2. Outline
01
Latar Belakang
Membahas
tentang latar
belakang dari
kegiatan
kekeringan
02
Tujuan & Lingkup
Mebahasa
tentang tujuan
dan lingkup dari
kegiatan
kekeringan
03
Gambaran Umum
Memberikan
gambaran umum
dari lokasi
kegiatan
kekeringan
04
Metodologi
Pembahasan
tentang metode-
metode yang
diguunakan
dalam analisis
05
Analisis
Penyajian hasil-
hasil analisis dari
analisis hujan dan
analisis
kekeringan
dengan SPI
4. Kekeringan
Kekeringan merupakan bencana alam yang berdampak sangat luas baik dalam skala ruang maupun waktu.
Dampak kekeringan dampak dirasakan dalam beragam aspek seperti ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan,
dan lain-lain. Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah misalnya, 80% masyarakat menggantungkan hidupnya
dari sektor pertanian (Hajiji, 2022).
Oleh karena itu, diperlukan analisis kekeringan untuk mengantisipasi kejadian kekeringan dan memprakirakan
trend kondisi kekeringan pada bulan tertentu di Kabupaten Lamongan dan Pulau Madura. Dalam analisis ini,
akan digunakan metode Standardized Precipitation Index (SPI) untuk menganalisis kejadian kekeringan di masa
lampau (Kementerian PUPR, 2004). Metode SPI merupakan metode yang sudah umum digunakan untuk
analisis kekeringan meteorologi dikarenakan memiliki keunggulan hanya membutuhkan data hujan,
menggunakan skala waktu dan standardisasi sehingga mampu mengindikasikan kondisi kering dan basah.
5. Kekeringan
Kab. Lamongan
Sebanyak 67 desa yang tersebar dalam 13
kecamatan di Lamongan berpotensi
mengalami kekeringan. Dari 67 desa ini, 36
desa di 11 kecamatan diantaranya
berpotensi masuk dalam kategori kekeringan
kritis.
Kekeringan yang dimaksud adalah
Kekeringan air bersih yang terbagi menjadi 3
kategori, yaitu kekeringan terbatas,
kekeringan langka dan kekeringan kritis.
Kekeringan terbatas yakni warga untuk
memenuhi kebutuhan airnya harus mencari
air dengan jarak di bawah 500 meter.
Sedangkan kekeringan langka, di mana
untuk memenuhi kebutuhan airnya, warga
harus mencarinya dengan jarang kurang
lebih 1 kilometer.
6. Kekeringan
Pulau Madura
Kekeringan memang sedang melanda sejumlah
daerah di Jawa Timur ( Jatim ), khususnya daerah-
daerah di Pulau Madura.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPB) Kabupaten Sampang, mencatat sebanyak
63 desa di wilayahnya mengalami bencana kering
kritis dalam tahun 2022.
63 desa yang dikategorikan kering kritis tahun 2022
tersebar di 10 kecamatan dari total 14 kecamatan
se-Kabupaten Sampang.
8. Tujuan &
Lingkup
Kegiatan Kekeringan di
Kabupaten Lamongan dan
Pulau Madura
Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
mendapatkan gambaran mengenai kondisi
kekeringan meteorologi di Kabupaten
Lamongan dan Pulau Madura.
Lingkup Kegiatan
• Membuat peta lokasi pos curah hujan yang
digunakan dalam analisis kekeringan
• Menghitung indeks kekeringan meteorologi
• Membuat peta ancaman kekeringan
meteorologi
08
10. Lokasi dari kegiatan Pemuktahiran Peta Kekeringan adalah pada
Kabupaten Lamongan dan Pulau Madura yang berada pada Provinsi Jawa
Timur.
11. Kab.
Lamongan
Kabupaten Lamongan memiliki luas
wilayah ±1.752,21 km2 atau setara
dengan 175.221 Ha atau ±3.67%
dari luas wilayah Provinsi Jawa
Timur.
Kabupaten Lamongan terdiri dari 27
Kecamatan dengan rincian
sebanyak 462 Desa dan 12
Kelurahan.
12. Jumlah
Penduduk
Kab. Lamongan
Jumlah Penduduk di
Kabupaten Lamongan pada
Tahun 2021 adalah berjumlah
1,37 Juta Jiwa. Jumlah
penduduk ini nantinya akan
sangat berpengaruh pada
jumlah kebutuhan akan air
bersih.
13. Suhu Rata-rata
Kab. Lamongan
Musim panas berlangsung selama 1,9 bulan, dari
16 September sampai 12 November, dengan suhu
tertinggi harian rata-rata di atas 33°C. Bulan
terpanas dalam setahun di Lamongan adalah
Oktober, dengan rata-rata suhu terendah 34°C dan
tertinggi 25°C.
Musim dingin berlangsung selama 2,9 bulan, dari
24 Desember sampai 21 Maret, dengan suhu
tertinggi harian rata-rata di bawah 32°C. Bulan
terdingin dalam setahun di Lamongan adalah
Februari, dengan rata-rata terendah 25°C dan
tertinggi 31°C.
Gambar di samping menunjukkan karakterisasi
ringkas dari seluruh tahun suhu rata-rata per jam.
Sumbu horizontal adalah hari dalam setahun,
sumbu vertikal adalah jam dalam sehari, dan warna
adalah suhu rata-rata untuk jam dan hari itu.
14. Pulau
Madura
Luas keseluruhan Pulau Madura sekitar
5.379 km², atau sekitar 10-12 persen dari
luas daratan provinsi Jawa Timur. Adapun
panjang daratan pulau ini dari ujung barat di
Kamal sampai dengan ujung Timur di
Dungkek sekitar 160 kilometer dan lebarnya
sekitar 40 kilometer.
