengetahuan yang akan digunakan
kurikulum atau lingkup pengajaran dirancang dan di susun atas asumsi
tak tertulis tentang pengetahuan dan ketermapilan yang menyangkut
pengetahuan siswa sebelummnya.
 Tujuan Pembelajaran/Pengajaran.
Pemahaman anda tentang isi pengajaran dan waktu yang tersedia,
menjadi landasan mengenai penambahan dan perumusan tujuan
Pembelajaran/Pengajaran. Pertama, tujuan keperilakuan, rumusan
tujuan yang ada dalam perilaku siswa yang dapat diobserbasi diukur,
dan diuji bahwa siswa sudah dapat dikuasai dengan baik perilaku yang
harus dicapai secara khusus. Kedua, tujuan pemecahan masalah,
merumuskan Pembelajaran/Pengajaran. Siswa dalam proses untuk
menggunakan pikiran melalui pengkajian isu yang tak memiliki
pemecahan spesifik.
contoh
64
 Diberikan uang mainan RP 5000,00 siswa akan memutuskan
bagaiman membeli makanan untuk sehari
 siswa akan mendiskusikan , seperti apa hidup ini sekiranya
kendaraan bermotor
ada 5 hal yang membedakan tujuan pemecahan masalah dan tujuan
keperilakuan .pertama, pemecahan tergadap masalah tidak dapat di
rumuskan sebelumnya dan acapkali pemecahan yang muncul merupakan
hal yang /belum perna terpikirkan sebelumnya. kedua, proses berfikir
melalui masalah sama pentingnya dengan pemecahan masalah itu sendiri.
ketiga, peran guru berubah dari sesorang yang memandu secara eksplisit
kepada sesorang yang mendorong dan pemberi kritik yang bersahabat.
keempat, perubahan peran guru akan merubah peran siswa. arah kerja
siswa tidak lagi kepada hasil yang sudah diprediksi .kelima, perbedaan
antara kedua tujuan ini, akan bermuara pada system evaluasi. ketiga,
tujuan ekspensif merumuskan Pembelajaran/pengajaran siswa ke dalam
tingkat pengalaman yang bermakna secara individual apakah sebelumnya
sudah diantisipasi atau belum.
contoh:
a) Siswa akan mengungkapakn perasaannya pada saat kakaknya
menikah
b) Siswa akan menyatakan bagaimana perasaan saat ditinggal
sendirian.
keempat, tujuan efektif, ada kesamaan dengan tujuan ekspresif hanya
tujuan efektif lebih terfokus pada respon-respon emosional terhadap
65
kurikulum dan pengajaran. Dalam tatanan paling rendah perilaku afektif
direalisasikan dalam bentuk memperhatikan dan merespon. Dalam
kaitannya dengan perumusan tujuan, pengajaran untuk memahami
perilaku biasanya di tambah dengan rumusan “ berkemah untuk”
rumusan tujuan akan berbunyi misalnya” siswa akan menunjukan
kemauannya untuk mempersatukan dengan” kemudian diikuti dengan
rumusan perilaku yang teramati yang menjadi indikator dari perhatian
siswa.
Perencanaan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan
yang akan ditentukan (Gaffar,1987). Perencanaan merupakan proses
penetapan dan pemanfaatan sumber-sumber daya secara terpadu yang
diharapkan dapat menunjang kegiatan dan upaya-upaya yang akan
dilaksanakan secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan.
Rencana kegiatan operasional adalah cara spesifik yang akan
ditempuh untuk mencapai sasaran kegiatan. Rencana kegiatan ini dapat
memiliki bentuk sebagai berikut:
a) Rangkaian sasaran yang lebih spesifik dengan jangka waktu
yang lebih pendek.
b) Rangkaian kegiatan yang saling terkait akibat dipilihnya suatu
alternatif intervensi.
c) Rencana kegiatan operasional memiliki jangka waktu spesifik,
kebutuhan sumber daya yang spesifik dan akontabilitas untuk
setiap tahapannya.
66
Proses pembelajaran adalah proses yang konstitusional,
artinya harus berbasis kepadakondisi objektif dan perkembangan
siswa baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik.Sejalan
dengan tujuan instruksional yang dirumuskan, kegiatan
pembelajaran tersebut sebagai berikut :
a) Peran guru dalam memahami siswa sebagai dasar pembelajaran
b) Peran guru dalam pengembangan rancangan pembelajaran
c) Peran guru dalam pelaksanaan pembelajaran dan manajement kelas
d) Peran guru dalam melaksanakan evaluasi hasil pembelajaran
c. Rancangan unit pembelajaran
Secara operasional kegiatan pembelajaran yang tertuang di dalam
satuan pelajaran diartikan sebagai sejumlah waktu yang dirancang untuk
mengajari siswasuatu topik sederhana, bisa berupa konsep, keterampilan,
proses, diskusi singkattentang cerita pendek, atau suatu bagian dan novel.
Kata sederhana mengandungarti bahwa setiap satuan pelajaran adalah
hanya satu dan rangkaian satuan-satuan pelajaran yang saling terkait dan
bekerja sama membantu siswa memahami hal-hal yang lebib
kompleks.Sebagai contoh, sebelum siswa menguasai konsep tentang
67
sejarah rakyat Acehdalam melawan dan mengusir penjajah Belanda,
terlebih dulu perlu tahu dan paham tentang hubungan Aceh dan negara
Republik indonesia dan letak Acehsecara geografis.
Setiap kegiatan pembelajaran dapat dibagi ke dalam tiga bagian,
yaitu:kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup.
a) Kegiatan awal
Pada saat Anda memperkenailkan topik baru kepada siswa, perlu
diingat bahwa siswa harus dibantu memahami topik itu dalam konteks
keseluruhan pengajaran. Bagian pengantar dan satuan pelajaran
dapat membantu siswa dalamhal-hal berikut.
a) Mengaitkan hal-hal yang sudah dipelajari dengan hal-hal baru.
Pengantar satuan pengajaran dapat diisi dengan mengingatkan kembali
pengetahuan awaldan mengaitkannya dengan informasi baru sehingga
pengetahuan awal itudapat menjadi alat yang bermakna bagi proses
belajarbaru.
b) Memberi kesempatan path siswa untuk memahami topik secara
keseluruhansebelum mempelajari hal-hal yang terkandung dalam topik
secara detail.Pemahaman ini dikembangkan melalui penyiapan penata
awal (advanceorganizer), yaitu suatu cakupan rumusan yang
memungkinkan siswamengetahui informasi apa yang penting sebelum
pembelajaran dimulai.
c) Menumbuhkan hasrat ingin tahu siswa dan merangsang perhatian dan
hasrat belajar siswa secara berkelanjutan.
d) Menyadarkan siswa akan apa yang diharapkan guru dan siswa dalam
atauselama pembahasan topik tersebut, di samping menyampaikan
tujuan pembelajran.
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN
PROFESI PENDIDIKAN

More Related Content

What's hot

Makalah Standar Nasional Pendidikan
Makalah Standar Nasional PendidikanMakalah Standar Nasional Pendidikan
Makalah Standar Nasional PendidikanDedy Wiranto
 
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013Hafiza .h
 
Pembelajaran terpadu modul 3
Pembelajaran terpadu modul 3Pembelajaran terpadu modul 3
Pembelajaran terpadu modul 3vietry NIC
 
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menyimak
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus MenyimakPembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menyimak
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus MenyimakYuns Saragih
 
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
STRATEGI PEMBELAJARAN  BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUSSTRATEGI PEMBELAJARAN  BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUSWarman Tateuteu
 
hakekat pendidikan
hakekat pendidikanhakekat pendidikan
hakekat pendidikanyelti
 
Soal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didikSoal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didikeli priyatna laidan
 
Perkembangan bahasa peserta didik
Perkembangan bahasa peserta didikPerkembangan bahasa peserta didik
Perkembangan bahasa peserta didikPoetra Chebhungsu
 
MakalahTenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
MakalahTenaga Pendidik dan Tenaga KependidikanMakalahTenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
MakalahTenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikanlinda_rosalina
 
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIKASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIKTatimatus Solihah
 
PENGELOLAAN KURIKULUM SEKOLAH
PENGELOLAAN KURIKULUM SEKOLAHPENGELOLAAN KURIKULUM SEKOLAH
PENGELOLAAN KURIKULUM SEKOLAHdevi kumala sari
 
Keterkaitan p kn dengan ips dan mata pelajaran lainnya (kelompok 3) [autosaved]
Keterkaitan p kn dengan ips dan mata pelajaran lainnya (kelompok 3) [autosaved]Keterkaitan p kn dengan ips dan mata pelajaran lainnya (kelompok 3) [autosaved]
Keterkaitan p kn dengan ips dan mata pelajaran lainnya (kelompok 3) [autosaved]siti nur alifah
 
pembelajaran ipa di SD modul 5 dan 6
pembelajaran ipa di SD modul 5 dan 6pembelajaran ipa di SD modul 5 dan 6
pembelajaran ipa di SD modul 5 dan 6medy disk
 
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)universitas negeri padang
 
Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)
Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)
Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)elissugiharti1
 
Kebijakan pendidikan lingkungan hidup
Kebijakan pendidikan lingkungan hidupKebijakan pendidikan lingkungan hidup
Kebijakan pendidikan lingkungan hidupsriyandi djoeweri
 
Presentasi asas pendidikan
Presentasi asas pendidikanPresentasi asas pendidikan
Presentasi asas pendidikanFlorizqul Shodiq
 
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Mayawi Karim
 

What's hot (20)

Makalah Standar Nasional Pendidikan
Makalah Standar Nasional PendidikanMakalah Standar Nasional Pendidikan
Makalah Standar Nasional Pendidikan
 
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
Persamaan dan perbedaan kurikulum ktsp dengan kurikulum 2013
 
Pembelajaran terpadu modul 3
Pembelajaran terpadu modul 3Pembelajaran terpadu modul 3
Pembelajaran terpadu modul 3
 
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menyimak
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus MenyimakPembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menyimak
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menyimak
 
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
STRATEGI PEMBELAJARAN  BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUSSTRATEGI PEMBELAJARAN  BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
 
hakekat pendidikan
hakekat pendidikanhakekat pendidikan
hakekat pendidikan
 
Soal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didikSoal perkembangan kognitif peserta didik
Soal perkembangan kognitif peserta didik
 
Perkembangan bahasa peserta didik
Perkembangan bahasa peserta didikPerkembangan bahasa peserta didik
Perkembangan bahasa peserta didik
 
MakalahTenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
MakalahTenaga Pendidik dan Tenaga KependidikanMakalahTenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
MakalahTenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
 
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIKASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
 
PENGELOLAAN KURIKULUM SEKOLAH
PENGELOLAAN KURIKULUM SEKOLAHPENGELOLAAN KURIKULUM SEKOLAH
PENGELOLAAN KURIKULUM SEKOLAH
 
Keterkaitan p kn dengan ips dan mata pelajaran lainnya (kelompok 3) [autosaved]
Keterkaitan p kn dengan ips dan mata pelajaran lainnya (kelompok 3) [autosaved]Keterkaitan p kn dengan ips dan mata pelajaran lainnya (kelompok 3) [autosaved]
Keterkaitan p kn dengan ips dan mata pelajaran lainnya (kelompok 3) [autosaved]
 
pembelajaran ipa di SD modul 5 dan 6
pembelajaran ipa di SD modul 5 dan 6pembelajaran ipa di SD modul 5 dan 6
pembelajaran ipa di SD modul 5 dan 6
 
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
penilaian acuan norma (PAN) dan penilaian acuan patokan (PAP)
 
Guru profesional
Guru profesionalGuru profesional
Guru profesional
 
Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)
Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)
Tt2 perspektif-sri sulastri-857428482 (1)
 
Paradigma baru pkn di sd
Paradigma baru pkn di sdParadigma baru pkn di sd
Paradigma baru pkn di sd
 
Kebijakan pendidikan lingkungan hidup
Kebijakan pendidikan lingkungan hidupKebijakan pendidikan lingkungan hidup
Kebijakan pendidikan lingkungan hidup
 
Presentasi asas pendidikan
Presentasi asas pendidikanPresentasi asas pendidikan
Presentasi asas pendidikan
 
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
Belajar Sebagai Perubahan Tingkah Laku (Makalah Belajar dan Pembelajaran)
 

Similar to PROFESI PENDIDIKAN

Pembahasan Profesi Pendidikan
Pembahasan Profesi PendidikanPembahasan Profesi Pendidikan
Pembahasan Profesi PendidikanRiris Purbosari
 
Empat Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Seorang Guru
Empat Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Seorang GuruEmpat Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Seorang Guru
Empat Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Seorang GuruZaza Arifin
 
Makalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatif
Makalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatifMakalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatif
Makalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatifM Haris Wijaya
 
Arti & hakikat guru profesional
Arti & hakikat guru profesionalArti & hakikat guru profesional
Arti & hakikat guru profesionalAndy Saiful Musthofa
 
Upaya Meningkatkan Profesionalitas Guru
Upaya Meningkatkan Profesionalitas GuruUpaya Meningkatkan Profesionalitas Guru
Upaya Meningkatkan Profesionalitas GuruEliza Isandhyta
 
Pensijilan Guru Matematik
Pensijilan Guru MatematikPensijilan Guru Matematik
Pensijilan Guru MatematikNor Hazlinda
 
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...Pipit Wijaya
 
Pelaksanaan administrasi pendidikan
Pelaksanaan administrasi pendidikanPelaksanaan administrasi pendidikan
Pelaksanaan administrasi pendidikanAsrori Asrori
 
Makalah Pengantar Pendidikan
Makalah Pengantar PendidikanMakalah Pengantar Pendidikan
Makalah Pengantar PendidikanMichant Lhoo
 

Similar to PROFESI PENDIDIKAN (20)

BAB 1.pptx
BAB 1.pptxBAB 1.pptx
BAB 1.pptx
 
Kompetensi Guru
Kompetensi GuruKompetensi Guru
Kompetensi Guru
 
Pembahasan Profesi Pendidikan
Pembahasan Profesi PendidikanPembahasan Profesi Pendidikan
Pembahasan Profesi Pendidikan
 
Etika dan Kompetensi
Etika dan KompetensiEtika dan Kompetensi
Etika dan Kompetensi
 
Empat Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Seorang Guru
Empat Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Seorang GuruEmpat Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Seorang Guru
Empat Kompetensi yang Harus Dimiliki oleh Seorang Guru
 
Makalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatif
Makalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatifMakalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatif
Makalah menjadi seorang guru yang ideal dan inovatif
 
ppt_ku.pptx
ppt_ku.pptxppt_ku.pptx
ppt_ku.pptx
 
Kompetensi guru
Kompetensi guruKompetensi guru
Kompetensi guru
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Makalah profesi keguruan 2
Makalah profesi keguruan 2Makalah profesi keguruan 2
Makalah profesi keguruan 2
 
Makalah profesi keguruan 2
Makalah profesi keguruan 2Makalah profesi keguruan 2
Makalah profesi keguruan 2
 
Arti & hakikat guru profesional
Arti & hakikat guru profesionalArti & hakikat guru profesional
Arti & hakikat guru profesional
 
Upaya Meningkatkan Profesionalitas Guru
Upaya Meningkatkan Profesionalitas GuruUpaya Meningkatkan Profesionalitas Guru
Upaya Meningkatkan Profesionalitas Guru
 
Pensijilan Guru Matematik
Pensijilan Guru MatematikPensijilan Guru Matematik
Pensijilan Guru Matematik
 
Report trends
Report trendsReport trends
Report trends
 
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...
 
