Kata kontekstual (contextual) berasal dari kata context yang berarti
“hubungan, konteks, suasana dan keadaan (konteks)”. (KUBI, 2002 : 519).
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah :
Sanjaya (2005), suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada
proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang
dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata
sehingga mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan
mereka.
Secara umum, Contextual mengandung arti yang berkenan, relevan, ada
hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks, yang membawa
maksud, makna, dan kepentingan. CTL merupakan suatu konsep belajar
dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah
dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer
pengetahuan dari guru ke siswa.
A. Pengertian Pembelajaran Kontekstual/CTL01
B. Penerapan Pembelajaran
CTL
1. Konstruktivisme (Constructivism)
adalah proses membangun atau
menyusun pengetahuan baru dalam
struktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman.
2. Menemukan (Inquiry) proses
pembelajaran didasarkan pada
pencapaian dan penemuan melalui
proses berpikir secara sistematis.
3. Bertanya (Quesrioning)
Belajar pada hakekatnya adalah bertanya
dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat
dipandang sebagai refleksi dari keingin
tahuan setiap individu. Sedangkan
menjawab pertanyaan mencerminkan
kemampuan seseorang dalam berpikir.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Konsep masyarakat belajar (Learning Community) dalam
CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh
melalui kerja sama dengan orang lain. Kerja sama itu
dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam
kelompok belajar secara formal maupun dalam lingkungan
yang terjadi secara alamiah.
5. Pemodelan (Modeling)
Asas modeling adalah proses pembelajaran dengan
memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat
ditiru oleh setiap siswa.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi (Reflection) adalah cara berpikir
tentang apa yang baru di pelajari atau
berpikir ke belakang tentang apa yang sudah
dilakukan di masa lalu.
02
1. Mengaitkan
adalah strategi yang paling hebat dan
merupakan inti konstruktivisme.
C. Karakteristik Pembelajaran
Kontekstual
2. Mengalami
Merupakan inti belajar kontekstual dimana
mengaitkan berarti menghubungkan
informasi baru dengan pengalaman
maupun pengetahuan sebelumnya
3. Menerapkan
Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia
malakukan kegiatan pemecahan masalah.
Guru dapat memotivasi siswa dengan
memberikam latihan yang realistik dan
relevan.
4. Kerja sama
Siswa yang bekerja secara individu
sering tidak membantu kemajuan
yang signifikan.
5. Mentransfer
Peran guru membuat bermacam-
macam pengalaman belajar
dengan fokus pada pemahaman
bukan hafalan
03
D. Perbedaan Pembelajaran Kontekstual Dengan Pembelajaran
Tradisional
Menurut Sanjaya (2006 : 256) ada beberapa perbedaan
yang dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa secara aktif terlibat dalam proses
pembelajaran, sedangkan dalam pembelajaran tradisional siswa adalah penerima
informasi yang pasif.
2. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok,
diskusi, saling mengoreksi, sedangkan dalam pembelajaran tradisional siswa belajar
secara individual.
3. Dalam pembelajaran kontekstual, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata
dan atau masalah yang disimulasikan, sedangkan dalam pemebelajaran tradisional
pembelajaran sangat abstrak.
4. Dalam pembelajaran kontekstual, perilaku dibangun atas kesadaran sendiri
sedangkan dalam pembelajaran tradisional perilaku dibangun atas kebiasaan.
5. Dalam pembelajaran kontekstual, keterampilan dibangun atas kesadaran diri,,
sedangkan dalam pembelajaran tradisional ketrampilan dikembangkan atas dasar
latihan.
04
6. Dalam pembelajaran kontekstual, hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri, sedangkan
dalam pembelajaran tradisional hadiah untuk perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor.
7. Dalam pembelajaran kontekstual, seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia sadar hal itu
keliru dan merugikan., sedangkan dalam pembelajaran tradisional seseorang tidak melakukan yang
jelek karena dia takut hukuman.
8. Dalam pembelajaran kontekstual, bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni siswa
diajak menggunakan bahasa dalam konteks nyata, sedangkan dalam pembelajaran tradisional, bahasa
diajarkan dengan pendekatan struktural: rumus diterapkan sampai paham, kemudian dilatihkan
(drill).
9. Dalam pembelajaran kontekstual, pemahaman rumus dikembangkan atas dasar skemata yang
sudah ada dalam diri siswa, sedangkan dalam pembelajaran tradisional rumus itu ada di luar diri
siswa, yang harus dikembangkan, diterima dan dilafalkan, dan dilatihkan.
10. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa menggunakan kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh
dalam pengupayakan terjadinya proses pembelajaran yang efektif, ikut bertanggungjawab atas
terjadinya proses pembelajaran yang efektif, dan membawa skemata masing-masing ke dalam proses
pembelajaran sedangkan dalam pembelajaran tradisional siswa secara pasif menrima rumus atau
kaidah (membaca, mendengarkan, mencatat, menghapal), tampa memberikan kontribusi ide dalam
proses pembelajaran.
11. Dalam pembelajaran kontekstual, pengetahuan yang dimiliki oleh manusia dikembangkan oleh
manusia itu sendiri. Manusia menciptakan atau membangun pengetahuan dengan cara memberi arti
dan memahami pengalamannya sedangkan dalam pembelajaran tradisional pengetahuan adalah
penangkapan terhadap serangkaian fakta, konsep, atau hukum yang brada di luar diri manusia.
05
E. Kelebihan dan kekurangan pendekatan Kontekstual/CTL
a. Kelebihan
1. Pembelajaran menjadi lebih
bermakna dan riil. Artinya siswa
dituntut untuk dapat menagkap
hubungan antara pengalaman belajar
di sekolah dengan kehidupan nyata.
Hal ini sangat penting, sebab dengan
dapat mengorelasikan materi yang
ditemukan dengan kehidupan nyata,
bukan saja bagi siswa materi itu akan
berfungsi secara fungsional, akan
tetapi materi yang dipelajarinya akan
tertanam erat dalam memori siswa,
sehingga tidak akan mudah
dilupakan.
2. Pembelajaran lebih produktif dan
mampu menumbuhkan penguatan
konsep kepada siswa karena
metode pembelajaran CTL
menganut aliran konstruktivisme,
dimana seorang siswa dituntun
untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Melalui
landasan filosofis konstruktivisme
siswa diharapkan belajar melalui
”mengalami” bukan ”menghafal”.
06
b. Kekurangan
1. Guru lebih intensif dalam
membimbing. Karena dalam metode
CTL, guru tidak lagi berperan
sebagai pusat informasi. Tugas guru
adalah mengelola kelas sebagai
sebuah tim yang bekerja bersama
untuk menemukan pengetahuan
dan ketrampilan yang baru bagi
siswa. Siswa dipandang sebagai
individu yang sedang berkembang.
Peran guru bukanlah sebagai
instruktur atau ” penguasa ” yang
memaksa kehendak melainkan guru
adalah pembimbing siswa agar
mereka dapat belajar sesuai dengan
tahap perkembangannya.
2. Guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan
atau menerapkan sendiri ide–ide
dan mengajak siswa agar dengan
menyadari dan dengan sadar
menggunakan strategi–strategi
mereka sendiri untuk belajar.
Namun dalam konteks ini
tentunya guru memerlukan
perhatian dan bimbingan yang
ekstra terhadap siswa agar tujuan
pembelajaran sesuai dengan apa
yang diterapkan semula.
07
F. Pengertian PAIKEM
PAIKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif,
Inspiratif/Interaktif/Inovatif, Kritis /Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan. Dalam PAIKEM digunakan prinsip-prinsip
pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran berbasis
kompetensi adalah pembelajaran yang dilakukan dengan
orientasi pencapaian kompetensi peserta didik. Sehingga muara
akhir hasil pembelajaran adalah meningkatnya kompetensi
peserta didik yang dapat diukur dalam pola sikap, pengetahuan,
dan keterampilannya.
08
G. Ciri-ciri / Karakteristik PAIKEM
Ciri-ciri/karakteristik PAKEM
adalah:
1. Pembelajarannya
mengaktifkan peserta
didik
2. Mendorong kreativitas
peserta didik & guru
3. Pembelajarannya
efektif
4. Pembelajarannya
menyenangkan
utamanya bagi peserta
didik.
Prinsip PAIKEM :
1. Mengalami: peserta didik
terlibat secara aktif baik fisik,
mental maupun emosional.
2. Komunikasi: kegiatan
pembelajaran memungkinkan
terjadinya komunikasi antara
guru dan peserta didik.
3. Interaksi: kegiatan
pembelajarannya
memungkinkan terjadinya
interaksi multi Arah.
