Dokumen tersebut membahas tentang profesi kependidikan, mulai dari definisi profesi, perkembangan profesi keguruan di Indonesia, karakteristik profesionalisme guru, serta upaya pemerintah untuk meningkatkan profesionalisme guru.
2. Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise)
dari para anggotanya. Artinya, tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang yang
tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan pekerjaan itu.
Profesional menunjuk pada dua hal. Pertama, orang yang menyandang suatu profesi,
misalnya, “Dia seorang profesional”. Kedua, penampilan seseorang dalam melakukan
pekerjaannya yang sesuai dengan profesinya. Dalam pengertian kedua ini, istilah
profesional dikontraskan dengan “nonprofesional” atau “amatiran”.
Profesionalisme menunjuk kepada komitmen para anggota suatu
profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus
menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam
melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.
A. KONSEP DASAR
PROFESI KEPENDIDIKAN
1.Profesi, Profesional, Profesionalisme, Profesionalisasi, Profesionalitas
3. Profesionalisasi, menunjuk pada proses peningkatan kualifikasi maupun
kemampuan para anggota profesi dalam mencapai kriteria yang
standar dalam penampilannya sebagai suatu profesi. Profesionalisasi pada
dasarnya merupakan serangkaian proses pengembangan profesional
(profesional development), baik dilakukan melalui pendidikan/latihan
“prajabatan” maupun latihan dalam jabatan (inservice training). Oleh
karena itu, profesionalisasi merupakan proses yang sepanjang hayat (life
long) dan tidak pernah berakhir (never ending), selama seseorang telah
menyatakan dirinya sebagai warga suatu profesi.
Profesionalitas, di pihak lain, mengacu kepada sikap para anggota profesi
terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang
mereka miliki dalam rangka melakukan pekerjaannya. Jadi seorang
profesional tidak akan mau mengerjakan sesuatu yang memang bukan
bidangnya. Misalnya seorang guru akan selalu memberikan pelayanan
yang baik kepada murid-muridnya.
4. Menurut Satori (2011), profesi mempunyai ciri-
ciri utama sebagai berikut.
a. Fungsi dan signifikansi sosial
b. Keterampilan/keahlian
c. Pemerolehan keterampilan tersebut bukan hanya
dilakukan secara rutin, melainkan bersifat
pemecahan masalah
d. Batang tubuh ilmu
e. Masa pendidikan
f. Aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional
g. Kode etik dalam memberikan pelayanan kepada
klien
h. Kebebasan untuk memberikan judgment
i. Tanggung jawab profesional dan otonomi
j. Pengakuan dan imbalan
2. Ciri-ciri Profesi
5. Profesi kependidikan terdiri dari dua kata yaitu profesi dan kependidikan.
Menurut KBBI, profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan
keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu. Sedangkan
menurut UU RI no 20 tahun 2003 tentang sisdiknas, pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
3. Profesi Kependidikan
6. Dengan demikian profesi kependidikan dapat diartikan
sebagai pengkajian yang berkaitan dengan bidang pekerjaan
khusus yang membutuhkan keahlian dalam rangka
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.
Profesi kependidikan erat kaitannya dengan tenaga kependidikan.
Menurut UU no 20 tahun 2003 tentang sisdiknas dan PP no 38 tahun 1992
tentang tenaga kependidikan, tenaga kependidikan adalah anggota
masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan. Tenaga kependidikan terdapat di jalur
pendidikan sekolah dan di jalur pendidikan luar sekolah. Tenaga
kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang
proses pendidikan pada satuan pendidikan.
7. Pendidik dan tenaga kependidikan memiliki peran dan posisi yang
sama penting dalam konteks penyelenggaraan pendidikan (pembelajaran).
Karena itu pula pada dasarnya, baik pendidik dan tenaga kependidikan
memiliki peran dan tugas yang sama yaitu melaksanakan berbagai aktivitas
yang berujung pada terciptanya kemudahan dan keberhasilan siswa dalam
belajar. Tenaga pendidik dan kependidikan dalam proses pendidikan
memegang peran strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa
melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan.
Tenaga pendidik khususnya guru merupakan salah satu komponen
manusiawi dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha
pembentukan sumber daya manusia yang potensial dalam bidang pembangunan.
Oleh karena itu guru merupakan salah satu unsur di bidang pendidikan yang
harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga
profesional sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang. Guru
sebagai pengajar atau pendidik merupakan salah satu faktor yang menjadi
penentu keberhasilan setiap usaha pendidikan. Dengan demikian setiap adanya
inovasi pendidikan, khususnya inovasi kurikulum dan peningkatan sumber daya
manusia yang dihasilkan dari usaha pendidikan selalu bermuara pada faktor
guru. Hal ini menunjukkan betapapentingnya peran guru dalam dunia
pendidikan.
