Laporan ini membahas data topografi DAS Tuntang dan uji sebaran curah hujan dengan metode Chi Kuadrat dan Smirnov-Kolmogorov. Perhitungan debit banjir dilakukan menggunakan metode Hidrograf Satuan Sintetik Gama I.
1. i
LAPORAN
REKAYASA HIDROLOGI
Laporan ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Rekayasa Hidrologi.
Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Sipil.
Dikerjakan Oleh :
1. CHUSNUL HABIBAH ( 30202000001 )
2. ADE SHOPIYAN ( 30202000012 )
3. DWI APRILLIANTI ( 30202000058 )
4. ELSA AMALIA MOHAN ( 30202000062 )
5. MUHAMMAD HILMI WAFA ( 30202000126 )
FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2021
2. ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dengan ini
kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Rekayasa Hidrologi.
Adapun tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah
Rekayasa Hidrologi. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang cara
menghitung curah hujan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan keterbatasan dalam penyajian data dalam
laporan ini. Oleh karena itu, penyusun mengaharapkan saran yang membangun dari semua
pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Penyusun mengharapkan semoga dari laporan Rekayasa
Hidrologi ini dapat diambil manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.
Demikian makalah ini disusun, apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dan banyak terdapat
kekurangan, penulis mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Semarang, 23 Oktober 2021
Penyusun
3. iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................... iii
A. Data Topografi DAS Tuntang........................................................................................... 1
B. Uji Sebaran Menggunakan Chi Kuadrat ....................................................................... 12
C. Perhitungan Debit Banjir Rencana ................................................................................ 18
KESIMPULAN.......................................................................................................................... 24
4. 1
A. Data Topografi DAS Tuntang
Gambar 1.1 Data Kondisi Topografi DAS Tuntang
NO WARNA KELERENGAN LUAS (Ha) PROSENTASE
1
Datar 91.090,51 70,05 %
2
Landai 19.371,94 14,90 %
3
Agak Curam 10.990,80 8,45
4
Curam 4.479,39 3,44
5
Sangat Curam 4.104,18 3,16
Topografi di wilayah SWP DAS Tuntang meliputi Dataran,Perbukitan, dan
Pegunungan. Dengan tinggi tempat antara 0 sampai dengan 2800 m dari permukaan laut.
Sedangkan kemiringan lahan mulai dari Datar, Landai, Agak Curam, Curam,
Hingga Sangat Curam.
5. 2
Menurut batas wilayah DAS Tuntang :
- Sebelah Selatan berbatasan dengan daerah pegunungan Merbabu,
Telomoyo dan Ungaran.
- Sebelah Timur berada di Kabupaten Grobogan dan Kecamatan Telawa
(Kabupaten Demak).
- Sebelah Barat berada di Kabupaten Semarang.
- Dan sebelah Utara yaitu laut Jawa adalah Muara Sungai Tuntang.
Secara administrasi Daerah Aliran Sungai Tuntang meliputi Kabupaten
Semarang, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Demakdan
Kota Salatiga.Data stasiun hujan untuk lokasi pekerjaan diperoleh dari peta
stasiun hujan Jawa Tengah dan instansi terkait. Penggunaan stasiun hujan
direncanakan dengan menggunakan stasiun hujan terdekat yang berpengaruh
pada rencana lokasi check dam serta kelengkapan data dan kesahihan data yang
terekam (record). Berdasarkan hal tersebut, maka konsultan menggunakan
stasiun hujan sebagai berikut :
1. Sta. Hujan Cepoko Kodya dengan koordinat UTM 49 M 448093 9188207, No
2. Sta 88a berada di Ds. Nyamat Kec. Tengaran Kab. Semarang.
3. Sta. Hujan Grenjeng Lebak dengan koordinat UTM 49 M 450532 9200038, No Sta 82a
berada di Ds. Lebak, Kec. Bringin Kab. Semarang.
4. Sta. Hujan Silumut Pabelan dengan koordinat UTM 49 M 446618 9194871, No Sta. 85a
berada di Ds. Kauman Lor Kec. Pabelan Kab. Semarang.