4. Refkesi: kegiatan
pembelajarannya
memungkinkan peserta didik
memikirkan kembali apa yang
telah dilakukan.
09
H. Penerapan PAIKEM
1. Kegiatan Tatap Muka
Untuk kegiatan tatap muka
dilakukan dengan strategi
bervariasi baik ekspositori
maupun diskoveri inkuiri.
Metode yang digunakan
seperti ceramah interaktif,
presentasi, diskusi kelas,
diskusi kelompok,
pembelajaran kolaboratif
dan kooperatif,
demonstrasi, eksperimen,
observasi di sekolah,
ekplorasi dan kajian
pustaka atau internet,
tanya jawab, atau simulasi.
2. Kegiatan Tugas
terstruktur
Bagi sekolah yang
menerapkan sistem
paket, kegiatan tugas
terstruktur tidak
dicantumkan dalam
jadwal pelajaran namun
dirancang oleh guru
dalam silabus maupun
RPP (Rancangan
Pelaksanaan
Pembelajaran). Oleh
karena itu pembelajaran
dilakukan dengan
strategi diskoveri inkuiri.
Metode yang digunakan
seperti penugasan,
observasi lingkungan,
atau proyek.
3. Kegiatan Mandiri Tidak
Terstruktur
Kegiatan mandiri tidak
terstruktur adalah kegiatan
pembelajaran yang
dirancang oleh guru.
Strategi pembelajaran yang
digunakan adalah
diskoveri inkuiri dengan
metode seperti penugasan,
observasi lingkungan, atau
proyek. PAIKEM dapat
diterapkan pada
pembelajaran
Pembelajaran kontekstual
dengan pendekatan
konstruktivisme dipandang
sebagai salah satu strategi
yang memenuhi prinsip
pembelajaran berbasis
kompetensi.
10
I. Kelebihan dan Kekurangan PAIKEM
a. Kelebihan
1. Paikem merupakan
pembelajaran yang
mengembangkan kecakapan
hidup.
2. Dalam paikem siswa belajar
bekerja sama.
3. Paikem mendorong siswa
menghasilkan karya kreatif.
4. Paikem mendorong siswa
untuk terus maju mencapai
sukses.
5. Paikem menghargai potensi
semua siswa.
6. Program untuk
meningkatkan paikem
disekolah harus ditingkatkan
kuantitas dan kualitasnya.
b. Kekurangan
1. Perbedaan individual siswa
belum diperhatikan termasuk
laki-laki / perempuan,
pintar/kurang pintar, social,
ekonomi tinggi/rendah.
2. Pembelajaran belum
membelajarkan kecakapan
hidup.
3. Pengelompokan siswa masih
dari segi pengaturan tempat
duduk, kegiatan yang dilakukan
siswa sering kali belum
mencerminkan belajar
kooperatif yang benar.
4. Pembelajaran masih sering
berupa pengisian lembar kerja
siswa (LKS) yang sebagian besar
pertanyaanya bersifat tertutup.
11
J. Jenis Penilaian Sesuai Dengan Pembelajaran Model
Paikem
1. Penilaian yang sesuai dengan
pembelajaran model Paikem
adalah penilaian otentik
yang merupakan proses
pengumpulan informasi oleh
guru tentang perkembangan
dan pencapaian pembelajaran
yang dilakukan oleh peserta
didik melalui berbagai
teknik yang mampu
mengungkapkan, membuktikan
atau menunjukkan secara tepat
bahwa tujuan pembelajaran telah
benar-benar dikuasai dan
dicapai.
2. Bentuk penilaian tes
dapat dilakukan secara
lisan, tertulis, dan
perbuatan.
Sementara itu, bentuk
penilaian non tes
dilakukan dengan
menggunakan skala
sikap, ceklis, kuesioner,
studikasus, dan
portofolio.
3. Dalam
pembelajaran,
dengan pendekatan
Pakem rangkaian
penilaian ini
seyogiayanya
dilakukan oleh
seorang guru. Hal
ini disebabkan setiap
jenis atau
bentuk penilaian
tersebut memiliki
beberapa kelemahan
selain keunggulan.
12
Ppt ctl dan paikem

Ppt ctl dan paikem

  • 2.