8. B. Sejarah Perkembangan
Profesi Kependidikan
Perkembangan Profesi Keguruan kita ikuti
perkembangan profesi keguruan Indonesia, jelas bahwa pada
mulanya guru-guru Indonesia diangkat dari orang-orang yang
tidak berpendidikan khusus untuk memangku jabatan guru.
Dalam bukunya Sejarah Pendidikan Indonesia, Nasution
(1987) sejarah jelas melukiskan perkembangan guru di
Indonesia. Pada mulanya guru diangkat dari orang-orang yang
tidak memiliki pendidikan khusus yang ditambah dengan
orang-orang yang lulus dari sekolah guru (kweekschool) yang
pertama kali didirikan di Solo tahun 1852.
9. Karena mendesaknya keperluan guru maka Pemerintah Hindia Belanda mengangkat
lima macam guru yaitu:
1. Guru lulusan sekolah guru yang dianggap sebagai guru yang berwenang penuh.
2. Guru yang bukan sekolah guru, tetapi lulus ujian yang diadakan untuk menjadi guru.
3. Guru bantu, yakni yang lulus ujian guru bantu.
4. Guru yang dimagangkan kepada seorang guru senior, yang merupakan calon guru.
5. Guru yang diangkat karena keadaan yang sangat mendesak yang berasal dari warga
yang pernah mengecap pendidikan.
Walaupun jabatan guru tidak harus disebut sebadai jabatan profesional penuh, status
mulai membaik. Di Indonesia telah ada Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang
mewadahi persatuan guru, dan juga mempunyai perwakilan di DPR/MPR.
10. Dalam sejarah pendidikan guru Indonesia, guru pernah
mempunyai status yang sangat tinggi di masyarakat, mempunyai
wibawah yang sangat tinggi, dan dianggap sebagai orang yang serba
tahu. Peranan guru saat itu tidak hanya mendidik anak di depan
kelas, mendidik masyarakat, tempat masyarakat untuk bertanya,
baik untuk memecahkan masalah pribadi maupun sosial. Namun,
wibawa guru mulai memudar sejalan dengan kamajuan
zaman, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
keperluan guru yang meningkat tentang imbalan atau balas jasa.
Meskipun sekolah Guru telah diadakan, namun kurikulumnya masih lebih
mementingkan pengetahuan yang akan diajarkan disekolah, sedangkan materi
ilmu mendidikan psikologi belum dicantumkan secara khusus didalamnya. Sejalan
dengan pendirian sekolah-sekolah yag lebih tinggi tingkatannya dari sekolah
umum seperti Hollands Indlandse School (HIS), Meer Uitgebreid Lagere
ONderwijs (MULO), Hogere Burgeschool (HBS), dan Algemene Middlebare School
(AMS), secara berangsur-angsur didirikan pula lembaga pendidikan guru atau
kursus-kursus penyiapan guru; seperti Hogere Kweekschool (HKS) untuk guru
HIS dan kursus Hoofdacte(HA) untuk calon kepala sekolah.
11. Keadaan demikian berlanjut sampai zaman pendudukan
Jepang dan awal perang kemerdekaan. Secara perlahan
namun pasti, pendidikan guru meningkatkan jenjang
kualifikasi dan mutunya saat ini lembaga tunggal untuk
pendidikan guru, yakni Lemabga Pendidikan Tenaga
Kpendidikan(LPTK).
Menurut para ahli, profesionalisme menekankan kepada
penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen
beserta strategi penerapannya. Maister (1997) mengemukakan
bahwa profesionalisme bukan sekadar pengetahuan teknologi
dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan
profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki
keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku
yang dipersyaratkan.Memperhatikan kualitas guru di Indonesia
memang jauh berbeda dengan dengan guru-guru yang ada di
Amerika Serikat atau Inggris.
12. Di Amerika Serikat pengembangan profesional guru harus
memenuhi standar sebagaimana yang dikemukakan Stiles dan
Horsley (1998) dan NRC (1996) bahwa ada empat standar standar
pengembangan profesi guru yaitu:
1. Standar pengembangan profesi A
2. Standar pengembangan profesi B
3. Standar pengembangan profesi C
4. Standar pengembangan profesi D
Selain memiliki standar professional guru sebagaimana
uraian di atas, di Amerika Serikat sebagaimana diuraikan
dalam jurnal Educational Leadership 1993 (dalam Supriadi
1998) dijelaskan bahwan untuk menjadi profesional seorang
guru dituntut untuk memiliki lima hal:
a. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses
belajarnya.
b. Guru menguasai secara mendalam bahan/ mata pelajaran
yang diajarkannya serta cara mengajarnya kepada siswa
c. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa
melalui berbagai cara evaluasi
d. Guru mampu berfikir sistematis tentang apa yang
dilakukannya dan belajar dari pengalamannya
e. Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat
belajar dalam lingkungan profesinya.