Pelaksanaan administrasi pendidikan
Pelaksanaan administrasi pendidikanPelaksanaan administrasi pendidikan
Pelaksanaan administrasi pendidikan
 
Pendidik dan peserta didik
Pendidik dan peserta didikPendidik dan peserta didik
Pendidik dan peserta didik
 
Profesi Keguruan
Profesi KeguruanProfesi Keguruan
Profesi Keguruan
 
Makalah Pengantar Pendidikan
Makalah Pengantar PendidikanMakalah Pengantar Pendidikan
Makalah Pengantar Pendidikan
 

More from harjunode

Ukuran statistik
Ukuran statistik Ukuran statistik
Ukuran statistik harjunode
 
Tabel tabel statistik
Tabel tabel statistikTabel tabel statistik
Tabel tabel statistikharjunode
 
Tabel chi kuadrat
Tabel chi kuadratTabel chi kuadrat
Tabel chi kuadratharjunode
 
Tabel tabel statistik PRODUCT MOMEN
Tabel tabel statistik PRODUCT MOMENTabel tabel statistik PRODUCT MOMEN
Tabel tabel statistik PRODUCT MOMENharjunode
 
Tabel normal z
Tabel normal zTabel normal z
Tabel normal zharjunode
 
Riwayat hidup penulis
Riwayat hidup penulisRiwayat hidup penulis
Riwayat hidup penulisharjunode
 
Kuisioner HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DAN DISIPLIN DENGAN HASIL BELAJAR EKO...
Kuisioner HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DAN DISIPLIN  DENGAN HASIL BELAJAR EKO...Kuisioner HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DAN DISIPLIN  DENGAN HASIL BELAJAR EKO...
Kuisioner HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DAN DISIPLIN DENGAN HASIL BELAJAR EKO...harjunode
 
Jurnal HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DAN DISIPLIN DENGAN HASIL BELAJAR EKONOM...
Jurnal HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DAN DISIPLIN  DENGAN HASIL BELAJAR EKONOM...Jurnal HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DAN DISIPLIN  DENGAN HASIL BELAJAR EKONOM...
Jurnal HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DAN DISIPLIN DENGAN HASIL BELAJAR EKONOM...harjunode
 
HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DAN DISIPLIN DENGAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA...
HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DAN DISIPLIN  DENGAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA...HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DAN DISIPLIN  DENGAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA...
HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DAN DISIPLIN DENGAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA...harjunode
 
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIKPERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIKharjunode
 
Jurnal PENELITIAN
Jurnal PENELITIANJurnal PENELITIAN
Jurnal PENELITIANharjunode
 
FUUL MODEL SEM
FUUL MODEL SEMFUUL MODEL SEM
FUUL MODEL SEMharjunode
 
PENGANTAR BISNIS 12
PENGANTAR BISNIS 12PENGANTAR BISNIS 12
PENGANTAR BISNIS 12harjunode
 
PENGANTAR BISNIS 7
PENGANTAR BISNIS 7PENGANTAR BISNIS 7
PENGANTAR BISNIS 7harjunode
 
PENGANTAR BISNIS11
PENGANTAR BISNIS11PENGANTAR BISNIS11
PENGANTAR BISNIS11harjunode
 
PENGANTAR BISNIS 10
PENGANTAR BISNIS 10PENGANTAR BISNIS 10
PENGANTAR BISNIS 10harjunode
 
PENGANTAR BISNIS 9
PENGANTAR BISNIS 9PENGANTAR BISNIS 9
PENGANTAR BISNIS 9harjunode
 
PENGANTAR BISNIS 8
PENGANTAR BISNIS 8PENGANTAR BISNIS 8
PENGANTAR BISNIS 8harjunode
 
PENGANTAR BISNIS 6
PENGANTAR BISNIS 6PENGANTAR BISNIS 6
PENGANTAR BISNIS 6harjunode
 

More from harjunode (20)

Ukuran statistik
Ukuran statistik Ukuran statistik
Ukuran statistik
 
Tabel tabel statistik
Tabel tabel statistikTabel tabel statistik
Tabel tabel statistik
 
Tabel chi kuadrat
Tabel chi kuadratTabel chi kuadrat
Tabel chi kuadrat
 
Tabel tabel statistik PRODUCT MOMEN
Tabel tabel statistik PRODUCT MOMENTabel tabel statistik PRODUCT MOMEN
Tabel tabel statistik PRODUCT MOMEN
 
Tabel normal z
Tabel normal zTabel normal z
Tabel normal z
 
Riwayat hidup penulis
Riwayat hidup penulisRiwayat hidup penulis
Riwayat hidup penulis
 
Kuisioner HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DAN DISIPLIN DENGAN HASIL BELAJAR EKO...
Kuisioner HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DAN DISIPLIN  DENGAN HASIL BELAJAR EKO...Kuisioner HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DAN DISIPLIN  DENGAN HASIL BELAJAR EKO...
Kuisioner HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DAN DISIPLIN DENGAN HASIL BELAJAR EKO...
 
Jurnal HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DAN DISIPLIN DENGAN HASIL BELAJAR EKONOM...
Jurnal HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DAN DISIPLIN  DENGAN HASIL BELAJAR EKONOM...Jurnal HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DAN DISIPLIN  DENGAN HASIL BELAJAR EKONOM...
Jurnal HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DAN DISIPLIN DENGAN HASIL BELAJAR EKONOM...
 
HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DAN DISIPLIN DENGAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA...
HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DAN DISIPLIN  DENGAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA...HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DAN DISIPLIN  DENGAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA...
HUBUNGAN ANTARA GAYA BELAJAR DAN DISIPLIN DENGAN HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA...
 
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIKPERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
 
Jurnal PENELITIAN
Jurnal PENELITIANJurnal PENELITIAN
Jurnal PENELITIAN
 
FUUL MODEL SEM
FUUL MODEL SEMFUUL MODEL SEM
FUUL MODEL SEM
 
Abstrak
AbstrakAbstrak
Abstrak
 
PENGANTAR BISNIS 12
PENGANTAR BISNIS 12PENGANTAR BISNIS 12
PENGANTAR BISNIS 12
 
PENGANTAR BISNIS 7
PENGANTAR BISNIS 7PENGANTAR BISNIS 7
PENGANTAR BISNIS 7
 
PENGANTAR BISNIS11
PENGANTAR BISNIS11PENGANTAR BISNIS11
PENGANTAR BISNIS11
 
PENGANTAR BISNIS 10
PENGANTAR BISNIS 10PENGANTAR BISNIS 10
PENGANTAR BISNIS 10
 
PENGANTAR BISNIS 9
PENGANTAR BISNIS 9PENGANTAR BISNIS 9
PENGANTAR BISNIS 9
 
PENGANTAR BISNIS 8
PENGANTAR BISNIS 8PENGANTAR BISNIS 8
PENGANTAR BISNIS 8
 
PENGANTAR BISNIS 6
PENGANTAR BISNIS 6PENGANTAR BISNIS 6
PENGANTAR BISNIS 6
 

Recently uploaded

1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paudMamanDiana
 
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.pptperumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.pptAryLisawaty
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfSEMUELSAMBOKARAENG
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfyuniarmadyawati361
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfAndiCoc
 
Dokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docx
Dokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docxDokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docx
Dokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docxMasHari12
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKAAndiCoc
 
ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) B. Inggris kelas 7.pdf
ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) B. Inggris kelas 7.pdfALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) B. Inggris kelas 7.pdf
ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) B. Inggris kelas 7.pdfMIN1Sumedang
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...
RENCANA + Link2 MATERI  Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...RENCANA + Link2 MATERI  Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...
RENCANA + Link2 MATERI Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...Kanaidi ken
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt xjohan199969
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...haryonospdsd011
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...AgusRahmat39
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024SABDA
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIgloriosaesy
 
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANG
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANGKERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANG
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANGEviRohimah3
 
Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptx
Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptxSejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptx
Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptxGallantryW
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdferlita3
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfHernowo Subiantoro
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxKurnia Fajar
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogorWILDANREYkun
 

Recently uploaded (20)

1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
1. Standar Operasional Prosedur PPDB Pada paud
 
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.pptperumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
perumusan visi, misi dan tujuan sekolah.ppt
 
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdfPaparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
Paparan Kurikulum Satuan Pendidikan_LOKAKARYA TPK 2024.pptx.pdf
 
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdfLaporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
Laporan wakil kepala sekolah bagian Kurikulum.pdf
 
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdfMODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
MODUL AJAR BAHASA INDONESIA KELAS 1 KURIKULUM MERDEKA.pdf
 
Dokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docx
Dokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docxDokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docx
Dokumen Tindak Lanjut Pengelolaan Kinerja Guru.docx
 
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR BAHASA INGGRIS KELAS 2 KURIKULUM MERDEKA
 
ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) B. Inggris kelas 7.pdf
ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) B. Inggris kelas 7.pdfALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) B. Inggris kelas 7.pdf
ALUR TUJUAN PEMBELAJARAN (ATP) B. Inggris kelas 7.pdf
 
RENCANA + Link2 MATERI Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...
RENCANA + Link2 MATERI  Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...RENCANA + Link2 MATERI  Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...
RENCANA + Link2 MATERI Training _PEMBEKALAN Kompetensi_PENGELOLAAN PENGADAAN...
 
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           xKoneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt           x
Koneksi Antar Materi Modul 1.4.ppt x
 
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
Dokumen Rangkuman Kehadiran Guru ini dipergunakan sebagai bukti dukung yang w...
 
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
ppt-menghindari-marah-ghadab-membiasakan-kontrol-diri-dan-berani-membela-kebe...
 
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
Seminar: Sekolah Alkitab Liburan (SAL) 2024
 
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBIVISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
VISI MISI KOMUNITAS BELAJAR SDN 93 KOTA JAMBI
 
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANG
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANGKERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANG
KERAJINAN DARI BAHAN LIMBAH BERBENTUK BANGUN RUANG
 
Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptx
Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptxSejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptx
Sejarah dan Perkembangan Agama Hindu.pptx
 
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdfProgram Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
Program Kerja Kepala Sekolah 2023-2024.pdf
 
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdfPETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
PETUNJUK TEKNIS PPDB JATIM 2024-sign.pdf
 
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptxPPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
PPT Aksi Nyata Diseminasi Modul 1.4.pptx
 
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogortugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
tugas pai kelas 10 rangkuman bab 10 smk madani bogor
 