5. Sta. Hujan Salatiga dengan koordinat UTM 49 M 444471 9189806, No Sta. 86 berada di
Ds. Mangunsari, Kec. Sidomukti Kota Salatiga
Data hujan harian maksimum tahunan pada setiap stasiun hujan disajikan pada :
Tabel 1.1 Data Harian Hujan Maksimum Stasiun Salatiga 86
6. 3
Tabel 1.2 Data Harian Hujan Maksimum Stasiun Grenjeng 82a
Tabel 1.3 Data Harian Hujan Maksimum Stasiun Cepoko 88
Tabel 1.4 Data Harian Hujan Maksimum Stasiun Silumut 85a
7. 4
Pada perhitungan curah hujan rata – rata rencananya akan dihitung dengan
menggunakan metode Poligon Thiessen. Pertimbangan pemilihan Metode Poligon
Thiessen adalah metode yang mempunyai ketelitian yang lebih baik jika
dibandingkan dengan metode rata-rata aljabar dan metode Isohyet karena
memperhitungkan luas daerah pengaruh masing-masing stasiun hujan dan tidak
membutuhkan analis berpengalaman.
Sketsa metode Poligon Thiessen DAS Sungai Tuntang diperoleh dengan cara
menghubungkan Stasiun hujan Cepoko Kodya, Stasiun hujan Grenjeng Lebak,
Stasiun hujan Silumut Pabelan dan Stasiun hujan Salatiga sehingga membentuk
trapesium, kemudian dibuat garis berat (garis tegak lurus ditarik di tengah sisi
trapesium) sehingga membentuk luasan yang mewakili dari masing-masing stasiun
curah hujan tersebut.
Gambar 1.2 : Sketsa metode Poligon Thiessen DAS
8. 5
Pada DAS Sungai Tuntang di atas, terdapat empat Stasiun Pengamat Hujan
yang berada di dekat DAS Sungai Tuntang, yaitu : Stasiun Cepoko Kodya, Stasiun
Hujan Grenjeng Lebak, Stasiun Hujan Silumut Pabelan dan Stasiun Hujan Salatiga.
Setelah dibuat Poligon Thiessen dari empat Stasiun Pengamat Hujan tersebut,
ternyata keempat Stasiun Hujan tersebut mempengaruhi DAS Tuntang, sehingga
metode Poligon Thiessen dapat digunakan.
Tabel 1.5 : Perhitungan Curah Hujan Harian Maksimum Rerata Tahunan Tahun 2006
Tabel 1.6 : Perhitungan Curah Hujan Harian Maksimum Rerata Tahunan Tahun 2007
Tabel 1.7 : Perhitungan Curah Hujan Harian Maksimum Rerata Tahunan Tahun 2008
10. 7
Tabel 1.12 : Perhitungan Curah Hujan Harian Maksimum Rerata Tahunan Tahun 2013
Tabel 1.13 : Perhitungan Curah Hujan Harian Maksimum Rerata Tahunan Tahun 2014
Tabel 1.14 : Perhitungan Curah Hujan Harian Maksimum Rerata Tahunan Tahun 2015
Berdasarkan curah hujan harian maksimum di atas, perlu ditentukan kemungkinan
terulangnya curah hujan harian maksimum tersebut untuk menentukan debit banjir rencana.
11. 8
Suatu kenyataan bahwa tidak semua nilai dari suatu variabel hidrologi terletak atau ama
dengan nilai rata-ratanya, tetapi kemungkinan ada nilai yang lebih besar atau lebih sama
rata-ratanya, tetapi kemungkinan ada nilai rata-ratanya. Esarnya derajat dari sebaran varian
di sekitar nilai rata-ratanya disebut variasi atau dispesi. Untuk memudahkan perhitungan
disperser maka
12. 9
Tabel 1.15 : Perhitungan Parameter Statistik Curah Hujan
17. 12
Berdasarkan pada parameter – parameter statistik di atas dipilih jenis distribusi
yang sesuai.