13. Pengembangan profesionalisme guru menjadi perhatian
secara global, karena guru memiliki tugas dan peran bukan
hanya memberikan informasi-informasi ilmu pengetahuan dan
teknologi, melainkan juga membentuk sikap dan jiwa yang
mampu bertahan dalam era hiperkompetisi.
Tugas guru adalah membantu peserta didik agar
mampu melakukan adaptasi terhadap berbagai tantangan
kehidupan serta desakan yang berkembang dalam dirinya.
Pemberdayaan peserta didik ini meliputi aspek-aspek
kepribadian terutama aspek intelektual, sosial, emosional,
dan keterampilan. Tugas mulia itu menjadi berat karena
bukan saja guru harus mempersiapkan generasi muda
memasuki abad pengetahuan, melainkan harus
mempersiapkan diri agar tetap eksis, baik sebagai individu
maupun sebagai profesional.
14. Akadum (1999) menyatakan dunia guru
masih terselingkung dua masalah yang
memiliki mutualkorelasi yang
pemecahannya memerlukan kearifan
dan kebijaksanaan beberapa pihak
terutama pengambil kebijakan:
1. Profesi keguruan kurang menjamin
kesejahteraan karena rendah gajinya.
Rendahnya gaji berimplikasi pada
kinerjanya
2. Profesionalisme guru masih rendah.
Akadum (1999) juga mengemukakan
bahwa ada lima penyebab rendahnya
profesionalisme guru:
a) Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara total
b) Rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika profesi keguruan
c) Pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masih setengah hati dari
pengambilankebijakan dan pihak-pihak terlibat. Hal ini terbukti dari masih belum
mantapnya kelembagaan pencetak tenaga keguruan dan kependidikan
d) Masih belum smooth-nya perbedaan pendapat tentang proporsi materi ajar yang
diberikankepada calon guru
e) Masih belum berfungsi PGRI sebagai organisasi profesi yang berupaya secara
maksimal meningkatkan profesionalisme anggotanya.
15. Dengan melihat adanya faktor-faktor yang menyebabkan
rendahnya profesionalisme guru, pemerintah berupaya untuk
mencari alternative untuk meningkatkan profesi guru. Pemerintah
telah berupaya untuk meningkatkan profesionalisme guru
diantaranya meningkatkan kualifikasi dan persyaratan jenjang
pendidikan yang lebih tinggi bagi tenaga pengajar mulai tingkat
persekolahan sampai perguruan tinggi.
Program penyetaaan Diploma II bagi guru-guru SD, Diploma III
bagi guru-guru SLTP dan Strata I (sarjana) bagi guru-guru SLTA.
Meskipun demikian penyetaraan ini tidak bermakna banyak, kalau guru
tersebut secara entropi kurang memiliki daya untuk melakukan
perubahan.Selain diadakannya penyetaraan guru-guru, upaya lain yang
dilakukan pemerintah adalah program sertifikasi. Selain sertifikasi upaya
lain yang telah dilakukan di Indonesia untuk meningkatkan
profesionalisme guru, misalnya PKG (Pusat Kegiatan Guru, dan KKG
(Kelompok Kerja Guru) yang memungkinkan para guru untuk berbagi
pengalaman dalam memecahkanmasalah-masalah yang mereka hadapi
dalam kegiatan mengajarnya (Supriadi, 1998).
16. Profesionalisasi harus dipandang sebagai
proses yang terus menerus. Dalam proses ini,
pendidikan prajabatan, pendidikan dalam
jabatan termasuk penataran, pembinaan dari
organisasi profesi dan tempat kerja, penghargaan masyarakat
terhadap profesi keguruan, penegakan kodeetik profesi,
sertifikasi, peningkatan kualitas calon guru, imbalan, dll
secara bersama-sama menentukan pengembangan
profesionalisme seseorang termasuk guru.Dari beberapa upaya
yang telah dilakukan pemerintah di atas, faktor yang paling
penting agar guru-guru dapat meningkatkan kualifikasi
dirinya yaitu dengan menyetarakan banyaknya jam kerja
dengan gaji guru. Program apapun yang akan diterapkan
pemerintah tetapi jika gaji guru rendah, jelaslah untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya guru akan mencari pekerjaan
tambahan untuk mencukupi kebutuhannya. Di Amerika
Serikat hal ini sudah lama berlaku sehingga tidak heran kalau
pendidikan di Amerika Serikat menjadi pola panutan negara-
negara.
17. Tuntutan keprofessionalan suatu pekerjaan pada
dasarnya membutuhkan sejumlah persyaratan yang
harus dimiliki oleh seseorang yang memangku
jabatan tersebut. Menurut Moh Uzer Usman (1996).
Persyaratan guru professional antara lain:
a. menuntut adanya keterampilan,
b. menekankan pada suatu keahlian dalam bidang
tertentu,
c. menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan
guru yang memadai,
d. adanya kepekaan terhadap dampak
kemasyarakatan dari pekerjaan yang
dilaksanakannya,
e. memungkinkan perkembangan sejalan dengan
dinamika kehidupan.