PROFESI PENDIDIKAN

  • 1. 1 BAHAN AJAR PROFESI PENDIDIKAN TIM PENGAJAR LA ODE AMALUDDIN, S.Pd. MPd. HARJUN.,S.Pd., M.Pd. FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI
  • 2. 2 2019 BAB 1 KONSEP PROFESI A. Profesi Kependidikan Penjelasan istilah diperlukan agar terdapat kesamaan persepsi antara penulis dan pembaca. Istilah tersebut diantaranya: profesi, Profesional , profesionalisme, profesionalitas, profesionalisasi. 1. Profesi adalah suatu jabatan /pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise) dari pada anggotanya 2. Profesional: orang yang menyandang suatu profesi atau penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya 3. Profesionalisme : komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalisnya dengan terus-menurus mengembangkan strategi sesuai dengan profesinya 4. Profesionalitas: mengacu pada sikap para anggota profesi terhadap profesinya serta sederajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki dalam melakukan pekerjaannya 5. Profesionalisasi : peningkatan kualifikasi maupun kemampuan para anggota profesi dalam mencapai kriteria yang standar dalam penampilan sebagai profesi B. Profesi Kependidikan &Ciri-Ciri Profesi Guru –guru pada mulanya diangkat dari orang-orang yang tidak dididik secara khusus menjadi guru. Karena kebutuhan guru mendesak tahun 1852 di solo didirikan sekolah pertama oleh pemerintah Hindia Belanda. Kebutuhan tenaga guru meningkat dengan adanya lembaga pndidikan yang menghasilkan calon guru (LPTK). kondisi ini semakin membaik dengan adanya pengangkatan penghasilan guru, pengakuan profesi guru, organisasi profesi semakin baik. Sertifikasi guru melalui Akta Mengajar. Organisasi berfungsi untuk menyatukan gerak langkah anggota profesi dalam meningkatkan profesionalitas para anggotanya. Dalam Undang-undang guru No. 14 Tentang guru dan dosen pasal 1 yang dimaksud dengan: 1. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidik anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menegah.
  • 3. 3 2. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, pelatihan, dan pengabdian kepada masyarakat 3. Guru besar atau profesor yang selanjutnya disebut profesor adalah jabatan fungsional tertinggi bagi dosen yang masih mengajar di lingkungan satuan pendidikan tinggi. Profesi guru adalah profesi yang sedang tumbuh, karena jabatan guru hanya diperoleh pada lembaga pendidikan yang lulusanya menyiapkan tenaga guru, adanya organisasi profesi, kode etik dan ada aturan tentang jabatan fungsional guru (SK. Menpan No. 26/1989). 1. Ciri-ciri profesi kependidikan  Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual  Jabatan yang mengelut suatu batang tubuh ilmu pengetahuan  Jabatan yang memerlukan persiapan Profesional yang lama  jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan  Jabatan yang menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen  Jabatan yang menentukan baku (standarnya sendiri)  Jabatan yang lebih mementingkan layanan diatas kepentingan pribadi  Jabatan yang mempunyai organisasi Profesional yang kuat dan terjalin yang erat. C. Ruang lingkup
  • 4. 4 (Gambar: 1.1 Peranan Profesional ) Keterangan : Ad 1 : Penyelenggaraan proses belajar mengajar (PBM) proses pembelajaran porsi tersebar: mengemas materi, menyajikan materi dan mengevaluasi murid, dapat menguasai dan mengembangkan materi dengan kreativitasnya. Proses belajar mengajar menekankan aktifitas murid atau bukan guru satu-satunya, tetapi banyak sumber. Sumber itu bisa dari buku, video, atau lingkungan Ad 2:Membantu murid mengatasi masalah dalam belajar khusus dan Masalah-masalah pribadi berpengaruh terhadap keberhasilan belajarnya. Murid/siswa dapat mengatasi masalanya sendiri melalui bimbingan guru Ad 3: Guru memahami cara sekolah di kelola , apa peranan guru di dalamnya, dan bagaimana memanfaatkan prosedur serta mekanisme pengelola untuk kelancaran pelaksanaan tugas. D. Asas dan Pengembangan Pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu “alat” dalam pemberdayaan manusia. Melalui pendidikan manusia akan mengetahui segala sesuatu Layanan intruksional Layanan bantuan Layanan administrasi 3. Administrasi Pendidikan 2. Bimbingan & konseling 1. Kurikulum &PBM Perkembangan siswa
  • 5. 5 yang tidak diketahuinya. Pendidikan juga merupakan hak dan keharusan seluruh umat manusia, walaupun ada masa-masa tertentu pendidikan tidak diberikan secara merata kepada seluruh manusia. Hak untuk mendapatkan pendidikan harus dibarengi dengan kesempatan dan kemampuan. Undang-undang No. 20. tahun 2003 Tentang System Pendidikan Nasional Pada Pasal 2 Menjelaskan Bahwa: “ Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembanganya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berahlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab” Sesuai dengan amanah UU system pendidikan nasional dalan hal reformasi pendidikan belum menujukan hasil yang maksimal, hal ini di tunjukan dengan persoalan dalam dunia pendidikan yang belum terselesaikan dengan baik, dalam hal penyelenggaran pendidikan. Asas pendidikan merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan berfikir baik pada tahap perencanaan maupun pelaksanaan pendidikan khusus di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam rancangan dan melaksanakan pendidikan itu. diantara asas tersebut adalah Asas Tut Wuri Handayani, Gagasan yang mula-mula di kemukakan oleh Ki Hajar Dewantara seorang perintis kemerdekaan dan Pendidikan Nasional. Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dewantara Ini Kemudian Dikembangkan Oleh Sostrokartono Yang Menambah Dua Semboyang Lagi Yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo Dan Ing Madyo Mangun Karso. Tut Wuri Handayanimengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri dan bila anak melakukan kesalah sendiri baru pendidik membantunya. Dalam era kemerdekaan gagasan tersebut serta merta diterima sebagai salah satu asas pendidikan nasional. Maka tidak mungkin jika juga merupakan wujud manifestasi dari asas pendidikan Indonesia di antaranya. 1. Pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan syarat paksaan 2. Pendidikan adalah istilah yang mengandung makna Momong, mengandung arti mangamat-amati anak agar tumbuh dengan kodratnya. Ngemong, artinya mengikuti apa yang ingin diusahakan anak sendiri dan memberi bantuan pada saat anak membutuhkan
  • 6. 6 BAB II KOMPETENSI PENDIDIKAN A. kompetensi Guru Kompetensi adalah suatu kata yang berasal dari bahasa inggris yaitu competency yang mempunyai arti kecakapan dan kemampuan dan wewenang. Jika seorang menguasai kecakapan berkerja pada bidang tertentu maka dinyatakan kompeten. Guru wajib memiliki kualfikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan Nasional. Dalam UU GURU & DOSEN Pasal 8 dijelaskan Kompetensi Juga sesuatu menggambarkan kemampuan sesorang baik secara kualitatif maupun kuantitatif atau kompetensi merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam melakukan profesinya. Kompetensi mencakup tugas keterampilan, sikap dan apresiasi yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari.Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam UU No 14 GURU, dan dosen 2005 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi keperibadian, kompetensi social dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. masing kompetensi dimaksud adalah sebagai berikut. 1) kompetensi pedagogik yang meliputi kemampuan merancang, mengelola dan menilai pembelajaran serta memanfaatkan hasil- hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran 2) Kompetensi kepribadian yang meliputi kemampuan yang mantap melaksanakan dan menysun laporan penelitian, kemampuan mengembangkan dan menyebarluaskan inovasi dalam bidang ilmu melaksanakan dan menilai pengabdian kepada masyarakat. 3) Kompetensi sosial yang meliputi kemapuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan orang tua/wali peserta didik, dan masyarat. Kompetensi guru sebagaimana dimaksud pasal 2 merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan kuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesian. kompetensi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi Profesional yang memperoleh melalui pendidikan profesi , pelatihan dan pengalaman profesional. B. kompetensi Pedagogik
  • 7. 7 Kompetensi pedagogik merupakan salah satu jenis kompetensi yang mutlak perlu dikuasai guru. Kompetensi pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelolah pembelajaran peserta didik. Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi khas, yang akan membedakan guru profesi lainnya dan akan menentukan tingkat keberhasilan proses hasil pembelajaran peserta didiknya. Kompetensi ini tidak diperoleh secara tiba-tiba, tetapi melalui upaya belajar secara terus menerus dan sistematis, baik pada masa pra jabatan (pendidikan calon guru) maupun selama dalam jabatan, yang di dukung oleh bakat, minat dan potensi keguruan lainnya dari masing-masing individu yang bersangkutan. Berkaitan dengan kegiatan penilaian kinerja guru terdapat (tujuh) aspek dan 45 (empat puluh lima) indikator yang berkenan penguasaan kompetensi pedagogik, berikut ini disajikan tujuh aspek kompetensi pedagogik berserta indikatornya: 1. Menguasai Karakteristik Peserta Didik Guru mampu mencatat dan menggunakan informasi tentang karakteristik peserta didik untuk membantu proses pembelajaran karakteristik ini terkait dengan aspek fisik, intentual sosial, emosional, moral dan latar belakang sosial budaya:  Guru dapat mengidentifikasi karakteristik belajar setiap peserta didik di kelasnya  Guru memastikan bahwa semua perta didik mendapatkan kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran,  Guru dapat mengatur kelas untuk memberikan kesempatan belajar yang sama pada peserta didik dengan kelaian fisik dan kemampuan belajar berbeda  Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan perilaku peserta didik untuk mencegah agar perilaku tersebut tidak merugikan peserta didik lainnya  Guru mambantu mengembangkan potensi dan mengatasi kekurangan peserta didik  Guru memperhatikan peserta didik dengan kelemahan fisik tertentu agar dapat mengikuti aktifitas pembelajaran, sehingga peserta didik tersebut tidak termarjinalkan (tersisihkan, diolok- olok, minder dsb) 2. Menguasia teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. Guru mampu menetapkan pendekatan strategi, metode dan teknik pembelajarn yang mendidik secara kreatif sesuai dengan standar kompetensi guru. Guru mampu menyesuaikan metode pembelajaran yang
  • 8. 8 sesuai dengan karakteristik peserta didik dan motivasi mereka untuk belajar:  Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengusai materi pembelajaran sesuai usia dan kemampuan belajarnya melalui proses pembelajaran dan aktifitas yang bervariasi  Guru selalu memastikan tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran tertentu dan menyesuaikan aktifitas pembelajaran  Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan/aktivitas yang dilakukan, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan rencana, terkait keberhasilan pembelajaran.  Guru menggunakan berbagi teknik untuk memotivasi kemampuan belajar peserta didik  Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu sama lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran maupun porses belajar peserta didik  Guru memperhatikan respon peserta didik yang belum/kurang memahami materi pelajaran yang diajarkan dan menggunakannya untuk memperbaiki rancangan pembelajaran berikutnya. 3. Pengembangan Kurikulum Guru mampu menyusun silabus sesuai dengan tujuan terpenting kurikulum dan menggunakan RPP sesuai dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran. Guru mampu memilih, menyusun dan menata materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya:  guru dapat menyusun silabus dengan kurikulum  Guru merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan silabus untuk membahas materi ajar tertentu agar peserta didik dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan  Guru mengikuti urutan materi pembelajaran dengan memperhatikan tujuan pembelajaran. Guru memilih materi pembelajaran yang : (1) sesuai dengan tujuan pembelajaran, (2) tepat dan mutakhir, (3) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar pesrta didik, (4) dapat dilaksanankan di kelas dan (5) sesuai dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. 4. Guru mampu menyusun dan melaksanakan rancangan pembelajaran yang mendidik secara langkap. Guru mampu melaksankan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Guru mampu menyusun dan menggunakan berbagia materi pembelajaran dan sumber belajar sesuai dengan karakteristik peserta didik. Jika
  • 9. 9 relevan, guru memanfaatkan teknoligi informasi komunikasi (TIK) untuk kepentingan pembelajaran.  Guru melaksanakan aktivitas pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah disusun secara lengkap dan pelaksanaan aktivitas tersebut mengindikasikan bahwa guru mengerti tentang tujuannya.  Guru melaksanakan aktivitas yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik  Guru mengkomunikasikan informasi baru  Guru menyikapi kesalahan yang dilakukan peserta didik sebagai tahap prose pembelajarna  Guru melaksankan kegiatan pembelajaran sesuai isi kurikulum dan mengaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari, peserta didik  Guru melakukan aktifitas pembelajaran secara bervariasi dengan waktu yang cukup untuk kegiatan pembelajaran .  Guru mengelola kelas dengan efektif tanpa mendominasi atau sibuk dengan kegiatan sendiri  Guru mampu audio-visual (termaksud TIK) untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik  Guru memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya  Guru mengatur pelaksanaan aktivitas pembelajaran secara sistematis untuk membantu proses belajar peserta didik  Guru menggunakan alat bantu mengajar, dan atau audio-visual. 5. Pengembangan potensi peserta didik. Guru mampu menganalisi potensi pembelajaran setiap peserta didik dan mengidentifikasi pengembangan potensi peserta didik melalui program pembelajaran yang mengdukung siswa mengaktualisasikan potensi akademi, keperibadiaan dan aktivitasnya sampai ada bukti jelas bahwa peserta didik mengaktualisasikan potensi mereka.  Guru menganalisis hasil belajar berdasarkan segala bentuk penilaian terhadap setiap peserta didik untuk mengetahui tingkat kemajuan masing-masing  Guru merancang dan melaksanakan aktifitas yang mendorong peserta didik sesuai dengan kecakapan  Guru merancang dan melaksanakan untuk memunculkan daya kreatifitas  Guru secara aktif memberikan perhatian
  • 10. 10  Guru mengidentifikasi bakat, minat, potensi, dan kesulitan belajar siswa  Guru memberikan kesempatan belajar peserta didik dengan cara belajarnya masing-masing.  Guru memusatkan perhatian pada interaksi 6. Komunikasi Dengan Peserta Didik Guru mampu berkomunikasi secara efektif, empiric, dan santun dengan peserta didik dan bersikap antusias dan positif. Berikut respond sikap relevan guru:  Guru menggunakan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman dan menjaga partisipasi peserta didik,  Guru memberikan perhatian dan mendengarkan semua pertanyaan dan tanggapan peserta didik  Guru menggapi pertanyaan peserta didik secara tepat, benar dan muktahir sesuai dengan tujuan  Guru menyajikan kegiatan pembelajaran yang dapat menumbuhkan kerja sama yang baik antar peserta didik 7. Penilaian dan Evaluasi. Guru mampu menyelenggarakan penilaian proses dan hasil belajarnya secara berkesinambungan. Guru melakukan evaluasi atas efektiftas proses dan hasil belajar dan menggunakan informasi hasil belajar dengan menggunakan informasil hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program.  Guru menyusun alat penilaian yang sesuai dengann tujuan pembelajaran  Guru melaksankan penilaian dengan berbagai teknik  Guru menganalisis hasil penilaian untuk mengidentifikasi topic/kompetensi dasar yang sulit  Guru memanfaatkan masukan dari peserta didik  Guru memanfaatkan hasil penilaian sebagai bahan penyusunan rancangan pembelajaran. Melihat berbagai indikator yang ada, tampak bahwa menjadi guru yang sejatinya bukan hal yang mudah. Guru adalah desainer masa depan anak. Melalui sentuhannya masa depan anak akan banyak tententukan, dalam sejarah perkembangan profesi guru di Indonesia, kita bisa melihat fakta bahwa dulu proses rekrutmen guru masih sangat longgar . Profesi guru seolah-olah bisa diisi oleh siapa pun, tanpa banyak melihat kualifikasi dan kompetensi yang dimilikinya. Memasuki abad 21, tantangan hidup dan