    Kata kontekstual (contextual)berasal dari kata context yang berarti “hubungan, konteks, suasana dan keadaan (konteks)”. (KUBI, 2002 : 519). Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah : Sanjaya (2005), suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk menerapkannya dalam kehidupan mereka. Secara umum, Contextual mengandung arti yang berkenan, relevan, ada hubungan atau kaitan langsung, mengikuti konteks, yang membawa maksud, makna, dan kepentingan. CTL merupakan suatu konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. A. Pengertian Pembelajaran Kontekstual/CTL01
  • 3.
    B. Penerapan Pembelajaran CTL 1.Konstruktivisme (Constructivism) adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. 2. Menemukan (Inquiry) proses pembelajaran didasarkan pada pencapaian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. 3. Bertanya (Quesrioning) Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingin tahuan setiap individu. Sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. 4. Masyarakat Belajar (Learning Community) Konsep masyarakat belajar (Learning Community) dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Kerja sama itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk baik dalam kelompok belajar secara formal maupun dalam lingkungan yang terjadi secara alamiah. 5. Pemodelan (Modeling) Asas modeling adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. 6. Refleksi (Reflection) Refleksi (Reflection) adalah cara berpikir tentang apa yang baru di pelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang sudah dilakukan di masa lalu. 02
  • 4.
    1. Mengaitkan adalah strategiyang paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. C. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual 2. Mengalami Merupakan inti belajar kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahuan sebelumnya 3. Menerapkan Siswa menerapkan suatu konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapat memotivasi siswa dengan memberikam latihan yang realistik dan relevan. 4. Kerja sama Siswa yang bekerja secara individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan. 5. Mentransfer Peran guru membuat bermacam- macam pengalaman belajar dengan fokus pada pemahaman bukan hafalan 03
  • 5.
    D. Perbedaan PembelajaranKontekstual Dengan Pembelajaran Tradisional Menurut Sanjaya (2006 : 256) ada beberapa perbedaan yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran, sedangkan dalam pembelajaran tradisional siswa adalah penerima informasi yang pasif. 2. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, saling mengoreksi, sedangkan dalam pembelajaran tradisional siswa belajar secara individual. 3. Dalam pembelajaran kontekstual, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau masalah yang disimulasikan, sedangkan dalam pemebelajaran tradisional pembelajaran sangat abstrak. 4. Dalam pembelajaran kontekstual, perilaku dibangun atas kesadaran sendiri sedangkan dalam pembelajaran tradisional perilaku dibangun atas kebiasaan. 5. Dalam pembelajaran kontekstual, keterampilan dibangun atas kesadaran diri,, sedangkan dalam pembelajaran tradisional ketrampilan dikembangkan atas dasar latihan. 04
  • 6.
    6. Dalam pembelajarankontekstual, hadiah untuk perilaku baik adalah kepuasan diri, sedangkan dalam pembelajaran tradisional hadiah untuk perilaku baik adalah pujian atau nilai (angka) rapor. 7. Dalam pembelajaran kontekstual, seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia sadar hal itu keliru dan merugikan., sedangkan dalam pembelajaran tradisional seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia takut hukuman. 8. Dalam pembelajaran kontekstual, bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif, yakni siswa diajak menggunakan bahasa dalam konteks nyata, sedangkan dalam pembelajaran tradisional, bahasa diajarkan dengan pendekatan struktural: rumus diterapkan sampai paham, kemudian dilatihkan (drill). 9. Dalam pembelajaran kontekstual, pemahaman rumus dikembangkan atas dasar skemata yang sudah ada dalam diri siswa, sedangkan dalam pembelajaran tradisional rumus itu ada di luar diri siswa, yang harus dikembangkan, diterima dan dilafalkan, dan dilatihkan. 10. Dalam pembelajaran kontekstual, siswa menggunakan kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh dalam pengupayakan terjadinya proses pembelajaran yang efektif, ikut bertanggungjawab atas terjadinya proses pembelajaran yang efektif, dan membawa skemata masing-masing ke dalam proses pembelajaran sedangkan dalam pembelajaran tradisional siswa secara pasif menrima rumus atau kaidah (membaca, mendengarkan, mencatat, menghapal), tampa memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran. 11. Dalam pembelajaran kontekstual, pengetahuan yang dimiliki oleh manusia dikembangkan oleh manusia itu sendiri. Manusia menciptakan atau membangun pengetahuan dengan cara memberi arti dan memahami pengalamannya sedangkan dalam pembelajaran tradisional pengetahuan adalah penangkapan terhadap serangkaian fakta, konsep, atau hukum yang brada di luar diri manusia. 05
  • 7.