Pulau ini terbagi dalam empat wilayah
kabupaten. Dengan Luas wilayah:
Kab. Bangkalan 1.144, 75 km² terbagi
dalam 8 wilayah kecamatan
Kabupaten Sampang berluas wilayah
1.321,86 km², terbagi dalam 12
kecamatan
Kabupaten Pamekasan memiliki luas
wilayah 844,19 km², yang terbagi dalam
13 kecamatan, dan
Kabupaten Sumenep mempunyai luas
wilayah 1.857,530 km², terbagi dalam 27
kecamatan yang tersebar diwilayah
daratan dan kepulauan.
15. Jumlah Penduduk
Pulau Madura
Jumlah Penduduk Pulau
Mandura pada Tahun
2022 mencapai 4 Juta
Jiwa yang dapat
dikatakan jumlah yang
cukup besar sehingga
kebutuhan akan air
bersih juga cukup tinggi.
16. Suhu Rata-rata
Pulau Madura
Musim panas berlangsung selama 6,6 bulan,
dari 7 Oktober sampai 25 April, dengan suhu
tertinggi harian rata-rata di atas 29°C. Bulan
terpanas dalam setahun di Madura adalah
April, dengan rata-rata suhu terendah 29°C
dan tertinggi 21°C.
Musim dingin berlangsung selama 2,2 bulan,
dari 20 Juni sampai 26 Agustus, dengan
suhu tertinggi harian rata-rata di bawah
28°C. Bulan terdingin dalam setahun di
Madura adalah Agustus, dengan rata-rata
terendah 19°C dan tertinggi 28°C.
Gambar di samping menunjukkan
karakterisasi ringkas dari seluruh tahun suhu
rata-rata per jam. Sumbu horizontal adalah
hari dalam setahun, sumbu vertikal adalah
jam dalam sehari, dan warna adalah suhu
rata-rata untuk jam dan hari itu.
18. Analisis SPI (Standarized Precipitation Index)
Standarized Precipitation Index (SPI) merupakan metode untuk menunjukkan dampak
kekeringan akibat defisit curah hujan pada ketersediaan air suatu wilayah (Kee, 1993).
SPI dihitung dalam skala 3, 6, 9, dan 12 bulan untuk menggambarkan perilaku temporal
kekeringan meteorologi beserta dampaknya. SPI dihitung dengan asumsi distribusi
normal, berikut persamaan yang digunakan.
Keterangan :
Xij adalah hujan rata-rata bulan ke-j pada rentang tahun-i
Xi adalah hujan rata-rata dalam rentang tahun-i (t1 – tn)
σj adalah standar deviasi hujan dalam rentang tahun-i (t1 – tn)
19. Analisis SPI (Standarized Precipitation Index)
Definisi dari kekeringan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah
kekurangan curah hujan dari biasanya atau kondisi normal bila
terjadi berkepanjangan sampai mencapai satu musim atau lebih
panjang akan mengakibatkan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
air yang dicanangkan. Dengan demikian, kekeringan tersebut ada dalam konteks
iklim yang mengandung pengulangan dan terjadi pada semua rezim iklim, di wilayah
dengan curah hujan kecil maupun besar. Klasifikasi nilai SPI digambarkan dalam Tabel.
Nilai SPI Klasifikasi
≥ 2,00 Amat Sangat Basah
1,50 – 1,99 Sangat Basah
1,00 – 1,49 Cukup Basah
-0,99 – 0,99 Mendekati Normal
-1,00 – 1,49 Cukup Kering
-1,50 – 1,99 Sangat Kering
≤ -2,00 Amat Sangat Kering
21. Sebaran Pos
Curah Hujan
Pada Sebaran Pos Curah Hujan di Provinsi Jawa
Timur (Dalam hal ini adalah hanya Sebagian saja
dari sebaran pos yang ada) Terdapat 4 Pos Curah
hujan yang masuk pada Wilayah Kabupaten
Lamongan, sedangkan pada Pulau Madura tidak
terdapat sebaran Pos Curah Hujan.
Adapun 4 PCH pada Kab. Lamongan yang
memiliki Panjang data selama 21 tahun adalah:
1. PCH Karangbinangun
2. PCH Lamongan
3. PCH Waduk Gondang, dan
4. PCH Sembung
Sembung
Waduk Gondang
Lamongan
Karangbinangun
22. Data Hujan
Satelite
Dikarenakan pada pulau madura tidak
terdapat Pos Curah Hujan sehingga
dibutuhkan pendekatan lain dalam hal ini
menggunakan data curah hujan satellite.
Salah satu data hujan satelit reanalisis
yang sering digunakan untuk wilayah
Indonesia adalah data Climate Hazards
Group InfraRed Precipitation with Station
data (CHIRPS).
Data CHIRPS berasal dari data citra satelit
dengan resolusi 0,05⁰x 0,05⁰ dikombinasi
dengan data curah hujan stasiun insitu untuk
membentuk data curah hujan grid yang biasa
menggunakan analisis tren dan pemantauan
musim kering (Pawitan, 2010).
Data CHIRPS dibentuk dari data curah hujan
bulanan Climate Hazards Group's
Precipitation Climatology (CHPclim), observasi
satelit Quasi-global Geostationary Thermal
Infrared (Janowiak et.al, 2001),
24. Rencana Kerja
Selanjutnya
Tahapan selanjutnya yang akan
dilakukan adalah tahapan Analisis
Data
Tahapan
Pendahuluan Pengumpulan Data Tahapan Analisis
Pembuatan Peta
Kekeringan
Tahapan Saat Ini
Tahapan Selanjutnya