  • 11. 11 kehidupan sangatlah dinamis dan kompleks. perubahan menjadi hal yang penting untuk dilakukan, hal ini bertujuan untuk memajukan bangsa Indonesia yang lebih baik. Peran pemerinta dalam menata dan membenahi profesi guru menjadi sangat penting untuk saat ini. kompleksitas yang perlu di perhatikan salah satunya adalah peran lembaga terhadap kompetensi guru. Peran lembaga dalam pemberdayaan dianggap belum efektif dalam menyetarakan kebutuhan dan produk yang dihasilkan. Untuk itu kompetensi menjadi hal yang penting bagi kemajuan profesi guru. kompentesi yang wajib dimiliki salah satunya adalah kompetensi pedagogik, sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan pengelolaan peserta didik yang meliputi: a. Pemahaman wawasan atau landasan b. Pemahaman terhadap peserta didik c. Pengembangan kurikulum/silabus d. Perancangan pembelajaran e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis f. Evaluasi hasil belajar g. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. C. Kompetensi Keperibadian 1. Pengertian Keperibadian Kompetensi keperibadian guru mencakup sikap, nilai-nilai keperibadian sebagai elemen perilaku yang dalam kaitannya dengan performance yang ideal sesuai dengan bidang pekerjaan yang dilandasi oleh latar belakang pendidikan, peningkatan kemampuan dan pelatihan, serta legalitas kewenangan mengajar. Menurut Husna (2015: 20)Kompetensi kepribadian guru adalah kompetensi yang berkaitan dengan perilaku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai- nilai luhur sehingga terpancar dalam perilaku sehari-hari. Di Indonesia sikap pribadi yang di jiwai oleh falsafa pancasila yang mengagungkan budaya bangsnya yang rela berkorban bagi kelestarian bangsa dan negaranya termaksud dalam kompetensi dalam kepribadian guru. a.Fungsi Setiap subjek mempunyai pribadi yang unik, masing-masing mempunyai ciri dan sifat bawaan serta latar belakang kehidupan. banyak masalah pisikologi yang dihadapai peserta didik, banyak pula minat, kemampuan motivasi dan kebutuhannya. Semuanya memerlukan bimbingan guru yang berkeperibadian dapat bertindak sebagai pembimbing, penyuluh dan dapat menolong peserta didik agar mampu menolong dirinya sendiri.
  • 12. 12 Menurut Sudarwan (Husna 2015:21) guru adalah panutan yang harus digugu dan ditiru dan sebagai contoh pula bagi kehidupan pribadi peserta didiknya. hal yang dikemuknan oleh ki hajar dewantara: (1) ing ngarso sungtolodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.artinya guru harus menjadi contoh dan teladan membagkitkan motif belajar siswa dan memberikan motivasi dari belakang. Dalam arti seorang guru dituntut melalui sikap dan perbutan menjadikan dirinya pola panutan dan ikutan orang-orang ang dipimpinnya. Guru bukan hanya pengajar dan pembimbing tetapi juga sebagai cermin tempat subjek didik dapat berkaca. Dalam relasi interpersonal antara guru dan subjek terdidik tercipta situasi didik yang memungkinkan subjek didik dapat menerapkan nilai-nilai yang menjadi contoh dan memberi contoh. Menurut suyanto (Husna 2015: 22) Guru mampu menjadi orang yang mempunyai wibawa sehingga siswa segan terhadapnya. Hakikat pendidik adalah bahwa ia digugu dan ditiru. b. Ruang Lingkup Untuk meningkatkan kompetensi guru dituntut untuk menata dirinya memahami konsep dirinya. Seorang guru harus mampu menata dirinya sendiri, bila ia berkaca maka ia akan melihat bukan satu pribadi tetapi ada tiga pribadi yaitu:  aku dengan konsep diriku (self concept)  aku dengan ideku (self idea)  aku dengan realita diriku. Ruang Lingkup kompetnsi keperibadian guru tidak lepas dari falsafa hidup, nilai –nilai yang berkembang di tempat sesorang guru berada, berapa hal yang bersifat universal yang perlu di miliki guru dalam melaksanakan fungsinya sebaga individu (pribadi) yang menung terhadap keberhasilan tugas pendidikan yang diembannya. Kemampuan pribadi guru menurut sanusi (Husna 2015)  Penampilan sikap yang positif terhdap tugas sebagai guru  Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai  Penampilan guru untuk menjadikan dirinya sebagai panutan Kompetensi lain yang perlu dimiliki guru antara lain :  Beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa,  Guru memiliki kelebihan dibandingkan dengan yang lain,  Tenggang rasa dan toleran, senantiasa berhadapan dengan komunitas yang berbeda dan ragam  Sabar dalam menjalani profesi keguruan,  Mengmbangkan diri bagi kemajuan profesinya  Mampu menjalin hubungan insani.  Memahami kelebihan dan kekurangan diri
  • 13. 13  Kratif dan inovatif dalam berkarya. 2. Kompetensi Profesional Kompetensi profesional adalah merupakan kampuan penguasaan materi pengajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan guru membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. Guru memahami dan menguasai materi ajar yang ada dalam kurikulum, memahami struktur, konsep dan metode keilmuan dalam kehidupan sehari-hari. selain itu guru juga diharapkan dapat menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan dan materi bidang studi. kompetensi yang dimaksud pada ayat (2) UU guru dan dosen merupakan kempuan pengusaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi. 1. Konsep struktur dan metode keilmuan/teknologi, seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar 2. Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah, 3. Hubungan antar mata pelajaran terkait, 4. Penerapan konsep-konsep keilmmuann dalam kehidupan sehari- hari 5. Kompetisi secara Profesional dalam konteks globab dengan tetap melastarikan nilai budaya nasional. Kompetensi Profesional adalah Sesuatu Yang Berkenan Dengan Penampilan Menjalankan Jabatan Sesuai Dengan Profesi Orang Yang Mempunyai Kemampuan Sesuai Dengan Tuntutan Profesi. Berdasarkan uraian diatas maka kompetensi Profesional perlu memiliki kempuan untuk menguasai landasan kependidikan diantaranya:  Menguasai landasar kependidikan, meliputi mengenal tujuan pendidikan, mengenal fungsi sekolah dalam masyrakat , mengenal prinsip-prinsip pisikologi pendidikan.  Menguasai bahan pengajaran meliputi menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan menengah  Menyusun program pengajaran meliputi penetapan tujuan pembelajaran, memilih dan mengembangkan bahan pengajaran, strategi pengajaran, media pembelajarn serta memanfaatkan sumber belajar  Menilai hasil belajar meliputi menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran jenis kompetensi Profesional (kompetensi Profesional terdiri dari berbagai jenis diantaranya:
  • 14. 14 a. Kemampuan Menyampaikan/Berbicara sebagai pengajar, diharapkan miliki kemampuan berbicara seperti bagaimana mengungkapakan gagasan dan pendapat dengan baik, serta memberikan pengarah dengan baik. Keterampilan ini merupakan kemampuan menyampaikan materi pelajaran dengan baik atau trafer Expert. b. Kemampuan Berfikir/ Intelektual kemampuan untuk mendayagunakan otak dengan optimal berfikir merupakan sebuah proses memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan (decision making) memecahkan masalah(problem solving), untuk itu diperlukan kemampuan berfikir kreatif, sistematis, intergratif, logis/rasional. jenih, dan kritis di harapkan dapat menjawab dan memecahkan setiap persoalan, setiap pertanyaan dengan jawaban- jawaban yang jerni, tegas, logis dan kreatif. c. Kemampuan Menjaga Hubungan Antra Pribadi dalam berinteraksi dan berkerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan koordinasi antar sesame pengajar, dengan peserta didik agar koordinasi dapat berjalan dengan baik. sesuai dengan yang diharapkan maka dibutuhkan adanya komunikasi. Menurut taylor dalam Husna 2015 menyatakan bahwa banyak penyebab dari rintangan komunikasi berakibat kecil saja bila ada hubungan baik antara komunikasi. Sebaliknya pesan yang paling jelas, paling tegas dan paling cermat tidak dapat menghindari kegagalan. d. Kemampuan mengembangkan, membangun jaringan atau meluaskan hubungan kerja. guru diharapkan berjiwa kosumopit, yaitu mampu membangun kontak dengan dunia luar organisasi sekolah. e. Kemampuan mengembangkan diri para guru diharapkan, secara sadar dan mampu untuk secara terus menerus mengembangkan diri kearah yang lebih baik mampu memperlihatkan kemampuan secara optimal f. displin ketaatan dan kepatuhan serta kerelaan dalam menjalankan usaha sesuai dengan aturan yang berlaku. setiap guru secara sadar dan sukarela harus taat pada berbagai ketentuan yang berlaku dan memenuhi standar nilai atau norma yang berlaku dan memenuhi standar nilai atau norma yang telah ditetapkan dalam organsiasi komponen Profesional guru seperti yang dimaksud oleh UU guru dan dosen adalah sebagai berikut: 1) Penguasaan bahan pelajaran berserta konsep-konsep 2) Pengelolaan program belajar-mengajar 3) Pengelolaan kelas 4) Pengelolaan dan penggunaan media serta sumber belajar 5) Penguasaan landasan-landasan pendidikan
  • 15. 15 6) Kemampuan menilai prestasi belajar-mengajar 7) Memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan program pendidikan di sekolah 8) Mengenguasai metode berfikir 9) Meningkatkan kemampuan dan menjalankan misi Profesional 10) Memberikan bantuan dan bimbingan kepada peserta didik 11) Memiliki wawasan tentang penilaian pendidikan 12) Mampu menyelenggarakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran 13) Mampu memahami karakteristik peserta didik 14) Mampu menyelenggarakan administrasi sekolah 15) Memiliki wawasan tentang inovasi pendidikan 16) Berani mengambil keputusan 17) Memahami kurikulum dan pengembangannya 18) Mampu bekerja berencana dan program 19) Mampu mengunakan waktu secara tepat 3. Kompetensi Sosial Kompetensi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kemampuan pendidikan sebagian dari masyarakat untuk:  Berkomunikasi dengan lisan  Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional  Bergaul secara efektif dengan peserta didik  Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. Keberhasilan proses belajar peserta didik sangat ditentukan oleh kompetensi sosial guru. Hal ini karena guru mempunyai peran yang banyak baik sebagai pemimpin pembelajaran, mampun sebagai fasilitator dan sekaligus juga pusat inisiatif pembelajaran. untuk itu guru harus selalu mengembangkan kemampuan dirinya. seorang guru harus selalu mengembangkan kemampuan dirinya. Seorang guru perlu mempunyai standar profesi dengan menguasimateri dan strategi pembelajaran, salain itu guru juga harus mampu mendorang siswanya untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Guru merupakan faktor yang penting dan sangat dominan di dalam pendidikan formal dan pada umumnya, hal terebut karena guru sering di jadikan tokoh teladan bagi peserta didik, bahkan guru menjadi tokoh identitas diri. Kompetensi sosial adalah kemampuan sesorang guru untuk memahami bahwa dirinya adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Sesuai yang diatur dalam undang-undang dimana salah satu kewajiban guru adalah memberi teladan serta menjaga nama baik profesi,
  • 16. 16 kelembagaan dan kedudukan. Dalam kegiatan belajar ini komptensi berkaitan di dalam berkomunikasi dengan masyrakat di sekitar sekolah maupun tempat guru tinggal. Guru harus bisa berkomunikasi dengan baik. Baik secara lisan maupun tulisan dan isyarat dengan memakai teknologi komunikasi dan informasi.
  • 17. 17 BAB III Pendekatan Pelembagaan Profesi Pendidikan merupakan salah satu istrumen utama pengembangan sumber daya manusia (SDM) berarti, tenaga kependidikan, terutama guru memiliki tanggung jawab untuk mengemban tugas itu, dia harus kontinyu menjalani profesionalisasi. Namun demikian, masalah esensial yang di hadapi dalam pengelolaan tenaga kependidikan di Indonesia saat ini tidak lagi semata-mata terletak pada bagaimana menghasilkan tenaga kependidikan yang bermutu melalui lembaga pendidikan tenaga kependidikan atau perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan, melainkan sejauh mana profesi itu dapat diakui oleh Negara sebagai profesi yang sesungguhnya. Menuru R.D Lansbury dalam Sudarwan 2012 ‘bahwa konteks profesionalisasi istilah profesi dapat dijelaskan dengan tiga pendekatan (approach) yaitu pendekatan karakteristik, pendekatan institusional dan pendekatan legalistik. A. Pendekatan Karakteristik Pendekatan karakteristik (the trait approach) memandang bahwa profesi mempunyai seperangkat elemen inti yang membedakan dengan pekerjaan lainnya. seseorang penyandang profesi dapat disebut profesional manakalah elemen-elemen inti sudah menjadi bagaian integral dari kehidupannya. Hasil studi beberapa ahli mengenai sifat-sifat atau karakteristik-karakteristik profesi itu menghasilkan kesimpulan seperti berikut: 1.Kemampuan intelektual yang diperoleh melaluipendidikan. Pendidikan yang dimaksud adalah jenjang tinggi. 2.Memiliki pengetahuan spesialisasi. Adalah sebuah kekhususan penguasaan bidang keilmuan tertentu.’ siapa saja bisa menjadi guru akan tetapi guru yang sesungguhnya memiliki spesialisasi bidang studi(subject matter)dan penguasaan metodologi pembelajaran. 3.Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain atau klien. Pengetahun khusus itu bersifat aplikatif, dimana aplikasi sesorang, makin mendalami pengetahuan dibidang itu, dan minat akurat pula layanan klien. 4.Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan atau commicable, seorang guru harus dapat berkomunikasii sebagai guru.
  • 18. 18 5.Memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri atau self- organization. Istilah mandiri disini berartii kewenangan akademiknya melekat pada dirinya. 6.Mementingkan kepentingan orang lain. Seorang guru harus siap memberikan bantuan kepada anak didiknya pada saat bantuan itu diperlukan 7.Memiliki kode etik. Kode etik ini merupakan norma-norma yang mengikat guru dalam berkerja. 8.Memiliki sanksi dan tanggung jawab komunitas. Manakala terjadi malpraktik seorang guru harus siap menerima sanksi pidana, sanksi masyarakat dan sanksi dari atasnya. 9.Mempunyai sistem upah. System upah yang dimaksud adalah standar gaji. 10. Budaya profesional. Dapat berupa penggunaan simbol-simbol yang berbeda dengan simbol-simbol untuk profesi lain. B. Pendekatan Institusional Pendekatan institusional (the institusional approach) memandang profesi dari segi proses institusional atau perkembangan asosiasional. maksunya, kemajuan suatu pekerjaan kearah pencapaian status ideal suatu profesi dilihat dari atas dasar tahap-tahap yang harus dilalui untuk melahirkan proses pelembagaan suatu pekerjaan. wilensky (1967) mengemukakan lima langkah untuk memprofesionalkan suatu pekerjaan.  Memunculkan suatu pekerjaan yang penuh waktu atau full-time, bukan pekerjaan sambilan. Sebutan full time mengandung makna bahwa penyandang profesii menjadikan suatu pekerjaan tertentu sebagai pekerjaan utama  Menetapkan sekolah tempat menjalani proses pendidikan atau pelatihan jenis profesi tertentu dihasilkan oleh lembaga pendidikan yang tertentu pula. Misalnya Hakim, Jaksa, dan pengacara dihasilkan oleh fakultas hukum; dokter dihasilkan oleh fakultas kedokteran, biologi di hasilkan oleh fakultas biologi  Memandirikan asosiasi profesi. Bentuk asosiasi itu bisa macam- macam seperti persatuan guru (PGRI), Ikatan petugas bimbingan Indonesia ( IPBI)  Melakukan agitasi secara politis untuk memperjuangkan adanya perlindungan hokum terhadap asosiasi atau perhimpunan PGRI misalnya mempunyai lembaga bantuan hukum (LBH).
  • 19. 19  Mengadopsi secara formal kode etik yang ditetapkan . Kode etik merupakan norma-norma yang menjadi acuan seorang penyandang pekerjaan Profesional dalam bekerja C. Pendekatan legalistic Pedekatan legalistic (the legalistick approach) yaitu pendekatan yang menekankank adanya pengakuan atas suatu profesi oleh Negara atau pemerintah. suatu pekerjaan atas suatu profesi jika dilindungioleh undang-undang atau produk hukum yang ditetapkan oleh pemerintah suatu Negara. Menurut Fridmen dalam sudarwan 2012 ‘ pengakuan atas suatu pekerjaan menjadi suatu profesi sungguh dapat ditempuh melalui tiga tahap, yaitu (1) registrasi, (2) sertifikat, dan (3) Lisensi (licensing) efektifitas proses pembeljaran di kelas dan di luar kelas sangat ditentukan oleh kompetensi guru, di samping faktor lain, seperti anak didik lingkungan, dan fasilitasi. Mereka tidak hanya memerankan fungsi sebagai subjek yang menstrafer pengetahuan kepada anak didik, melainkan juga melakukan tugas-tugas sebagai fasilitator, motivator, dan dinamisator dalam pebelajaran , baik di dalam maupun diluar kelas.