    E. Kelebihan dankekurangan pendekatan Kontekstual/CTL a. Kelebihan 1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan. 2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui ”mengalami” bukan ”menghafal”. 06
  • 8.
    b. Kekurangan 1. Gurulebih intensif dalam membimbing. Karena dalam metode CTL, guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan ketrampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Peran guru bukanlah sebagai instruktur atau ” penguasa ” yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. 2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide–ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi–strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula. 07
  • 9.
    F. Pengertian PAIKEM PAIKEMadalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inspiratif/Interaktif/Inovatif, Kritis /Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Dalam PAIKEM digunakan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang dilakukan dengan orientasi pencapaian kompetensi peserta didik. Sehingga muara akhir hasil pembelajaran adalah meningkatnya kompetensi peserta didik yang dapat diukur dalam pola sikap, pengetahuan, dan keterampilannya. 08
  • 10.
    G. Ciri-ciri /Karakteristik PAIKEM Ciri-ciri/karakteristik PAKEM adalah: 1. Pembelajarannya mengaktifkan peserta didik 2. Mendorong kreativitas peserta didik & guru 3. Pembelajarannya efektif 4. Pembelajarannya menyenangkan utamanya bagi peserta didik. Prinsip PAIKEM : 1. Mengalami: peserta didik terlibat secara aktif baik fisik, mental maupun emosional. 2. Komunikasi: kegiatan pembelajaran memungkinkan terjadinya komunikasi antara guru dan peserta didik. 3. Interaksi: kegiatan pembelajarannya memungkinkan terjadinya interaksi multi Arah. 4. Refkesi: kegiatan pembelajarannya memungkinkan peserta didik memikirkan kembali apa yang telah dilakukan. 09
  • 11.
    H. Penerapan PAIKEM 1.Kegiatan Tatap Muka Untuk kegiatan tatap muka dilakukan dengan strategi bervariasi baik ekspositori maupun diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, tanya jawab, atau simulasi. 2. Kegiatan Tugas terstruktur Bagi sekolah yang menerapkan sistem paket, kegiatan tugas terstruktur tidak dicantumkan dalam jadwal pelajaran namun dirancang oleh guru dalam silabus maupun RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran). Oleh karena itu pembelajaran dilakukan dengan strategi diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti penugasan, observasi lingkungan, atau proyek. 3. Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah diskoveri inkuiri dengan metode seperti penugasan, observasi lingkungan, atau proyek. PAIKEM dapat diterapkan pada pembelajaran Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. 10
  • 12.
    I. Kelebihan danKekurangan PAIKEM a. Kelebihan 1. Paikem merupakan pembelajaran yang mengembangkan kecakapan hidup. 2. Dalam paikem siswa belajar bekerja sama. 3. Paikem mendorong siswa menghasilkan karya kreatif. 4. Paikem mendorong siswa untuk terus maju mencapai sukses. 5. Paikem menghargai potensi semua siswa. 6. Program untuk meningkatkan paikem disekolah harus ditingkatkan kuantitas dan kualitasnya. b. Kekurangan 1. Perbedaan individual siswa belum diperhatikan termasuk laki-laki / perempuan, pintar/kurang pintar, social, ekonomi tinggi/rendah. 2. Pembelajaran belum membelajarkan kecakapan hidup. 3. Pengelompokan siswa masih dari segi pengaturan tempat duduk, kegiatan yang dilakukan siswa sering kali belum mencerminkan belajar kooperatif yang benar. 4. Pembelajaran masih sering berupa pengisian lembar kerja siswa (LKS) yang sebagian besar pertanyaanya bersifat tertutup. 11
  • 13.
    J. Jenis PenilaianSesuai Dengan Pembelajaran Model Paikem 1. Penilaian yang sesuai dengan pembelajaran model Paikem adalah penilaian otentik yang merupakan proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai. 2. Bentuk penilaian tes dapat dilakukan secara lisan, tertulis, dan perbuatan. Sementara itu, bentuk penilaian non tes dilakukan dengan menggunakan skala sikap, ceklis, kuesioner, studikasus, dan portofolio. 3. Dalam pembelajaran, dengan pendekatan Pakem rangkaian penilaian ini seyogiayanya dilakukan oleh seorang guru. Hal ini disebabkan setiap jenis atau bentuk penilaian tersebut memiliki beberapa kelemahan selain keunggulan. 12