Tabel 1.17 : Macam Distribusi dan Kriteria Pemilihannya
Berdasarkan hasil perhitungan dengan syarat-syarat yang tersebut di atas, maka
dipilih distribusi Log Pearson tipe III
B. Uji Sebaran Menggunakan Chi Kuadrat
22. 17
Tabel 1.22 : Nilai K Berdasarkan Harga Koefisien Skewness (Cs) dan Periode Ulang (Tr)
23. 18
Tabel 1.23 : Perhitungan Curah Hujan Rencana dengan Metode Log Pearson III
C. Perhitungan Debit Banjir Rencana
Analisis debit banjir dihitung dengan menggunakan metode Hidrograf Satuan
Sintetik (HSS) Gama I, metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu, metode Hasper,
dan metode Passing Capacity.
1. Metode Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Gama I
Hidrograf Satuan Sintetik Gama I menggunakan parameter DAS dengan
langkah-langkah perhitungan sebagai berikut :
a. Menentukan data – data yang digunakan dalam perhitungan. Data yang
digunakan dalam perhitungan adalah sebagai berikut :
24. 19
- Jumlah sungai tingkat 1(sungai paling hulu) = 16 buah.
- Jumlah sungai semua tingkat = 26 buah.
- Jumlahpertemuan anak sungai (JN) = 23 buah.
- Kelandaian sungai (S) = 0,08.
- Kecepatan jaringan kuras (D)
= Ps / A = 56,8 / 55,9= 1,02
.
Gambar 1.3 : DAS Sungai Banyuapit
- Luas DAS (A) = 55,9 km2
.
- Panjang sungai utama (L) = 21,8 km.
- Panjang sungai semua tingkat (Ps) = 56,8 km.
- Panjang sungai tingkat 1 (P1) = 5,3 km.
25. 20
- Faktor sumber (SF) merupakan perbandingan antara panjang sungai
tingkat 1 dengan panjang sungai semua tingkat.
SF = P1 / Ps
= 5, 3 / 56,8 = 0,09.
- Faktor lebar (WF) adalah perbandingan antara lebar DAS yang diukur
berjarak 3
4L dengan lebar DAS yang diukur dari titik yang berjarak 1
4L dari tempat pengukuran.
Wu = 3,4 km.
Wi = 1,5km.
WF = Wu / Wi
= 2,27.
- Perbandingan antara luas DAS yang diukur di hulu yang ditarik tegak
lurus garis hubung antara stasiun pengukuran dengan titik yang paling
dekat dengan DAS melewati titik tersebut dengan luas DAS total
(RUA).
Au = 16,04 km2
.
RUA = Au / A
= 0,29.
26. 21
- Faktor simetri ditetapkan sebagai hasil perkalian antara faktor lebar
(WF) dengan luas relatif DAS sebelah hulu (RUA).
SIM =WF*RUA
= 0,66
- Frekuensi sumber (SN) yaitu perbandingan antara jumlah segmen
sungai-sungai tingkar (P1) dengan jumlah segmen sungai semuai
sungai (Ps).
SN = P1 / Ps
= 0,09
b. Menghitung waktu naik (TR) Time of Resesion dalam jam.
c. Menghitung debit puncak (Qp) dalam m3
/s
d. Menghitung waktu dasar (TB) Time Base dalam jam
e. Menghitung koefisien tampungan (k)
f. Membuat unit hidrograf dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
Qt = Qp * ⁄
Contoh perhitungan Unit Hidrograf Satuan pada t=1jam:
Qt = 1,79 *
2,718
⁄ ,
= 6,704
28. 23
Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) Gama-I
Qt
(m3/dt)
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6 Gama 1
0.4
0.2
0
0 5 10 15 20 25 30
t (Jam)
Gambar 1.4 : Hidrograf Satuan Sintetik Gama I
29. 24
KESIMPULAN
Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan data curah hujan yang
ada, seseorang bisa menentukan debit banjir rencana dengan perhitungan menggunakan Metode
Hidrograf Satuan Sintetik Gama I.