  • 20. 20 BAB IV Organisasi Profesi Dan Kode Etik Kependidikan Di dalam perkembangannya, organisasi profesi guru/kependidikan telah banyak mengalami diferensiasi dan diversifikasi. Hal ini sejalan dengan terjadinya diferensiasi dan diversifikasi profesi kependidikan. Sebagaimana dinyatakan dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 ayat (6) bahwa “Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan,” Beberapa organisasi profesi kependidikan di Indonesia, disamping PGRI, yang sudah relatif berkembang pesat diantaranya Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI). Organisasi iniberanggotakan para sarjana pendidikan dari berbagai bidang pendidikan, yang didalamnya mempunyai sejumlah himpunan sejenis seperti Himpunan Sarjana Pendidikan Biologi, Himpunan Sarjana Pendidikan Bahasa dan sebagainya. Organisasi lain yang sudah lebih berkembang ialah Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) yang dulu bernama Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI). Organisasi kependidikan yang mengarah kepeda internasionalisasi profesi, ada yang disebutIndonesiasociety for special needs education (ISSE) dan Indonesian society for adapted Physical Education (ISAPE). Kedua organisasi ini menaruh perhatian pada pendidikan kebutuhan khusus, terutama bagi kelompok yang mengalami gangguan dalam perkembangan baik secara fisik, mental, maupun sosial. Organisasi apapun yang di bentuk oleh sebuah profesi, tujuan akhirnya adalah memberi manfaat kepada anggota profesi itu terutama di dalam meningkatkan kemampuan profesional, melindungi anggota dalam melaksanakan layanan profesional, dan melindungi masyarakat dari kemungkinan melapraktek dari layanan profesional. (santori, djam’an, 6.22: 200
  • 21. 21 Sedangkan Robbins (1994:4) masih dalam buku yang sma, mendefinisikan organisasi sebagai kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah batasan yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan.Sekali lagi masih dalam rujukan yang sama, Sondang P. Siagian mengemukakan bahwa organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja secara bersama dan formal dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan ikatan mana orang/kelompok yang disebut atasan dan mana yang disebut bawahan. Prajudi Atmosudirjo juga mengemukakan bahwa organisasi adalah “struktur tata pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang-orang pemegang posisi yang bekerja sama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.Hoy dan Miskel (2001:1) dalam Ara Hidayat dan Imam Machali, menelusuri kajian organisasi dalam tiga pandangan, yaitu rasional, natural, dan open system. Pandangan rasional organisasi merupakan instrumen formal yang dibuat untuk mencapai tujuan organisasi dan struktur merupakan instrumen formal yang dibuat untuk mencapai tujuan. Pandangan natural organisasi dipandang sebagai kelompok sosial khusus yang bertujuan untuk pertahanan, orang-orang merupakan aspek penting. Sedangkan pandangan open sistem adalah organisasi dipandang sebagai sesuatu yang potensial untuk menggabungkan komponen rasional dan natural dalam suatu kerangka dan memberikan satu pandangan yang lebih lengkap. Suatu profesi jika ingin maju memerlukan organisasi yang sehat. Organisasi dapat melindungi seluruh anggotanya. jika organisasi pendidikan seberapa banyak ciri-ciri suatu profesi sudah ada dalam pekerjaan sebagai pendidika /guru. Dari beberapa pengertian yang tertera dia atas menunjukkan bahwa organisasi adalah sebuah wadah, tempat atau sistem untuk melakukan kegiatan bersama untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sedang pengorganisasian (organizing) merupakan proses pembentukan wadah/sistem dan penyusunan anggota dalam bentuk struktur organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Organisasi profesi merupakan organisasi yang anggotanya adalah para praktisi yang menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung bersama untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosial yang tidak dapat mereka laksanakan dalam kapasitas mereka sebagai individu.Sebagaimana dijelaskan dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 ada lima misi dan tujuan organisasi kependidikan, yaitu meningkatkan dan atau mengembangkan: karier, kemampuan, kewenangan profesional, martabat dan kesehjateraan
  • 22. 22 seluruh tenaga kependidikan. Sedangkan visinya secara umum adalah terwujudnya tenaga kependidikan yang profesional. 1. Meningkatkan dan atau menngembangkan karier anggota, merupakan upaya organisasi profesi kependidikan dalam mengembangkan karier anggota sesuai dengan bidang pekerjaan yang diembannya. Karier yang di maksud adalah perwujudan diri seorang pengemban profesi secara psikofisis yang bermakna, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain (lingkungannya) melalui serangkaian aktifitas. 2. Meningkatkan dan atau mengembangkan kemampuan anggota, merupakan upaya terwujudnya kompetensi kependidikan yang handal dalam diri tenaga kependidikan atau guru, yang mencakup: performance component, subject component, profesional component. Dengan kekuatan dan kewibawaan organisasi, para pengemban profesi kependidikan/keguruan akan memiliki kekuatan moral untuk senantiasa meningkatkan kemampuannya, baik melalui program terstruktur maupun program tidak terstruktur. 3. Meningkatkan dan mengembangkan kewenangan profesinal anggota, ini merupakan upaya paraprofesional untuk menempatkan anggota suatu profesi sesuai dengan kemampuannya. Proses ini tidak lain dari proses spesifikasi pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang, kecuali oleh ahlinya yang telah mengikuti proses pendidikan tertentu dan dalam waktu tertentu yang relatif lama. Umpamanya, keahlian guru pembimbing dalam bimbinghan karier, pribadi/sosial, dan bimbingan belajar. 4. Meningkatkan dan atau mengembangkan martabat anggota, ini merupakan upaya organisasi profesi kependidikan agar anggotanya terhindar dari perlakuan tidak manusiawi dari pihak lain, dan tidak melakukan praktik yang melecehkan nilai-nilai kemanusiaan. Ini dapat dilakukan karena saat seorang profesional menjadi anggota organisasi suatu profesi, pada saat itu pula terikat oleh kode etik profesi sebagai pedoman perilaku anggota profesi itu. Dengan memasuki organisasi profesi akan terlindung dari perlakuan masyarakat yang tidak mengindahkan martabat kemanusiaan dan
  • 23. 23 berupaya memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan standar etis yang telah disepakati. 5. Meningkatkan dan mengembangkan kesejahteraan, ini merupakan upaya organisasi profesi kependidikan untuk meningkatkan kesejahteraan lahir batin anggotanya. Dalam poin ini tercakup juga upaya untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan anggotanya. Tidak disangsikan lagi bahwa tuntutan kesejahteraan ini merupakan prioritas utama. Karena selain masalah ini ada kaitannya dengan kelangsungan hidup, juga merupakan dasar bagi tercapainya peningkatan dan pengembangan aspek lainnya. Dalam teori kebutuhan maslow, kesejahteraan ini mungkin menempati urutan pertama berupa kebutuhan fisiologis yang harus segera dipenuhi. A. Fungsi Organisasi Organisasi profesi kependidikan selain sebagai ciri suatu profesi kependidikan, sekaligus juga memiliki fungsi tersendiri yang bermanfaat bagi anggotanya. Organisasi profesi kependidikan berfungsi sebagai berikut: 1. Fungsi Pemersatu Kelahiran suatu organisasi profesi tidak terlepas dari motif yang mendasarinya, yaitu dorongan yang menggerakan para profesional untuk membentuk suatu organisasi keprofesian. Organisasi profesi kependidikan merupakan wadah pemersatu berbagai potensi profesi kependidikan dalam menghadapi kompleksitas tantangan dan harapan masyarakat pengguna jasa kependidikan. Dengan mempersatukan potensi tersebut diharapkan organisasi profesi kependidikan memiliki kewibawaan dan kekuatan dalam menentukan kebijakan dan melakukan tindakan bersama, yaitu uaya untuk melindungi dan memperjuangkan kepentingan para pengemban profesi kependidikan itu sendiri dan kepentingan masyarakat pengguna jasa profesi ini. 2. Fungsi peningkatan kemampuan profesional
  • 24. 24 Fungsi ini secara jelas tertuang dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 yang berbunyi “tenaga kependidikan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk meningkatkan dan mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan profesional, martabat dan kesejahteraan tenaga kependidikan” peraturan pemerintah tersebut menunjukan adanya legalitas formal yang secara tersirat mewajibkan anggota profesi kependidikan untuk selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya melalui organisasi atau ikatan profesi kependidikan. Bahkan dalam UUSPN Tahun 1989 : pasal 31 ayat 4 menyatakan bahwa, “tenaga kependidikan berkewajiban untuk berusaha mengembangkan kemampuan profesionalnya sesuai dengan perkembangan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan bangsa.” B. Jenis-Jenis Organisasi profesional keguruan di Indonesia: PGRI, MGMP, KKG 1. PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun 1932. Pada saat didirikannya, organisasi ini disamping memiliki misi profesi juga ada tiga misi lainnya, yaitu misi politis-ideologis, misi peraturan organisaoris, dan misi kesejahteraan. 1) Misi profesi PGRI adalah upaya untuk meningkatkan mutu guru sebagai penegak dan pelaksana pendidikan nasional. Guru merupakan pioner pendidikan sehinnga dituntut oleh UUSPN tahun 1989: pasal 31; ayat 4, dan PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 agar memasuki organisasi profesi kependidikan serta selalu meningkatkan dan mengembagkan kemampuan profesinya. 2) Misi politis teologis tidak lain dari upaya penanaman jiwa nasionalise, yaitu komitmen terhadap pernyataan bahwa kita bangsa yang satu yaitu bangsa Indonesia, juga penanaman nilai- nilai luhur falsafah hidup berbangsa dan bernegara, yaitu pancasila.
  • 25. 25 3) Misi peraturan organisasi PGRI merupakan upaya pengejawantahan peaturan keorganisasian, terutama dalam menyamakan persepsi terhadap visi, misi, dan kode etik kebelasan struktur organisasi. 4) Dipandang dari segi derajat keeratan dan keterkaitan antaranggotanya, PGRI berbentuk persatuan (union). Sedangkan struktur dan kedudukannya bertaraf nasional, kewilayahan, serta kedaerahan. Keanggotaan organisasi profesi ini bersifat langsung dari setiap pribadi pengemban profesi kependidikan. Dengan demikian PGRI merupakan organisasi profesi yang memiliki kekuatan dan mengakar diseluruh penjuru Indonesia. Artinya, PGRI memiliki potensi besar untuk meningkatkan hakikat dan martabat guru, masyarakat, lebih jauh lagi Bangsa dan Negara. 2. MGMP Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) didirikan atas anjuran pejabat-pejabat Departemen Pendidikan Nasional. Organisasi ini bertujuan untuk meningkatkan mutu dan profesionalisasi dari guru dalam kelompoknya masing-masing. 3. KKG Kelompok Kerja Guru (KKG) sebagai kelompok kerja seluruh guru dalam satu gugus. Pada tahap pelaksanaannya dapat dibagi ke dalam kelompok kerja guru yang lebih kecil, yaitu kelompok kerja guru berdasarkan jenjang kelas, dan kelompok kerja guru berdasarkan atas mata pelajaran.Tujuan organisasi Kelompok Kerja Guru (KKG) yaitu : 1) Memfasilitasi kegiatan yang dilakukan di pusat kegiatan guru berdasarkan masalah dan kesulitan yang dihadapi guru.
  • 26. 26 2) Memberikan bantuan profesional kepada para guru kelas dan mata pelajaran di sekolah. 3) Meningkatkan pemahaman, keilmuan, keterampilan serta pengembangan sikap profesional berdasarkan kekeluargaan dan saling mengisi (sharing). 4) Meningkatkan pengelolaan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan (Pakem). Melalui KKG dapat dikembangkan beberapa kemampuan dan keterampilan mengajar, seperti yang di ungkapkan Turney (Abin, 2006), bahwa keterampilan mengajar guru sangat memengaruhi terhadap kualitas pembelajaran di antaranya; keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan mengadakan variasi, keterampilan menjelaskan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil dan perorangan. C. Pengertian Kode Etik Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk- petunjuk bagi para anggota profesi tentang bagaimana mereka melaksanakan profesinya dan larangan-larangan, yaitu ketentuan- ketentuan tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh mereka, kode etik juga menyangkut tingkah laku anggota profesi pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat. Kode Etik
  • 27. 27 Guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematik dalam suatu sistem yang utuh dan bulat. Fungsi Kode Etik Guru Indonesia adalah sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam menunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Dengan demikian, maka Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan. D. Peningkatan Mutu Dan Kualitas Guru Tugas guru dalam menjalankan profesi kependidikan yang teramat luas, termasuk didalamnya tugas guru sebagai pendidik dan sebagai pengajar. Akan tetapi muara tugas utama kedua peran tersebut terjadi pada arena proses pembelajaran, yaitu suatu upaya guru dalam menciptakan situasi iteraksi pergaulan sosial dengan merekayasa lingkungan yang kondusif bagi terjadinya perkembangan optimal peserta didik. Upayanya adalah membuat sinergi semua unsur yang terlibat bagi terciptanya lingkungan yang kondusif untuk terjadinya proses pembelajaran pada peserta didik.
  • 28. 28 Guru memainkan multiperan dalam proses pembelajaran yang diselenggarakanya dengan tugas yang amat berfariasi yaitu sebagai: 1) Konservator (pemelihara) Guru bertugas memelihara sistem nilai yang merupakan sumber norma kedewasaan. Dalam sistem pembelajaran guru merupakan figur bagi peserta didik dalam memelihara sistem nilai. 2) Inovator (pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikaji dalam sistem pembelajaran itu. Jadi guru bukan saja bertugas sebagai memelihara sistem nilai tetapi juga mengembangkan kepada tataran yang lebih luas dan lebih maju. 3) Transmitor (penerus) sistem-sistem nilai, guru selayaknya meneruskan sistem-sistem nilai tersebut kepada peserta didik. Dengan demikian, sistem nilai tersebut dimungkinkan akan diwariskan kepada Peserta didik sebagai generasi yang akan melanjutkan sistem nilai tersebut 4) Transformator (penerjemah) sistem-sistem nilai, guru bertugas menerjemahkan sistem-sistem nilai tersebut melalui penjelmaan dalam pribadi dan prilakunya. Lewat interaksinya dengan peserta didik diharapkan pula sistem-sistem nilai tersebut menjelma dalam pribadi peserta didiknya. 5) Perencana (planning) guru bertugas mempersiapkan apa yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran. Seorang guru harus membuat rencana pembelajaran yang matang, yang sekarang dikenal dengan satuan acara pembelajaran (SAP) 6) Manajer proses pembelajaran, guru bertugas mengelola proses pembelajatran, mulai dari persiapan, mengorganisasikan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasi pembelajaran. Dsini ditentukan siapa yang harus terlibat dalam proses pembelajaran serta sejauh mana tingkat keterlibatannya. Semua unsur yang diperkirakan menunjang atau menghambat berhasilnya proses pembelajaran dikelola sesuai dengan kondisi objektifnya masing- masing.
  • 29. 29 7) Pemandu (director) guru bertugas menunjukan arah dari tujusan pembelajaran kepada pesertta didik. Kegiatan ini bukan saja memperjelas arah kegiatan belajar peserta didik, tetapi juga menjadi motifator bagi mereka untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirancang, baik oleh guru maupun dirancang bersama peserta didik. 8) Organisator (penyalanggara) guru bertugas mengorganisasikan seluruh kegiatan pembelajaran. Guru bertugas menciptakan situasi, memimpin, merangsan, menggerakan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana. 9) Komunikator guru bertugas mengkomunikasikan murid dengan berbagai sumber belajar. Pekerjaannya, antara lain memberikan informasi tentang buku sumber yang di gunakan, tempat belajar yang kondusif, bahkan mungkiun sampai menginformasikan narasumber lain yang ditugasi jika diperlukan. 10)Fasilitator, guru bertugas menyediakan kemudahan-kemudahan belajar bagi siswa, seperti memberikan informasi tentang cara belajar yang efektif, menyediakan buku sumber yang cocok, memberikan pengarahan dalam pemecahan masalah dan pengembangan diri peserta didik, dan lain-lain. 11)Motivator, guru bertugas memberikan dorongan belajar sehingga muncul hasrat yang tinggi untuk belajar secara instriksi. Dalam proses belajar pembelajaran, dorongan yang diberikan mungkin berupa penghagaan seperti pujian dan lain-lain. 12)Penilai (evaluator), guru bertugas mengidentifikasi, mengumpulkan, menganalisis, menafsirkan data yang valid, reliabel, dan objektif dan akhirnya harus memberikan pertimbangan atau (jubgement) atas tingkat keberhasilan pembelajaran tersebut berdasarkan kriteria yang ditetapkan, baik mengenai program, proses, maupun hasil atau produk. E. Peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan
  • 30. 30 Salah satu isu penting dalam penyelenggaraan pendidikan di Negara kita saat ini adalah peningkatan mutu pendidikan, namun yang terjadi justru kemerosotan mutu pendidikan dasar, menengah, maupun tingkat pendidikan tinggi. Hal ini berlangsung akibat penyelenggaraan pendidikan yang lebih menitikberatkan pada aspek kuantitas dan kurang dibarengi dengan aspek kualitasnya. Peningkatan kualitas pendidikan ditentukan oleh peningkatan proses pembelajaran. Dengan adanya peningkatan proses belajar mengajar dapat meningkat pula kualitas lulusannya. Peningkatan kualitas proses pembelajaran ini akan sangat tergantung pada pengelolaan sekolah dan pengajaran/pendekatan yang diterapkan guru. Berdasarkan kajian teori, kepemimpinan kepala sekolah terbukti mempengaruhi implementasi dan pemeliharaan perubahan dan berkolerasi dengan hasil belajar murid. Kualitas lulusan pendidikan dipengeruhi oleh kualitas manajemen sekolah atau manajemen pengelolaan pendidikan. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh fasilitas pendukung, proses belajar mengajar, dan pengajaran. Kemampuan sosial ekonomi orang tua siswa yang tinggi akan berkorelasi dengan penyediaan fasilitas belajarnya, yang akhirnya dapat meningkatkan motivasi belajar. Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
  • 31. 31 Mutu pendidikan tidak dipengaruhi oleh faktor tunggal, ada sejumlah variabel yang dianggap saling berhubungan/mempengaruhi diantaranya: 1. Peningkatan Gaji dan Kesejahteraan Guru Langkah pertama ini dinilai amat vital dan strategis untuk meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan. Karena Setidaknya ada dua alasan. Pertama, dari lima syarat pekerjaan dapat disebut sebagai profesi, yang masih belum terpenuhi secara sempurna adalah gaji dan kompensasi dari pelaksanaan peran sebagai profesi. Kelima syarat pekerjaan sebagai profesi adalah:  Bahwa pekerjaan itu memiliki fungsi dan signifikansi bagi masyarakat,  Bahwa pekerjaan itu memerlukan bidang keahlian tertentu,  Bidang keahlian itu dapat dicapai dengan melalui cabang pendidikan tertentu (body of knowledge),  Bahwa pekerjaan itu memerlukan organisasi profesi dan adanya kode etik tertentu, dan kemudian,  Bahwa pekerjaan tersebut memerlukan gaji atau kompensasi yang memadai agar pekerjaan itu dapat dilaksanakan secara profesional. Dari kelima syarat tersebut, yang masih belum terpenuhi sepenuhnya adalah syarat yang kelima, yakni gaji dan kompensasi yang memadai. Alasan kedua, karena peningkatan gaji dan kesejahteraan merupakan langkah yang memiliki dampak yang paling berpengaruh (multiplier effects) terhasdap langkah-langkah lainnya.
  • 32. 32 2. Alih Tugas Profesi dan Rekruitmen Guru Untuk Menggantikan Guru atau Pendidik yang Dialihtugaskan ke Profesi Lain Upaya kedua ini merupakan konsekuensi dan kesinambungan dari langkah pertama. Para pendidik yang tidak memenuhi standar kompetensi harus dialihtugaskan kepada profesi lain. Pengalihtugasan tersebut dilakukan dengan syarat sebagai berikut:  Mereka telah diberikan kesempatan untuk mengikuti diklat dan pembinaan secara intensif, tetapi tidak menunjukkan adanya perbagian yang signifikan,  Guru tersebut memang tidak menunjukkan adanya perubahan kompetensi dan juga tidak ada indikasi positif untuk meningkatkan kompetensinya. Jika syarat tersebut telah dilakukan, maka mereka harus rela dan pantas untuk dialihtugaskan dari profesi guru menjadi tenaga lain yang sesuai, misalnya tenaga administrasi, atau kalau perlu dipensiundinikan. Untuk mengganti tenaga pendidik yang telah dialihtugaskan ke profesi lain tersebut perlu diadakan seleksi (rekruitmen) secara jujur dan transparan, sesuai standar kualifikasi yang telah ditetapkan. 3. Membangun Sistem Sertifikasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Serta Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pembangunan sistem sertifikasi
  • 33. 33 pendidik dan tenaga Kependidikan serta sistem penjamin mutu pendidikan merupakan langkah yang amat besar, yang akan memberikan dukungan bagi pelaksanaan langkah pertama, yang juga sangat berat, karena terkait dengan anggaran belanja negara yang sangat besar. Penataan sistem sertifikasi pendidik dan tenaga kependidikan tidak boleh tidak harus dilakukan untuk menjamin terpenuhinya berbagai standar l pendidikan yang telah ditetapkan.Prasyarat yang harus dipenuhi sebagai berikut; untuk pendidik yang akan diangkat menjadi PNS harus diterapkan standar minimal kualifikasi pendidikan. Sementara bagi guru yang sudah memiliki pengalaman tidak perlu dituntut untuk memenuhi standar ijazah tersebut, karena hanya akan menyebabkan terjadinya apa yang disebut dengan ‘jual beli ijazah’ yang juga dikenal dengan ‘STIA’ atau ‘sekolah tidak ijazah ada’. Yang diperlukan bagi mereka adalah pendidikan profesi dan sistem diklat berjenjang yang harus dihargai setara dengan kualifikasi pendidikan tertentu. Jika sistem sertifikasi ini telah mulai berjalan, maka sistem kenaikan pangkat bagi pendidik dan tenaga kependidikan sewajarnya disesuaikan. 4. Membangun Satu Standar Pembinaan Karir (Career Development Path) Seiring dengan pelaksanaan sertifikasi tersebut, disusunlah satu standar pembinaan karier. Sistem itu harus dalam bentuk dokumen yang
  • 34. 34 disyahkan dalam bentuk undang-undang atau setidaknya berupa peraturan pemerintah yang harus dilaksanakan oleh aparat otonomi daerah. Sebagai contoh, untuk menjadi instruktur, atau menjadi kepala sekolah, atau pengawas, seorang pendidik harus memiliki standar kompetensi yang diperlukan, dan harus melalui proses pencapaian yang telah baku. Standar pembinaan karir ini akan dapat dilaksanakan dengan matap apabila memenuhi prasyarat antara lain jika sistem sertifikasi pendidik dan tenaga kependidikan telah berjalan dengan lancar. Selain itu, langkah ketiga ini akan berjalan lancar jika sistem kenaikan pangkat pegawai berdasarkan sertifikasi sudah berjalan. 5. Peningkatan Kompetensi Yang Berkelanjutan Sebagaimana dijelaskan pada langkah sebelumnya, proses rekruitmen guru baru harus dilaksanakan secara jujur dan transparan, dan dengan menggunakan standar kualifikasi yang telah ditetapkan. Standar kualifikasi tersebut tidak dapat ditawar-tawar. Sementara itu, untuk para pendidik yang sudah berpengalaman perlu diberikan kesempatan untuk mengikuti penataran yang dilaksanakan oleh lembaga inservice training yang juga sudah terakreditasi. Selain itu, mereka juga disyaratkan untuk mengikuti pendidikan profesi yang dapat dilaksanakan oleh lembaga tenaga kependidikan (LPTK) yang juga harus terakreditasi.
  • 35. 35 Upaya peningkatan kompetensi bagi pendidik dan tenaga kependidikan harus dilaksanakan secara terencana dan terprogram dengan sistem yang jelas. Jumlah pendidik yang besar di negeri ini memerlukan penanganan secara sinergis oleh semua instansi yang terkait dengan preservice education, inservice training, dan on the job training. Kegiatan sinergis peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan harus melibatkan organisasi pembinaan profesi guru, seperti Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), dan Musyawarah Kerja Penilik Sekolah (MKPS). Sudah tentu termasuk PGRI, organisasi perjuangan para guru. E. Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Kode Etik Keguruan Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang organisasi profesi dan kede etik, pasal 42 dengan jelas menyatakan bahwa “ Pegawai Negeri Sipil mempunyai kode etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan didalam dan diluar kedinasan.” Dalam pidato pembukaan Kongres PGRI XIII, Basumi sebagai ketua umum PGRI menyatakan bahwa kode etik guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan pengabdiannya bekerja sebagai guru (PGRI,
  • 36. 36 1973). Dari pendapat ketua umum PGRI ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam kode etik guru Indonesia terdapat dua unsur pokok yakni: sebagai landasan moral dan sebagai pedoman tingkah laku. Dari uraian diatas terlihat bahwa landasan pelaksanaan kode etik profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh anggota profesi didalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. F. Peranan Organisasi Profesi Keguruan Dewasa Ini Keadaan yang ditemui suatu perkembangan yang menggembirakan muncul menyusul keluarnya Undang-undang Rep. Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dalam UU tersebut, tenaga kependidikan mendapat perhatian yang amat besar, melebihi bidang- bidang lain. Ada 6 pasal (pasal 39 s/d 44) terdiri atas 17 ayat, yang secara khusus menyangkut tenaga kependidikan. Ini menunjukan bahwa kedudukan tenaga kependidikan begitu penting dalam rangka upaya memajukan pendidikan secara keseluruhan. Bagi profesi kependidikan, UU tentang SPN mempunyai arti yang sangat penting, karena dalam undang- undang ini profesi kependidikan telah jelas dasar hukumnya, bahkan pekerjaan guru secara tegas telah dilindungi keberadaannya. Gagasan
  • 37. 37 yang mendasar yang terkandung UU tentang SPN dalam kaitannya dengan tenaga kependidikan ialah perlindungan dan pengakuan yang lebih pasti terhadap jabatan guru khususnya dan tenaga kependidikan umumnya. Profesi-profesi ini secara tegas akan dilindungi, dihargai, diakui, dan dijamin keberadaannya secara hukum. Perlindungan itu secara eksplisit dikemukakan dalam pasal 42 yang menyatakan bahwa pendidikan harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar. Permasalahan yang adaPermasalahan pokok yang dihadapi profesi guru dan juga organisasi profesi guru masa sekarang ini adalah sebagai berikut : 1. Penjabaran yang operasional tentang ketentuan-ketentuan yang tersurat dalam peraturan yang berlaku yang berkenaan dengan profesi guru beserta kesejahteraannya, seperti keputusan MENPAN No.26 tahun 1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam Lingkungan Departemen pendidikan dan Kebudayaan. 2. Peningkatan unjuk kerja guru melalui perbaikan program pendidikan guru yang lebih terara, yang memelihara keterpaduan antara pengembangan profesional dengan pembentukan kemampuan akademik guru, dengan memberikan peluang kepada setiap calon guru untuk melatih unjuk kinerjanya sebagai calon guru yang profesional. 3. Proses profesionalisme guru melalui sistem pengadaan guru terpadu sejak pendidikan prajabatan, pengangkatan, penempatan, dan pembinaannya dalam jabatan. 4. Penataan organisasi profesi guru yang diarahkan kepada bentuk wahana untuk pelaksanaan prows profesionalisasi guru, dan dapat
  • 38. 38 memberikan batasan yang jelas mengenai profesi guru dan profesi lainnya. 5. Penataan kembali kode etik guru, terutama yang berkenaan dengan rambu-rambu prilaku profesional yang tegas, jelas, dan operasional, serta perumusan sanksi-sanksi terhadap penyimpangannya. 6. Pemasyarakatan kode etik guru ditetapkan oleh setiap guru dan diindahkan oleh masyarakat rekanan, sehingga tumbuh penghargaan dan pengakuan yang wajar terhadap profesi guru itu. G. Pengembangan Organisasi Keguruan PGRI sebagai organisasi profesi perlu penekanan upaya penataan dan peningkatan dalam bidang misi profesi dari PGRI. Dalam hal ini perlu dikembangkan kerangka konseptual yang memadai dan terarah untuk melandasi program kerja mengenai pengembangan profesi itu. Kerangka konsep itu seyogyanya diselaraskan dengan patokan-patokan profesional dan akademik yang digunakan sebagai dasar pengembangan standar unjuk kerja, pengembangan progran kependidikan guru, dan penataan proses profesionalisasi guru berdasarkan pendekatan pengadaan guru terpadu. Kekolegaan profesional guru sebagai suatu kesadaran profesional merupakan keharusan bagi setiap guru sebagai konsekuensi kesediaan untuk menerima tanggung jawab individual dan kolektif. Kekolegaan ini hanya dapat terwujud jika dituangkan dalam kode etik yang operasional dan diakui oleh pemerintah dan masyarakat yang tertuang dalam peraturan atau undang-undang seperti dalam UU tentang SPN.
  • 39. 39 BAB V Rana Pengembangan Keprofesian Guru A. Pengantar Telah lama berkembang Kesadaran publik bahwa tidak ada guru, tidak ada pendidikan formal. Telah muncul pula kesadaran bahwa tidak
  • 40. 40 ada guru yang Profesional dengan jumlah yang mencukupi. Pada sisi lain, guru yang profesional nyaris tidak berdaya tanpa dukungan tenaga kependidikan pula. Kesadaran untuk menghadirkan guru dan tenaga kependidikan yang Profesional l sebagai sumber daya utama pencerdas bangsa. Dengan rana yang dimaksud : (1) penyedia guru berbasis perguruan tinggi, (2) induksi guru pemula berbasis sekolah, (3) profesionalisasi guru berbasis prakarsa institusi, (4) profesionalisasi guru berbasis individu. B. Penyedia Guru. Di Indonesia, seperti dibanyak Negara, guru mempunyaii kedudukan sebagai tenaga Profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal. Undang-undang No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen dan peraturan pemerintah No 74 tahun 2008 tentang guru telah menggariskan bahwa hal ini menjadi kewenangan lembaga pendidikan tenaga kependidikan dimaksud adalah perguruan tinggi yang di beri tugas oleh pemerinta untuk menyelenggarakan program pengadaan guru pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,dan/atau pendidikan menegah.
  • 41. 41 Guru dimaksud harus memiliki kualifikasi akademik sekurang- kurangnya memiliki SI/D-IV dan bersertifikat pendidik. Jika seorang guru telah memiliki keduanya, statusnya diakui oleh Negara sebagai guru profesional. pada sisi lain, baik UU No 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen maupun PP No 74 tetang guru mengamatkan bahwa ke depan, hanya yang berkualifikasi SI/D-IVbidang kependidikan dan nonkependidikan yang dinyatakan lulus pendidikan profesi. pada sisi lain, kedua produk hukum ini menggariskan bahwa peserta pendidik profesi ditetapkan oleh menteri yang sangat mungkin didasari atas kuota kebutuhan formasi. Beberapa amanat penting yang dapat disadap dua produk hukum ini, pertama, calon peserta pendidikan profesi berkulifikasi SI/D-IV. kedua, sertifikat pendidik bagi guru diperoleh melalui program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyrakat, dan ditetapkan oleh pemerintah, ketiga. sertifikat pendidik bagi calon guru harus dilakukan secara objektif, transparan dan akuntabel. keempat, jumlah peserta didik program pendidikan profesi setiap tahun ditetapakan oleh menteri , kelima , program pendidikan profesi diakhiri dengan uji kompetensi pendidik,
  • 42. 42 keenam.uji kompetensi pendidik dilakukan melalui ujian tertulis dan ujian kenerja sesuai dengan standar kompetensi. ketujuh, ujian tertulis dilaksanakan secara komperhensif yang mencakup penguasaan: (1) wawasan dan landasan kependidikan, pemahaman terhada peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabu, perencanaan pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar; (2) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi mata pelajaran , kelompok mata pelajaran, dan/atau program yang diampunya: dan (3) konsep-konsep disiplin keilmuan, teknologi atau seni yang secara konseptuall menaungi materi pelajara, kelompok mata pelajaran, dan atau program yang diampunya, kedelapan;ujian kenerja dilaksanakan secara holistik dalam bentuk ujian praktikpembelajaran yang mencerminkan penguasaan kompetensi pedagogik, keperibadian, dan sosial pada satuan pendidikan yang relevan. Jika regulasi ini dipatuhi secara taat asas, tidak ada alasan calon guru pada sekolah-sekolah di Indonesia berkualitas di bawah standar. Namun demikian ternyata setelah mereka direkrut untuk menjadi guru. Yang ada didalam skema kepegawaian negara untuk pertama kalistatus sebagai calon pegawai negeri sipil (PNS) guru, belum bisa langsung bertugas penuh, melainkan mereka masih harus memasuki fase prekondisian yang disebut dengan induksi. Ketika menjalankan i program
  • 43. 43 induksi, diidealisasi guru akan dibimbing dan dipandu oleh mentor terpilih untuk kurun waktu sekitar satu tahun, agar benar-benar siap menjalani tugas-tugas profesional. C. Induksi Guru Pemula Lahirnya UU No 14 tahun 2005 dan PP No 47 tahun 2008 seperti dimaksudkan di atas mengisyaratkan bahwa kedepan, hanya lulusan SI/D- IVyang memiliki sertifikat pendidiklah yang akan direkrut telah memiliki kualifikasi minimum dan serifikat pendidik, yang dalam produk hukum legitimasi sebagai telah memiliki kewenangan penuh. Ternyata masih diperluas program induksi diyakini merupakan fase yang harus dilalui ketika sesorang merupakan masa transisi bagi guru pemula. kebijakan ini memperoleh legitimasi akademik, karena secara teoritis dan empiiris lazim dilakukan di banyak Negara sehebat apapun pengalaman teoritis calon guru di kampus, ketika menghadapi realitas dunia kerja, suasana akan lain, persoalan mengajar bukan hanya berkaitan dengan semua sistem yang ada disekolah dan dimasyarakat ikut intervensi perilaku yang harus disediakan D. Profesionalisasi Guru Berbasis Lembaga Ketika guru selesai menjalani proses induksi dan kemudian secara rutin keseharian menjalankan tugas-tugas Profesional , Profesional isasi
  • 44. 44 atau proses penumbuhan dan pengembagan profesinya tidak henti disitu. Diperlukan upaya yang terus menerus agar guru tetap memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuaii dengan tuntutan kurikulum serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Esensi pembinaan dan pengembangan Profesional guru. Kegiatan dapat dilakukan atas prakarsa institusi, seperti pendidikan dan pelatihan, workshop, magang, studi banding. Kegiatan pembinaan dan pengembangan dilaksanakan secara sistematis dengan menempuh tahapan-tahapan tertentu. Seperti analisis kebutuhan, perumusan tujuan dan sasaran desain program, implementasi dan deliveri program dan evaluasi program. Aktifitas-aktifitas. Pada fase perencanaan, berfokus perhatian terpusat pada kebutuhan akan kegiatan pendidikan, pelatihan, dan pengembangan apa yang diperlukan bagi guru. jenis kegiatan didasari atas masalah dan tantangan yang di hadapi oleh guru. Tujuan dan sasaran pendidikan dan pelatihan guru diharapkan dengan mencerminkan kondisi yang diinginkan, sekaligus menjadii ukuran keberhasilan program itu. perumusan tujuan dan sasaran inii akan menjadi acuan dalam menentukan subtansi dan pelaksanaan program, dengan titik tekan pada upaya memenuhi kebutuhan guru satuan pendidikan secara nyata.
  • 45. 45 Pendidikan dan pelatihan dan pengembangan merupakan proses ditempuh oleh guru pada saat menjalani tugas-tugas kedinasan. Kegiatan ini diorganisasikan secara bergam dan berspektrum luas dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi, keterampilan, sikap, pemahamman, dan performasi yang dibutuhkan oleh guru saat ini dan masa mendatang. di banyak Negara saat inii berkembang kecenderungan-kecenderungan baru dalam pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan, terutama tenaga guru. kecenderungan yang dimaksud adalah. (1) berbasis pada program penelitian, (2) menyiapkan guru untuk menguji dan mengakses kemampuan praktis dirinya. (3) organisasikan dengan pendekatan kolegalitas, (4) berfokus pada partisipasi guru dalam proses pembuatan keputusan mengenai isu-isu esensial, di lingkungan sekolah, dan (5) membantu guru-guru yang dipandang masih lemah pada beberapa aspek tertentu dari kompetensinya. Dengan demikian kegiatan merujuk kepada peluang-peluang belajar (learning opportunities)yang didesain secara sengaja untuk membantu prtumbuhan Profesional guru. E. Profesional Guru Berbasis Individu Realitas membuktikan, hanya sebagian kecil guru memiliki peluang menjalan profesionalisasi atas prakara institusi atau lembaga. Untuk Indonesia, data statistik menujukan bahwa setiap tahunya hanya sekitar
  • 46. 46 5% guru yang berpeluang mengikuti aneka program pengembanganyang dilembagaka sejenis penataran atau pelatihan di lembaga-lembaga pelatihan atau sejenisnya. dalam kurung waktu sekitar 20 tahun masing- masing guru hanya berpeluang mengikuti 1 kali program pengembangan profesi yang dilembagakan kenyataan lapangan yaitu banyak guru yang sama sekali tidak memiliki akses mengikuti program pendidikan, pelatihan, dan pengembangan secara dilembagakan, kecuali pada saat mereka menempuh pelatihan prajabatan dari calon CPNS ingin menjadi PNS. menghadapi realitas ini, kalau guru mau tetap eksis pada profesi dengan derajat Profesional itas yang layak di tampilkan. Untuk menjadi guru Profesional , perlu perjalanan panjang. Diawali dengan penyiapan calon guru, rekrutmen, penetapan, penugasan, pengembangan profesi dan karir sehingga menjadi guru profesional. edi Suharto (Damin. 2011) masarakat madami adalah sebuah masyarakat demokratis dimana anggotanya menyadari akan hak-hak dan kewajiban dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan kepentingan- kepentingannya. dimana pemerintah memberikan peluang yang seluas- luasnya bagi kreatifitas warga Negara untuk mewujudkan program- program pembangunan di wilayah. Istilah madani esensinya merupakan lawan tradisi struktur yang menekan kebebasan dan hak demokratis warga
  • 47. 47 Negara. Merujuk pada referensi berfikir di atas, guru Profesional adalah guru yang didalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi bersifat otonom, mengusai kompetensi secara komperhensif, dan daya intelektual tinggi. Kata otonom mengandung makna bahwa guru Profesional l adalah mereka yang secara Profesional dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya bersifat otonom, menguasai kompetensi secara komperhensip. dan daya intelektual tinggi. Kata otonom mengandung makna , bahwa guru Profesional adalah mereka yang secara Profesional dapat melaksanakan tugas dengan pendekatan bebas dari intervensi. GuruProfesional adalah mereka yang memiliki kemandirian tinggi ketika berhadapan birokrasi pendidikan pusat-pusat kekuasaan lainnya. mereka memliki ruang gerak yang bebas sebagai wahana bagi keterlibatannya di bidang pendidikan dan pembelajaran, pengembangan profesi, pengabdian kepada masyarakat, dan kegiatan penujang lainnya. Guru Profesional memliki daya juang dan energy untuk mereduksii secara kuat munculnya kuasa birokrasi pendidikan, kepala sekolah, dan pengawas sekolah atas hak dan kewajibannya. Mereka pun bebas berafiliasi kedalam penegakan idependen sebagai pekerja Ciri-Ciri Guru Profesional  Melakukan profesionalisasi diri  Memotivasi diri
  • 48. 48  Memiliki displin diri  Mengevaluasi diri  Memiliki kesadaran diri  Melakukan pengembangan diri  Menjadi pembelajar  Melakukan hubungan efektif  Berempati tinggi  Taat asas pada kode etik Guru sebagai pendidik adalah jabatan profesi yang mulia oleh sebab itu, moralitas guru harus senantiasa terjaga karena martabat dan kemuliaan sebagai unsur dasar moralitas guru itu terletak pada keunggulan perlaku, akal budi dan pengabdiannya. Guru merupakan pengambil tugas kemanusiaan dengan mengutamkan kebijakan dan mencegah manusia dari kehinaan serta mungkin dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membangun watak serta budaya yang mengantar bangsa indonesia pada kehidupan masyrakat yang maju, adil dan makmur, serta beradab berdasarkan pancasila dan uud 1945 Pelaksanaan tugas guru Indonesia terwujud dan nyata dalam prinsip” ing ngarso sung tuladho, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani “ untuk itu pedoman perilaku guru dalam melaksanakan tugas keprofesional perlu ditetapkan kode etik guru Indonesia. Kewajiban Umun (Pasal 1) a) Menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpa/janji guru b) Melaksanakan tugas, utama mendidik , mengajar, membimbing , mengarahkan, melati, menilai dan mengevaluasi peserta didik untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
  • 49. 49 Kewajiban Guru Terhadap Peserta Didik (Pasal 2) a) Bertindak profesional dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi proses dan hasil belajar peserta didik. b) Memberikan layanan pemmbelajaran berdasarkan karakteristik individual serta tahapan tumbuh kembang kejiwaan peserta didik c) Mengembangkan suasana pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan d) Menghormati martabat dan hak serta memperlakukan peserta didik secara adil dan objektif e) Melindungi peserta didik dari segala tindakan yang dapat mengangu perkembangan proses belajar, kesehatan dan keaman bagi peserta didik f) Menjaga kerahasian pribadi peserta didik, kecuali dengan alas an yang dibenarkan berdasakan hukum, kepentingan pendidikan , kesehatan dan kemanusiaan. g) Menjaga hubungan Profesional dengan peserta didik dan tidak memanfaatkan untuk keutungan pribadi dan atau kelompok dan tidak melanggar norma yang berlaku Kewajiban Guru Terhadap Orang Tua/ Peserta Didik (Pasal 3) a) Menghormati Hak Orang Tua/Wali Peserta Didik Untuk Berkonsultasi Untuk Memberikan Informasi Secara Jujjur Dan Objektif Mengenai Kondisi Dan Perkembangan Belajar Peserta Didik b) Membina Hubungan Kerja Sama Dengan Orang Tua/Wali Peserta Didik Dalam Melaksanakan Proses Pendidikan Untuk Peningkatan Mutu Pendidikan c) Menjaga Hubungan Profesional Dengan Orang Tua/Wali Peserta Didik Dan Tidak Memanfaatkan Untuk Memperoleh Keuntungan Pribadi Kewajiban Guru Terhadap Masyarakat ( Pasal 4) a) Menjalin komunikasi yang efektif dan kerja sama yang harmonis dengan masyarakat untuk menujukan dan mengembangkan pendidikan b) Mengakomodasi aprisiasi dan keinginan masyarakat dalam pengembangan dan peningkatan kualitas pendidik c) Bersikap responsive terhadap perubahan yang terjadi dalam masyarakat dengan mengindahkan norma dan sistem nilai berlaku d) Bersama-sama dengan masyarakat berperan aktif untuk menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif
  • 50. 50 e) Menjujung tinggi kehormatan dan martabat serta menjadii panutan bagi masyarakat Kewajiban Guru Terhadap Teman Sejawat (Pasal 5) a) Membagun suasana kekeluargaan, solidaritas dan saling menghormati antara teman sejawat di dalam maupun di luar satuan pendidikan b) Saling berbagi ilmu pengetahuan, teknologi, seni, keterampilan dan pengalaman serta saling memotivasi untuk meningkatkan profesionalitas dan martabat guru c) Menjaga kehormatan dan rahasia pribadi dan rahasia pribadi teman sejawat d) Menghindari tindakan yang berpotensi menciptakan konflik antar teman sejawat Kewajiban Guru Terhadap Profesi (Pasal 6) a) Menjunjung tinggi jabatan guru sebagai profesi b) Mengembangkan profesionalisme secara berkelanjutan sesuaii kemajuaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan mutu pendidikan c) Melakukan tindakan dan/atau mengeluarkan pendapat yang tidak merendahkan martabat profesi d) Dalam melaksanakan tugas tidak menerima janji dan pemberian yang dapat memengaruhi atau tugas keprofesian kewajiban guru terhadap organisasi profesi (Pasal 7) a) menaati peraturan dan berperan aktif dalam melaksanakan progeam organsiasi profesi b) mengembangkan dan memajukan organisasi profesi c) melakukan tindakan dan/atau mengeluarkan pejabat yang tidak merendahkan martababt profesi Kewajiban Guru Terhadap Pemerinntah (Pasal 8) a) berperan serta menjaga dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam wadah NKRI Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 b) berperan serta dalam melaksankan program pembangunan pendidikan c) melaksanakan ketentuan yang di tetapkan pemerintah
  • 51. 51 BAB VI PERAN DAN TUGAS GURU A. Keputusan Situasional Dan Transaksional Penerapan suatu kompetensi dan melaksanakan program pembelajaran/pengajaran, di perlukan beberapa keterampilan pelaksanaan proses pembelajaran/ pengajaran di dalam satu jam pertemuan memerlukan pengetahuan sikap tertentu. Disamping keterampilan teknis, aspek –aspek kepribadian lainnya seperti nilai-nilai dan temperamen pengaruh terhadap suatu kompetensi.
  • 52. 52 Dalam mewujudkan seperangkat pengalaman belajar pengajaran, seorang guru perlu mengambil keputusan-keputusan tentang apa dan bagaimana pengalaman belajar dan pengajaran yang dimaksud kan untuk wujudkan, berdasarkan analisis situsi , antara lain berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, bahan yang akan disampaikan, waktu serta fasilitas yang tersedia dan perilaku bawaan para siswa sehingga tersusun suatu rencana persiapan mengajar. Keputusan yang diambil guru ketika merancang sumua ini disebut keputusan situasional. Perbuatan Profesional kependidikan di katakana bersifat transaksional tergantung pada pihak-pihak dan kondisi yang terlibat secara aktual dalam suatu peristiwa kependidikan. Keputusan yang di ambil guru untuk menyesuaikan dengan kondisi kelas tersebut disebut keputusan situasional. keputusan transaksional ini memerlukan penyesuaian –penyesuaian berdasarkan umpan balik yang diperoleh guru dari interaksinya dengan siswa mampun interaksi antara siswa, sementara kegiatan Pembelajaran/pengajaran berlangsung. Dalam Pelaksanaan Proses Pembelajaran/pengajaran Sesorang Guru Membuat Perencanaan Pengajaran Yang Bersifat Situasionall Berdasarkan  Identifikasi Kebutuhan-Kebutuhan Dan Minat Siswa  Tujuan-tujuan performa siswa
  • 53. 53  Karakteristik materi  Ketersediaan fasilitas, ruangan, dan waktu  Kemampuan guru sendiri. Perencanaan yang sudah dibuat guru sebelum melaksanakan Proses Pembelajaran/pengajaran Berdasarkan Kurikulum Yang Telah Ditetapkan. Dalam pelaksanannya tidak selalu sesuai dengan apa sudah direncanakan. Guru dituntut mampu menyesuaikan berdasarkan situasi dan kondisi yang dihadapi secara aktual dalam proses pembelajaran /pengajaran dikelas memungkinkan guru melaksanakan kegiatan guru lebih kreatif. Faktor-faktor penentu aktualisasi peristiwa Pembelajaran/pengajaran tersebut dapat dijelaskan sebagi berikut: 1. Tujuan meliputi pengetahuan, keterampilan sikap, nilai yang ingin dicapai atau ditingkatkan sebagai hasil kegiatan Sebelum melaksanakan kegiatan mengajar, guru perlu memperhatikan kemampuan apa yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan suatu pelajaran sehingga dalam praktiknya senantiasa akan mengacu kepada tujuan, yang telah dirumuskan baik secara tujuan nasional, kelembagaan ,kurikuler maupun tujuan dari mata pelajaran yang akan disampaikan 2. Sisaw memiliki usia, kemampuan minat, latar belakang dan motivasi karakteristik siswa yang mengikuti pelajaran/pengajaran mendapat perhatian. Hal ini berkaitan dengan pemberian layanan apa yang tepat disesuaikan dengan potensi yang memiliki siswa oleh siswa baik bersifat fisik maupun psikis yang tidak lepas dari kebutuhan siswa untuk mengikuti kegitan pengajarannya di sekolah. 3. Pengajaran meliputi filosofi, kompetensi, kebiasaan dan lain-lain, pengajaran dalam hal ini guru merupakan salah satu ujung tombak keberhasilan pendidikan, untuk itu potensi yang dimiliki senantiasa
  • 54. 54 perlu dikembangkan sehingga dalam melaksanakan tugas pendidik dapat berjalan sesuai dengan pandangan hidupnya yang bertumpuh kepada kemampuan diri sendiri secara maksimal dan menyenangkan. 4. Materi/bahan mata pelajaran yang berupa fakta, konsep keterampilan. Sebagai program pengajaran yang harus disampaikan oleh guru dan diterima siswa maka materi yang akan disajikan perlu memperhatikan jenis dan bentuknya, dalam hal ini perlu pengkajian lebih jauh apakah materi yang disampaikan berupa materi inti atau materi pengembangan sehingga dalam penyajian disesuaikan dengan sifat materi 5. Ketersedian alat bantu dana pengandaanya dan waktu persiapan Keberhasilan proses Pembelajaran/pengajaran tidak lepas dari sarana dan prasarana penujang. Dalam hal ini penyedia alat dan dana untuk memperoleh serta memelihara perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak terutama yang berkaitan langsung dengan dunia pendidikan 6. Besar kelas dan jumlah serta jumlah pertemuan keterbatasan daya tampung dan perlunya pelayanan yang maksimal dari pihak penyelenggaraan sekolah tidak lepas dari ketersediaan ruangan dan pengaturan jadwal kegiatan sehingga pengelolaan kegiatan Pembelajaran/pengajaran dapat berjalan secara teratur, efektif dan efesien sesuaii dengan harapan semua pihak. Semua proses kegiatan Pembelajaran/pengajaran di kelas tidak terlepas dari semua proses keputusan oleh guru baik ketika mempersiapkan ataupun ketika melaksanakannya di kelas. keputusan situasional berkaitan dengan pembuatan keputusan yang buat oleh guru cenderung harus diambil atas dasar pertimbangan jangka pendek atau
  • 55. 55 jangka panjang menjadi semakin penting baik, sebelum pelajaran dimulai sedangkan keputusan transaksional yang merupakan penyesuaian terhadap situasi yang muncul dalam PBM dengan mengaitkan pada persiapan pelajaran –pelajaran yang telah dibuat guru. Peran Guru di Sekolah Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan di tingkat operasional, guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tingkat institusional, instruksional, dan eksperiensial. Sejalan dengan tugas utamanya sebagai pendidik di sekolah, guru melakukan tugas-tugas kinerja pendidikan dalam bimbingan, pengajaran, dan latihan. Semua kegiatan itu sangat terkait dengan upaya pengembangan para peserta didik melalui keteladanan, penciptaan lingkungan pendidikan yang kondusif, membimbing, mengajar, dan melatih peserta didik. Dengan perkembangan dan tuntutan yang berkembang dewasa ini, peran-peran guru mengalami perluasan, yaitu sebagai pelatih (coaches), konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang. Sebagai pelatih (coaches), guru memberikan peluang yang sebesar- besarnya bagi peserta didik untuk mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sebagai latihan untuk mencapai hasill
  • 56. 56 pembelajaran optimal. Sebagai konselor, guru menciptakan satu situasi interaksi di mana peserta didik melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif dengan memperhatikan kondisi setiap peserta didik dan membantunya ke arah perkembangan optimal. Sebagai manajer pembelajaran, guru mengelola keseluruhan kegiatan pembelajaran dengan mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang pembelajaran. Sebagai partisipan, guru tidak hanya berperilaku mengajar akan tetapi juga berperilaku belajar melalui interaksinya dengan peserta didik. Sebagai pemimpin, guru menjadi seseorang yang menggerakkan peserta didik dan orang lain untuk mewujudkan perilaku pembelajaran yang efektif. Sebagai pembelajar, guru secara terus menerus belajar dalam rangka menyegarkan kompetensinya serta meningkatkan kualitas profesionalnya. Sebagai pengarang, guru secara kreatif dan inovatif menghasilkan berbagai karya yang akan digunakan untuk melaksanakan tugasnya. Hamzah Uno (2008), posisi dan peran guru yang dikaitkan dengan konsep pendidikan berbasis lingkungan dalam proses pembelajaran, dimana guru harus menempatkan diri sebagai:
  • 57. 57 a) Pemimpin belajar, dalam arti guru sebagai perencana, pengorganisasi, pelaksana, dan pengontrol kegiatan belajar peserta didik. b) Fasilitator belajar, dalam arti guru sebagai pemberi kemudahan kepada peserta didik dalam melakukan kegiatan belajarnya memalui upaya dalam berbagai bentuk. c) Moderator belajar, dalam arti guru sebagai pengatur arus kegiatan belajar peserta didik. d) Motivator belajar, dalam arti guru sebagai pendorong peserta didik agar mau melakukan kegiatan belajar. Sebagai motivator guru harus menciptakan kondisi kelas yang merangsang peserta untuk mau melakukan kegiatan belajar, baik individual maupun kelompok. e) Evaluator belajar, dalam arti guru sebagai penilai yang objektif dan komprehensif. Peran Guru di Masyarakat Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara secara keseluruhan, guru merupakan unsur strategis sebagai anggota, agen, dan pendidik masyarakat. Sebagai anggota masyarakat guru berperan sebagai teladan bagi bagi masyarakat di sekitarnya baik kehidupan pribadinya maupun kehidupan keluarganya. Sebagaii agen masyarakat, guru berperan
  • 58. 58 sebagai mediator (penengah) antara masyarakat dengan dunia pendidikan khususnya di sekolah. Dalam kaitan ini, guru akan membawa dan mengembangkan berbagai upaya pendidikan di sekolah ke dalam kehidupan di masyarakat, dan juga membawa kehidupan di masyarakat ke sekolah. Selanjutnya, sebagai pendidik masyarakat, bersama unsur masyarakat lainnya guru berperan mengembangkan berbagai upaya pendidikan yang dapat menunjang pencapaian hasil pendidikan yang bermutu. B. Rencana Pembelajaran/pengajaran Pembuatan rancangan pembelajaran tergantung pada kurikulum yang digunakan. Secara umum rancangan yang digunakan adalah rancangan Pembelajaran/pengajaran yang dianalogikan dengan rancangan strategikpermainan untuk satu tim perancang. Pembelajaran/pengajaran yang baik adalah mengetahui kelemahan dan kekurangan siswanya dan dia tahu tentang yang terkandung dalam kurikulum. Guru memiliki ragam strategiPembelajaran/pengajaran yang dapat digunakan untuk membangkitkan kekuatan siswa yang dapat mengurangii kelemahannya dan hampir semua pembelajaran /pengajaran itu berlangsung dalam kelompok besar maka perancangan /pembelajaran.
  • 59. 59 Perhatikan analogi lain, jika anda menonton sinetron atau film dan anda perhatikan teks setelah tanyangan itu berakhir, atau mungkin juga selamanya, biasanya ditampilkan sederet nama orng dan perannya. Yang menarik biasanya siapa pemainnya( aktris atau actor) siapa sutradaranya yang menyiapkan jalan cerita dan siapa yang menulis naskan yang menggambarkan perilaku-perilaku yang harus dimainkan oleh pemain. Ketiga peran itu memandu suatu tampilan tayangan yang bisa menyebabkan penonton turut memikirkan dan merasakan bahkan “ ikut campur tangan”dalam peranan di dalam peran di dalam cerita itu. Di sinilah ada peran di luar perancang yaitu penonton, dan tampaknnya selera penonton menjadi salah satu pertimbangan utama perancang ketika ia membuat suatu jalan cerita. jika kegiatan Pembelajaran/pengajaran di ibaratkan tayangan filim maka Pembelajaran/pengajaran yang baik perlu di dasarkan padaa jalan cerita yang jelas, peran yang harus di mainkan oleh pemain, dan pemain yang bermutu. Seorang guru adalah sutradara , dan juga aktor yang harus memainkan jalan cerita, tetapi juga sekaligus sebagai penonton karena dia harus mengamati apa yang terjadi dalam kegiatan proses tersebut. Hal-hal yang perlu dibicarakan dalam kegiatan pembelajaran/pengajaran
  • 60. 60  Hakikat Proses Pembelajaran/Pengajaran  Prosedur Pengembangan Rancangan Pemberian Pengajaran  Rancangan Unit Pembelajaran/Pengajaran a. Hakikat Proses Pembelajaran/Pengajaran Proses Pembelajaran/pengajaran sebagai proses implementasi kurikulum, menuntut peran guru untuk mengaktualisasikan kurikulum, atau bahan ajar serta mengembangkan dan mengimplementasikan program-program Pembelajaran/pengajaran adalah suatu tindakan yang akurat dan adekuat. Peran ini hanya mungkin dilakukan jika guru memahami betul tujuan dan isi kurikulum serta segala perangkatnya untuk mewujudkan pembelajaran/pengajaran. 1. Pembelajaran/pengajaran Sebagai Inkuiri Refleksi Cara memandang esens Pembelajaran/pengajaran akan bergantung kepada kita bagaimana kita memandang pendidikan. Apakah kita memandang pendidikan sebagai suatu hasil atau sebagai proses. Dengan kata lain apakah kita memandang pendidikan sebagai kualitas kata benda atau kualitas kerja. Jika pendidikan dipandang sebagai kata kerja, pendidikan adalah sesuatu yang telah diperoleh . sedangkan jika dipandang sebagai kata kerja, pendidikan adalah proses inkuiri yang berkelanjutan.
  • 61. 61 Pandangan terakhir adalah pandangan yang terjadinya proses pembelajaran/pengajaran yang lebih efektif dan mengarah kepada pengembangan profesi guru dan perkembangan siswa secara optimal. proses Pembelajaran/pengajaran membantu peserta didik mengembangkan dan megubah perilaku (pengetahuan, afektif, dan psikomotorik), di dalam pembelajaran/pengajaran, guru terlibat secara mendalam di dalalm berbagai kegiatan seperti menjelaskan, merumuskan, membuktikan, menyimpulkan, dan mengkalisifkasikan. Sebagai proses inkuiri refletif, Pembelajaran/pengajaran mengandung makna sebgai proses sintesis dan analisis, inkuiri di dalam Pembelajaran/pengajaran mengandung makna mempertanyakan, mejelajahi, lebih jauh, dan memperluas pemahaman tentang situasi. sedangkan refleksi mengaplikasikan adanya dugaan, penelaian dan pertimbangan. Proses Pembelajaran/pengajaran tidak sekedar menjadi wahana berpengajaran bagi peserta didik, tetapi juga sebagai wahana pengajaran bagi guru. proses Pembelajaran/pengajaran sebagai inkuiri reflektif akan menempatkan guru sebagai berikut:  Individu yang terus-menerus aktif berpengajaran, anda juga berperan sebagai siswa  Seorang guru yang menetang siswanya untuk menjadi berpengajaran yang aktif
  • 62. 62  Seorang giru profesional yang secara terus menerus merefleksikan keefektifan sebagai guru serta  Seorang profesional yang selalu meningkatkan kemampuan keprofesionalan. 2. Perkembangan sebagai tujuan Pembelajaran/pengajaran Bukan hal mustail bahwa Pembelajaran/pengajaran yang ekselen (unggul) dikerjakan oleh guru- guru artistic yang tidak memiliki konsep jelas tentang tujuan tetapi mereka secara intuitif memiliki pemahaman tentang apa proses Pembelajaran/pengajaran yang baik, materi sajian apa yang dianggap penting/bermakana, topik apa yang relevan dengan perkembangan peserta didik. b. Prosedur Pengembagan Rencana Pembelajaran. Suatu rancangan Pembelajaran/pengajaran kelas, yang mencakup rancangan jangka pendek yang disebut dengan suatu acara pengajaran dan rancangan jangka panjang yang di sebut rencana unit pengajaran di kembangkan.  Analisis Kurikulum Secara fisik kurikulum di tuangkan dalam suatu dokumen yang mengambarkan cakupan bahasa pengajaran yang harus di pengajaran
  • 63. 63 dalam tingkatan kelas dan kurun waktu tertentu. Di dalam praktek guru di tuntut untuk mengaktualisasikan kurikulum kedalam ragam dan rentang pengalaman pengajaran peserta didik . Artikulasi dan implementasi yang ideal akan sangat bersifat kontekstual dan tergantung pada kondisi objektif guru maupun peserta didik. Oleh karena itu, sangat mungkin apa yang dilaksanakan dalam praktik tidak sepenuhnya mewujudkan hal-hal ideal yang terkandung dalam kurikulum . Ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan analisis kurikulum, yaitu sebagai berikut:  total waktu Keseluruhan waktu yang harus anda gunakan untuk pengajaran mencakup waktu untuk mengajarkan seluruh isi pelajaran dan waktu yang diharapakan di miliki siswa mengerjakan pekerja diluar kelas  Pengetahuan yang akan digunakan kurikulum atau lingkup pengajaran dirancang dan di susun atas asumsi tak tertulis tentang pengetahuan dan ketermapilan yang menyangkut pengetahuan siswa sebelummnya.  Tujuan Pembelajaran/Pengajaran. Pemahaman anda tentang isi pengajaran dan waktu yang tersedia, menjadi landasan mengenai penambahan dan perumusan tujuan Pembelajaran/Pengajaran. Pertama, tujuan keperilakuan, rumusan tujuan yang ada dalam perilaku siswa yang dapat diobserbasi diukur, dan diuji bahwa siswa sudah dapat dikuasai dengan baik perilaku yang harus dicapai secara khusus. Kedua, tujuan pemecahan masalah, merumuskan Pembelajaran/Pengajaran. Siswa dalam proses untuk menggunakan pikiran melalui pengkajian isu yang tak memiliki pemecahan spesifik. contoh
  • 64. 64  Diberikan uang mainan RP 5000,00 siswa akan memutuskan bagaiman membeli makanan untuk sehari  siswa akan mendiskusikan , seperti apa hidup ini sekiranya kendaraan bermotor ada 5 hal yang membedakan tujuan pemecahan masalah dan tujuan keperilakuan .pertama, pemecahan tergadap masalah tidak dapat di rumuskan sebelumnya dan acapkali pemecahan yang muncul merupakan hal yang /belum perna terpikirkan sebelumnya. kedua, proses berfikir melalui masalah sama pentingnya dengan pemecahan masalah itu sendiri. ketiga, peran guru berubah dari sesorang yang memandu secara eksplisit kepada sesorang yang mendorong dan pemberi kritik yang bersahabat. keempat, perubahan peran guru akan merubah peran siswa. arah kerja siswa tidak lagi kepada hasil yang sudah diprediksi .kelima, perbedaan antara kedua tujuan ini, akan bermuara pada system evaluasi. ketiga, tujuan ekspensif merumuskan Pembelajaran/pengajaran siswa ke dalam tingkat pengalaman yang bermakna secara individual apakah sebelumnya sudah diantisipasi atau belum. contoh: a) Siswa akan mengungkapakn perasaannya pada saat kakaknya menikah b) Siswa akan menyatakan bagaimana perasaan saat ditinggal sendirian. keempat, tujuan efektif, ada kesamaan dengan tujuan ekspresif hanya tujuan efektif lebih terfokus pada respon-respon emosional terhadap
  • 65. 65 kurikulum dan pengajaran. Dalam tatanan paling rendah perilaku afektif direalisasikan dalam bentuk memperhatikan dan merespon. Dalam kaitannya dengan perumusan tujuan, pengajaran untuk memahami perilaku biasanya di tambah dengan rumusan “ berkemah untuk” rumusan tujuan akan berbunyi misalnya” siswa akan menunjukan kemauannya untuk mempersatukan dengan” kemudian diikuti dengan rumusan perilaku yang teramati yang menjadi indikator dari perhatian siswa. Perencanaan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang akan ditentukan (Gaffar,1987). Perencanaan merupakan proses penetapan dan pemanfaatan sumber-sumber daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan. Rencana kegiatan operasional adalah cara spesifik yang akan ditempuh untuk mencapai sasaran kegiatan. Rencana kegiatan ini dapat memiliki bentuk sebagai berikut: a) Rangkaian sasaran yang lebih spesifik dengan jangka waktu yang lebih pendek. b) Rangkaian kegiatan yang saling terkait akibat dipilihnya suatu alternatif intervensi. c) Rencana kegiatan operasional memiliki jangka waktu spesifik, kebutuhan sumber daya yang spesifik dan akontabilitas untuk setiap tahapannya.
  • 66. 66 Proses pembelajaran adalah proses yang konstitusional, artinya harus berbasis kepadakondisi objektif dan perkembangan siswa baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik.Sejalan dengan tujuan instruksional yang dirumuskan, kegiatan pembelajaran tersebut sebagai berikut : a) Peran guru dalam memahami siswa sebagai dasar pembelajaran b) Peran guru dalam pengembangan rancangan pembelajaran c) Peran guru dalam pelaksanaan pembelajaran dan manajement kelas d) Peran guru dalam melaksanakan evaluasi hasil pembelajaran c. Rancangan unit pembelajaran Secara operasional kegiatan pembelajaran yang tertuang di dalam satuan pelajaran diartikan sebagai sejumlah waktu yang dirancang untuk mengajari siswasuatu topik sederhana, bisa berupa konsep, keterampilan, proses, diskusi singkattentang cerita pendek, atau suatu bagian dan novel. Kata sederhana mengandungarti bahwa setiap satuan pelajaran adalah hanya satu dan rangkaian satuan-satuan pelajaran yang saling terkait dan bekerja sama membantu siswa memahami hal-hal yang lebib kompleks.Sebagai contoh, sebelum siswa menguasai konsep tentang
  • 67. 67 sejarah rakyat Acehdalam melawan dan mengusir penjajah Belanda, terlebih dulu perlu tahu dan paham tentang hubungan Aceh dan negara Republik indonesia dan letak Acehsecara geografis. Setiap kegiatan pembelajaran dapat dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu:kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup. a) Kegiatan awal Pada saat Anda memperkenailkan topik baru kepada siswa, perlu diingat bahwa siswa harus dibantu memahami topik itu dalam konteks keseluruhan pengajaran. Bagian pengantar dan satuan pelajaran dapat membantu siswa dalamhal-hal berikut. a) Mengaitkan hal-hal yang sudah dipelajari dengan hal-hal baru. Pengantar satuan pengajaran dapat diisi dengan mengingatkan kembali pengetahuan awaldan mengaitkannya dengan informasi baru sehingga pengetahuan awal itudapat menjadi alat yang bermakna bagi proses belajarbaru. b) Memberi kesempatan path siswa untuk memahami topik secara keseluruhansebelum mempelajari hal-hal yang terkandung dalam topik secara detail.Pemahaman ini dikembangkan melalui penyiapan penata awal (advanceorganizer), yaitu suatu cakupan rumusan yang memungkinkan siswamengetahui informasi apa yang penting sebelum pembelajaran dimulai. c) Menumbuhkan hasrat ingin tahu siswa dan merangsang perhatian dan hasrat belajar siswa secara berkelanjutan. d) Menyadarkan siswa akan apa yang diharapkan guru dan siswa dalam atauselama pembahasan topik tersebut, di samping menyampaikan tujuan pembelajran.